PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PPT KONFLIK SOSIAL 1.pptx
1. A. Konflik politik
Konflik politik merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
berpolitik. Fenomena konflik politik tersebut mendapat perhatian bagi manusia, sehingga
muncul penelitian-penelitian yang menciptakan dan mengembangkan berbagai pendapat
atau pandangan tentang konflik politik. Charles Watkins berpendapat bahwa konflik terjadi
bila terdapat beberapa hal. Pertama, konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat
dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat saling menghambat secara
potensial, artinya mereka memiliki kemampuan untuk menghambat.
Konflik politik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak, ketika keduanya
menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya hambatan dari kedua belah
pihak kudeta, terorisme, dan revolusii konflik mengandung pengertian “benturan” seperti
pendapat, persaingan dan pertentangan antar indiviidu dengan individu, individu dan
kelompok dan kelompok dengan kelompok dan individu dan kelompok atau pemerintah.
2. Sebab-sebab terjadinta konflik
politik
Pada dasarnya konflik politik disebabkan oleh dua hal yaitu konflik
yang disebabkan oleh kemajemukan horizontal dan konflik politik yang
disebabkan oleh kemajemukan vertikal. Yang dimaksud dengan
kemajemukan horizontal adalah struktur masyarakat majemuk secara
kultural, seperti suku bangsa, daerah, agama, dan ras.
Kemajemukan vertikal adalah struktur masyarakat yang berlawanan
menurut pemilikan kekayaan, pengetahuan dan kekuasaan, konflik
dapat ditimbulkan oleh kemajemukan vertikal, karena adanya
perbedaan bahkan pertentangan kepentingan kelompok mayoritas
yang tidak memiliki atau sedikit memiliki kekayaan, pengetahuan dan
kekuasaan dengan kelompok minoritas yang mendominasi kekayaan,
pengetahuan dan kekuasaan
3. Tujuan konflik
politik
Adapun tujuan konflik politik adalah pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama berusaha
untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, kesempatan dan kehormatan
disatu pihak berusaha untuk mendapatkan dipihak lain berusaha keras
untuk mempertahankan.
4. Macam-macam Konflik
Politik Konflik Positif yaitu konflik yang tidak mengancam eksistensi sistem politik yang biasanya
disalurkan lewat mekanisme penyelesaian konflik yang disepakati Bersama dalam konstitusi,
mekanisme yang dimaksud adalah lembaga-lembaga demokrasi; seperti partai politik, badan-
badan perwakilan rakyat, pengadilan, pemerintahan, pers, dan forum-forum terbuka lainnya.
Konflik positif biasanya terjadi pada masyarakat yang mampu memanfaatkan struktur atau
lembaga-lembaga yang ada. Konflik Negatif yaitu konflik yang dapat mengancam eksistensi
sistem politik biasanaya disalurkan melalui cara-cara non konsistensional seperti; kudeta,
sparatisme, terorisme, dan revolusi. cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ada
beberapa alternatif, di Indonesia pada saat sekarang, penyelesaian sengketa dilaksanakan
dengan cara:
1. Negoisasi
2. Konsiliasi
3. Arbitrase
5. B. KONLIK IDENTITAS
Konflik identitas merujuk pada pertentangan atau ketegangan yang timbul karena perbedaan dalam
identitas sosial, budaya, atau politik antara individu atau kelompok. Identitas ini bisa meliputi aspek-etnis, agama,
orientasi seksual, gender, atau bahasa, dan dapat mempengaruhi hubungan antarindividu, komunitas, atau bahkan
negara-negara. Konflik identitas sering kali timbul dari perbedaan keyakinan, nilai, dan kepentingan antar kelompok
yang berbeda. Dampak dari konflik ini dapat meliputi segregasi, diskriminasi, dan bahkan konfrontasi fisik atau
kekerasan.
Konflik identitas dapat timbul dari perbedaan pandangan, nilai, atau penilaian yang berakar pada identitas
pribadi atau kelompok. Alasan untuk konflik identitas bisa bervariasi, termasuk perbedaan agama, budaya, gender,
atau bahkan pandangan politik. Tujuan dalam menyelesaikan konflik identitas adalah menciptakan pemahaman,
toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman.
6. c. Konflik budaya
Konflik antar budaya, Indonesia adalah suatu negara yang berbentuk multi budaya, multi
etnis, agama, ras, dan multi golongan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto
mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia . Wilayah negara yang terbentang luas dari Sabang sampai ke Merauke,
memiliki sumber daya alam (natural resources) yang melimpah seperti untaian zamrud di
khatulistiwa dan juga sumber daya budaya (cultural resources) yang beraneka ragam
bentuknya.
Akan tetapi, dari sisi lain, multi budaya juga berpotensi untuk menimbulkan konflik yang
dapat mengancam integrasi bangsa. Karena konflik antar budaya dapat menimbulkan
pertikaian antar etnis, antar penganut agama, ras maupun antar golongan yang bersifat
sangat sensitif dan rapuh terhadap suatu keadaan yang menjurus ke arah dis-integrasi
bangsa. Fenomena ini dapat terjadi, apabila konflik tersebut tidak dikendalikan dan
diselesaikan secara arif dan bijaksana oleh pemerintah bersama seluruh komponen anak
bangsa.
Alternatif Penyelesaian Konflik Antar Budaya dan Antar Etnis di Indonesia. Uraian di atas
telah membuktikan, bahwa hukum dari perspektif antropologi dipelajari sebagai sistem
pengawasan sosial yang menjaga peraturan dalam masyarakat.
7. d. Konflik gender
Konflik peran gender merupakan konsep yang multi dimensional dan
kompleks. Bagaimana peran gender dipelajari, diinternalisasikan dan dialami,
mulai dari anak-anak sampai dewasa akhir, sangat kompleks, khas dan bersifat
individual. Terdapat perbedaan-perbedaan generasi, ras, orientasi jenis
kelamin, usia dan etnik dalam pengalaman konflik peran gender. Secara
keseluruhan, konflik peran gender merupakan implikasi dari permasalahan-
permasalahan kognitif, emosional, ketidaksadaran, atau perilaku yang
disebabkan oleh sosialisasi peran-peran gender yang dipelajari pada
masyarakat yang siksis dan patriarchal. Konflik peran gender beroperasi pada
empat tingkatan yang saling tumpang tindih dan kompleks, yakni kognisi,
pengalaman-pengalaman afektif, perilaku-perilaku dan pengalaman-
pengalaman ketidaksadaran.
Konflik peran gender yang dialami pada tingkatan kognitif berasal dari cara-
cara seseorang yang berfikir terbatas (restrictive) tentang peran-peran
maskulin dan feminin.
8. e. Konflik ham
Konflik HAM adalah situasi di mana terjadi pelanggaran atau ancaman serius
terhadap hak asasi manusia individu atau kelompok. Pelanggaran ini dapat mencakup
berbagai hal, seperti pembatasan kebebasan sipil, diskriminasi, kekerasan fisik atau
psikologis, penindasan politik, dan bahkan genosida.
Konflik HAM dapat timbul dalam konteks konflik bersenjata, konfrontasi etnis atau agama,
pemberontakan politik, atau dalam situasi di mana lembaga-lembaga pemerintahan gagal
melindungi hak-hak dasar individu. Banyak konflik HAM juga melibatkan aspek ekonomi, sosial,
dan budaya, seperti akses terbatas terhadap pendidikan, perumahan, pangan, dan layanan
kesehatan.
Upaya Pemerintah dalam penegakan HAM
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan faham individualisme dan
liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai hak-hak yang inheren
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit,
jenis kelamin dan pekerjaannya.