SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM MENYIKAPI WABAH COVID 19
DENGAN PENDEKATAN ILMU HADITS
(Penjelasan Hukum Syariat Serta Fikih Ibadah Di Masa Pandemi Covid 19)
Nabila Zalva Audhistya (2000027010)
Nadia Alma Saphira (2000027017)
Yoga Budi Prabowo (2000027002)
Mahasiswa dan Mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Hadits Fakultas Agama Islam
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Email: nabilazalvaaudhistya@gmail.com
nadiaalmasapphira@gmail.com
yogabudiprabowo029@gmail.com
Abstract
This research is motivated by an emergency condition in the form of a corona
virus which requires everyone not to do activities outside the home, so that it
develops towards congregational worship activities in mosques. The view of
people who demand to think about whether to worship in congregational mosques
even though the virus continues to develop or leave worship in mosques because
they are worried about the virus or worship in mosques using masks. In the
context of a globalized epidemic, a pandemic fiqh is needed to regulate the
worship of Muslims during an outbreak like this. Islamic law is always present in
any situation, so that Muslims remain calm in carrying out their religious
activities. Currently, people are still sami'na wa atha'na against the decision of
MUI and the government or accept other views to continue to worship by
avoiding social / physical distance (maintain social or physical distance). The
purpose of this study was to determine the fiqh of worship during a pandemic with
the views of several Indonesian scholars, in order to maintain safe and
comfortable worship. This research method is descriptive through library
research by tracing the views of Indonesian scholars..
Keywords: Fiqh Covid-19, Indonesian Ulama, Pandemic
Abstrak
Penelitan ini dilatarbelakangi oleh kondisi darurat berupa virus corona yang
menuntut setiap orang untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah, sehingga
berkembang terhadap aktivitas ibadah berjamaah di masjid. Pandangan orang
yang menuntut berpikir haruskah ibadah di masjid berjamaah meskipun virus
terus berkembang ataukah meninggalkan ibadah di masjid karena khawatir
terhadap virus ataupun beribadah di masjid dengan menggunakan masker. Dalam
konteks wabah yang mengglobal, dibutuhkan sebuah fikih pandemi yang
mengatur ibadah umat islam di masa wabah seperti ini. Hukum Islam selalu hadir
di tiap situasi apapun, agar umat Islam tetap tenang dalam menjalankan aktivitas
agamanya. Saat ini masyarakat untuk tetap sami’na wa atha’na terhadap
keputusan MUI dan pemerintah atau menerima pandangan lain untuk tetap ibadah
dengan menghindari social/physical distance (jaga jarak secara social ataupun
fisik). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Fikih ibadah saat pandemi dengan
pandangan beberapa ulama Indonesia, agar tetap terciptantya ibadah secara aman
dan nyaman. Metode penelitian ini adalah deskriptif melalui library research
dengan menelusuri pandangan ulama Indonesia.
Kata kunci : Fikih Covid-19, Ulama Indonesia, Pandemi
PENDAHULUAN
Memasuki tahun 2020 ini dunia dikagetkan dengan virus yang dikenal
Covid-19 di seluruh penjuru dunia dimulai dari Wuhan Cina virus ini menyebar
dan bahkan ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Seperti yang kita ketahui,
khususnya Indonesia saat ini sedang berjuang untuk melawan Covid-19, banyak
sekali korban-korban yang terinfeksi Covid-19 di dunia mencapai ratusan ribu
korban. Namun virus ini menyadarkan umat manusia tentang urgensi kebersihan
dan hubungan sosial, ternyata tangan dengan fungsinya menuntut banyak untuk
dibersihkan sesering mungkin, tidak cukup setiap waktu shalat dan setiap makan
dan setelahnya, tetapi lebih dari itu, sebab dari tangan ini akan mengantarkan
suatu yang tidak diinginkan terjadi pada tubuh manusia seperti virus covid-19.
Permasalahan virus ini sangat berbahaya untuk publik, sehingga
pemerintah membentuk kebijakan publik untuk memutuskan rantai virus tersebut.
Kebijakan ini disusun oleh stakeholders dalam rangka menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di negeri tercinta ini. Virus corona kemudian muncul
dan memberikan begitu banyak pengaruh dalam berbagai sector, terutama
ekonomi terjadi panic buying, sosial dan agama. Namun, virus corona
memberikan kesempatan untuk mengkajinya dari berbagai aspek keilmuan,
diantaranya kebijakan sosial maupun ibadah. Kebijakan harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan keselamatan jiwa orang banyak. Kebijakan harus
memiliki dampak positif terhadap penyelesaian masalah masyarakat. Aspek
kebijakan pemerintah mencakup komunikasi, sumberdaya, disposisi, sikap
pelaksana dan struktur birokasi. Dari aspek tersebut mesti diperhatikan secara
matang, agar kebijakan pemerintah memberikan kemaslahatan dan kesalamatan
bagi masyarakat terutama pelaksanaan ibadah dan kebijakan lainnya.
Penanggulangan virus seperi lockdown sebagai upaya untuk meminimalisir
penyebaran penyakit tersebut.
Covid-19 ini Berdasarkan pandangan ahli dari dokter spesialis paru-paru
adalah virus yang sangat berbahaya, tidak ada yang kebal dari virus Covid-19.
Hanya saja dampak dari virus ini terhadap kesehatan bersifat variatif, sesuai
dengan kondisi kesehatan masing-masing. Covid-19 adalah virus yang tidak
terlihat, bahkan orang yg sudah terjangkit pun tidak langsung tampak gejalanya
sehingga bisa menularkan kemana- mana tanpa mengetahui dirinya sakit. Tidak
diketahui siapa yang sakit dan wabah ini bisa menyebar dengan sangat cepat
hanya dengan sentuhan. Karenanya, proses mitigasi (Pencegahan dan
Minimalisir) harus melibatkan semua masyarakat. Selain masing-masing harus
meningkatkan imun tubuh dngan asupan yang bergizi, social distancing juga
mutlak diperlukan untuk menjaga diri dan pencegahan penyebaran. Konsentrasi
massa dihindari sebisa mungkin, karena konsentrasi massa mengakibatkan
potensi penularan tanpa disadari.
Covid-19 juga mengajarkan hubungan sosial bagaimana menjaga etika
sosial dengan tidak membawa dan menyebarkan keburukan kepada saudaranya
apalagi menyebarkan penyakit yang membuat saudaranya sakit dan menderita
karena penularan. Meskipun tidak sengaja, penularan telah terjadi. Karena itu,
umat dituntut untuk sementara tidak melakukan hubungan sosial atau hubungan
fisik terhadap siapa pun sebab kita tidak tahu apakah akan penyebar atau
penerima virus.
Bahaya covid-19 dan percepatan penularan yang terus meningkat
membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menjaga kebersihan dan
sesering mungkin untuk mencuci tangan, tidak kontak secara fisik dan tidak
berhubungan sosial untuk sementara selama Covid-19 masih menghantui negeri
ini, sehingga keluar kebijakan untuk bekerja, belajar dan ibadah di rumah.
Pandangan terhadap fatwa pun beragam di masyarakat. Masjid-masjid
besar milik pemerintah pun ditutup bahkan masjid-masjid di daerah pun mulai
merespon dengan meniadakan sholat berjamaah dan sholat jumat serta aktivitas
keagamaan di masjid. Semua aktivitas mereka lakukan di rumah. Namun, ada
sekelompok lain yang menyikapi hal yang biasa, sehingga mereka mengatakan,
sama corona takut, tapi sama Tuhan yang menciptakan corona tidak takut.
Kalimat ini yang membuat masyarakat melakukan aktivitas seperti biasanya
seolah tidak pernah ada virus yang berbahaya.
Permasalahan yang terjadi dalam Pandemi Covid-19 ini bagi umat Islam
yang diutamakan adalah terpeliharanya agama, artinya kegiatan beribadah dengan
situasi apapun harus dilaksanakan. Maka Hukum Islam selalu hadir di tiap situasi
apapun, agar umat Islam tetap tenang dalam menjalankan aktifitas agamanya.
Dengan berbagai rujukan kesehatan tentang bahaya Covid-19 dan menjaga
keamanan stabilitas negara dengan keluarnya perpu No. 1 Tahun 2020 yang saat ini
menjadi Undang-undang, maka fatwa-fatwa ulama’ yang tergabung dalam MUI
maupun ormas keagamaan seperti Muhammadiyyah telah memberikan solusi
hukum yang cepat dan dan tepat. Inilah letak fleksibilitas Hukum Islam.
Secara garis besar, kebijakan hukum atau pembaruan hukum dalam Islam
sangat mempertimbangkan kemashlahatan umat/masyarakat. Kaidah ushul fiqih
menyatakan bahwa tasharruful imaam ‘alarra’iyyah manuthun bil-mashlahah,
yang berarti kebijakan pemimpin atas rakyatnya harus mempertimbangkan
kemashlahatan masyarakat secara luas. Kemaslahatan dalam hal ini mencakup
kesejahteraan rakyat, dan kesejahteraan rakyat akan tercapai dengan cara
menghilangkan kemudharatan/kerusakan. Hal ini bisa dipelajari dari contoh di
masa Nabi shalallahu `alaihi wa salam, pernah menegur seorang sahabat karena
membiarkan ontanya tidak tertambat dengan dalih tawakal kepada Allah
subhanahu wa ta`ala, sementara ia masuk masjid hendak shalat. Hadits lain juga
