SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
BAKTERIOLOGI 2
KLASIFIKASI BAKTERI, IDENTIFIKASI BAKTERI, PATOGENESIS DAN
RESISTENSI BAKTERI
Disusun Oleh :
Yuli Permatasari (P27903219022)
POLTEKKES KEMENKES BANTEN TEKNIK LABORATORIUM MEDIS
September, 2020
Jl. Dr. Sitanala, Komplek SPK Keperawatan Tangerang, RT.002/RW.003, Karang
Sari, Kec. Neglasari, Kota Tangerang, Banten 11610
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah
Bakteriologi 2 dengan judul “Klasifikasi Bakteri, Identifikasi Bakteri,
Patogenesis Dan Resistensi Bakteri” ini dengan tepat waktu.
Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading
yang tak retak. Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun daripada semua
pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.
Tangerang, 15 September 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Umum ................................................................................................. 1
1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Urine............................................................................................... 2
2.2 Komposisi Urine ............................................................................................. 2
2.3 Fungsi Urine ................................................................................................... 2
2.4 Pemeriksaan Urine Indikasi ............................................................................ 3
A. Pemeriksaan Urobilin ............................................................................... 3
B. Pemeriksaan Benda Keton......................................................................... 4
C. Pemeriksaan Darah Samar ........................................................................ 6
D. Pemeriksaan Bilirubin .............................................................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kemajuan iptek seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia
untuk bekerja lebih keras lagi. Didalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat
resiko dari pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja ini di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah
factor biologi, fisik, kimia, fisiologi dan psykologi. Sebagai contoh orang yang
bekerja pada sektor peternakan atau pada sektor pekerjaan yang berkontak
langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja itu tidak selalu
bersih dalam artian bebas dari sumber–sumber penyakit yang berupa virus,
bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, bahkan hewan dan tumbuhan
besarpun dapat menjadi sumber penyakit. Akan tetapi virus dan bakterilah yang
menjadi penyebab utama penyakit dalam kerja, khususnya pekerjaan yang
berkontak langsung dengan lingkungan.
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh bakteri tidak
hanya membutuhkan tindakan pengobatan saja tetapi juga diperlukan
pengetahuan tentang itu bakteri bagaimana bakteri tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh manusia.
Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan
spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa
macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan
tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus,
sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah
melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan.
iv
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya
sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan
pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan
patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Resistensi bakteri patogen terhadap agen antibiotik merupakan mekanisme
alamiah untuk bertahan hidup (Fischbach & Walsh, 2009). Namun hal tersebut
menimbulkan kerugian apabila terjadi secara klinis. Pada saat seseorang terkena
infeksi suatu bakteri patogen kemudian diobati dengan antibiotik, bakteri yang
sensitif terhadap agen antibiotik tersebut akan mati atau terhambat
pertumbuhannya, sedangkan bakteri yang resisten tidak akan terganggu. Seiring
berjalannya waktu, bakteri resisten akan menggantikan bakteri sensitif sehingga
terapi dengan antibiotik yang sama tidak dapat digunakan lagi. Proses
patogenisitas akibat infeksi tetap berlangsung. Akibatnya, biaya pengobatan akan
membengkak dan resiko kematian meningkat (Fischbach & Walsh, 2009)
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui klasifikasi bakteri
2. Mengetahui identifikasi bakteri
3. Mengetahui patogenesis dan resistensi bakteri
1.3 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang pengantar bakteriologi
1.4 Tujuan Khusus
1. Memahami klasifikasi bakteri
2. Memahami identifikasi bakteri
3. Memahami patogenesis dan resistensi bakteri
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TAKSONOMI DAN KLASIFIKASI BAKTERI
Taksonomi berasal dari kata “taksis” artinya aturan atau penjabaran dan kata
“nomos” artinya aturan atau hukum. Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi
atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang disebut
taksa (tunggal = takson). Klasifikasi berarti penyusunan organisme kedalam grup
taksonomi (taksa) dengan berdasarkan kemiripan atau hubungannya. Tata nama
adalah penamaan suatu organisme melalui aturan internasional menurut ciri
khasnya. Secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian, penamaan dan
pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba. Untuk
klasifikasi dan determinasi bakteri dipakai buku : Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology yang menggambarkan sifat-sifat bakteri secara
terperinci. Sel organisme terdiri atas dua golongan utama, yaitu sel prokariotik
dan sel eukariotik. Kelompok organisme berdasarkan golongan prokariotik dan
eukariotik dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut
Bakteri dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif karena :
a) Mempunyai dinding sel seperti tanaman
b) Beberapa Jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik.
vi
1. Klasifikasi Bakteri
Bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler,
tidak mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau
biner. Karena tidak mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang
saprofitik ataupun sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar
di mana-mana, yaitu di udara, di dalam tanah, didalam air, pada bahan-
bahan, pada tanaman ataupun pada tubuh manusia atau hewan. Klasifikasi
bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan, misalnya :
a) Klasifikasi Bakteri Patogen
Bergey’s Manual ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi
utama, berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu :
1) Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif
2) Firmicutes : Bakteri Gram Positif
3) Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel
4) Archaebacteria
Gracilicutes, Firmicutes, Tenericutes termasuk kedalam Eubacteria
b) Klasifikasi Berdasarkan Genetika
Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler
memungkinkan diperolehnya informasi mengenai kekerabatan
organisme-organisme pada tingkat genetic berdasarkan :
1) Komposisi basa DNA
2) Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma
3) Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
4) Polimer-polimer pada sel
5) Struktur organel dan pola regulasinya
c) Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe :
1) Morfologi Sel
2) Morfologi Koloni
3) Sifat terhadap pewarnaan
4) Reaksi pertumbuhan
5) Sifat pertumbuhan
vi
i
d) Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel :
1) Bentuk bulat (coccus)
2) Bentuk batang
3) Bentuk spiral
4) Bentuk vibrio
e) Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan :
1) Pewarnaan sederhana
2) Pewarnaan diferensial
3) Pewarnaan khusus
f) Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan :
1) Aerob
2) Anaerob
3) Mikroaerofilik
g) Klasifikasi berdasarkan metabolisme :
1) Bakteri Autotrophic
2) Bakteri Heterotrophic
2. Nomenklatur Bakteri
Seperti halnya tanaman, bakteri juga menggunakan 2 nama yaitu nama
binomial (binomial name), yang diajukan oleh Linnaeus pada tahun 1753
untuk penamaan tanaman. Kaidah penulisan nama bakteri pada tingkat
spesies ditulis dengan cara nama genus mendahului nama spesiesnya.
Huruf awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama spesies
ditulis dengan huruf kecil. Keseluruhan nama ditulis dengan dicetak
miring. Contohnya : Staphylococcus aureus. Penamaan bakteri pada
jenjang taksonominya dapat terlihat pada tabel 1.2 dibawah ini.
vi
ii
Bakteri yang termasuk kedalam spesies tertentu akan memiliki sifat-sifat
struktural, biokimiawi, sifat fisiologis, ekologi, komposisi basa DNA,
homologi dan sifat-sifat genetic yang sama.
3. Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
Sel organisme terdiri atas dua golongan utama, yaitu sel prokariotik dan
sel eukariotik. Kedua tipe sel secara kimiawi adalah serupa, yakni sama-
sama memiliki asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Kedua tipe
sel tersebut juga menggunakan reaksi kimia yang sama untuk
memetabolisme makanan, membentuk protein, dan menyimpan energi.
Perbedaan sel prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel,
membran sel, serta tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang
terspesialisasi yang memiliki fungsi-fungsi spesifik.
a. Sel Prokariotik
Sel prokariotik secara struktural lebih sederhana dan hanya ditemukan
pada organisme bersel satu dan berkoloni, yaitu bakteri dan archaea.
Dapat dikatakan sel prokariotik sebagai suatu molekul yang
dikelilingi oleh membran dan dinding sel karena tidak mempunyai
organel sel, tetapi mempunyai sistem membran dalam dinding selnya.
Suatu sel prokariotik terdiri atas DNA, sitoplasma, dan suatu struktur
permukaan termasuk membran plasma dan komponen dinding sel,
kapsul, dan lapisan lendir (slime layer).
Ciri-ciri sel prokariotik adalah:
1) Sitoplasma sel prokariotik bersifat difuse dan bergranular karena
adanya ribosom yang melayang di sitoplasma sel
2) Membran plasma yang berbentuk dua lapis fosfolipid yang
memisahkan bagian dalam sel dari lingkungannya dan berperan
sebagai filter dan komunikasi sel
3) Tidak memiliki organel yang dikelilingi membran
4) Memiliki dinding sel kecuali mycoplasma dan thermoplasma
5) kromosom umumnya sirkuler. Sel prokariotik tidak memiliki inti
sejati karena DNA tidak terselubung oleh membran
6) Dapat membawa elemen DNA ekstrakromosom yang disebut
plasmid, yang umumnya sirkuler (bulat). Plasmid umumnya
membawa fungsi tambahan, misalnya resistensi antibiotik
ix
7) Beberapa prokariotik memiliki flagela yang berfungsi sebagai alat
gerak
8) Umumnya memperbanyak diri dengan pembelahan biner.
b. Sel Eukariotik
Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasma (RE), badan golgi, lisosom, vakuola,
peroksisom, dan lain-lain. Organel dan komponen lain berada pada
sitosol, yang bersama dengan nukleus disebut protoplasma.
Ciri-ciri sel eukariotik adalah:
1. Sitoplasma sel eukariotik tidak tampak berbutir-butir
(bergranular), karena ribosom terikat pada retikulum endoplasma
2. Memiliki sejumlah organel yang dikelilingi oleh membran,
termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi,
lisosom, dan kadang terdapat pula kloroplas
3. DNA eukariotik terikat oleh protein kromosomal (histon dan non
histon). Struktur kromosom bersama protein kromosomal disebut
kromosom. Seluruh DNA Kromosom tersimpan dalam inti sel
4. Sel eukariotik bergerak dengan menggunakan silia atau flagela
yang secara struktural lebih komplek dibandingkan silia atau
flagela pada sel prokariotik.
Secara rinci perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik dapat dilihat
pada tabel 1.3 berikut ini.
x
xi
2.2 MORFOLOGI DAN STRUKTUR BAKTERI
1. Morfologi Bakteri
