MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA TANGGAL 02 S.D 04 MEI 2015 Karya Tulis
Karya tulis ini membahas manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi Ny. "H" dengan berat badan lahir rendah di rumah sakit kabupaten Muna selama 3 hari. Latar belakang tingginya angka kematian bayi di Sulawesi Tenggara dan banyaknya kasus bayi berat badan lahir rendah di rumah sakit tersebut. Penulis melakukan studi kasus, literatur dan dokumentasi untuk merencanakan dan mendokumentas
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA TANGGAL 02 S.D 04 MEI 2015 Karya Tulis
Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA TANGGAL 02 S.D 04 MEI 2015 Karya Tulis (20)
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA TANGGAL 02 S.D 04 MEI 2015 Karya Tulis
1. 1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA
TANGGAL 02 S.D 04 MEI 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Nur Vita Budirman
NIM 2012.IB.0062
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA
KABUPATEN MUNA
2015
2. 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”H”
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai
Rumah SakitUmum Daerah Kab. Muna
Tanggal 02 s.d 04 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, September 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Laode Muhlisi A.Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”H”
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai
Rumah SakitUmum Daerah Kab. Muna
Tanggal 02 s.d 04 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, September 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Laode Muhlisi A.Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”H”
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai
Rumah SakitUmum Daerah Kab. Muna
Tanggal 02 s.d 04 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, September 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Laode Muhlisi A.Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Arif Ndaga, SKM., M.Kes (…………………….……………)
2. La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes (.…………………..……………..)
3. Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes (...............................................)
Raha, Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma., SST, M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Arif Ndaga, SKM., M.Kes (…………………….……………)
2. La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes (.…………………..……………..)
3. Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes (...............................................)
Raha, Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma., SST, M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Arif Ndaga, SKM., M.Kes (…………………….……………)
2. La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes (.…………………..……………..)
3. Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes (...............................................)
Raha, Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi, A. Kep., M.Kes Wa Ode Siti Asma., SST, M.Kes
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
iii
4. 4
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
a. Nama : Nur Vita Budirman
b. Nim : 2012. IB.0062
c. Tempat / Tanggal Lahir : Lagasa, 15 Jauari 1994
d. Anak ke : Pertama dari Empat bersaudara
e. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
f. Agama : Islam
g. Alamat : Ds. Lagasa
B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
a. Tamat TK Dharma Wanita Lagasa Tahun 2000
b. Tamat Sekolah Dasar Negeri 23 Katobu Tahun 2006
c. Tamat di SLTP Negeri 1 Raha Tahun 2009
d. Tamat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Raha Tahun 2012
e. AKBID PARAMATA RAHA : 2012 sampai sekarang
C. ORANG TUA
a. Ayah : Budirman
b. Ibu : Juliati
iv
5. 5
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta
shalawat atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”H” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 02
s.d. 04 Mei 2015” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Program
Studi Diploma III Kebidanan.
Penulis saudara sepenuhnya dengan segala keterbatasan dan kelemahan
yang ada sehingga penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan hasil penulisan ini.
Melalui karya tulis ilmiah ini penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada bapak
Laode Muhlisi A,Kep. M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Wa Ode Siti Asma,
SST, M.Kes selaku pembimbing II yang tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannnya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sampai selesainya
karya tulis ilmiah ini. Demikan pula penulis banyak ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Laode Muhlisi, A. Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna.
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha sekaligus sebagai pembimbing I.
3. Arif Ndaga, SKM., M.Kes selaku penguji dan penyemangat yang telah
memberikan masukan saran dan kritik dalam ujian karya tulis ilmiah.
4. Bapak dan ibu dosen serta staff Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah banyak memberikan bantuan, pembimbing,
pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi penulis selama
mengikuti pendidikan.
v
6. 6
5. Kepada orang tua tercinta ayahanda Budirman dan ibunda Juliati yang selalu
saya idolakan, banggakan dan saya cintai, yang dengan penuh kasih sayang
mendidik, memberikan dukungan moril maupun materi, do’a dan kasih sayang
kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan Paramata
Raha.
6. Kepada saudara dan keluargaku terutama Muhammad Rachmat Mustafa, SP,
Mirlan Ira, S.Pd dan vicky fisabillah yang telah memberikan dukungan,
semangat dan telah membantu kepada penulis selama proses kuliah dan proses
penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Kepada Sahabat-sahabatku Sitti Nurjannah, Wd. FeraWati, Riska Rahayu, Sri
Astuti, Nur Fia dll yang selalu mebantu dan memberi semangat, serta menjadi
motivator dan tempat curhat terbaik buat penulis.
8. Angkatan 2012 khususnya kelas B yang penulis tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Hanya terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghormatan yang
setinggi-tingginya yang dapat penulis lakukan atas semuanya. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan lindungan-Nya baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Raha, Juli 2015
Penulis
vi
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................................i
Lembar Persetujuan ...................................................................................................ii
Lembar pengesahan ...................................................................................................iii
Riwayat Hidup ..........................................................................................................iv
Kata Pengantar ..........................................................................................................v
Daftar Isi ....................................................................................................................vii
Daftar Tabel ...............................................................................................................ix
Intisari .......................................................................................................................x
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................3
C. Tujuan Telaah .........................................................................................3
D. Manfaat telaah ........................................................................................5
E. Metode Telaah ........................................................................................5
F. Sisitematika Penulisan ............................................................................7
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ........................................................................................8
1. Bayi Berat Lahir Normal .................................................................9
2. Bayi Berat Lahir Rendah .................................................................14
B. Konsep Manajemen Kebidanan .............................................................21
1. Pengertian ........................................................................................21
2. Pedoman Penerapan .........................................................................21
3. Langkah – Langkah Manajemen .....................................................37
4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan .....................................................44
Bab III STUDI KASUS
A. Manajemen .............................................................................................49
vii
8. 8
1. Pengumpulan Data Dasar ................................................................49
2. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual ............................................54
3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial .........................................55
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi ..................56
5. Rencana Asuhan Kebidanan ............................................................56
6. Pelaksanaa Asuhan Kebidanan ........................................................59
B. Pendokumentasian .................................................................................60
C. Catatan perkembangan ..........................................................................65
Bab IV PEMBAHASAN
A. Pngumpulan Data Dasar ........................................................................76
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual ............................................80
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ........................................81
D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi ........................83
E. Rencana Asuhan .....................................................................................83
F. Pelaksanaan Asuhan ..............................................................................84
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan...................................................................85
BabV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................87
B. Saran .......................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................90
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
9. 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Cara Pembarian Asi ..................................................................................33
Tabel 2. Jumlah Cairan yang Dibutuhkan Bayi.......................................................34
Tabel 3. Jumlah asi yang Dibutuhkan Bayi ............................................................34
ix
10. 10
INTISARI
Nur Vita Budirman (2012 IB 0062) Manajemen dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. “H” dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 02 s.d 04 Mei 2015
Latar Belakang : Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2013–2015
cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi
terjadi di Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan
Konawe Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian basyi.
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai di
bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari 2014 sampai Mei
2015 jumlah kelahiran 1317, bayi yang mengalami BBLR 78 orang, (Catatan
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna).
Metode Telaah : Metode yang digunakan untuk menulis karya tulis ilmiah ini
adalah Studi Kepustakaan, Studi Kasus (Anamnese, Observasi, Pemeriksaan Fisik
dan Pemeriksaan Penunjang), Studi Dokumentasi.
Hasil Studi Kasus : Setelah melakukan asuhan kebidanan selama 3 hari
didapatkan keadaan umum bayi baik, berat badan bayi meningkat namun masih
dalam kategori BBLR dan tidak terjadi infeksi menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varneynyaitu : identifikasi
dan analisis data dasar, identifikasi diagnosa / masalah aktual, antisipasi diagnosa
/ masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan
rencana asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi.
Kesimpulan : Setelah mempelajari teori – teori dan pengalaman langsung dari
lahan praktek melalui studi kasus Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. “H” dengan
Berat Badan Lahir Rendah terdapat bberapa kesamaan dan kesenjangan.
Kata kunci : Bayi Baru Lahir. Berat Badan Lahir Rendah
Daftar Pustaka : (2012 – 2015)
x
11. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0 (baru lahir) sampai 1 bulan
(atau 28 hari). Masa-masa ini sangat penting dan memerlukan perhatian dan
perawatan khusus. Bahkan tidak jarang diperlukan perawatan tambahan terutama
apabila terjadi kelainan atau gangguan pada neonatus, bayi, atau balita.