secara jelas mengatur lockdown ketika terjadi wabah tha’un; “Jika kalian
mendengar kabar tentang merebaknya wabah tha’un di sebuah wilayah, janganlah
kamu memasukinya. Dan jika kalian tengah berada di dalamnya, maka janganlah
kamu keluar darinya. (HR. Bukhari dan Muslim).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
deskriptif yakni dengan memberikan deskripsi materi berkenaan dengan topik dan
masalah yang dibahas. Hal ini karena pembahasan dalam artikel ini memerlukan
dalil-dalil serta bukti-bukti yang diperoleh dan di ambilkan dari Al-Qur`an dan
Sunnah juga dari perkataan atau fatwa para ulama yang terpercaya. Sumber-
sumber rujukan tersebut berbentuk dalam tulisan-tulisan yang telah terjaga dengan
baik sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keilmiahannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Terkait Hukum Fikih saat berada di daerah terjadinya wabah
Pertama: Jika telah mendengar dan mengetahui tentang adanya wabah
penyakit yang terjadi di sebuah daerah maka orang-orang yang berada di
luar daerah tersebut tidak boleh masuk ke daerah tersebut.
Rasulullah shalallahu `alaihi wa salam bersabda :
‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُم‬‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ ‫فإذا‬ُ‫ه‬‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬ ,‫وا‬ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫َخ‬‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُم‬‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ , ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ,‫عليه‬ ‫تقدموا‬ ‫قال‬ ,
“Jika kalian mendengar tentang thoun di suatu tempat maka janganlah
mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian
berada di situ maka janganlah keluar karena lari dari thoun tersebut.”
(HR. Al-Bukhari 3473 dan Muslim 2218)
Adapun hikmah dari tidak mendatangi daerah yang terjadi wabah agar
tidak tertular, sebagaimana sabda Nabi shalallahu `alaihi wa salam:
ِ‫د‬َ‫س‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬ ِ‫وم‬ُ‫ذ‬‫ج‬َ‫م‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ِر‬‫ف‬
“Larilah dari orang yang kusta sebagaimana engkau lari dari singa”
(HR. Ahmad no 9722 dan dishahihkan oleh Al-Arnauth dan Al-Albani
dalam As-Shahihah no 783)
Hal ini menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menghindari atau mencegah dari berinteraksi
dengan orang yang sedang berpenyakit menular, karena Nabi shalallahu
`alaihi wa salam menyuruh untuk lari sebagaimana lari dari ganasnya
singa.
Kedua: Apabila sedang barada di daerah dimana terjadinya wabah maka
tidak boleh keluar dari daerah tersebut jika karena ingin menghindar. Dari
sabda nabi diatas ada beberapa hikmah yang disebutkan oleh para ulama
tentang sebab pelarangan ini, diantaranya:
Agar wabah penyakit tersebut tidak meluas penyebarannya. Jikalau semua
orang sepakat untuk keluar dari lokasi tersebut maka orang yang tidak
mampu (karena sudah sakit parah) tidak akan ada yang mengurusi dan
merawat mereka. Jika dibolehkan keluar maka orang-orang yang lebih
kuat akan berlomba untuk lebih dahulu pergi, tentu ini menambah beban
bagi hati orang-orang yang lemah dimana mereka ditinggalkan oleh
saudara-saudaranya.
Yang dimaksud mendapat larangan lari dari daerah wabah adalah karena
ingin terhindar dari wabah. Adapun jika seseorang keluar pergi dari daerah
wabah karena ada keperluan lain maka hal ini tidaklah mengapa. Misalnya
seseorang yang keluar pergi dari daerah wabah dikarenakan ada tugas,
pekerjaan, menjenguk orang tua, dan hal-hal lainnya yang menyangkut
kewajibannya. Tentu hanya Allah yang mengetahui niat yang
sesungguhnya.
Imam An Nawawi rahimahullah berkata,
ِ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬‫ال‬ ِ‫ير‬َ‫غ‬ ‫ض‬َ‫ر‬َ‫غ‬َ‫و‬ ‫ُغل‬‫ش‬ِ‫ب‬ ِ‫وج‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ‫از‬َ‫و‬َ‫ج‬ ‫على‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ت‬َ‫ِ...و‬‫ه‬‫ب‬ َ‫بأس‬ ‫فال‬ ‫ض‬ ِ‫ار‬َ‫ع‬ِ‫ل‬ ُ‫ج‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ‫ا‬َّ‫م‬‫أ‬
“Adapun keluar dari lokasi wabah karena ada keperluan (bukan untuk
menghindari wabah) maka tidak mengapa. Dan para ulama sepakat akan
bolehnya keluar karena pekerjaan atau tujuan lain selain menghindar dari
wabah” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim 14/205-207)
Kemudian Ibnu Hajar Al Asqolani juga berkata,
َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫مِن‬ ِ‫ل‬‫ي‬ ِ‫ح‬َّ‫ِلر‬‫ل‬ َ‫أ‬َّ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬‫ِي‬‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ ُ‫ر‬َّ‫َصو‬‫ت‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ً‫ال‬‫ص‬َ‫أ‬ ِ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬‫ال‬ ِ‫د‬‫ص‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ َ‫ال‬ ٌ‫َة‬‫ض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ‫ة‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫ح‬ِ‫ل‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫َان‬‫ك‬ ‫د‬
ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫الى‬‫في‬ ُ‫ه‬ُ‫ع‬‫و‬ُ‫ق‬ُ‫و‬ َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ُ‫ن‬‫ُو‬‫ع‬‫ا‬َّ‫ط‬‫ال‬ ‫ُن‬‫ك‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬‫و‬ ً‫ال‬َ‫ث‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫إ‬ِ‫ه‬‫ي‬ ِ‫ز‬ِ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ ِ‫اء‬َ‫ن‬ْ‫ث‬‫أ‬َ‫ار‬َ‫ر‬ِ‫ف‬‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫قص‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ َ‫ا‬‫ذ‬َ‫ه‬َ‫ف‬
ِ‫ي‬‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ً‫ال‬ْ‫ص‬َ‫أ‬
“Barangsiapa yang keluar karena murni kebutuhan bukan sama sekali
karena hendak menghindar dari wabah dan kondisi ini bisa tergambar
pada orang yang hendak bersiap bersafar dari suatu negeri yang
ditinggalinya menuju negeri tempat menetapnya misalnya, dan wabah
thoun belum mewabah, lalu tiba-tiba bertepatan munculnya wabah
dengan kondisinya yang hendak bersafar, maka orang ini sama sekali
tidak bermaksud untuk menghindar dari wabah, maka ia tidak termasuk
dalam larangan.” (Fathul Baari 10/188)
Namun tetap saja seseorang yang merasa dirinya sehat ketika harus
meninggalkan daerah terjadinya wabah karena ada keperluan maka ia
hendaknya wajib untuk memperhatikan segala kemungkinan, jangan
sampai ia justru memindahkan virus atau penyakit yang ia bawa dalam
dirinya ke daerah-daerah yang masih belum terjangkiti penyakit tersebut.
Kemudian bagi oang-orang yang bersabar untuk tidak keluar dari lokasi
wabah karena mengharapkan pahala dan mencari wajah allah maka orang
seperti ini baginya akan di catatkan pahala mati syahid meskipun dirinya
selamat dan bahkan tidak terkena wabah penyakit tersebut, dengan syarat
ia bersabar dan tidak mengeluh.
Ibnu Hajar Al Haitami berkata,
َّ‫ن‬َ‫أ‬‫الى‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫ان‬َ‫ح‬‫سب‬ ‫هللا‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ‫ًا‬‫د‬ ِ‫اص‬َ‫ق‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ ,ِ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬‫ال‬ ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ج‬ُ‫ر‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ن‬َ‫م‬‫ل‬ ُ‫َب‬‫ت‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫د‬‫ي‬ِ‫َّه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬
ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ر‬ ِ‫َج‬‫ض‬َ‫ت‬ُ‫م‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ‫هللا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫َن‬‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ف‬َ‫َر‬‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ً‫ا‬‫ف‬ ِ‫َار‬‫ع‬ ِ‫ه‬ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫و‬ َ‫ق‬‫د‬ ِ‫ص‬ ً‫ا‬‫ي‬ ِ‫اج‬َ‫ر‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬
“Pahala mati syahid hanyalah tercatat bagi orang-orang yang tidak
keluar dari daerah wabah thoun, dan ia menetap karena mencari pahala
ddari Allah, berharap janji Allah, menyadari bahwa jika wabah tersebut
menimpanya atau terhindar darinya semuanya dengan takdir Allah, dan ia
tidak mengeluh apabila menimpanya.” (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro
4/14)
Ketiga: Jika ternyata wabah penyakit telah menyebar dan kasusnya sama
antara daerah satu dengan lainnya, atau negeri satu dengan lainnya, maka
tidaklah mengapa seseorang masuk dan keluar dari daerah-daerah tersebut
karena sama hukumnya yakni sama-sama dalam daerah terjadinya wabah.
Ibnu Hajar Al Haitami berkata,
ُ‫ج‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ِي‬‫ل‬ْ‫ق‬ِ‫إ‬ َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫لو‬َ‫َّة‬‫ت‬َ‫ب‬‫ل‬َ‫أ‬ ‫ِذ‬‫ئ‬َ‫ن‬‫ي‬ ِ‫ح‬ َ‫ار‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أل‬,‫بعض‬ ‫لى‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ ِ‫عض‬َ‫ب‬ ‫ِن‬‫م‬
“Jika wabah telah meliputi suatu negara maka tidak mengapa keluar dari
