Dokumen tersebut merangkum sumber-sumber hukum Islam (mashadirul ahkam) yang terdiri dari naqli (Al-Quran dan hadis) dan aqli (ijma, qiyas, marsalah mursalah, istihsan, istishab, madzhab shahabi, dan sar'u man qablana) beserta penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum tersebut."
3. Alqur’an
o Kalam Allah yang diturunkan dengan perantara
Malaikat Jibril kedalam hati Rasulullah dengan lafadz
bahasa Arab dan dengan makna yang benar, agar
menjadi hujjah sebagai Rasulullah.
• Mempunyai unsur pokok: Al-Qur’an sebagai
wahyu Allah SWT, Al-Qur’an berbahasa Arab,
Al-Qur’an sebagai hujjah bagi Rasulullah SAW,
Al-Qur’an sebagai undang-undang, Al-Qur’an
sebagai ibadah bagi yang membacanya.
4. Hadist/Sunnah
• Hadis berupa wahyu yang maknanya dari Allah
SWT, dan lafalnya dari Nabi Muhammad saw.
• Dapat berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir
Nabi Muhammad.
• Dibagi tiga bagian, yaitu hadis mutawatir,
masyhur dan ahad.
• Dalam menetapkan antara Al-Qur’an dengan
hadis saling berhubungan. Al-Qur’an tanpa hadis
hukumnya sulit untuk dijalankan, karena ia
merupakan perundang-undangan yang lengkap
dan bersifat global dan perlu dalil tafsil
5. Ijma’
• adalah kesepakatan semua mujtahid muslim pada
suatu masa setelah wafatnya Rasulullah saw. atas
suatu hukum syara’ mengenai suatu kejadian.
• Menurut jumhur ulama “bahwa ijma’ itu
mungkin terjadi menurut adat kebiasaan”.
• obyek ijma’: suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak ada hukumnya dalam Al-Qur’an dan hadis
6. Qiyas
• Etimologi: mengukur suatu atas sesuatu yang
lain, dan kemudian menyamakan antara
keduanya.
• Terminologi: Menurut ulama Ushul Fiqh,
adalah mempersamakan suatu, suatu
peristiwa yang tidak ada nashnya dengan
sesuatu peristiwa yang sudah ada nashnya
lantaran ada persamaan illat nya (motif
hukum) dari kedua peristiwa itu.
7. • Jumhur ulama Berpendapat bahwa Qiyas
adalah hujjah Syari’yyah terhadap - Syara’,
tentang tindakan manusia (Q.S. An-Nisa : 59)
• Rukun: Al-Ashl, Al-far’u, Al-illat, Hukmu’l-Ashl
• Syarat: Ashal dan Fara`, Ashal, ‘Illat
8. contoh
• “Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu "
• Dalam ayat tersebut ada ‘illat memabukkan.
Oleh karena itu, setiap minum yang terdapat
‘illat memabukkannya sama dengan khamar,
dan haram meminumnya.
9. Marsalah Mursalah
• Ialah maslahah yang tidak
disyari’atkan hukum oleh syari’at
untuk mewujudkannya dan tidak
ada dalil syara` yang
menganggapnya atau
mengabaikannya”
• Mashlahah al-Mursalah
• Mashlahah al-Mulghah
• Mashlahah al-Mu'tabarah,
Macam-
macam
10. Syarat
penggunaan
• Mashlahat itu harus jelas dan pasti bukan hanya
berdasarkan kepada prasangka;
• Mashlahat itu bersifat umum, bukan untk
kepentingan pribadi;
• hukum yang ditetapkan berdasarkan mashlahat itu
tidak bertentangan dengan hukum atau prinsip yang
telah ditetapkan oleh nash atau ijma’;
• Mashalih Mursalah hanya berlaku dalam masalah
mu’amalah dan adat kebiasaan, bukan pada bidang
ibadah.
11. Istihsan
• menurut bahasa artinya “menganggap sesuatu
itu baik”
• menurut istilah ulama ushul fiqih adalah “Istihsan
ialah berpindahnya seseorang mujtahid dari
hukum yang dihendaki oleh qiyas jally (terang)
kepada hukum yang dikehendaki oleh qiyas khafy
(samar),atau dari hukum kully (meliputi) kepada
hukum yang bersifat pengecualian karena dalil
yang dhahir pada akalnya yang menguatkan
perpindahan ini”.