Arti kata morfologi adalah pengetahuan tentang bentuk (morphos).
Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme,
terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya. Morfologi
bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfologi makroskopik
(morfologi koloni) dan morfologi mikroskopik (morfologi seluler).
a. Morfologi makroskopis
Morfologi makroskopis yaitu bentuk bakteri dengan mengamati
karakteristik koloninya pada lempeng agar. Karakteristik koloni
dibedakan atas dasar bentuk koloni, ukuran koloni, pinggiran (margin
koloni), peninggian (elevasi), warna koloni, permukaan
koloni,konsistensi dan pigmen yang dihasilkan koloni. Populasi bakteri
tumbuh sangat cepat ketika mereka ditambahkan dan disesuaikan
dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka untuk
berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang
memberi penampilan yang khas.
Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk
lingkaran, sementara ada yang bentuknya tidak teratur. Menurut
Pradhika (2008), koloni bakteri mempunyai ciri yang berbeda-beda
tergantung jenisnya dan mediumnya.
1) Ukuran Koloni
Jika dilihat pertumbuhan di petri dish, ukuran koloni bakteri ada
yang berbentuk : titik (pinpoint/punctiform), kecil (small), sedang
(moderat) dan besar (large).
xi
i
2) Pigmentasi
Mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen
intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler
yang dapat terlarut dalam media. Warna pigmen yang dihasilkan
dapat putih, kuning, merah, ungu dan sebagainya.
3) Karakteristik optik
Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat melewati koloni opaque
(tidak dapat ditembus cahaya), t transparan (bening).
4) Bentuk, Pinggiran dan Peninggian (Elevasi) koloni bakteri
Bentuk koloni bakteri ada yang sirkuler (bulat bertepi) ireguler
(tidak beraturan, bertepi) dan yang rhizoid (berbentuk seperti akar
dan pertumbuhannya menyebar. Sedangkan dilihat dari tepi atau
xi
ii
pinggirannya, koloni bakteri ada yang memiliki tepi yang rata
(entire), tepi yang berlekuk (lobate). Tepi yang bergelombang
(undulate), tepi yang bergerigi (serrate) dan tepi yang menyerupai
benang (filamentous). Jika dilihat dari elevasi atau ketinggian
pertumbuhan koloni bakteri, maka bentuk koloni dapat dibedakan
menjadi : Koloni flat, jika ketinggian tidak terukur, nyaris rata
dengan medium, raised : ketinggian nyata terlihat, namun rata pada
seluruh permukaan, convex, peninggian koloni berbentuk cembung
seperti tetesan air dan umbonate jika peninggian koloni berbentuk
cembung dibagian tengah lebih menonjol. Supaya lebih jelas,
gambaran koloni dapat dilihat pada gambar 1.4 dibawah ini.
xi
v
a. Morfologi Mikroskopis
Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat
melalui pengamatan dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat
bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu : bentuk bulat/kokus,
bentuk batang/basil dan bentuk spiral/ spirilium.
Bentuk bulat
Bentuk kokus (coccus = sferis / tidak bulat betul) dapat di bedakan lagi
menjadi beberapa formasi, yaitu :
1. Micrococcus : berbentuk bulat, satu.
Contohnya, Monococcus gonorrhoe
2. Diplococcus : berbentuk bulat, bergandengan dua-dua.
Conthnya, Diplococcus pneumoniae
3. Staphylococcus : berbentuk bulat, tersusun seperti untaian buah
anggur.
Contohnya, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus saprofiticus
4. Streptococccus : berbentuk bulat, berganden pembelahan sel
kesatu atau dua arah dalam satu garis.
Contohnya, Streptococcus faecalis, Streptococcus lactis
5. Sarcina : berbentuk bulat, terdiri dari 8 sel yang tersusun da hasil
pembelahan sel ke 3 arah.
Contohnya, Thiosarcina rosea
6. Tetracoccus / gaffkya : berbentuk bulat tersusun dari 4 sel
berbentuk bujur sangkar, sebagai hasil pembelahan sel kedua arah.
Contohnya, Pediococcus
x
v
Bentuk Batang
Bakteri bentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang
panjang dan batang pendek, dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk
batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang mempunyai garis
tengah sama atau tidak sama di seluruh bagian panjangnya. Bakteri
bentuk batang dapat membentuk formasi :
1. Sel tunggal (monobasil), contohnya : Escherichia coli
2. Bergandengan dua-dua (diplobacil), contohnya, Diplococcus
pneumonia
3. Rantai (streptobacil), atau sebagai jaringan tiang (palisade),
contohnya: Bacillus anthraxis
x
vi
Bentuk lengkung / spiral
Bentuk lengkung /spiral pada pokoknya dapat dibagi menjadi :
1. Bentuk Koma (vibrio) jika lengkungnya kurang dari setengah
lingkaran. Contohnya, Vibrio cholera, penyebab penyakit kolera.
2. Bentuk Spiral jika lengkungnya lebih dari setengah lingkaran.
Contohnya, Spirillium minor yang menyebabkan demam dengan
perantara gigitan tikus atau hewan pengera lainnya.
3. Bentuk Spirochaeta : berupa spiral yang halus dan lentur, lebih
berkelok dengan ujung lebih runcing. Contohnya, Treponema
pallidum, penyebab penyakit sifilis.
Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium
dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya
lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
x
vi
i
2. Struktur Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur
tambahan. Struktur dasar dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri,
meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan. Sedangkan struktur tambahan hanya dimiliki oleh
jenis bakteri tertentu. Struktur ini meliputi : kapsul, flagellum, pili,
fimbria, kromosom, vakuola gas dan endospore. Untuk dapat memahami
struktur bakteri, dapat dipelajari gambar 1.18 di bawah ini.
a. Struktur dasar
1) Dinding sel
Kebanyakan bakteri mempunyai dinding sel. Dinding sel tersebut
terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri.
Dinding sel bersifat elastik dan terletak diantara kapsula dan
membran sitoplasma. Susunan kimia dinding sel sangat kompleks
dan dapat terdiri dari beberapa macam bentuk seperti selulosa,
hemiselulose, khitin (karbohidrat, protein, lemak yang
mengandung unsur N) tergantung dari spesies bakteri. Dinding sel
ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali pada
Mycoplasma.
Fungsi dinding sel adalah :
- Memberi perlindungan terhadap protoplasma
- Berperan penting dalam perkembangbiakan sel
- Mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu
dinding sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan
melindungi protoplasma dari pengaruh zat-zat racun
- Sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam
lingkungannya
- Mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik
di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir.
x
vi
ii
2) Membran Plasma
Membran sel merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel
terletak didalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel.
Berdasarkan pengujian sitokimia, membrane sel menunjukkan
adanya protein lipida dan asam-asam nukleat. Membran sel
menyerap cat-cat basa lebih kuat dari pada sitoplasma. Membran
yang menyelubungi sitoplasma ini tersusun atas lapisan fosfolipid
dan protein.
Fungsi membran sel antara lain :
- Transpor bahan makanan secara selektif.
- Pada spesies aerob merupakan tempat transport elektron dan
oksidasi-fosforlasi.
- Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.
- Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada
biosintesa DNA.
- Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik
- Mengatur keluar masuknya zat-zat
- Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2
bagian, diikuti dengan
- Pembentukan dinding pemisah.
xi
x
3) Sitoplasma
Merupakan isi sel yang berupa cairan, disebut juga dengan
protoplasma. Protoplasma merupakan koloid yang mengandung
karbohidrat, protein, enzim-enzim, belerang, kalsium karbonat dan
volutin. Komponen-komponen sitoplasma terdiri dari :
 Inti
Adanya inti pada bakteri dapat dilihat dengan mikroskop
electron, ini merupakan daerah yang tidak tembus cahaya
elektron dan di dalamnya terkandung asam deoksiribonukleat
(ADN). Inti bakteri tidak memiliki membrane sehingga
termasuk dalam organisme prokariotik.
 Ribosom
Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan
polyribosom merupakan rantai ribosom yang menempel pada m
RNA. Jumlah ribosom bervariasi sesuai dengan kondisi
pertumbuhan, sel tumbuh cepat dalam medium yang sesuai,
mengandung lebih banyak ribosom dibandingkan dengan sel
tumbuh lambat dalam medium yang kurang memadai. Ribosom
bakteri terletak menyebar di sitoplasma. Hal ini terjadi karena
bakteri tidak mempunyai membrane inti. Organel ini berfungsi
sebagai tempat sintesis protein.
 Granula Sitoplasma / granula penyimpan makanan
Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula penyimpanan
makanan tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini
berfungsi untuk menyimpan makanan pada beberapa bakteri.
Di dalam sitoplasma sel prokariot, terdapat granula-granula
yang mengandung berbagai substansi, seperti glikogen,
metafosfat an organik, asam polihidroksibutirat, belerang atau
senyawa yang mengandung nitrogen, yang biasanya digunakan
sebagai cadangan nutrisi bagi sel, substansi cadangan tersebut
di kenal dengan badan inklusi. Jenis inklusi tertentu terdapat di
dalam satu spesies bakteri, sedangkan pada spesies lain tidak
x
x
memilikinya. Oleh karena itu, jenis inklusi sering kali
digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri.
 Plasmid
Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan
mudah didapat oleh bakteri. Namun, bakteri juga mudah untuk
menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri
lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal.
b. Struktur Tambahan
Struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Yang
termasuk kedalam struktur tambahan adalah kapsul, flagelum,
pilus/pili, klorosom, vakuola gas dan endospora.
1) Kapsul atau lapisan lendir
Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada
jenis bakteri tertentu. Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan
lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya Jika lapisan
lender ini cukup tebal maka bungkus ini disebut kapsula. Kapsul
tersusun atas polisakarida dan air.
Fungsi kapsula :
- Melindungi sel terhadap faktor lingkungan (kekeringan)
- Sebagai pengikat antar sel.
Kapsula memiliki arti penting, karena erat hubungannya dengan
faktor virulensi/keganasan bakteri-bakteri patogen. Suatu bakteri
patogen apabila kehilangan kapsulnya, maka akan turun
virulensinya. Hilangnya kemampuan untuk membentuk kapsul
melalui mutasi berhubungan dengan kehilangan virulensi dan
kerusakan oleh fagosit namun tidak mempengaruhi kelangsungan
hidup bakteri. Tidak semua bakteri memiliki kapsula. Jika bakteri
tersebut kehilangan kapsulnya sama sekali maka ia akan dapat
kehilangan virulensinya dan dengan demikian akan kehilangan
kemampuannya untuk menyebabkan infeksi.
x
xi
2) Flagel
Flagel atau bulu cambuk adalah suatu benang halus yang keluar
dari sitoplasma dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri
sebagai alat pergerakan. Banyak spesies bakteri yang bergerak
menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk
lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya
flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel.
Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikron, dan
panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Flagella dilekatkan pada
tubuh sel bakteri oleh struktur kompleks yang mengandung kait
dan badan basal. Kait ini berupa struktur pendek yang melengkung
yang berfungsi sebagai sendi antara motor pada struktur basal
dengan flagella. Berdasarkan letak dan jumlah flagelnya bakteri
dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
a) Bakteri atrich, yaitu bakteri yang tidak mepunyai flagel,
contohnya : Klebsiella sp dan Shigella sp.
b) Bakteri monotrich yaitu bakteri yang memiliki flagel tunggal
