1. Studi kasus ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. H dengan berat lahir rendah prematur dan ikterus neonatorum di RSUD Kabupaten Muna selama 4 hari.
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Manajemen dan Dokumentasi Asuhan Bayi Prematur
1. 1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADABAYINY“H”DENGANBBLR PREMATUR
DIRUANG TERATAI RSUD KABUPATENMUNA
TANGGAL 21S.D. 24 APRIL 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Sandri Maktha Sari
NIM : 2012.IB.0026
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
2. 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
pada BayiNy “H” dengan BBLR Prematur
diRuang TerataiRSUD Kabupaten Muna
Tanggal 21s.d. 24 April 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes Dina Asminatalia, S.Kep., Ners
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
ii
3. 3
Karya Tulis Ilmiah telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si. T., M.Kes (....................................................)
2. La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes (....................................................)
3. Dina Asminatalia, S. Kep., Ners (....................................................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing IPembimbing II
La Ode Muhlisi, A. Kep., M. KesDina Asminatalia, S. Kep., Ners
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
4. 4
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Sandri Maktha Sari
2. Nim : PSW. 2012. IB. 0026
3. Tempat/ tanggal lahir : Raha, 17 Maret 1995
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
6. Alamat : Jl. Teuku Umar, Kel. Watonea
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Sulatin dan Indrianti
2. Pekerjaan : Polri / IRT
3. Alamat : Jl. Teuku Umar, Kel. Watonea
C. PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri 1 Katobu Tahun 2006
2. SMP : SMP Negeri 1 Raha Tahun 2009
3. SMA : SMA Negeri 2 Raha Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D III Kebidanan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai tahun 2015.
iv
5. 5
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada kata yang paling indah selain mengucap puji syukur kepada Sang Maha
Pencipta Allah SWT, karena hanya rahmat dan ridho-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Ny. H Dengan BBLR Prematur di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna 21
s.d 24 April 2015“ dapat selesai tepat waktu.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis haturkan
kepadaLa Ode Muhlisi, A. Kep., M. Kesselaku pembimbing I dan Dina Asminatalia,
S. Kep., Nersselaku pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan,
motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu
sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten
Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Paramata
Raha Kabupaten Muna dan selaku penguji yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna dan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ujian Karya
Tulis Ilmiah kepada penulis.
3. dr. Tutut Purwanto selaku Direktur Rumah Sakit dan Sitti Azizah, Am. Kebselaku
Kepala Ruangan Teratai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah
memberi izin untuk pengambilan data yang penulis butuhkan.
iv
6. 6
4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ayahanda Sulatin dan Ibunda Indrianti yang paling kucintai yang telah mendidik,
membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus, serta doa restu
dan pengorbanan yang tiada henti-hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan ini.Saudara-saudaraku tercinta Dwi Ferly Fiesta dan Tri Oktavia Sari yang
telah mendukung penulis dengan doa dan harapan agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan ini.
6. Sahabat-sahabatku tersayang Tina, Rita, Ani, Munawar, Intan, Novensky dan Elvy
yang telah berbagi suka duka, saling memberi dukungan, perhatian dan kasih sayang,
terima kasih atas kebersamaan kalian selama menyelesaikan pendidikan ini.Seluruh
temanku tingkat III dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dan memotivasi selama mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna baik dari segi
materi maupun penulisannya. Namun,sungguh membahagiakan bagi penulis dapat
mempersembahkan karya ini, penulis memohon kepada Allah SWT atas segala
kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini serta penulis
senantiasa mengharapkan saran yang membangun sehingga dapat berkarya lebih baik
lagi di masa mendatang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua yang membutuhkannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Raha, Juli 2015
Penulis
vi
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Lembar Persetujuan.......................................................................................................ii
Lembar Pengesahan ..................................................................................................... iii
Riwayat Hidup .............................................................................................................iv
Kata Pengantar ..............................................................................................................v
Daftar Isi.... .................................................................................................................viii
Daftar Tabel .....................................................................................................x
Intisari ..........................................................................................................................xi
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ..........................................................................4
C. Tujuan Telaah.................... .............................................................................5
D. Manfaat Telaah...............................................................................................6
E. Metode Telaah ................................................................................................7
F. Sistematika Penulisan.....................................................................................8
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................10
A. Telaah Pustaka.…………………………………………………………...10
1. Bayi..................................................................................................10
2. BBLR………..............................…....................…………….……....14
3. Ikterus Neonatorum..........................................................................24
B. Konsep Manajemen Kebidanan....................................................................29
1. Pengertian Manajemen Kebidanan ..............................................………29
2. Pedoman Penerapan Manajemen Kebidanan...................................29
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ...............................................34
4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan.............................................................38
BAB III Studi Kasus .................................................................................................43
A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar...............................................................43
B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual................. .....................48
C. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.................................50
D. Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi................. ....51
vii
8. 8
E. Langkah V. Rencana Asuhan................. ......................................................52
F. Langkah VI. Implementasi................. ..........................................................54
G. Langkah VII. Evaluasi................. .................................................................55
H. Pendokumentasian................. .......................................................................56
I. Catatan Perkembangan........................................................................60
BAB IV Pembahasan................................................................................................68
BAB V Kesimpulan dan Saran................................................................................74
A. Kesimpulan...................................................................................................74
B. Saran .............................................................................................................75
Daftar Pustaka...............................................................................................77
Lampiran
viii
10. 10
INTISARI
Sandri Maktha Sari (2012.IB.0026) “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidananpada Bayi Ny “H” dengan BBLR Prematurdi Ruang Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d 24 April 2015” di bawah
bimbinganLa Ode Muhlisi, A. Kep., M. Kes danDina Asminatalia, S. Kep., Ners (x +
78 hal + lampiran).
Latar Belakang: Dalam pendekatan resiko, dinyatakan semua ibu hamil berpotensi
terjadi komplikasi dalam persalinan.Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah
ketuban pecah dini (KPD) yang akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas ibu maupun bayinya.
Tujuan Telaah: Terlaksananya Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny ”H” dengan BBLR
Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d
24 April 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
Varney dan pendokumentasian.
Metode Telaah: Studi Kasus ini menggunakan metode Studi kepustakaan, Studi kasus,
dan Studi dokumentasi.
Hasil Studi Kasus: setelah mendapatkan asuhan pada tanggal 21 s.d 24 April 2015
didapatkan hasil keadaan umum bayi baik dan kesadaran komposmentis, tanda-tanda
vital yaitu laju jantung:144 kali/menit, suhu: 36,8ºC, nadi: 58 kali/menit, BB: 1635
gram, bayi tidak ikterus dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Kesimpulan dan saran:Pada studi kasus ini telah dilaksanakan manajemen asuhan
kebidanan sesuai 7 langkah varney serta ada kesamaan dan kesenjangan antara teori dan
asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny “H” dengan BBLR dan Ikterus
Neonatorum di RSUD Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d 24 April 2015.
Kata Kunci : BBLR dan Ikterus Neonatorum
Daftar Pustaka : 20 (2003-2014)
x
11. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan
pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan,
perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Dan pada usia 29
hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Potter,
2005).
Bayi baru lahir (neonatal) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir (BBL) memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi,
2012).Bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Manuaba, 2008).
Masalah-masalah yang muncul pada BBLR yaitu Sindrom gangguan pernapasan
idiopatik, Pneumonia, Hiperbilirubinemia (Ikterus), Hipotermia, Hipoglikemia, Sindrom
aspirasi mekonium (Vivian, 2010).
Ikterus adalah salah satu yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi
baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubin. Ikterus merupakan salah satu kegawattan
yang terjadi pada bayi baru lahir sebanyak 50-52 % pada bayi cukup bulan dan 80 %
pada Bayi Berat Lahir Rendah (prematur) (Dhafinsisyah, 2008).
1
12. 2
Masalah-masalah yang muncul pada Ikterus adalah pada jangka pendek akan
terjadi kejang, sedang pada jangka panjang bayi akan mengalami cacat neurologis
seperti ketulian, gangguan bicara dan retardasi mental (Paulette, 2007).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat
kesehatan anak.Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dari
semua kematian pada anak balita.Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di Dunia meninggal
dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar
75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian
tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama
kematian bayi baru lahir atau neonatal di Dunia antara lain bayi lahir prematur 29%,
sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan
trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di Dunia dalam periode
awal kehidupan (World Health Organization, 2012).
Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per
kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran
hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup.
Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/1000 per kelahiran
hidup (Depkes, 2008).
