TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
Kti elvi akbid paramata raha 2015
1. 1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
IBU HAMIL PADA NY. “W” HIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT II DI PUSKESMAS DANA KEC. WATOPUTE
TANGGAL 10 S.D 15 MEI 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
ELVI
2012.IB.0045
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
2. 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Ibu Hamil pada Ny. “W” Hiperemesis Gravidarum
Tingkat II di Puskesmas Dana Kec. Watopute
Tanggal 10 s.d 15 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Ibu Hamil pada Ny. “W” Hiperemesis Gravidarum
Tingkat II di Puskesmas Dana Kec. Watopute
Tanggal 10 s.d 15 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Ibu Hamil pada Ny. “W” Hiperemesis Gravidarum
Tingkat II di Puskesmas Dana Kec. Watopute
Tanggal 10 s.d 15 Mei 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi,A.Kep,.M.Kes (………............………….........)
2. Sartina, SST (…………........………….........)
3. Rosdiana, SST (…………........……….............)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi,A.Kep,.M.Kes (………............………….........)
2. Sartina, SST (…………........………….........)
3. Rosdiana, SST (…………........……….............)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi,A.Kep,.M.Kes (………............………….........)
2. Sartina, SST (…………........………….........)
3. Rosdiana, SST (…………........……….............)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana, SST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
4. 4
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Elvi
2. Nim : 2012. IB. 0045
3. Tempat/ tanggal lahir : Raha, 31 Desember 1993
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
7. Alamat : Jl. Poros Raha Masara Kel.Wali
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah dan Ibu : La Karampi dan Ny.Waode Ria
2. Pekerjaan : Petani dan Petani
C. Alamat : Jl. Poros Raha Masara Kel.Wali
D. PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri 8 Kontunaga
2. SMP : SMP Negeri 1 Kosambi
3. SMA : SMA Negeri 1 Kontunaga
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D III Kebidanan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai
tahun 2015.
iv
5. 5
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Studi Kasus ini.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat di buat untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan program DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata
Raha Kabupaten Muna dengan Judul “Manajemen dan pendokumentasian asuhan
kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di
Puskesmas Dana Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.”
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hambatan dan
kesulitan yang dijumpai namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Ibu Sartina, SST dan Ibu Rosdiana,SST selaku pembimbing atas kesediaannya
baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik
moril maupun materil yang begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas pula dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Ibu Wa Ode Siti Asma, SST., M.Kes selaku Pudir 1 di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna sekaligus penguji pada Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Ibu Fatmawati,Am.Keb selaku kepala Puskesmas Dana Kabupaten Muna.
v
6. 6
5. Seluruh jajaran Dosen dan para Staff Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan dan penyusunan studi kasus ini.
6. Ayahanda La Karampi dan ibunda Ny.Waode Ria yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil dan doa dalam cintanya di setiap langkah
penulis. Kakak, adikku, sahabat-sahabatku serta keponakanku tersayang
beserta keluarga besar yang juga turut memberikan dukungan moril dan
spiritual kepada penulis.
7. Seluruh temanku tingkat III dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi selama
mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten
Muna.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Studi Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal atas jerih payah dari semua pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penulis, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua, amin.
WassalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.
Raha , Juli 2015
vi
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Persetujuan................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii
Riwayat Hidup ....................................................................................................... iv
Kata Pengantar .........................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Tabel.... ....................................................................................................... ix
Intisari................. .....................................................................................................x
Bab I Pendahuluan................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ..........................................................................5
C. Tujuan Telaah.................................................................................................5
D. Manfaat Telaah ...............................................................................................7
E. Metode Telaah ................................................................................................8
F. Sistematika Penulisan.....................................................................................9
Bab II Tinjauan Pustaka .....................................................................................12
A. Telaah Pustaka..............................................................................................12
1. Kehamilan................................................................................................12
2. Hiperemesis Gravidarum .........................................................................29
3. Dehidrasi .................................................................................................37
B. Konsep Manajemen Kebidanan....................................................................40
1. Pedoman Penerapan ................................................................................40
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan ...............................................40
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan ................................................................48
1.Defenisi Dokumentasi ...............................................................................48
2. Unsur-Unsur Dekumentasi .......................................................................49
vii
8. 8
Bab III Studi Kasus..............................................................................................51
A. Manajemen ...................................................................................................51
1. Pengumpulan Data Dasar.........................................................................51
2. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual....................................................56
3. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial................................................59
4. Menilai perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi dan Konsultasi..............60
5. Perencanaan Asuhan Kebidanan..............................................................61
6. Implementasi............................................................................................65
7. Evaluasi....................................................................................................68
B. Pendokumentasian........................................................................................69
C. Catatan Perkembangan .................................................................................73
Bab IV Pembahasan.............................................................................................80
A. Identifikasi Data Dasar .................................................................................80
B. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual ........................................................83
C. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial.....................................................84
D. Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi dan Konsultasi................................84
E. Rencana Asuhan ...........................................................................................85
F. Implementasi.................................................................................................87
G. Evaluasi.........................................................................................................88
Bab V Kesimpulan dan Saran.............................................................................89
A. Kesimpulan...................................................................................................78
B. Saran .............................................................................................................90
Daftar Pustaka......................................................................................................91
Lampiran-lampiran
viii
9. 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pemantauan Tumbuh Kembang Janin ( Nilai Normal ).........................29
ix
10. 10
INTISARI
Elvi (2012.IB.0045) “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pada Ny.W dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II Di Puskesmas Dana
Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna Mulai Tanggal 10
s.d 15 Mei 2015” di bawah bimbingan Sartina dan Rosdiana.
Latar Belakang : Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Biasanya terjadi pada
kehamilan trimester I. gejala tersebut kurang lebih terjadi 20 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 14 minggu.
Tujuan Telaah : Dapat melaksanakan Manajemen dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Pada Ny. W dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat II Di
Puskesmas Dana Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna Mulai
Tanggal 10 s.d 15 Mei 2015.
Metode Telaah : Studi kasus ini menggunakan metode studi kepustakaan, Studi
kasus, Studi Dokumentasi dan Diskusi.
Hasil Studi Kasus : Setelah melaksanakan asuhan selama 5 hari, dari tanggal 10
sampai tanggal 15 Mei 2015 didapatkan hasil keadaan umum ibu baik,
pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi,tidak terjadi mual muntah, tidak terjadi
dehidrasi.
Kesimpulan dan Saran : Pada studi kasus ini dimulai dari : pengkajian
interprestasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan kolaborasi/segera,
rencana tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan
yang berarti dan semua permasalahan teratasi.
Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
Daftar Pustaka : 20 ( 1998-2015)
x
11. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi karena bersatunya ovum
(sel telur) dan sperma (sel mani) yang disebut dengan pembuahan (konsepsi) dan
selanjutnya ovum yang telah dibuahi tersebut menuju ke rahim dan melakukan
nidasi (implantasi) (Manuaba, 1998).
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna serta pada payudara (mammae).
Dalam hal ini hormone somatomammotropin, estrogen dan progesterone
mempunyai peranan penting.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam triwulan, yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai
enam bulan dan triwulan ke tiga dari bulan ke tujuh sampai sembilan bulan
(Saifuddin, 2002).
Komplikasi kehamilan terdiri dari perdarahan hamil muda dimana
dengan keamilan ektopik terganggu,mola hidatidosa,abortus,hiperemesis
gravidarum, anemia,kehamilan dengan asma,kehamilan dengan diabetes
melitus.Sedangkan perdarahan hamil tua dimana plasenta previa,solusio
plasenta,vasa previa.
1
12. 2
Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin adalah Hyperemesis Gravidarum dimana kejadian
ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah
merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I
sekitar 60 – 80 % pada primigravida dan 40 – 60 % pada multi gravida
(Wiknjosastro, 2006. Hal 275).
Hiperemesis gravidarum yang tidak teratasi dapat mengancam
kehidupan klien,namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti
abortus,berat badan lahir rendah,kelahiran prematur,malformasi pada bayi baru
lahir.
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa
hamil. Muntah yang membahayakan di bedakan dari morning sicknes normal
yang umum dialami wanita hamil karena intesitasnya melebihi muntah normal
dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.Tanda gejala hiperemesis
gravidarum adalah: Muntah hebat,nafsu makan buruk,asupan makanan
buruk,penurunan berat badan,dehidrasi,ketidakseimbangan elektrolik,respon
berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar,muntah yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan untuk mengatasi morning sicknes,asidosis yang
disebabkan kelaparan (Helen Varney,2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah persisten pada ibu hamil
sehingga mengakibatkan penurunan berat badan > 5% dari berat badan sebelum
hamil dan ketonuria (karena gangguan metabolisme) menurut Desi Kurniati,2009.
