SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN PEMPROGRAMAN DASAR BUBUT
CNC PESERTA DIDIK KELAS XI TP 3
SMK TUJUH LIMA 1 PURWOKERTO
Disusun oleh: MASKHUN SOFWAN
20030283210567
PROGRAM PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
2
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajan pada kurikulum 2013 yang mengacu pada pembelajaran
abad 21 menekankan peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir
kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan dalam
pembelajaran yang melibatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut . ketrampilan
pemprograman dasar CNC bubut dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan
peserta didik aktif dalam belajar menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya
sendiri.
Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang ada di SMK Tujuh Lima 1
Purwokerto masih banyak menggunakan teacher centre sehingga peserta didik hanya
menangkap informasi dari apa yang disampaikan guru melalui buku atau media
pembelajaran yang digunakan yang cenderung masih satu arah sehingga menyebabkan
ketrampilan proses sains rendah. Melalui pengamatan awal peserta didik di kelas XI, pada
proses pembelajaran hanya 30 % peserta didik mengajukan pertanyaan, kurang tepat
dalam mengajukan pendapat, kurang terampil dalam pengamatan dan masih banyak yang
tidak sesuai, bingung ketika diminta untuk merumuskan hipotesis berdasarkan hasil
pengamatan, serta kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil
percobaan yang mereka peroleh. Selain itu, peserta didik kurang inisiatif dalam
memecahkan suatu permasalahan dengan pengetahuan yang dimiliki, mengungkapkan
pendapat atau pemahaman hanya dari sumber buku atau guru serta masih bingung untuk
menemukan konsep.
Oleh karena itu perlu adanya suatu model, metode, atau media pada proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut. Salah
satu model dalam pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan ketrampilan
pemprograman dasar CNC bubut peserta didik adalah model pembelajaran penemuan
(discovery learning). Model pembelajaran penemuan atau discovery learning
memberikan kesempatan lebih kepada peserta didik untuk menjadi seorang peneliti melalui
tahapan-tahapan penyelidikan ilmiah yang sistematis. Melaui kegiatan tersebut diharapkan
peserta didik akan menguasai ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut.
Model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan
ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut pada pembelajaran pemprograman dasar
bubut CNC. Model pembelajaran Discovery Learning dapat dikembangkan pada materi di
mata pelajaran Teknik Pemesianan NC/CNC dan CAM. Pada setiap langkah model
pembelajaran Discovery Learning menggunakan ketrampilan pemprograman dasar CNC
3
bubut dimulai dari keterampilan mengamati hingga keterampilan untuk menarik sebuah
kesimpulan sehingga diharapkan menjadi model pembelajaran yang dapat meningkatakan
ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3 di SMK Tujuh
Lima 1 Purwokerto.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran masih dilakukan satu satu arah yaitu teacher center
(konvensional).
2. ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik selama proses pembelajaran
Teknik pemesinan CNC masih rendah.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektifitas penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3
pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM kelas
XI TP 3 berdasarkan kasus di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan instrumen asesmen berbasis ketrampilan pemprograman
dasar CNC bubut yang dapat bermanfaat bagi:
1. Peserta didik
Penggunaan model pembelajaran Discovey Learning bagi peserta didik dapat meningkatkan
ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut dan memberikan pengalaman baru bagi
peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menumbuhkan ketertarikan
peserta didik pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM.
2. Bagi Guru
Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai usaha untuk
meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut.
3. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM di sekolah.
3
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran CNC
Pembelajaran CNC di sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses
pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting
sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar peserta
didik, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang
tepat dan serasi bagi peserta didik (Oemar Hamalik, 2010). Teknik Pemesinan NC/CNC dan
CAM sebagai ilmu pemprograman dimana untuk menjalankan mesin yang dikontrol dengan
computer menggunakan bahasa numeric, mesin ini digunakan pada saat sekarang ini sesuai
dengan tuntutan dunia industri 4.0 yang meminimalkan kerja manusia.
B. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model Pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang menekankan pada peserta didik untuk menemukan konsep atau prinsip dari pemikiran
peserta didik sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Model pembelajaran ini memiliki sintak dalam
pelaksanaannya. Sintak model pembelajaran Discovery Learning antara lain, Stimulation
(stimulasi atau pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan atau identifikasi
masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data),
Generalization(menarik kesimpulan atau generalisasi). Adapun uraian sintak dari model
pembelajaran Discovery Learning menurut Hosnan (2014) sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan)
Dalam tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu bahan atau objek yang
menimbulkan pertanyaan, kemudian peserta didik diminta untuk mengamati agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan dengan
mengajukan pertanyaan, mengaitkan dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya,
anjuran membaca buku atau mencari referensi, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan atau objek.
4
5
2. Problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah)
Setelah disajikan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan
pada peserta didik atau mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
3. Data collection (pengumpulan data)
Pengumpulan data peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan pada saat
kegiatan eksplorasi berlangsung untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada
tahap ini, berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis.
4. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasiyang telah diperoleh para