satu daerahnya ke daerah yang lain, karena pada kondisi demikian tidak
ada bentuk lari lagi.” (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro 4/11)
B. Terkait pelaksanaan peribadahan sehari-hari
Pertama: Dibolehkan untuk meninggalkan shalat berjamaah dan shalat
jum`at.
Hal ini karena di antara hal yang bisa menjadikan udzur untuk sholat
berjamaah adalah hujan, takut, sakit, angin kencang, dan semisalnya, maka
terlebih lagi dengan virus yang dapat menimbulkan kematian dan tersebar
begitu cepatnya.
Kaidah pertama, semua udzur yang dibolehkan untuk dapat meninggalkan
sholat berjamaah maka itu pula dapat menjadikan udzur untuk
meninggalkan sholat jum`at.
‫أو‬ ِ‫ه‬ِ‫س‬‫نف‬ ‫على‬ ‫ِف‬‫ئ‬‫ا‬َ‫خ‬ ‫على‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬‫م‬ُ‫ج‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ِ‫َج‬‫ت‬ َ‫فال‬ ُ‫الجمعة‬ ِ‫ترك‬ ‫في‬ ٌ‫ر‬‫ا‬َ‫ذ‬‫أع‬ َ‫ِي‬‫ه‬ ,ِ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ج‬‫ال‬ ِ‫رك‬َ‫ت‬ ‫في‬ ٌ‫ار‬َ‫ذ‬‫ع‬َ‫أ‬
,ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ض‬ ُ‫اف‬َ‫خ‬َ‫ي‬ ٌ‫يض‬ ِ‫ر‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ,ٌ‫ر‬َ‫ط‬‫م‬ ِ‫ه‬‫طريق‬ ‫ِي‬‫ف‬ ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬
“Udzur-udzur yang membolehkan meninggalkan sholat berjamaah itulah
udzur untuk meninggalkan sholat jum`at. Maka tidak wajib bagi orang
yang takut atas (keburukan menimpa) dirinya, atau menimpa hartanya,
demikian pula orang yang kehujanan dalam perjalanannya (menuju
masjid), demikian orang yang sedang mengurusi orang sakit yang di
khawatirkan akan terlalaikan (jika ia meninggalkannya untuk sholat
jum`at).” (Al Bayaan Fi Madzhab Al Imam Asy Syafii 2/545)
Kaidah kedua, udzur-udzur tersebut bersifat umum yaitu semua hal yang
menimbulkan kesulitan. Imam An Nawawi berkata,
َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ٌ‫ة‬َ‫د‬‫ِي‬‫د‬َ‫ش‬ ٌ‫ة‬َّ‫ق‬َ‫ش‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ق‬ ِ‫ح‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ل‬َ‫ب‬ ً‫ا‬‫ُوص‬‫ص‬‫خ‬َ‫م‬ َ‫يس‬َ‫ل‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ج‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬‫الجمع‬ ِ‫رك‬َ‫ت‬ ‫ِي‬‫ف‬ ِ‫ار‬َ‫ذ‬‫ع‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫ب‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬
‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ِن‬‫م‬ ُ‫ل‬َ‫ح‬َ‫الو‬َ‫و‬ ٌ‫ُذر‬‫ع‬
“Sesungguhnya permasalahan udzur-udzur yang membolehkan
meninggalkan sholat jum`at dan sholat berjamaah bukanlah udzur khusus,
akan tetapi semua yang mendatangkan kesulitan yang berat maka
termasuk udzur” (Al Majmuu` Syarh Al Muhadzzab 4/384)
Apabila becek dan hujan deras saja bisa menjadi udzur meninggalkan
sholat jum`at dan sholat berjamaah maka terlebih lagi karena suatu
penyakit yang dapat merenggut nyawa. Demikian juga orang yang sakit
atau khawatir terkena penyakit maka boleh meninggalkan sholat
berjamaah dan sholat jum`at.
Kedua: terkait shalat memakai masker.
Hukum sholat dengan mengenakan penutup mulut pada asalnya adalah
makruh menurut 4 madzhab (lihat: Badai` Ash Shanai` 1/216, Syarh Al
Mukhtashor Al Kholil 1/250, Al Majmuu` 3/179, dan Al Mughnu 1/419).
Hal ini karena menyerupai orang-orang majusi tatkala beribadah atau
karena bentuk berlebihan dalam beribadah. Berdasar pada hadits Abu
Hurairah radhiyallahu `anhu bahwasanya Nabi shalallahu `alaihi wa salam
melarang di dalam shalat “seseorang menutup mulutnya” (HR. Abu Daud
no 643 dan Ibnu Majjah no 966, dihasankan oleh Al Arnauuth dan Al
Albani dalam Al Misykaah no 764)
Namun perlu diketahui bahwa hukum ini dapat berubah jika ada
kebutuhan seperti jika seorang mnguap maka ia bisa menutup mulutnya
(lihat: Ma`aalim As Sunan, Al Khottobi 1/179, demikian juga jika karena
pekerjaanya (lihat Mawahibul Jalil 1/503), atau karena penyakit (lihat
Majmuu Fatawa Ibn Baaz 11/114), maka demikian pula jika khawatir
tertular penyakit yang sedang mewabah atau khawatir jika menularkannya
kepada orang lain.
Dalam keadaan tertentu jika suatu daerah memungkinkan untuk
mengadakan sholat berjamaah maka tidak mengapa mendirikan sholat
dengan menggunakan masker.
Ketiga: terkait dengan sholat merenggangkan shaff saat berjamaah
Diantara kesempurnaan sholat adalah dengan merapatkan dan meluruskan
shaff, akan tetapi apabila kondisinya darurat maka tidak mengapa sebagian
kewajiban ditinggalkan apalagi perkara yang sunnah untuk ditinggalkan.
Rapatnya shaff adalah kesempurnaan shalat yang di perintahkan oleh nabi
shalallahu `alaihi wa salam. Nabi bersabda,
‫ُّوا‬‫ص‬‫ا‬َ‫َر‬‫ت‬َ‫و‬
“Dan rapatkanlah shaff” (HR. Al Bukhari no 719)
Nabi juga menyuruh untuk menutup celah dan kerenggangan, beliau
shalallahu `alaihi wa salam bersabda:
‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬ َّ‫َف‬‫ص‬ َ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ان‬َ‫ط‬‫َّي‬‫ش‬‫لل‬ ‫ات‬َ‫ج‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ُم‬‫ك‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫خو‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬‫ي‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ِي‬‫ل‬َ‫و‬ َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫ال‬ ‫ُّوا‬‫د‬ٌ‫س‬َ‫و‬
‫هللا‬ ‫طعه‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ق‬
“Tutuplah celah, lembutlah kepada tangan-tangan saudara-saudara kalian
dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi syaitan. Barangsiapa
yang menyambung shaff maka Allah menyambungnya, dan barangsiapa
yang memutuskan shaff maka Allah akan memutuskannya” (HR. Abu
Daud no 672 dan di shahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no
743)
Namun dikarenakan kondisi yang mengkhawatirkan maka sebagian
saudara-saudara kita ketika shalat dengan jarak lebih dari semeter tentu
merekapun tidak mau melakukan demikian, akan tetapi keadaan
mengharuskan demikian karena khawatir penularan virus.
Jikalau memang sholat berjamaah masih di selenggarakan di daerah yang
terjadi wabah maka tidak mengapa bagi jamaah untuk memberi dan
menjaga jarak ketika sholat di karenakan khawatir akan penularan akibat
dari kontak fisik.
Jika kerenggangan tersebut tidak mengeluarkan dari hukum shaff, dalam
artian meski renggang akan tetapi masih dianggap shaff maka berarti
makmum hanya meninggalkan perkara yang disepakati tidak membatalkan
sholat. Hal ini karena mayoritas ulama berpendapat bahwa merapatkan
shaff hukumnya adalah sunnah dan tidak wajib.
KESIMPULAN
Terkait hukum fiqih saat berada di daerah terjadinya wabah ada 3:
Pertama, larangan untuk memasuki daerah terjadinya wabah agar tidak
tertular sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam dalam riwayat
Ahmad.
Kedua, larangan untuk keluar dari daerah terjadinya wabah agar wabah
penyakit tersebut tidak menyebar luas. Adapun jika seseorang ingin keluar dari
daerah wabah karena ada keperluan lain yang menyangkut kewajiban maka hal ini
tidaklah mengapa. Namun tetap dengan memperhatikan segala kemungkinan,
jangan sampai ia justru memindahkan virus atau penyakit yang ia bawa dalam
dirinya ke daerah-daerah yang masih belum terjangkiti penyakit tersebut.
Ketiga, jika wabah telah menyebar dan kasusnya sama antara daerah satu
dengan yang lain, maka tidaklah mengapa seseorang masuk dan keluar dari
daerah-daerah tersebut.
Terkait pelaksanaan peribadahan sehari-hari. Maka dibolehkan untuk
meninggalkan shalat berjamaah dan shalat jum’at. Hal ini karena diantara hal
yang bisa menjadikan udzur untuk shalat berjamaah adalah hujan, takut, sakit,
angin kencang dan semisalnya, maka terlebih lagi dengan virus yang dapat
menimbulkan kematian dan tersebar begitu cepatnya.
Kemudian, terkait sholat memakai masker. Hukum asalnya adalah makruh
menurut 4 madzhab. Namun perlu diketahui bahwa hukum ini bisa berubah jika
ada kebutuhan seperti karena penyakit, maka demikian pula jika khawatir tertular
penyakit yang sedang mewabah atau khawatir jika menularkannya kepada orang
lain. Begitu pula terkait sholat dengan merenggangkan shaf saat berjamaah.
Rapatnya shaf adalah kesempurnaan shalat yang diperintahkan oleh Nabi
shalallahu ‘alaihi wa salam. Namun dikarenakan kondisi yang mengkhawatirkan
maka tidaklah mengapa menjaga jarak ketika shalat
DAFTAR PUSTAKA
Andirja, Firanda, Hukum seputar covid dalam tinjauan syariah, Jakarta: Firanda
Andirja, 2020
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim
Fathul Baari
Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro
Al Bayaan Fi Madzhab Al Imam Asy Syafii
Al Majmuu` Syarh Al Muhadzzab
Majmuu Fatawa Ibn Baaz
https://islamqa.info/id/answers/333514/hukum-menghadiri-shalat-jumah-dan-
jamaah-dalam-kondisi-tersebarnya-wabah-atau-takut-terjadi-penyebarannya
https://islamqa.info/id/answers/115117/apakah-orang-yang-sedang-flu-dilarang-
ikut-shalat-berjamaah-karena-khawatir-menular