Penanganan bayi baru lahir yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan
kelainan atau gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan
kematian. Kehamilan kurang bulan (preterm) merupakan kehamilan dengan masa
gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari). Penyebab terjadinya kelahiran prematur
biasanya tidak diketahui. 15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan
ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin) (Saputra L, 2014).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal
mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru
lahir di Dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari
semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama
kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal
di Dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta
23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir
1
12. 2
menempati penyebab kematian bayi ke 3 di Dunia dalam periode awal kehidupan
(World Health Organization, 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per
1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development
Goals (MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan
yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2013–2015 cenderung
berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi di
Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe
Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai
di bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari 2014 sampai Mei
2015 jumlah kelahiran 1317, bayi yang mengalami BBLR 78 orang, (Catatan
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna).
Melihat kejadian bayi lahir dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan dengan melihat
dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan pertumbuhan,
13. 3
serta respon imunitas yang rendah sehingga penulis menarik studi kasus yang
berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny
“H” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 02 s.d 04 Mei 2015.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada bayi Ny. “H” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny “H” dengan BBLR di
Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 02
s/d 04 Mei 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data dasar pada bayi Ny “H”
dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Ny “H” dengan BBLR
di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
14. 4
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “H”
dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny
“H” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
e. Dapat merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H” dengan
BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H”
dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
g. Dapat mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada
Bayi Ny “H” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang
telah dilaksanakan pada Bayi Ny “H” dengan BBLR di Ruang Teratai
Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 02 s/d 04
Mei 2015
15. 5
D. Manfaat Telaah
1. Bagi RSUD Kab. Muna
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan pada
perinatologi serta memberikan pelayanan dan perawatan pada bayi berat lahir
rendah dengan optimal dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan bacaan serta bahan referensi untuk menambah
wawasan mahasiswa Program Diploma Kebidanan.
3. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan
dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata
Raha.
4. Bagi Peneliti Lain
Menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu dan bahan
informasi serta acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Metode Telaah
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku dan makalah-makalah yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas sebagai dasar teoretis yang digunakan dalam menyusun
karya tulis ini.
16. 6
2. Studi Kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses
manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:
identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,
antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan
dan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan keluarganya guna mendapatkan
data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien
tersebut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke
kaki meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.
c. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan bayi yang
bersumber dari catatan bidan dan dokter.
17. 7
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini yaitu :
1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang
lingkup pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan
sistematika penulisan.
2. Bab II yaitu tinjauan pustaka. Berbeda dengan penelitian, tinjauan pustaka
dalam studi kasus hanya berisi tentang telaah pustaka, teori tentang
manajemen kebidanan yang berhubungan dengan kasus, pedoman
penerapan asuhan kebidanan kasus yang ditelaah dan pendokumentasian.
3. Bab III yaitu studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar,
identifikasi diagnosa dan masalah aktual, diagnosa potensial, menilai
perlunya tindakan segera, kolaborasi, dan konsultasi, rencana asuhan,
pelaksanaan asuhan dan evaluasi keefektifan asuhan serta
pendokumentasian asuhan kebidanan.
4. Bab IV yaitu pembahasan. Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan
antara teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H” dengan
BBLR Di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
mulai tanggal 02 s/d 04 Mei 2015.
5. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Selain itu,
dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
18. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka
1. Bayi Berat Lahir Normal
a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi dengan berat lahir antara 2500-4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat (Khosim S, 2007).
Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat 2500-4000 gram.
Menurut Dr. Lyndon Saputra ciri-ciri umum bayi baru lahir
normal adalah sebagai berikut:
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 48-52 cm
3) Lingkar kepala : 33-35 cm
4) Lingkar dada : 30-38 cm
5) Masa kehamilan : 37-42 minggu
6) Denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian
turun menjadi 120 kali/menit
7) Respirasi pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit,
kemudian turun menjadi 40 kali/menit
8
19. 9
8) Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia untuk perempuan labia mayor sudah menutupi labia minor
dan untuk laki-laki testis sudah turun dalam skrotum
11) Refleks refleks mengisap dan menelan, refleks moro: refleks
menggenggam sudah baik jika di kagetkan, bayi akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk (refleks moro): jika diletakkan suatu benda
ditelapak tangan bayi, bayi akan menggenggam (refleks
menggenggam) / grasping refleks
12) Eliminasi eliminasi baik urine dan mekonium keluar dalam 24 jam
pertama
13) Suhu 36,5-37,5 ºC
b. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan diluar uterus. Adapun adaptasi bayi
baru lahir adalah sebagai berikut:
a) Sistem pernapasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan adalah selama
dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat
kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan hidup. Bayi harus bernapas dengan menggunakan paru-
20. 10
paru. Sebelum lahir janin melakukan pematangan paru-paru,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai
untuk pertukaran gas (Saputra L, 2014).
b) Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Ketika bayi lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih
rendah dari pada suhu didalam kandungan ibu. Agar tetap hangat, bayi
baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan
dengan stimulasi lemak cokelat. Namun, jika lingkungannya terlalu
dingin, bayi rentan mengalami kehilangan panas karena mekanisme
pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi sempurna. Oleh karena
itu, jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh,
bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia (Saputra L, 2014).
c) Metabolisme Karbohidrat
Didalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan
glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem
pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi
baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2
jam). Untuk memperbaiki penurunan kadar gula darah tersebut, dapat
dilakukan tiga cara, yaitu: melalui penggunaan ASI, melalui
penggunaan cadangan glikogen, dan melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak (Saputra L, 2014).
21. 11
d) Jantung dan sirkulasi darah
Aliran darah dari plasenta berhenti saat tali pusat diklem.
Tindakan ini mengakibatkan suplei oksigen keplasenta menjadi tidak
ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin
memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru
adalah organ yang tertutup yang berisi cairan maka paru-paru
memerlukan aliran darah yang minimal, sebagian besar darah janin
yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang atrium
kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya
akan oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui
duktus anteriosus (Saputra L, 2014).
e) Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir.
Kapasitas lambung masih terbatas, kuran gdari 30cc untuk bayi baru
lahir cukup bulan. kapasitas lambung ini akan bertsmbah secara
perlahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Sementara itu, jumlah makanan yang dikonsumsi bayi tergantung
pada ukuran, tingkat lapar, dan kesadaran bayi (Saputra L, 2014).
22. 12
f) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Sebelum lahir plasenta merupakan sawar yang menjaga janin
bebas dari antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena kesistem kekebalan
tubuhnya belum matang. Semua bayi baru lahir dan terutama bayi
prematur, beresiko tinggi terkena infeksi selama beberapa bulan
pertama kehidupannya. Selama periode ini, infeksi merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas (Saputra L, 2014).
g) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar
natrium relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan
ekstraseluler yang luas. Ginjal telah berfungsi, tetapi belum sempurna
karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa. Laju
filtrasi gomerulus pada BBL hanyalah 30-50% dari laju filtrasi
glomerus pada orang dewasa. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan
produk limbah dari dalam darah masih kurang (Saputra L, 2014).
h) Sistem Hepatik
Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan
janin hingga tingkat tertentu setelah lahir. Hati juga megendalikan
jumlah bilirubin tek terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal
dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-
seldarah merah (Saputra L, 2014).
23. 13
i) Sistem Saraf
Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna,
tetapi sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan
ekstrauteri. Sebagian besar fungsi neurologis berubah refleks primitif,
misalnya refleks moro, refleks rooting (mencari putting susu), refleks
mengisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refeks graps
(menggenggam), refleks stepping (melangkah), refleks tonus leher,
dan refleks babinsky. Sistem saraf autonom sangat penting selama
transisi karen berangsang respirasi awal, membantu mempertahankan
keseimbangan asam sampai basa, dan mengatur sebagian kontrol suhu
(Saputra L, 2014).
j) Produksi panas atau suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami
stres fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik
turunnya) suhu dalam uterus minimal, rentan maksimalnya hanya
0,60
c sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus (Saputra L, 2014).
k) Kelenjar endokrin
Pada neonatus kadang-kadang hormon yang di dapatkan oleh
ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat di lihat misalnya pembesaran
kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan, kadang-
kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid
pada bayi perempuan (Saputra L, 2014).
24. 14
l) Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah karena
glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi
asidosis (Saputra L, 2014).
