1. List Nama Dagang
Decatosin Pitogin
Induxin PitonS
Matosin Santocyn
Oxipar Syntocinon
Oxyla Tiacinon
4/23/2012
teknik model pedokumentasian POR, SOR, CBE, Kardeks dan Komputerisasi
Model Pendokumentasian
Tujuan Pembelajaran
Setelah Mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan model pendokumentasian POR
b. Menjelaskan model pendokumentasian SOR
c. Menjelaskan model pendokumentasian CBE
d. Menjelaskan model pendokumentasian Kardeks
e. Menjelaskan model pendokumentasian Komputer
Model Pendokumentasian adalah merupakan cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan
proses asuhan. Ada beberapa model pendokumentasian yaitu model pendokumentasian secara
POR (Problem Oriented Record), SOR (Source Oriented Record), CBE (Charting By Exception),
Kardeks dan Komputer.
A. POR (PROBLEM ORIENTED RECORD)
Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masalah
klien, dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan pendekatan pemecahan
masalah, mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim. Pendekatan ini pertama kali dikenalkan
oleh dr. Lawrence Weed dari Amerika Serikat. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi
masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang
2. terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu
daftar2masalah.
1. Pengertian
Model ini memusatkan data tentang klien dan didokumentasikan dan disusun menurut masalah
klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang
dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian
layanan kepada klien.
2. Kompone
Model dokementasi POR digunakan pada situasi
a. ketika klien pertama kali masuk RS atau pertama kali di periksa
hal hal yang mencakup dokumentasi POR adalah :
Pengkajian keperawatan
b) Riwayat penyakit/ kesehatan
c) Pemeriksaan fisik
d) Pengkajian ahli gizi
e) Data penunjang ( hasil laboratorium)
3) Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan daftar masalah klien
POR
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien.
Sistem dokumentasi ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh
dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kepada klien.
Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :
Data dasar
Daftar masalah
Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat
Daftar awal rencana asuhan
3. Catatan perkembangan
b. Daftar Masalah
Daftar masalah merupakan suatu daftar inventaris masalah yang sudah dinomori menurut
prioritas. Untuk memudahkan mencapainya daftar masalah ini berada didepan dari catatan
medik. Daftar masalah ini bisa mencerminkan keadaan pasien, masalah-masalah ini diberi nomor
sehingga akan memudahkan bila perlu dirujuk ke masalah tertentu dalam catatan klinik tersebut.
Bila masalah sudah teratasi juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan masalah tersebut teratasi
juga diberi catatan dan diberi tanggal kapan masalah tersebut teratasi dan petugas yang
mengidentifikasi masalah tersebut untuk pertama kalinya. Dengan demikian daftar masalah ini
berfungsi sebagai indeks maupun gambaran dari klien tersebut.
1) Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar, kemudian
disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.
2) Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang
yang diberi tanggung jawab.
3) Daftar masalah dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual,
tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.
4) Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor,
dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.
c. Daftar Awal Rencana
Rencana asuhan merupakan hasil yang diharapkan tindak lanjut dikembangkan untuk masalah
yang terindentifikasi. Rencana asuhan harus mencakup instruksi untuk memperoleh data
tambahan, untuk intervensi terapeutik dan penyuluhan untuk pasien. Setiap masalah yang ada
dimaksudkan kebutuhan akan asuhan, dilaksanakan oleh siapa, frekuensi pelaksanaan dan hasil
yang diharapkan, tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Batas waktu ditentukan untuk
evaluasi respon pasien terhadap intervensi maupun kemajuan terhadap pencapaian tujuan.
1) Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis
instruksinya, sedang perawat atau bidan menulis instruksi menulis instruksi rencana asuhan
2) Perencanaan awal terdiri dari 3 ( tiga ) bagian :
4. a) Diagnostik
Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostik yang perlu dilakukan terlebih dahulu.
Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan dan memindahkan pemenuhan
kebutuhan klien. Koordinasi pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik sangat penting.
b) Usulan Terapi
Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan masalah. Termasuk pengobatan, kegiatan
yang tidak boleh dilakukan, diit, penanganan secara khusus, observasi yqng harus dilakukan. Jika
masalah awal diagnosa kebidanan, bidan dapat menyusun urutan usulan tindakan asuhan
kebidanan
c) Pendidikan klien
Diidentifikasi kebutuhan pendidikan klien bertujuan jangka panjang. Team kesehatan
mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang diperlukan oleh klien untuk beradaptasi
terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan
d. Catatan Perkembangan (Proses Note )
Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem pendekatan berorientasi
masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format khusus untuk mendokumentasikan
informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar. Catatan ini
menyediakan suatu rekaman kemajuan pasien dalam mengatasi masalah khusus, perencanaan
dan evaluasi. Catatan perkembangan biasanya ditampilkan dalam tiga bentuk, yaitu flow sheet
berisi hasil observasi dan tindakan tertentu, catatan perawat/ keterpaduan memberi tempat untuk
evaluasi kondisi pasien dan kemajuan dalam mencapai tujuan, catatan pulang dan ringkasan
asuhan dan memudahkan follow up waktu pasien pulang.
1) Catatan perkembangan berisikan catatan tentang perkembangan tiap–tiap masalah yang telah
dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama.
2) Beberapa acuan catatan perkembangan dapat digunakan antara lain :
a) SOAP : Subyektif data, Obyektif Data, Assesment, Plan
b) SOAPIER : SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi.
c) PIE : Problem, Intervensi Evaluasi
5. 3. Keuntungan dan Kerugian dalam Penggunaan POR
a. Keuntungan
1). Pencatatan sistem ini berfokus atau lebih menekankan pada masalah klien dan proses
penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi.