peserta didik baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Selanjutnya ditafsirkan,
dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan padatingkat kepercayaan tertentu. Data processing
disebut juga dengan pengkodean (coding)/ kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi.
5. Verification (pembuktian)
Tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis-hipotesis yang di tetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu
itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak
6. Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan menghasilkan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan
peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atau makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman pengalaman itu.
C. Dasar-Dasar Pemprograman
Untuk sistem CNC dapat dibagi ke dalam dua macam pemprograman, yakni
inkremental dan absolut. Dalam penerapannya, kedua sistem ini dapat dikombinasikan,
satu dengan lainnya. Sistem inkremental adalah sistem di mana titik referensi terhadap
6
instruksi berikutnya adalah dari titik akhir operasi terdahulu. Setiap bagian data
dimensional diaplikasikan terhadap sistem sebagai jarak inkremen, diukur dari titik
terdahulu pada sumbu gerak yang aktif. Sebagai suatu contoh, perhatikan Gambar 5.1 di
bawah, di mana sebanyak lima buah lubang akan digurdi/dibor. Jarak dari titik nol ke
masing masing lubang ditunjukkan pada gambar. Jarak antara titik-titik tersebut dihitung,
dan perintah posisi sumbu X diberikan sebagai berikut:
0 1: X +500
1 2: X +200
2 3: X +600
3 4: X -300
5 6: X -700
6 0: X -300
Y
5 4
2
3
0 1 X
300
500
700
1000
1300
Gambar 5.1 Komponen untuk digurdi/bor
Apabila program dalam inkremental, maka metoda pemprograman dan peralatan
umpan balik adalah dalam bentuk inkremental. Jenis peralatan umpan balik adalah
berupa rotary encoder yang menyediakan suatu rangkaian pulsa, di mana setiap pulsa
menunjukkan 1 BLU.
Jadi dapat disimpulkan bahwa titik awal pada sistem inkremental selalu berpindah dengan
berpedoman kepada “titik akhir lintasan akan menjadi titik awal lintasan berikutnya”.
Sistem CNC absolut adalah sistem di mana semua perintah gerakan di dasarkan pada satu
titik referensi, di mana titik awalnya disebut dengan titik nol (datum point). Perintah posisi
diberikan sebagai jarak absolut dari titik nol tersebut. Titik nol dapat ditetapkan sebagai
suatu titik di luar benda kerja atau pada sudut benda kerja. Apabila sebuah alat bantu
pemasangan digunakan, maka akan lebih tepat untuk menetapkan suatu titik pada alat
7
bantu tersebut sebagai titik nol. Dalam contoh dari Gambar 5.1 di atas, dimensi X dalam
program bagian ditulis sebagai:
0 1: X +500
1 2: X +700
2 3: X +1300
3 4: X +1000
5 6: X +300
6 0: X 0
Untuk lebih memperjelas perbedaan antara sistem inkremental dengan sistem absolut,
perhatikan juga Gambar 5.2 di bawah:
D (-4,
6)
+Y A (6,5)
-X +X
O
(0;0)
C (-6,-5)
B (7,-
4)
-Y
Gambar 5.2 Koordinat lintasan alat potong
8
Lintasan
0  A
X
600
Y
500
A  B 700 -400
B  C -600 -500
C  D -400 600
D  0 0 0
Inkremental: Absolut:
Lintasan X Y
0 A 600 500
A B 100 -900
B C -1300 -100
C D 200 1100
D 0 400 -600
Titik nol bisa ditempatkan mengambang atau tetap. Titik nol mengambang akan
memberikan kesempatan kepada operator, melalui penekanan tombol, memilih dengan
bebas sembarang titik di dalam batas meja mesin perkakas sebagai titik referensi nol.
Unit kontrol tidak akan menyimpan informasi lainnya pada lokasi selain titik nol
terdahulu. Titik nol mengambang mengizinkan operator untuk menempatkan dengan cepat
alat bantu di mana saja pada meja mesin CNC.
Suatu fakta menunjukkan bahwa sistem absolut dapat dibagi ke dalam sistem
absolut murni dan pemprograman absolut. Absolut murni adalah suatu sistem di mana
dimensi terprogram dan sinyal umpan-balik menunjuk pada satu titik tunggal. Itu sebabnya
diperlukan peralatan umpan-balik yang akan menghasilkan informasi posisi dalam bentuk
absolut, misalnya, multichannel digital encoder. Karena alat ini mahal, maka sistem
absolut murni hanya digunakan secara utama untuk meja putar yang membutuhkan kontrol
posisi presisi. Kebanyakan sistem absolut tidak dilengkapi dengan alat umpan-balik
absolut tetapi dengan suatu alat ukur inkremental, seperti suatu encoder inkremental, yang
diinterfiskan dengan suatu counter pulsa yang menye-diakan posisi absolut dalam BLU
yang menunjukkan sistem pemprograman absolut NC, di mana semua dimensi terprogram
menunjuk pada suatu titik awal tunggal.
Keuntungan yang paling signifikan dari sistem absolut terhadap sistem inkremental
adalah dalam hal terjadinya gangguan yang memaksa operator untuk menghentikan mesin,
misalnya gangguan karena alat potong patah. Dalam hal terjadi gangguan, meja mesin
harus digerakkan secara manual, lalu mengganti alat-potong, kemudian menyetel alat-
potong, mengembalikan nomor blok program aktif ke blok terjadinya gangguan,
mengembalikan alat- potong ke posisi terjadinya gangguan, baru mengaktifkan mesin.
Dengan sistem absolut, alat potong akan kembali secara otomatis ke posisi terjadinya
gangguan, karena alat-potong akan bergerak sesuai dengan koordinat absolut yang
diaktifkan, dan melanjutkan proses pemesinan mulai dari titik yang diinginkan. Sementara
dengan sistem inkremental, sulit menempatkannya kembali secara presisi ke tempat
9
terjadinya gangguan. Oleh karena itu, dengan sistem inkremental, setiap kali operasi
pemesinan terganggu, operator harus selalu memulainya dari awal sekali.
Keuntungan lainnya dari sistem absolut adalah kemungkinan penggantian data
terprogram dengan mudah, kapan saja dikehendaki. Karena jarak berpedoman pada suatu
titik referensi, maka modifikasi atau penambahan instruksi posisi tidak akan
mempengaruhi program komponen lainnya. Sementara dengan sistem inkremental,
komponen harus diprogram kembali mulai dari program yang dimodipikasi atau yang
ditambahkan.
Namun demikian, sistem inkrementalpun mempunyai keuntungan dibandingkan dengan
sistem absolut, yakni:
1). Jika pemprograman manual digunakan, dengan sistem inkremental, pemeriksaan
program sebelum diketikkan ke pita berlubang lebih mudah. Oleh karena titik akhir,
ketika pemesinan komponen, sama dengan titik awal, jumlah semua perintah posisi
(terpisah untuk setiap sumbu) harus sama dengan nol. Misalnya, jumlah inkremen
posisi yang diberikan pada Gambar 5.3 adalah nol. Jumlah yang tidak nol
menunjukkan adanya kesalahan. Pemeriksaan seperti itu tidak mungkin dapat
dilakukan pada sistem absolut.
2). Performan sistem inkremental dapat diperiksa dengan pita loop-tertutup.
Ini merupakan diagnosa pita berlubang yang menguji beberapa operasi dan performan