More Related Content

What's hot

psikologi kesihatan
psikologi kesihatanpsikologi kesihatan
psikologi kesihatanziemaimuthy
 
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...Pangestu S
 
Templet hbhe 3103 gaya hidup sihat faudzi
Templet hbhe 3103  gaya hidup sihat faudziTemplet hbhe 3103  gaya hidup sihat faudzi
Templet hbhe 3103 gaya hidup sihat faudziZauhari Hussein
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanFirdika Arini
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamOperator Warnet Vast Raha
 
konsep sehat dan sakit
konsep sehat dan sakitkonsep sehat dan sakit
konsep sehat dan sakitPanji Prastowo
 

What's hot (12)

Hbhe 3103
Hbhe 3103Hbhe 3103
Hbhe 3103
 
psikologi kesihatan
psikologi kesihatanpsikologi kesihatan
psikologi kesihatan
 
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...
Makalah sosilogi Perilaku Sehat Sakit Masyarakat Melayu Kepulauan Riau By Pan...
 
Templet hbhe 3103 gaya hidup sihat faudzi
Templet hbhe 3103  gaya hidup sihat faudziTemplet hbhe 3103  gaya hidup sihat faudzi
Templet hbhe 3103 gaya hidup sihat faudzi
 
Makalah konsep sehat sakit dalam islam
Makalah konsep sehat sakit dalam islamMakalah konsep sehat sakit dalam islam
Makalah konsep sehat sakit dalam islam
 
Ppt sehat saKIT
Ppt sehat saKITPpt sehat saKIT
Ppt sehat saKIT
 
Total.wellness
Total.wellnessTotal.wellness
Total.wellness
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
Makalah pend kesmas
Makalah pend kesmasMakalah pend kesmas
Makalah pend kesmas
 
8 dimensi kesihatan
8 dimensi kesihatan8 dimensi kesihatan
8 dimensi kesihatan
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
 
konsep sehat dan sakit
konsep sehat dan sakitkonsep sehat dan sakit
konsep sehat dan sakit
 

Similar to TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM MENYIKAPI WABAH COVID 19

Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docxSalah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docxEmmaKazeFull
 
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]NariswariKiranaHayu
 
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakat
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakatPengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakat
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakatLuhfiahFidaris
 
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 hanunropi
 
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...PutriWulan16
 
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdf
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdfE-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdf
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdfmimaarif01salebu
 
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptx
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptxMateri Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptx
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptxPebriDoni
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamSeptian Muna Barakati
 
Stigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDSStigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDSstapa center
 
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptx
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptxHIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptx
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptxjamiatulilmi1
 
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptx
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptxImplimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptx
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptxanchy2
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamWarnet Raha
 
PERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptxPERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptxlenciente
 

Similar to TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM MENYIKAPI WABAH COVID 19 (20)

Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docxSalah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
 
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]
Lentera edisi mei 2021 [revisi 1]
 
PERAN BIDAN DIMASA PANDEMI
PERAN BIDAN DIMASA PANDEMIPERAN BIDAN DIMASA PANDEMI
PERAN BIDAN DIMASA PANDEMI
 
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
 
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakat
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakatPengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakat
Pengaruh dan dampak covid-19 bagi kehidupan sosial masyarakat
 
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
 
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...
makalah penjaskes - Pandemi Covid Sebagai Alternatif Pendekatan Pembelajaran ...
 