pada salah satu ujungnya. Contoh : Vibrio cholerae
c) Bakteri lofotrich yaitu bakteri yang mempunyai seberkas flagel
yang terletak pada salah satu ujungnya. Contoh:
Rhodospirillum rubrum.
d) Bakteri amfitrik yaitu bakteri yang mempunyai masing-masing
seberkas flagella atau satu flagel yang terletak pada kedua
ujungnya. Contoh : Pseudomonas aeruginosa
e) Bakteri peritrich yaitu bakteri yang mempunyai flagel yang
terletak diseluruh permukaan sel. Contoh : Salmonella thyposa
x
xi
i
3) Pili
Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari
dinding sel. Pili mirip dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan
berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein. Kebanyakan
terdapat pada bakteri gram negative. Panjang pili sekitar 0.5-20
mikron. Pili tersusun melingkari sel, dan mempunyai jumlah
kurang lebih 150 buah tiap sel. Seperti flagel, pili juga berpangkal
pada protoplasma Pili mengandung protein yang disebut pillin.
Pada garis besarnya pili merupakan alat untuk melekat, misalnya
dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri dapat melekat dekat
dengan permukaan medium cair dimana kadar oksigennya lebih
baik. Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel lainnya.
Fungsi pelekatan sel ini penting pada peristiwa konjugasi.
Konjugasi adalah peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan
betina. Sel-sel bakteri jantan dilengkapi dengan Pili khusus yang
disebut Pili sex.
4) Klorosom
Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran
plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya
untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri
yang melakukan fotosintesis.
x
xi
ii
5) Vakuola gas
Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan
berfotosintesis. Dengan mengatur jumlah gas dalam vakuola
gasnya, bakteri dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan
sel mereka secara keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah
dalam air.
6) Spora (Endospora)
Beberapa bakteri dapat membentuk endospora (spora). Endospora
yaitu struktur berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat Sangat
membias cahaya, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-
faktor luar yang buruk. Fungsi spora pada bakteri bukan sebagai
alat reproduksi seperti halnya pada fungi. Spora bakteri
mempunyai arti lain yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.
Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan
menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi
cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jadi, jika kondisi lingkungan
tidak menguntungkan, maka bakteri pembentuk spora akan
mengubah bentuk vegetatifnya menjadi spora. Kondisi tersebut
dinamakan fase sporulasi. sebaliknya jika kondisi lingkungan
menguntungkan maka spora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru
(sel vegetatif). Kondisi ini dinamakan fase germinasi. Bakteri yang
membentuk spora adalah genus Bacillus sp dan Clostridium sp
selain itu juga ada beberapa spesies dari Sarcina sp. dan Vibrio sp.
Gambaran spora dan fase sporulasi dapat terlihat pada gambar
dibawah ini.
x
xi
v
3. Penggolongan Bakteri Berdasarkan Struktur Dinding Sel
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan
yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi
bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai
larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan
alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna
safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai
dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram
Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan
mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak
berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif
akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol,
dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna
air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna
ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
x
x
v
Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi
dinding selnya – beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama
membentuk struktur tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan
peptidoglikan atau disebut juga lapisan Murein/Mukopeptida yang
merupakan 50% dari bahan dinding sel. Sedangkan pada bakteri Gram
negative hanya ada 1 atau 2 lapisan yang merupakan 5-10% dari bahan
dinding sel. Selain itu dinding sel bakteri Gram-positif memiliki asam
Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol (seperti ribitol
dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu: asam
lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat
bermuatan negative karena mengandung gugus fosfat dalam struktur
molekul mereka.
x
x
vi
Komponen khusus dinding sel Bakteri Gram negatif terdiri dari
Lipoprotein dan selaput Luar. Selaput luar mempunyai saluran khusus
yang mengandung molekul protein yang disebut porin yang memudahkan
difusi pasif senyawa hidrofil dengan berat molekul rendah (gula, asam
amino, ion-ion tertentu. Molekul antibiotika dapat menembus, lambat,
sehingga bakteri Gram Negatif relatif lebih resisten terhadap antibiotika.
Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella
sp, Shigella sp, E. Coli dan sebagainya. Sedangkan bakteri gram positif
adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Clostridium, Bacillus.
1. PATOGENESIS
Patogenesis adalah istilah kedokteran yang berasal dari bahasa
Yunani pathos, penyakit, dan genesis, penciptaan. Patogenesis merupakan
keseluruhan proses perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap
perkembangan, rantai kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut
dan serangkaian perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di
dalamnya, seperti sel, jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor
eksternal seperti faktor mikrobial, kimiawi dan fisis.
Proses perjalanan penyakit umumnya dapat dibagi kedalam lima fase, yaitu
prapatogenesis, inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit (Azrul
Azwar, 1998).
1. Fase prepatogenesis
Pada fase ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu
(manusia) dengan agen. tetapi, jika daya tahan tubuh manusia pada fase ini
masih kuat, penyakit tidak akan muncul.
2. Fase inkubasi
x
x
vi
i
Jika agen telah masuk ke dalam tubuh manusia, tetapi belum terlihat
adanya gejala, keadaan ini disebut dengan fase inkubasi. Masa inkubasi
suatu penyakit berbeda dengan masa inkubasi penyakit lain sebab agen
penyebab/ bibit penyakitnya berbeda. Setiap bibit penyakit memiliki
karakteristik, sifat, dan kemampuan yang berbeda dalam proses patologis.
3. Fase penyakit dini
Fase ini dimulai sejak munculnya gejala penyakit. Umumnya, gejala
yang muncul pada fase ini masih relatif ringan sehingga manusia sering kali
tidak menghiraukannya. Pada fase ini, daya tahan tubuh masih ada, namun
cenderung lemah..
4. Fase penyakit lanjut
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase penyakit dini; terjadi akibat
melemahnya kondisi tubuh seseorang akibat bertambah parahnya penyakit.
5. Fase akhir penyakit
Penyakit yang diderita manusia suatu saat tentu akan berakhir. Akhir
perjalana n penyakit pada manusia bervariasi. Secara umum, ada empat
klasifikasi akhir perjalanan penyakit, yakni sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, sembuh sebagai pembawa (carrier), dan meninggal dunia.
MEKANISME PATOGENISITAS
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada
factor – factor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat-zat penghambat. Bakteri yang hidup di bagian tubuh tertentu
pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan
dan hidup secara normal. Beberapa anggota bakteri tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Bakteri yang menetap di selaput lendir ( mukosa ) dan kulit dapat mencegah
kolonialisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan
bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada
reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambat oleh produk metabolic atau racun, penghambat oleh zat
antibiotik atau bakteriosin ( bacteriocins ).
Supresi bakteri normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung
akan di tempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada
tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain
x
x
vi
ii
itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenic dilepaskan oleh bakteri adalah
penting untuk perkembangan system kekebalan tubuh normal (Waluyo, 2005)
Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya.
Dengan kriteria ini bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Agen penyebab penyakit, adalah bakteri pathogen yang menyebabkan
suatu penyakit ( Salmonella sp. ).
2. Pathogen oportunistik, adalah bakteri yang berkemampuan sebagai
pathogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah ( contoh E.
coli ) menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang
dikompromikan ( diperlemah ).
3. Non pathogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi pathogen.
Namun bakteri non pathogen dapat menjadi pathogen karena
kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti
kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi.
VIRULENSI MIKROORGANISME
Mikroorganisme pathogen memiliki faktor virulensi yang dapat
meningkatkan patogenisitasnya dan memungkinkannya berkolonisasi atau
menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi normal tubuh. Virulensi
menggambarkan kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Virulensi
merupakan ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus
dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit, Keberadaan
mikroorganisme pathogen dalam tubuh adalah akibat dari berfungsinya faktor
virulensi mikroorganisme, dosis ( jumlah ) mikroorganisme, dan faktor
resistensi tubuh inang.
Mikroorganisme pathogen memperoleh akses memasuki tubuh inang
melalui perlekatan pada permukaan mukosa inang. Perlekatan ini terjadi
antara molekul permukaan pathogen yang disebut adhesion atau ligan yang
terikat secara spesifik pada permukaan reseptor komplementer pada sel inang.
Adhesion berlokasi pada glikogaliks mikroorganisme atau pada struktur
permukaan mikroorganisme yang lain seperti pada fimbria. Bahan glikogaliks
yang membentuk kapsul mengelilingi dinding sel bakteri merupakan properti
yang meningkatkan virulensi bakteri. Kandungan kimiawi pada kapsul
mencegah proses fogositosis oleh sel inang. Virulensi mikroorganisme juga
disebabkan oleh produksi enzim ekstraseluler (eksoenzim).
JALAN MASUK MIKROORGANISME KE T UBUH INANG
x
xi
x
1) Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme
infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk
partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak,
tuberculosis, dan cacar air.
2) Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan
makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan
dihancurkan oleh asam klorida ( HCL ) dan enzim – enzim di lambung, atau
oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat
menimbukan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A,
dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan
yang terkontaminasi.
3) Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang
tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan
bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini
disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan
dapat membuka rute infeksi parenteral.
4) Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni
mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat
kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat
pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada
permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa
menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim
glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu
fruktosa adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi
bakteri dan dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak
gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh Streptococcus dan
anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak permeable terhadap saliva,
maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak dilarutkan atau
dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat plak
tersebut melekat.
x
x
x
CONTOH – CONTOH BAKTERI PATOGEN DAN PATOGENESISNYA
1. Shigella sp.
a. Ciri-ciri:
 Batang pendek
 gram negatif
 Tunggal
 Tidak bergerak
 Suhu optimum 370c
 Tidak membentuk spora
 Aerobik, anaerobik fakultatif
 Patogenik, menyebabkan disentri
Gambar 1. Shigella
sp.
b. Habitat
Habitat pada Shigella sp. ini adalah saluran pencernaan manusia. Dia dapat
tumbuh subur di usus manusia.
c. Virlensi dan Infeksi
Bakteri Shigella sp. dalan infeksinya melewati fase oral. Bakteri ini
mampu mengeluarkan toksin LT. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel
sel mukosa usus halus, berkembang biak di daerah invasi tersebut. Lalu,
mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya perubahan sistem enzim di
dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase). Akibat invasi bakteri ini, terjadi
infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel
tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil di daerah invasi. Akibatnya, sel-
sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus
dan akhirnya keluar bersama tinja lalutinja bercampur lendir dan darah.
Masa inkubasi berkisar 1-7 hari, yang paling umum yaitu sekitar 4 hari.
Gejala mula-mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri. Diare
biasanya terjadi setelah 48 jam, diikuti oleh disentri 2 hari kemudian. Pada
kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah, lendir, dan nanah.
d. Patogenesis Shigella sp.
 Shigella mempenetrasi intraseluler epitel usus besar
 Terjadi perbanyakan bakteri
 Menghasilkan edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis
 S. Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik
dan enterotoksik.
x
x
xi
Gambar 2. Patogenesis Shigella sp.
e. Penularan
Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh dari makanan yang sudah
terkontaminasi, walaupun keliatannya makanan itu terlihat normal. Air pun
juga dapat menjadi salah satu hal yang terkontaminas dengan bakteri ini.
Artinya, infeksi Shigella dapat terjadi jika ada kontak dengan feses yang
terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi.
2. Salmonella sp.
a. Ciri-ciri:
 Batang gram negatif
 Terdapat tunggal
 Tidak berkapsul
 Tidak membentuk spora
 Peritrikus
 Aerobik, anaerobik fakultatif
 Patogenik, menyebabkan gastroenteritis
Gambar
5. Salmonella sp.
b. Habitat
Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi
melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan
manusia.
c. Infeksi
Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar
bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran
pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami
diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan
x
x
xi
i
baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang
dihasilkan bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ
reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami
keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri salmonella ini antara lain
primata, iguana, ular, dan burung.
d. Patogenesis
 Menghasilkan toksin LT.
 Invasi ke sel mukosa usus halus.
 Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.
 Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian
menyebabkan infiltrasi sel-sel radang.
Gambar 6. Patogenesis dari salmonella
e. Penularan
Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan.
Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang
terjangkit atau terkontaminasi bakteri.
2. RESISTENSI BAKTERI
x
x
xi
ii
Resistensi bakteri patogen terhadap agen antibiotik merupakan
mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Fischbach & Walsh, 2009). Namun
hal tersebut menimbulkan kerugian apabila terjadi secara klinis. Pada saat
seseorang terkena infeksi suatu bakteri patogen kemudian diobati dengan
antibiotik, bakteri yang sensitif terhadap agen antibiotik tersebut akan mati
atau terhambat pertumbuhannya, sedangkan bakteri yang resisten tidak akan
terganggu. Seiring berjalannya waktu, bakteri resisten akan menggantikan
bakteri sensitif sehingga terapi dengan antibiotik yang sama tidak dapat
digunakan lagi. Proses patogenisitas akibat infeksi tetap berlangsung.
Akibatnya, biaya pengobatan akan membengkak dan resiko kematian
meningkat (Fischbach & Walsh, 2009; Tenover, 2006). Permasalahan lain yaitu
kemunculan bakteri-bakteri resisten lebih cepat dari penemuan agen
antibiotic yang mampu mengatasi bakteri tersebut (Fischbach &Walsh, 2009).
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai resistensi bakteri pathogen
dan langkah langkah strategis untuk mengatasi bakteri patogen yang telab
mengalami resistensi.
MEKANISME RESISTENSI DAN KATEGORI BAKTERI RESISTEN
Mekanisme terjadinya resistensi bakteri patogen terhadap agen
antibiotik dapat terjadi karena resistensi secara alami (innate) atau dapatan
(acquired). Beberapa bakteri memiliki resistensi alami (innate )terhadap lebih
dari satu kelas agen antibiotic (Tenover, 2006).Terdapat dua istilah pada
resistensi bakteri berdasarkan mekanisme perubaban genetiknya yaitu 'evolusi
vertikal' , dan 'evolusi horisontal' (McManus, 1997). Evolusi vertikal terjadi
akibat adanya mutasi kromosomal dan proses seleksi. Hal tersebut terjadi pada
saat terapi menggunakan agen antibiotik. Bakteri yang sensitive terhadap
antibiotik tersebut akan mati, sedangkan yang resisten akan bertahan kemudian
memperbanyak diri sehingga meningkatkan populasi bakteri resisten. Awal
mula terjadinya resistensi pada evolusi vertikal diduga karena adanya mutasi
spontan. Mutasi tersebut menyebabkan berbagai hal sebagai berikut:
1. Perubaban situs perlekatan agen protein target dengan agen antibiotic
2. Upregulation produksi enzim yang dapat menginaktifkan agen antibiotik.
3. Perubaban protein kanal membran luar bakteri yang mengakibatkan agen
antibiotik tidak dapat masuk ke dalam intraseluler bakteri.
4. Upregulation yang menghasilkan peningkatan jumlah pompa effluks yang
mampu mengeluarkan agen antibiotik dari intraseluler menuju
ekstraseluler bakteri.
x
x
xi
v
Evolusi horisontal terjadi akibat adanya pertukaran material genetik
dari organisme yang telah resisten. Organisme resisten tersebut dapat berasal
dari spesies yang sama maupun dari spesies atau genus yang berlainan.
Pertukaran material genetik terjadi melalui proses konjugasi, transduksi, dan
transformasi. Konjugasi material genetik bakteri resisten terjadi pada bakteri
Gram negatif melalui 'pilus', yaitu struktur perpanjangan suatu protein yang
menghubungkan dua organisme. Transduksi terjadi melalui material genetik
yang ditransfer oleh bakteriofag (virus yang menyerang bakteri). Adapun
transformasi terjadi melalui segmen DNA dari bakteri resisten yang ada di
lingkungan bakteri non-resisten yang ada saat lisis bakteri resisten. Hal tersebut
dapat mengakibatkan individu organisme bakteri non-resisten berubah menjadi
resisten (McManus, 1997).
Adapun kategori-kategori bakteri resisten menurut Magiorakos et al.,(2012)
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Multidrug-resistant (MDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan
sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap paling tidak satu agen
antibiotik dari tiga atau lebih kategori agen antibiotik.
2. Extensively drug-resistant (XDR) yaitu resistensi bakteri yang
didefinisikan sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap paling tidak satu
agen antibiotik dari semua kategori agen antibiotik kecuali satu atau dua
kategori yang masih sensitif.
3. Pan drug-resistant (PDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan
sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap semua agen antibiotik dari
semua kategori.
STRATEGI UNTUK MENGATASI RESISTENSI BAKTERI
Menurut Walsh (2000) terdapat beberapa strategi untuk mengatasi resistensi
bakteri patogen. Strategi tersebut adalab sebagai berikut:
1. Menemukan target berdasarken mekanisme resistensi
Salah satu mekanisme resistensi bakteri terbadap antibiotik β-laktam
adalah dengan menghasilkan enzim β-laktamase yang dapat menonaktifkan
antibiotik tersebut. Salah satu strategi mengatasi bakteri penghasil β-
laktamase yaitu membuat antibiotik baru dari struktur utama β-laktam
dengan cara memodifikasi struktur rantai samping. Hal tersebut dapat
mengatasi bakteri yang resisten, namun banya sementara.
2. Pengembangan kelas antibiotik baru
Tujuan pengembangan kelas antibiotik baru adalah menghasilkan
antibiotik dengan potensi yang tinggi dan spektrum yang lebih luas, namun
seminimal mungkin menghasilkan bakteri resisten. Hasil dari strategi ini
x
x
x
v
adalah ditemukannya kelas antibiotik linezolid. Linezolid diketahui
memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat sintesis protein melalui
interaksi spesifik dengan 23S RNA ribosom. Linezolid telah ditetapkan
sebagai kelas pertama antibiotik yang diperkenalkan sekitar tahun 2000.
Sebelumnya, tidak ada kelas antibiotik baru yang ditemukan sejak 1970.
3. Penggunaan teknik genomik untuk menentukan target baru
Perkernbangan pesat pada teknik genomik menjadikan gen-gen dari
beberapa bakteri patogen dapat disekuens secara lengkap. Studi yang
intensif terus dilakukan untuk mengetahui gen yang bertanggung jawab
terhadap ekspresi protein yang berperan pada virulensi bakteri maupun
pada daya survival bakteri tersebut. Protein-protein tersebut sebagian telah
diketahui sehingga memperluas target kandidat agen antibiotik yang saat
ini terbatas. Target-target baru tersebut berfungsi dalam skrining untuk
menentukan senyawa penuntun yang dapat dikembangkan menjadi agen
antibiotik barn dengan syarat dapat digunakan pada skrining in vitro
.kemudian in vivo pada hewan uji. Dengan kata lain target baru tersebut
harus tervalidasi. Contoh target baru tersebut adalah metallopeptidase yang
merupakan protein yang esensial bagi bakteri dan terdapat pada hampir
semua bakteri.
4. Mengembangkan strategi untuk memperlama siklus penggunaan antibiotik.
Strategi ini dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik
yang telah tersedia. Di negara berkembang seringkali terjadi
ketidaksesuaian penggunaan antibiotik. Hal ini disebabkan oleh pemberian
resep dokter yang kurang tepat dan perilaku pasien terhadap penggunaan
antibiotik. Pembcrian resep dokter yang kurang tepat terjadi pada hampir
separuh dari kasus infeksi. Dokter memberikan antibiotik padahal infeksi
disebabkan oleb virus, bukan disebabkan oleh bakteri. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan pcnggunaan antibiotik yang tidak
perlu. Adapun perilaku pasien khususnya di negara berkembang yaitu dapat
dengan mudah mendapatkan dan mengkonsumsi antibiotik di luar resep
dokter. Mereka mengkonsumsi antibiotic untuk menghilangkan gejala
tanpa memperhatikan aturan pakai. Akibatnya dosis yang didapatkan
merupakan dosis subterapi yang hanya menghilangkan gejala, namun
x
x
x
vi
menyisakan bakteri resisten. Pasien tersebut beresiko menjadi reservoir
bakteri resisten yang dapat menyebar ke individu lain.
Acuan standar diperlukan untuk mencegah timbulnya resistensi
bakteri pada terapi antibiotik. Adapun anjuran dari acuan tersebut yaitu
penggunaan antibiotik secara optimal (dosis, lama terapi, dan jenis
antibiotik), mengganti antibiotik secara terpola, serta menggunakan
antibiotik dalam kombinasi (Shlaes et al., 1997).