2). Pencatatan tentang kontinuitas atau kesinambungan dari asuhan kebidanan.
3). Evaluasi masalah dan pemecahan masalah didokumentasikan dengan jelas, susunan data
mencerminkan masalah khusus. Data disusun berdasarkan masalah yang spesifik. Keduanya ini
memperlihatkan penggunaan logika untuk pengkajian dan proses yang digunakan dalam
pengobatan pasien.
4). Daftar masalah, setiap judul dan nomor merupakan “checklist“ untuk diagnosa kebidanan dan
untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan bidan untuk masalah-
masalah yang meminta perhatian khusus .
5). Daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah pencarian data dalam proses
asuhan.
6). Masalah yang membutuhkan intervensi (yang teridentifikasi dalam data dasar) dibicarakan
dalam rencana asuhan.
b. Kerugian
1) Penekanan pada hanya berdasarkan masalah, penyakit, ketidakmampuan dan ketidakstabilan
dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan dan tindakan yang negatif.
2) Sistem ini sulit digunakan apabila daftar tidak dimulai atau tidak secara terus menerus
diperbaharui dan konsensus mengenai masalah belum disetujui, atau tidak ada batas waktu untuk
evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati atau terpelihara.
3) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah dilakukan tindakan atau timbulnya
masalah yang baru.
4) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah.
5) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target
evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.
6) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan
tidak tersedia.
6. 7) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan.
8) Tidak ada kepastian mengenai perubahan pencatatan distatus pasien, kejadian yang tidak
diharapkan misalnya pasien jatuh, ketidakpuasan mungkin tidak lengkap pencatatannya. Dalam
praktek catatan serupa mungkin tidak tertulis, bila tidak hubungannya dengan catatan
sebelumnya.
9) Kadang-kadang membingungkan kapan pencatatan dan tanggung jawab untuk follow up.
B. SOR (SOURCE ORIENTED RECORD)
1. Pengertian
Suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada sumber
informasi. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat catatan
sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi dikumpulkan jadi satu.
Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan melaksanakan kegiatan sendiri tanpa tergantung
anggota tim kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber dari dokter,
bidan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain. Dokter menggunakan lembar untuk mencatat
instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit. Bidan menggunakan catatan
kebidanan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.
2. Komponen
Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu
a. Lembar penerimaan berisi biodata
b. Lembar order dokter
c. Lembar riwayat medik atau penyakit.
d. Catatan bidan
e. Catatan dan laporan khusus
3. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan SOR
a. Keuntungan
1) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
7. 2) Memudahkan perawat untuk cesara bebas bagaimana informasi akan dicatat.
3) Format Dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan intervensi
dan respon klien atau hasil.
b. Kerugian
1) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak berdasarkan urutan
waktu.
2) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumhya, tanpa harus mengulang
pada awal.
3) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas. Memerlukan pengkajian data dari beberapa
sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien.
4) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan
kepada klien.
5) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak.
6) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa.
7) Perlkembangan klien sulit di monitor.
C. CBE (CHARTING BY EXCEPTION )
Dimulai sejak tahun 1983 di St Luke Medikal Center In Milkwankee.
1. Pengertian
Charting by exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil
atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar.
2. Komponen
CBE mengintegrasikan tiga komponen kunci yaitu :
a. Flowsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan indikator
pengkajian dan penemuan termasuk instruksi dokter dan bidan, grafik, catatan pendidiikan dan
pencatatan pemulangan pasien
b. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan , sehingga mengurangi
pencatatan tentansg hal rutin secara berulang kali. Oleh karena itu standar harus cukup spesifik
dan menguraikan praktik keperawatan yang sebenarnya serta harus dilakukan oleh perawat di
8. bangsal , walaupun ada juga standar khusus yang disusun sesuai unit masing- masing.
c. Formulir dokumentasi yang diletakkan ditempat tidur pasien
3. Format CBE meliputi :
a. Data dasar (riwayat dan pemriksaan fisik)
b. Intervensi flow sheet
c. Grafik record
d. Catatan bimbingan pasien
e. Catatan pasien pulang
f. Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER)
g. Daftar diagnosa
h. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar
i. Profil perawatan pasien dengan sistem kardeks
4. Keuntungan dan Kerugian metode pendokumentasian CBE
a. Keuntungan
1) Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.
2) Data yang tidak normal nampak jelas.
3) Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami.
4) Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi lain.
5) Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan.
6) Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.
7) Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.
8) Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.
9) Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.
10) Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen.
b. Kerugian
1) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada checklist.
2) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.
3) Pencatatan rutin sering diabaikan.
4) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan.
9. 5) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.
6) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian.
D. KARDEKS
1. Pengertian
Model dokumentasi Charting by Exception (CBE) ini dibuat pada tahun 1983 oleh staf perawat
di St. Luke’s Hospitalndi MIdwaukee, Wisconsin. Model ini dianggap dapat mengatasi masalah
pendokumentasian dengan membuat catatan tentang pasien manjadi lebih nyata, menghemat
waktu dan mengakomodir adanya informasi terbaru. Model ini dinilai lebih efektif dan efisien
untuk mengurangi adanya duplikasi dan pengulangan dalam memasukan data. Merupakan
metode pencatatan singkat dan berbeda dari dokumen pada umumnya.