2. BBLR
a. Pengertian
BBLR adalah bayi kurang dari 2500 gr. Ada dua macam BBLR
1) Bayi kurang bulan kehamilan 37 minggu
2) Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) bayi dilahirkan kurang dari
percentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Berdasarkan penanganan dan harapan hidup. BBLR dibedakan dalam :
1) BBLR : 1500 – 2499 gr
2) BBLSR : < 1500 gr
3) BBLR : < 1000 gr
b. Tanda dan gejala
1) BB < 2500 gr
2) PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,
elastisitas daun telinga.
4) Dada dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk.
5) Distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan.
6) Kulit tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.
7) Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo benyak.
25. 15
8) Genitalia LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora
hampir tidak ada, klitoris menonjol.
9) Ekstremitas kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.
10) Motorik pergerakan masih lemah (Sukarni, 2014).
c. Diagnosa dan gejala klinis
Menurut Rustam (1998), diagnosa dan gejala klinik dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Sebelum bayi lahir
Pada anamnese sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan, pergerakan janin yang terjadi labih lambat,
pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak menurut seharusnya,
sering dijumpai dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum dan
perdarahan antepartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
b) Secara klinik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda
bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan terbatas, verniks
caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat,
mudah diangkat.
c) Bayi prematur.
d) Verniks caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis
lemah, tonus otot hipoton, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
26. 16
Menurut prawitoharjo (1999), karakteristik dari BBLR dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Bayi prematur
Berat lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gr, panjang badan
kurang dari atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30
cm, lingkaran kepala kurang dar[Pi 33 cm, umur kehamilan kurang
dari 37 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,
transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak
paristaltic usus, tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur
dan sering terjadi apnea.
2) Bayi dismatur
Terdapat ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala dan organ-organ
didalam badan juga terdapat perubahan (Walyani, 2015).
d. Patofisiologi
temperatur dalam kandungan 37 °C sehingga bayi setelah lahir dalam
ruangan suhu temperatur 28 – 32 °C. Perubahan temperatur ini perlu
diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa memperhatikan suhu
normal yang disebabkan :
1) Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan.
2) Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan.
3) Cadangan energi sangat kurang.
4) Luas permukaan tubuh relatif luas sehingga resiko kehilangan panas
lebih besar.
27. 17
5) Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih
besar.
6) BBLR sering terjadi penurunan berat badan yang disebabkan malas
minum, pencernaan masih lemah.
7) BBLR rentan infeksi sehingga tejadi sidrom gawat nafas, hipotermi,
tidak stabil sirkulasi (oedema) hipoglikemi, hipokalsemia,
hiperbilirubin.
Pemeriksaan penunjang
a) Radiologi : Thorak foto, baby gr, USG kepala.
b) Laboratorium : gula darah, analisa gas darah, k/p elektrolit darah,
tes kocok (shake test), darah rutin.
e. Manajemen terapi setelah bayi lahir
1) umum :
a) membersihkan jalan nafas.
b) mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c) perwatan tali pusat dan perawatan mata.
2) khusus :
a) suhu tubuh dijaga pada suhu aksila 36,5 – 37,5.
b) Beri O2 sesuai dengan masalah pernafasan, pantau dengan
oksimetri.
c) Sirkulasi dipantau dengan ketat.
d) Awasi keseimbangan cairan.
e) Pemberian caiaran dan nutrisi.
28. 18
f) Pencegahan infeksi.
g) Mencegah perdarahan : vit K mg/pemberian.
h) Prinsip umum pemberian cairan dan nutrisi.
i) Prinsip diberikan minum peroral sesegera mungkin.
j) Periksa reflaks menelan.
k) Motivasi ASI.
l) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi.
m)Berikan multivitamin jika minum enterol bisa diberikan secara
kontinyu (Sukarni, 2014).
f. Faktor yang mempengaruhi
1) Faktor Ibu
a) Penyakit
b) Toksemia gravidarum
c) Perdarahan antepartumtrauma fidik dan psikologi
d) Neftritis akut
e) Diabetes mellitus,dll
2) Usia Ibu
a) Usia < 16 tahun
b) Usia > 35 tahun
c) Multi gravida yang jarak kelahirannya telalu dekat
3) Gaya Hidup
a) Ibu yang perokok
b) Ibu yang peminum alkohol
29. 19
c) Ibu yang pecandu narkoba
4) Faktor Janin
a) Hidramnion
b) Kehamilan ganda
c) Kelainan kromosom, dll
5) Faktor Sosial
a) Golongan sosial ekonomi rendah
b) Perkawinan yang tidak syah
6) Faktor Lingkungan
a) Tempat tinggal denga dataran tinggi
b) Radiasi
c) Zat –zat racun
d) Karakteristik (keadaan yang dijumpai) (Jitowiyono, 2011).
g. Perawatan BBLR
Pentingnya memberikan lingkungan yang tepat bagi BBLR yang sehat
tidak dapat dibatalkan. Menururut Sparshott (1997), lingkungan yang ideal
sebaiknya mirip dirumah, yang menyediakaan suatu daur siang dan
malam, makanan yang teratur, istrahat, stimulasi, dan pemberian perhatian
cinta kasih. Peran bidan adalah menciptakan lingkungan tersebut, terutama
untuk perkembangan fisik bayi, tetapi pada saat yang bersamaan, juga
untuk memberikan dukungan psikologis bagi ibu dan keluarganya.
Keinginan ibu untuk terlibat dilihat sebagai elemen penting dalam
kesuksesan perawatan bayi BBLR dibangsal pascanata.
30. 20
Kebutuhan sensori normal normal otak yang berkembang bergantung
pada pengaruh yang tidak kentara, pertama dari uterus dan kemudian dari
payudara (reed dan freer 2000). Setiap gangguan pada tatanan yang
dialami ini menyebabkan bayi BBLR rentan terhadap pengaruh
dilingkungan perawatan dan mengakibatkan perilaku yang tidak
terkoordinasi sebagai akibat terhambatnya perkembangan sistem yang
berbeda (otonom, motorik, sensorik, dll). Mengajarkan orang tua untuk
mendukung rangkaian perkembangan bayi mereka sengat penting dalan
perawatan yang terfokus pada perkembangan, tetapi deperti yang
dikatakan oleh reid (2000), perkembangan peran maternal akan bergantung
pada harga diri ibu dan penguasaanya terhadap perilaku keibuaan. Dengan
berupaya mengadaptasi lengkungan perawatan agar dapat seperti
lingkungan di uterus, bidan dapat membantu orang tua waspada tehadap
perilaku dan isyarat otonom bayi mereka serta menggunakannya dalam
mengatur perawatan sesuai dengan toleransi individual bayi mereka,
malihat bayi mereka sabagai individu, kompeten untuk tahap
perkembangan mereka dan tidak semata-mata bayi yang terlahir terlalu
dini, atau bayi aterm yang mengalami gangguan.
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
31. 21
secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Pedoman penerapan manajemen kebidanan
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri atas 7
langkah yang harus dilaksanakan secara berurutan dan secara periodik perlu
dikaji ulang sesuai dengan kondisi ibu hamil yang diberi asuhan. Proses
manajemen menggambarkan langkah yang sistematis dan pola pikir yang
diaplikasikan dalam semua situasi ibu hamil yang membutuhkan asuhan.
7 langkah Varney Terdiri atas :
a. Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar.
b. Langkah II : Menginterpretasikan/Menganalisis Data.
c. Langkah III : Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial dan
tindakan antisipasi.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera
untuk kolaborasi dan rujukan.
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.
f. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara
efisien dan aman.
g. Langkah VII : Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan
yang telah dilaksanakan.
Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan
yaitu identifikasi masalah, analisis data dan perumusan masalah, rencara dan
32. 22
tindakan pelaksanaan serta hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan
oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti.
3. Tujuan asuhan BBLR
Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah adalah asuhan yang diberikan
bidan pada bayi yang berat badannya kurang dari normal (<2500 gr). Adapun
tujuan asuhan yang diberikan pada bayi BBLR adalah untuk mencegah
terjadinya gangguan pola napas, hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan
kematian atau menangani secaras cepat dan tepat sesuai dengan indikasi
(Saputra L, 2014).