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1
 
Morfologi dan struktur bakteri
Morfologi dan struktur bakteriMorfologi dan struktur bakteri
Morfologi dan struktur bakteri
 
Bakteriologi klinik
Bakteriologi klinikBakteriologi klinik
Bakteriologi klinik
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Buku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiBuku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologi
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Bakteri Berbahaya
Bakteri BerbahayaBakteri Berbahaya
Bakteri Berbahaya
 
Lap postulat adz
Lap postulat adzLap postulat adz
Lap postulat adz
 
VIRUS
VIRUSVIRUS
VIRUS
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Dasar dasar-bakteriologi-2 (1)
Dasar dasar-bakteriologi-2 (1)Dasar dasar-bakteriologi-2 (1)
Dasar dasar-bakteriologi-2 (1)
 
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigiMakalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 
Konsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologiKonsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologi
 
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
 
Plaque.tycka
Plaque.tyckaPlaque.tycka
Plaque.tycka
 
Mengenal Bakteri
Mengenal BakteriMengenal Bakteri
Mengenal Bakteri
 
Lap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adzLap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adz
 

Similar to KLASIFIKASI BAKTERI

dececcPengolahan limbah bakteri
dececcPengolahan limbah bakteridececcPengolahan limbah bakteri
dececcPengolahan limbah bakteriWendi Hermawan
 
Dasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiDasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiPoltekes TNI AU
 
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxPPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxssuser018360
 
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologiKAMARIAH S.Pd
 
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.ppt
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.pptdasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.ppt
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.pptandinovriani1
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliahhari budin
 
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdfBAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdfWan Na
 
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptx
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptxEva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptx
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptxevazulioktavia1998
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfWan Na
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfWan Na
 

Similar to KLASIFIKASI BAKTERI (20)

dececcPengolahan limbah bakteri
dececcPengolahan limbah bakteridececcPengolahan limbah bakteri
dececcPengolahan limbah bakteri
 
kelompok B bakteri
kelompok B bakterikelompok B bakteri
kelompok B bakteri
 
Dasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiDasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologi
 
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1BMIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptxPPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
PPT-UEU-Mikrobiologi-Farmasi-Pertemuan-1 (5).pptx
 
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
 
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.ppt
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.pptdasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.ppt
dasar-dasar-bakteriologi-2_(1)_2.ppt
 
dasar-dasar-bakteriologi.ppt
dasar-dasar-bakteriologi.pptdasar-dasar-bakteriologi.ppt
dasar-dasar-bakteriologi.ppt
 
Bakteri
Bakteri Bakteri
Bakteri
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliah
 
Bioproses
BioprosesBioproses
Bioproses
 
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdfBAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 1 - Pengenalan Dunia Mikroba.pdf
 
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptx
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptxEva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptx
Eva Zuli Oktavia,S.Tr.Keb., M.Tr.Keb_Mikrobiologi Kebidanan.pptx
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
 
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdfBAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
BAHAN BACAAN BAB 3-1- Bakteri.pdf
 
Review mikrobiologi
Review mikrobiologiReview mikrobiologi
Review mikrobiologi
 
dasar-dasar-bakteriologi ppt.ppt
dasar-dasar-bakteriologi ppt.pptdasar-dasar-bakteriologi ppt.ppt
dasar-dasar-bakteriologi ppt.ppt
 

Recently uploaded

Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxnoviariansari
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 

Recently uploaded (12)

Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 

KLASIFIKASI BAKTERI

  • 1. BAKTERIOLOGI 2 KLASIFIKASI BAKTERI, IDENTIFIKASI BAKTERI, PATOGENESIS DAN RESISTENSI BAKTERI Disusun Oleh : Yuli Permatasari (P27903219022) POLTEKKES KEMENKES BANTEN TEKNIK LABORATORIUM MEDIS September, 2020 Jl. Dr. Sitanala, Komplek SPK Keperawatan Tangerang, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota Tangerang, Banten 11610
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Bakteriologi 2 dengan judul “Klasifikasi Bakteri, Identifikasi Bakteri, Patogenesis Dan Resistensi Bakteri” ini dengan tepat waktu. Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini. Tangerang, 15 September 2020 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1 1.3 Tujuan Umum ................................................................................................. 1 1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Urine............................................................................................... 2 2.2 Komposisi Urine ............................................................................................. 2 2.3 Fungsi Urine ................................................................................................... 2 2.4 Pemeriksaan Urine Indikasi ............................................................................ 3 A. Pemeriksaan Urobilin ............................................................................... 3 B. Pemeriksaan Benda Keton......................................................................... 4 C. Pemeriksaan Darah Samar ........................................................................ 6 D. Pemeriksaan Bilirubin .............................................................................. 7 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10 3.2 Saran ............................................................................................................... 10 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 11
  • 4. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kemajuan iptek seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia untuk bekerja lebih keras lagi. Didalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat resiko dari pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja ini di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah factor biologi, fisik, kimia, fisiologi dan psykologi. Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor peternakan atau pada sektor pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja itu tidak selalu bersih dalam artian bebas dari sumber–sumber penyakit yang berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, bahkan hewan dan tumbuhan besarpun dapat menjadi sumber penyakit. Akan tetapi virus dan bakterilah yang menjadi penyebab utama penyakit dalam kerja, khususnya pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan. Untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh bakteri tidak hanya membutuhkan tindakan pengobatan saja tetapi juga diperlukan pengetahuan tentang itu bakteri bagaimana bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung. Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
  • 5. iv Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Resistensi bakteri patogen terhadap agen antibiotik merupakan mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Fischbach & Walsh, 2009). Namun hal tersebut menimbulkan kerugian apabila terjadi secara klinis. Pada saat seseorang terkena infeksi suatu bakteri patogen kemudian diobati dengan antibiotik, bakteri yang sensitif terhadap agen antibiotik tersebut akan mati atau terhambat pertumbuhannya, sedangkan bakteri yang resisten tidak akan terganggu. Seiring berjalannya waktu, bakteri resisten akan menggantikan bakteri sensitif sehingga terapi dengan antibiotik yang sama tidak dapat digunakan lagi. Proses patogenisitas akibat infeksi tetap berlangsung. Akibatnya, biaya pengobatan akan membengkak dan resiko kematian meningkat (Fischbach & Walsh, 2009) 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengetahui klasifikasi bakteri 2. Mengetahui identifikasi bakteri 3. Mengetahui patogenesis dan resistensi bakteri 1.3 Tujuan Umum Menjelaskan tentang pengantar bakteriologi 1.4 Tujuan Khusus 1. Memahami klasifikasi bakteri 2. Memahami identifikasi bakteri 3. Memahami patogenesis dan resistensi bakteri
  • 6. v BAB II PEMBAHASAN 2.1 TAKSONOMI DAN KLASIFIKASI BAKTERI Taksonomi berasal dari kata “taksis” artinya aturan atau penjabaran dan kata “nomos” artinya aturan atau hukum. Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang disebut taksa (tunggal = takson). Klasifikasi berarti penyusunan organisme kedalam grup taksonomi (taksa) dengan berdasarkan kemiripan atau hubungannya. Tata nama adalah penamaan suatu organisme melalui aturan internasional menurut ciri khasnya. Secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian, penamaan dan pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba. Untuk klasifikasi dan determinasi bakteri dipakai buku : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology yang menggambarkan sifat-sifat bakteri secara terperinci. Sel organisme terdiri atas dua golongan utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Kelompok organisme berdasarkan golongan prokariotik dan eukariotik dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut Bakteri dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif karena : a) Mempunyai dinding sel seperti tanaman b) Beberapa Jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik.
  • 7. vi 1. Klasifikasi Bakteri Bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler, tidak mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner. Karena tidak mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang saprofitik ataupun sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar di mana-mana, yaitu di udara, di dalam tanah, didalam air, pada bahan- bahan, pada tanaman ataupun pada tubuh manusia atau hewan. Klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan, misalnya : a) Klasifikasi Bakteri Patogen Bergey’s Manual ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi utama, berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu : 1) Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif 2) Firmicutes : Bakteri Gram Positif 3) Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel 4) Archaebacteria Gracilicutes, Firmicutes, Tenericutes termasuk kedalam Eubacteria b) Klasifikasi Berdasarkan Genetika Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-organisme pada tingkat genetic berdasarkan : 1) Komposisi basa DNA 2) Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma 3) Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen 4) Polimer-polimer pada sel 5) Struktur organel dan pola regulasinya c) Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe : 1) Morfologi Sel 2) Morfologi Koloni 3) Sifat terhadap pewarnaan 4) Reaksi pertumbuhan 5) Sifat pertumbuhan
  • 8. vi i d) Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel : 1) Bentuk bulat (coccus) 2) Bentuk batang 3) Bentuk spiral 4) Bentuk vibrio e) Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan : 1) Pewarnaan sederhana 2) Pewarnaan diferensial 3) Pewarnaan khusus f) Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan : 1) Aerob 2) Anaerob 3) Mikroaerofilik g) Klasifikasi berdasarkan metabolisme : 1) Bakteri Autotrophic 2) Bakteri Heterotrophic 2. Nomenklatur Bakteri Seperti halnya tanaman, bakteri juga menggunakan 2 nama yaitu nama binomial (binomial name), yang diajukan oleh Linnaeus pada tahun 1753 untuk penamaan tanaman. Kaidah penulisan nama bakteri pada tingkat spesies ditulis dengan cara nama genus mendahului nama spesiesnya. Huruf awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama spesies ditulis dengan huruf kecil. Keseluruhan nama ditulis dengan dicetak miring. Contohnya : Staphylococcus aureus. Penamaan bakteri pada jenjang taksonominya dapat terlihat pada tabel 1.2 dibawah ini.
  • 9. vi ii Bakteri yang termasuk kedalam spesies tertentu akan memiliki sifat-sifat struktural, biokimiawi, sifat fisiologis, ekologi, komposisi basa DNA, homologi dan sifat-sifat genetic yang sama. 3. Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik Sel organisme terdiri atas dua golongan utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Kedua tipe sel secara kimiawi adalah serupa, yakni sama- sama memiliki asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Kedua tipe sel tersebut juga menggunakan reaksi kimia yang sama untuk memetabolisme makanan, membentuk protein, dan menyimpan energi. Perbedaan sel prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel, membran sel, serta tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang terspesialisasi yang memiliki fungsi-fungsi spesifik. a. Sel Prokariotik Sel prokariotik secara struktural lebih sederhana dan hanya ditemukan pada organisme bersel satu dan berkoloni, yaitu bakteri dan archaea. Dapat dikatakan sel prokariotik sebagai suatu molekul yang dikelilingi oleh membran dan dinding sel karena tidak mempunyai organel sel, tetapi mempunyai sistem membran dalam dinding selnya. Suatu sel prokariotik terdiri atas DNA, sitoplasma, dan suatu struktur permukaan termasuk membran plasma dan komponen dinding sel, kapsul, dan lapisan lendir (slime layer). Ciri-ciri sel prokariotik adalah: 1) Sitoplasma sel prokariotik bersifat difuse dan bergranular karena adanya ribosom yang melayang di sitoplasma sel 2) Membran plasma yang berbentuk dua lapis fosfolipid yang memisahkan bagian dalam sel dari lingkungannya dan berperan sebagai filter dan komunikasi sel 3) Tidak memiliki organel yang dikelilingi membran 4) Memiliki dinding sel kecuali mycoplasma dan thermoplasma 5) kromosom umumnya sirkuler. Sel prokariotik tidak memiliki inti sejati karena DNA tidak terselubung oleh membran 6) Dapat membawa elemen DNA ekstrakromosom yang disebut plasmid, yang umumnya sirkuler (bulat). Plasmid umumnya membawa fungsi tambahan, misalnya resistensi antibiotik
  • 10. ix 7) Beberapa prokariotik memiliki flagela yang berfungsi sebagai alat gerak 8) Umumnya memperbanyak diri dengan pembelahan biner. b. Sel Eukariotik Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma (RE), badan golgi, lisosom, vakuola, peroksisom, dan lain-lain. Organel dan komponen lain berada pada sitosol, yang bersama dengan nukleus disebut protoplasma. Ciri-ciri sel eukariotik adalah: 1. Sitoplasma sel eukariotik tidak tampak berbutir-butir (bergranular), karena ribosom terikat pada retikulum endoplasma 2. Memiliki sejumlah organel yang dikelilingi oleh membran, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, lisosom, dan kadang terdapat pula kloroplas 3. DNA eukariotik terikat oleh protein kromosomal (histon dan non histon). Struktur kromosom bersama protein kromosomal disebut kromosom. Seluruh DNA Kromosom tersimpan dalam inti sel 4. Sel eukariotik bergerak dengan menggunakan silia atau flagela yang secara struktural lebih komplek dibandingkan silia atau flagela pada sel prokariotik. Secara rinci perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini.
  • 11. x
  • 12. xi 2.2 MORFOLOGI DAN STRUKTUR BAKTERI 1. Morfologi Bakteri Arti kata morfologi adalah pengetahuan tentang bentuk (morphos). Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfologi makroskopik (morfologi koloni) dan morfologi mikroskopik (morfologi seluler). a. Morfologi makroskopis Morfologi makroskopis yaitu bentuk bakteri dengan mengamati karakteristik koloninya pada lempeng agar. Karakteristik koloni dibedakan atas dasar bentuk koloni, ukuran koloni, pinggiran (margin koloni), peninggian (elevasi), warna koloni, permukaan koloni,konsistensi dan pigmen yang dihasilkan koloni. Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka ditambahkan dan disesuaikan dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang memberi penampilan yang khas. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk lingkaran, sementara ada yang bentuknya tidak teratur. Menurut Pradhika (2008), koloni bakteri mempunyai ciri yang berbeda-beda tergantung jenisnya dan mediumnya. 1) Ukuran Koloni Jika dilihat pertumbuhan di petri dish, ukuran koloni bakteri ada yang berbentuk : titik (pinpoint/punctiform), kecil (small), sedang (moderat) dan besar (large).
  • 13. xi i 2) Pigmentasi Mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media. Warna pigmen yang dihasilkan dapat putih, kuning, merah, ungu dan sebagainya. 3) Karakteristik optik Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat melewati koloni opaque (tidak dapat ditembus cahaya), t transparan (bening). 4) Bentuk, Pinggiran dan Peninggian (Elevasi) koloni bakteri Bentuk koloni bakteri ada yang sirkuler (bulat bertepi) ireguler (tidak beraturan, bertepi) dan yang rhizoid (berbentuk seperti akar dan pertumbuhannya menyebar. Sedangkan dilihat dari tepi atau
  • 14. xi ii pinggirannya, koloni bakteri ada yang memiliki tepi yang rata (entire), tepi yang berlekuk (lobate). Tepi yang bergelombang (undulate), tepi yang bergerigi (serrate) dan tepi yang menyerupai benang (filamentous). Jika dilihat dari elevasi atau ketinggian pertumbuhan koloni bakteri, maka bentuk koloni dapat dibedakan menjadi : Koloni flat, jika ketinggian tidak terukur, nyaris rata dengan medium, raised : ketinggian nyata terlihat, namun rata pada seluruh permukaan, convex, peninggian koloni berbentuk cembung seperti tetesan air dan umbonate jika peninggian koloni berbentuk cembung dibagian tengah lebih menonjol. Supaya lebih jelas, gambaran koloni dapat dilihat pada gambar 1.4 dibawah ini.