Model dokumentasi CBE mempunyai beberapa elemen inti, yaitu: lembar alur, dokumentasi
berdasarkan referensi standar praktik, protocol, dan instruksi incidental, data dasar keperawatan,
rencana perawatan berdasarkan diagnosis dan catatan perkembangan SOAP. Bagi pembaca yang
ingin mendapatkan informasi tambahan mengenai model dokumentasi CBE< dirujuk ke Burke
and Murphy (1988, cit. Iyer and Champ, 2005).
2. Komponen
1. Lembar alur
Model dokumentasi CBE menggunakan beberapa jenis format termasuk lembar alur
instruksi dokter/perawat , catatan grafik, catatan penyuluhan dan catatan pemulangan pasien.
Lembar alur keperawatan / instruksi dokter bersifat unik. Bagian depan format digunakan untuk
mendokumentasikan pengkajian fisik serta implementasi instruksi dokter dan perawat.
Pengkajian system tubuh yang spesifik dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan protocol.
Bagian belakang lembar alur menggarisbawahi unsur pengkajian fisik yang harus dilengkapi.
Model CBE menggunakan serangkain symbol yang spesifik, antara lain:
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang
ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada
bagian bawah lembar alur.
10. → anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang
bertanda bintang).
Lembar alur instruksi dokter/ keperawatan juga digunakan untuk mendokumentasikan
penyelesaian instruksi dokter dan keperawatan yang tidak termasuk dalam standar praktik.
Kolom yang berjudul “Nsg Dx” berisi diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan
intervensi keperawatan tertentu. Daftar diagnosis keperawatan juga digunakan hamper sama
dengan daftar masalah dalam POR SOAP. Singkatan DO dituliskan dalam kolom Nsg Dx jika
instruksi dokter didokumentasikan dalam lembara alur keperawatan / instruksi dokter.
Contoh instruksi keperawatan yang dimasukkan kedalam lembar alur adalah “ bantu pasien
berjalan dari tempat tidur kekursi dua kali sehari.” Penyelesaian instruksi ini didokumentasikan
menggunakan symbol yang sama pada pengkajian, yaitu:
√ tanda centang : pengkajian telah diselesaikan dan tidak ada hasil abnormal yang
ditemukan.
* tanda bintang : hasil abnormal yang signifikan ditemukan dan dijelaskan pada bagian
bawah lembar alur.
→ anak panah : status pasien tidak berubah dari data sebelumnya (dari data yang
bertanda bintang).
Selebihnya, lembar alur juga meliputi catatan penyuluhan pasien dan catatan pemulangan pasien.
Catatan grafik berbeda karena terdapat ruang bagi perawat untuk memeriksa apakah standar
praktik telah diikuti atau tidak.
2. Standar Praktik
Pada model dokumentasi CBE, standar praktik merupakan aspek penting dari praktik
keperawatan yang digunakan di area klinis. Kepatuhan terhadap standar praktik akan
menghilangkan pendokumentasia intervensi keperawatan rutin, seperti perawatan oral,
membantu mengubah posisi, perawatan intravena, perawatan kateter foley, atau perawatan
selang nasogastrik. Tanda centang (√) digunakan untuk mendokumentasikan kelengkapan
standar, dan tanda bintang (*) menunjukan bahwa tidak semua standar profesi sudah diikuti.
Adanya penyimpangan harus dijelaskan dalam catatan perawat.
11. 3. Protokol dan intruksi incidental
Dalam model dokumentasi CBE, protokol / pedoman praktik memperjelas intervensi keerawatan
berkaitan dengan perjalanan klinis yang diharapkan dari populasi pasien tertentu, seperti pasin
preoperative, dan pascaoperatif. Protokol menguraikan intervensi keperawatan, pengobatan dan
frekuensi pengkajian fisik.
Lembar alur keperawatan / interuksi dokter digunakan untuk mendokumentasikan implementasi
protocol. Intruksi incidental digunakan jika intervensi keperawatan diperlukan untuk
melanjutkan intervensi keperawatan khusus yang melewati tenggang waktu jika diperlukan
intervensi keperawatan yang berjangka waktu.
4. Data dasar keperawatan
Data dasar keperawatan mempunyai bagian yang berisi riwayat kesehatan dan pengkajian fisik.
Bagian pengkajian fisik menggunakan parameter normal sama dengan lembar alur keperawatan /
instruksi dokter. Hasil normal setiap system tubuh dicetak dikolom kiri bawah halaman. Jika
hasil pengkajian fisik sitem tubuh normal, perawat harus membari tanda centang (√) pada kotak
yang sesuai. Hasil yang abnormal dijelaskan pada sisi kanan halaman.
5. Rencana perawatan berdasarkan diagnosis keperawatan
Model dokumentasi CBE menggunakan rencana erawatan yang standar bersifat individu untuk
setiap pasien. Rencana perawatan standar ini berfokus pada diagnosisi keperawatan yang spesifik
dan mencakup factor yang berhubungan atau factor resiko, karakteristik penjelas, data
pengkajian yang mendukung munculnya diagnosis keperawatan, hasil yang diharapkan dan
intervensi.
6. Catatan perkembangan SOAP
Catatan perkembangan didokumentasikan secara teratur dengan metode SOAP atau SOAPIE.
Karena lembar alur keperawatan / instruksi dokterdan lembar alur lainnya terdiri dari banyak
dokumentasi, biasanya muncul dalam catatan perkembangan. Oleh karena itu penggunaan
catatan SOAP dalam system CBE sangat terbatas pada situasi berikut ini (Burke and Murphy,
1988):
a. Ketika diagnosis keperawatan diientifikasi, diingatkan kembali dinonkatifkan atau diselesaikan.
b. Ketika hasil yang diharapkan dievaluasi.
c. Ketika ringkasan pemulangan dituliskan.
d. Ketika revisi besar terhdah rencana dituliskan.
