Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Makalah ini membahas tentang kesesatan dalam penalaran (fallacy) khususnya dalam argumentasi hukum. Terdapat beberapa jenis kesesatan berfikir seperti kesesatan material, formal, dan kesesatan dalam argumentasi hukum seperti argumentum ad ignotarian, verecumdiam, ad hominem, ad misericordiam, dan ad baculum.
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Kesesatan Dalam Penalaran (Fallacy).pdf
1. MAKALAH
KESESATAN DALAM PENALARAN (FALLACY)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS:
MATA KULIAH:LOGIKA DAN ARGUMENTASI HUKUM
DOSEN PENGAMPU:ABDUR ROHIM,SH.,MH.
Disusun oleh:
1. Adib basry
2. Anis Fitria
3. Danil Akrom Kamila
4. Dwi Wahyuni
5. M.Babun Firdausi
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM ZAINUL HASAN
KRAKSAAN-PROBOLINGGO
TAHUN PELAJARAN 2023-2024
2. i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas segala rahmat yang telah diberikan olleh
ALLAH SWT kepada kita,sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik .
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.yang mana atas bimbingan beliau kita dapat berpaling dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen kami bapak Abdur
Rohim,SH.,MH. Yang telah membantu mengajari kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terciptanya
kesempurnaan.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,khususnya bagi
semua mahasiswa mahasiswi sehingga mampu menambah pengetahuan di hari yang akan
datang.
Kraksaan,12 Mei 2023
Kelompok 2
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
C. TUJUAN MAKALAH.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2
A. KESESATAN BERFIKIR (FALLACY).................................................................2
B. KESESATAN BERFIKIR (FALLACY) DALAM ARGUMENTASI HUKUM...3
BAB III PENUTUP .............................................................................................................5
A. KESIMPULAN........................................................................................................5
B. SARAN....................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................6
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perkembangan manusia sangat cepat, entah itu dalam bidang teknologi,
ekonomi, politik, sosial dan hukum dengan perkembangan yang pesat tersebut tentu
membawa problematika yang sangat kompleks pula. Munculnya berbagai macam problem
tersebut merupakan sebuah kosekuensi yang tidak dapat dihindari, karena dunia sekarang
makin berkembang. Dengan demikian diperlukan pemikiran yang rasional dalam melakukan
tindakan yang nyata. Langkah yang nyata dan konkrit inilah yang akan dikaji dalam
argumentasi hukum sebagai bentuk usaha agar tidak melanggar hukum serta dapat
menegakkan kepastian dan dan keahlian hukum.
Dalam perkembangan logika sebagai sebuah ilmu dalam filsafat, ada beberapa jenis
dan macam kesesatan kaitannya dengan penalaran. Kesesatan manusia dalam melakukan
argumentasi hukum sangat bervariasi. Dalam pandangan logi sesat fikir atau fallacy
disebabkan karena dalam penarikan kesimpulan terdapat kaidah logis yang dilanggar
sehingga dari hal tersebut membawa sebuah kesimpulan yang sesat.
Dari hal di atas, penulis akan membaha lebih jauh tentang apa sesungguhnya
kesesatan berfikir dalam argumentasi hukum, kemudian dalam makalah ini juga akan dibahas
mengenai bentuk bentuk kesesatan dan kesesatan dalan argumentasi hukum.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari kesalahan berfikir (fallacy)?
2. Bagaimana bentuk kesalahan berfikir dalam argumentasi hukum?
C.Tujuan Makalah
1. Untuk menjelaskan definisi dari kesalahan berfikir.
2. Untuk mengetahui bentuk kesalahan berfikir dalam argumentasi hukum.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Kesesatan berfikir (fallacy)
Kesesatan berfikir dalam bahasa Inggris disebut dengan fallacy atau kesesatan dalam
penarana. Sejak awal kemunculan ilmu logika, dalam usaha untuk menyebarkan
pemikirannya, para tokoh filusuf yunani banyak melakukan pembantahan terhadap filusuf
lainnya dengan menunjukkan kesesatan penalarannya atau kesesatan berfikir (fallacy).