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdf
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdfE-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdf
E-BOOK-PANDUAN-KHUTBAH-ID-KELUARGA.pdf
 
Tia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health ReviewTia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health Review
 
Jarak Sosial dan Karantina
Jarak Sosial dan KarantinaJarak Sosial dan Karantina
Jarak Sosial dan Karantina
 
covid 19
covid 19covid 19
covid 19
 
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptx
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptxMateri Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptx
Materi Pak Kemenag ttg Pencegahan Covid-19.pptx
 
Hidup Sehat di Masa Pandemi.pptx
Hidup Sehat di Masa Pandemi.pptxHidup Sehat di Masa Pandemi.pptx
Hidup Sehat di Masa Pandemi.pptx
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
 
Bahan pen jasorkes
Bahan pen jasorkesBahan pen jasorkes
Bahan pen jasorkes
 
Stigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDSStigma HIV dan AIDS
Stigma HIV dan AIDS
 
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptx
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptxHIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptx
HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19.pptx
 
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptx
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptxImplimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptx
Implimentasi BIMLUH di ERa Normal Baru.pptx
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islamMakalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam
 
PERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptxPERTEMUAN 1-2.pptx
PERTEMUAN 1-2.pptx
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 

TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM MENYIKAPI WABAH COVID 19

  • 1. TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM MENYIKAPI WABAH COVID 19 DENGAN PENDEKATAN ILMU HADITS (Penjelasan Hukum Syariat Serta Fikih Ibadah Di Masa Pandemi Covid 19) Nabila Zalva Audhistya (2000027010) Nadia Alma Saphira (2000027017) Yoga Budi Prabowo (2000027002) Mahasiswa dan Mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Hadits Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email: nabilazalvaaudhistya@gmail.com nadiaalmasapphira@gmail.com yogabudiprabowo029@gmail.com Abstract This research is motivated by an emergency condition in the form of a corona virus which requires everyone not to do activities outside the home, so that it develops towards congregational worship activities in mosques. The view of people who demand to think about whether to worship in congregational mosques even though the virus continues to develop or leave worship in mosques because they are worried about the virus or worship in mosques using masks. In the context of a globalized epidemic, a pandemic fiqh is needed to regulate the worship of Muslims during an outbreak like this. Islamic law is always present in any situation, so that Muslims remain calm in carrying out their religious activities. Currently, people are still sami'na wa atha'na against the decision of MUI and the government or accept other views to continue to worship by avoiding social / physical distance (maintain social or physical distance). The purpose of this study was to determine the fiqh of worship during a pandemic with the views of several Indonesian scholars, in order to maintain safe and
  • 2. comfortable worship. This research method is descriptive through library research by tracing the views of Indonesian scholars.. Keywords: Fiqh Covid-19, Indonesian Ulama, Pandemic Abstrak Penelitan ini dilatarbelakangi oleh kondisi darurat berupa virus corona yang menuntut setiap orang untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah, sehingga berkembang terhadap aktivitas ibadah berjamaah di masjid. Pandangan orang yang menuntut berpikir haruskah ibadah di masjid berjamaah meskipun virus terus berkembang ataukah meninggalkan ibadah di masjid karena khawatir terhadap virus ataupun beribadah di masjid dengan menggunakan masker. Dalam konteks wabah yang mengglobal, dibutuhkan sebuah fikih pandemi yang mengatur ibadah umat islam di masa wabah seperti ini. Hukum Islam selalu hadir di tiap situasi apapun, agar umat Islam tetap tenang dalam menjalankan aktivitas agamanya. Saat ini masyarakat untuk tetap sami’na wa atha’na terhadap keputusan MUI dan pemerintah atau menerima pandangan lain untuk tetap ibadah dengan menghindari social/physical distance (jaga jarak secara social ataupun fisik). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Fikih ibadah saat pandemi dengan pandangan beberapa ulama Indonesia, agar tetap terciptantya ibadah secara aman dan nyaman. Metode penelitian ini adalah deskriptif melalui library research dengan menelusuri pandangan ulama Indonesia. Kata kunci : Fikih Covid-19, Ulama Indonesia, Pandemi PENDAHULUAN Memasuki tahun 2020 ini dunia dikagetkan dengan virus yang dikenal Covid-19 di seluruh penjuru dunia dimulai dari Wuhan Cina virus ini menyebar dan bahkan ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Seperti yang kita ketahui, khususnya Indonesia saat ini sedang berjuang untuk melawan Covid-19, banyak sekali korban-korban yang terinfeksi Covid-19 di dunia mencapai ratusan ribu
  • 3. korban. Namun virus ini menyadarkan umat manusia tentang urgensi kebersihan dan hubungan sosial, ternyata tangan dengan fungsinya menuntut banyak untuk dibersihkan sesering mungkin, tidak cukup setiap waktu shalat dan setiap makan dan setelahnya, tetapi lebih dari itu, sebab dari tangan ini akan mengantarkan suatu yang tidak diinginkan terjadi pada tubuh manusia seperti virus covid-19. Permasalahan virus ini sangat berbahaya untuk publik, sehingga pemerintah membentuk kebijakan publik untuk memutuskan rantai virus tersebut. Kebijakan ini disusun oleh stakeholders dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang terjadi di negeri tercinta ini. Virus corona kemudian muncul dan memberikan begitu banyak pengaruh dalam berbagai sector, terutama ekonomi terjadi panic buying, sosial dan agama. Namun, virus corona memberikan kesempatan untuk mengkajinya dari berbagai aspek keilmuan, diantaranya kebijakan sosial maupun ibadah. Kebijakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keselamatan jiwa orang banyak. Kebijakan harus memiliki dampak positif terhadap penyelesaian masalah masyarakat. Aspek kebijakan pemerintah mencakup komunikasi, sumberdaya, disposisi, sikap pelaksana dan struktur birokasi. Dari aspek tersebut mesti diperhatikan secara matang, agar kebijakan pemerintah memberikan kemaslahatan dan kesalamatan bagi masyarakat terutama pelaksanaan ibadah dan kebijakan lainnya. Penanggulangan virus seperi lockdown sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit tersebut. Covid-19 ini Berdasarkan pandangan ahli dari dokter spesialis paru-paru adalah virus yang sangat berbahaya, tidak ada yang kebal dari virus Covid-19. Hanya saja dampak dari virus ini terhadap kesehatan bersifat variatif, sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing. Covid-19 adalah virus yang tidak terlihat, bahkan orang yg sudah terjangkit pun tidak langsung tampak gejalanya sehingga bisa menularkan kemana- mana tanpa mengetahui dirinya sakit. Tidak diketahui siapa yang sakit dan wabah ini bisa menyebar dengan sangat cepat hanya dengan sentuhan. Karenanya, proses mitigasi (Pencegahan dan Minimalisir) harus melibatkan semua masyarakat. Selain masing-masing harus meningkatkan imun tubuh dngan asupan yang bergizi, social distancing juga