13. 3
Hiperemesis gravidarum adalah rasa mual dan muntah serta perasaanya
yang tidak enak yang dialami oleh ibu pada awal masa kehamilannya sampai
sekitar trimester 2 (umur kehamilan 20 minggu),secara berlebihan ,dalam waktu
yang lama ,pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk
( Proverawati,2009).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah terus menerus ,makan sangat
kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari
(dr.Taufan Nugroho,2010).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu,muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari,berat badan menurun ,dehidrasi,dan terdapat aseton dalam urin bukan
karena penyakit seperti appendisitis,pielititis,dan sebagainya (Joseph HK,2010).
Hiperemesis gravidarum dibedakan 3 tingkatan yaitu Tingkat 1.Muntah
terus-menerus timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,berat badan
menurun,nyeri epigastrium,muntah pertama keluar makanan,lendir dan sedikit
empedu kemudian hanya lendir,cairan empedu dan terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100 kali permenit dan tekanan darah sistol menurun .Mata
cekung dan lidah kering ,turgor kulit berkurang dan urin masih normal.Tingkat2
.Gejala lebih berat ,segala yang di makan dan diminum dimuntahkan ,haus
hebat,nadi cepat lebih100-140 kali per menit,tekanan darah sistol kurang 80
mmHg,apatis,kulit pucat,lidah kotor,kadang ikterus ada,aseton ada,bilirubin
ada,dan berat badan cepat menurun. Tinkat 3.Gangguan kesadaran (delirium-
14. 4
koma),muntah berkurang atau berhenti,sianosis,gangguan jantung,bilirubin ada
,dan proteinuria (Joseph HK,2010).
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil , yang menyebabkan dehidrasi,ketidakseimbangan
elektrolik,atau defesiensi nutrisi,dan kehilangan berat badan (Eni Nur
Rahmawati).
Menurut data World Health Organitation (WHO), pada tahun 2012,
sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak
99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-
negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran(WHO, 2012) (Anonim (2012).
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan
kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota
menunjukan bahwa pada tahun 2003 presentase ibu hamil resiko tinggi dengan
hiperemesis gravidarum berat yang dirujuk dan mendapatkan pelayanan
kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan presentase tertinggi
adalah provinsi Sulawesi Tenggara (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%)
sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera
Selatan (3,81%).
Data mengenai kematian Hyperemesis Gravidarum yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2012
15. 5
tercatat angka kejadian hiperemesis gravidarum berjumlah 12 orang dan tahun
2013 tercatat angka kejadian hiperemesis gravidarum berjumlah 12 orang dan
pada tahun 2014 tercatat angka kejadian hyperemesis gravidarum berjumlah 13
orang dan tahun 2015 dari bulan Januari sampai agustus bejumlah 3 orang
kejadian hiperemesis gravidarum (Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2015).
Berdasarkan data yang ada, maka penulis tertarik untuk memaparkan
permasalahan yang dituangkan dalam Studi Kasus melalui penelitian dengan judul
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.”W”
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang Iingkup pembahasan studi kasus ini meliputi Manajemen dan
pendokumentasian asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10
Mei s.d. 15 Mei 2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum.
Mampu melaksanakan Manajemen dan pendokumentasian asuhan
kebidanan ibu hamil pada Ny. W dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di
Puskesmas Dana Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
16. 6
2. Tujuan Khusus.
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data sesuai dengan kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
b. Mampu merumuskan diagnosa / masalah aktual sesuai dengan kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah potensial sesuai
dengan kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas
Dana Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera sesuai dengan
kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana
Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
e. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan sesuai dengan kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana Kel.Dana
Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
17. 7
h. Mampu melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai dengan
kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat II di Puskesmas Dana
Kel.Dana Kec.Watopute Kab.Muna 10 Mei s.d. 15 Mei 2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus
dapat dijadikan acuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
1) Bidan
Untuk menambahkan informasi dan referensi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat
II, memberikan konseling untuk pencegahan terjadinya hiperemesis
gravidarum tingkat II pada ibu hamil sehingga tercipta pelayanan yang
bermutu tinggi
2) Pendidikan
Digunakan sebagain standar bacaan atau referensi dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan khususnya asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat II.
18. 8
b. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II.
c. Bagi Profesi
Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat
II sesuai dengan manajemen atau prosedur yang sudah ada.
E. Metode Telaah
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, berdasarkan teori ilmiah yang
dipadukan dengan praktek dan pengalaman, penulis memerlukan data yang
objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam
pemecahan masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan.
Bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang teoritis
penelitian, didalamnya tersimpan bahan bacaan dan informasi yang dapat
mengarahkan kita dalam menciptakan pemahaman yang tepat tentang kasus
yang dibahas.
2. Studi Kasus.
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan
komprehensif, data yang dihimpun hingga evaluasi yang didapatkan dengan
menggunakan metode :
19. 9
a. Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab dengan klien yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan.
b. Observasi
Observasi meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami
dan pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan, dan
lingkungannya serta pengetahuan tentang kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi dengan menggunakan format pengkajian.
d. Telah dilakukan Pemeriksaan penunjang.
3. Studi Dokumentasi.
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang
yaitu hasil pemeriksaan diagnostik.
4. Diskusi.
Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang
menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen
pembimbing karya tulis ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis
ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya
20. 10
tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah
yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat telaah yang terbagi
atas manfaat bagi institusi pendidikan, manfaat bagi instansi tempat
pengambilan kasus, dan manfaat bagi penulis, serta metode telaah yang terdiri
dari studi kepustakaan, studi kasus yaitu wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi serta diskusi dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan :
a. Tinjauan Umum tentang Kehamilan yaitu terdiri dari Pengertian
Kehamilan, Perubahan Fisiologi Pada Saat Dalam Kehamilan, Perubahan
Psikologi Wanita Hamil, Diagnosis Kehamilan, Pengawasan antenatal.
b. Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum yaitu terdiri dari Pengertian
Hiperemesis Gravidarum, Etiologi Hiperemesis Gravidarum, Patologi
Hiperemesis Gravidarum, Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum,
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum, Diagnosis Hiperemesis Gravidarum,
Penanganan Hiperemesis Gravidarum.
c. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan yaitu terdiri dari Pengertian asuhan
kebidanan, Tahapan dalam Asuhan Kebidanan, Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan (SOAP).
21. 11
3. Bab III Studi Kasus
Bab ini berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan
masalah aktual, identifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial, menilai
perlunya tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi, perencaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan evaluasi keefektifan asuhan serta pendokumentasia.
4. Bab IV Pembahasan
Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran,
lalu membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan
hanya jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah
sesuai teori harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung
kondisi yang ada. Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang
mekanisme mengapa hasilnya demikian. Dengan fokus pada aspek teoritik dan
aspek telaah.
5. Bab V Kesimpulan Dan Saran
Bab ini berisi tentang :
a. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis dalam beberapa hal yaitu
manajemen kebidanan, pemberian asuhan kebidanan (kuratif, rehabilitasi,
preventif dan promosi) dan ketepatan waktu yang digunakan.
b. Saran dan usul yang dibuat penulis keterkaitannya dengan kesimpulan
atau hal-hal yang dibutuhkan guna penurunan kematian ibu yang meliputi
saran bagi institusi pendidikan, saran bagi instansi tempat pengambilan
kasus, dan saran bagi penulis.
22. 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Indonesia, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terdiri dari
3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono, 2010).
Kehamilan adalah waktu transisi ,yakni suatu masa antara kehidpan
sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan nanti setelah anak
tersebut lahir
Kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh-kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba. 1998).
Kehamilan adalah waktu transisi ,yakni suatu masa antara kehidupan
sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan nanti setelah anak
tersebut lahir. Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum
12
23. 13
dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang
aterm (Ice Sukarni K Wahyu P).
Dari berbagai teori para ahli, penulis menyimpulkan bahwa kehamilan
adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan implantasi atau nidasi, yang lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih
dari 300 hari dihitung dari haid pertama haid terakhir yang kemudian dibagi
menjadi 3 triwulan.
a. Perubahan Fisiologi dan Psikologi yang Terjadi pada Kehamilan
1) Perubahan Fisiologi
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen
dan progesterone yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian
tubuh di bawah ini, yaitu :
a) Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya
30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia menjadi lebih
besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin.
Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan
isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada
24. 14
pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.
Perlunakan isthmus disebut tanda hegar.
Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan
penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan
kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil
dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar. Renggangan
dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan
janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik keatas dan menipis
di segmen bawah rahim (SBR).
Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah,
tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi
plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama.
Perubahan konsentrasi hormonal yang memengaruhi
rahim yaitu estrogen dan progesterone menyebabkan progesterone
mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim yang
disebut dengan Braxton hicks. Terjadinya kontraksi braxton hicks,
tidak dirasakan nyeri dan terjadi bersamaan diseluruh rahim.
Kontraksi braxton hicks akan berlanjut menjadi kontraksi untuk
persalinan.
Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, diikuti oleh makin besarnya aliran darah
menuju rahim dari arteri uterine dan arteri ovarika. Otot rahim
mempunyai susunan istimewa yaitu longitudinal, sirkuler dan
25. 15
oblika sehingga keseluruhannya membuat anyaman yang dapat
menutup pembuluh darah dengan sempurna meningkatnya
pembuluh darah menuju rahim memengaruhi serviks yang akan
mengalami perlunakan. Serviks hanya memiliki sekitar 10%
jaringan otot (Manuaba, 1998).
b) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan
kebiru-biruan (tanda chadwicks) (Manuaba, 1998)
c) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.
Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang
mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan
hormone luteotropik hipofisis anterior (Manuaba, 1998).
d) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin.
Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI
dijabarkan sebagai berikut :
26. 16
(1) Estrogen berfungsi menimbulkan hipertrofi sistem saluran
payudara, penimbunan lemak dan air serta garam sehingga
payudara tampak makin membesar, dan tekanan serat saraf
akibat penimbungan lemak, air dan garam menyebabkan rasa
sakit pada payudara.
(2) Progesteron berfungsi mempersiapkan asinus sehingga dapat
berfungsi dan meningkatkan jumlah sel asinus.
(3) Somatomamotrofin, berfungsi mempengaruhi sel asinus untuk
membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin, penimbunan
lemak disekitar alveolus payudara, serta merangsang
pengeluaran kolostrum pada kehamilan (Manuaba, 1998).
e) Sirkulasi Darah Ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim,
terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retroplasenter, dan pengaruh hormone estrogen dan progesteron
makin meningkat (Manuaba, 1998). Akibat dari faktor tersebut
dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :
(1) Volume Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
27. 17
kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar
20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar usia
kehamilan 16 minggu, sehingga penderita penyakit jantung
harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan
sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasi kordis. Pada
post partum, terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari
ketiga sampai kelima.
(2) Sel Darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia
fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga mencapai
10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari
angka normal. Protein darah dalam bentuk albumin dan
gamaglobulin dapat menurun pada triwulan pertama,
sedangkan fibrinogen meningkat. Pada post partum dengan
terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi tromboflebitis
(Manuaba, 1998).
28. 18
f) Sistem Respirasi
Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada usia
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas
lebih dalam sekitar 20 sampai 25% daripada biasanya (Manuaba,
1998).
g) Sistem Pencernaan
Oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung
meningkat dan dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan
(hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan
sakit/pusing kepala terutama pada pagi hari, yang disebut morning
sickness, muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum, muntah
berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, disebut
hiperemesis gravidarum, progesterone menimbulkan gerak usus
makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi (Manuaba,
1998).
h) Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering
berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh. Hemodilusi menyebabkan metabolism air makin
29. 19
lancar sehingga pembentukan urin akan bertambah. Filtrasi pada
glomerulus bertambah sekitar 69 sampai 70%. Pada kehamilan,
ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan
urin, terutama pada ureter kanan karena peristaltik ureter terhambat
karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang membesar dan
terjadi perputaran ke kanan, dan terdapat kolon dan sigmoid di
sebelah kiri yang menyebabkan perputaran rahim ke kanan.
Tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi
pielonefritis ginjal kanan (Manuaba,1998).
i) Perubahan pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum
livide atau alba, areola mammae, papilla mammae, linea nigra, pipi
(khloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini
akan menghilang.
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu
sering kali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang
merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada banyak
30. 20
perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra
(Manuaba, 1998).
Pada kehamilan >1 kali garis dipertengahan perut antara
umbilicus dan pubis berwarna putih disebut linea alba. Pigmentasi
ini terjadi karena peningkatan produksi hormone melanosit oleh
kelenjar hipofisis. Otot dinding perut kendur karena terjadi
pembesaran rahim akibat kehamilan sebelumnya sehingga
menimbulkan peregangan pada otot dinding perut dan
menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit (Sarwono,
2010).
j) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
Memperhatikan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa ibu hamil
memerlukan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Oleh
karena itu, perlu diperhattikan susunan makanan “empat sehat dan
lima sempurna” (Manuaba, 1998).
k) Plasenta dan Air Ketuban
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm
dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 gram. Tali
pusat yang menghubungkan plasenta panjangnya 25 sampai 60 cm.
31. 21
Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah 2,5 cm dan
terpanjang sekitar 200 cm. plasenta terbentuk sempurna pada
minggu ke-16 dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis
telah menjadi satu. Sebelum plasenta terbentuk sempurna dan
sanggup untuk memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus
luteum gravidarum. Saat nidasi vili korialis mengeluarkan hormone
korionik gonadotropin sehingga korpus luteum dapat bertahan
Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari ibu
dalam bentuk O2 asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke
janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2 (Manuaba,
1998).
2) Perubahan Psikologi
a) Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester I
Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesterone dan esterogen
dalam tubuh akan meningkat. Ini menyebabkan timbulnya mual
dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya
payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, pada awal masa
kehamilan ibu berharap untuk tidak hamil (Asrinah, 2010).
b) Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester II
Trimester kedua biasanya ibu sudah merasa sehat. Tubuh ibu telah
terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi dan rasa tidak nyaman.
32. 22
Ibu sudah menerima kehamilnnya dan dapat mulai menggunakan
energi dan pikirannya secara konstruktif. Pada trimester ini pula
mampu merasakan gerakan janinnya. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman, seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan naiknya libido
(Asrinah, 2010).
c) Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester III
Trimester tiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Kadang ibu merasa khawatir bila bayinya lahir sewaktu-
waktu. Ibu sering merasa khawatir kalau bayinya lahir tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya
dan cenderung menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
merasa aneh atau jelek. Di samping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima semasa hamil (Asrinah, 2010).
b. Diagnosis Kehamilan
Berdasarkan perubahan-perubahan anatomi dan fisiologik, dapat
dikumpulkan hal-hal yang mungkin bermakna pada pemeriksaan fisis
maupun penunjang, untuk menuju pada diagnosis kehamilan.
33. 23
Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu
kehamilan:
1) Amenorea (sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih).
2) Pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, pada kehamilan
muda diperiksa dengan palpasi).
3) Teraba atau terasa gerakan janin pada palpasi atau tampak pada
imaging, ballotement (+), teraba bagian tubuh janin pada palpasi
(leopold) atau tampak pada imaging (ultrasonografi) serta terdengar
jantung janin dengan alat leanec/doppler atau visual tampak jantung
berdenyut pada imaging (fetal ultrasound echoscpy).
4) Adanya kontraksi uterus pada saat dipalpasi, perubahan serviks uterus,
dan perubahan payudara.
5) Perasaan mual dan muntah berulang atau morning sickness, poliuria,
dan kurva suhu badan meningkat.
6) Tes urine B-hCG (Pack’s test/GalliMainini) positif. Hati-hati karena
positif palsu dapat juga terjadi misal karena urine kotor, alat
kadaluwarsa atau cara pemeriksaan yang salah.
7) Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian
menurun seperti awal kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi
(Sukarni, 2013).
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu
serta perubahan sosial dalam keluarga, bahwa :
34. 24
1) Tanda-tanda dugaan hamil yaitu :
a) Amenorea (tidak mendapat haid). Gejala ini sangat penting karena
umunnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui
tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya
kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
b) Mual dan muntah. Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, keadaan ini sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak
selalu dan keadaan ini disebut ”morning sickness”. Dalam batas-
batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi bila terlalu sering
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang biasa disebut
hiperemesis gravidarum.
c) Sering kencing. Keadaan ini terjadi pada kehamilan bulan-bulan
pertama disebabkan uterus yang membesar menekan pada kandung
kemih, gejala ini akan hilang pada trimester kedua kehamilan. Pada
akhir kehamilan gejala ini akan kembali terjadi karena kandung
kemih ditekan oleh kepala janin.
d) Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri. Disebabkan oleh
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.
e) Striae dan hiperpigmentasi kulit. Pada pipi, hidung dan dahi
tampak deposit pigmen yang berlebihan yang dikenal dengan
cloasma gravidarum, areola mammae menghitam, pada linea alba
tampak menjadi lebih hitam.