12. Dalam metode dokumentasi CBE, bentuk narasi digunakan tersendiri untuk
menggambarkan hasil pemeriksaan normal maupun adanya penemuan abnormal. Bentuk
flowsheet bias digunakan untuk menuliskan hasil pengkajian rutin, sesuai jenis pengkajian yang
dilakukan, misalnya : GI assessment, integumentary assessment. Pada kasus akut atau klien
yang butuh perawatan cukup lama, model pendokumentasi CBE ini bias digunakan.
Data yang bisa didokumentasikan menggunakan model CBE ini antara lain: data dasar
(riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik), intervensi (menggunakan bentuk flowsheet) , catatan
bimbingan pada klien, catatan pulang (menggunakan format SOAPIER), daftar diagnosis
keperawatan, diagnosis keperawatan disertai rencana keperawatan dan profil perawatan
(menggunakan system KARDEX).
Contoh penggunaan model dokumentasi CBE, adalah:
1. Pengkajian penggunaan sistem respiratori jam 14.00:
Pernafasan normal rata-rata20kali permenit, suara nafas dikedua paru bersih, tidak batuk dan
tidak ada sputum.
Warna kulit merah muda, kulit hangat dan kering, tidak ditemukan gangguan nafas
2. Penemuan signifikan:
3. Jam 10.00 ditemukan adanya ronchi lobus kanan bawah.
Sistem atau model dokumentasi CBE ini mempunyai banyak keuntungan, antara lain:
1. Data terbaru tersedia disamping tempat tidur, siap diakses oleh pemberi perawatan yang
berinteraksi dengan pasien.
2. Keberadaan embar alur menghilangkan kebutuhan akan lembar kerja atau kertas coretan lain
untuk mencatatat informasi tantang pasien. Data segara dicatat dalam catatan permanen.
3. Panduan pada bagian belakang format menjadi referensi yang mudah didapat dan sangat
berguna bagi perawat.
4. Status pasien cenderung mudah dilihat dari lembar alur. Informasi pengakjian diatur
berdasarkan sistem tubuh dan mudah dicari.
5. Hasil yang normal diidentifikasi dengan tepat sehingga terdapat kesepakatan terhadap adanya
pengkajian normal.
6. Bayak menghilangkan catatan naratif berulang tentang perawatan rutin. Referensi tentang
standar praktik dapat menyingkirkan pencatatan naratif informatif.
13. 7. Mudah didapatkan pada pendokumentasian alur klinis dan mengurangi waktu yang
dipergunakan perawat untuk mencatat sebesar 67%.
Ada beberapa kerugian dan masalah yang berkaitan dengan sistem atau model
dokumenasi CBE ini, antara lain:
1. Duplikasi pencatatan terjadi pada model CBE, misalnya diagnosis keperawatan dalam daftar
masalah tertulis juga dalam rencana perawatan. Contoh lain adalah, hasil yang abnormal atau
signifikan dijabarkan dalam lembar alur perawat / dokter. Jika hasil abnormal ini memerlukan
intervensi, maka dalam catatn perkembangan SOAP juga harus ditulis kembali. Bagian data
subjektif dan data objektif pada SOAP memuat lagi infomasi yang ditulis dalam lembar alur.
Akhirnya pengkajian dan perencanaan SOAP bisa sama dengan rencana perawatan.
2. CBE dibuat disemua rumah sakit yang perawatnya yang terdaftar (Register Nurse, RN). Unsur
pengkajian fisik perlu ditinjau berdasarkan lingkup praktik perawat yang telah mempunyai
lisensi praktik (Licensed Practical Nurse, LPN). Beberapa rumah sakit yang menerapkan sistem
CBE sedang tidak semua perawatnya RN, mengubah sisitem pembarian asuhan keperawatan
sedemikian rupa dengan mengakomodasi tanggung jawab RN, untuk pengkajian. Meskipun LPN
bisa ditugaskan untuk merawat pasien, RN harus menyelesaikan pengkajian fisik dalam 8 atau 24
jam sekali.
3. Implementasi lengkap memerlukan perubahan besar dalam system pendokumentasian organisasi
karena memerlukan perubahan format pada berbagai alat dokumentasi.
4. Memerlukan pendidikan khusus untuk bisa mengimplementasi system CBE. Perawat di St. Luke
mengalami kesulitan untuk belajar mendokumentasikan hanya hasil yang abnormal saja pada
lembar alur keperawatan / instruksi dokter dan kesultan mentaati standar praktik.
5. Sistem CBE berdampak pada masalah penggantian biaya sampai system ini lebih luas diterima.
6. Dasar hukum CBE masih diperdebatkan. Meskipun pengacara St. Luke telah meninjau sistem
CBE dan menyetujui adanya kepatuhan system terhadap prinsip-prinsip legal(hukum), namun
hakim tetap akan memakai peraturan tentang validitasi dokumentasi unuk setiap kasus.