  • 15. xi v a. Morfologi Mikroskopis Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui pengamatan dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu : bentuk bulat/kokus, bentuk batang/basil dan bentuk spiral/ spirilium. Bentuk bulat Bentuk kokus (coccus = sferis / tidak bulat betul) dapat di bedakan lagi menjadi beberapa formasi, yaitu : 1. Micrococcus : berbentuk bulat, satu. Contohnya, Monococcus gonorrhoe 2. Diplococcus : berbentuk bulat, bergandengan dua-dua. Conthnya, Diplococcus pneumoniae 3. Staphylococcus : berbentuk bulat, tersusun seperti untaian buah anggur. Contohnya, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprofiticus 4. Streptococccus : berbentuk bulat, berganden pembelahan sel kesatu atau dua arah dalam satu garis. Contohnya, Streptococcus faecalis, Streptococcus lactis 5. Sarcina : berbentuk bulat, terdiri dari 8 sel yang tersusun da hasil pembelahan sel ke 3 arah. Contohnya, Thiosarcina rosea 6. Tetracoccus / gaffkya : berbentuk bulat tersusun dari 4 sel berbentuk bujur sangkar, sebagai hasil pembelahan sel kedua arah. Contohnya, Pediococcus
  • 16. x v Bentuk Batang Bakteri bentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang panjang dan batang pendek, dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang mempunyai garis tengah sama atau tidak sama di seluruh bagian panjangnya. Bakteri bentuk batang dapat membentuk formasi : 1. Sel tunggal (monobasil), contohnya : Escherichia coli 2. Bergandengan dua-dua (diplobacil), contohnya, Diplococcus pneumonia 3. Rantai (streptobacil), atau sebagai jaringan tiang (palisade), contohnya: Bacillus anthraxis
  • 17. x vi Bentuk lengkung / spiral Bentuk lengkung /spiral pada pokoknya dapat dibagi menjadi : 1. Bentuk Koma (vibrio) jika lengkungnya kurang dari setengah lingkaran. Contohnya, Vibrio cholera, penyebab penyakit kolera. 2. Bentuk Spiral jika lengkungnya lebih dari setengah lingkaran. Contohnya, Spirillium minor yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewan pengera lainnya. 3. Bentuk Spirochaeta : berupa spiral yang halus dan lentur, lebih berkelok dengan ujung lebih runcing. Contohnya, Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis. Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
  • 18. x vi i 2. Struktur Bakteri Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur tambahan. Struktur dasar dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri, meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan. Sedangkan struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Struktur ini meliputi : kapsul, flagellum, pili, fimbria, kromosom, vakuola gas dan endospore. Untuk dapat memahami struktur bakteri, dapat dipelajari gambar 1.18 di bawah ini. a. Struktur dasar 1) Dinding sel Kebanyakan bakteri mempunyai dinding sel. Dinding sel tersebut terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri. Dinding sel bersifat elastik dan terletak diantara kapsula dan membran sitoplasma. Susunan kimia dinding sel sangat kompleks dan dapat terdiri dari beberapa macam bentuk seperti selulosa, hemiselulose, khitin (karbohidrat, protein, lemak yang mengandung unsur N) tergantung dari spesies bakteri. Dinding sel ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali pada Mycoplasma. Fungsi dinding sel adalah : - Memberi perlindungan terhadap protoplasma - Berperan penting dalam perkembangbiakan sel - Mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu dinding sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi protoplasma dari pengaruh zat-zat racun - Sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya - Mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir.
  • 19. x vi ii 2) Membran Plasma Membran sel merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel terletak didalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel. Berdasarkan pengujian sitokimia, membrane sel menunjukkan adanya protein lipida dan asam-asam nukleat. Membran sel menyerap cat-cat basa lebih kuat dari pada sitoplasma. Membran yang menyelubungi sitoplasma ini tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein. Fungsi membran sel antara lain : - Transpor bahan makanan secara selektif. - Pada spesies aerob merupakan tempat transport elektron dan oksidasi-fosforlasi. - Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik. - Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintesa DNA. - Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik - Mengatur keluar masuknya zat-zat - Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian, diikuti dengan - Pembentukan dinding pemisah.
  • 20. xi x 3) Sitoplasma Merupakan isi sel yang berupa cairan, disebut juga dengan protoplasma. Protoplasma merupakan koloid yang mengandung karbohidrat, protein, enzim-enzim, belerang, kalsium karbonat dan volutin. Komponen-komponen sitoplasma terdiri dari :  Inti Adanya inti pada bakteri dapat dilihat dengan mikroskop electron, ini merupakan daerah yang tidak tembus cahaya elektron dan di dalamnya terkandung asam deoksiribonukleat (ADN). Inti bakteri tidak memiliki membrane sehingga termasuk dalam organisme prokariotik.  Ribosom Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan polyribosom merupakan rantai ribosom yang menempel pada m RNA. Jumlah ribosom bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbuhan, sel tumbuh cepat dalam medium yang sesuai, mengandung lebih banyak ribosom dibandingkan dengan sel tumbuh lambat dalam medium yang kurang memadai. Ribosom bakteri terletak menyebar di sitoplasma. Hal ini terjadi karena bakteri tidak mempunyai membrane inti. Organel ini berfungsi sebagai tempat sintesis protein.  Granula Sitoplasma / granula penyimpan makanan Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula penyimpanan makanan tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan makanan pada beberapa bakteri. Di dalam sitoplasma sel prokariot, terdapat granula-granula yang mengandung berbagai substansi, seperti glikogen, metafosfat an organik, asam polihidroksibutirat, belerang atau senyawa yang mengandung nitrogen, yang biasanya digunakan sebagai cadangan nutrisi bagi sel, substansi cadangan tersebut di kenal dengan badan inklusi. Jenis inklusi tertentu terdapat di dalam satu spesies bakteri, sedangkan pada spesies lain tidak
  • 21. x x memilikinya. Oleh karena itu, jenis inklusi sering kali digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri.  Plasmid Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan mudah didapat oleh bakteri. Namun, bakteri juga mudah untuk menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal. b. Struktur Tambahan Struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Yang termasuk kedalam struktur tambahan adalah kapsul, flagelum, pilus/pili, klorosom, vakuola gas dan endospora. 1) Kapsul atau lapisan lendir Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu. Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya Jika lapisan lender ini cukup tebal maka bungkus ini disebut kapsula. Kapsul tersusun atas polisakarida dan air. Fungsi kapsula : - Melindungi sel terhadap faktor lingkungan (kekeringan) - Sebagai pengikat antar sel. Kapsula memiliki arti penting, karena erat hubungannya dengan faktor virulensi/keganasan bakteri-bakteri patogen. Suatu bakteri patogen apabila kehilangan kapsulnya, maka akan turun virulensinya. Hilangnya kemampuan untuk membentuk kapsul melalui mutasi berhubungan dengan kehilangan virulensi dan kerusakan oleh fagosit namun tidak mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri. Tidak semua bakteri memiliki kapsula. Jika bakteri tersebut kehilangan kapsulnya sama sekali maka ia akan dapat kehilangan virulensinya dan dengan demikian akan kehilangan kemampuannya untuk menyebabkan infeksi.
  • 22. x xi 2) Flagel Flagel atau bulu cambuk adalah suatu benang halus yang keluar dari sitoplasma dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri sebagai alat pergerakan. Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikron, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Flagella dilekatkan pada tubuh sel bakteri oleh struktur kompleks yang mengandung kait dan badan basal. Kait ini berupa struktur pendek yang melengkung yang berfungsi sebagai sendi antara motor pada struktur basal dengan flagella. Berdasarkan letak dan jumlah flagelnya bakteri dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu: a) Bakteri atrich, yaitu bakteri yang tidak mepunyai flagel, contohnya : Klebsiella sp dan Shigella sp. b) Bakteri monotrich yaitu bakteri yang memiliki flagel tunggal pada salah satu ujungnya. Contoh : Vibrio cholerae c) Bakteri lofotrich yaitu bakteri yang mempunyai seberkas flagel yang terletak pada salah satu ujungnya. Contoh: Rhodospirillum rubrum. d) Bakteri amfitrik yaitu bakteri yang mempunyai masing-masing seberkas flagella atau satu flagel yang terletak pada kedua ujungnya. Contoh : Pseudomonas aeruginosa e) Bakteri peritrich yaitu bakteri yang mempunyai flagel yang terletak diseluruh permukaan sel. Contoh : Salmonella thyposa
  • 23. x xi i 3) Pili Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel. Pili mirip dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein. Kebanyakan terdapat pada bakteri gram negative. Panjang pili sekitar 0.5-20 mikron. Pili tersusun melingkari sel, dan mempunyai jumlah kurang lebih 150 buah tiap sel. Seperti flagel, pili juga berpangkal pada protoplasma Pili mengandung protein yang disebut pillin. Pada garis besarnya pili merupakan alat untuk melekat, misalnya dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri dapat melekat dekat dengan permukaan medium cair dimana kadar oksigennya lebih baik. Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel lainnya. Fungsi pelekatan sel ini penting pada peristiwa konjugasi. Konjugasi adalah peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan betina. Sel-sel bakteri jantan dilengkapi dengan Pili khusus yang disebut Pili sex. 4) Klorosom Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
  • 24. x xi ii 5) Vakuola gas Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis. Dengan mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya, bakteri dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan sel mereka secara keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah dalam air. 6) Spora (Endospora) Beberapa bakteri dapat membentuk endospora (spora). Endospora yaitu struktur berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat Sangat membias cahaya, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor- faktor luar yang buruk. Fungsi spora pada bakteri bukan sebagai alat reproduksi seperti halnya pada fungi. Spora bakteri mempunyai arti lain yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jadi, jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan, maka bakteri pembentuk spora akan mengubah bentuk vegetatifnya menjadi spora. Kondisi tersebut dinamakan fase sporulasi. sebaliknya jika kondisi lingkungan menguntungkan maka spora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru (sel vegetatif). Kondisi ini dinamakan fase germinasi. Bakteri yang membentuk spora adalah genus Bacillus sp dan Clostridium sp selain itu juga ada beberapa spesies dari Sarcina sp. dan Vibrio sp. Gambaran spora dan fase sporulasi dapat terlihat pada gambar dibawah ini.
  • 25. x xi v 3. Penggolongan Bakteri Berdasarkan Struktur Dinding Sel Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
  • 26. x x v Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi dinding selnya – beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama membentuk struktur tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan peptidoglikan atau disebut juga lapisan Murein/Mukopeptida yang merupakan 50% dari bahan dinding sel. Sedangkan pada bakteri Gram negative hanya ada 1 atau 2 lapisan yang merupakan 5-10% dari bahan dinding sel. Selain itu dinding sel bakteri Gram-positif memiliki asam Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol (seperti ribitol dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu: asam lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat bermuatan negative karena mengandung gugus fosfat dalam struktur molekul mereka.
  • 27. x x vi Komponen khusus dinding sel Bakteri Gram negatif terdiri dari Lipoprotein dan selaput Luar. Selaput luar mempunyai saluran khusus yang mengandung molekul protein yang disebut porin yang memudahkan difusi pasif senyawa hidrofil dengan berat molekul rendah (gula, asam amino, ion-ion tertentu. Molekul antibiotika dapat menembus, lambat, sehingga bakteri Gram Negatif relatif lebih resisten terhadap antibiotika. Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella sp, Shigella sp, E. Coli dan sebagainya. Sedangkan bakteri gram positif adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Clostridium, Bacillus. 1. PATOGENESIS Patogenesis adalah istilah kedokteran yang berasal dari bahasa Yunani pathos, penyakit, dan genesis, penciptaan. Patogenesis merupakan keseluruhan proses perkembangan penyakit atau patogen, termasuk setiap tahap perkembangan, rantai kejadian yang menuju kepada terjadinya patogen tersebut dan serangkaian perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi faktor-faktor eksternal seperti faktor mikrobial, kimiawi dan fisis. Proses perjalanan penyakit umumnya dapat dibagi kedalam lima fase, yaitu prapatogenesis, inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit (Azrul Azwar, 1998). 1. Fase prepatogenesis Pada fase ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu (manusia) dengan agen. tetapi, jika daya tahan tubuh manusia pada fase ini masih kuat, penyakit tidak akan muncul. 2. Fase inkubasi