35. 25
f) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
g) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada
triwulan pertama.
h) Varises sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan
yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama (Manuaba,
1998).
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil yaitu :
a) Tanda hegar
Dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan lain di
dinding perut diatas simpisis pubis, maka terasa korpus uteri
seakan-akan terpisah dengan serviks (istmus sangat lembek pada
kehamilan). Pada kehamilan 6-8 minggu dengan pemeriksaan
bimanual sudah dapat diketahui tanda hegar ini.
b) Tanda piskacek
Tanda piskacek adalah suatu pembesaran uterus yang tidak rata
hingga menonjol jelas kejurusan uterus yang membesar (uterus
dalam keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat implantasinya).
c) Tanda Braxton hicks
Uterus pada saat hamil bila dirangsang mudah berkontraksi.
Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut kontraksi Braxton
36. 26
Hicks. Adanya kontraksi braxton hicks ini menunjukkan bahwa
kehamilan bukan kehamilan ektopik.
d) Tanda ballottement
Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh lebih
banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus, maka janin akan
melenting dalam uterus, keadaan inilah yang disebut dengan
ballottement.
e) Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan vagina
menjadi ungu (Manuaba, 1998).
3) Tanda-tanda pasti kehamilan yaitu :
a) Gerakan janin dalam rahim
b) Denyut jantung janin
c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi (Manuaba, 1998).
Untuk membantu membuat diagnosa kehamilan dilakukan
pemeriksaan adanya HCG yang dihasilkan oleh plasenta. Dalam
menegakkan diagnosis kehamilan, bidan harus dapat menjawab pertanyaan
yang meliputi keadaan umum kehamilan, tentang kehamilan, dan tentang
janin (Manuaba, 1998).
c. Penentuan Usia Kehamilan
Untuk menetapkan usia kehamilan dapat dilakukan dengan :
1) Mengetahui hari pertama haid terakhir, yang dengan rumus Naegle
dapat diperkirakan waktu kelahiran bayinya.
37. 27
2) Memperkirakan usia kehamilan dengan menghitung tinggi fundus
uteri, menghitung gerakan pertama dirasakan, dengan mendengarkan
denyut jantung janin, memperhitungkan masuknya kepala ke pintu
atas panggul terutama pada primigravida.
3) Mempergunakan ultrasonografi untuk menghitung usia kehamilan
dengan jarak biparietal, jarak tulang tiba, dan panjang lingkaran
abdomen janin.
4) Mempergunakan hasil pemeriksaan air ketuban (Manuaba, 1998).
Menentukan umur hamil sangat penting untuk memperkirakan
persalinan. Umur kehamilan dapat ditentukan dengan :
1) Mempergunakan rumus Naegle.
Rumus Naegle terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir.
Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari
sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle
memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari.
Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama
haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat
ditetapkan. Penggunaan rumus ini adalah dengan menambahkan 7
pada tanggal pertama dari haid terakhir, kemudian mengurangi bulan
dengan 3 dan menambahkan 1 pada tahunnnya, sedangkan untuk
bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari, Februari, dan
Maret, maka bulannya ditambah 9, tapi tahunnya tetap tidak ditambah
atau dikurangi (Manuaba, 1998).
38. 28
2) Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur
kehamilan 16 minggu, maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan
(Manuaba, 1998).
3) Palpasi abdomen
Palpasi abdomen dapat mempergunakan rumus Bartholomew, rumus
Mc Donald, palpasi Leopold dan taksiran berat janin ((Manuaba,
1998).
4) Perkiraan tingginya fundus uteri.
Perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis
pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan
tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan
seterusnya perkiraan ini kurang tepat (Manuaba, 1998).
Menurut Norman (2011), Usia haid (menstrual age) atau usia
gestasi diperkirakan dengan menghitung dari hari pertama periode haid
terakhir, yaitu suatu waktu yang mendahului konsepsi atau sekitar 2
minggu sebelum ovulasi dan fertilisasi dan hamper 3 minggu sebelum
implantasi ovum yang sudah dibuahi. Terdapat selang waktu sekitar 280
hari (40 minggu) antara hari pertama periode haid terakhir dan lahirnya
janin. Ahli obstetrik biasanya menghitung usia gestasi suatu kehamilan
berdasarkan usia haid.
39. 29
Tabel 1. PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG JANIN (NILAI NORMAL)
Sumber : Saifudin (2008)
2. Hiperemesis gravidarum
a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
1) Hiperemesis gravidrum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urin.
2) Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil
muda) dimana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan,
sedemikian rupa sehingga mengganggu aktifitas dan kesehatan
penderita secara keseluruhan.
Usia
Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri
Menggunakan penunjuk-
penunjuk badan
Dalam cm
12 minggu
Teraba di atas simfisis
pubis
_
16 minggu
Di tengah, antara simfisis
pubis dan umbilicus.
_
20 minggu Pada umbilicus Usia kehamilan dalam
mingg=cm (± 2 cm)22-27 minggu _
28 minggu
Di tengah, antara umbilicus
dan prosesus sifoideus
29-35 minggu _
36 minggu Pada prosesus sifoideus
40. 30
3) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.
4) Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu
hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan
timbul aseton dalam air kencing.
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Namun,
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Faktor adaptasi dan hormonal.
Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup faktor adaptasi
adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi
rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa. Sebagian
kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan gonadotropin korionik, sedangkan pada kehamilan ganda
dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi
dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
2) Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil,
takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga
41. 31
dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan
perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat
berkurang sampai menghilang.
3) Faktor alergi
Pada kehamilan, di duga terjadi invas. Jaringan vili korialis yang
masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
c. Patologi Hiperemesis Gravidarum
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis
gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam
tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.
1) Hati. Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan
degenerasi lemak tanpa nekrosis; degenerasi lemak tersebut terletak
sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan
kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.
Dapat ditambahkan bahwa separoh penderita yang meninggal karena
hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang
normal.
2) Jantung. Jantung menjadi lebih kecil dari biasa dan beratnya atrofi; ini
sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
3) Otak. Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan
kelainan seperti pada ensefalopati wernicke dapat dijumpai(dilatasi
42. 32
kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah corpora mamilaria
ventrikel ketiga dan keempat).
4) Ginjal. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan
pada tubuli kontorti.
d. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan.
Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita,
tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor
hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita
lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
43. 33
asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselurer dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-
muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran
setan yang sulit dipatahkan.
e. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
1) Hiperemesis gravidarum tingkat pertama
Muntah berlangsung terus,nafsu makan berkurang,berat badan
menurun,kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah,nyeri di daerah
epigastrium,tekanan darah turun dan nadi meningkat,lidah kering,mata
tampak cekung.
2) Hiperemesis gravidarum tingkat kedua
Penderita tampak lebih lemah,gejala dehidrasi makin tampak,mata
cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor,tekanan darah
turun, nadi meningkat,berat badan makin menurun,mata sedikit
ikterus,gejala hemokonsentrasi makin tampak : urine berkurang dan
badan aseton dalam urine meningkat,terjadinya gangguan buang air
44. 34
besar,mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis,napas
berbau aseton.
3) Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga
Muntah berkurang,keadaan umum ibu hamil makin menurun, tekanan
darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik, keadaan dehidrasi makin
jelas,gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus,gangguan
kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, komplikasi susunan
saraf pusat (ensefalopati wernicke) : nistagmus (perubahan arah bola
mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental.
f. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
1) Amenorea yang disertai muntah hebat (segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus
hebat.
2) Fungsi vital yaitu nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah
menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran
(apatis-koma).
3) Fisik yaitu dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat
badan menurun, porsio lunak pada vaginal touché, uterus besar sesuai
besarnya kehamilan.
4) Laboratorium yaitu kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit,
shift to the left, benda keton dan protein uria.
45. 35
g. Penanganan Hiperemesis Gravidarum
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin.
1) Obat-obatan. Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6. Keadaan yang lebih berat
diberikan antiemetik seperti Disiklomin hidrokhloride atau
Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin,
Avomin.
2) Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman
selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala
akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3) Terapi psikologik. Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
46. 36
kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4) Cairan parenteral. Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5) Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6) Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
47. 37
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
Kalsium.
3. Dehidrasi
a. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan
daripada yang didapatkan sehingga tubuh tidak punya cukup cairan untuk
menjalankan fungsi normalnya
b. Etiologi Dehidrasi
Muntah Diare Hilangnya nafsu makan karena sakit Berkeringat berlebihan
Sakit tenggorokan Tubuh kehilangan air dan garam seperti natrium, kalium,
kalsium bikarbonat dan fosfat
c. Tanda dan Gejala Dehidrasi
1) Dehidrasi Ringan
Jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan muka memerah
rasa sangat haus Kulit kering dn pecah-pecah Volume urine berkurang
dengan warna lebih gelap dari biasanya pusing dan lemah kram otot
terutama pada kaki dan tangan kelenjar air mata berkurang
48. 38
kelembabannya sering mengantuk mulut dan lidah kering dan air liur
berkurang.