mesin. Perintah posisi terakhir pada pita akan meng- akibatkan meja kembali ke
posisi awal. Kembalinya meja ke posisi awalnya merupakan pengujian yang cukup
untuk operasi perlengkapan yang normal. Pengujian ini diadakan paling tidak sekali
sehari. Pengujian yang sama tidak dapat dilakukan untuk sistem pemprograman
absolut.
3). Pemprograman mirror-image akan lebih mudah dengan sistem inkremental.
Dalam pempabrikan, mirror-image berkaitan dengan geometri simetris bahan pada
satu atau dua sumbu. Dalam hal ini, dengan pemprograman inkremental, sinyal
yang berkaitan dengan perintah posisi cukup diganti dari tanda + menjadi tanda -.
Tidak ada perhitungan baru yang diperlukan untuk posisi tersebut. Prosedur demikian
di dalam sistem absolut memerlukan suatu pilihan variabel dari titik nol yang kurang
praktis, dan oleh karena itu pemprograman penuh dari komponen diperlukan. Pada
umumnya sistem CNC modern mengizinkan penerapan metoda pemprograman
inkremental dan absolut. Meskipun di dalam suatu program komponen khusus, metoda
tersebut dapat diganti, Instruksi terakhir selalu diprogram dalam metoda absolut untuk
memastikan pengembalian posisi alat potong ke titik awal.
10
D. Informasi Geometris
Informasi geometris dapat ditemukan dalam gambar teknik. Informasi tersebutlah
yang menjembatani buah pemikiran perencana dengan pembaca gambar. Oleh karena itu,
dalam pencantuman ukuran gambar harus diadakan berdasarkan suatu sestem yang
disepakati bersama antara perangcang dan pengguna..
Metoda pengukuran dalam gambar teknik ada tiga macam, yakni:
Pengukuran absolut atau pengukuran referensi, adalah pengukuran di mana
ukuran ditarik dengan berpedoman pada satu titik, Gambar 5.3.
Pengukuran inkremental atau juga disebut pengukuran berantai, adalah
pengukuran yang didasarkan pada ukuran sebelumnya. Gambar 5.4.
Pengukuran gabungan antara absolut dengan inkremental, Gambar 5.5.
Gambar 5.3 Pengukuran Absolut
Dalam banyak hal, jenis pengukuran yang sering dijumpai adalah pengukuran
campuran antara absolut dengan inkremental (relatif). Pengukuran absolut juga disebut
pengukuran referensi, dimana gambar diukur dari satu titik/bidang untuk arah yang
sama, sementara pengukuran inkremental juga disebut pengukuran berantai atau
pengukuran kontiniu, di
mana setiap ukuran didasarkan pada akhir ukuran sebelumnya.
11
Gambar 5.4 engukuran Inkremental / Berantai
Gambar 5.5 Pengukuran Camp[uran Absolut dengan Inkremental(relatif)
Pencantuman ukuran pada Gambar 5.5 merupakan pengukuran campuran, di
mana tipe pengukuran a, b, dan c adalah absolut, sementara tipe pengukuran d dan e adalah
inkremental
Oleh karena itu, berilah ukuran-ukuran bantu ke dalam gambar teknik, untuk
menghindari pekerjaan perhitungan selama penyusunan program CNC dari suatu
komponen yang akan dikerjakan di mesin CNC.
D. Metoda Pemprograman
Dalam program, jalannya alat potong (pahat) harus dinyatakan dalam setiap blok program,
yang dinyatakan dalam dua metode gerakan, seperi disebut di atas.
Pemprograman Nilai Absolut Pemprograman nilai inkremental
Titik-titik yang harus dicapai Dasar pengukuran gerak pahat
Oleh pahat di dasarkan dari adalah posisi aktual puncak mata
Titik 0 (zero reference point) pahat (alat potong).
12
X Z
– 3 0
– 3 – 2.5
– 2 – 2.5
– 2 – 4
0 – 6
Gambar 5.6 Lintasan Absolut Gambar 5.7 Lintasan Inkremental
X Z
– 3 0
0 – 2.5
1 0
0 – 1.5
2 – 2
Keuntungan pemprograman nilai Keuntungan pemprograman nilai
Absolut: kremental:
Pada pemograman nilai absolut, Metoda pemrograman ini dalam Jika
seandainya titik 1 diubah, li- banyak hal lebih mudah. Gambar 5.8, letak
titik-titik yang
lain tidak akan terpengaruh.
Gambar 5.8 Perubahan titik pada lintasan
13
Titik 1 tetap
Titik 1 menjadi
titik 1’
X Z X Z
– 1 – 1 – 1.5 – 0.5
– 1 – 2.5 – 1 – 2.5
0 – 2.5 0 – 2.5
Kelemahan pemprograman nilai Kelemahan pemprograman nilai
Absolut: kremental:
Kadang-kadang lebih sulit dalam Jika seandainya titik 1 diubah,
penyusunan program CNC. Gambar 5.8, semua titik-titik yang
berikutnya ikut berubah.
Perhatikan perbedaan nilai lintasan padan data dalam tebel berikut, apa bila ada
perubahan titik lintasan, seperti terlihat pada Gambar 5.8 di atas.
Data lintasan Absolut: Data lintasan Inkremental:
Titik 1 tetap
Titik 1 menjadi
titik 1’
X Z X Z
– 1
0
– 1
– 1.5
– 1.5
– 0.5
– 0.5
– 2
1 0 1 0
E. Blok Format Pemprograman, Fungsi Kerja (G), dan Fungsi
Miscellaneous (M).
Mesin bubut CNC yang akan dibahas dalam buku teks bahan ajar ini unit didaktik,
karena memang kontrol dan mesinnya dirancang dengan bentuk sederhana, kecil dan
pemprogramannyapun dapat disajikan secara sederhana tetapi bertruktur terstruk-tur.
Karena bentuk fisik mesin CNC ini cukup kecil, maka harganyapun cukup terjangkau,
sehingga mesin jenis ini dapat disediakan di sekolah dengan jumlah yang lebih banyak,
sehingga jumlah siswa yang dapat belajar di mesin CNC pun menjadi lebih banyak.
Dengan demikian, efektifitas kegiatan belajar siswa pun menjadi lebih tinggi (berdaya
guna).
Bentuk format pemprograman dibuat sistematis, sehingga mudah dikuasai, dikontrol,
dan diedit program CNC, seperti disajikan dalam format berikut ini: Format lembar
pemprograman mesin Bubut CNC unit Didaktik
13
14
N G
(M)
X
(I)
Z
(K)
F
(L)(K)(T
H
Format lembar pemprograman mesin Frais CNC Unit Didaktik
N G
(M)
X
(I)
Y
(J)
Z
(K)
F(L)(T)
(H)
Ke dalam lembar pemprograman inilah di masukkan / dituliskan semua data untuk
pengerjaan benda kerja..
Masing-masing, N, G, M, X Y, Z, I, J, K, F, K, L, T, dan H merupakan alamat data
program.
a). Alamat N (N Address)
Alamat N adalah pengalamatan nomor blok yang di mulai dari 00 sampai dengan
221, jadi ada 222 blok program CNC yang dapat dimuat dalam kontrol mesin,
penulisannya N00, N01, N02, ..., N221
Kombinasi alamat dengan huruf , misalnya N15 disebut dengan kata
(Word). Jadi kata adalah gabungan antara huruf dan kombinasi angka.
N G
(M)
X
(I)
Z
(K)
F
(L)(K)(T)
H
00
b). Alamat G (G Address)
Alamat G berfungsi sebagai bahasa perintah ke pada mesin CNC untuk
melakukan suatu gerakan yang dikehendaki oleh programer. Fungsi kerja
14
15
ini ditetapkan berdasarkan DIN 66025 dan ISO Alamat G ini boleh diisi
dengan angka mulai dari 00 s.d. 95, lihat tabel berikut.
Tabel 5.1 Fungsi Kerja G (Preparatory Function)
Kode
G
Keterangan Fungsi Simbol Lintasan
00 Pelintas eretan dengan cepat 700
mm/min. (Rapid Traverse) diguna- kan
untuk melintaskan alat potong di luar
benda kerja atau tanpa be-ban, atau untuk
penempatan puncak mata alat potong ke
bidang penarikan
01 Pelintas eretan dengan kecepatan
terprogram 2 s.d. 499 mm/min
02 Interpolasi Radius arah ke kanan
03 Interpolasi Radius arah ke kiri
04 Waktu tinggal diam
21 Blok sisipan
