SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Alat-Alat Bukti Hukum
Acara Perdata
OLEH ERNA YULIANDARI
ALAT – ALAT BUKTI
 Paton  alat bukti dapat bersifat oral, documentary atau material.
 Macam-macam alat bukti dalam hukum acara perdata (Ps. 164
 HIR, 284 Rbg, 1866 BW), a.l. :
1. Alat Bukti Tertulis
2. Saksi-saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan (Bekentenis Confession)
5. Sumpah
Alat bukti lain :
6. Pemeriksaan setempat (descente)
7. Keterangan Ahli (Expertise)
2
Alat Bukti Tertulis
 Dasar hukum :
Ps. 138, 165, 167 HIR; Ps. 164,
285 – 305 Rbg; S 1867 no. 29;
Ps. 1867 – 1894 KUHPerdata;
Ps. 138 – 147 Rv.
 Alat bukti tertulis  surat
3
SURAT
AKTA
BUKAN AKTA
AKTA
DIBAWAH TANGAN
AKTA OTENTIK
Saksi-saksi
 Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW
 Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa
yg disengketakan dgn jalan pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan
salah 1 pihak dlm perkara, yg dipanggil di persidangan
 Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW  setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat
bertindak sbg saksi, kecuali :
I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi :
a. tidak mampu secara mutlak (absolut)
1. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1
pihak  Ps. 145 (1) sub 1 HIR, 172 (1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW
2. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai  Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1)
Sub 3 Rbg, 1910 alinea 1 BW
b. tidak mampu secara nisbi (relatif)
1. anak-anak dibawah 15 th  Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo. 173
Rbg, 1912 BW
2. orang gila  Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW
4
II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri
dibebaskan memberi kesaksian 
hak ingkar (verschoningsrecht)  Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2
BW :
a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak
b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr
suami/istri
salah 1 pihak
c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib
mempunyai rahasia sehubungan dgn martabat, jabatan/hubungan
kerja yg sah itu
 Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW  azas “unus testis nullus testis”  satu
saksi bukan saksi
 Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW  keterangan yg diberikan o/ saksi
harus tentang peristiwa atau kejadian yg dialaminya sendiri
 Kewajiban seorang saksi : menghadap, bersumpah, memberi keterangan
 Sifat kesaksian sbg alat bukti : tidak memaksa
Persangkaan
 Dasar Hukum : Ps. 164, 173 HIR; Ps. 284, 310 Rbg; Ps. 1866, 1915 -
1922 KUHPerdata.
 Pasal 1915 KUHPerdata  Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh
undang-undang atau oleh Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang
diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum.
Ada dua persangkaan, yaitu persangkaan yang berdasarkan undang-
undang dan persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang.
 Ps. 173 HIR (Ps. 310 Rbg)  hanya mengatur persangkaan yg
didasarkan a/ kenyataan atau praesumptiones facti (feitelijke atau
rechterlijke vermoedens).
6
Pengakuan (Bekentenis Confession)
 Dasar hukum : HIR (Ps. 174, 175, 176), Rbg (Ps. 311, 312, 313), BW (Ps. 1923 – 1928).
 Pengakuan mrpk keterangan yg membenarkan peristiwa, hak atau hubungan hukum yg
diajukan o/ lawan.
 Ps. 1923 BW membedakan antara pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan
(Ps. 174 HIR, 311 Rbg, 1925 & 1926 BW) & pengakuan yg diberikan di luar persidangan (Ps.
175 HIR, 312 Rbg, 1927 & 1928 BW).
 Ps. 176 HIR, Ps. 313 Rbg, Ps. 1924 BW  pengakuan tdk boleh dipisah-pisahkan
(onsplitsbare aveu).
 Ilmu pengetahuan membagi pengakuan mjd 3 :
1. Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg sifatnya sederhana & sesuai
sepenuhnya dgn tuntutan pihak lawan.
2. Pengakuan dgn kualifikasi (gequalificeerde bekentenis, aveu qualifie), ialah pengakuan yg
disertai dgn sangkalan thd sebagian dr tuntutan.
3. Pengakuan dgn klausula (geclausuleerde bekentenis, aveu complexe), ialah suatu pengakuan
yg disertai dgn keterangan tambahan yg bersifat membebaskan.
Pengakuan dgn kualifikasi maupun dgn klausula harus diterima dgn bulat & tdk boleh
dipisah-pisahkan dr keterangan tambahannya  onsplitsbare aveu.
7
Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan yg diberikan di muka hakim di
persidangan
 Pengakuan yg diberikan di muka hakim di
persidangan (gerechtelijke bekentenis), mrpk