2) Dehidrasi sedang
Jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan,tekanan
darah menurun,pingsan,kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut,
punggung, kejang, perut kembung ,gagal jantung,ubun-ubun cekung
denyut nadi cepat dan lemah .
3) Dehidrasi Berat
Jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan,
kesadaran berkurang,tidak buang air kecil, tangan dan kaki menjadi
dingin dan lembab,denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak
teraba, tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur,ujung
kuku, mulut, dab lidah berwarna kebiruan.
d. Klasifikasi Dehidrasi
1) Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit
sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya
tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF.
2) Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi
kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat.
Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC
ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel.
49. 39
3) Dehidrasi Hipertonik Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF
melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun,
mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF
4) Dampak Dehidrasi Bagi Ibu dan Janin
Dehidrasi yang parah bisa menyebabkan kejang-kejang, kerusakan otak,
dan bahkan kematian.
e. Penanganan Dehidrasi
Pada bayi dan anak kecil tidak bisa hanya diberikan air putih
untuk menggantikan cairan yang hilang karena air bisa melarutkan mineral
yang sudah rendah di dalam tubuh,sehingga bisa membuat kondisi dehidrasi
memburuk. Sebagai penggantinya,bisa diberikan jus semangka atau jus
buah yang lain, atau oralit yang bisa dibeli di apotek tanpa resep dari dokter.
Tapi jus sebaiknya dihindari jika dehidrasi tersebut disebabkan oleh diare
akibat konsumsi makanan terkontaminasi. Kebutuhan akan cairan tubuh dari
minuman adalah sekitar 2 liter sehari. Ada beberapa cara mengontrol jumlah
cairan dalam tubuh sekaligus untuk membantu metabolisme tubuh:
Kurangi asupan kafein dan gula dalam minuman Anda. Kafein cenderung
menghalangi manfaat air dan menghilangkan kelembaban dalam tubuh.
Mengonsumsi buah kaya air, seperti semangka yang mengandung 90% air
atau jus tomat yang dapat mendongkrak jumlah cairan tubuh. Selain buah,
mengonsumsi sayuran 3 porsi dalam sehari juga dapat membantu mencegah
dehidrasi.
50. 40
B. Konsep Manajemen Kebidanan
Pengertian manajemen adalah seni melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang-orang. Manajemen sering pulaa diartikan sebagai pengaturan atau
pengelolaan sumber daya yang ada sehingga hasilnya maksimal (Saputra,2014)
1. Pedoman Penerapan
Manajemen kebidanan adalah suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang keara
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Berdasarkan uraian diatas mengenai konsep manajemen secra
umum kita akan mempelajari bagaimana manajemen kebidanan kaitannya
dengan peran dan fungsi seorang bidan terutama sebagai menejer dalam
mengelola kliennya. Bidan didalam prakteknya secra profesional, dituntut
tanggung jawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmia akan dapat
dilakukan bila telah memahami betul teknik-teknik manajemen yang adekuat.
Artinya yang didalam prakteknya yang penuh tanggung jawab itu dilakukan
menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen, yang telah diakui secara
nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah
menggunakan manajemen kebidanan pada kliennya (Saputra,2014)
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ke tujuh langkah terdiri
dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Setiap
langkah, dapat dipecah/dirubah untuk sebagai batas tugas dan kewajiban, dan ini
51. 41
sangat bervariasi sesuai dengan kondisi klien saat itu. Langkah-langkah tersebut
sebagai berikut :
1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Dalam mengumpulkan data subjektif dan data objektif yang perlu dikaji yaitu:
a. Data Subyektif
Identitas ibu dan suami, riwayat kehamilan sekarang meliputi
tanggal hari pertama haid terakhir, gerakan janin, tanda-tanda bahaya atau
penyulit, kekhawatiran-kekhawatiran khusus, keluhan utama, obat yang
dikonsumsi (termasuk jamu), immunisasi toxoid tetanus dan riwayat
kehamilan lalu yang meliputi jumlah kehamilan (gravida), jumlah
persalinan (para), jarak persalinan terakhir, jumlah keguguran (abortus),
jumlah kelahiran prematur, riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca
persalinan, persalinan dengan tindakan, penolong dan tempat persalinan
terakhir, berat badan bayi lahir serta perlunya menanyakan tentang riwayat
reproduksi, riwayat kesehatan, riwayat biopsiko, sosial, ekonomi ibu.
Kemungkinan keluhan utama yang ditemui pada kasus ibu hamil
Hiperemesis Gravidarum Tingkat II. Penderita tampak lebih lemah dan
apatis, mual dan muntah masih terjadi, lidah mengering dan nampak kotor,
penderita merasa kekurangan cairan, merasa pusing dan mata berkunang-
kunang.. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat ditemukan dalam kencing yaitu
menurut Hanifa wiknjosatro (2009).
52. 42
b. Data Obyektif
Pemeriksaan umum pada pasien hiperemesis gravidarum tingkat
II ditemukan gambaran keadaan umum dan kesadaran serta mengukur
tanda-tanda vital tensi turun, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik, tinggi badan, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, berat badan
turun dan LILA. Sedangkan pada pemeriksaan khusus dilakukan
pemeriksaan inspeksi mata pada pasien anemia (konjungtiva pucat dan
sklera ikterus/tidak), muka (edema), leher, payudara, turgor kulit lebih
mengurang serta dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia
kehamilan, luka bekas operasi, dan pemeriksaan ekstremitas atas maupun
bawah, ujung-jung jari tampak pucat. Dilakukan auskultasi untuk
mendengar denyut jantung janin dengan fetoskop dan hasilnya positif.
(Asrinah, 2010).
Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar-dasar yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis
yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah diakui dan telah disahkan
oleh profesi, berhubungan langsung dengan praktik kebidanan, memilki ciri
53. 43
khas kebidanan, didukung oleh klinikal judgenment dalam praktik kebidanan,
dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Menurut Hidayat (2008), diagnosa kehamilan setelah teraba bagian-
bagian janin yaitu gravid para abortus, usia kehamilan, punggung kiri/kanan,
situs memanjang/melintang divergen/konvergen, intrauterin/ekstrauterin,
tunggal/ganda, hidup/mati, keadaan ibu baik/tidak,dan keadaan janin
baik/tidak. Sedangkan diagnosa kehamilan sebelum teraba bagian-bagian
janin yaitu gravida para abortus, usia kehamilan, teraba ballotemen, keadaan
ibu baik/tidak, keadaan janin baik/tidak dengan abortus, kehamilan ektopik
terganggu, molahidatidosa, hipertensi gravidarum dengan masalah sakit
kepala hebat, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, gerakan janin berkurang,
keputihan, hemoroid, konstipasi, sesak napas, nyeri punggung dan varices.
Masalah yang mungkin terjadi pada pasien hiperemesis gravidarum dapat
berupa keluhan utama mual muntah atau keadaan psikologis ibu.
Kata masalah dan diagnosis digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap klien (Asrinah,
2010).
2. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
54. 44
bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman (Asrinah, 2010).
Diagnosa potensial hiperemesis gravidarum tingkat II menurut
Hanifa wiknjosatro (2009) Penderita mengalami mual dan muntah, tampak
lebih lemah dan apatis,torgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan
nampak kotor menandakan mengalami dehidrasi, mata sedikit ikterik dan
konjungtiva pucat.
3. Langkah IV. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Bidan mengidentifikasi atas perluya tindakan segera oleh bidan dan
atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi,
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama perempuan tersebut bersama bidan terus-
menerus (Asrinah, 2010).
Beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi dimana
bidan harus bertindak segera dalam rangka menyelamatkan nyawa ibu atau
janin. Tindakan segera yang dibutuhkan pada pasien hiperemesis gravidarum
tingkat II yaitu lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital dan memperbaiki keadaan umum pasien
dengan pemasangan infus. Beberapa jenis data dapat menunjukkan adanya
situasi yang memerlukan tindakan segera sambil menunggu tindakan dokter.
55. 45
Pada situasi lain yang tidak dalam keadaan emergensi akan tetapi tetap
membutuhkan konsultasi atau kolaborasi dokter.
Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus hiperemesis
gravidarum tingkat II yaitu tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
mencegah masalah potensial seperti terjadi mual dan muntah yang hebat,
dehidrasi, anemia dan nafsu makan membaik.