  • 4. mutlak diperlukan untuk menjaga diri dan pencegahan penyebaran. Konsentrasi massa dihindari sebisa mungkin, karena konsentrasi massa mengakibatkan potensi penularan tanpa disadari. Covid-19 juga mengajarkan hubungan sosial bagaimana menjaga etika sosial dengan tidak membawa dan menyebarkan keburukan kepada saudaranya apalagi menyebarkan penyakit yang membuat saudaranya sakit dan menderita karena penularan. Meskipun tidak sengaja, penularan telah terjadi. Karena itu, umat dituntut untuk sementara tidak melakukan hubungan sosial atau hubungan fisik terhadap siapa pun sebab kita tidak tahu apakah akan penyebar atau penerima virus. Bahaya covid-19 dan percepatan penularan yang terus meningkat membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menjaga kebersihan dan sesering mungkin untuk mencuci tangan, tidak kontak secara fisik dan tidak berhubungan sosial untuk sementara selama Covid-19 masih menghantui negeri ini, sehingga keluar kebijakan untuk bekerja, belajar dan ibadah di rumah. Pandangan terhadap fatwa pun beragam di masyarakat. Masjid-masjid besar milik pemerintah pun ditutup bahkan masjid-masjid di daerah pun mulai merespon dengan meniadakan sholat berjamaah dan sholat jumat serta aktivitas keagamaan di masjid. Semua aktivitas mereka lakukan di rumah. Namun, ada sekelompok lain yang menyikapi hal yang biasa, sehingga mereka mengatakan, sama corona takut, tapi sama Tuhan yang menciptakan corona tidak takut. Kalimat ini yang membuat masyarakat melakukan aktivitas seperti biasanya seolah tidak pernah ada virus yang berbahaya. Permasalahan yang terjadi dalam Pandemi Covid-19 ini bagi umat Islam yang diutamakan adalah terpeliharanya agama, artinya kegiatan beribadah dengan situasi apapun harus dilaksanakan. Maka Hukum Islam selalu hadir di tiap situasi apapun, agar umat Islam tetap tenang dalam menjalankan aktifitas agamanya. Dengan berbagai rujukan kesehatan tentang bahaya Covid-19 dan menjaga keamanan stabilitas negara dengan keluarnya perpu No. 1 Tahun 2020 yang saat ini menjadi Undang-undang, maka fatwa-fatwa ulama’ yang tergabung dalam MUI
  • 5. maupun ormas keagamaan seperti Muhammadiyyah telah memberikan solusi hukum yang cepat dan dan tepat. Inilah letak fleksibilitas Hukum Islam. Secara garis besar, kebijakan hukum atau pembaruan hukum dalam Islam sangat mempertimbangkan kemashlahatan umat/masyarakat. Kaidah ushul fiqih menyatakan bahwa tasharruful imaam ‘alarra’iyyah manuthun bil-mashlahah, yang berarti kebijakan pemimpin atas rakyatnya harus mempertimbangkan kemashlahatan masyarakat secara luas. Kemaslahatan dalam hal ini mencakup kesejahteraan rakyat, dan kesejahteraan rakyat akan tercapai dengan cara menghilangkan kemudharatan/kerusakan. Hal ini bisa dipelajari dari contoh di masa Nabi shalallahu `alaihi wa salam, pernah menegur seorang sahabat karena membiarkan ontanya tidak tertambat dengan dalih tawakal kepada Allah subhanahu wa ta`ala, sementara ia masuk masjid hendak shalat. Hadits lain juga secara jelas mengatur lockdown ketika terjadi wabah tha’un; “Jika kalian mendengar kabar tentang merebaknya wabah tha’un di sebuah wilayah, janganlah kamu memasukinya. Dan jika kalian tengah berada di dalamnya, maka janganlah kamu keluar darinya. (HR. Bukhari dan Muslim). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yakni dengan memberikan deskripsi materi berkenaan dengan topik dan masalah yang dibahas. Hal ini karena pembahasan dalam artikel ini memerlukan dalil-dalil serta bukti-bukti yang diperoleh dan di ambilkan dari Al-Qur`an dan Sunnah juga dari perkataan atau fatwa para ulama yang terpercaya. Sumber- sumber rujukan tersebut berbentuk dalam tulisan-tulisan yang telah terjaga dengan baik sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keilmiahannya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Terkait Hukum Fikih saat berada di daerah terjadinya wabah Pertama: Jika telah mendengar dan mengetahui tentang adanya wabah penyakit yang terjadi di sebuah daerah maka orang-orang yang berada di luar daerah tersebut tidak boleh masuk ke daerah tersebut.
  • 6. Rasulullah shalallahu `alaihi wa salam bersabda : ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُم‬‫ت‬‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ ‫فإذا‬ُ‫ه‬‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬ ,‫وا‬ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫َخ‬‫ت‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ُم‬‫ت‬‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ , ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ,‫عليه‬ ‫تقدموا‬ ‫قال‬ , “Jika kalian mendengar tentang thoun di suatu tempat maka janganlah mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ maka janganlah keluar karena lari dari thoun tersebut.” (HR. Al-Bukhari 3473 dan Muslim 2218) Adapun hikmah dari tidak mendatangi daerah yang terjadi wabah agar tidak tertular, sebagaimana sabda Nabi shalallahu `alaihi wa salam: ِ‫د‬َ‫س‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬ ِ‫وم‬ُ‫ذ‬‫ج‬َ‫م‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ِر‬‫ف‬ “Larilah dari orang yang kusta sebagaimana engkau lari dari singa” (HR. Ahmad no 9722 dan dishahihkan oleh Al-Arnauth dan Al-Albani dalam As-Shahihah no 783) Hal ini menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari atau mencegah dari berinteraksi dengan orang yang sedang berpenyakit menular, karena Nabi shalallahu `alaihi wa salam menyuruh untuk lari sebagaimana lari dari ganasnya singa. Kedua: Apabila sedang barada di daerah dimana terjadinya wabah maka tidak boleh keluar dari daerah tersebut jika karena ingin menghindar. Dari sabda nabi diatas ada beberapa hikmah yang disebutkan oleh para ulama tentang sebab pelarangan ini, diantaranya: Agar wabah penyakit tersebut tidak meluas penyebarannya. Jikalau semua orang sepakat untuk keluar dari lokasi tersebut maka orang yang tidak