24 Pencatat penetapan berdasarkan
nilai radius – program Absolut
25 Pemanggil sub-program
27 Perintah lompatan blok
33 Pemotongan ulir selintasan
64 Pemutus arus listrik ke motor step
65 Pelayanan Kaset / disket
66 Pelayanan RS – 232
73 Siklus pemboran dengan pemutusan
tatal
78 Siklus penguliran
81 Siklus pemboran
82 Siklus pemnoran dengan tinggal diam
83 Siklus pemboran dengan penarikan
84 Siklus bubut memanjang
85 Siklus perimeran (peluas lubang)
86 Siklus pengaluran
88 Siklus bubut melintang
89 Siklus perimeran dengan waktu
tinggal diam
90 Pemprograman dengan metoda
Absolut
91 Pemprograman dengan metoda
Inkremental
92 Pencatat nilai penetapan
berdasarkan titik nol benda kerja (W)
94 Penetapan nilai kecepatan
pemakanan F (mm/min)
95 Penetapan nilai lebar penyayatan f
(mm/put)
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan terkait penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mochamat Martha Ayuhans, Endang Susantini
dan Tutut Nurita tentang “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta didik
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Sub Materi
Fotosintesis dan Respirasi Pada Peserta didik Kelas VII”
2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Fita Nelyza, M. Hasan, dan Musri Musman
tentang “Implementasi Model Discovery Learning Pada Materi Laju Reaksi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Sikap Sosial Peserta Didik Mas
Ulumul Qur’an Banda Aceh”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Tindakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran terutama peningkatan ketrampilan pemprograman
dasar CNC bubut peserta didik.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas 4 tahapan dasar menurut Model Kemmis &
Taggart antara lain tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflection). Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang bersifat mendeskripsikan data atau analisis kualitatif berdasarkan
keadaan yang terjadi di sekolah tersebut.
Gambar 1. Tahapan siklus PTK
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2020.
C. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XI TP 3 SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto.
D. Subjek dan Karakteristiknya
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TP 3 SMK Tujuh
Lima 1 Purwokerto tahun pelajaran 2020/2021.
E. Tahapan Tindakan
1. Pra Siklus
Melakukan observasi masalah-masalah pada kelas yang
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Penyusunan pembelajaran CNC untuk kelas XI TP 3 penyususnan silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan LKPD.
2) Menyusun instrument penelitian
3) Persiapan alat/bahan/media yang akan digunakan dalam siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap tindakan pada siklus I dilakukan pada 1 pertemuan yang dikembangkan
dari RPP yang telah disusun. Pelaksanaan proses pembelajaran peneliti bertindak
sebagai guru dan dibantu guru lain yang bertindak sebagai observer yang mengamati
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas meliputi aktivitas peserta didik.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer yang mengamati proses pembelajaran meliputi:
1) Pelaksanaan observasi oleh peneliti terhadap implementasi sintak model
pembelajaran Discovery Learning
2) Mencatat semua hasil pengamatan melalui lembar observasi tentang ketrampilan
pemprograman dasar CNC bubut
3) Mendiskusikan dengan pengamat terhadap hasil pengamatan setelah proses
pembelajaran selesai
4) Membuat kesimpulan hasil pengamatan d. Refleksi
Tahap refleksi yaitu membahas hasil observasi dan menemukan kekurangan-
kekurangan yang dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai tindakan pelaksanaan.
Dari hasil refleksi dari berbagai pihak maka muncul rekomendasi yang harus diperbaiki
untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer yang mengamati proses pembelajaran meliputi
keterlaksanaan model pembelajaran Discovery Learning dan ketrampilan
pemprograman dasar CNC bubut peserta didik menggunakan lembar observasi.
2. Tanggapan peserta didik dan tanggapan guru
Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan tanggapan peserta didik dan
tanggapan guru terhadap proses pembelajaran ketrampilan pemprograman dasar
CNC bubut.
G. Teknik Analisis Data
Deskripsi analisis tahap akhir dilakukan setelah semua data yang diperlukan
terkumpul. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan
pemprograman dasar CNC bubut peserta didik dilakukan melalui analisis
gainternomalisasi <g>, menurut Hake (2002).“Skor gain-standard yaitu
perbandingan skor gain aktual dengan skor gain maksimum”. Skor gain aktual yaitu
skor gain yang diperoleh peserta didik sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain
tertinggi yang mungkin diperoleh peserta didik.
Dengan demikian,
skor gain-standard dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Sf : skor akhir
Si : skor awal
Smaks : skor maksimum yang mungkin dicapai
Kemudian gain-standard <g> diinterpretasikan sesuai dengan kriteria
menurut Hake (2002) pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Kreiteria gain ternormalisasi
Rentan gain standard Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang
<g> <0,30 Rendah
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan jika setelah dilaksanakan proses pembelajaran terjadi
peningkatan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut dari awal, pada setiap siklus
menurut kriteria gain standard pada kriteria “sedang”.
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, A. O. & Afolabi, F. (2010). “Constructivist Practices Through
Guided Discovery Approach: The Effect On Students’ Cognitive Achievement In
Nigerian Senior Secondary School Physics”. Eurasian Journal of Physics and
Chemistry Education. 2(1): 16-25.
Ayuhans, M. Martha., Endang S., dan Tutut N. (2016). Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Peserta didik dengan Penerapan Model Pembelajaran
Discovery learning. Jurnal E-Pensa.
Campbell, N.A., J.B Reece., etc. 2012. Biologi Edisi Kedelapan jilid 2.
Jakarta: Erlangga.Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajardan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta
Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996.Teaching ElementaryScience.
CaliforniaWadsWorth.
Hake, Richard R. (2002). Interactive Engangment Methods Introductory Mechanic
Course. Journal of Physics Education Research. Vol 66.
Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hosnan,
M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rustaman, Nuryani, Y, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Malang: Universitas Negeri
PTK_DISCOVERY

