3. Definisi Korosi
Korosi didefinisikan sebagai kerusakan suatu
logam atau campuran logam (alloy) karena
bereaksi secara kimia atau secara
elektrokimia dengan lingkungan atau
medium.
3
5. Faktor Korosi
1. Faktor yang terkait dengan Logam
• Letak logam dalam deret aktivitas
• Kemurnian Logam
• Oksida atau kondisi permukaan logam
• Kelarutan garam-garam logam
2. Faktor yang terkait dengan Medium Pengkorosi
• Korosi atmosferis oksigen, uap air, karbondioksida (lingkungan umum),
+ sodium klorida (lingkungan dekat laut), + hidrogen sulfida dan sulfur
dioksida (lingkungan industri)
• Korosi Logam yang tercelup cairan Temperatur, pH, konsentrasi,
kecepatan (velocity), kondisi oksidasi dan reduksi, impuritas
3. Faktor yang terkait dengan Pengaruh Luar
• Aerasi diferensial
• Kehadiran bakteri (mikroba)
• Kehadiran logam katodik
• Adanya tegangan (stress) 5
7. Errosion Corrosion
(korosi erosi)
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan
logam yang disebabkan aliran fluida yang sangat cepat
sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film
pelindung.
Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek
mekanik yang terjadi pada permukaan logam, misalnya
: pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang
mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-
bagian yang kasar dan tajam.
Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
1. Pilih bahan dengan ketahanan korosi yang baik
2. Diberi coating/pelapisan
3. Diberikan inhibitor
4. Hindari aliran fluida yang terlalu deras 7
8. Errosion Corrosion
(korosi erosi)
Faktor yang mempengaruhi
Ketebalan permukaan film
Kecepatan, bertambahnya kecepatan secara umum
akan mengakibatkan bertambahnya pengikisan
terutama jika diselubungi aliran yang berkecepatan
kuat.
Turbulen, turbulen mengakibatkan gerakan cairan lebih
besar pada permukaan logam dibanding laminar dan
terjadi persentuhan yang lebih antara logam dengan
sekitarnya
Efek galvanic dan sifat metal/campuran
8
9. Mekanisme Korosi Erosi
9
Skema Korosi Erosi Pada
Pipa
Proses terjadinya korosi erosi secara umum adalh
1. Terjadi serangan oleh gelembung udara yang menempel di
permukaan lapisan pelindung logam, karena adanya aliran
turbulen yang melintas di atas permukaan logam tersebut.
2. Gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan
peindung.
3. Laju korosi semakin meningkat, karena lapisan pelindung telah
hilang. Logam yang berada di bawah lapisan pelindung mulai
terkorosi, sehingga membentuk cekungan, kemudian terjadi
pembentukan kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi
tidak rata
4. Bila aliran terus mengalir, maka akan terjadi serangan kembali
oleh gelembung udara yang terbawa aliran. Serangan ini akan
mengikis dan merusak lapisan pelindung yang baru saja
terbentuk, rusaknya lapisan pelindung tersebut akan
mengakibatkan serangan lebih lanjut pada logam yang lebih
dalam sampai membentuk cekungan.
11. Crevice corrosion
(korosi celah)
Korosi jenis ini diakibatkan adanya kontak antara logam
dengan permukaan non-logam. Selain itu dapat juga
diakibatkan oleh adanya cairan atau suspensi Yang
mengendap pada Permukaan logam
Biasanya terjadi pada logam Yang yang terekspose
pada daerah korosif
Secara visual korosi celah dapat dengan mudah
dikenali.
11
12. Crevice corrosion
(korosi celah)
Tahap — tahap terjadinya korosi celah:
Pada daerah celah tempat jebakan air, terjadi penipisan
kadar oksigen sehingga pembentukan OH- terhambat.
Akibatnya terjadi kekurangan ion negatif.
lon negatif dari luar celah, misal ion Cl- berdifusi masuk
ke dalam celah untuk menyeimbangkan muatan.
lon M+ terhidrolisis sehingga menyebabkan penurunan
pH di dalam celah
Penurunan pH menyebabkan reaksi korosi semakin
parah
Korosi celah ini bersifat autokatalitik artinya begitu reaksi
awal terjadi, sel — sel tidak lagi bergantung pada keadaan
luar 12
13. Crevice corrosion
(korosi celah)
Pengendalian korosi celah dapat dilakukan dengan cara:
(1) memilih material yang tahan korosi.
(2) Menurunkan agresifitas larutan dengan menurunkan
kandungan Klorida, keasaman dan atau temperaturnya,
menghambat aliran proses pembentukan deposit, dan
mengeliminasi terakumulasinya hidrolisa produk korosi.
(3) Memberi unsur penghambat di larutan (inhibitors). Penerapan
cara ini harus diperhitungkan dengan baik, karena apabila
kandungan inhibitor yang terdapat dilarutan tidak cukup, maka
pada beberapa bagian peralatan dapat terjadi kerusakan berupa
lubang kecil yang dalam.