keterangan sepihak, baik tertulis maupun lisan yg
tegas & dinyatakan o/ salah 1 pihak dalam perkara di
persidangan, yg membenarkan baik seluruhnya atau
sebagian dr suatu peristiwa, hak atau hubungan
hukum yg diajukan o/ lawannya, yg mengakibatkan
pemeriksaan lebih lanjut o/ hakim mjd tidak
diperlukan.
 Ps. 1926 BW  pengakuan yg diberikan di
muka hakim di persidangan tidak dapat ditarik
kembali, kecuali apabila terbukti bahwa
pengakuan itu adalah akibat dr suatu
kesesatan atau kekeliruan.
8
Sumpah
 Dasar hukum : HIR (Ps. 155-158, 177), Rbg (Ps.182-185, 314), BW (Ps.
1929 -1945)
 HIR mengenal 3 macam sumpah sebagai alat bukti :
1. Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir)
2. Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed)
3. Sumpah pemutus (decisoir)
9
Lanjutan … Sumpah :
Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir)
 Dasar hukum : Ps. 155 HIR, 182 Rbg, 1940 BW
 Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) adalah sumpah yg diperintahkan o/
hakim krn jabatannya kpd salah 1 pihak u/ melengkapi pembuktian peristiwa
yg menjadi sengketa sbg dasar putusannya
 Syarat : harus ada pembuktian permulaan yg lengkap terlebih dahulu
 Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan
pembuktian lawan
 Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah,
maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan
putusannya
10
Lanjutan … Sumpah : Sumpah penaksiran
(aestimatoir, schattingseed)
 Dasar hukum : Ps. 155 HIR, Ps. 182 Rbg, Ps. 1940 BW
 Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed) adalah sumpah yg
diperintahkan o/ hakim karena jabatannya kpd penggugat u/
menentukan jumlah uang ganti kerugian, demikian apabila penggugat
telah dapat membuktikan haknya a/ ganti kerugian itu serta jumlahnya
masih belum pasti & tdk ada cara lain u/ menentukan jumlah ganti
kerugian tsb kecuali dgn taksiran
 Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan
pembuktian lawan
11
Lanjutan … Sumpah :
Sumpah pemutus (decisoir)
 Dasar hukum : Ps. 156 HIR, Ps. 183 Rbg, Ps. 1930 BW
 Sumpah pemutus (decisoir) adalah sumpah yg dibebankan atas permintaan salah
1 pihak kpd lawannya u/ memutuskan persoalan, menentukan siapa yg harus
dikalahkan & siapa yg harus dimenangkan
 Tidak memerlukan pembuktian permulaan terlebih dahulu, sehingga dapat
dilakukan setiap saat selama pemeriksaan di persidangan
 Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah,
maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan
putusannya
12
Pemeriksaan setempat (descente)
 Pemeriksaan setempat (descente) adalah pemeriksaan mengenai
perkara o/ hakim karena jabatannya yg dilakukan diluar gedung atau
tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri
memperoleh gambaran atau keterangan yg memberi kepastian ttg
peristiwa yg menjadi sengketa.
 Yang diperiksa adalah barang tetap, karena tidak bisa dibawa/diajukan
di persidangan yg berlangsung di gedung pengadilan, misal :
pemeriksaan letak gedung, batas tanah
 Dasar hukum : Ps. 153 HIR
 Kekuatan pembuktian diserahkan kpd pertimbangan hakim.
13
Keterangan Ahli (Expertise)
 Keterangan ahli adalah keterangan pihak ke 3 yg obyektif dan bertujuan u/
membantu hakim dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim
sendiri.
 Dasar hukum : Ps. 154 HIR (Ps. 181 Rbg, 215 Rv)
Ps. 154 HIR tdk menegaskan apa & siapa ahli itu
 Ahli diangkat o/ hakim selama pemeriksaan berlangsung.
 Ahli wajib disumpah u/ menjamin obyektivitas keterangannya.
 Ahli dapat menunjuk ahli lain sbg gantinya atau hakim dapat mengangkat
seorang ahli secara ex officio  Ps. 222 Rv
 Seorang ahli yg telah disumpah u/ memberikan pendapatnya kmd tdk
memenuhi kewajibannya dapat dihukum u/ mengganti kerugian  Ps. 225 Rv
14
Lanjutan … Keterangan Ahli (Expertise)
 Perbedaan antara saksi dengan ahli :
15
S A K S I A H L I
Kedudukannya tidak dapat diganti dgn
saksi lain
Kedudukannya dapat diganti dgn ahli
lain
Satu saksi bukan saksi Satu ahli cukup u/ didengar mengenai
satu peristiwa
Tidak diperlukan mempunyai keahlian Mempunyai keahlian ttt yg
berhubungan dgn peristiwa yg
disengketakan
Saksi memberi keterangan yg
dialaminya sendiri sebelum terjadi
proses
Ahli memberi pendapat/kesimpulan
ttg peristiwa yg disengketakan selama
terjadinya proses
Saksi harus memberikan keterangan
secara lisan, keterangan saksi yg
tertulis mrpk alat bukti yg tertulis
Keterangan ahli yg tertulis tidak
termasuk dalam alat bukti tertulis
Hakim terikat u/ mendengarkan
keterangan saksi
Hakim bebas u/ mendengar atau tidak