  • 7. mampu (karena sudah sakit parah) tidak akan ada yang mengurusi dan merawat mereka. Jika dibolehkan keluar maka orang-orang yang lebih kuat akan berlomba untuk lebih dahulu pergi, tentu ini menambah beban bagi hati orang-orang yang lemah dimana mereka ditinggalkan oleh saudara-saudaranya. Yang dimaksud mendapat larangan lari dari daerah wabah adalah karena ingin terhindar dari wabah. Adapun jika seseorang keluar pergi dari daerah wabah karena ada keperluan lain maka hal ini tidaklah mengapa. Misalnya seseorang yang keluar pergi dari daerah wabah dikarenakan ada tugas, pekerjaan, menjenguk orang tua, dan hal-hal lainnya yang menyangkut kewajibannya. Tentu hanya Allah yang mengetahui niat yang sesungguhnya. Imam An Nawawi rahimahullah berkata, ِ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬‫ال‬ ِ‫ير‬َ‫غ‬ ‫ض‬َ‫ر‬َ‫غ‬َ‫و‬ ‫ُغل‬‫ش‬ِ‫ب‬ ِ‫وج‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ‫از‬َ‫و‬َ‫ج‬ ‫على‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ت‬َ‫ِ...و‬‫ه‬‫ب‬ َ‫بأس‬ ‫فال‬ ‫ض‬ ِ‫ار‬َ‫ع‬ِ‫ل‬ ُ‫ج‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ‫ا‬َّ‫م‬‫أ‬ “Adapun keluar dari lokasi wabah karena ada keperluan (bukan untuk menghindari wabah) maka tidak mengapa. Dan para ulama sepakat akan bolehnya keluar karena pekerjaan atau tujuan lain selain menghindar dari wabah” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim 14/205-207) Kemudian Ibnu Hajar Al Asqolani juga berkata, َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫مِن‬ ِ‫ل‬‫ي‬ ِ‫ح‬َّ‫ِلر‬‫ل‬ َ‫أ‬َّ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬‫ِي‬‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ ُ‫ر‬َّ‫َصو‬‫ت‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ً‫ال‬‫ص‬َ‫أ‬ ِ‫ار‬َ‫ِر‬‫ف‬‫ال‬ ِ‫د‬‫ص‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ َ‫ال‬ ٌ‫َة‬‫ض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ‫ة‬َ‫ج‬‫ا‬َ‫ح‬ِ‫ل‬ َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫خ‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫َان‬‫ك‬ ‫د‬ ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫الى‬‫في‬ ُ‫ه‬ُ‫ع‬‫و‬ُ‫ق‬ُ‫و‬ َ‫ق‬َ‫ف‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ُ‫ن‬‫ُو‬‫ع‬‫ا‬َّ‫ط‬‫ال‬ ‫ُن‬‫ك‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬‫و‬ ً‫ال‬َ‫ث‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬ِ‫إ‬ِ‫ه‬‫ي‬ ِ‫ز‬ِ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ ِ‫اء‬َ‫ن‬ْ‫ث‬‫أ‬َ‫ار‬َ‫ر‬ِ‫ف‬‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫قص‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ َ‫ا‬‫ذ‬َ‫ه‬َ‫ف‬ ِ‫ي‬‫ه‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫ل‬ُ‫خ‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ً‫ال‬ْ‫ص‬َ‫أ‬ “Barangsiapa yang keluar karena murni kebutuhan bukan sama sekali karena hendak menghindar dari wabah dan kondisi ini bisa tergambar
  • 8. pada orang yang hendak bersiap bersafar dari suatu negeri yang ditinggalinya menuju negeri tempat menetapnya misalnya, dan wabah thoun belum mewabah, lalu tiba-tiba bertepatan munculnya wabah dengan kondisinya yang hendak bersafar, maka orang ini sama sekali tidak bermaksud untuk menghindar dari wabah, maka ia tidak termasuk dalam larangan.” (Fathul Baari 10/188) Namun tetap saja seseorang yang merasa dirinya sehat ketika harus meninggalkan daerah terjadinya wabah karena ada keperluan maka ia hendaknya wajib untuk memperhatikan segala kemungkinan, jangan sampai ia justru memindahkan virus atau penyakit yang ia bawa dalam dirinya ke daerah-daerah yang masih belum terjangkiti penyakit tersebut. Kemudian bagi oang-orang yang bersabar untuk tidak keluar dari lokasi wabah karena mengharapkan pahala dan mencari wajah allah maka orang seperti ini baginya akan di catatkan pahala mati syahid meskipun dirinya selamat dan bahkan tidak terkena wabah penyakit tersebut, dengan syarat ia bersabar dan tidak mengeluh. Ibnu Hajar Al Haitami berkata, َّ‫ن‬َ‫أ‬‫الى‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫ان‬َ‫ح‬‫سب‬ ‫هللا‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ‫ًا‬‫د‬ ِ‫اص‬َ‫ق‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ ,ِ‫ُون‬‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬‫ال‬ ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ِن‬‫م‬ ْ‫ج‬ُ‫ر‬‫خ‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ن‬َ‫م‬‫ل‬ ُ‫َب‬‫ت‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫د‬‫ي‬ِ‫َّه‬‫ش‬‫ال‬ َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ر‬ ِ‫َج‬‫ض‬َ‫ت‬ُ‫م‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ‫هللا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫َن‬‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ف‬َ‫َر‬‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ً‫ا‬‫ف‬ ِ‫َار‬‫ع‬ ِ‫ه‬ِ‫د‬ْ‫ع‬َ‫و‬ َ‫ق‬‫د‬ ِ‫ص‬ ً‫ا‬‫ي‬ ِ‫اج‬َ‫ر‬ْ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ع‬َ‫ق‬َ‫و‬ “Pahala mati syahid hanyalah tercatat bagi orang-orang yang tidak keluar dari daerah wabah thoun, dan ia menetap karena mencari pahala ddari Allah, berharap janji Allah, menyadari bahwa jika wabah tersebut menimpanya atau terhindar darinya semuanya dengan takdir Allah, dan ia tidak mengeluh apabila menimpanya.” (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro 4/14)
  • 9. Ketiga: Jika ternyata wabah penyakit telah menyebar dan kasusnya sama antara daerah satu dengan lainnya, atau negeri satu dengan lainnya, maka tidaklah mengapa seseorang masuk dan keluar dari daerah-daerah tersebut karena sama hukumnya yakni sama-sama dalam daerah terjadinya wabah. Ibnu Hajar Al Haitami berkata, ُ‫ج‬‫و‬ُ‫ر‬ُ‫خ‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫ل‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ِي‬‫ل‬ْ‫ق‬ِ‫إ‬ َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫لو‬َ‫َّة‬‫ت‬َ‫ب‬‫ل‬َ‫أ‬ ‫ِذ‬‫ئ‬َ‫ن‬‫ي‬ ِ‫ح‬ َ‫ار‬َ‫ر‬ِ‫ف‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أل‬,‫بعض‬ ‫لى‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ ِ‫عض‬َ‫ب‬ ‫ِن‬‫م‬ “Jika wabah telah meliputi suatu negara maka tidak mengapa keluar dari satu daerahnya ke daerah yang lain, karena pada kondisi demikian tidak ada bentuk lari lagi.” (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro 4/11) B. Terkait pelaksanaan peribadahan sehari-hari Pertama: Dibolehkan untuk meninggalkan shalat berjamaah dan shalat jum`at. Hal ini karena di antara hal yang bisa menjadikan udzur untuk sholat berjamaah adalah hujan, takut, sakit, angin kencang, dan semisalnya, maka terlebih lagi dengan virus yang dapat menimbulkan kematian dan tersebar begitu cepatnya. Kaidah pertama, semua udzur yang dibolehkan untuk dapat meninggalkan sholat berjamaah maka itu pula dapat menjadikan udzur untuk meninggalkan sholat jum`at. ‫أو‬ ِ‫ه‬ِ‫س‬‫نف‬ ‫على‬ ‫ِف‬‫ئ‬‫ا‬َ‫خ‬ ‫على‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬‫م‬ُ‫ج‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ِ‫َج‬‫ت‬ َ‫فال‬ ُ‫الجمعة‬ ِ‫ترك‬ ‫في‬ ٌ‫ر‬‫ا‬َ‫ذ‬‫أع‬ َ‫ِي‬‫ه‬ ,ِ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ج‬‫ال‬ ِ‫رك‬َ‫ت‬ ‫في‬ ٌ‫ار‬َ‫ذ‬‫ع‬َ‫أ‬ ,ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ض‬ ُ‫اف‬َ‫خ‬َ‫ي‬ ٌ‫يض‬ ِ‫ر‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ,ٌ‫ر‬َ‫ط‬‫م‬ ِ‫ه‬‫طريق‬ ‫ِي‬‫ف‬ ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ال‬َ‫و‬ “Udzur-udzur yang membolehkan meninggalkan sholat berjamaah itulah udzur untuk meninggalkan sholat jum`at. Maka tidak wajib bagi orang yang takut atas (keburukan menimpa) dirinya, atau menimpa hartanya,