(4) Menggunakan protekasi katodik untuk peralatan yang
digunakan di lingkungan laut, tetapi cara ini tidak selalu menjadi
pilihan yang memungkinkan untuk aliran proses kimia yang
agresif.
13
14. Crevice corrosion
(korosi celah)
(5) Melakukan perencanaan dengan menghindari adanya celah-
celah. Peralatan harus direncanakan lengkap dengan saluran
pembuangan dan menghindarkan daerah yang menyebabkan
tertahannya atau mengendapnya larutan. Sambungan las temu
(butt-joint) pada struktur akan lebih baik diaplikasikan dibanding
sambungan paku keling atau sambungan ulir.
(6) Membersihkan permukaan logam apabila memungkinkan,
akan menurunkan terjadinya korosi sumuran dan korosi celah.
14
16. Intergranular
Corrosion
Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut
"intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik".
Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi
sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut
"intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau
hanya "intergranular stress corrosion cracking".
Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini
diawali dari beda potensial dalam komposisi, seperti
sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan
casting. Pengendapan pada batas butir, terutama
kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan
mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi
intergranular.Secara visual korosi celah dapat dengan
mudah dikenali. 16
17. Intergranular
Corrosion
Korosi ini dapat dicegah dengan cara :
1. Menurunkan kadar karbon hingga dibawah 0,03%.
2. Menambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
3. Melakukan pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
4. Hindari pengelasan
17
19. Korosi filiform adalah bentuk khusus dari
korosi yang terjadi di bawah beberapa
lapisan tipis (under some thin coatings)
yang berbentuk filament atau seperti
benang yang didistribusikan secara acak.
Korosi filiform juga dikenal sebagai "Korosi
lapisan bawah" atau "korosi filamen"
19
Korosi
Filiform
20. Korosi
Filiform
Korosi filiform terjadi pada permukaan logam
yang dilapisi dengan film organik tipis (thin
organic films) yang biasanya setebal 0,1 mm.
Pola korosi ditandai dengan munculnya filamen
halus yang berasal dari satu atau lebih sumber
dalam arah semi acak.
Filamen adalah terowongan halus yang terdiri
dari produk korosi di bawah lapisan yang
menggelembung dan retak.
Korosi filiform atau korosi underfilm dapat dicegah
dengan cara berikut:
1. Mengendalikan kelembaban relatif
2. Menggunakan pelapis yang bersifat getas
20
21. Korosi
Filiform
Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan
kasus khusus untuk jenis korosi celah. Selama
pertumbuhannya, pada bagian kepala, zat
seperti H2O dan O2 dari udara luar masuk
secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya
bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi
membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan
berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar
dari bagian ekor secara terus menerus, korosi
tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang
terjadi dibagian kepala menyebabkan
lingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi
ini dapat menyebar secara otomatis
21
22. Korosi Filiform
22
Korosi filiform dari timah baja
berlapis
Korosi filiform pada substrat baja
Korosi filiform pada
alumunium yang dicat
23. Fretting corrosion
Fretting corrosion adalah korosi yang terjadi pada
konstruksi yang bergerak dengan mengalami gesekan.
Jenis korosi ini biasa terjadi pada sumbu yang berputar
dan bergesekan.
Material logam yang berputar dan tergesek tersebut
mengalami keausan akibat gesekan dan mengalami
korosi secara bersamaan. Karena sempitnya clearance
maka corrosion product ikut berputar bersama logam
yang terkorosi.
Korosi jenis ini mengakibatkan konstruksi menjadi
longgar, menambah clearance ataupun mengurangi
tingkat kedapnya packing atau sealing.
23
24. Fretting corrosion
Fretting corrosion mengacu pada kerusakan korosi pada
tingkat permukaan kontak. Kerusakan ini diinduksi di
bawah beban dan di hadapan gerakan permukaan relatif
berulang, seperti diinduksi misalnya dengan getaran.
Lubang atau alur dan serpihan oksida menjadi ciri
kerusakan ini, biasanya ditemukan pada mesin, rakitan
baut, dan bantalan bola atau rol.
Fretting Corrosion akan terjadi jika:
1. Interface dalam kondisi pembebanan.
2. Terjadi getaran atau gerakan relatif yang berulang
diantara dua permukaan.
3. Beban dan getaran aktif dari interface mampu
menghasilkan slip atau deformasi pada
permukaannya. 24
25. Fretting corrosion
Pencegahan:
Pelumasan dengan oli karena dapat mengurangi gesekan
dan menghambat oksidasi.
Menaikkan harga kekerasan dari salah satu atau kedua
material yang bersinggungan.
Menaikkan gesekan antara material-material yang
dipasangkan dengan memperkasar permukaan.
Menggunakan gasket untuk meredam getaran dan
memindahkan oksigen pada permukaan bantal.
Menaikkan beban untuk mengurangi slip antara
pasangan-pasangan material.
Menurunkan beban pada permukaan bantalan.
Menaikkan kecepatan relatif antar bagian-bagian untuk
mengurangi serangan korosi.
25