12. Kedudukan Istihsan
istihsan ini fungsinya hanya untuk menguatkan
qiyas khafi pengecualian sebagian dari hukum
kully dengan dalil. Karena itu istihsan bukan
sebagai sumber hukum.
13. Contohnya..
Wanita yang sedang haid boleh membaca qur’an demi
kebaikan (istihsan) sebab wanita yang haid berbeda dengan
junub,kalau haid waktunya lama sedang junub waktunya
pendek,berarti wanita yang sedang haid tidak akan
mendapat pahala ibadah apa-apa selama haid yang lama
itu,sedangkan orang laki-laki dapat beribadah untuk
mendapatkan pahala setiap saat,maka untuk menyamai
kaum laki-laki ia (kaum perempuan yang sedang haid)
diperolehkan membaca qur’an.Tetapi kalau haid diqiyaskan
kepada junub,maka membaca qur’an menjadi tidak
boleh,sebab illat kedua-duanya sama tidak suci. Jadi yang
junub haram membaca qur’an karena tidak suci demikian
pula wanita yang sedang haid. Begitulah menurut pendapat
ulama madzhab hanafiah.
14. Istishab
• menurut bahasa yaitu pelajaran yang terambil
dari sahabat Nabi Muhammad SAW.
• Istilah: Asyaukani menta’rifkan Istishab
dengan: “Tetapnya sesuatu hukum selama
tidak ada yang mengubahnya.”
• pada hakekatnya adalah menguatkan atau
menyatakan tetapnya hukum yang telah
berlaku, karena tidak adanya dalil atau hukum
yang merubahnya.
15. • Apabila telah jelas adanya pemilikan terhadap
sesuatu harta karena adanya bukti terjadinya
pemilikan seperti karena membeli, warisan,
hibah atau wasiat, maka pemilikan tadi terus
berlangsung sehingga ada bukti-bukti lain
yang menunjukkan perpindahan pemilikan
pada orang lain.
contoh
16. Pembagian
• Istishab berdasarkan akal -> Segala sesuatu
yang ada di muka bumi dipergunakan manusia
• Istishab berdasarkan syara’ -> Suatu peristiwa
atau kejadian yang ditetapkan oleh syara’
berdasarkan dalil dan tidak ada hukum yang
merubahnya
17. Madzhab Shahabi
• madzhab shahabi adalah pendapat sahabat
dalam masalah ijtihadiyah.
• Kedudukan: Perkataaan sahabat yang bukan
berdasarkan akal semata, Perkataan sahabat
yang tidak mendapatkan reaksi dari sahabat
lain, Perkataan sahabat yang berdasarkan akal
dan para sahabat tidak satu pendirian
18. Sar’u man Qablana
• ialah hukum-hukum yang telah disyariatkan untuk
umat sebelum Islam yang dibawa oleh para nabi
dan Rasul terdahulu dan menjadi beban hukum
untuk diikuti oleh umat sebelum adanya syariat
Nabi Muhammad.
• yang disebut syariat sebelum kita adalah hukum-
hukum yang berlaku untuk umat sebelum datang
risalah Nabi Muhammad SAW sejauh yang dapat
dibaca dalam Alqur’an atau dinukilkan oleh Nabi
Muhammad SAW ex: syari’at Nabi Musa
as.diperuntukkan kepada bangsa Israil,
19. Berlakunya memperhatikan hal
berikut:
• Pertama, hukum-hukum syara’ yang ditetapkan
bagi umat sebelum kita tidaklah dianggap ada
tanpa melalui sumber-sumber hukum Islam
• segala sesuatu hukum yang dihapuskan dengan
syari’ah Islamiyah, otomatis hukum tersebut
tidak berlaku bagi kita
• segala yang ditetapkan dengan nash, nash yang
dihargai oleh Islam seperti juga ditetapkan oleh
agama-agama samawi yang telah lalu, tetap
berlaku bagi umat Islam