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit
pendidikan menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% umtuk
kadar bilirubin diatas 5 mg/dl dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12 mg/dl pada
minggu pertama kehidupan. Tahun 2008 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal
(8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait
hiperbilirubinemia(Depkes, 2008).
13. 3
Angka kematian bayi di Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 di laporkan menurun
dibandingkan data tahun 2013, dari 605 kasus menjadi 560 kasus. Disebutkan kasus
kematian bayi tahun 2014 terbanyak di Kabupaten Muna sebanyak 88 kasus, sedangkan
tahu sebelumnya 89 kasus menyusul kabupaten Konawe Selatan sebanyak 85 kasus dan
tahun sebelumnya 74 kasus, Kabupaten Bombana sebanyak 67 kasus dan tahun
sebelumnya 28 kasus, Kabupaten Buton sebanyak 61 kasus dan tahun sebelumnya 78
kasus, Kabupaten Kolaka sebanyak 45 kasus dan tahun sebelumnya 52 kasus, Kbupaten
Konawe sebanyak 43 kasus dan tahun sebelumnya sebanyak 70 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi, 2014).
Berdasarkan data di ruang Teratai RSUD Raha Kabupaten Muna tahun 2014-2015
dengan kelairan bayi sejumlah 1.217 orang. Tahun 2014 yang mengalami ikterus
neonatorum sebanyak 3 orang, sedangkan Tahun 2015 yang mengalami ikterus
neonatorum sebanyak2 orang (Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kab.
Muna).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, jumlah kelahiran hidup bayi
pada tahun 2012 berjumlah 5.784 orang, tahun 2013 berjumlah 5.946 orang, tahun 2014
berjumlah 5.714 orang. Angka kejadian Ikterus Neonatorum pada tahun 2012 berjumlah
7 orang, tahun 2013 berjumlah 8 orang, dan tahun 2014 berjumlah 16 orang. Angka
kejadian BBLR pada tahun 2012 berjumlah 236 orang, tahun 2013 berjumlah 136 orang,
dan tahun 2014 berjumlah 181 orang. Sedangkan yang meninggal karena BBLR pada
tahun 2012 berjumlah 13 orang, tahun 2013 berjumlah 2 orang, dan tahun 2014
berjumlah 13 orang (Data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna).
Melihat ikterus merupakan salah satu kegawatdarutan yang terjadi pada bayi baru
lahir dan melihat dampak yang akan ditimbulkan sehingga penulis tertarik untuk
14. 4
melaksanakan studi kasus mengenai Ikterus Neonatorum di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang berjudul “Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada By Ny. Husia 6 hari dengan BBLRPrematur
di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 21-24 April
2015”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Pada By Ny.H usia 6 hari dengan BBLR
Prematurdi Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21-24
April 2015.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh perbandingan teori dan pengalaman nyata dalam melaksanakan
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Pada By Ny.Hdengan
BBLR Prematur usia 6 hari di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna
Tanggal 21-24 April 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data dasar pada ByNy. H dengan BBLR Prematur di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-24 April
2015.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada ByNy.H dengan BBLR Prematur di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-24 April
2015.
15. 5
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada ByNy.H denganBBLR Prematur
di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-24 April
2015.
d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada ByNy.H denganBBLR
Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-
24 April 2015.
e. Merencanakan asuhan Kebidanan pada ByNy.H denganBBLR Prematur di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-24 April
2015.
f. Melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada ByNy.H denganBBLR
Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal 21-
24 April 2015.
g. Mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada ByNy.H
denganBBLR Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna
Tanggal 21-24 April 2015.
h. Mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan
pada ByNy.H denganBBLR Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Kabupaten Muna Tanggal 21-24 April 2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan Bayilahir kurang bulan
sesuai masa kehamilan usia6 hari dengan BBLR Prematur.
16. 6
2. Manfaat Ilmiah
Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang BBLR Prematur.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata
Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus Bayi dengan BBLR
Prematur.
4. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan dan
penerapan ilmu yang telah didapatkan pada Akademi Kebidanan Paramata Raha.
E. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penulisan Studi Kasus ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku, situs, dan makalah-makalah yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiahini.
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa
data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan
kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan evaluasi.
17. 7
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa/Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada
klien tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke kaki
meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
c. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumberdari catatan bidan.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menulis studi kasus ini
terdiri dari :
1. Bab IPendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah yang
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat telaah yang terbagi atas
manfaat teoritis, manfaat praktis yang terdiri dari manfaat bagi penulis, manfaat
bagi profesi dan manfaat bagi instansi tempat pengambilan kasus, serta metode
telaah yang terdiri dari studi kepustakaan, studi kasus yaitu wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi serta diskusi dan sistematika penulisan.
2. Bab IITinjauan pustaka
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan:
a. Telaah Pustaka yang berisi tentang Bayi, BBLR dan Ikterus Neonatorum
18. 8
b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian manajemen kebidanan,
pedoman penerapan manajemen kebidanan.
c. Langkah-langkah manajemen kebidanan.
d. Pendokumentasian meliputi definisi dokumentasi, dan unsur-unsur.
3. Bab IIIStudi kasus
Bab ini berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan masalah
aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, menilai perlunya tindakan
segera, kolaborasi dan konsultasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan
evaluasi keefektifan asuhan serta pendokumentasian.
4. Bab IV Pembahasan
Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran, lalu
membandingkannya dengan teori yang ada.Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesuai teori harus
diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada.Uraian
tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanisme mengapa hasilnya
demikian.Dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah.
5. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
Bab ini berisi tentang :
a. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis dalam beberapa hal yaitu manajemen
kebidanan, pemberian asuhan kebidanan (kuratif, rehabilitasi, preventif, dan
promotif) dan ketepatan waktu yang digunakan.
b. Saran dan usul yang dibuat penulis keterkaitannya dengan kesimpulan atau hal-
hal yang dibutuhkan guna penurunan kematian bayi yang meliputi saran bagi
19. 9
institusi pendidikan, saran bagi instansi pengambilan kasus, dan saran bagi
penulis.
Selain itu, dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
20. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bayi
a. Defenisi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi (Wong, 2008).
b. Ciri-Ciri Bayi Lahir Normal
Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang badan 50
cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal sekitar 34-35
cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut yang menonjol. Bayi
cenderung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari tangan jika diregangkan
mencapai tinggi paha.
Verniks kaseosa merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada
dikulit bayi semenjak lahir.Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa
adalah sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir,
mengering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir (Fraser,2011).
Menurut Marmi (2012) ciri-ciri bayi lahir normal yaitu :
1) Berat badan 2500-4000 gram.
2) Panjang badan 48-52 cm.
3) Lingkar dada 30-38 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
1
21. 11
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup .
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genitalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan
pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
c. Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif,
Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi :
1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah.
2) Perawatan tali pusat.
3) Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
4) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan Buku KIA.
5) Penanganan dan rujukan kasus.
22. 12
d. Jadwal kunjungan neonatus
1) Kunjungan Neonatal (KN 1)
Dilakukan pada 6 – 48 jam pertama setelah persalinan
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan
bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat
menggambarkan keadaan kesehatannya
c) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering
e) Pemberian ASI awal
2) Kunjungan Neonatal (KN 2)
Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya
busuk
3) Kunjungan Neonatal (KN 3)
Pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah persalinan
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
23. 13
c) Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG (untuk mencegah
Tuberculosis), Vaksin Polio I secara oral, Vaksin Hepatitis B
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
a. Defenisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
b. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.
1) Faktor Ibu
a) Penyakit
Seperti malaria, anemia, sifilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
b) Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, preeklampsia berat, eklampsia, dan kelahiran preterm.
c) Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <20 tahun dan >35 tahun.
d) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol, dan ibu pengguna narkotika.
24. 14
2) Faktor janin
Prematur, hidramnion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
3) Faktor lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain tempat tinggal didaratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi, dan paparan zat-zat racun.
c. Gambaran Klinis BBLR
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Kepala lebih besar
8) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10) Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
tangan dan sikunya
11) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12) Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi/lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus
13) Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisannya lemah
25. 15
14) Pernapasan 40-50 kali/menit dan laju jantung 100-140 kali/menit
(Proverawati, 2010).
d. Klasifikasi BBLR
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dapat digolongkan menjadi :
1) Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan, disebut
BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram
Tanda-tanda bayi prematur :
a) Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm
b) Panjangnya kuku belum melewati ujung jari
c) Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
d) Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
e) Rambut lanugo masih banyak
f) Jaringan subkutan tipis atau kurang
g) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
h) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
i) Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora dan pada bayi
laki-laki testis belum turun
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu berarti mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
26. 16
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. BBL sangat
rendah bila berat badan kurang dari 1500 gram.