More Related Content

Similar to PTK_DISCOVERY

Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaransaipul anam
 
Modul media tutorial
Modul media tutorialModul media tutorial
Modul media tutorialambarlestari
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdfsmkn 1 batam
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningnurqomariah
 
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
1.3b 3.1.2b discovery learning  fis1.3b 3.1.2b discovery learning  fis
1.3b 3.1.2b discovery learning fisPPKHBFISIKAPATI
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxhilda405137
 
Makalah media, tutorial
Makalah media, tutorialMakalah media, tutorial
Makalah media, tutorialilham PAI
 
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdfTopik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdfMuhammadAbdurrahman75
 
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.pptChairilArisandi2
 
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...dian fardiani
 
Model Pembelajaran
Model PembelajaranModel Pembelajaran
Model Pembelajarankurnia1hebat
 
LK 3.1 Best Practices
LK 3.1 Best Practices LK 3.1 Best Practices
LK 3.1 Best Practices wie88
 
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxTajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxanothersideofyuri
 
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxTajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxrosmansalubin1
 
Model discovery learning
Model discovery learningModel discovery learning
Model discovery learningMuhammad Fikri
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningMas Yudi
 
LK 3.1 Best Practices_Prio Dwisantosa.pdf
LK 3.1  Best Practices_Prio Dwisantosa.pdfLK 3.1  Best Practices_Prio Dwisantosa.pdf
LK 3.1 Best Practices_Prio Dwisantosa.pdfPrioDwisantosa2
 

Similar to PTK_DISCOVERY (20)

Ptk 2 sma
Ptk 2 smaPtk 2 sma
Ptk 2 sma
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Modul media tutorial
Modul media tutorialModul media tutorial
Modul media tutorial
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
1.3b 3.1.2b discovery learning  fis1.3b 3.1.2b discovery learning  fis
1.3b 3.1.2b discovery learning fis
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
 
Makalah media, tutorial
Makalah media, tutorialMakalah media, tutorial
Makalah media, tutorial
 
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdfTopik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
Topik 4 Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi.pdf
 
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt
6. MODEL PEMBELAJARAN EFEKSTIF.ppt
 
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Elaborasi Pokok Ba...
 
Model Pembelajaran
Model PembelajaranModel Pembelajaran
Model Pembelajaran
 
LK 3.1 Best Practices
LK 3.1 Best Practices LK 3.1 Best Practices
LK 3.1 Best Practices
 
17630173.ppt
17630173.ppt17630173.ppt
17630173.ppt
 
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran InquiryModel Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
 
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxTajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
 
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptxTajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
Tajuk 6 Model-Model pengajaran.pptx
 
Model discovery learning
Model discovery learningModel discovery learning
Model discovery learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
LK 3.1 Best Practices_Prio Dwisantosa.pdf
LK 3.1  Best Practices_Prio Dwisantosa.pdfLK 3.1  Best Practices_Prio Dwisantosa.pdf
LK 3.1 Best Practices_Prio Dwisantosa.pdf
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