4. Karakteristik BBLR
a. Karakteristik BBLR Secara Umum
Menurut Sudarti (2013) secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR
adalah berat kurang dari 2500 gr dan panjang badan < dari 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala bayi lebih besar dari badan,
rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga, pada dada dinding
thorax elastis, puting susu belum terbentuk, pada abdomen terjadi distensi
abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan, kulit tipis,
transparan, pembuluh darah kelihatan, jaringan lemak subkutan sedikit,
rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan
tidak teratur dapat terjadi apnea, genitalia LK skrotum kecil, testis tidak
teraba, genitalia PR labia mayora hampir tidak ada, klitoris menonjol,
ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki kadang oedema, garis telapak
33. 23
kaki sedikit, fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50
kali/menit dan nadi 100-140 kali/menit.
b. Karakteristik BBLR Dismatur
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):
Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang
dari 2500 gr.
1) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat
2) Kulit keriput, lemak dibawah kulit tipis, kulit pucat/bernoda
3) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil. Bila
cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
5) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
6) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
7) Mengisap cukup kuat (Sudarti, 2013).
c. Karakteristik BBLR prematur
Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada
premature murni adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gr, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari 30 cm.
2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis.
3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
5) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar.
6) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil.
34. 24
7) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu.
8) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis dahi dan lengan.
9) Lemak subkutan kurang .
10) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh labia
mayora minora.
11) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah.
12) Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan
prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas.
d. Tanda dan gejala BBLR
1) BB < 2500 gr.
2) PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm.
3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus dan
elastisitas daun telinga.
4) Dada dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk.
5) Abdomen distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah
kelihatan.
6) Kulit tipis, transparan dan pembuluh darah kelihatan.
7) Jaringan lemak subkutan sedikit dan lanugo banyak.
35. 25
8) Genetalia LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora hampir
tidak ada dan klitoris menonjol.
9) Ekstremitas kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.
10) Motorik pergerakan masih lemah.
e. Akibat BBLR
1) Sindrom Gawat Nafas
Menurut (Yongki, 2012) sindrom gawat nafas banyak ditemui
pada bayi. Frekuensi nafas lebih dari 60kali/menit, mungkin
menunjukan satu atau lebih tanda tambahan gangguan nafas. Semakin
kecil bayi, kemungkinan terjadi gangguan nafas semakin berat. Pada
bayi kecil (berat lahir <2500 gr atau umur kehamilan kurang 37
minggu) gangguan nafas sering memburuk dalam waktu 36 hingga 48
jam pertama, dan tidak banyak terjadi perubahan dalam satu dua hari
berikutnya dan kemudian akan membalik pada hari ke-4 sampai ke-7.
2) Gangguan tumbuh kembang
Menurut (Herry,2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya angka
ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko
tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak
menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,
terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan
pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR
cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah.
36. 26
Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang
rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan
menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus
berlangsung hingga hari ini.
3) Hipotermi
Menurut (Saputra L, 2014) Hal ini terjadi karena kondisi bayi
mengalami resiko penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah 35,5
°C. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang
belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang
karena lemak coklat yang belum cukup.
Oleh karena itu, untuk mencegah hipotermia pada bayi
dilahirkan, hal yang perlu diingat adalah “rantai hangat” yaitu ruang
bersalin harus bersuhu hangat (setidaknya 25 °C) dan bebas dari aliran
udara, ketika lahir bayi harus dikeringkan dan diselimuti, setelah
dikeringkan bayi diletakan dipermukaan yang hangat (Saputra L,2014).
4) Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat
diperberat oleh polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi
37. 27
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat betambah coklat (Marmi, 2012).
5) Asfiksia
Menurut (Winkjosastro, 2002) Asfiksia atau gagal bernapas
secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering
menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan yang belum
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung.
6) Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan
berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih
besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal.
Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup diluar
uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin
kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehinggan
mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka kematian pada bayi
(Winkjosastro, 2002).
f. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Lyndon Saputra (2014) penanganan BBLR secara umum
adalah dengan stabilisasi suhu (jaga bayi tetap hangat), cegah infeksi pada
bayi, pengawasan nutrisi/ASI yang ade kuat, kelola sesuai dengan komdisi
spesifik atau komplikasinya.
38. 28
Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:
1) Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat. caranya adalah dengan menjaga agar tubuh bayi tetap
kering dan terhindar dari aliran angin serta benda bersuhu dingin
(Saputra L, 2014).
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam
inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari
2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia
dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu inkubator dapat
diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari
2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur
bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C. Bila inkubator tidak ada,
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang
lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam
inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku,
pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
39. 29
Untuk mencegah hipotermia ketika bayi dilahirkan, hal
yang perlu di ingat adalah “rantai hangat” yaitu sebagai berikut:
a) Ruang bersalin harus bersuhu hangat (setidaknya 25°C) dan
bebas dari aliran udara.
b) Ketika lahir, bayi harussegera dikeringkan dan diselimuti,
sebelum tali pusat dipotong.
c) Setelah dikeringkan, bayi diletakan dipermukaan yang hangat
seperti dada atau perut ibu (konta kulit dengan kulit).
d) Jika tidak dimungkinkan, cara lain dapat dilakukan untuk
mencegah kehilangan panas dan menyediakan kehangatan,
misalnya dengan menyelimuti, meletakan bayi pada ruang yang
hangat, atau dibawah pemanasan sinar.
e) Memandikan bayi dan menimbang bayi dapat ditunda
Selain itu, cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia
adalah:
(1) Ketika memandikan bayi baru lahir, jangan lakukan dalam
keadaan bayi telanjang.
(2) Hindari pajaran yang tidak perlu ketika memberikan apa
yang diperlukan bayi.
2) Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi /nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia
40. 30
dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat lahir 2000
gr atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat
kurang 1500 gr bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari
bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik
maka pemberian air susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
3) Mencegah Infeksi Dengan Ketat
Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena sistem
kekebalan tubuhnya belum sempurna. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, neonatus
beresiko tinggi terinfeksi jika ditemukan riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, dan riwayat baru lahir yang kurang baik
(Saputra L, 2014).
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena
daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Marmi, 2012).
Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat
dilakukan dengan cara yaitu :
Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
a) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
b) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat bayi
dirawat.
41. 31
c) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih
kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena
itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan
demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan
akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membantu
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi, termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi(
Koswara 2009).
4) Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat
Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat pencernaan
bayi belum sempurna, lambung kecil enzim pencernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110
kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung, refleks masih lemah sehingga pemberian
42. 32
minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih
sering (Marmi, 2012).
Tabel 1. Cara Pemberian Asi
Usia Kehamilan Cara Pemberian ASI
30-32 minggu
(atau kurang)
Pemberian makan melalui pipa selang nasogastrik
dengan frekuensi 12 kali sehari. Ibu disarankan
memerah ASI dan ASI dimasukkan ke dalam selang.
Ibu bisa memasukan jari kedalam mulut bayi (finger
feeding) ketika bayi sedang diberikan makan melalui
pipa selang. Finger feeding ini akan merangsang saluran
pencernaan bayi dan membantu penambahan berat
badan bayi. bayi bisa dicoba dilatih minum ASI dengan
sendok atau cangkir hingga lancar.
32 minggu
(atau lebih)
Ibu disarankan memerah ASI dan memberikan ASI
dengan sendok atau cangkir. Bayi sudah mulai bisa
mengisap sehingga bisa sesekali dilatih menetek
langsung payudara.
32-36 minggu
(atau lebih)
Bayi bisa langsung menetek di payudara.
Sumber : Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, 201
Tabel 2. Jumlah Cairan Yang Dibutuhkan
Berat (gr)
Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150
Sumber : Menurut Marmi,2012
Tabel 3. Jumlah Asi Yang Dibutuhkan
Sumber : Menurut Marmi,2012
Pemberian
Umur (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
43. 33
5) Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-
aspek penting asuhan segera setelah bayi lahir yaitu :
a) Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
sekali.
b) Jaga bayi agar tetap kering dan hangat dengan cara ganti
handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
sertakan pastikan kepada bayi telah terlindung baik.
c) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit yaitu jika telapak
bayi dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5
Cᵒ
segera hangatkan bayi.
d) Kontak dini dengan bayi
Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu :
1) Lanjutkan pengamatan pernpasan, warna dan aktifitas
2) Pertahankan suhu tubuh bayi
3) Pemeriksaan fisik bayi
4) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi
5) Identifikasi bayi
6) Perawatan lain seperti lakukan perawatan tali pusat, dalam
waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri
imunisasi BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B, ajarkan tanda-
44. 34
tanda bahaya bayi pada orang tua, cara merawat bayi, dan beri
ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.
Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan
evaluasi sebagai berikut :
a) Tanda-tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot
dan tingkat aktifitas
b) Apakah bayi sudah BAB
c) Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar
d) Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat
menangani neonatal dengan benar.
e) Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal
perawatan neonatal.
f) Apakah sudah cukup persediaan pakaian atau
perlengkapan bayi dirumah.
g) Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut
kunjungan.
h) Apakah memiliki rencana transportasi ke rumah (Marmi,
2012).
6) Peran bidan
Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama
dalam hal:
a) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran
45. 35
fisiologis (tanda-tanda vital), penampilan umum,
perkembangan psikologis dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga, seperti pemberian
makanan bergizi pada bayi dan balita dan pemeriksaan rutin
atau berkala terhadap bayi dan balita.
c) Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama.
Bayi cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting
perkembangan tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan.
d) Peran bidan dalam pemberian ASI, seperti memberikan
konseling pada ibu dan memberikan dukungan psikolog.
e) Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu mengobserfasi
frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi, memberitahu ibu
agar segera mengganti popok apabila bayi BAB, memberitahu
ibu pola BAB bayi yang benar dan memberitahu ibu cara
mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB
bayi.
f) Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu mengobservasi
frekuensi dan warna dari BAK bayi, memberitahu ibu agar
segera mengganti popok apabila bayi BAK, memberitahu ibu
pola BAK bayi yang benar dan memberitahu ibu cara
mengobservasi frekuensi dari BAK bayi (Marmi, 2012).
46. 36
3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar
dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari
keseluruhan langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul,
2011).
Langkah tersebut sebagai berikut :
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) syang
akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan penunjang.
Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup
data sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang data
yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat (Nurul
Jannah, 2011).
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa
berat badan janin pada kehamilan kurang bulan. Bayi Berat Lahir Rendah
atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr
tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari
47. 37
prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan
dengan bayi kecil masa kehamilan (Proverawati, 2011).
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan
data obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gr, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar kepala <33 cm,
umur kehamilan <37 minggu, kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak,
lemak kurang, otot hipotonik lemah, Data kebiasaan sehari-hari biasanya
klien dengan BBLR mengalami gangguan pernapasan dan rentan
terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, infeksi, asfiksia
dan kematian.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan
perkusi diperoleh hasil:
1) Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan
belum menutup, tidak ada benjolan
2) Wajah tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus
3) Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva
merah muda, mata bersih tidak ada secret
4) Hidung tidak ditemukan adanya kelainan
5) Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan
mengisap lemah
6) Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,
tidak ada secret.
48. 38
7) Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu
belum terbentuk, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa
8) Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung
skrotum, ada lubang anus.
9) Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan
10) Kulit tipis dan transparan, lemak subkutan kurang resfleks, terdapat
lanugo terutama pada dahi, lengan dan bahu.
b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis
dasar. Dalam penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan
hidup klien (Estiwidani D, 2011).
Pada bayi BBLR ditegakkan berdasarkan dari data subyektif dan
obyektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin terjadi yaitu bayi berat
lahir rendah, KMK dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi dan
gangguan pernapasan. Bayi BBLR mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi karena terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot
lidah dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf
yang tidak lengkap yaitu refleks hisap dan menelan yang lemah. Bayi
49. 39
BBLR juga mengalami gangguan pernapasan karena otot pernapasan yang
masih lemah.
c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi
penanganan.
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman
(Estiwidani D, 2011).
Berdasarkan teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada
bayi BBLR yaitu potensial terjadinya hipotermi, infeksi, ikterus dan
kematian.
d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Segera dengan Tenaga
Kesehatan Lain
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan
atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
tindakan emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun konsultasi
untuk menyelamatkan ibu dan janin (Estiwidani D, 2011).
50. 40
Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien
untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil
kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal dan
tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi maka tidak perlu dilakukan
tindakan segera atau kolaborasi rawat / pasang infus.
Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan
dala m penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan
dokter Anak untuk merawat bayi dalam incubator, pemberian cairan dan
obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuaba,
2008).
e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada
tahap sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah kebidanan
serta komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan
diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisis dan
asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan
(Estiwidani D, 2011).
Penanganan BBLR secara umum adalah pertahankan suhu tubuh
dengan ketat, cegah infeksi, awasi nutrisi atau ASI dan timbang dengan
ketat (Sarwono, 2009)
BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan
yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, isap lender, timbang berat
51. 41
badan bayi, merawat bayi dalam incubator, lakukan pemasangan NGT,
lakukan pemasangan oksigen, berikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi,
pantau BAK/BAB, ganti pakaian dan popok setiap kali basah (Saputra L,
2014).
f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama
dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap
tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang
efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan
kualitas pelayanan pada klien (Estiwidani D, 2011).
Penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan
penimbangan dengan ketat sarwono (2009)
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR
yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap tindakan
yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, menimbang berat badan bayi, merawat bayi dalam incubator,
melakukan pemasangan NGT, melakukan pemasangan oksigen,
melakukan pemasangan infus, memberikan obat-obatan, rawat tali pusat
bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap kali
basah.
52. 42
g. Langkah VII: Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam masalah diagnosa (Estiwidani D, 2011).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR yaitu
gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, hipotermi tidak terjadi pada bayi
dengan kriteria TTV dalam batas normal dan tidak terdapat adanya tanda-
tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus, tidak
terjadi asfiksia berat dan tidak terjadi gangguan pernapasan.
4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Pengertian
Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan
bahwa dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan
mencatat atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas pemberian
jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah
memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi
lengkap meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan
asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar
dari catatan klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau
53. 43
situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan
juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar
profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta actual
untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian
pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu
membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,
sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur
pikir dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan
yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis
sebagai pendokumentasian.
Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari
proses pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang
perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011).
Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP
merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas.logis dan singkat (Wafi,
2011).
54. 44
b. Proses Manajemen SOAP
1) Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini
merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien.Informasi
tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa.
Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR menyatakan bahwa
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gr tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat
dari prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau
persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan.
2) Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes diagnosis assesment sebagai
langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan
dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil
pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain-lain. Apa yang
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari
diagnosa yang akan ditegakkan (Marmi, 2012).
Gambaran klinis dari bayi BBLR adalah kepala lebih besar,
kulit tipis, transparan, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha
55. 45
abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak,
pernapasan 40-50 kali/menit, nadi 100-140 kali/menit, berat < 1000
gr dan panjang badan < dari 40 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm, umur kehamilan < 30 minggu (Saputra L, 2014).
3) Assessment
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a. Diagnosis/ masalah ( diagnose adalah rumusan dari hasil
pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan
klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan atau
kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa).
b. Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2,3, dan 4
varney (Marmi, 2012).
Pada kasus BBLR assesment yang didapat seperti :
1) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, KMK, Bayi Berat
Lahir Rendah, dengan masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan gangguan pernapasan.
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi.
56. 46
3) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam
kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan
bayi dalam incubator, pemberian infuse, pasang NGT,
pasang oksigen dan pemberian obat-obatan.
4) Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah
5,6,7 (Marmi, 2012). Berdasarkan teori penyusunan rencana untuk
klien yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, mencegah
pernapasan cepat, pengawasan nutrisi dan penimbangan dengan
ketat.
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus
BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk
setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat b
adan bayi, merawat bayi dalam incubator, melakukan pemasangan
NGT, melakukan pemasangan oksigen, memberikan obat-obatan,
rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan
popok setiap kali basah.
57. 47
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan
pendokumentasian asuhan kebidanan Bayi baru lahir Pada Bayi Ny.”H” dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tanggal 02 s.d. 04 Mei 2015 dengan nomor register 35-40-01,
diawali dengan identifikasi data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta
dilanjutkan dengan pendokumentasian dan catatan perkembangan.
A. Manajemen
1. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi Ny.”H”
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 02 s.d. 04 Mei 2014, jam 23.30
Wita.
1) Biodata
1) Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “H”
Tanggal lahir / jam : 01-05-2015 Jam 23.30 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari (8 jam)
2) Identitas orang tua
Nama Ibu/ Ayah : Ny “H”/ Tn “L”
Umur Ibu/ Ayah : 24 Tahun/ 24 Tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT / Tukang Batu
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah : ±2 tahun
58. 48
Alamat : Desa Molo
2) Data Biologis / Fisiologis
1) Keadaan bayi sekarang
2) Keadaan bayi lemah
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu badan : 36,5°C
Pernapasan : 54 kali/menit
Denyut jantung : 154 kali/menit
3) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan :
1) Berat badan bayinya 1920 gr
2) Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah
keguguran.