Pencatatan yang intermiten gagal member tanda bahaya secara continu yang membutuhkan
intervensi dini dari dokter. CBE tidak mendefinisikan kasus dengan jelas, meskpun standar
profesi telah menggambarkan dengan cukup jelas untuk kelangsungan pemberian perawatan.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam penerapan system CBE:
a. Standar untuk pengkajian keperatan dan intervensi harus didevinisikan dengan jelas
14. b. Kebijakan dan prosedur CBE harus diikuti secara jelas
c. Tidak ada system dokumenasi yang akan melindungi profesi kesehatan dari pengadilan yang
buruk
E. Sistem Komputerisasi
Teknik pendokumentasian dengan komputerisasi adalah system computer yang berperan
dalam menyimpulkan, menyimpan proses, memberikan informasi yang diperlukan dalam
kegiatan pelayanan kebidanan, penelitian dan pendidikan. Secara umum dokumentasi dengan
system komputerisasi mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: meningkatkan pelayanan
pada pasien, meningkatkan pengembangan protocol, meningkatkan penatalaksanaan data dan
komunikasi dan meningkatkan proses edukasi dan konseling pada pasien.
Keuntungan dokumentasi dengan system komputerisasi secara spesifik, antara lain: akurasi
lebih tinggi, menghemat biaya, meningkatkan kepuasan pasien, memperbaiki komunikasi antar
bagian/anggota tim kesehatan, menambah kesempatan untuk belajar, meneliti dan jaminan
kualitas, meningkatkan moral kinerja petugas. Beberapa kelemahan dokumentasi dengan system
komputerisasi, adalah: malfunction, impersonal effect, privacy, informasi tidak akurat, kosa kata
terbatas, penyimpanan bahan cetakan dan biaya yang harus disediakan cukup besar untuk
pengadaan beberapa unit computer.
Aplikasi system komputerisasi dalam system informasi dirumah sakit, meliputi seluruh
kegiatan untuk mendokumentasikan keberadaan pasien sejak pasien masuk rumah sakit sampai
pulang, sejak registrasi pasien, pengkajian data pasien, rencana pengobatan, rencana perawatan,
rencana asuhan dan KIE, pengobatan dan pelaksanaan asuhan, laporan hasil pengobatan,
klasifikasi pasien dan catatan perkembangan pasien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan system komputerisasi ini, antara lain:
perencanaan perlunya system computer, pemilihan produk, pelatihan petugas pengguna,
pemakaian system computer, keamanan data, legalitas data (perlunya tanda tangan dokter),
kebutuhan perangkat dan evaluasi keuntungan sitem computer bagi pengguna, klien dan
administrasi.
Pencatatan dengan system komputerisasi merupakan salah satu tren yang paling diminati
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk asuhan kebidanan. Banyak institusi
membuat atau membeli system informasi komputerisasi yang menunjang praktik
15. keperawatan/kebidanan. Berbagai kelompok dalam industry pelayanan kesehatan menggunakan
istilah computer dengan berbagai cara, salah satunya adalah Catatan Pasien Berbasis Komputer
(computer based patient records, CPR).
Penggunaan catatan pasien berbasis computer (CPR)
Pengguna CPR didorong oleh beberapa factor berikut ini:
1. Jumlah data mengenai kondisi kesehatan pasien sangat banyak, harus dikumpulkan, disimpan
dan diorganisasikan dengan system yang lebih efisien daripada system berbasis kertas. Mencari
data dalam catatan pasien merupakan hal yang sangat menghabiskan waktu. Semakin banyak
catatan tersebut, semakin sulit untuk mencari informasi intinya.
2. Pencatatan informasi secara electronic dibuat sedemikian rupa dan tidak dapat dilakukan oleh
system pencatatan berbasis kertas. Semua catatan yang berhubungan dengan aspek khusus dalam
perawatan dapat disusun dan dicetak. System pencatatan berbasis kertas tidak dapat diorganisasi
ulang dengan cara tersebut dan juga tidak dapat digabungkan dengan catatan dari fasilitas atau
institusi lain.
3. Penggunaan CPR dapat berkembang menjadi metode penyampaian informasi yang lebih efisien
dari satu pemberi asuhan kesehatan ke pemberi asuhan kesehatan yang lain. Dalam metode
pendokumentasian manual, pemeriksaan pasien dan pengumpulan data yang berulang-ulang
dapat terjadi jika pasien pindah dari satu fasilitas ke fasilitas lain.
4. Penghematan biaya dan reformasi pelayanan kesehatan mengharuskan dilakukannya efisiensi
manajemen data asuhan kesehatan termasuk asuhan kebidanan.
Prasyarat diberlakukannya CPR
Sedikitnya terdapat 5 kunciutama prasyarat CPR, termasuk hal-hal berikut ini yang
diperlukan untuk menunjang CPR (Adrew, Dick, 1995a cit. Iyer and Champ, 2005):
1. Kamus data klinis. Diperlukan kamus data klinis yang substansial dan fleksibel, yang akan
mendefinisikan semua unsure data untuk informasi klinis yang akan disimpan
2. Tempat penyimpanan data klinis. Harus terdapat tempat penyimpanan data klinis yang
arsitekyurnya dirancang dengan baik, guna memenuhi kebutuhan semua anggota tim pemberi
perawatan kesehatan. Permintaan informasi media mengenai pesien tertentu harus dipenuhi
dalam beberapa detik.
16. 3. Kemampuan input yang fleksibel. Harus tersedia perlengkapan yang tepat (seperti mouse,
keyboard, pengenal suara, touch screen, pen light).
4. Presentasi data yang ergonomis. Presentasi data harus sesuai dengan kebutuhan individu.
5. Dukungan system otomatis. System harus mengantisipasi dan mendukung proses klinis serta
berfikir melalui system pendukung. Hal ini harus mencakup akses ke system ahli, data dasar
pengetahuan, literature medis, umpan balik hasil, dan masukkan kualitas/biaya semua yang akan
digunakan dalam pembuatan keputusan klinis.