PTK_DISCOVERY

  • 1. 1 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PEMPROGRAMAN DASAR BUBUT CNC PESERTA DIDIK KELAS XI TP 3 SMK TUJUH LIMA 1 PURWOKERTO Disusun oleh: MASKHUN SOFWAN 20030283210567 PROGRAM PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2020
  • 2. 2 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajan pada kurikulum 2013 yang mengacu pada pembelajaran abad 21 menekankan peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang melibatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut . ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam belajar menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang ada di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto masih banyak menggunakan teacher centre sehingga peserta didik hanya menangkap informasi dari apa yang disampaikan guru melalui buku atau media pembelajaran yang digunakan yang cenderung masih satu arah sehingga menyebabkan ketrampilan proses sains rendah. Melalui pengamatan awal peserta didik di kelas XI, pada proses pembelajaran hanya 30 % peserta didik mengajukan pertanyaan, kurang tepat dalam mengajukan pendapat, kurang terampil dalam pengamatan dan masih banyak yang tidak sesuai, bingung ketika diminta untuk merumuskan hipotesis berdasarkan hasil pengamatan, serta kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil percobaan yang mereka peroleh. Selain itu, peserta didik kurang inisiatif dalam memecahkan suatu permasalahan dengan pengetahuan yang dimiliki, mengungkapkan pendapat atau pemahaman hanya dari sumber buku atau guru serta masih bingung untuk menemukan konsep. Oleh karena itu perlu adanya suatu model, metode, atau media pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut. Salah satu model dalam pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik adalah model pembelajaran penemuan (discovery learning). Model pembelajaran penemuan atau discovery learning memberikan kesempatan lebih kepada peserta didik untuk menjadi seorang peneliti melalui tahapan-tahapan penyelidikan ilmiah yang sistematis. Melaui kegiatan tersebut diharapkan peserta didik akan menguasai ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut. Model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut pada pembelajaran pemprograman dasar bubut CNC. Model pembelajaran Discovery Learning dapat dikembangkan pada materi di mata pelajaran Teknik Pemesianan NC/CNC dan CAM. Pada setiap langkah model pembelajaran Discovery Learning menggunakan ketrampilan pemprograman dasar CNC
  • 3. 3 bubut dimulai dari keterampilan mengamati hingga keterampilan untuk menarik sebuah kesimpulan sehingga diharapkan menjadi model pembelajaran yang dapat meningkatakan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3 di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran masih dilakukan satu satu arah yaitu teacher center (konvensional). 2. ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik selama proses pembelajaran Teknik pemesinan CNC masih rendah. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana efektifitas penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3 pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik kelas XI TP 3 menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. E. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM kelas XI TP 3 berdasarkan kasus di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto F. Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan instrumen asesmen berbasis ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut yang dapat bermanfaat bagi: 1. Peserta didik Penggunaan model pembelajaran Discovey Learning bagi peserta didik dapat meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut dan memberikan pengalaman baru bagi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menumbuhkan ketertarikan peserta didik pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM. 2. Bagi Guru Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut. 3. Bagi Sekolah Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM di sekolah. 3
  • 4. 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran CNC Pembelajaran CNC di sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar peserta didik, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi peserta didik (Oemar Hamalik, 2010). Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM sebagai ilmu pemprograman dimana untuk menjalankan mesin yang dikontrol dengan computer menggunakan bahasa numeric, mesin ini digunakan pada saat sekarang ini sesuai dengan tuntutan dunia industri 4.0 yang meminimalkan kerja manusia. B. Model Pembelajaran Discovery Learning Model Pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu bentuk pembelajaran yang menekankan pada peserta didik untuk menemukan konsep atau prinsip dari pemikiran peserta didik sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Model pembelajaran ini memiliki sintak dalam pelaksanaannya. Sintak model pembelajaran Discovery Learning antara lain, Stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Generalization(menarik kesimpulan atau generalisasi). Adapun uraian sintak dari model pembelajaran Discovery Learning menurut Hosnan (2014) sebagai berikut: 1. Stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan) Dalam tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu bahan atau objek yang menimbulkan pertanyaan, kemudian peserta didik diminta untuk mengamati agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, mengaitkan dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya, anjuran membaca buku atau mencari referensi, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan atau objek. 4
  • 5. 5 2. Problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah) Setelah disajikan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan pada peserta didik atau mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 3. Data collection (pengumpulan data) Pengumpulan data peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan pada saat kegiatan eksplorasi berlangsung untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini, berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. 4. Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasiyang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Selanjutnya ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan padatingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean (coding)/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. 5. Verification (pembuktian) Tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis-hipotesis yang di tetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak 6. Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan menghasilkan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atau makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman pengalaman itu. C. Dasar-Dasar Pemprograman Untuk sistem CNC dapat dibagi ke dalam dua macam pemprograman, yakni inkremental dan absolut. Dalam penerapannya, kedua sistem ini dapat dikombinasikan, satu dengan lainnya. Sistem inkremental adalah sistem di mana titik referensi terhadap
  • 6. 6 instruksi berikutnya adalah dari titik akhir operasi terdahulu. Setiap bagian data dimensional diaplikasikan terhadap sistem sebagai jarak inkremen, diukur dari titik terdahulu pada sumbu gerak yang aktif. Sebagai suatu contoh, perhatikan Gambar 5.1 di bawah, di mana sebanyak lima buah lubang akan digurdi/dibor. Jarak dari titik nol ke masing masing lubang ditunjukkan pada gambar. Jarak antara titik-titik tersebut dihitung, dan perintah posisi sumbu X diberikan sebagai berikut: 0 1: X +500 1 2: X +200 2 3: X +600 3 4: X -300 5 6: X -700 6 0: X -300 Y 5 4 2 3 0 1 X 300 500 700 1000 1300 Gambar 5.1 Komponen untuk digurdi/bor Apabila program dalam inkremental, maka metoda pemprograman dan peralatan umpan balik adalah dalam bentuk inkremental. Jenis peralatan umpan balik adalah berupa rotary encoder yang menyediakan suatu rangkaian pulsa, di mana setiap pulsa menunjukkan 1 BLU. Jadi dapat disimpulkan bahwa titik awal pada sistem inkremental selalu berpindah dengan berpedoman kepada “titik akhir lintasan akan menjadi titik awal lintasan berikutnya”. Sistem CNC absolut adalah sistem di mana semua perintah gerakan di dasarkan pada satu titik referensi, di mana titik awalnya disebut dengan titik nol (datum point). Perintah posisi diberikan sebagai jarak absolut dari titik nol tersebut. Titik nol dapat ditetapkan sebagai suatu titik di luar benda kerja atau pada sudut benda kerja. Apabila sebuah alat bantu pemasangan digunakan, maka akan lebih tepat untuk menetapkan suatu titik pada alat
  • 7. 7 bantu tersebut sebagai titik nol. Dalam contoh dari Gambar 5.1 di atas, dimensi X dalam program bagian ditulis sebagai: 0 1: X +500 1 2: X +700 2 3: X +1300 3 4: X +1000 5 6: X +300 6 0: X 0 Untuk lebih memperjelas perbedaan antara sistem inkremental dengan sistem absolut, perhatikan juga Gambar 5.2 di bawah: D (-4, 6) +Y A (6,5) -X +X O (0;0) C (-6,-5) B (7,- 4) -Y Gambar 5.2 Koordinat lintasan alat potong
  • 8. 8 Lintasan 0  A X 600 Y 500 A  B 700 -400 B  C -600 -500 C  D -400 600 D  0 0 0 Inkremental: Absolut: Lintasan X Y 0 A 600 500 A B 100 -900 B C -1300 -100 C D 200 1100 D 0 400 -600 Titik nol bisa ditempatkan mengambang atau tetap. Titik nol mengambang akan memberikan kesempatan kepada operator, melalui penekanan tombol, memilih dengan bebas sembarang titik di dalam batas meja mesin perkakas sebagai titik referensi nol. Unit kontrol tidak akan menyimpan informasi lainnya pada lokasi selain titik nol terdahulu. Titik nol mengambang mengizinkan operator untuk menempatkan dengan cepat alat bantu di mana saja pada meja mesin CNC. Suatu fakta menunjukkan bahwa sistem absolut dapat dibagi ke dalam sistem absolut murni dan pemprograman absolut. Absolut murni adalah suatu sistem di mana dimensi terprogram dan sinyal umpan-balik menunjuk pada satu titik tunggal. Itu sebabnya diperlukan peralatan umpan-balik yang akan menghasilkan informasi posisi dalam bentuk absolut, misalnya, multichannel digital encoder. Karena alat ini mahal, maka sistem absolut murni hanya digunakan secara utama untuk meja putar yang membutuhkan kontrol posisi presisi. Kebanyakan sistem absolut tidak dilengkapi dengan alat umpan-balik absolut tetapi dengan suatu alat ukur inkremental, seperti suatu encoder inkremental, yang diinterfiskan dengan suatu counter pulsa yang menye-diakan posisi absolut dalam BLU yang menunjukkan sistem pemprograman absolut NC, di mana semua dimensi terprogram menunjuk pada suatu titik awal tunggal. Keuntungan yang paling signifikan dari sistem absolut terhadap sistem inkremental adalah dalam hal terjadinya gangguan yang memaksa operator untuk menghentikan mesin, misalnya gangguan karena alat potong patah. Dalam hal terjadi gangguan, meja mesin harus digerakkan secara manual, lalu mengganti alat-potong, kemudian menyetel alat- potong, mengembalikan nomor blok program aktif ke blok terjadinya gangguan, mengembalikan alat- potong ke posisi terjadinya gangguan, baru mengaktifkan mesin. Dengan sistem absolut, alat potong akan kembali secara otomatis ke posisi terjadinya gangguan, karena alat-potong akan bergerak sesuai dengan koordinat absolut yang diaktifkan, dan melanjutkan proses pemesinan mulai dari titik yang diinginkan. Sementara dengan sistem inkremental, sulit menempatkannya kembali secara presisi ke tempat
  • 9. 9 terjadinya gangguan. Oleh karena itu, dengan sistem inkremental, setiap kali operasi pemesinan terganggu, operator harus selalu memulainya dari awal sekali. Keuntungan lainnya dari sistem absolut adalah kemungkinan penggantian data terprogram dengan mudah, kapan saja dikehendaki. Karena jarak berpedoman pada suatu titik referensi, maka modifikasi atau penambahan instruksi posisi tidak akan mempengaruhi program komponen lainnya. Sementara dengan sistem inkremental, komponen harus diprogram kembali mulai dari program yang dimodipikasi atau yang ditambahkan. Namun demikian, sistem inkrementalpun mempunyai keuntungan dibandingkan dengan sistem absolut, yakni: 1). Jika pemprograman manual digunakan, dengan sistem inkremental, pemeriksaan program sebelum diketikkan ke pita berlubang lebih mudah. Oleh karena titik akhir, ketika pemesinan komponen, sama dengan titik awal, jumlah semua perintah posisi (terpisah untuk setiap sumbu) harus sama dengan nol. Misalnya, jumlah inkremen posisi yang diberikan pada Gambar 5.3 adalah nol. Jumlah yang tidak nol menunjukkan adanya kesalahan. Pemeriksaan seperti itu tidak mungkin dapat dilakukan pada sistem absolut. 2). Performan sistem inkremental dapat diperiksa dengan pita loop-tertutup. Ini merupakan diagnosa pita berlubang yang menguji beberapa operasi dan performan mesin. Perintah posisi terakhir pada pita akan meng- akibatkan meja kembali ke posisi awal. Kembalinya meja ke posisi awalnya merupakan pengujian yang cukup untuk operasi perlengkapan yang normal. Pengujian ini diadakan paling tidak sekali sehari. Pengujian yang sama tidak dapat dilakukan untuk sistem pemprograman absolut. 3). Pemprograman mirror-image akan lebih mudah dengan sistem inkremental. Dalam pempabrikan, mirror-image berkaitan dengan geometri simetris bahan pada satu atau dua sumbu. Dalam hal ini, dengan pemprograman inkremental, sinyal yang berkaitan dengan perintah posisi cukup diganti dari tanda + menjadi tanda -. Tidak ada perhitungan baru yang diperlukan untuk posisi tersebut. Prosedur demikian di dalam sistem absolut memerlukan suatu pilihan variabel dari titik nol yang kurang praktis, dan oleh karena itu pemprograman penuh dari komponen diperlukan. Pada umumnya sistem CNC modern mengizinkan penerapan metoda pemprograman inkremental dan absolut. Meskipun di dalam suatu program komponen khusus, metoda tersebut dapat diganti, Instruksi terakhir selalu diprogram dalam metoda absolut untuk memastikan pengembalian posisi alat potong ke titik awal.
  • 10. 10 D. Informasi Geometris Informasi geometris dapat ditemukan dalam gambar teknik. Informasi tersebutlah yang menjembatani buah pemikiran perencana dengan pembaca gambar. Oleh karena itu, dalam pencantuman ukuran gambar harus diadakan berdasarkan suatu sestem yang disepakati bersama antara perangcang dan pengguna.. Metoda pengukuran dalam gambar teknik ada tiga macam, yakni: Pengukuran absolut atau pengukuran referensi, adalah pengukuran di mana ukuran ditarik dengan berpedoman pada satu titik, Gambar 5.3. Pengukuran inkremental atau juga disebut pengukuran berantai, adalah pengukuran yang didasarkan pada ukuran sebelumnya. Gambar 5.4. Pengukuran gabungan antara absolut dengan inkremental, Gambar 5.5. Gambar 5.3 Pengukuran Absolut Dalam banyak hal, jenis pengukuran yang sering dijumpai adalah pengukuran campuran antara absolut dengan inkremental (relatif). Pengukuran absolut juga disebut pengukuran referensi, dimana gambar diukur dari satu titik/bidang untuk arah yang sama, sementara pengukuran inkremental juga disebut pengukuran berantai atau pengukuran kontiniu, di mana setiap ukuran didasarkan pada akhir ukuran sebelumnya.