Tanda-tanda bayi Dismatur :
a) Panjang badan lebih dari 45 cm, berat badan lebih dari 2500 gram
b) Kulit kering dan keriput
c) Rambut panjang dan banyak
Stadium bayi dismatur dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Stadium Bayi Dismatur
No Stadium I Stadium II Stadium III
1 Bayi tampak kurus
dan lebih panjang
Bayi tampak kurus
dan lebih panjang
Bayi tampak kurus dan
lebih panjang
2 Kering seperti
perkamen tetapi belum
terdapat noda
mekonium
Kering seperti
perkamen tetapi belum
terdapat noda
mekonium
Kering seperti
perkamen tetapi belum
terdapat noda
mekonium
3 Kehijauan pada kulit
plasenta dan
umbilikus
Kehijauan pada kulit
plasenta dan umbilikus
4 Kulit, kuku dan tali
pusat berwarna kuning
(Sumber : Carpenito. 2003)
Masalah yang dapat terjadi pada bayi Dismatur yaitu :
a) Sindrom aspirasi mekonium
b) Hipoglikemia simtomatik
c) Penyakit membran hialin
d) Hiperbilirubinemia (Carpenito, 2003).
e. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada BBLR antara lain :
27. 17
1) Hipotermia
2) Hipoglikemia ; karena persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
BBLR dan Prematur.
3) Gangguan cairan dan elektrolit
4) Hiperbilirubinemia
5) Sindrom gawat napas
6) Paten duktur arteriosus
7) Infeksi ; bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik yang
belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk
antibodi karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa
mengakibatkan BBLR rentan terhadap infeksi.
8) Perdarahan otak ; biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran,
terutama pada bayi prematur yang lahir kurang dari 37 minggu. Perdarahan
otak ini mnyebabkan bayi tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas.
9) Apnea of prematurity
10) Anemia (Bobak, 2005).
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan BBLR
antara lain :
1) Gangguan perkembangan
2) Gangguan pertumbuhan
3) Gangguan penglihatan (retinopati)
4) Gangguan pendengaran
5) Penyakit paru kronis
6) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
28. 18
7) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
f. Diagnosis
Diagnosis BBLR yaitu:
1) Sebelum Bayi Lahir
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya
kehamilan.Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat walaupun kehamilan sudah angka lanjut.Pertambahan
berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.Sering
dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
Hidramnion, hipermisis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan
pendarahan Antepartum.
2) Setelah Bayi Lahir
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan, tanda-tandanya
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, kulit tipis dan kering.Bayi
prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu jaringan lemak bawah
kulit sedikit, tulang tengkorak lunak, mudah bergerak dan menangis
lemah.Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi,
trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya (Mochtar, 2004).
g. Pencegahan
Dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah
dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:
1) Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.
29. 19
2) Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kehamilan dan persalinan preterm.
3) Memberi nasehat tentang :
a) Gizi saat hamil
b) Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal
c) Memperhatikan tentang berbagai kelainan
d) Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini
penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati (Manuaba, 2008).
h. Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
1) Mempertahankan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan
untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37°C suhu inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat
diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang
30. 20
lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi.Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok.Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan
kejang(Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan
terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan
masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR
harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu
tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. Ada suatu
cara yang disebut metode kangguru atau atau perawatan bayi lekat, yaitu
bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi
dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam
jam BBLR (Kosim, 2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat
mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat (brown fat) ( Koswara,
2009).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi
hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu
bayi prematur harus dirawat di dalam indikator sehingga badanya
mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam indikator maka suhu bayi
31. 21
dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C dan untuk bayi dengan berat badan
2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator tidak ada bayi dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badanya dapat dipertahankan (Muhammad, 2008).
2) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air
susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum
melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila
daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan
(Winkjosastro, 2006).
3) Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi
kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi
dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu
dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup
baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
32. 22
4) Mencegah infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
(BBLR), dengan demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Penanganan BBLR di Rumah Sakit :
1) Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
2) Bila tidak mungkin, infus Dekstrose 10%
3) Beri antibiotik
4) Rawat inkubator
5) Cegah hipotermia (Saifuddin, 2007).
3. Ikterus Neonatorum
a. Defenisi
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat
adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5
mg/dl/24 jam. Dengan demikian ikterus baru akan terlihat pada hari ke 2-3,
biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4 dengan kadar 5-6 mg/dl untuk
selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke
5-7 kehidupan. Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum
cenderung sama atau lebih lambat dari pada bayi aterm, tetapi berlangsung
lebih lama. Pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya
dicapai antara hari ke 4-7, pola yang diperlihatkan bergantung pada waktu yang
33. 23
diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme
ekskresi bilirubin (Surasmi, 2003).
b. Etiologi
Pada bayi yang baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah saat
didalam kandungan menjadi sel darah merah diluar kandungan. Sel-sel darah
merah yang ada didalam kandungan akan hancur dan digantikan oleh sel darah
merah diluar kandungan. Sel darah merah yang hancur tersebut di dalam proses
penghancurannya menghasilkan bilirubin indirek. Bilirubin indirek ini agar
dapat dibuang dari dalam tubuh memerlukan enzim UDPGT, proses tersebut
dilakukan didalam hati menjadi bilirubin direk lalu masuk kedalam usus. Di
dalam usus lalu diproses bersama dengan kuman-kuman di dalam usus. Hasil
akhirnya lalu dibuang bersama dengan BAB.
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan sel darah merah di dalam
kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan dalam jumlah besar
sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi. Pada bayi baru lahir
kemampuan UDPGT (Uridin Difosfat Glukoronide Transferate) di dalam hati
untuk dapat mengubah seluruh bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
maksimal, dan pada bayi prematur kemampuan kerja enzim hati masih belum
maksimal. Selain itu usus bayi juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman
yang dapat mencegah bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB
dan pergerakan atau motilitasnya juga belum maksimal sehingga bilirubin direk
tersebut dapat diserap kembali melalui usus dan masuk ke dalam hati lagi
(Sondhemer, 2006).
34. 24
c. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit.
Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada
hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal
dalam beberapa minggu.
Secara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi
bilirubin serum, namun kuran dari 12 mg/dL. Kadar bilirubin total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL,
kemudian menurun kembali dalam minggu pertama. Pada bayi prematur akan
memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 dan
berlangsung lebih lama (Martin, 2004).
d. Tanda dan Gejala
Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna
menjadi kuning yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit.
Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat
menjalar hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Selain
itu, pada ikterus yang bersifat fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel
(Levin, 2006).
1) Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir
2) Kenaikan kadar bilirubin < 5 mg/dL
3) Puncak dan kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar
bilirubin < 15 mg/dL
4) Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi
cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan
35. 25
5) Timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai
dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10
6) Keadaan bayi baik
7) Menyusu baik dan berat badan naik baik
Pemeriksaan penunjang :
1) Kadar bilirubin serum total
2) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi
3) Periksa kadar enzim (Vivian, 2010).
e. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum, yaitu :
1) Faktor maternal : Ras atau kelmpok etnik tertentu, komplikasi kehamilan
(DM, Inkompatibilitas ABO dan Rh), penggunaan infus oksitosin dalam
larutan hipotonik, ASI
2) Faktor perinatal : Trauma lahir, infeksi
3) Faktor neonatus : Prematuritas, faktor genetik, polisitemia, obat
(sreptomisin, kloramfenicol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol), rendahnya
asupan ASI, hipoglikemia, hipoalbuminemia
f. Penilaian Ikterus Menurut Kramer
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, Kramer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian
yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah
sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki
serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
36. 26
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain.
Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan dengan
angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas
ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir.Nomor urut menunjukkan
arah meluasnya ikterus (Agustin, 2006).Derajat Ikterus dapat dilihat pada Tabel
2
Tabel 2 Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat – leher 150
3 Pusat – paha 200
4 Lengan + tungkai 250
5 Tangan + kaki >250
(Sumber : Agustin, 2006)
g. Komplikasi Ikterus
Komplikasi dari ikterus yang tidak ditangani dengan benar yaitu dapat
terjadi ensefalopati bilirubin (kernikterus). Hal ini terjadi karena terikatnya
asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang
otak, dan serebelum yang menyebabkan kematian sel. Dengan adanya ikterus,
bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk kedalam cairan
ekstraseluler (Drakeiron, 2008).
i. Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dihentikan peningkatannya dengan :
1) Pengawasan antenatal yang baik
37. 27
2) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran
3) Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
4) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5) Pencegahan infeksi (Vivian, 2010).
j. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ikterus di Rumah Sakit :
1) Terus beri ASI
2) Lakukan terapi sinar
3) Periksa golongan darah ibu dan bayi
4) Periksa kadar bilirubin (Saifuddin, 2007).