Set data minimum dan elemen data kesehatan inti
Banyak hal yang perlu dilakukan sebelum penggunaan CPR meluas. Pembuatan kamus
data klinis, yang sangat berguna di banyak area, termasuk sector pemerintah dan swasta
merupakan bagian dari set data minimum. Set data minimum didefinisikan sebagai ‘rangkaian
minimum poin-poin informasi dengan definisi dan katagori yang sama, berkaitan dengan aspek
atau dimensi tertentu dari system pelayanan kesehatan, berguna untuk memenuhi kebutuhan
penting dari berbagai pengguna’ (Mc. Cormick et al, 1997 cit. Iyer and Champ,2005)
Set data minimum yang paling banyak digunakan di Amerika dan Canada adalah Uniform
Hospital Discharge data set, Financial Uniform Minimum Data Set, dan Long Term Healt Care
Minimum Data Set. Luasnya penggunaan set data tersebut mendorong dikeluarkannya mandate
dari Healt Care Financing Aministration kepada Medicare dan Medicaid Healt Insurance
Portability and Accountability Act 1996, yang mengharuskan pemakaian set data standar
nasional untuk berbagai transaksi layanan kesehatan administrative dan financial. Pemerintah
setempat merekomendasikan sebagai unsure data untuk pasien yang dirawat dirumah, unit gawat
darurat, dan unit rawat jalan (Mc Cornick et al,1997 cit.Iyer and Champ, 2005).
Pengenalan computer pada fasilitas pelayanan kesehatan
Jika CPR atau rekaman elektronik menampakan visi masa depan pelayanan kesehatan,
maka pencacatan elektronik adalah realita sekarang yang sudah ada difasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk mengetahui evolusi rekaman elektronik, seorang harus melihat dulu proses
pengenalan system komputerisasi di sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada umumnya, penggunaan computer pertama kali oleh fasilitas pelayanan kesehatan
adalah untuk melacak penerimaan, pemulangan dan pemindahan pasien. Jenis aplikasi ini
17. member informasi demografi pasien secara sederhana terkait juga dengan keadaan financial
pasien. Pertengahan tahun 1980an produsen software mulai membuat software yang dapat
digunakan untuk pendokumentasian asuhan keperawatan/kebidanan. Dua puluh tahun terakhir,
semakin banyak produk dikeluarkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan industry
pelayanan kesehatan.
Pembuatan system komputerisasi disebuah fasilitas pelayanan kesehatan murupakan
sebuah tantangan karena harus bisa diterapkan bersama-sama oleh masing-masing unit
pelayanan. Jika software dan hardware yang dibeli suatu unit berbeda dengan unit yang lain di
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini hanya akan menimbulkan frustasi dan keterbatasan
pemakaian system. Untuk mengatasi permasalahan ini, umumnya perusahaan pembuat software
akan menggunakan bahasa computer yang sama.
Awal pemakaian fungsi klinis system komputerisasi dirumah sakit, sekedar mengirimkan
hasil pemeriksaan laboraturium atau hasil pemeriksaan lainnya ke unit perawatan pasien.
Beberapa system kompeter memiliki kemampuan aktivasi sinyal, seperti tanda kedipan pesan
masuk pada layar monitor di unit perawatan. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil tidak
normal maka bisa segera diatasi.
Hambatan pengenalan systemkomputerisasi
Keperawatan dan kebidanan sering menjadi unit terakhir yang membeli dan menggunakan
software. Beberapa hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan system komputerisasi.
Dalam pelayanan kebidanan/keperawatan antara lain:
1. Bagian administrasi merasa tidak yakin bahwa komputerisasi informasi kebidanan/keperawatan
akan memberikan hasil nyata.
2. Bidan/perawat kurang memiliki kemampuan mengoperasikan system komputerisasi.
3. Unit pelayanan informasi computer kadang merasa terancam untuk berbagi informasi dengan
unit lain dan khawatir kekuatannya akan hilang bila melibatkan orang lain dalam proses
pengambilan keputusan.
4. Dahulu program software hanya sedikit tersedia. Beberapa diantaranya dirancang untuk
perawat atau bidan ahli computer yang tidak memiliki pengalaman keperawatan.
5. Banyak software yang dirancang untuk fungsi tunggal seperti ketenagaan dan penjadwalan,
rencana perawatan/klasifikasi pasien.
18. 6. Kurangnya keseragaman bahasa keperawatan/kebidanan menghambat perkembangan dan
penggunaan system informasi computer
7. Rasa takut termasuk anggapan bahwa komputerisasi terlalu sulit, bahwa teknologi tersebut akan
menggantikan bidan/perawat,bahwa computer akan langsung mengarahkan dan mendikte asuhan
dan bahwa kerahasiaan pasien akan dilanggar.
8. Komputerisasi sangat mahal.hardware,software,pendidikan staf dan computer tambahan
menunjang kontribusi staf untuk mengembangkan system komputerisasi.