3) Penyakit yang diderita selama hamil yaitu hipertensi
4) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90
tablet 1x1/hari.
4) Riwayat Persalinan/ Kelahiran
Tanggal 01 Mei 2015 pukul 23 : 30 wita ibu melahirkan,saat melahirkan
umur kehamilan ibu 33 minggu 3 hari, tempat bersalin di RSUD Kab
Muna dan di tolong oleh dokter dengan cara di operasi caesar.
5) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi
1) Nutrisi/ Cairan
Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi / cairan saat dikaji
2) Eliminasi
Bayi belum BAK dan BAB saat dikaji
3) Bayi belum dimandikan
4) Pemeriksaan Umum
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
59. 49
BBL/PBL : 1920 gr/ 46 cm
Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan
Apgar skor : 6/8
5) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Suhu badan : 36,5°C
Pernapasan : 54 kali/menit
Denyut jantung : 154 kali/menit
6) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)
a) Kepala
Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
dan belum menutup, tidak ada benjolan
b) Wajah
Tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus
c) Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda, mata bersih tidak ada secret
d) Hidung
Tidak ditemukan adanya kelainan
e) Mulut dan Bibir
Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap
lemah
f) Telinga
Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak
ada secret.
g) Leher
Tidak ada trauma
h) Dada dan perut
Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama
pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada dan ada retraksi,
60. 50
puting susu belum terbentuk, tali pusat tampak basah dan
terbungkus dengan kasa
i) Genetalia
Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang
anus.
j) Ekstermitas
Pergerakan lemah, dan tidak ada cacat bawaan, sedikit garis-garis
pada telapak kaki dan terdapat infus pada tangan.
k) Keadaan Kulit
Kulit tipis, dan berwarna kemerahan terdapat banyak lanugo
terutama pada dahi, bahu, dan punggung.
l) Resfleks
1) Refleks sucking (menghisap) : lemah
2) Refleks rooting (menelan) : lemah
3) Refleks graps (menggenggam) : lemah
4) Refleks moro (kaget) : lemah
m) Pemeriksaan Pengukuran
1) Ukuran lingkaran
(a) Lingkar Kepala : 33 cm
(b) Lingkar Dada : 32 cm
(c) Lingkar Perut : 51 cm
(d) Lila : 7 cm
2) Ukuran panjang
(a) Kepala - Syimpisis : 24 cm
(b) Sympisis kaki : 22 cm
n) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi
61. 51
Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji, orang tua khawatir
terhadap kondisi anaknya dan sabar serta mempercayakan
sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan, orang tua nampak
tenang dan menerima keadaan bayinya serta mau bekerjasama
dengan petugas kesehatan untuk perawatan bayinya. Biaya hidup
dan biaya perawatan oleh ayah bayi.
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu
bayi baru lahir, KMK dan Bayi Berat Lahir Rendah.
a. Bayi Baru Lahir
Data Dasar
1) Data Subyektif :
Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 01-05-2015, jam 23.30. WITA.
Analisis dan Interprestasi
BBLR adalah Bayi Baru Lahir dengan Berat badan Lahir
kurang dari 2500 gr. Bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang
atau sama dengan 2500 gr disebut prematur (Jitowiyono, 2010 : 76).
b. Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Data Dasar :
1) Data Subjektif : HPHT Tanggal 10-08-2014, dan bayi lahir
tanggal 01 – 05 2015
2) Data Objektif : Umur kehamilan 33 minggu 3 hari
Analisa Dan Interpretasi Data
62. 52
Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT
yaitu Tanggal 10-08-2014 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal
01-05-2015 maka bayi berumur 33 minggu 3 hari (Hutari, 2012).
c. Bayi Berat Lahir Rendah
Dasar :
1) Data Subjektif : Ibu mengatakan bayinya lahir kurang bulan
2) Data Objektif : Berat badan 1920 gr
Analisa Dan Interpretasi Data
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gr (Jitowiyono, 2011).
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau
masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny “H” yaitu terjadinya infeksi,
hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu :
a. Potensial Terjadi Infeksi
Data Dasar
1) Data Subjektif : -
2) Data Objektif : Umur kehamilan 33 minggu 3 hari, berat badan 1920
gr, kulit bayi tipis dan Suhu: 36,5°C
Analisa Dan Interpretasi Data
Infeksi dapat timbul sabagai lanjutan dari infeksi mikroorganisme
termaksud bakteri, virus, jamur dan parasit. Bayi dapat terkena infeksi
selama kehamilan, dari traktus genital ibu selama kelahiran atau setelah
bayi lahir (Marmi, 2012).
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. “H” maka dilakukan kolaborasi
dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan pemberian obat-
obatan.
5. Rencana Asuhan
Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah
rencana asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna
63. 53
mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan
dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada.
a) Tujuan
1) Keadaan umum bayi baik
2) Berat badan bayi meningkat
3) Tidak terjadi infeksi
b) Kriteria
1) Kaeadaan umum bayi baik
2) Berat badan meningkat atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat
badan lahir
3) Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik
4) TTV dalam batas normal
Suhu tubuh : 36,5°C-37,5°C
Pernapasan : 30-60 kali/menit
Denyut jantung : 120-160 kali/menit
5) Tidak ada tanda-tanda infeksi
c) Rencana tindakan
1) Bayi Baru Lahir Normal
(a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan dengan sabun cair
dan dibilas dibawah air mengalir.
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.
(b) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi
dengan menggunakan handuk serta meletakan didalam incubator.
64. 54
Rasional : Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan
adanya perubahan suhu dalam rahim kedunia luar.
(c) Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
(d) Observasi Tanda-Tanda Vital
Rasional : Mengetahui KU bayi dan perkembang an bayi.
2) Bayi Berat Lahir Rendah
(a) Infus bayi dengan cairan glukosa 10 % 4 tetes/menit
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
(b) Lakukan pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)
Rasional : Pemberian nutrisi melalui pipa penduga, merupakan
tindakan pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara oral
(c) Lakukan pemberian oksigen
Rasional : pemberian oksigen untuk mencegah gangguan
pernapasan pada bayi.
(d) Berikan obat-obatan pada bayi
Rasional : Memberikan sesuai dengan dosis dengan cara
pemakaian yang benar, agar obat bias memberikan
efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun
keluhan yang dirasakan klien
(e) Rawat tali pusat dengan steril
Rasional : Mencegah infeksi tali pusat
3) Health Education
(a) Observasi BAK/BAB
Rasional : mengetahuai apakah keseimbangan
antara asupan dan pengeluaran bayi.
65. 55
(b) Ganti pakaian/popok tiap kali basah
Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu
badan bayi yang mengakibatkan evaporasi
6. Pelaksanaan Asuhan
Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah
direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan
asuhan tersebut adalah sebagai berikut :
Jumat, 01 Mei 2015, Jam 23.30-24.00 wita
a. Umum
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam incubator
3) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1920 gr
4) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 23.30 SH : 36.5 C HR : 154x/menit.RR :54x/menit.
5) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
6) Memberikan obat-obatan berdasarkan instruksi dokter
Hasil : Gentamicin 4,6 mg/36 jam/IV Jam 01.00 WITA
Cefotaxine 48 mg/12 jam/IV Jam 01.00 WITA
7) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 18.00 bayi BAK/BAB
8) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
b. BBLR
1) Mengobservasi pemasangan infus
66. 56
Hasil : infus D5 telah dipasanga, 4 tetes/menit
2) Mengobservasi pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
3) Mengobservasi pemasangan Oksigen
Hasil : oksigen Nassal 5 liter telah terpasang
4) Melanjutkan pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
Hasil : Gentacimin 4,6mg/36 jam/IV jam 13.25 WITA
Cefotaxine 48 mg/ 12 jam/ IV jam 13.25 WITA
5) Memantau bayi dalam incubator
Hasil : bayi tetap hangat dalam incubator dengan suhu 36,5 °c
c. KIE
1) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
Rasional : Menjaga kehangatan pada bayi bertujuan untuk mencegah
terjadinya hipotermi.
2) Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayi
tanpa membubuhi apapun dan menjaga kebersihan tali pusat.
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
3) Beritahu ibu untuk segera menghubungi bidan atau petugas kesehatan
yang lain jika bayinya mengalami tanda-tanda bahaya seperti merintih,
bernapas megap-megap/tidak teratur, tidak mau menyusu, ekstremitas
teraba dingin ataupun kejang.