  • 28. x x vi i Jika agen telah masuk ke dalam tubuh manusia, tetapi belum terlihat adanya gejala, keadaan ini disebut dengan fase inkubasi. Masa inkubasi suatu penyakit berbeda dengan masa inkubasi penyakit lain sebab agen penyebab/ bibit penyakitnya berbeda. Setiap bibit penyakit memiliki karakteristik, sifat, dan kemampuan yang berbeda dalam proses patologis. 3. Fase penyakit dini Fase ini dimulai sejak munculnya gejala penyakit. Umumnya, gejala yang muncul pada fase ini masih relatif ringan sehingga manusia sering kali tidak menghiraukannya. Pada fase ini, daya tahan tubuh masih ada, namun cenderung lemah.. 4. Fase penyakit lanjut Fase ini merupakan kelanjutan dari fase penyakit dini; terjadi akibat melemahnya kondisi tubuh seseorang akibat bertambah parahnya penyakit. 5. Fase akhir penyakit Penyakit yang diderita manusia suatu saat tentu akan berakhir. Akhir perjalana n penyakit pada manusia bervariasi. Secara umum, ada empat klasifikasi akhir perjalanan penyakit, yakni sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, sembuh sebagai pembawa (carrier), dan meninggal dunia. MEKANISME PATOGENISITAS Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada factor – factor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Bakteri yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota bakteri tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Bakteri yang menetap di selaput lendir ( mukosa ) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambat oleh produk metabolic atau racun, penghambat oleh zat antibiotik atau bakteriosin ( bacteriocins ). Supresi bakteri normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan di tempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain
  • 29. x x vi ii itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenic dilepaskan oleh bakteri adalah penting untuk perkembangan system kekebalan tubuh normal (Waluyo, 2005) Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria ini bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Agen penyebab penyakit, adalah bakteri pathogen yang menyebabkan suatu penyakit ( Salmonella sp. ). 2. Pathogen oportunistik, adalah bakteri yang berkemampuan sebagai pathogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah ( contoh E. coli ) menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan ( diperlemah ). 3. Non pathogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi pathogen. Namun bakteri non pathogen dapat menjadi pathogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. VIRULENSI MIKROORGANISME Mikroorganisme pathogen memiliki faktor virulensi yang dapat meningkatkan patogenisitasnya dan memungkinkannya berkolonisasi atau menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi normal tubuh. Virulensi menggambarkan kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Virulensi merupakan ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit, Keberadaan mikroorganisme pathogen dalam tubuh adalah akibat dari berfungsinya faktor virulensi mikroorganisme, dosis ( jumlah ) mikroorganisme, dan faktor resistensi tubuh inang. Mikroorganisme pathogen memperoleh akses memasuki tubuh inang melalui perlekatan pada permukaan mukosa inang. Perlekatan ini terjadi antara molekul permukaan pathogen yang disebut adhesion atau ligan yang terikat secara spesifik pada permukaan reseptor komplementer pada sel inang. Adhesion berlokasi pada glikogaliks mikroorganisme atau pada struktur permukaan mikroorganisme yang lain seperti pada fimbria. Bahan glikogaliks yang membentuk kapsul mengelilingi dinding sel bakteri merupakan properti yang meningkatkan virulensi bakteri. Kandungan kimiawi pada kapsul mencegah proses fogositosis oleh sel inang. Virulensi mikroorganisme juga disebabkan oleh produksi enzim ekstraseluler (eksoenzim). JALAN MASUK MIKROORGANISME KE T UBUH INANG
  • 30. x xi x 1) Saluran pernapasan Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak, tuberculosis, dan cacar air. 2) Saluran pencernaan Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida ( HCL ) dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbukan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang terkontaminasi. 3) Kulit Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuka rute infeksi parenteral. 4) Rongga mulut Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat plak tersebut melekat.
  • 31. x x x CONTOH – CONTOH BAKTERI PATOGEN DAN PATOGENESISNYA 1. Shigella sp. a. Ciri-ciri:  Batang pendek  gram negatif  Tunggal  Tidak bergerak  Suhu optimum 370c  Tidak membentuk spora  Aerobik, anaerobik fakultatif  Patogenik, menyebabkan disentri Gambar 1. Shigella sp. b. Habitat Habitat pada Shigella sp. ini adalah saluran pencernaan manusia. Dia dapat tumbuh subur di usus manusia. c. Virlensi dan Infeksi Bakteri Shigella sp. dalan infeksinya melewati fase oral. Bakteri ini mampu mengeluarkan toksin LT. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus, berkembang biak di daerah invasi tersebut. Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase). Akibat invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil di daerah invasi. Akibatnya, sel- sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus dan akhirnya keluar bersama tinja lalutinja bercampur lendir dan darah. Masa inkubasi berkisar 1-7 hari, yang paling umum yaitu sekitar 4 hari. Gejala mula-mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri. Diare biasanya terjadi setelah 48 jam, diikuti oleh disentri 2 hari kemudian. Pada kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah, lendir, dan nanah. d. Patogenesis Shigella sp.  Shigella mempenetrasi intraseluler epitel usus besar  Terjadi perbanyakan bakteri  Menghasilkan edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis  S. Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik dan enterotoksik.
  • 32. x x xi Gambar 2. Patogenesis Shigella sp. e. Penularan Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh dari makanan yang sudah terkontaminasi, walaupun keliatannya makanan itu terlihat normal. Air pun juga dapat menjadi salah satu hal yang terkontaminas dengan bakteri ini. Artinya, infeksi Shigella dapat terjadi jika ada kontak dengan feses yang terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi. 2. Salmonella sp. a. Ciri-ciri:  Batang gram negatif  Terdapat tunggal  Tidak berkapsul  Tidak membentuk spora  Peritrikus  Aerobik, anaerobik fakultatif  Patogenik, menyebabkan gastroenteritis Gambar 5. Salmonella sp. b. Habitat Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan manusia. c. Infeksi Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan
  • 33. x x xi i baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung. d. Patogenesis  Menghasilkan toksin LT.  Invasi ke sel mukosa usus halus.  Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.  Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan infiltrasi sel-sel radang. Gambar 6. Patogenesis dari salmonella e. Penularan Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan. Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang terjangkit atau terkontaminasi bakteri. 2. RESISTENSI BAKTERI
  • 34. x x xi ii Resistensi bakteri patogen terhadap agen antibiotik merupakan mekanisme alamiah untuk bertahan hidup (Fischbach & Walsh, 2009). Namun hal tersebut menimbulkan kerugian apabila terjadi secara klinis. Pada saat seseorang terkena infeksi suatu bakteri patogen kemudian diobati dengan antibiotik, bakteri yang sensitif terhadap agen antibiotik tersebut akan mati atau terhambat pertumbuhannya, sedangkan bakteri yang resisten tidak akan terganggu. Seiring berjalannya waktu, bakteri resisten akan menggantikan bakteri sensitif sehingga terapi dengan antibiotik yang sama tidak dapat digunakan lagi. Proses patogenisitas akibat infeksi tetap berlangsung. Akibatnya, biaya pengobatan akan membengkak dan resiko kematian meningkat (Fischbach & Walsh, 2009; Tenover, 2006). Permasalahan lain yaitu kemunculan bakteri-bakteri resisten lebih cepat dari penemuan agen antibiotic yang mampu mengatasi bakteri tersebut (Fischbach &Walsh, 2009). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai resistensi bakteri pathogen dan langkah langkah strategis untuk mengatasi bakteri patogen yang telab mengalami resistensi. MEKANISME RESISTENSI DAN KATEGORI BAKTERI RESISTEN Mekanisme terjadinya resistensi bakteri patogen terhadap agen antibiotik dapat terjadi karena resistensi secara alami (innate) atau dapatan (acquired). Beberapa bakteri memiliki resistensi alami (innate )terhadap lebih dari satu kelas agen antibiotic (Tenover, 2006).Terdapat dua istilah pada resistensi bakteri berdasarkan mekanisme perubaban genetiknya yaitu 'evolusi vertikal' , dan 'evolusi horisontal' (McManus, 1997). Evolusi vertikal terjadi akibat adanya mutasi kromosomal dan proses seleksi. Hal tersebut terjadi pada saat terapi menggunakan agen antibiotik. Bakteri yang sensitive terhadap antibiotik tersebut akan mati, sedangkan yang resisten akan bertahan kemudian memperbanyak diri sehingga meningkatkan populasi bakteri resisten. Awal mula terjadinya resistensi pada evolusi vertikal diduga karena adanya mutasi spontan. Mutasi tersebut menyebabkan berbagai hal sebagai berikut: 1. Perubaban situs perlekatan agen protein target dengan agen antibiotic 2. Upregulation produksi enzim yang dapat menginaktifkan agen antibiotik. 3. Perubaban protein kanal membran luar bakteri yang mengakibatkan agen antibiotik tidak dapat masuk ke dalam intraseluler bakteri. 4. Upregulation yang menghasilkan peningkatan jumlah pompa effluks yang mampu mengeluarkan agen antibiotik dari intraseluler menuju ekstraseluler bakteri.
  • 35. x x xi v Evolusi horisontal terjadi akibat adanya pertukaran material genetik dari organisme yang telah resisten. Organisme resisten tersebut dapat berasal dari spesies yang sama maupun dari spesies atau genus yang berlainan. Pertukaran material genetik terjadi melalui proses konjugasi, transduksi, dan transformasi. Konjugasi material genetik bakteri resisten terjadi pada bakteri Gram negatif melalui 'pilus', yaitu struktur perpanjangan suatu protein yang menghubungkan dua organisme. Transduksi terjadi melalui material genetik yang ditransfer oleh bakteriofag (virus yang menyerang bakteri). Adapun transformasi terjadi melalui segmen DNA dari bakteri resisten yang ada di lingkungan bakteri non-resisten yang ada saat lisis bakteri resisten. Hal tersebut dapat mengakibatkan individu organisme bakteri non-resisten berubah menjadi resisten (McManus, 1997). Adapun kategori-kategori bakteri resisten menurut Magiorakos et al.,(2012) antara lain adalah sebagai berikut: 1. Multidrug-resistant (MDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap paling tidak satu agen antibiotik dari tiga atau lebih kategori agen antibiotik. 2. Extensively drug-resistant (XDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap paling tidak satu agen antibiotik dari semua kategori agen antibiotik kecuali satu atau dua kategori yang masih sensitif. 3. Pan drug-resistant (PDR) yaitu resistensi bakteri yang didefinisikan sebagai ketidaksensitifan bakteri terbadap semua agen antibiotik dari semua kategori. STRATEGI UNTUK MENGATASI RESISTENSI BAKTERI Menurut Walsh (2000) terdapat beberapa strategi untuk mengatasi resistensi bakteri patogen. Strategi tersebut adalab sebagai berikut: 1. Menemukan target berdasarken mekanisme resistensi Salah satu mekanisme resistensi bakteri terbadap antibiotik β-laktam adalah dengan menghasilkan enzim β-laktamase yang dapat menonaktifkan antibiotik tersebut. Salah satu strategi mengatasi bakteri penghasil β- laktamase yaitu membuat antibiotik baru dari struktur utama β-laktam dengan cara memodifikasi struktur rantai samping. Hal tersebut dapat mengatasi bakteri yang resisten, namun banya sementara. 2. Pengembangan kelas antibiotik baru Tujuan pengembangan kelas antibiotik baru adalah menghasilkan antibiotik dengan potensi yang tinggi dan spektrum yang lebih luas, namun seminimal mungkin menghasilkan bakteri resisten. Hasil dari strategi ini
  • 36. x x x v adalah ditemukannya kelas antibiotik linezolid. Linezolid diketahui memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat sintesis protein melalui interaksi spesifik dengan 23S RNA ribosom. Linezolid telah ditetapkan sebagai kelas pertama antibiotik yang diperkenalkan sekitar tahun 2000. Sebelumnya, tidak ada kelas antibiotik baru yang ditemukan sejak 1970. 3. Penggunaan teknik genomik untuk menentukan target baru Perkernbangan pesat pada teknik genomik menjadikan gen-gen dari beberapa bakteri patogen dapat disekuens secara lengkap. Studi yang intensif terus dilakukan untuk mengetahui gen yang bertanggung jawab terhadap ekspresi protein yang berperan pada virulensi bakteri maupun pada daya survival bakteri tersebut. Protein-protein tersebut sebagian telah diketahui sehingga memperluas target kandidat agen antibiotik yang saat ini terbatas. Target-target baru tersebut berfungsi dalam skrining untuk menentukan senyawa penuntun yang dapat dikembangkan menjadi agen antibiotik barn dengan syarat dapat digunakan pada skrining in vitro .kemudian in vivo pada hewan uji. Dengan kata lain target baru tersebut harus tervalidasi. Contoh target baru tersebut adalah metallopeptidase yang merupakan protein yang esensial bagi bakteri dan terdapat pada hampir semua bakteri. 4. Mengembangkan strategi untuk memperlama siklus penggunaan antibiotik. Strategi ini dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang telah tersedia. Di negara berkembang seringkali terjadi ketidaksesuaian penggunaan antibiotik. Hal ini disebabkan oleh pemberian resep dokter yang kurang tepat dan perilaku pasien terhadap penggunaan antibiotik. Pembcrian resep dokter yang kurang tepat terjadi pada hampir separuh dari kasus infeksi. Dokter memberikan antibiotik padahal infeksi disebabkan oleb virus, bukan disebabkan oleh bakteri. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan pcnggunaan antibiotik yang tidak perlu. Adapun perilaku pasien khususnya di negara berkembang yaitu dapat dengan mudah mendapatkan dan mengkonsumsi antibiotik di luar resep dokter. Mereka mengkonsumsi antibiotic untuk menghilangkan gejala tanpa memperhatikan aturan pakai. Akibatnya dosis yang didapatkan merupakan dosis subterapi yang hanya menghilangkan gejala, namun
  • 37. x x x vi menyisakan bakteri resisten. Pasien tersebut beresiko menjadi reservoir bakteri resisten yang dapat menyebar ke individu lain. Acuan standar diperlukan untuk mencegah timbulnya resistensi bakteri pada terapi antibiotik. Adapun anjuran dari acuan tersebut yaitu penggunaan antibiotik secara optimal (dosis, lama terapi, dan jenis antibiotik), mengganti antibiotik secara terpola, serta menggunakan antibiotik dalam kombinasi (Shlaes et al., 1997).