  • 10. demikian pula orang yang kehujanan dalam perjalanannya (menuju masjid), demikian orang yang sedang mengurusi orang sakit yang di khawatirkan akan terlalaikan (jika ia meninggalkannya untuk sholat jum`at).” (Al Bayaan Fi Madzhab Al Imam Asy Syafii 2/545) Kaidah kedua, udzur-udzur tersebut bersifat umum yaitu semua hal yang menimbulkan kesulitan. Imam An Nawawi berkata, َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ف‬ ٌ‫ة‬َ‫د‬‫ِي‬‫د‬َ‫ش‬ ٌ‫ة‬َّ‫ق‬َ‫ش‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ق‬ ِ‫ح‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ل‬َ‫ب‬ ً‫ا‬‫ُوص‬‫ص‬‫خ‬َ‫م‬ َ‫يس‬َ‫ل‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ج‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬‫الجمع‬ ِ‫رك‬َ‫ت‬ ‫ِي‬‫ف‬ ِ‫ار‬َ‫ذ‬‫ع‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫ب‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ِن‬‫م‬ ُ‫ل‬َ‫ح‬َ‫الو‬َ‫و‬ ٌ‫ُذر‬‫ع‬ “Sesungguhnya permasalahan udzur-udzur yang membolehkan meninggalkan sholat jum`at dan sholat berjamaah bukanlah udzur khusus, akan tetapi semua yang mendatangkan kesulitan yang berat maka termasuk udzur” (Al Majmuu` Syarh Al Muhadzzab 4/384) Apabila becek dan hujan deras saja bisa menjadi udzur meninggalkan sholat jum`at dan sholat berjamaah maka terlebih lagi karena suatu penyakit yang dapat merenggut nyawa. Demikian juga orang yang sakit atau khawatir terkena penyakit maka boleh meninggalkan sholat berjamaah dan sholat jum`at. Kedua: terkait shalat memakai masker. Hukum sholat dengan mengenakan penutup mulut pada asalnya adalah makruh menurut 4 madzhab (lihat: Badai` Ash Shanai` 1/216, Syarh Al Mukhtashor Al Kholil 1/250, Al Majmuu` 3/179, dan Al Mughnu 1/419). Hal ini karena menyerupai orang-orang majusi tatkala beribadah atau karena bentuk berlebihan dalam beribadah. Berdasar pada hadits Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwasanya Nabi shalallahu `alaihi wa salam melarang di dalam shalat “seseorang menutup mulutnya” (HR. Abu Daud
  • 11. no 643 dan Ibnu Majjah no 966, dihasankan oleh Al Arnauuth dan Al Albani dalam Al Misykaah no 764) Namun perlu diketahui bahwa hukum ini dapat berubah jika ada kebutuhan seperti jika seorang mnguap maka ia bisa menutup mulutnya (lihat: Ma`aalim As Sunan, Al Khottobi 1/179, demikian juga jika karena pekerjaanya (lihat Mawahibul Jalil 1/503), atau karena penyakit (lihat Majmuu Fatawa Ibn Baaz 11/114), maka demikian pula jika khawatir tertular penyakit yang sedang mewabah atau khawatir jika menularkannya kepada orang lain. Dalam keadaan tertentu jika suatu daerah memungkinkan untuk mengadakan sholat berjamaah maka tidak mengapa mendirikan sholat dengan menggunakan masker. Ketiga: terkait dengan sholat merenggangkan shaff saat berjamaah Diantara kesempurnaan sholat adalah dengan merapatkan dan meluruskan shaff, akan tetapi apabila kondisinya darurat maka tidak mengapa sebagian kewajiban ditinggalkan apalagi perkara yang sunnah untuk ditinggalkan. Rapatnya shaff adalah kesempurnaan shalat yang di perintahkan oleh nabi shalallahu `alaihi wa salam. Nabi bersabda, ‫ُّوا‬‫ص‬‫ا‬َ‫َر‬‫ت‬َ‫و‬ “Dan rapatkanlah shaff” (HR. Al Bukhari no 719) Nabi juga menyuruh untuk menutup celah dan kerenggangan, beliau shalallahu `alaihi wa salam bersabda:
  • 12. ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬ َّ‫َف‬‫ص‬ َ‫ل‬َ‫ص‬َ‫و‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ان‬َ‫ط‬‫َّي‬‫ش‬‫لل‬ ‫ات‬َ‫ج‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬‫ت‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ُم‬‫ك‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫خو‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬‫ي‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫ِي‬‫ل‬َ‫و‬ َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫ال‬ ‫ُّوا‬‫د‬ٌ‫س‬َ‫و‬ ‫هللا‬ ‫طعه‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫ط‬َ‫ق‬ “Tutuplah celah, lembutlah kepada tangan-tangan saudara-saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi syaitan. Barangsiapa yang menyambung shaff maka Allah menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan shaff maka Allah akan memutuskannya” (HR. Abu Daud no 672 dan di shahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no 743) Namun dikarenakan kondisi yang mengkhawatirkan maka sebagian saudara-saudara kita ketika shalat dengan jarak lebih dari semeter tentu merekapun tidak mau melakukan demikian, akan tetapi keadaan mengharuskan demikian karena khawatir penularan virus. Jikalau memang sholat berjamaah masih di selenggarakan di daerah yang terjadi wabah maka tidak mengapa bagi jamaah untuk memberi dan menjaga jarak ketika sholat di karenakan khawatir akan penularan akibat dari kontak fisik. Jika kerenggangan tersebut tidak mengeluarkan dari hukum shaff, dalam artian meski renggang akan tetapi masih dianggap shaff maka berarti makmum hanya meninggalkan perkara yang disepakati tidak membatalkan sholat. Hal ini karena mayoritas ulama berpendapat bahwa merapatkan shaff hukumnya adalah sunnah dan tidak wajib. KESIMPULAN Terkait hukum fiqih saat berada di daerah terjadinya wabah ada 3: Pertama, larangan untuk memasuki daerah terjadinya wabah agar tidak tertular sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam dalam riwayat Ahmad.
  • 13. Kedua, larangan untuk keluar dari daerah terjadinya wabah agar wabah penyakit tersebut tidak menyebar luas. Adapun jika seseorang ingin keluar dari daerah wabah karena ada keperluan lain yang menyangkut kewajiban maka hal ini tidaklah mengapa. Namun tetap dengan memperhatikan segala kemungkinan, jangan sampai ia justru memindahkan virus atau penyakit yang ia bawa dalam dirinya ke daerah-daerah yang masih belum terjangkiti penyakit tersebut. Ketiga, jika wabah telah menyebar dan kasusnya sama antara daerah satu dengan yang lain, maka tidaklah mengapa seseorang masuk dan keluar dari daerah-daerah tersebut. Terkait pelaksanaan peribadahan sehari-hari. Maka dibolehkan untuk meninggalkan shalat berjamaah dan shalat jum’at. Hal ini karena diantara hal yang bisa menjadikan udzur untuk shalat berjamaah adalah hujan, takut, sakit, angin kencang dan semisalnya, maka terlebih lagi dengan virus yang dapat menimbulkan kematian dan tersebar begitu cepatnya. Kemudian, terkait sholat memakai masker. Hukum asalnya adalah makruh menurut 4 madzhab. Namun perlu diketahui bahwa hukum ini bisa berubah jika ada kebutuhan seperti karena penyakit, maka demikian pula jika khawatir tertular penyakit yang sedang mewabah atau khawatir jika menularkannya kepada orang lain. Begitu pula terkait sholat dengan merenggangkan shaf saat berjamaah. Rapatnya shaf adalah kesempurnaan shalat yang diperintahkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Namun dikarenakan kondisi yang mengkhawatirkan maka tidaklah mengapa menjaga jarak ketika shalat DAFTAR PUSTAKA Andirja, Firanda, Hukum seputar covid dalam tinjauan syariah, Jakarta: Firanda Andirja, 2020 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim Fathul Baari Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro Al Bayaan Fi Madzhab Al Imam Asy Syafii Al Majmuu` Syarh Al Muhadzzab
  • 14. Majmuu Fatawa Ibn Baaz https://islamqa.info/id/answers/333514/hukum-menghadiri-shalat-jumah-dan- jamaah-dalam-kondisi-tersebarnya-wabah-atau-takut-terjadi-penyebarannya https://islamqa.info/id/answers/115117/apakah-orang-yang-sedang-flu-dilarang- ikut-shalat-berjamaah-karena-khawatir-menular