Rasional : Agar bayi mendapat penanganan segera dari bidan atau
petugas kesehatan yang lain.
7. Evaluasi
Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan
maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut :
Jumat, 01 Mei 2015, Jam 23:30 WITA
a. Keadaan umum bayi baik, ditandai dengan :
S : 37 °C
67. 57
DJ : 154 kali/menit
P : 54 kali/menit
b. Barat badan bayi belum meningkat di tandai dengan berat badan masih
1920gr
c. Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, panas,
nyeri, dan gangguan pernapasan.
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan
pada Bayi Ny.”H” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Teratai
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 02 s.d. 04 Mei 2015
dengan nomor register 35 – 48 – 02, maka dibuatlah pendokumentasian, yang
diawali dengan data subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning.
Adapun penjabatannya yaitu :
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
a. Identitas Bayi
Nama bayi : Bayi Ny “H”
Tanggal lahir / jam : 01-5-2015 Jam 23.30 WITA
Anak : Pertama
Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)
Umur saat dikaji : 0 hari (8 jam)
b. Identitas orang tua bayi
Nama Ibu/ Ayah : Ny “H”/ Tn “L”
Umur Ibu/ Ayah : 24 Tahun/ 24 Tahun
Suku : Muna/ Muna
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : IRT / Tukang batu
Pernikahan ke- : 1/1
Lama menikah: ±2 tahun
Alamat : Desa Molo
2. Data Subjektif
Ibu mengatakan :
68. 58
Bayinya lahir kurang bulan dengan berat badan 1920 gr
3. Data Objektif
Bayi lahir tanggal 01 mei 2015 jam 23.30 WITA melalui persalinan caesar,
jenis kelamin laki – laki dengan BB 1920, PB 46 cm, LK 33 cm, LD 32 cm,
suhu 36,5°C, detak jantung 154 kali / menit dan pernapasan 544 kali / menit,
ubun-ubun dan sutura lebar dan belum menutup. Wajah, tidak ikterus. sklera
berwarna putih dan konjungtiva merah muda. Pada hidung tidak ditemukan
adanya kelainan. Mulut dan bibir tidak ada kelainan, refleks menelan dan
mengisap baik. Pada telinga tidak ditemukan adanya kelainan. Puting susu
belum terbentuk, tali pusat tampak basah dengan terbungkus dengan kasa.
Lubang penis, testis belum masuk dalam kantung skrotum, ada lubang anus.
Ekstermitas pergerakan lemah. Kulit tipis dan transparan. Refleks sucking
(menghisap) lemah. Refleks rooting (menelan) lemah. Refleks graps
(menggenggem) lemah. Refleks moro (kaget) lemah.
4. Assesment
a. Diagnosa actual yaitu Bayi baru lahir, KMK, Berat Lahir Rendah.
b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi
c. Tindakan segera yaitu tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya
tindakan segera
5. Planning
Jumat, 02 Mei 2015 Jam 01.00-24.00 WITA
a. Umum
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
2) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam incubator
3) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1920 gr
4) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 23.30 SH : 36.5 C HR : 154x/menit.RR :54x/menit.
69. 59
5) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
6) Memberikan obat-obatan berdasarkan instruksi dokter
Hasil : Gentamicin 4,6 mg/36 jam/IV Jam 01.00 WITA
Cefotaxine 48 mg/12 jam/IV Jam 01.00 WITA
7) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 18.00 bayi BAK/BAB
8) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
b. BBLR
1) Mengobservasi pemasangan infus
Hasil : infus D5 telah dipasanga, 4 tetes/menit
2) Mengobservasi pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
3) Mengobservasi pemasangan Oksigen
Hasil : oksigen Nassal 5 liter telah terpasang
4) Melanjutkan pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
Hasil : Gentacimin 4,6mg/36 jam/IV jam 13.25 WITA
Cefotaxine 48 mg/ 12 jam/ IV jam 13.25 WITA
5) Memantau bayi dalam incubator
Hasil : bayi tetap hangat dalam incubator dengan suhu 36,5 °c
c. KIE
1) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
Hasil : Bayi telah dibungkus dengan sarung bersih dan telah memakai
kaos kaki, kaos tangan dan topi.
2) Memberitahu ibu bayinya harus dibari susu 5cc/ 8 jam
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
3) Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada
bayi, tanpa dibubuhi apapun dan menjaga kebersihan tali pusat.
70. 60
Hasil : Tali pusat telah dibungkus dengan kassa steril tanpa dibubuhi
apapun dan nampak bersih.
4) Memberitahu ibu untuk segera menghubungi bidan atau petugas
kesehatan yang lain jika bayinya mengalami tanda-tanda bahaya
seperti merintih, bernapas megap-megap/tidak teratur, tidak mau
menyusu, ekstremitas teraba dingin ataupun kejang.
Hasil : Ibu bersedia menghubungi bidan atau petugas kesehatan yang
lain jika bayinya menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.
5) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya
terutama pada daerah genitalianya.
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
C. Catatan Perkembangan
Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu
mulai pada hari jumat sampai hari minggu dengan menggunakan metode
pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “H”dengan
BBLR Di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai
Tanggal 02 s.d 04 Mei 2015.
1. Perawatan Hari Pertama
Jumat : 02 Mei 2015, Jam : 23.30-24:00. Wita
a. Data Subyektif
Ibu cemas karena bayinya beratnya sangat kurang dan pernapasan bayinya
tidak teratur
b. Data Obyektif
Keadaan umum bayi baik ditandai dengan suhu 36,5°C, detak jantung 154
kali / menit dan pernapasan 544 kali / menit,berat badan 1920,tali pusat
mulai mengering dan terbungkus kasa steril, warna kulit kemerahan,
Refleks sucking (menghisap) lemah. Refleks rooting (menelan) lemah.
Refleks graps (menggenggem) lemah. Refleks moro (kaget) lemah.
c. Assesment
1) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, KMK, Berat Lahir Rendah.
71. 61
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi
d. Tindakan segera yaitu tidak ada data yang mendukung tindakan segera
e. Planning
Sabtu, 02 Mei 2015 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Umum
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
b) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam incubator
c) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1920 gr
d) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 23.30 SH : 36.5 C HR : 154x/menit.RR :54x/menit.
e) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
f) Memberikan obat-obatan berdasarkan instruksi dokter
Hasil : Gentamicin 4,6 mg/36 jam/IV Jam 01.00 WITA
Cefotaxine 48 mg/12 jam/IV Jam 01.00 WITA
g) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 18.00 bayi BAK/BAB
h) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
2) BBLR
a) Mengobservasi pemasangan infus
Hasil : infus D5 telah dipasanga, 4 tetes/menit
72. 62
b) Mengobservasi pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
c) Mengobservasi pemasangan Oksigen
Hasil : oksigen Nassal 5 liter telah terpasang
d) Melanjutkan pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
Hasil : Gentacimin 4,6mg/36 jam/IV jam 13.25 WITA
Cefotaxine 48 mg/ 12 jam/ IV jam 13.25 WITA
e) Memantau bayi dalam incubator
Hasil : bayi tetap hangat dalam incubator dengan suhu 36,5 °c
3) KIE
a) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya.
Hasil : Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan.
b) Memberitahu ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusat pada
bayinya tanpa dibubuhi apapun dan tetap terbungkus dengan kassa
steril
Hasil : Ibu mengerti anjuran yang diberikan
c) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
secara on demand.
Hasil : Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan.
e. Kesimpulan :
1) Keadaan umum bayi baik
2) Berat badan lahir rendah belum teratasi dengan kriteria Berat badan bayi
1920 gr.
3) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, panas dan nyeri.
73. 63
1. Perawatan Hari ke Dua
Sabtu : 03 Mei 2015 Jam : 01.00-24:00 WITA
a. Data Subyektif
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu sudah keluar
b. Data Objektif
Keadaan umum bayi baik ditandai dengan suhu 36,5°C, detak jantung 154
kali / menit dan pernapasan 544 kali / menit,berat badan 1920,tali pusat
mulai mengering dan terbungkus kasa steril, warna kulit kemerahan,
Refleks sucking (menghisap) lemah. Refleks rooting (menelan) lemah.
Refleks graps (menggenggem) lemah. Refleks moro (kaget) lemah.
c. Assesment
a) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 2 hari, Bayi Berat Lahir Rendah.