More Related Content

What's hot

09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adatQomaruz Zaman
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30dianwidya sains
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterFenti Anita Sari
 
pertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanapertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanaRatri nia
 
al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)shofichofifah
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumDian Permata Sari
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Alternative dispute resolution
Alternative dispute resolutionAlternative dispute resolution
Alternative dispute resolutionsukanya1234
 
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islam
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana IslamPengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islam
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islamswirawan
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptx
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptxI.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptx
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptxdonihasmanto
 
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumBom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumhanunropi
 
pembuktian dan daluarsa
pembuktian dan daluarsapembuktian dan daluarsa
pembuktian dan daluarsajohantorqi
 

What's hot (20)

09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
UP LAND LAW.pdf
UP LAND LAW.pdfUP LAND LAW.pdf
UP LAND LAW.pdf
 
Warisan dalam islam
Warisan dalam islamWarisan dalam islam
Warisan dalam islam
 
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30
Pendidikan Kewarganegaraan UU No 12 Tahun 2006 Pasal 24-30
 
Hukum perikatan
Hukum perikatanHukum perikatan
Hukum perikatan
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
pertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidanapertanggung jawaban pidana
pertanggung jawaban pidana
 
al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Iddah dan ihdad
Iddah dan ihdadIddah dan ihdad
Iddah dan ihdad
 
Alternative dispute resolution
Alternative dispute resolutionAlternative dispute resolution
Alternative dispute resolution
 
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islam
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana IslamPengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islam
Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Kedudukan Hukum Pidana Islam
 
Hukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BWHukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BW
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptx
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptxI.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptx
I.2 Landasan Hukum Surat Berharga.pptx
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumBom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
 
pembuktian dan daluarsa
pembuktian dan daluarsapembuktian dan daluarsa
pembuktian dan daluarsa
 

Similar to Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx

Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktianepylian
 
Pembuktian dan Alat Bukti
Pembuktian dan Alat BuktiPembuktian dan Alat Bukti
Pembuktian dan Alat Buktinadyaduu
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpidRonalto_Tan
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxKuswidiyantoAriefWic
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptasifsardari
 
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).ppt
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).pptpembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).ppt
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).pptAbidinPMBangka
 
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).pptYyny123
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxWaginemYogya
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxFHUGJ
 

Similar to Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx (20)

Putusan Gugur Fenti
Putusan Gugur FentiPutusan Gugur Fenti
Putusan Gugur Fenti
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Pembuktian dan Alat Bukti
Pembuktian dan Alat BuktiPembuktian dan Alat Bukti
Pembuktian dan Alat Bukti
 
5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid5 hk pembuktianpid
5 hk pembuktianpid
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptxMemahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
Memahami Acara Perdata Dalam Menghadapi Gugatan.pptx
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Pembuktian
PembuktianPembuktian
Pembuktian
 
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).ppt
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).pptpembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).ppt
pembuktian-perbandingan-pembuktian1 (1).ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak  (kontrak outentik).ppt
15-Teknik Pembuatan Akta Kontrak (kontrak outentik).ppt
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptx
 
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptxPERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA.pptx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 