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak klien maupun
yang memberi asuhan (Suryani,2008).
2. Pedoman penerapan manajemen kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu
identifikasi masalah, analisis data dan perumusan masalah, rencara dan tindakan
pelaksanaan serta hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan
dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti. Adapun pedoman
penerapan pada bayi yaitu :
38. 28
a. Tujuan Asuhan pada Bayi
Secara khusus, asuhan bayi baru lahir bertujuan untuk :
1) Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernapasan
2) Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia
3) Memastikan keamanan dan mencegah infeksi
4) Mengidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan
perhatian segera
5) Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua dan bayi
6) Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang praktik
membesarkan anak
7) Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir
(Stright, 2005).
b. Jadwal kunjungan neonatus
1) Kunjungan Neonatal (KN 1)
Dilakukan pada 6 – 48 jam pertama setelah persalinan
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan
bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat
menggambarkan keadaan kesehatannya
c) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering
e) Pemberian ASI awal
39. 29
2) Kunjungan Neonatal (KN 2)
Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya
busuk
3) Kunjungan Neonatal (KN 3)
Pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah persalinan
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c) Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG (untuk mencegah
Tuberculosis), Vaksin Polio I secara oral, Vaksin Hepatitis B, (Winda,
2007).
c. Gambaran Klinis BBLR
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Kepala lebih besar
8) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
40. 30
10) Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
tangan dan sikunya
11) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12) Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi/lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus
13) Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisannya lemah
14) Pernapasan 40-50 kali/menit dan laju jantung 100-140 kali/menit
(Proverawati, 2010).
d. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum
Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna
menjadi kuning yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit.
Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat
menjalar hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Selain
itu, pada ikterus yang bersifat fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel
(Levin, 2006).
1) Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir
2) Kenaikan kadar bilirubin < 5 mg/dL
3) Puncak dan kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar
bilirubin < 15 mg/dL
4) Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi
cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan
5) Timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai
dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10
41. 31
6) Keadaan bayi baik
7) Menyusu baik dan berat badan naik baik
e. Penatalaksanaan pada BBLR
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
1) Mempertahankan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan
untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37°C suhu inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat
diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang
lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi.Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok.Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan
kejang(Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan
42. 32
terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan
masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR
harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu
tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. Ada suatu
cara yang disebut metode kangguru atau atau perawatan bayi lekat, yaitu
bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi
dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam
jam BBLR (Kosim, 2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat
mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat (brown fat) ( Koswara,
2009).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi
hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu
bayi prematur harus dirawat di dalam indikator sehingga badanya
mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam indikator maka suhu bayi
dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C dan untuk bayi dengan berat badan
2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator tidak ada bayi dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badanya dapat dipertahankan (Muhammad, 2008).
43. 33
2) Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air
susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum
melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila
daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan
(Winkjosastro, 2006).
3) Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi
kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi
dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu
dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup
baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
4) Mencegah infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan
44. 34
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
(BBLR), dengan demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Penanganan BBLR di Rumah Sakit :
1) Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
2) Bila tidak mungkin, infus Dekstrose 10%
3) Beri antibiotik
4) Rawat inkubator
5) Cegah hipotermia (Saifuddin, 2007).
f. Penatalaksanaan Ikterus
Penatalaksanaan ikterus di Rumah Sakit :
5) Terus beri ASI
6) Lakukan terapi sinar
7) Periksa golongan darah ibu dan bayi
8) Periksa kadar bilirubin (Saifuddin, 2007).
3. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar dan
diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan
langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul Janah, 2011).
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat
dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini
merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga
45. 35
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan mementukan benar
tidaknya proes interprestasi pada tahap selanjutnya.
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data
sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi klien yang sebenarnya serta valid.Kaji ulang data yang sudah di
kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat(Nurul Jannah, 2011).
Data subjektif pada pengkajian Ikterus adalah Gejala utama yang dapat
dilihat pada bayi adalah perubahan warna menjadi kuning yang dapat dilihat
pada mata, rongga mulut, dan kulit. Perubahan ini awalnya mudah tampak dari
mata lalu apabila makin berat dapat menjalar hingga ke dada, perut, tangan,
paha, hingga ke telapak kaki. Selain itu, pada ikterus yang bersifat fisiologis,
bayi tampak sehat dan tidak rewel (Levin, 2006).
Data objektif pada pengkajian Ikterus adalah menurut teori ikterus timbul
pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai dengan ke-6
dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10, kenaikan kadar bilirubin < 5
mg/dl, puncak dan kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar
bilirubin < 15 mg/dl, gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1
minggu untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau
kurang bulan, keadaan bayi baik, menyusu baik, dan berat badan naik baik.
Pemeriksaan penunjang : kadar bilirubin serum total, penentuan golongan darah
dari ibu dan bayi, periksa kadar enzim (Vivian, 2010).
b. Langkah II: Identifikasi diagnosa/masalah aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis dasar. Dalam
46. 36
penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data
dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus
berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien (Nurul Jannah, 2011)
Berdasarkan dari data subjektif dan objektif diagnosa/masalah aktual
yang mungkin terjadi yaitu bayi kurang bulan, berat badan lahir rendah dan
ikterus neonatorum. Pada bayi baru lahir terjadi perubahan sel darah merah di
dalam kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan dalam jumlah
besar sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi. Pada bayi baru
lahir kemampuan UDPGT di dalam hati untuk dapat mengubah seluruh
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum maksimal, dan pada bayi
prematur kemampuan kerja enzim hati masih belum maksimal. Selain itu usus
bayi juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat mencegah
bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau
motilitasnya juga belum maksimal sehingga bilirubin direk tersebut dapat
diserap kembali melalui usus dan masuk ke dalam hati lagi (Levin MJ
sondhemer, 2006).
c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan
Antisipasipenanganan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan
terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang
dilakukan melalui mengamatan, observasi dan persiapan untuk segala sesuatu
yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang
lebih berbahaya sehingga mengancam kehidupan pasien (Nurul Jannah, 2011)
47. 37
Menurut teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada bayi dengan
BBLR adalah terjadi infeksi. Potensial yang akan terjadi pada bayi dengan
ikterus yaitu akan terjadi kernikterus.
d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi Segera dengan
TenagaKesehatan Lain
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau
dokter kebidanan.Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih
ahli sesuai keadaan klien.Pada tahap ini, bidan dapat melakukan tindakan
emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun konsultasi untuk
menyelamatkan ibu dan janin (Nurul Jannah, 2011).
Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien untuk
menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi tindakan
kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal dan tidak berpotensial terjadi
hiperbilirubinemia, infeksi, pneumonia aspirasi, kernikterus maka tidak perlu
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi.
Dalam teori BBLR dan Ikterus fisiologis, tindakan yang harus dilakukan
bidan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk pemberian
cairan dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuaba,
2008). Sedangkan tindakan segera yang harus dilakukan pada bayi ikterus
adalah dengan tindakan fototerapi (terapi sinar) (Mirnawati, 2011).
e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah kebidanan serta
48. 38
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisis dan asumsi yang
seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan (Nurul Jannah, 2011).
Penanganan secara umum Ikterus di Rumah Sakit adalah Terus beri ASI,
lakukan terapi sinar, periksa golongan darah ibu dan bayi, periksa kadar
bilirubin (Saifuddin, 2007). Sedangkan penanganan BBLR di Rumah Sakit
yaitu Beri minum dengan sonde/tetesi ASI, infus Dekstrose 10%, beri
antibiotik, rawat inkubator, cegah hipotermia (Saifuddin, 2007).
f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama dengan
bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan
langsung, konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisien akan
mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan
pada klien (Nurul Jannah, 2011).
Penanganan secara umum Ikterus di Rumah Sakit adalah
meneruskanpemberian ASI, melakukan terapi sinar, melakukan pemeriksaan
golongan darah ibu dan bayi, melakukan pemeriksaan kadar bilirubin
(Saifuddin, 2007). Sedangkan penanganan BBLR di Rumah Sakit yaitu
memberi minum dengan sonde/tetesi ASI, infus Dekstrose 10%, memberi
antibiotik, melakukan perawatan dalam inkubator, mencegah hipotermia
(Saifuddin, 2007).
g. Langkah VII: Evaluasi
49. 39
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
masalah diagnosa (Nurul Janah, 2011).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR dan Ikterus yaitu
tidak terjadi infeksi, berat badan bayi naik,Ikterus teratasi, tidak terjadi
kernikterus pada bayi.