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi.
d.Tindakan segera yaitu tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya
tindakan segera.
e. Planning
Sabtu, 03 Mei 2015 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Umum
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
b) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam incubator
c) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1920 gr
74. 64
d) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 23.30 SH : 36.5 C HR : 154x/menit.RR :54x/menit.
e) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
f) Memberikan obat-obatan berdasarkan instruksi dokter
Hasil : Gentamicin 4,6 mg/36 jam/IV Jam 01.00 WITA
Cefotaxine 48 mg/12 jam/IV Jam 01.00 WITA
g) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 18.00 bayi BAK/BAB
h) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
2) BBLR
a) Mengobservasi pemasangan infus
Hasil : infus D5 telah dipasanga, 4 tetes/menit
b) Mengobservasi pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
c) Mengobservasi pemasangan Oksigen
Hasil : oksigen Nassal 5 liter telah terpasang
d) Melanjutkan pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
Hasil : Gentacimin 4,6mg/36 jam/IV jam 13.25 WITA
Cefotaxine 48 mg/ 12 jam/ IV jam 13.25 WITA
e) Memantau bayi dalam incubator
Hasil : bayi tetap hangat dalam incubator dengan suhu 36,5 °c
3) KI E
a) Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayi terutama
daerah genitalia dan mengganti popok tiap kali basah atau kotor.
Hasil : ibu bersedia dan mau mengikuti anjuran bidan
75. 65
b) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi
meliputi suhu tubuh meningkat, tali pusat kemerahan, bengkak atau
keluar cairan (nanah), berbau busuk, pernapasan sulit (60x/menit).
Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan
e. Kesimpulan:
1) Keadaan umum bayi baik
2) Berat badan lahir rendah belum teratasi dengan kriteria Berat badan bayi
1920 gr.
3) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, panas dan nyeri
2. Perawatan Hari Ke Tiga
Minggu, 04 Mei 2015 Jam : 01.00-24:00. WITA
a. Data Subjektif
1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya
2) Asi ibu sudah keluar
b. Data Objektif
Keadaan umum bayi baik ditandai dengan suhu 36,5°C, detak jantung 154
kali / menit dan pernapasan 544 kali / menit,berat badan 1980,tali pusat
mulai mengering dan terbungkus kasa steril, warna kulit kemerahan,
Refleks sucking (menghisap) lemah. Refleks rooting (menelan) lemah.
Refleks graps (menggenggem) lemah. Refleks moro (kaget) lemah.
c. Assesment
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 3 hari , Bayi Berat Lahir Rendah.
2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya infeksi.
3) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter yaitu dengan
melanjutkan instruksi dari dokter tentang mengobservasi bayi didalam
76. 66
incubator, mengobservasi pemasangan infus, mengobservasi
pemasangan NGT, mengobservasi pemberian oksigen dan pemberian
obat-obatan
d. Planning
Minggu 04 Mei 2015 Jam 01.00-24.00 WITA
1) Umum
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Hasil : tangan telah dibersihkan
b) Menjaga bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi dalam incubator
c) Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : BB: 1980 gr
d) Memantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : jam 23.30 SH : 36.5 C HR : 154x/menit.RR :54x/menit.
e) Merawat tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril
f) Memberikan obat-obatan berdasarkan instruksi dokter
Hasil : Gentamicin 4,6 mg/36 jam/IV Jam 01.00 WITA
Cefotaxine 48 mg/12 jam/IV Jam 01.00 WITA
g) Memantau BAK/BAB
Hasil : Jam 18.00 bayi BAK/BAB
h) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah
Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah
2) BBLR
a. Mengobservasi pemasangan infus
Hasil : infus D5 telah dipasanga, 4 tetes/menit
77. 67
b. Mengobservasi pemasangan NGT
Hasil : NGT telah terpasang
c. Mengobservasi pemasangan Oksigen
Hasil : oksigen Nassal 5 liter telah terpasang
d. Melanjutkan pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
Hasil : Gentacimin 4,6mg/36 jam/IV jam 13.25 WITA
Cefotaxine 48 mg/ 12 jam/ IV jam 13.25 WITA
e. Memantau bayi dalam incubator
Hasil : bayi tetap hangat dalam incubator dengan suhu 36,5 °c
3) KIE
a. Menjaga bayi agar tetap hangat dan mengganti popok setiap kali basah
atau kotor.
Hasil : Popok bayi di ganti setiap kali basa atau kotor.
b) Menganjurkan kepada ibu untuk membawa bayinya keposyandu agar
mendapat imunisasi yang lengkap.
Hasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.
e. Kesimpulan :
1) Keadaan umum bayi baik
2) Berat badan lahir rendah belum teratasi dengan kriteria Berat badan bayi
1980 gr.
3) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, panas dan nyeri.
Follow UP TTV pada By Ny “H” pada Tanggal 01 sd 05 Mei 2015
80. 70
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
studi kasus berdasarkan penerapan manajemen kebidanan kasus Pada Bayi Ny
“H” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna mulai tanggal 02 s.d.04 Mei 2015. Pembahasan ini disusun berdasarakan
teori dan alasan nyata berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari
pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data
subyektif dan data obyektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut
penulis dapatkan melalui wawancara langsung dari klien dan keluarganya. Data
lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani klien. Data di peroleh
secara terfokus pada masalah klien.
1) Data subjektif /obyektif
Menurut Saputra 2014 menyatakan bahwa Bayi Berat Lahir Rendah
atau BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram
tanpa memandang masa kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari
prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan dengan
bayi kecil masa kehamilan.
81. 71
Menurut teori kehamilan prematur dengan BBLR dapat terjadi
karena berbagai faktor yaitu ibu hamil yang kekurangan nutrisi, ibu memiliki
hipertensi, preeklamsia dan anemia, kehamilan kembar dan kehamilan lewat
waktu, malaria kronik dan penyakit kronik, ibu hamil dengan merokok.
Berdasarkan hasil penelitian kasus yang di dapat maka peneliti
berpendapat bahwa ada hubungan antara kehamilan prematur dengan
kejadian BBLR karena faktor komplikasi pada kehamilan ibu yaitu ibu
menderita preeklamsia berat sehingga menyebabkan persalinan prematur dan
bayinya mengalami BBLR.
Menurut teori bayi yang lahir dengan kehamilan kurang 37 minggu
dengan berat badan <2500 gram adalah bayi berat lahir rendah (BBLR),
dimana berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan seharusnya untuk usia
kehamilan (N > 2500 gram) yang disebut juga dengan kecil untuk masa
kehamilan (KMK) atau dengan kata lain prematuritas adalah hal yang dialami
oleh klien yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori tersebut
dengan fakta yang ada.
Menurut Saputra L (2014) Karakteristik yang dapat ditemukan pada
premature murni adalah Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang
dari 30 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan mengkilap,
lemak subkutan kurang, tulang rawan telinga sangat lunak, lanuga banyak
terutama di punggung, puting susu belum terbentuk dengan baik, pembuluh
darah kulit banyak terlihat, labia minora belum tertutup labia mayora (pada
82. 72
bayi perempuan), testis belum turun (pada bayi laki-laki), pergerakan kurang
dan lemah, tonus otot hipotonik, menangis lemah, pernapasan belum teratur,
sering mengalami serangan apnea, refleks tonik leher lemah, serta refleks
mengisap dan menelan belum sempurna.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah di paparkan diatas
maka peneliti berpendapat bahwa ada kesenjangan antara ciri BBLR
prematuritas murni dengan kasus yang di dapat yaitu sering mengalami
serangan apnea, dalam kasus bayi BBLR belum mengalami serangan apnea
ini disebabkan karena peneliti hanya meneliti sampai 3 hari dan selanjutnya
bayi tersebut mendapat nutrisi dari cairan infus sehingga tidak mengganggu
sistem pernapasan pada bayi. Selanjutnya, dalam kasus tersebut bayi
mengalami retraksi dada sedangkan pada teori tidak dijelaskan adanya
retraksi dada hal tersebut terdapat kesenjangan antara teori dan kasus ini
disebabkan karena bayi prematur dengan BBLR memiliki paru-paru yang
belum matang dan belum banyak menghasilkan surfaktan ini disebabkan
karena umur kehamilan ibu masih muda.
Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR Dismatur menurut
teori yang disebutkan dalam buku Dewi (2010) BBLR tipe premature
disebabkan oleh : Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan pada usia <20 tahun atau >35 tahun,kehamilan kembar, pernah
melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence (mulut rahim
yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim),