Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan.docx
1. Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan
Penulis: Ummu Naira Asfa (Forum Muslimah Indonesia)
Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia cukup tinggi yaitu
sebanyak 36.057 kasus baru sehingga total menjadi 4.516.480 kasus per 6 Februari 2022.
Varian Omicron dinyatakan menular lebih cepat dibandingkan varian Alpha, Betha dan Delta
namun gejalanya lebih ringan dan tingkat kesembuhannya sangat tinggi (kontan, 7/2/2022).
Per 4 Januari 2022 ini, jumlah pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit
sebanyak 13.696 orang, 8.132 di antaranya dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 dan 5.564
lainnya di RSDC Wisma Atlet (republika, 7/2/2022).
Terkait kasus lonjakan varian Omicron yang cukup tinggi ini, Menteri Agama Yaqut Cholil
Qoumas mengeluarkan Surat Edaran (SE) untuk memperketat prokes di rumah ibadah. Aturan
tersebut yaitu Surat Edaran Nomor SE.04 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Peribadatan/Keagamaan di Tempat Ibadah pada Masa PPKM Level 3, Level 2, dan Level 1
Covid-19, Optimalisasi Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan, serta
Penerapan Protokol Kesehatan 5M.
Dalam SE ini penentuan kapasitas rumah ibadah disamaratakan berdasarkan level PPKM.
Misalnya untuk wilayah PPKM Level 3, jumlah jamaah dibatasi maksimal 50 persen dari
kapasitas dan paling banyak 50 orang dengan prokes lebih ketat (republika, 7/2/2022).
Untuk wilayah PPKM Level 2 dapat mengadakan kegiatan keagamaan dengan jumlah jemaah
paling banyak 75 persen, dan paling banyak 75 orang. Sementara pada wilayah PPKM Level 1,
dibatasi paling banyak 75 persen dari kapasitas (cnnindonesia, 7/2/2022).
Selain itu, SE tersebut mengaturbeberapa hal. Pertama, jarak antarjemaah paling dekat 1 (satu)
meter dengan memberi tanda khusus pada kantai, halaman, atau kursi. Kedua, kegiatan
peribadatan atau keagamaan paling lama dilaksanakan selama satu jam. Ketiga, pengurus dan
pengelola tempat ibadah juga wajib memastikan pelaksanaan khutbah, ceramah atau tausyiah
2. memenuhi ketentuan, yaitu memakai masker dan pelindung wajah (face shield) dan durasinya
paling lama 15 menit (cnnindonesia, 7/2/2022).
Salah Penanganan Covid, Ibadah yang Dikorbankan
Saat kasus Covid-19 naik, selayaknya kebijakan pemerintah untuk penanganan dan penguncian
wilayah segera ditegakkan. Orang-orang sakit dan terpapar virus harus segera dipisahkan dari
yang sehat dengan melakukan Test-Trace-Treatment (3T) secara massif dan menyeluruh. Hal
ini sesegera mungkin harus dilakukan.
Kebijakan penanganan Covid-19 yang kurang tepat menyebabkan penularan virus tak
terkendali. Masalahnya yang mencuat di masyarakat justru soal pembatasan ibadah bagi umat
Islam dengan kebijakan mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.04 Tahun 2022.
Kenapa melulu soal ibadah ini yang masif disosialisasikan? Bagaimana dengan aktivitas lain
masyarakat di ruang publik yang lain semacam di mal, tempat hiburan, jalan-jalan umum dan
lainnya? Alih-alih membuat rakyat taat prokes, kesalahan penanganan seperti ini semakin
banyak mendorong pelanggaran prokes. Karena banyak yang melihat kebijakan terkait Covid-19
hanya untuk menghalangi umat muslim beribadah.
Solusi Sistem Islam Kafah Mengatasi Pandemi Secara Menyeluruh
Bagaimana solusi sistem Islam kafah menangani masalah pandemi covid-19 secara
menyeluruh? Pertama, sejak awal pemimpin dalam sistem Islam Khilafah akan melakukan Test-
Trace-Treatment (3T) dimana Khalifah akan memisahkan orang sehat dari orang sakit.
Kemudian akan memberlakukan tes massal semacam rapid test maupun swab test secara gratis
bagi warganya. Bagi mereka yang terinfeksi, negara akan menjamin pengobatannya hingga
sembuh.
Orang-orang yang sakit harus beribadah di rumah masing-masing dan tidak berjamaah di
masjid demi mencegah penularan penyakit, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
3. زوج عائشة عن
ع هللا صلى هللا رسول سألت أنها أخبرتنا أنها وسلم عليه هللا صلى النبي
عن وسلم ليه
ف يشاء من على هللا يبعثه عذابا كان أنه وسلم عليه هللا صلى هللا نبي فأخبرها الطاعون
رحمة هللا جعله
م إال يصيبه لن أنه يعلم صابرا بلده في فيمكث الطاعون يقع عبد من فليس للمؤمنين
ك ا
إال له هللا تب
الشهيد أجر مثل له كان
“Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu
Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu, tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada
siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman.
Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan
sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya
selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti
pahala orang yang mati syahid,” (HR. Bukhari, Nasa’i dan Ahmad).
Kedua, Khalifah berupaya maksimal menutup wilayah sumber penyakit sehingga penyakit tidak
meluas dan daerah yang tidak terinfeksi dapat menjalankan aktivitas sosial ekonomi dan
keagamaan mereka secara normal tanpa takut tertular. Selain itu, upaya ini akan membuat
penguasa bisa fokus menyelesaikan kasus di daerah terdampak wabah. Dengan demikian, di
lokasi yang warganya sehat maka mereka tetap dapat beraktivitas seperti biasa seperti berjual
beli, beribadah di masjid dengan khusyuk, dan sebagainya.
Ketiga, bagi masyarakat di daerah wabah yang tidak terinfeksi penyakit maka Khalifah akan
menjamin seluruh kebutuhan pokok mereka, karena mereka tidak bisa keluar rumah untuk
bekerja dan mencari nafkah. Khalifah akan menjamin protokol kesehatan dapat dilakukan oleh
semua rakyatnya. Upaya ini memutus rantai penularan virus penyakit.
Keempat, Khalifah akan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang cukup dan memadai
bagi rakyat, tanpa menzalimi tenaga medis/ instansi kesehatan. Kelima, Khalifah mendukung
penuh dengan menyediakan dana yang cukup untuk melakukan riset terhadap vaksin agar
segera dapat ditemukan. Semua mekanisme ini ditopang oleh sistem keuangan Khilafah
berbasis baitul mal, bukan berbasis ribawi sehingga negara tidak lagi bergantung terus-menerus
kepada negara kapitalis asing.
4. Istimewanya, dorongan iman warga negara Khilafah menjadi modal berharga bagi negara
sehingga rakyat percaya kepada penguasa dan patuh pada protokol kesehatan yang ditentukan.
Sebab, rakyat ingin mendapatkan pahala dengan taat kepada pemimpin yang amanah
menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala. Wallahu a'lam bishshawwab.[]