4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan bahwa
dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum.Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupaun aktifitas pemberian jasa
(pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi asuhan
kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respon
pasien terhadap asuhan yang diterimanya.Dengan demikian dokumentasi
kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinik pasien yang
menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan
dilaksanakan.Disamping itu catatan juga dapat digunakan sebagai wahana
komunikasi dan koordinasi antar profesi yang dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan.
50. 40
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan
kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian pemahaman dan
keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang
mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu membuat dokumentasi
kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir dalam pemecahan
masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan yang dilakukan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas, dan logis sebagai pendokumentasian.
Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses pikir
dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang perkembangan
klien (progress note) (Mirnawati,2011).Pendokumentasian yang diterapkan
dalam metode SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis
dan singkat (Wafi, 2011).
b. Proses Manajemen SOAP
1) S (Data Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.Gejala utama yang dapat
dilihat pada bayi adalah perubahan warna menjadi kuning yang dapat
dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Perubahan ini awalnya mudah
tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat menjalar hingga ke dada,
perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Selain itu, pada ikterus yang
bersifat fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel (Levin, 2006).
51. 41
2) O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assesment sebagai langkah I Varney. menurut
teori ikterus timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-
5 sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10,
kenaikan kadar bilirubin < 5 mg/dl, puncak dan kenaikan kadar bilirubin
muncul di hari ke 3-5 dengan kadar bilirubin < 15 mg/dl, gejala kuning
yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan
dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan, keadaan bayi
baik, menyusu baik, dan berat badan naik baik. Pemeriksaan penunjang :
kadar bilirubin serum total, penentuan golongan darah dari ibu dan bayi,
periksa kadar enzim (Vivian, 2010).
3) A (Assessment)
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:Berdasarkan
dari data subjektif dan objektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin
terjadi yaitu bayi kurang bulan, berat badan lahir rendah dan ikterus
neonatorum. Pada bayi baru lahir terjadi perubahan sel darah merah di
dalam kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan dalam jumlah
besar sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi. Pada bayi
baru lahir kemampuan UDPGT di dalam hati untuk dapat mengubah
seluruh bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum maksimal, dan pada
bayi prematur kemampuan kerja enzim hati masih belum maksimal. Selain
52. 42
itu usus bayi juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat
mencegah bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB dan
pergerakan atau motilitasnya juga belum maksimal sehingga bilirubin direk
tersebut dapat diserap kembali melalui usus dan masuk ke dalam hati lagi
(Sondhemer, 2006). Dalam hal ini tindakan yang harus dilakukan bidan
adalah melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk pemberian cairan
dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuaba,
2008). Sedangkan tindakan segera yang harus dilakukan pada bayi ikterus
adalah dengan tindakan fototerapi (terapi sinar) (Mirnawati, 2011).
4) P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan, dan
evaluasi berdasarkan assesment sebagai langkah 5,6,7 (Marmi,2012).
Penanganan secara umum Ikterus di Rumah Sakit adalah meneruskan
pemberian ASI, melakukan terapi sinar, melakukan pemeriksaan golongan
darah ibu dan bayi, melakukan pemeriksaan kadar bilirubin (Saifuddin,
2007). Sedangkan penanganan BBLR di Rumah Sakit yaitu memberi
minum dengan sonde/tetesi ASI, infus Dekstrose 10%, memberi antibiotik,
melakukan perawatan dalam inkubator, mencegah hipotermia (Saifuddin,
2007).
53. 43
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan pendokumentasian
asuhan kebidanan BayiPada Bayi Ny.”H” dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Prematurdi Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d.
24April 2015dengan nomor register 23-56-02 diawali dengan identifikasi data dasar dan
berakhir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian dan catatan
perkembangan.
A. Manajemen
1. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi Ny.”H” dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR )Prematur di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten MunaTanggal 21 s.d. 24April 2015, jam 08.35 Wita
a. Biodata
1) Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “H”
Tanggal lahir / jam : 15-4-2015 Jam 21.00 WITA
Anak : Kedua
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 6 hari
54. 44
2) Identitas Orang Tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “H”/ Tn “A”
Umur Ibu/ Ayah : 28 Tahun/ 32 Tahun
Suku : Muna/Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±3 tahun
Alamat : Desa Parida
b. Data Biologis / Fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
a) Keadaan bayi baik
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu badan : 36,8°C
Pernapasan : 45 kali/menit
Denyut jantung : 142 kali/menit
c) Bayinya sudah BAK dan BAB
d) Bayinya sudah disusui
c. Riwayat Kehamilan Ibu Bayi
Ibu mengatakan :
55. 45
1) Hamil yang kedua,pernah melahirkan satu kali, dan tidak pernah
keguguran.
2) Hari Pertama Hari Terakhir Tanggal 5-8-2014dan memeriksakan
kehamilannya di Bidan sebanyak 2 kali.
3) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada
4) Tidak memiliki riwayat kehamilan kembar
5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet
1x1/hari.
d. Riwayat Persalinan/ Kelahiran
1) Umur gestasi : 36 minggu 1 hari
2) Tempat persalinan : Rumah
3) Jenis persalinan : Persalinan normal
4) Tanggal /Jam lahir : 15April 2015 Jam 21.00 Wita
e. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
1) Nutrisi/ Cairan
Bayi sudah mendapatkan asupan nutrisi /cairan saat dikaji yaitu ASI
2) Eliminasi
Bayi sudah BAK dan BAB saat dikaji
3) Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji
4) Personal hygiene terpelihara oleh petugas
5) Pemeriksaan Umum
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
BBL : 1590 gram
BBS/PB : 1620 gram/ 47 cm
56. 46
Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
Umur gestasi : 36 minggu 1 hari
Pemeriksaan Tanda-Tanda Viatal
Suhu badan : 36,8°C
Pernapasan : 45kali/menit
Denyut jantung : 142kali/menit
6) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
a) Kepala
Tidak ada kelainan, sutura teraba jelas, ubun-ubun teraba lembek,
tidak ada caput
b) Wajah
Tampak bulu-bulu tipis pada wajah
c) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
e) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap baik
f) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak
ada secret.
g) Leher
Tidak ada trauma
57. 47
h) Dada dan perut
Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama pernafasan
bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat
belum kering dan terbungkus dengan kasa
i) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang
anus.
j) Ekstermitas
Pergerakan aktif, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki dipenuhi
garis-garis, tampak warna kuning pada kulit ekstermitas atas dan
bawah
k) Keadaan Kulit
Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan
7) Refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggam) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
8) Pemeriksaan Pengukuran
a) Lingkar Kepala : 31 cm
b) Lingkar Dada : 28 cm
c) Lingkar Perut : 30 cm
58. 48
d) Lila : 9 cm
9) Data Psikologis, Spritual dan Ekonomi
a) Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji
b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan
mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan
c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau
bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya
terutama pemberian ASI.
d) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu bayi
umur 6 hari, kurang bulan, bayi berat lahir rendah dan ikterus neonatorum
a. Bayi Umur 6 hari
Data Dasar
1) Data Subyektif :
Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 15-04-2015, jam 21.00 WITA.
2) Data Obyektif:
a) Keadaan umum : Baik
b) Berat badan sekarang :1620 gram
c) Panjang badan : 47 cm
d) Tanda-Tanda Vital
Laju jantung : 142kali/menit
Pernapasan : 45 kali/menit
59. 49
Suhu : 36,80C
e) Ukuran
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lila : 9 cm
Analisis dan Interprestasi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sesuai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).
b. Kurang Bulan
Data Dasar :
1) Data Subjektif : HPHT Tanggal 5-8-2014,dan bayi lahir tanggal
15-4-2015
2) Data Objektif : Umur gestasi 36 minggu 1 hari
Analisa Dan Interpretasi Data
Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu
tanggal 5-8-2014 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 15-4-2015 maka
bayi berumur 36 minggu 1 hari (Hutari, 2012).
c. Bayi Berat Lahir Rendah
Dasar :
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif: Berat badan 1620 gram
60. 50
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang
masa kehamilan (Marmi, 2012).
d. Ikterus Neonatorum
1) Data Subjektif : Bayi lahir tanggal 15-4-2015, jam 21.00 WITA,
tanggal pengkajian 21-4-2015, jam 08.35 WITA
2) Data Objektif : Pada ekstermitas ditemukan warna kuning pada kulit
Analisis Dan Interpretasi Data
Secara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin
serum, namun kuran dari 12 mg/dL. Kadar bilirubin total biasanya mencapai
puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian
menurun kembali dalam minggu pertama. Pada bayi prematur akan memiliki
puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 dan berlangsung
lebih lama (Martin, 2004).