4. Langkah V. Rencana Asuhan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut,
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien. Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana bersama klien (Asrinah, 2010).
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan
56. 46
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah
makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
a. Obat-obatan. Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6. Keadaan yang lebih berat
diberikan antiemetik seperti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.
Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
b. Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -
28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi psikologik. Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Cairan parenteral. Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
e. Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi
baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
57. 47
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh
karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak
tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
f. Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan.Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
Kalsium.
5. Langkah VI. Implementasi
Pada langkah ini, rencana suhan yang menyeluruh dalam langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
58. 48
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana
(Asrinah, 2010).
6. Langkah VII. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektifitas dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Asrinah, 2010).
Yang harus dievaluasi diantaranya :Keadaan umum ibu,Tanda-tanda
vital ,mual dan muntah,nafsu makan Ibu,Ibu masih mengeluh nyeri ulu
hati,penatalaksanaan obat masih terus dilanjutkan.
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
1. Definisi Dokumentasi
Secara umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan
otentik atau semua surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum (Sudarti, 2010).
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab bidan (Sudarti, 2010).
59. 49
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan) (Sudarti, 2010).
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Metode 4 langkah yang di sebut SOAP ini di hasilkan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode SOAP dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis sebagai catatan
kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan
kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan (Asrinah, 2010).
2. Unsur-unsur Dokumentasi.
Menurut Varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7
langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh bidan
melalui proses berpikir sistematis maka dilakukanlah pendokumentasian
dalam format SOAP, yakni :
S: Subyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamneses,sebagai langkah 1 Varney.
O: Obyektif, menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien melalui anamneses, sebagai langkah 1 Varney.
A : Assesment, menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi diagnosa
atau masalah aktual, antisipasi diagnosa atau masalah potensial dan
perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi
dan rujukan. Menggambarkan langkah 2, 3, dan 4 Varney.
60. 50
P : Planning, menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney
(Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Akbid Paramata, hal. 10).
61. 51
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan manajemen
dan pendokumentasian asuhan kebidanan yang dimulai dari pengumpulan data
dasar, identifikasi diagnosa dan masalah aktual, diagnosa potensial, menilai
perlunya tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, pelaksanaan
asuhan hingga evaluasi keefektifan asuhan kebidanan serta pendokumentasian
yang dilakukan. Penelaahan kasus ini dilakukan sejak pasien masuk di Puskesmas
Dana.
Pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 08.25 WITA, Ny. W di Puskesmas
Dana Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. Ny.“W” karena
terjadi mual muntah yang berlebihan dan terus menerus sejak tanggal 10 Mei
2015 jam 08.25 WITA. Hal ini di curigai terjadi hiperemesis gravidarum tingkat
II, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Manajemen
1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
a. Anamnesa
1) Identitas Istri / Suami
a) Nama : Ny.”W” / Tn.”Z”
b) Umur : 35 tahun / 38 tahun
c) Pendidikan : SI / SI
d) Pekerjaan : IRT / Guru
51
62. 52
e) Agama : Islam / Islam
f) Suku : Muna / Muna
g) Pernikahan Ke- : I / I
h) Lama menikah : ± 11 tahun
i) Alamat : Kel.Dana
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan hamil yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan
tidak pernah keguguran. Hari pertama haid terakhirnya tanggal : 01-
02-2015. Ibu mengatakan usia kehamilannya 14 minggu dan belum
pernah merasakan pergerakan janinnya. Selama hamil mengalami
mual-muntah berlebihan. Ibu mengatakan mual muntah yang
berlebihan dan terus menerus sejak tanggal 10 Mei 2015 jam 08.25
WITA.Berat badan menurun,nyeri ulu hati,dan ibu mengalami
dehidrasi dan anemia.Usaha ibu untuk mengatasi keluhan dengan
datang ke Puskesmas Dana .
3) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya pada tahun 2005, dengan
umur kehamilan 40 minggu 2 hari, jenis persalinan normal, penolong
persalinan bidan, berat badan bayi lahir 3200 gram, jenis kelamin
perempuan, tidak ada komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas.
63. 53
4) Riwayat kesehatan atau penyakit yang diderita sekarang dan lalu
Ibu mengatakan menarche pada usia 15 tahun, dengan siklus haid 28-
29 hari, durasi haid 4-5 hari, perlangsungan normal dan tidak ada
gangguan pada saat haid. tidak pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, diabetes mellitus, malaria, penyakit kelamin/HIV/AIDS,
penyakit ginjal, penyakit asma, TBC, dan hepatitis B. Ibu mengatakan
tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
5) Riwayat Biopsiko, sosial, ekonomi.
a) Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan Nutrisi
Ibu mengatakan memiliki kebiasaan pola makan teratur, jenis
makanan meliputi nasi, ikan, sayur, buah, dan kadang susu,
frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan baik dan minum 7-8
gelas/hari. Selama hamil: nafsu makan berkurang.
b) Kebutuhan eliminasi
(a) Kebiasaan BAK
Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari-hari buang
air kecil dengan frekuensi 5-7 x/hari, berwarna kuning, bau
khas amoniak dan tidak ada gangguan buang air kecil.
Selama hamil, frekuensi buang air kecil meningkat menjadi
8-10 x/hari.
64. 54
(b) Kebiasaan BAB
Ibu mengatakan sebelum hamil kebiasaan sehari-hari buang
air besar dengan frekuensi 1x sehari, berwarna kuning
kecoklatan, konsistensi lunak dan padat dan tidak ada
gangguan. Selama hamil tidak mengalami perubahan.
c) Kebutuhan kebersihan diri (Personal Hygiene)
Ibu mengatakan keramas 2-3x seminggu menggunakan shampo,
menggosok gigi dan mulut 2x sehari menggosok gigi setelah
sarapan dan sebelum tidur menggunakan pasta gigi, mandi 2x
sehari menggunakan sabun mandi, genitalia dibersihkan setiap
kali mandi dan setiap kali selesai buang air besar/buang air
kecil, pakaian diganti setiap kali selesai mandi dan setiap kali
kotor serta kuku tangan dan kaki dipotong setiap kali panjang.
Selama hamil tidak ada perubahan.
d) Kebutuhan aktivitas / istirahat
Ibu mengatakan tidur siang/istrahat siang 2 jam dan tidur
malam/ istrahat malam 8 jam dan selama hamil tidak ada
perubahan. Pekerjaan rumah dikerjakan sendiri. Ibu mengatakan
±3 hari yang lalu mengalami kelelahan karena melakukan
perjalanan jauh.
e) Pola Seksual
Ibu mengatakan 2 kali/minngu melakukan hubungan seksual,ibu
mengatakan dalam pengambilan keputusan dilakukan bersama
65. 55
suami,hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga
sangat baik,ibu mengatakan tidak pernah menjadi akseptor
KB,ibu mengatakan suami yang mencari nafkah untuk keluarga,
ibu bekerja dalam rumah, dan tidak memilki penghasilan
sendiri,penghasilan keluarga ± Rp. 1.000.000,-/bulan.
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum ibu lemah,kesadaran komposmentis,tafsiran persalinan
08-11-2015,berat badan sekarang 57 kg,tinggi badan 160 cm,lingkar
lengan atas (LILA) 24,6 cm,tekanan darah 90 / 70 mmhg,nadi 100 x /
menit,pernapasan 20 x / menit,Suhu 360
C.
2) Pemeriksaan fisik khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskuktasi dan Perkusi)
Wajah tampak pucat, tidak tampak adanya cloasma gravidarum, tidak
ada oedema.Konjungtiva pucat, sklera tampak putih, cekung dan
dalam,TFU 2 Jari diatas simpisis dan tidak ada luka bekas
operasi.Terpasang infus RL pada tangan sebelah kanan ibu dengan 24
tetes/menit, ujung-ujung jari tampak pucat, tidak ada varices, tidak ada
oedema, reflex patella (+) kiri dan kanan.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
(1) Golongan darah : O
(2) Hemoglobin : 8,5 gr/dl
b) Plano Test : (+)
66. 56
Setelah dilakukan pengumpulan data, melalui anamnesa dari beberapa
hal dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka dapat ditegakkan beberapa
diagnosa masalah aktual pada Ny. W, yang selanjutnya dibahas pada langkah II.
2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa
masalah aktual pada Ny.“W” yaitu G1IPIA0, umur kehamilan 14 minggu,
hiperemesis gravidarum tingkat II dengan anemia dan dehidrasi.
a. G1IPIA0
1) Dasar
a) Data subjektif
Ibu mengatakan hamil yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan
tidak pernah keguguran.
b) Data objektif
Tampak linea alba dan striae albikans, tonus otot perut kendur.