Recently uploaded (11)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 

Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata (1).pptx

  • 1. Alat-Alat Bukti Hukum Acara Perdata OLEH ERNA YULIANDARI
  • 2. ALAT – ALAT BUKTI  Paton  alat bukti dapat bersifat oral, documentary atau material.  Macam-macam alat bukti dalam hukum acara perdata (Ps. 164  HIR, 284 Rbg, 1866 BW), a.l. : 1. Alat Bukti Tertulis 2. Saksi-saksi 3. Persangkaan 4. Pengakuan (Bekentenis Confession) 5. Sumpah Alat bukti lain : 6. Pemeriksaan setempat (descente) 7. Keterangan Ahli (Expertise) 2
  • 3. Alat Bukti Tertulis  Dasar hukum : Ps. 138, 165, 167 HIR; Ps. 164, 285 – 305 Rbg; S 1867 no. 29; Ps. 1867 – 1894 KUHPerdata; Ps. 138 – 147 Rv.  Alat bukti tertulis  surat 3 SURAT AKTA BUKAN AKTA AKTA DIBAWAH TANGAN AKTA OTENTIK
  • 4. Saksi-saksi  Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW  Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa yg disengketakan dgn jalan pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan salah 1 pihak dlm perkara, yg dipanggil di persidangan  Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW  setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat bertindak sbg saksi, kecuali : I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi : a. tidak mampu secara mutlak (absolut) 1. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1 pihak  Ps. 145 (1) sub 1 HIR, 172 (1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW 2. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai  Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1) Sub 3 Rbg, 1910 alinea 1 BW b. tidak mampu secara nisbi (relatif) 1. anak-anak dibawah 15 th  Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo. 173 Rbg, 1912 BW 2. orang gila  Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW 4
  • 5. II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri dibebaskan memberi kesaksian  hak ingkar (verschoningsrecht)  Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2 BW : a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr suami/istri salah 1 pihak c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib mempunyai rahasia sehubungan dgn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah itu  Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW  azas “unus testis nullus testis”  satu saksi bukan saksi  Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW  keterangan yg diberikan o/ saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yg dialaminya sendiri  Kewajiban seorang saksi : menghadap, bersumpah, memberi keterangan  Sifat kesaksian sbg alat bukti : tidak memaksa
  • 6. Persangkaan  Dasar Hukum : Ps. 164, 173 HIR; Ps. 284, 310 Rbg; Ps. 1866, 1915 - 1922 KUHPerdata.  Pasal 1915 KUHPerdata  Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum. Ada dua persangkaan, yaitu persangkaan yang berdasarkan undang- undang dan persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang.  Ps. 173 HIR (Ps. 310 Rbg)  hanya mengatur persangkaan yg didasarkan a/ kenyataan atau praesumptiones facti (feitelijke atau rechterlijke vermoedens). 6
  • 7. Pengakuan (Bekentenis Confession)  Dasar hukum : HIR (Ps. 174, 175, 176), Rbg (Ps. 311, 312, 313), BW (Ps. 1923 – 1928).  Pengakuan mrpk keterangan yg membenarkan peristiwa, hak atau hubungan hukum yg diajukan o/ lawan.  Ps. 1923 BW membedakan antara pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan (Ps. 174 HIR, 311 Rbg, 1925 & 1926 BW) & pengakuan yg diberikan di luar persidangan (Ps. 175 HIR, 312 Rbg, 1927 & 1928 BW).  Ps. 176 HIR, Ps. 313 Rbg, Ps. 1924 BW  pengakuan tdk boleh dipisah-pisahkan (onsplitsbare aveu).  Ilmu pengetahuan membagi pengakuan mjd 3 : 1. Pengakuan murni (aveu pur et-simple), ialah pengakuan yg sifatnya sederhana & sesuai sepenuhnya dgn tuntutan pihak lawan. 2. Pengakuan dgn kualifikasi (gequalificeerde bekentenis, aveu qualifie), ialah pengakuan yg disertai dgn sangkalan thd sebagian dr tuntutan. 3. Pengakuan dgn klausula (geclausuleerde bekentenis, aveu complexe), ialah suatu pengakuan yg disertai dgn keterangan tambahan yg bersifat membebaskan. Pengakuan dgn kualifikasi maupun dgn klausula harus diterima dgn bulat & tdk boleh dipisah-pisahkan dr keterangan tambahannya  onsplitsbare aveu. 7