Kesesatan berfikir merupakan sebuah proses penalaran yang tidak logis serta menyesatkan,
hal tersebut terjadi karena adanya pemaksaan dalam prinsip-prinsip logika tanpa
memperhatikan relevansi1
. John loke mengkasifikaasikan kesesatan berfikir menjadi tiga
bagian yakni kesesatan yang terjadi karena subjek jarang berfikir dengan sendirinya atau
bertindak dengan apa yang difikirkan atau dilakukan oleh orang lain, kemudian kesesatan di
mana subjek seolah olah menghargai rasio akan tetapi dalam kenyataannya tidak
menggunakan rasio dengan baik, dan yang terakhir adalah kesesatan yang diakibatkan oleh
persoalan komprehensif yakni terpaku hanya pada pendekatan atau pendapat tertentu2
Bentuk-bentuk kesesatan dalam berfikir di klasifikasikan menjadi beberapa bagian
diantaranya yaitu:
1. Kesesatan Material. Kesesatan material yang terdapat dalam isi materi penalaran.
Faktor bahasa merupakan faktor yang menyebabkan kekeliruan ini, sehingga dalaam
penarikan kesimpulan mengalami kekeliruan dan dapat terjadi karena tidak ada
hubungan yang relevan antara premis dan kesimpulannya. Diantara kesesatan material
yaitu3
:
a.Kesesatan aksentuasi yakni kesesatan tentang pengucapan katakata tertentu yang
harus diberi tekanan. Perubahan dalam penekanan kata dapat menyebabkan
perbedaan dalam arti.
b.Kesesatan ekuivokasi yaitu kesesatan yang disebabkan oleh kata yang memiliki arti
lebih dari satu.
c. Kesesatan amfiboli yaitu kesesatan karena bentuk kalimat yang memiliki arti
bercabang.
d. Kesesatan metaforis yakni kesesatan karena pencampuran arti kiasan dan arti
sebenarnya.
e. Kesesatan relevansi yaitu kesesatan yang terjadi karena kesalahan argumentasi
yakni argumentasi yang seharusnya diberikan tidak tertuju kepada permasalahan
sesungguhnya tetapi tertuju kepada kondisi pribadi dan karakteristik persoanal
seseorang.
f. Kesesatan aksidensi yaitu kesesatan yang disebabkan karena memaksakan aturan
atau cara yang bersifat umumterhadap keadaan yang kebetulan.
1
Ainur Rahman, filsafat berfikir, (Pemekasan: Duta Media Publishing, 2018)
2
Muhammad Adib, Filsafat Kristen: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) 178-179.
3
7 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir, 131
6. 3
g. Kesesatan komposisi dan devisi yakni kesesatan yang terjadi jika seseorang
beranggapan bahwa yang benar untuk individu juga benar untuk kelompok.
h. Kesesatan yang terjadi karena kompleksnya sebuah pertanyaan, yakni kesesatan
yang diakibatkan karena pertanyaan yang terlihat sederhana akan tetapi disususn
secara kompleks
2. Kesesatan formal yakni kesesatan yang terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah
logika hal tersebut dikarenakan bentuk penalaran yang tidak tepat. Bentuk bentuk
kesesatan formal yakni sebagai berikut4
:
a. Fallacy of four terms yakni kekeliruan dalam penggunaan empat term silogisme
hal tersebut terjadi karena disebabkan term penengah diartikan ganda dan yang
benar adalah 3 term.
b. Fallacy of undistributed middle Kekeliruan karena dua term tidak mencakup.
c. Fallacy of illicit process yaitu kekeliruan yang diakibatkan oleh proses yang
salah.
d. Fallacy of two negative premises yaitu kekeliruang yang disebabkan oleh
kesimpulan dari dua premis negatif yang tidak bisa diambil konklusi.
e. Fallacy of affirming the consequent yakni kekeliruan yang disebabkan karena
mengakui akibat.
f. Fallacy of denying antecendent yaitu kekeliruan karena mengakui sebab
g. Fallacy of disjunction yaitu kekeliruan yang disebabkan oleh disjungtif.
h. Fallacy of inconsistency yakni kekeliruan karena tidak konsisten.
B.Kesesatan Berfikir (fallacy) Dalam Argumentasi Hukum
Permasalahan mengenai argumentasi hukum salah satunya adalah kesesatan.
Kesesatan atau fallacy terjadi karena hal yang dirasa tidak masuk akal. Apabila seseorang
tidak sadar bahwa penalaran yang ia lakukan adalah sesat, maka penalaran tersebut
dinamakan paralogis. Sementara jika penalaran sesat tersebut digunakan secara sengaja untuk
menyesatkan orang lain maka disebut sofisme5
.