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau
masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny ‘H” yaitu terjadinya infeksi dan
kernikterus hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu :
a. Potensial Terjadi Infeksi
1) Data Subjektif : Berat badan bayinya sekarang adalah 1620 gram.
2) Data Objektif : Tali pusat belum puput
61. 51
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap infeksi ini
karena karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah
dan fungsi imun belum sempurna (Dewi,2010).
b. Potensial Terjadi Kernikterus
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Pada ekstermitas terdapat warna kuning pada kulit
Analisa Dan Interpretasi Data
Ikterus yang tidak ditangani dengan benar yaitu dapat terjadi ensefalopati
bilirubin (kernikterus). Hal ini terjadi karena terikatnya asam bilirubin bebas
dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak, dan serebelum
yang menyebabkan kematian sel. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang
terikat ke albumin plasma bisa masuk kedalam cairan ekstraseluler
(Drakeiron, 2008).
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. H maka dilakukan kolaborasi dengan
Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi
didalam inkubator, pemberian cairan melalui infusyaitu infus glukosa, melakukan
fototerapi, dan pemberian obat-obatan.
5. Rencana Asuhan
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah rencana
asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna mengatasi serta
62. 52
memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan dilaksanakan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ada.
a. Tujuan
1) Berat badan bayi bertambah
2) Tidak terjadi Infeksi
3) Tidak terjadi Kernikterus
b. Kriteria
1) Berat badan tetap atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan lahir
2) TTV dalam batas normal
Suhu tubuh : 36,5°C-37,5°C
Pernapasan : 30-60 kali/menit
Denyut jantung : 120-160 kali/menit
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan
pengeluaran pus.
4) Tanda-tanda ikterus yaitu gejala kuning pada ekstermitas atas dan bawah
menghilang
c. Rencana tindakan
1) Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi saat ini
Rasional:keluarga dapat kooperatif dengan petugas kesehatan serta dapat
melindungi petugas kesehatan dari tuntutan hukum
2) Mengobservasi TTV pada bayi setiap jam
Rasional : TTV juga menentukan keadaan umum bayi dan untuk
mengetahui bayi tersebut mengalami infeksi atau tidak.
63. 53
3) Pertahankan suhu tubuh bayi
Rasional :Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan adanya
perubahan suhu dalam rahim kedunia luar.
4) Anjurkan pada ibu agar tetap memberi ASI pada bayi
Rasional : untuk memberikan kebutuhan cairan.
5) Rawat tali pusat dengan mengganti kasa setiap hari dan jaga agar tali
pusat tidak basah
Rasional : untuk mencegah infeksi tali pusat pada bayi.
6) Ganti popok bayi tiap kali basah
Rasional: untuk memberi kenyamanan pada bayi.
7) Infus bayi dengan cairan glukosa 5% dengan tetesan 8 tetes/menit
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makan.
8) Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional: untuk mengetahui perkembangan serta keadaan umum bayi
9) Melakukan fototerapi selama 2 x 24 jam
Rasional : untuk menghilangkan warna kuning pada kulit akibat
peningkatan bilirubin
10) Ganti posisi bayi tiap jam dengan posisi terlentang, miring kiri, miring
kanan dan tengkurap
Rasional: agar penyinaran yang dilakukan mengenai seluruh tubuh
bayi
11) Lihat apakah bayi muntah pada saat posisi diganti
64. 54
Rasional : untuk mengetahui keadaan bayi pada saat difototerapi
12) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Rasional: untuk memberikan kebutuhan cairan pada bayi
6. Pelaksanaan Asuhan
Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan asuhan tersebut
adalah sebagai berikut :
Selasa, 21April 2015, Jam 08.35-24:00 wita
a. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan bayinya
b. Mengobservasi TTV setiap jam
Hasil :TTV dalam batas normal
c. Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi dirawat dalam inkubator
d. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikas ASI pada bayinya
Hasil:Ibu menyusui bayinya
e. Merawat tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap sehari sekali dan
menjaga agar tali pusat tidak basah
Hasil :Kasa pada tali pusat telah diganti
f. Mengganti popok bayi tiap kali BAK/BAB
Hasil :Popok bayi telah diganti
g. Melakukan pemasangan infus
Hasil: Infuse D5 % dengan tetesan 8 tetes / menit telah terpasang
h. Melakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari
65. 55
Hasil :BB 1620 gram
i. Melakukan fototerapi selama 2 x 24 jam
Hasil:Bayi dalam keadaan tidak berpakaian dengan mata ditutup
menggunakan penutup mata dan bayi diletakkan dalam fototerapi
dengan jarak 60 cm
j. Mengganti posisi bayi setiap jam dengan posisi terlentang, miring kiri, miring
kanan, dan tengkurap
Hasil:Jam 10.00 WITA, posisi bayi telah diganti dengan posisi miring kiri
k. Observasi apakah bayi muntah pada saat posisi diganti
Hasil : Bayi tidak muntah
l. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Hasil : telah diberikan
Gentamicine 10 mg/24 jam, 11.00 WITA
Cefotaxime 160 mg/12 jam, 11.00 WITA
7. Evaluasi
Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan maka dapat
dievaluasi dengan hasil sebagai berikut :
Selasa, 21 April 2015, Jam 24:00WITA
a. Berat badan bayi masih 1620 gram
b. Tidak terjadi infeksi pada bayi
c. Bayi masih ikterus
66. 56
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidananpadaBayi Ny.
HDengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) dan Ikterus Neonatorum di Ruang Teratai
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d. 23April 2015dengan
nomor register 23 – 56 – 02, maka dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan
data subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun
penjabarannya yaitu :
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
a. Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “H”
Tanggal lahir / jam : 15-4-2015 Jam 21.00 WITA
Anak : Kedua
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 6 hari
b. Identitas Orang Tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “H”/ Tn “A”
Umur Ibu/ Ayah : 28 Tahun/ 32 Tahun
Suku : Muna/Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±3 tahun
67. 57
Alamat : Desa Parida
2. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan :
a. Pada bagian tangan dan kakinya berwarna kuning sejak 1 hari yang lalu
b. Berat badan bayinya sekarang 1620 gram
c. Bayinya sudah BAK/BAB
d. Melahirkan anak kedua dan tidak pernah keguguran
e. Melahirkan secara spontan tanggal 15-4-2015, jam 21.00 WITA
f. HPHT tanggal 5-8-2014
3. Data Objektif (O)
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
BBL : 1590 gram
BBS/PB : 1620 gram/ 47 cm
Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
Masa gestasi : 36 minggu 1 hari
Pemeriksaan Tanada-Tanda Vital
Suhu badan : 36,8°C
Pernapasan : 45kali/menit
Denyut jantung : 142kali/menit
a. Pemeriksaan Fisik
1) Dada dan perut
Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama pernafasan bayi,
tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat belum kering
dan terbungkus dengan kasa
68. 58
2) Ekstermitas
Pergerakan aktif, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki dipenuhi garis-
garis, tampak warna kuning pada kulit ekstermitas atas dan bawah
b. Refleks
1) Refleks sucking (menghisap) : baik
2) Refleks rooting (menelan) : baik
3) Refleks graps (menggenggam) : baik
4) Refleks moro (kaget) : baik
c. Pemeriksaan Pengukuran
1) Lingkar Kepala : 31 cm
2) Lingkar Dada : 28 cm
3) Lingkar Perut : 30 cm
4) Lila : 9 cm
4. Assesment (A)
a. Diagnosa actual yaitu Bayi umur 6 hari, kurang bulan, Berat Lahir Rendah
dan Ikterus Neonatorum
b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya Infeksi dan Kernikterus
c. Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter
memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi didalam inkubator, pemberian
cairan melalui infusyaitu infus glukosa, melakukan fototerapi, dan pemberian
obat-obatan.