Analisis dan interprestasi
Pada kehamilan >1 kali garis dipertengahan perut antara
umbilicus dan pubis berwarna putih disebut linea alba. Pigmentasi
ini terjadi karena peningkatan produksi hormone melanosit oleh
kelenjar hipofisis. Dan otot dinding perut kendur karena terjadi
pembesaran rahim akibat kehamilan sebelumnya sehingga
menimbulkan peregangan pada otot dinding perut dan
menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit (Sarwono,
2010).
67. 57
b. 14 minggu
1) Dasar
a) Data subjektif
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 01-02-2015,
usia kehamilannya ± 3 bulan.
b) Data objektif
Tafsiran persalinan tanggal: 08-11-2015,tanggal pengkajian
10-02-2015,pada pengukuran TFU = dua jari di atas simfisis.
2) Analisis dan interprestasi
Rumus naegle terutama untuk menentukan hari perkiraan
lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini
terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi
terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur
kehamilan berlangsung selama 288 hari. Penggunaan rumus ini adalah
dengan menambahkan 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir,
kemudian mengurangi bulan dengan 3 dan menambahkan 1 pada
tahunnya (Astuti, 2012).
Sedangkan menurut Saifudin (2008), Ukuran tinggi fundus
uteri berdasarkan usia kehamilan yaitu pada usia kehamilan 14
minggu , tinggi fundus uteri berada dua jari di atas simfisis pubis dan
umbilicus dan pada usia kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri
berada pada umbilicus, atau ±2 cm dari usia kehamilan dalam hitungan
minggu.
68. 58
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
1) Dasar
a) Data subjektif
Ibu mengatakan setiap makan dan minum dimuntahkan kembali
sejak tanggal 10 Mei 2015 jam 08.25 WITA.
b) Data objektif
Ibu tampak pucat,tekanan darah : 90/70 mmHg,nadi 100
x/menit,suhu 36ºC,pernapasan 20 x/menit,ibu tampak lebih lemas
dan pucat, mata cekung, konjungtiva pucat, sclera ikterus, berat
badan menurun.
2) Analisis dan interprestasi
Pada kehamilan muda dengan umur kehamilan 14 minggu
ibu mengalami mual dan muntah disebut hiperemesis gravidarum pada
kehamilan dengan kelainan seperti ini sangat mempengaruhi keadaan
janin, serta akan menghambat pertumbuhan janin yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan ibu dan janin (Obstetri,
2010).
d. Mual dan muntah
1) Dasar
a) Data subjektif
Ibu mengatakan mual muntah yang berlebihan dan terus menerus
sejak tanggal 10 Mei 2015 jam 08.25 WITA, makanan yang
dimakan dan diminum dimuntahkan kembali.
69. 59
b) Data objektif
Ibu tampak pucat dan lemah.
2) Analisis dan interprestasi
Hiperemis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Biasanya terjadi
pada kehamilan trimester I. Gejala tersebut kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu (Marmi, 2011).
Berdasarkan diagnosa masalah aktual yang diidentifikasi pada langkah
II, jika Ny. W mendapatkan penanganan secara tepat, maka keadaan yang
dialami tidak akan berlanjut pada masalah baru yang lebih berat yang
seharusnya tidak terjadi, untuk selanjutnya akan dibahas pada langkah III.
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Berdasarkan identifikasi diagnosa masalah aktual di atas, jika ibu
tidak mendapatkan penanganan secara tepat, maka kondisi ibu bisa berlanjut
pada terjadinya dehidrasi .
a. Dehidrasi
1) Dasar
a) Data subyektif
Ibu mengatakan setiap kali makan dan minum dimuntahkan
kembali sejak tanggal 10 Mei 2015 jam 08.25 WITA.
70. 60
b) Data obyektif
Ibu tampak pucat,merasakan kekurangan cairan,tekanan darah :
90/70 mmHg,nadi 100 x/menit,suhu 36ºC,pernapasan 20
x/menit,bibir tampak kering dan pecah-pecah,lidah kering dan
kotor,nafas berbau aseton.
2) Analisis dan Interpretasi
Pada kehamilan muda dengan umur kehamilan 14 minggu ibu
mengalami mual dan muntah disebut hiperemesis gravidarum pada
kehamilan dengan kelainan seperti ini sangat mempengaruhi keadaan
janin, serta akan menghambat pertumbuhan janin yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan ibu dan janin (Obstetri,
2010).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, untuk mencegah
kemungkinan terjadinya masalah baru yang lebih berat, yang dapat terjadi pada
Ny. W , maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai perlunya tindakan segera,
kolaborasi dan konsultasi, yang selanjutnya dibahas pada langkah IV.
4. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
Segera melakukan pemasangan infus, berkonsultasi dan berkolaborasi
dengan dokter tentang pemberian cairan dan obat-obatan.
Setelah dilakukan langkah-langkah sebelumnya, maka diperlukan
penanganan atau penatalaksanaan terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi terhadap Ny.”W”, yang selanjutnya dibahas
pada langkah V.
71. 61
5. Langkah V : Rencana Asuhan
Rencana asuhan yang akan dilakukan pada kasus Ny. W, ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II, ditujukan untuk mencapai tujuan
dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh Ny. W, hal ini
dipaparkan lebih jelas dalam uraian berikut :
a. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya asuhan kebidanan pada Ny. W, ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II yaitu :
1) Keadaan umum ibu baik.
2) Hiperemesis gravidarum tingkat II dapat teratasi.
3) Tidak terjadi dehidrasi dan anemia.
b. Kriteria keberhasilan
Kriteria keberhasilan yang menjadi patokan untuk menilai berhasil atau
tidaknya asuhan kebidanan yang diberikan, pada Ny.W, ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II yaitu :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 100/70
mmHg-120/90 mmHg,nadi 60-100 x/menit,pernapasan 16-24
x/menit,suhu 36,5-37,5 ˚C,
2) Mual dan muntah teratasi.
3) Nafsu makan baik dan kebutuhan cairan terpenuhi dan HB 12 gr/dl
72. 62
c. Rencana Asuhan
Rencana asuhan yang akan diberikan pada kasus Ny. W, ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum tingkat II, dibagi dalam empat rencana asuhan,
untuk lebih jelasnya lihat uraian berikut :
a) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : Agar ibu mengerti dengan keadaannya dan merupakan
tujuan utama dari pelayanan antenatal yang
berkualitas.
b) Jelaskan pada ibu tindakan yang akan diberikan.
Rasional : Menjelaskan tindakan yang akan diberikan pada ibu
berdasarkan hasil pemeriksaan.
c) Lakukan pemasangan infus RL dan Dextrose 5% dengan
perbandingan 2 : 1.
Rasional : Pemberian cairan RL dan Dextrose 5% dapat mengganti
cairan dan elektrolit yang keluar melalui muntah
karena RL mengandung natrium laktat 3,10 gram,
natrium klorida 6,00 gram, kalium klorida 0,30 gram,
kalsium klorida 0,20 gram dan air untuk injeksi 1000
ml, sedangkan dextrose 5% mengandung glukosa 50
gram
73. 63
d) Anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering dan istirahat total.
Rasional : Pengaturan makanan secara hati-hati dan ketat dapat
mengurangi mual dan muntah serta istirahat total bertujuan untuk
mengoptimalkan kondisi tubuh ibu.
e) Terapi yang diberikan kepada ibu yaitu:
Injeksi neorobion 1 amp / 24 Jam IV, ranitidin 1 amp/ 8
jam,sotatik/ cloroploramid 1 ampul/ 8 jam,vitamin B1 dan B6 1
tablet 3x1,antasida syrup 1 sendok makan ,felamil genio 1x1.
Rasional : Injeksi neorobion mengandung vitamin B1 yang
berperan sebagai koenzim pada dekarbosesilasi, asam keto yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat vitamin B6 di dalam
tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat
yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam amino
vitamin B12
f) Hindarkan ibu dari makanan dan minuman yang dapat merangsang
mual dan muntah.
Rasional :Dapat mengurangi rangsangan terhadap mual dan
muntah.
g) Sarankan untuk melibatkan orang terdekat dengan ibu selama
perawatan.
Rasional :Ibu akan merasa lebih aman bila berada
didekat/disamping orang terdekat sehingga mengurangi
kecemasan.
74. 64
1) Hiperemesis gravidarum tingkat II
a) Jelaskan pada ibu penyebab mual dan muntah yang dialaminya.
Rasional : Agar ibu dapat mengerti sumber dari mual dan
muntahyang dialaminya.
b) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan diantaranya
Sakit kepala yang menetap,oedema pada wajah dan
tungkai,penglihatan kabur,mual dan muntah yang
berlebihan,pergerakan janin yang berkurang,nyeri perut yang hebat
keluarnyadarah atau cairan dari jalan lahir,demam dan kejang.