Keuntungan dan kerugian dokumentasi terkomputerisasi
Beberapa keuntungan dari dokumentasi terkomputerisasi secara umum adalah sbb:
1. Catatan dapat di baca
2. Catatan yang siap tersedia
3. Produktivitas bidan/perawat membaik
4. Mengurangi kerusakan catatan
5. Menunjang penggunaan proses asuhan kebidanan/keperawatan
6. Mengurangi dokumentasi yang berlebihan
7. Saran, pengingat dan peringatan klinis
8. Catatan keperawatan/kebidanan lebih terorganisasi
9. Laporan tercetak secara otomatis
10. Dokumentasi sesuai standar profesi
11. Peningkatan rekrutment dan retensi tenaga
12. Peningkatan pengetahuan tentang hasil
13. Ketersediaan data
14. Pencegahan kesalahan pemberian obat
15. Mempermudah penetapan biaya
16. Mencetak instruksi pemulangan
Meskipun keuntungan menggunakan lebih banyak daripada kerugiannya, dibeberapa
tempat terdapat masalah berkaitan dengan pemakaian computer untuk dokumentasi. Beberapa
permasalahan dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sbb:
19. 1. Keuntungan pencatatan dengan kertas. Pencatatan kertas sudah dikenal, mudah dibawa dan
dapat dibawa ke ruang perawatan pasien, tidak terjadi downtime, fleksibilitas dalam pencatatan
data, memudahkan pencatatan data subjektif dan naratif, dapat dicari dan diperiksa dengan cepat.
2. Masalah keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi, kerahasiaan
dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.
Rekomendasi pemilihan system komputerisasi
Perubahan yang cepat di bidang pelayanan kesehatan, mengubah beberapa peraturan lama
pemilihan system informasi computer. Menurut Pasternack (1998, cit. lyer and champ, 2005),
perubahan peraturan tersebut adalah:
1. Peraturan lama: cari daftar client yang besar ; peraturan baru: besar bukan berate lebih baik.
2. Peraturan lama: membeli software dalam jumlah besar ; peraturan baru: beli software hanya
yang diperlukan saja.
3. Peraturan lama: cari sesuatu yang baru dan popular ; peraturan baru: sesuatu yang sedang
populer tidak berarti akan populer selamanya.
4. Peraturan lama: beli yang terbaik, baru kemudian diintegrasikan ; peraturan baru: tetap bersama
beberapa produsen.
5. Peraturan lama: beli yang tersedia dan biarkan produsen mengurusnya ; peraturan baru: cari
produsen yang akan berbagi risiko dan keuntungan.
6. Peraturan lama: membeli software yang mahal sebanding dengan fungsi yang tinggi ;
peraturan baru: membeli berdasarkan nilai barang.
20. Share13
Posted By : Bid. Diah Widyatun, S.ST on 4/23/2012 06:58:00 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: DIII Kebidanan, Dokumentasi
Posts Terkait:
Bidang Hodge bidang penurunan kepala janin
Kontrasepsi KB Mantap Medis Operatif Wanita (MOW) / tubektomi dan Medis Operatif
Pria (MOP) / vasektomi
macam penyebab Perdarahan Antepartum (dalam kehamilan)
materi perlukaan pada jalan lahir
Pengambilan keputusan pada praktek kebidanan (Decision making proces in midwifery
pratice)
Pemberian obat/ penyuntikkan melalui intracutan (IC)
Cara menyusui pada putting datar
PRO ASI EKSKLUSIF.. TEGAKKAN UU PENGATURAN SUSU FORMULA
ASI Eksklusif dan Manfaat lengkap ASI
Macam-macam bentuk panggul pada wanita
+ komentar + 2 komentar
Reply
Anonymous
October 19, 2012 at 1:42 AM
assalamualaikum,.
share ibu,.
klau ada format langsung plus contohnya lebih completed,. :)
terimakasih.
Terimakasih Anonymous atas Komentarnya di teknik model pedokumentasian POR, SOR, CBE, Kardeks dan Komputerisasi
Reply
linda idrus
October 6, 2013 at 5:48 AM
:)
Terimakasih linda idrus atas Komentarnya di teknik model pedokumentasian POR, SOR, CBE, Kardeks dan Komputerisasi
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
21. Subscribe to: Post Comments (Atom)
Penikmat Pengetahuan
Cari Artikel Di sini...
Blog
About Me
Disclaimer
Contact Me
Berminat Jadi Penulis Tamu di Blog ini ?
Personality
Bid. Diah Widyatun, S.ST
Semarang, Indonesia
. Dosen kebidanan POLITEKNIK Banjarnegara . Bidan praktisi . Mahasiswa S2
BIOMEDIK Fakultas Kedokteran UNISSULA Contact : diiediahwidy@gmail.com
View my complete profile
Masukkan alamat email anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan
postingan terbaru via email anda. Bergabunglah dengan pengikut lainnya.
masukkan ema
E - Library
► 2015 (6)
► 2014 (5)
► 2013 (23)
▼ 2012 (438)
o ► November (11)
o ► October (2)
o ► September (3)
o ► July (93)
o ► June (75)
o ► May (62)
Categories
Anatomi dan
Fisiologi
Askeb I (Kehamilan)
Askeb II
(Persalinan)
Askeb III (Nifas)
Askeb IV
(Patologis)
Askeb V
(Komunitas)
Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak
Catatan Diriku
22. o ▼ April (192)
Macam-macam Gaya Belajar : karakteristik,
metode d...
Macam-macam bentuk panggul pada wanita
Ketika Bulan dan Matahari mencinta dalam
diam : pa...
Bidang Hodge bidang penurunan kepala janin
Kontrasepsi KB Mantap Medis Operatif
Wanita (MOW) ...
Teks pembawa acara (MC) peresmian
pembangunan mush...
macam penyebab Perdarahan Antepartum
(dalam kehami...
materi perlukaan pada jalan lahir
Materi Ruptur Uteri
Checklist konseling pra pemasangan KB
AKBK
CHECKLIST KONSELING PASCA
PEMASANGAN KB AKDR
Checklist tindakan pemasangan KB Implant
CHECKLIST KONSELING PASCA
PEMASANGAN AKDR
CHECKKLIST TINDAKAN ANESTESI
PRA PEMASANGAN AKBK I...