69. 59
5. Planning (P)
Selasa,21 April 2015 Jam 08.35 -24.00 WITA
a. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan bayinya
b. Mengobservasi TTV setiap jam
Hasil :TTV dalam batas normal
c. Menjaga bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi dirawat dalam inkubator
d. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikas ASI pada bayinya
Hasil:Ibu menyusui bayinya
e. Merawat tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap sehari sekali dan
menjaga agar tali pusat tidak basah
Hasil :Kasa pada tali pusat telah diganti
f. Mengganti popok bayi tiap kali BAK/BAB
Hasil :Popok bayi telah diganti
g. Melakukan pemasangan infus
Hasil: Infuse D5 % dengan tetesan 8 tetes / menit telah terpasang
h. Melakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari
Hasil :BB 1620 gram
i. Melakukan fototerapi selama 2 x 24 jam
Hasil:Bayi dalam keadaan tidak berpakaian dengan mata ditutup
menggunakan penutup mata dan bayi diletakkan dalam fototerapi
dengan jarak 60 cm
70. 60
j. Mengganti posisi bayi setiap jam dengan posisi terlentang, miring kiri, miring
kanan, dan tengkurap
Hasil:Jam 10.00 WITA, posisi bayi telah diganti dengan posisi miring kiri
k. Observasi apakah bayi muntah pada saat posisi diganti
Hasil : Bayi tidak muntah
l. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Hasil : telah diberikan
Gentamicine 10 mg/24 jam, 11.00 WITA
Cefotaxime 160 mg/12 jam, 11.00 WITA
Kesimpulan :
1. Berat badan bayi masih tetap
2. Tidak terjadi infeksi
3. Penanganan ikterus masih dilakukan
C. Catatan Perkembangan
Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu mulai pada
hari kamis sampai hari sabtu dengan menggunakan metode pendekatan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayiNy. H dengan BBLR Dan Ikterus
Neonatorum Di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
Tanggal 21 s.d 24 April 2015.
1. Perawatan Hari Pertama
Rabu : 22April 2015, Jam : 07.00-24.00 Wita
a. Data Subyektif (S)
1) Ibu mengatakan bayinya berwarna kuning pada tangan dan kaki
2) Ibu mengatakan berat badan bayinya sekarang 1615 gram
71. 61
3) Ibu mengatakan bayinya masih di fototerapi
b. Data Obyektif (O)
1) Keadaan umum baik
2) Berat badan : 1615 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 142 x/menit
Suhu : 36.8 °C
Pernapas : 45 x/menit
4) Pemeriksaan fisik
a) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
b) Pada ekstermitas atas dan bawah terdapat warna kuning pada kulit
5) Refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps ( menggenggem ) : baik
d) Refleks moro : baik
c. Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 7 hari, dengan Bayi Berat Lahir Rendah
dan Ikterus Neonatorum
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi dan kernikterus
3) Tindakan segera tidak dilakukan
72. 62
d. Planning (P)
Rabu, 22 April 2015 Jam 07.00-24.00 WITA
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan bayinya
2) Mengobservasi TTV setiap jam
Hasil :08.35 HR = 145 x/menit, NR = 44 x/ menit, S = 36,6ºC
3) Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikas ASI pada bayinya
Hasil:Ibu menyusui bayinya
4) Merawat tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap sehari sekali dan
menjaga agar tali pusat tidak basah
Hasil :Kasa pada tali pusat telah diganti
5) Mengganti popok bayi tiap kali BAK/BAB
Hasil :Popok bayi telah diganti
6) Mempertahankan pemasangan infus
Hasil : Infus D10% dengan tetesan 8 tetes/menit
7) Merawat bayi dalam inkubator
Hasil :Bayi tetap dirawat dalam inkubator
8) Melakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari
Hasil :BB 1615 gram
9) Melakukan fototerapi hari ke-2
Hasil :Bayi dalam keadaan tidak berpakaian dengan menutup mata
menggunakan penutup mata dan meletakkan bayi dalam fototerapi
dengan jarak 60 cm
73. 63
10) Mengganti posisi bayi setiap jam dengan posisi terlentang, miring kiri,
miring kanan, dan tengkurap
Hasil: Jam 09.00 posisi bayi telah diganti dengan posisi tengkurap
11) Observasi apakah bayi muntah pada saat posisi diganti
Hasil : Bayi tidak muntah
12) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Hasil : telah diberikan
Gentamicine 10 mg/24 jam, 11.00 WITA
Cefotaxime 160 mg/12 jam, 11.00 WITA
Kesimpulan :
1. Berat badan bayi menurun yaitu 1615 gram
2. Tidak terjadi infeksi
3. Penanganan ikterus masih dilakukan
2. Perawatan Hari ke Dua
Kamis : 23 April 2015, Jam : 07.00-24:00 WITA
a. Data Subyektif (S)
1) Ibu mengatakan berat badan bayinya bertambah
2) Ibu mengatakan bayinya masih kuning
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum lemah
2) Berat badan :1625 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 144 x/menit
Suhu : 36,7 °C
74. 64
Pernapas : 46 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Pada ekstermitas atas dan bawah masih terdapat warna kuning
6) Refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggem) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
c. Assesment (A)
1) Diagnosa actual yaitu bayi umur 8 hari, Bayi Berat Lahir Rendah dan
Ikterus Neonatorum
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi dan kernikterus
d. Planning (P)
Kamis, 23 April 2015 Jam 07.00-24.00 WITA
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan bayinya
2) Mengobservasi TTV setiap jam
Hasil :08.35 HR = 144 x/menit, NR = 46 x/ menit, S = 36,7ºC
3) Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikas ASI pada bayinya
Hasil:Ibu menyusui bayinya
4) Merawat tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap sehari sekali dan
menjaga agar tali pusat tidak basah
Hasil :Kasa pada tali pusat telah diganti
5) Mengganti popok bayi tiap kali BAK/BAB
75. 65
Hasil :Popok bayi telah diganti, jam 10.00 WITA
6) Mempertahankan pemasangan infus
Hasil : Infus D10% dengan tetesan 8 tetes/menit
7) Merawat bayi dalam inkubator
Hasil :Bayi tetap dirawat dalam inkubator
8) Melakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari selama 3 hari
Hasil :BB 1625 gram
9) Melakukan fototerapi selama 2 x 24 jam
Hasil :Bayi dalam fototerapi berakhir pada jam 09.00 WITA
10) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Hasil : telah diberikan
Gentamicine 10 gr/24 jam, 11.00 WITA
Cefotaxime 160 gr/12 jam, 11.00 WITA
Kesimpulan :
1. Berat badan bayi bertambah yaitu 1625 gram
2. Tidak terjadi infeksi
3. Penanganan ikterus masih dilakukan
3.Perawatan Hari Ke Tiga
Jumat, 24April 2015 Jam : 07.00-24:00 Wita
a. Data Subjektif ( S )
1) Ibu mengatakan berat badan bayinya bertambah dengan berat 1635 gram
2) Ibu mengatakan bayinya tidak kuning
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum baik
76. 66
2) Berat badan : 1635 gram
3) Tanda-tanda vital
Laju jantung : 144 x/menit
Suhu :36,8 °C
Pernapasan : 58 x/menit
4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril
5) Refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggem) : baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
c. Assesment (A)
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 9 hari , Bayi Berat Lahir Rendah dan
Ikterus Neonatorum
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi dan kernikterus
3) Tindakan segera tidak dilakukan
d. Planning (P)
Tanggal 24 April 2015 Jam 07.00-24.00 WITA
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan bayinya
2) Mengobservasi TTV setiap jam
Hasil :08.35 HR = 144 x/menit, NR = 58 x/ menit, S = 36,8ºC
3) Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikas ASI pada bayinya
Hasil:Ibu menyusui bayinya
77. 67
4) Merawat tali pusat bayi dengan mengganti kasa setiap sehari sekali dan
menjaga agar tali pusat tidak basah
Hasil :Kasa pada tali pusat telah diganti
5) Mengganti popok bayi tiap kali BAK/BAB
Hasil :Popok bayi telah diganti, jam 12.15 WITA
6) Mempertahankan pemasangan infus
Hasil : Infus D10% dengan tetesan 8 tetes/menit
7) Merawat bayi dalam inkubator
Hasil :Bayi tetap dirawat dalam inkubator
8) Melakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari
Hasil :BB 1635 gram
9) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan
Hasil : telah diberikan
Gentamicine 10 gr/24 jam, 11.00 WITA
Cefotaxime 160 gr/12 jam, 11.00 WITA
Kesimpulan :
1. Berat badan bayinya bertambah yaitu 1635 gram
2. Tidak terjadi infeksi
3. Ikterus telah teratasi
78. 68
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan manejemen asuhan kebidanan pada By Ny.H dengan BBLR dan
Ikterus Neonatorum di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna Tanggal
21-23 April 2015.Untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan
sebagai berikut :
A. Identifikasi Data Dasar
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan dalam proses
asuhan kebidanan, tahap ini mencangkup kegiatan pengumpulan, pengolahan ,dan
analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subyektif dan
obyektif.Data yang diambil oleh penulis terfokus pada masalah yang dialami Bayi Ny.