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan bahaya dalam
kehamilan dan ibu dapat segera ke tempat pelayanan
kesehatan apabila terjadi salah satu diantara 9 tanda
bahaya tersebut.
c) Melakukan pemantauan mual dan muntah mengenai frekuensi,
jumlah dan warnanya.
Rasional : Berkurangnya frekuensi, jumlah muntah menandakan
kemajuan kondisi ibu yang menggambarkan reaksi
positif terhadap perawatan dan pengobatan yang
diberikan.
d) Memberikan informasi pada ibu tentang pemeriksaan selanjutnya.
Rasional : Dengan memberikan informasi kepada ibu, sehingga
ibu mengetahui kapan akan dilaksanakan pemeriksaan
selanjutnya.
75. 65
2) Edukasi
a) Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kalori,
tinggi protein serta yang banyak mengandung zat besi.
Rasional : Mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi
protein dianjurkan agar kebutuhan protein dan kalori
dibutuhkan tubuh dapat tercukupi, mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan, serta meningkatkan
daya tahan tubuh ibu, dan meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah.
b) Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya,
terutama pada daerah genitalianya.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi terutama pada
daerah genitalia.
c) Berikan support mental kepada ibu.
Rasional : Agar ibu bisa menerima keadaanya sekarang dengan
ikhlas.
Untuk mengembalikan keadaan umum ibu ke keadaan normal (pulih),
maka perlu dilaksanakanya asuhan yang telah tercantum dalam rencana
asuhan dengan efisien dan aman. Adapun pelaksanaan dan hasil dari
pelaksanaan asuhannya akan dibahas pada langkah VI.
6. Langkah VI : Implementasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pada kasus Ny. W, ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum tingkat II, dibagi dalam empat kategori
76. 66
asuhan kebidanan, berdasarkan masalah yang dialami oleh Ny. W, untuk lebih
jelasnya lihat uraian berikut :
1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu mengetahui keadaannya sekarang dan menanyakan kapan
mendapatkan penanganan.
2) Menjelaskan pada ibu tindakan yang akan diberikan.
Hasil : Ibu telah mengetahui tindakan yang akan diberikan.
3) Melakukan pemasangan infus RL dan Dextrose 5% dengan
perbandingan 2 : 1 pada jam 09.00 WITA.
Hasil : Telah dipasang infus RL dan Dextrose 5%.
4) Anjurkan ibu untuk makan sedikit tapi sering dan istirahat total.
Hasil : Ibu makan sedikit tapi sering dan berbaring di tempat tidur tanpa
melakukan aktifitas.
5) Menghindarkan ibu dari makanan dan minuman yang dapat
merangsang mual dan muntah.
Hasil : Ibu tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat
merangsang mual dan muntah.
6) Menyarankan untuk melibatkan orang terdekat dengan ibu selama
perawatan.
Hasil : Ibu ditemani oleh suami dan saudaranya.
a. Hiperemesis gravidarum tingkat II
1) Menjelaskan pada ibu penyebab mual dan muntah yang dialaminya.
Hasil : Ibu mengetahui penyebab mual dan muntah yang dialaminya.
77. 67
2) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan diantaranya :
Sakit kepala menetap,oedema pada wajah dan tungkai,penglihatan
kabur,mual dan muntah yang berlebihan,pergerakan janin yang
berkurang,nyeri perut yang hebat,keluarnya darah atau cairan dari jalan
lahir,demam dan kejang.
Hasil : Ibu dapat mengetahui tanda dan bahaya dalam kehamilan dan
ibu dapat segera ke tempat pelayanan kesehatan apabila terjadi
salah satu diantara 9 tanda bahaya tersebut.
3) Melakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Hasil : Dengan memantau keadaan umum, tanda-tanda vital dan
perdarahan, maka akan diketahui apakah keadaan umum ibu
baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal.
4) Melakukan pemantauan mual dan muntah mengenai frekuensi, jumlah
dan warnanya.
Hasil : Berkurangnya frekuensi, jumlah muntah menandakan kemajuan
kondisi ibu yang menggambarkan reaksi positif terhadap
perawatan dan pengobatan yang diberikan.
5) Memberikan informasi pada ibu tentang pemeriksaan selanjutnya.
Hasil : ibu mengetahui kapan akan dilaksanakan pemeriksaan
selanjutnya.
b. Edukasi
1) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kalori,
tinggi protein seperti telur, tempe, kacang-kacangan, serta yang banyak
78. 68
mengandung zat besi seperti sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-
buahan dan susu.
Hasil : Jam 12.30 WITA, ibu makan nasi, telur, sayur kangkung serta
minum susu.
2) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya,
terutama pada daerah genitalianya.
Hasil : Ibu mengganti pakaian dan sarungnya, setiap kali lembab dan
merasa tidak nyaman.
3) Memberikan support mental kepada ibu.
Hasil : Ibu dapat menerima keadaan yang dialaminya sekarang.
Setelah dilaksanakannya asuhan sebagaimana yang telah di rencanakan,
untuk mengetahui berhasil dan tidaknya asuhan yang dilakukan maka perlu
dilakukan evaluasi, yang akan dibahas pada langkah VII.
7. Langkah VII : Evaluasi
Hasil evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. W, ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat II yaitu, sebagai berikut :
Tanggal 10 Mei 2015 Jam : 09.00-11.15 WITA
a. Keadaan umum ibu baik ditandai dengan Tekanan darah 100/70
mmHg,Nadi 80 x/menit,Suhu 36,5ºC, dan pernapasan 20 x/menit.
b. Hiperemesis gravidarum tingkat dua dapat teratasi ditandai dengan mual
dan muntah berkurang,nafsu makan bertambah,tidak nyeri ulu hati.
c. Tidak terjadi dehidrasi ditandai dengan kebutuhan cairan terpenuhi yaitu
ibu minum air putih 7-8 gelas.
79. 69
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney pada
Ny. W, ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, maka penulis akan merangkum
manajemen tersebut dalam 4 langkah pendokumentasian, yang dikenal dengan
SOAP, untuk lebih jelasnya lihat uraian berikut :
1. Data Subyektif (S)
Ibu mengatakan setiap makan dan minum dimuntahkan kembali adan terus
menerus tidak henti-henti sejak tanggal 10 Mei 2015 jam 08.25 WITA,
muntah yang .
hamil yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan tidak pernah
keguguran,hari pertama haid terakhirnya tanggal 01-02-2015.
2. Data Obyektif (O)
Keadaan umum ibu lemah, kesadaran menurun, tekanan darah 90/70 mmhg,
nadi 100 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 360
C. Wajah tampak pucat,
konjungtiva pucat. Pada abdomen pembesaran perut sesuai umur kehamilan,
TFU dua jari di atas simfisis. Terpasang infus RL 24 tetes/menit pada lengan
kanan ibu, ujung-ujung jari tangan dan kaki tampak pucat.
3. Assesment (A)
1. Setelah dilakukan pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah
aktual pada Ny.“W” yaitu, G1IPIA0, umur kehamilan 14 minggu,
hiperemesis gravidarum tingkat II. Potensial terjadinya dehidrasi . Untuk
mencegah terjadinya masalah potensial maka berkolaborasi dengan dokter
tentang pemberian obat-obatan.
80. 70
Planning (P)
Asuhan kebidanan yang diberikan pada kasus Ny. W, ibu hamil
dengan hiperemesisgravidarum tingkat II, dibagi dalam empat kategori asuhan
kebidanan, berdasarkan masalah yang dialami oleh Ny. W, untuk lebih
jelasnya lihat uraian berikut :
Tanggal 10 Mei 2015 Jam : 09.00-11.15 WITA
1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu mengetahui keadaannya sekarang dan menanyakan kapan
mendapatkan penanganan.
2) Melakukan pemasangan cairan infus RL 500 cc
Hasil : Ibu bersedia.
3) Memberikan injeksi ranitidin 1 amp / 8 jam
Hasil: Injeksi telah dilakukan
4) Memberikan injeksi sotatik/ cloroploramid 1 ampul/ infus 500 cc selama 8
jam.
Hasil : Ibu bersedia.
4) Memberikan Dextrose 5% sebagai pengganti RL. Banyaknya Dextrose
dan RL yang digunakan adalah 5 botol dengan perbandingan 2 : 1.
Hasil : Ibu bersedia.
5) Memberikan cairan infus RL 500 cc diinjeksikan sotatik selama 8 jam.
Hasil : Ibu bersedia diganti cairannya.