Tidak adanya hubungan yang logis antara premis dan konklusi
menyebabkanmengakibatkan sesatnya sebuah penalaran. Kesesatan seperti itu disebut
sebagai kesesatan relevansi. Dalam argumentasi hukum terdapat setidaknya lima kesesatan
dalam kaitannya dengan argumentasi hukum, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Argumentum ad ignotarian. Yaitu kesesatan ketika seseorang melakukan argumentasi
proposisi sebagai benar dan tidak terbukti salah atau proposisi salam dan tidak
terbukti benar. Contoh kasusnya yakni dalam pengajuan gugatan perdata di PN,
berdasarkan pasal 1385 BW pihak penggugat harus membuktikan kebenaran dalilnya
di muka persidangan.
2. Argumentum ad verecumdiam. Yakni kesesatan yang terjadi bukan karena nilai
penalarannya akan tetapi orang yang menyampaikan argumentasi merupakan ahli
dalam bidang tertentu. Contoh kasusnya yakni pembebasan Akbar Tanjung dalam
kasus tindak pidana korupsi Buloggate karenamenjalankan perintah presiden saat itu
4
Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir 147-15
5
Faisal Muttaqin, “Argumentasi Hukum Perspektif Ilmu Hukum dan Hukum Islam”, Jurnal Madania vol. 2:2
2012, 150.
7. 4
BJ. Habibie, sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) KUHP yang kemudian menjadi
yurisprudensi tetap.
3. Argumentum ad hominem. Yaitu kesesatan yang disebabkan oleh adanya penolakan
orang yang menyampaikan argumentasi, bukan karena penalarannya. Contohnya
yakni dalam pemberlakuan politik apartheid di Afrika Selatan, banyak perlakuan
diskriminatif terhadap penduduk kulit hitam. Dalam setiap perdebatan, argumentasi
yang disampaikan penduduk kulit hitam ditolak.
4. Argumentum ad misericordiam. Yakni kesesatan yang terjadi karena argumentasi
yang disampaikan bertujuan untuk menimbulkan sikap kasihan. Contoh kasusnya
yakni dalil yang dikemukanakn oleh terdakwa dalam persidangan di depan majelis
hakim untuk mendapatkan keringanan hukuman bukan merupakan kesesatan. Kecuali
apabila dalil yang dikemukakan tersebut untuk memaksakan pembuktian tidak
bersalah.
5. Argumentum ad baculum. Yakni kesesatan yang terjadi dalam penerimaaan atau
penolakan argumentasi disertai ancaman. Contohnya yakni ancaman kepada setiap
penduduk yang membuang sampah sembarangan di sungai maka akan dikenakan
sanksi untuk yang melanggarnya. Ancaman tersebut biasanya dipasang di papan
billboard pemerintah atau di dekat-dekat sungai
Kesalahan dalam penyusunan pengolahan logika dan mengabaikan polapola penalaran
dalam bidang disiplin tertentu akan menjadikan sebuah konklusi yang tidak sesuai dengan
disiplin ilmu tertentu. Hal tersebut tentu akan menghasilkan sebuah kesesatan berfikir atau
fallacy. Untuk dapat mengetahui suatu kesimpulan tersebut sesat atau tidak, dapat dikaji
terlebih dahulu berdasarkan disiplin ilmunya.
8. 5
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan argumentasi
hukum, memungkinkan terjadinya kesesatan hukum. Kesesatan dalam penalaran terjadi
karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan konklusi bentuk kesesatan saat
melakukan argumentasi hukum diantaranya yaitu Argumentum ad ignotarian,
Argumentum ad verecumdiam, Argumentum ad hominem, Argumentum ad
misericordiam,Argumentum ad baculum.
B.Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, semoga berguna dan bermanfaat bagi
pembac. Tidak lupa pula penulis memohon ,maaf apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan makalah ini, penulis berharap ada kritikan dan saran dari pembaca
9. 6
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. Filsafat Kristen: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Bombang, Saifullah. “Metode Penemuan dan Penciptaan Hukum Oleh Hakim Dalam Spirit
Reformasi”. Jurnal Reformasi Hukum. Vol. XI No. 1 Juni 2008.
Efendi, A’an, Dyah Octhtorina Susanti. Logika dan Argumentasi Hukum. Jakarta: Kencana.
2020.
Golding, Martin P. Legal Reasoning. New York: Alfreda A. Knoff Inc. 1998.
Hidayat, Ainur Rahman. Filsafat Berfikir. Pamekasan: Duta Media Publishing. 2018.
Lisdiyono, Edi. “Membangun Argumentasi Hukum Secara Kritis Dalam Mekanisme Litigasi
Indonesia”. Prosiding dari riset menuju advokasi. Muttaqin,Faisal. “Argumentasi Hukum
Perspektif Ilmu Hukum dan Hukum Islam”. Jurnal Madania vol. 2:2. 2012.