H.
Menurut Levin (2006) Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi Ikterus adalah
perubahan warna menjadi kuning yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit.
Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat menjalar
hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki. Selain itu, pada ikterus
yang bersifat fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel.Gejala kuning yang muncul
menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi
yang premature atau kurang bulan, keadaan bayi baik, menyusu baik, dan berat badan
naik baik.
Berdasarkan data subyektif dan objektif yang penulis peroleh kasus pada Bayi Ny.
H data dikumpulkan sejak pasien masuk ke rumah sakit. Pasien masuk tanggal 20-4-
79. 69
2015 pada pukul 06.30 WITA. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-4-2015
pada pukul 08.35 WITA dengan pada bagian tangan dan kaki bayi berwarna kuning
sejak 1 hari yang lalu, menyusu aktif, berat badan bayi tidak bertambah dengan berat
badan pada saat lahir yaitu 1620 gram, serta sudah BAK dan BAB, melahirkan secara
spontan pada tanggal 15-4-2015 pada pukul 21.00, Keadaan umum bayi baik, Berat
badan 1620 gram, laju jantung 142 kali/menit, pernapasan 45 kali/menit, suhu 36,8°C,
sutura teraba jelas, sclera tidak ikterus, tali pusat masih dibungkus kasa steril, pada
ekstermitas terdapat warna kekuningan, refleks menghisap baik, refleks menelan baik,
refleks mencari baik.
Berdasarkan data yang diperoleh tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
kenyataan.
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu diagnosa atau
masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang
didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif.
Dari pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis kebidanan yaitu : Bayi
lahir kurang bulan, umur 6 hari dengan BBLR dan Ikterus Neonatorum. Dasar untuk
menegakkan diagnosis kasus Bayi Ny. H di peroleh dari data subjektif dan data objektif.
Hubungan BBLR dengan ikterus menurut teori adalah Pada bayi baru lahir terjadi
perubahan sel darah merah di dalam kandungan menjadi sel darah merah di luar
kandungan dalam jumlah besar sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi.
Pada bayi baru lahir kemampuan UDPGT di dalam hati untuk dapat mengubah seluruh
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum maksimal, dan pada bayi prematur
kemampuan kerja enzim hati masih belum maksimal. Selain itu usus bayi juga masih
80. 70
bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat mencegah bilirubin direk agar dapat
dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau motilitasnya juga belum maksimal
sehingga bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui usus dan masuk ke
dalam hati lagi (Sondhemer, 2006).
Menurut teori data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih dari 50%
bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi pada minggu pertama
kehidupannya (Manuaba, 2008). Karena pada Bayi Ny. H, bayi tersebut lahir prematur
sehingga terjadi ikterus itu sendiri pada hari ke-6. Berdasarkan data tersebut tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.
C. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah
mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan
mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Menurut teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik yang
belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi karena
sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa mengakibatkan BBLR rentan
terhadap infeksi. Menurut Mochtar (2004) bayi berat lahir rendah mengalami gangguan
immunologik yang belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa
mengakibatkan BBLR rentan terhadap infeksi. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teori dengan kenyataan karena tali pusat pada Bayi Ny. H belum kering sehingga rentan
terjadi infeksi.
Menurut Draikeiron (2008) ikterus yang tidak ditangani dengan benar yaitu dapat
terjadi ensefalopati bilirubin (kernikterus). Hal ini terjadi karena terikatnya asam
81. 71
bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak, dan
serebelum yang menyebabkan kematian sel. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang
terikat ke albumin plasma bisa masuk kedalam cairan ekstraseluler.
Berdasarkan data, potensial BBLR dan Ikterus yang akan terjadi pada kasus Bayi
Ny. H adalah Infeksi dan ensefalopati bilirubin (kernikterus). Sehingga jika disimpulkan,
tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
D. Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus
menyelamatkan jiwa bayi.Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan
yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh bayi ataupun konsultasi
dengan dokter.
Menurut Manuaba (2008) tindakan segera yang harus dilakukan bidan adalah
melakukan kolaborasi dengan dokter Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan
serta kolaborasi dengan bagian laboratorium. Sedangkan tindakan segera yang harus
dilakukan pada bayi ikterus adalah dengan tindakan fototerapi (terapi sinar) (Mirnawati,
2011).
Berdasarkan tinjauan pustaka, tindakan segera yang dilakukan pada kasus Bayi
Ny. H adalah perbaiki keadaan umum, meletakkan bayi kedalam inkubator,
berkolaborasi dengan Dokter Anak dan Petugas tentang pemberian obat-obatan, cairan
serta tindakan fototerapi.
Berdasarkan teori terdapat kesenjangan karena pada kasus Bayi Ny. H tidak
dilakukan kolaborasi dengan bagian laboratorium dikarenakan pada saat Dokter
mengobservasi bayi Ny. H dan menemukan tanda ikterus maka Dokter segera
memberikan intruksi agar segera dilakukan fototerapi.
82. 72
E. Rencana Asuhan
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif
ditunjukkan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi bayi serta hubungannya
dengan masalah yang dihadapi bayi dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan
terhadap orang tua serta konseling. Rencana tindakan yang harus disetujui orang tua dan
semua tindakan diambil berdasarkan rasional yang relevan yang diakui kebenarannya.
Menurut Saifuddin (2007), penanganan secara umum Ikterus adalah terus beri
ASI, lakukan terapi sinar, periksa golongan darah dan Rh pada ibu dan bayi, periksa
kadar bilirubin, sedangkan penanganan BBLR yaitu beri minum dengan sonde/tetesi
ASI, infus Dekstrose 5%, beri antibiotik, rawat inkubator, cegah hipotermia (Saifuddin,
2007).
Pada kasus bayi Ny. H, penanganan BBLR yang dilakukan yaitu merawat bayi
dalam inkubator, pemberian cairan infus Dekstrose 5%, memberi obat antibiotik,
pemberian ASI. Sedangkan penanganan Ikterus yang dilakukan yaitu memberikan bayi
ASI, dan melakukan terapi sinar (fototerapi).
Berdasarkan teori terdapat kesenjangan karena pada kasus Bayi Ny. H tidak
dilakukan kolaborasi dengan bagian laboratorium dikarenakan pada saat Dokter
mengobservasi bayi Ny. H dan menemukan tanda ikterus maka Dokter segera
memberikan intruksi agar segera dilakukan fototerapi.
F. Implementasi Asuhan Kebidanan
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana
tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan
seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan klien serta kerjasama dengan tim
83. 73
kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus
Bayi Ny. H dengan BBLR dan Ikterus, semua tindakan yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan
penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan di kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan
data yang dikumpul dengan kriteria yang diindentifikasikan, memutuskan apakah
tinjauan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.
Berdasarkan studi kasus Bayi Ny. Hdengan BBLR dan Ikterus di temukan hal-hal
yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan
dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny“I” secara garis besar ada di temukan
kesenjangan.
Setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, dari tanggal 21 April 2015 sampai
tanggal 24 April 2015 didapatkan hasil KU bayi baik, berat badan bayi naik, tidak terjadi
infeksi, dan tidak terjadi kernikterus.
84. 74
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui
studi kasus tentang asuhan kebidanan bayi Ny, H dengan BBLR dan Ikterus Neonatorum
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, maka dalam bab ini penulis menarik
kesimpulan dan saran-saran.
A. Kesimpulan
1. Proses manajemen asuhan kebidanan pada Ny. H di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tanggal 21 s.d. 24 April 2015 yang dilakukan mulai dari
langkah I Identifikasi data dasar sampai dengan langkah VII Evaluasi dilakukan
secara berurutan sesuai dengan langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan
yang telah ditentukan.
2. Untuk mengantasi dan mengurangi angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan
Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 21
s.d. 24 April 2015yang perlu diberikan antara lain kuratif (pengobatan) antara lain
pemberian obat-obatan seperti gentamicine dan cefotaxime, merawat bayi kedalam
inkubator, melakukan fototerapiserta bagi pasien dengan bayi berat lahir rendah
dan ikterus neonatorum dengan tetap memberikan asuhan/perawatan secara
intensif dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Preventif (pencegahan dini)
yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus ini yaitu dengan tetap memberikan
ASI pada bayi. Kemudian memberikan promotif (promosi/penyuluhan) mengenai