Checklist tindakan pemasangan KB Implant
Checklist konseling KB pra Metode Operatif
Wanita ...
CHECKLIST KONSELING PRA
PEMASANGAN AKBK
CHECKLIST KONSELING PRA
PENGGUNAAN KONTRASEPSI MIN...
Checklist konseling pil kondar
CHECKLIST ANAMNESA CALON
AKSEPTOR IUD
Checklist tanda bahaya Bayi Baru Lahir
(BBL)
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes)
tanda-tand...
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes) ASI
Eksklu...
Checklist Pendidikan Kesehatan (PenKes)
Vitamin A ...
Checklist Pendidikan Kesehatan (PenKes)
Kebutuhan ...
Checklist anamnesa Ibu Nifas
Checklist Manual Plasenta
Catatan Dunia
Medis
Catatan Investigasi
Checklist
DIII Kebidanan
Diseases
DIV Kebidanan
Dokumentasi
Etika Profesi Hukum
Kesehatan
Evaluasi Pendidikan
HASIL EVALUASI
Healty Living
Intermezzo
KB
KDPK
KESPRO
KIA
Konsep Kebidanan
Micro Teaching
Obstetri Ginekologi
Organisasi
Manajemen dan
Mutu YanKeb
Soal Ujian
un categorized
| [tutup]
Other Web
23. Checklist pertolongan sungsang secara
MULLER - MAU...
Checklist Metode Pertolongan Persalinan Mc.
Robert...
Checklist Pendidikan Kesehatan (PenKes)
Posisi men...
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes)
Persiapan ...
Checklist manajemen aktif kala III
Checklist PERTOLONGAN PERSALINAN
KALA II
Checklist tindakan penjahitan laserasi
perineum je...
Checklist episiotomi mediolateralis
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes)
tanda baha...
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes)
tanda baha...
Checklist pengukuran panggul luar
Checklist Palpasi Leopold
arti dan makna lambang IBI
Pelayanan kebidanan dan ruang lingkupnya
paradigma dan falsafah kebidanan
Definisi bidan hingga asuhan kebidanan
Visi, Misi dan sejarah Ikatan Bidan Indonesia
(IBI...
definisi dan isi KODE ETIK Kebidanan
Checklist PenKes kebutuhan gizi ibu hamil
Checklist pendidikan kesehatan (PenKes)
body mekan...
Checklist anamnesa kunjungan ibu hamil
Checklist pendidikan kesehatan metode
kanguru
Anatomi panggul wanita pembentuk, fungsi
dan jenis...
materi inversio uteri
materi retensio plasenta
Materi Lengkap Atonia Uteri
Tanda-tanda bahaya kehamilan
Tips cara memilih pakaian saat hamil
Cara menghitung Hari perkiraan lahir (HPL)
Apakah boleh dan aman ibu hamil berpuasa ?
Tips anjuran ibu hamil berpuasa
Definisi Buta Warna mekanisme, tanda gejala
SISTEM IMUNOLOGI PADA JANIN
Latihan soal nifas patologis untuk Uji SIB /
24. STR
Latihan soal persalinan patologis untuk Uji
SIB / ...
Latihan soal persalinan fisiologis untuk Uji
SIB /...
Latihan soal asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita untu...
Latihan soal KB untuk OSCA knowledge dan
Uji STR
Latihan soal Kehamilan patologis untuk uji
SIB / S...
Latihan soal Kehamilan fisiologis untuk Uji
SIB / ...
Latihan soal Nifas fisiologis untuk Uji SIB /
STR
Latihan soal kesehatan reproduksi untuk Uji
STR / ...
Konsep dasar dokumentasi kebidanan
Pengertian definisi bidan dan falsafah
kebidanan
Model konseptual dalam asuhan kebidanan
(model med...
Dasar pemikiran, fokus dan tujuan dalam
teori kebi...
teknik model pedokumentasian POR, SOR,
CBE, Kardek...
IBU HAMIL DENGAN DIABETES
MELITUS (DM) dan upaya y...
IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT
JANTUNG
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Pengertian Hiperemesis Gravidarum (HEG)
definisi Intrauterine growth retardation
(IUGR)
ectopic pregnancy (kehamilan ektopik)
MOLA HIDATIDOSA
PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI
definisi NAPZA, macam dan penanganannya
pengertian CANDIDIASIS VAGINALIS
Caput Succedaneum
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
KLIMAKTERIUM masa Pra menopause,
menopouse hingga ...
Kontipasi pada bayi dan penanganannya
MENORAGIA
Gangguan perkembangan pada anak
25. Kebutuhan Anak Balita
stimulasi berdasarkan tahapan perkembangan
bayi ba...
Materi Tumbuh Kembang BALITA lengkap
Standar Pelayanan Antenatal
Kebutuhan Ibu Hamil tiap trimester
Perubahan psikologis kehamilan dan Proses
Pencapai...
Perubahan fisiologis ibu hamil
Tanda-tanda kehamilan dugaan, kemungkinan
dan past...
Materi konsep dasar kehamilan lengkap
58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Welcome for like..
Recent Coment
New Release
History
Live Traffic Feed
JBD. Powered by Blogger.
Search Engine Submission - AddMe
Hal-hal yang bisa dicoba:
Telusuri jurnalbidandiah.blogspot.co.id:
2012 teknik model pedokumentasian por so