  • 8. Lanjutan … Pengakuan : Pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan  Pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan (gerechtelijke bekentenis), mrpk keterangan sepihak, baik tertulis maupun lisan yg tegas & dinyatakan o/ salah 1 pihak dalam perkara di persidangan, yg membenarkan baik seluruhnya atau sebagian dr suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yg diajukan o/ lawannya, yg mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut o/ hakim mjd tidak diperlukan.  Ps. 1926 BW  pengakuan yg diberikan di muka hakim di persidangan tidak dapat ditarik kembali, kecuali apabila terbukti bahwa pengakuan itu adalah akibat dr suatu kesesatan atau kekeliruan. 8
  • 9. Sumpah  Dasar hukum : HIR (Ps. 155-158, 177), Rbg (Ps.182-185, 314), BW (Ps. 1929 -1945)  HIR mengenal 3 macam sumpah sebagai alat bukti : 1. Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) 2. Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed) 3. Sumpah pemutus (decisoir) 9
  • 10. Lanjutan … Sumpah : Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir)  Dasar hukum : Ps. 155 HIR, 182 Rbg, 1940 BW  Sumpah penambah/pelengkap (suppletoir) adalah sumpah yg diperintahkan o/ hakim krn jabatannya kpd salah 1 pihak u/ melengkapi pembuktian peristiwa yg menjadi sengketa sbg dasar putusannya  Syarat : harus ada pembuktian permulaan yg lengkap terlebih dahulu  Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan pembuktian lawan  Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan putusannya 10
  • 11. Lanjutan … Sumpah : Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed)  Dasar hukum : Ps. 155 HIR, Ps. 182 Rbg, Ps. 1940 BW  Sumpah penaksiran (aestimatoir, schattingseed) adalah sumpah yg diperintahkan o/ hakim karena jabatannya kpd penggugat u/ menentukan jumlah uang ganti kerugian, demikian apabila penggugat telah dapat membuktikan haknya a/ ganti kerugian itu serta jumlahnya masih belum pasti & tdk ada cara lain u/ menentukan jumlah ganti kerugian tsb kecuali dgn taksiran  Kekuatan pembuktian : bersifat sempurna & masih memungkinkan pembuktian lawan 11
  • 12. Lanjutan … Sumpah : Sumpah pemutus (decisoir)  Dasar hukum : Ps. 156 HIR, Ps. 183 Rbg, Ps. 1930 BW  Sumpah pemutus (decisoir) adalah sumpah yg dibebankan atas permintaan salah 1 pihak kpd lawannya u/ memutuskan persoalan, menentukan siapa yg harus dikalahkan & siapa yg harus dimenangkan  Tidak memerlukan pembuktian permulaan terlebih dahulu, sehingga dapat dilakukan setiap saat selama pemeriksaan di persidangan  Tujuan : u/ menyelesaikan perkara, sehingga dgn telah dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan perkara dianggap selesai & hakim tinggal menjatuhkan putusannya 12
  • 13. Pemeriksaan setempat (descente)  Pemeriksaan setempat (descente) adalah pemeriksaan mengenai perkara o/ hakim karena jabatannya yg dilakukan diluar gedung atau tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan yg memberi kepastian ttg peristiwa yg menjadi sengketa.  Yang diperiksa adalah barang tetap, karena tidak bisa dibawa/diajukan di persidangan yg berlangsung di gedung pengadilan, misal : pemeriksaan letak gedung, batas tanah  Dasar hukum : Ps. 153 HIR  Kekuatan pembuktian diserahkan kpd pertimbangan hakim. 13
  • 14. Keterangan Ahli (Expertise)  Keterangan ahli adalah keterangan pihak ke 3 yg obyektif dan bertujuan u/ membantu hakim dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim sendiri.  Dasar hukum : Ps. 154 HIR (Ps. 181 Rbg, 215 Rv) Ps. 154 HIR tdk menegaskan apa & siapa ahli itu  Ahli diangkat o/ hakim selama pemeriksaan berlangsung.  Ahli wajib disumpah u/ menjamin obyektivitas keterangannya.  Ahli dapat menunjuk ahli lain sbg gantinya atau hakim dapat mengangkat seorang ahli secara ex officio  Ps. 222 Rv  Seorang ahli yg telah disumpah u/ memberikan pendapatnya kmd tdk memenuhi kewajibannya dapat dihukum u/ mengganti kerugian  Ps. 225 Rv 14
  • 15. Lanjutan … Keterangan Ahli (Expertise)  Perbedaan antara saksi dengan ahli : 15 S A K S I A H L I Kedudukannya tidak dapat diganti dgn saksi lain Kedudukannya dapat diganti dgn ahli lain Satu saksi bukan saksi Satu ahli cukup u/ didengar mengenai satu peristiwa Tidak diperlukan mempunyai keahlian Mempunyai keahlian ttt yg berhubungan dgn peristiwa yg disengketakan Saksi memberi keterangan yg dialaminya sendiri sebelum terjadi proses Ahli memberi pendapat/kesimpulan ttg peristiwa yg disengketakan selama terjadinya proses Saksi harus memberikan keterangan secara lisan, keterangan saksi yg tertulis mrpk alat bukti yg tertulis Keterangan ahli yg tertulis tidak termasuk dalam alat bukti tertulis Hakim terikat u/ mendengarkan keterangan saksi Hakim bebas u/ mendengar atau tidak