  • 11. 11 Gambar 5.4 engukuran Inkremental / Berantai Gambar 5.5 Pengukuran Camp[uran Absolut dengan Inkremental(relatif) Pencantuman ukuran pada Gambar 5.5 merupakan pengukuran campuran, di mana tipe pengukuran a, b, dan c adalah absolut, sementara tipe pengukuran d dan e adalah inkremental Oleh karena itu, berilah ukuran-ukuran bantu ke dalam gambar teknik, untuk menghindari pekerjaan perhitungan selama penyusunan program CNC dari suatu komponen yang akan dikerjakan di mesin CNC. D. Metoda Pemprograman Dalam program, jalannya alat potong (pahat) harus dinyatakan dalam setiap blok program, yang dinyatakan dalam dua metode gerakan, seperi disebut di atas. Pemprograman Nilai Absolut Pemprograman nilai inkremental Titik-titik yang harus dicapai Dasar pengukuran gerak pahat Oleh pahat di dasarkan dari adalah posisi aktual puncak mata Titik 0 (zero reference point) pahat (alat potong).
  • 12. 12 X Z – 3 0 – 3 – 2.5 – 2 – 2.5 – 2 – 4 0 – 6 Gambar 5.6 Lintasan Absolut Gambar 5.7 Lintasan Inkremental X Z – 3 0 0 – 2.5 1 0 0 – 1.5 2 – 2 Keuntungan pemprograman nilai Keuntungan pemprograman nilai Absolut: kremental: Pada pemograman nilai absolut, Metoda pemrograman ini dalam Jika seandainya titik 1 diubah, li- banyak hal lebih mudah. Gambar 5.8, letak titik-titik yang lain tidak akan terpengaruh. Gambar 5.8 Perubahan titik pada lintasan
  • 13. 13 Titik 1 tetap Titik 1 menjadi titik 1’ X Z X Z – 1 – 1 – 1.5 – 0.5 – 1 – 2.5 – 1 – 2.5 0 – 2.5 0 – 2.5 Kelemahan pemprograman nilai Kelemahan pemprograman nilai Absolut: kremental: Kadang-kadang lebih sulit dalam Jika seandainya titik 1 diubah, penyusunan program CNC. Gambar 5.8, semua titik-titik yang berikutnya ikut berubah. Perhatikan perbedaan nilai lintasan padan data dalam tebel berikut, apa bila ada perubahan titik lintasan, seperti terlihat pada Gambar 5.8 di atas. Data lintasan Absolut: Data lintasan Inkremental: Titik 1 tetap Titik 1 menjadi titik 1’ X Z X Z – 1 0 – 1 – 1.5 – 1.5 – 0.5 – 0.5 – 2 1 0 1 0 E. Blok Format Pemprograman, Fungsi Kerja (G), dan Fungsi Miscellaneous (M). Mesin bubut CNC yang akan dibahas dalam buku teks bahan ajar ini unit didaktik, karena memang kontrol dan mesinnya dirancang dengan bentuk sederhana, kecil dan pemprogramannyapun dapat disajikan secara sederhana tetapi bertruktur terstruk-tur. Karena bentuk fisik mesin CNC ini cukup kecil, maka harganyapun cukup terjangkau, sehingga mesin jenis ini dapat disediakan di sekolah dengan jumlah yang lebih banyak, sehingga jumlah siswa yang dapat belajar di mesin CNC pun menjadi lebih banyak. Dengan demikian, efektifitas kegiatan belajar siswa pun menjadi lebih tinggi (berdaya guna). Bentuk format pemprograman dibuat sistematis, sehingga mudah dikuasai, dikontrol, dan diedit program CNC, seperti disajikan dalam format berikut ini: Format lembar pemprograman mesin Bubut CNC unit Didaktik 13
  • 14. 14 N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T H Format lembar pemprograman mesin Frais CNC Unit Didaktik N G (M) X (I) Y (J) Z (K) F(L)(T) (H) Ke dalam lembar pemprograman inilah di masukkan / dituliskan semua data untuk pengerjaan benda kerja.. Masing-masing, N, G, M, X Y, Z, I, J, K, F, K, L, T, dan H merupakan alamat data program. a). Alamat N (N Address) Alamat N adalah pengalamatan nomor blok yang di mulai dari 00 sampai dengan 221, jadi ada 222 blok program CNC yang dapat dimuat dalam kontrol mesin, penulisannya N00, N01, N02, ..., N221 Kombinasi alamat dengan huruf , misalnya N15 disebut dengan kata (Word). Jadi kata adalah gabungan antara huruf dan kombinasi angka. N G (M) X (I) Z (K) F (L)(K)(T) H 00 b). Alamat G (G Address) Alamat G berfungsi sebagai bahasa perintah ke pada mesin CNC untuk melakukan suatu gerakan yang dikehendaki oleh programer. Fungsi kerja 14
  • 15. 15 ini ditetapkan berdasarkan DIN 66025 dan ISO Alamat G ini boleh diisi dengan angka mulai dari 00 s.d. 95, lihat tabel berikut. Tabel 5.1 Fungsi Kerja G (Preparatory Function) Kode G Keterangan Fungsi Simbol Lintasan 00 Pelintas eretan dengan cepat 700 mm/min. (Rapid Traverse) diguna- kan untuk melintaskan alat potong di luar benda kerja atau tanpa be-ban, atau untuk penempatan puncak mata alat potong ke bidang penarikan 01 Pelintas eretan dengan kecepatan terprogram 2 s.d. 499 mm/min 02 Interpolasi Radius arah ke kanan 03 Interpolasi Radius arah ke kiri 04 Waktu tinggal diam 21 Blok sisipan 24 Pencatat penetapan berdasarkan nilai radius – program Absolut 25 Pemanggil sub-program 27 Perintah lompatan blok 33 Pemotongan ulir selintasan 64 Pemutus arus listrik ke motor step 65 Pelayanan Kaset / disket 66 Pelayanan RS – 232 73 Siklus pemboran dengan pemutusan tatal
  • 16. 78 Siklus penguliran 81 Siklus pemboran 82 Siklus pemnoran dengan tinggal diam 83 Siklus pemboran dengan penarikan 84 Siklus bubut memanjang 85 Siklus perimeran (peluas lubang) 86 Siklus pengaluran 88 Siklus bubut melintang 89 Siklus perimeran dengan waktu tinggal diam 90 Pemprograman dengan metoda Absolut 91 Pemprograman dengan metoda Inkremental 92 Pencatat nilai penetapan berdasarkan titik nol benda kerja (W) 94 Penetapan nilai kecepatan pemakanan F (mm/min) 95 Penetapan nilai lebar penyayatan f (mm/put)
  • 17. F. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan terkait penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mochamat Martha Ayuhans, Endang Susantini dan Tutut Nurita tentang “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta didik Dengan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Sub Materi Fotosintesis dan Respirasi Pada Peserta didik Kelas VII” 2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Fita Nelyza, M. Hasan, dan Musri Musman tentang “Implementasi Model Discovery Learning Pada Materi Laju Reaksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Sikap Sosial Peserta Didik Mas Ulumul Qur’an Banda Aceh”
  • 18. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tindakan Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama peningkatan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik. Penelitian tindakan kelas terdiri atas 4 tahapan dasar menurut Model Kemmis & Taggart antara lain tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bersifat mendeskripsikan data atau analisis kualitatif berdasarkan keadaan yang terjadi di sekolah tersebut. Gambar 1. Tahapan siklus PTK B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2020. C. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI TP 3 SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto. D. Subjek dan Karakteristiknya Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TP 3 SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto tahun pelajaran 2020/2021. E. Tahapan Tindakan 1. Pra Siklus
  • 19. Melakukan observasi masalah-masalah pada kelas yang 2. Siklus I a. Perencanaan Tindakan 1) Penyusunan pembelajaran CNC untuk kelas XI TP 3 penyususnan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan LKPD. 2) Menyusun instrument penelitian 3) Persiapan alat/bahan/media yang akan digunakan dalam siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Tahap tindakan pada siklus I dilakukan pada 1 pertemuan yang dikembangkan dari RPP yang telah disusun. Pelaksanaan proses pembelajaran peneliti bertindak sebagai guru dan dibantu guru lain yang bertindak sebagai observer yang mengamati pelaksanaan proses pembelajaran di kelas meliputi aktivitas peserta didik. c. Observasi Observasi dilakukan oleh observer yang mengamati proses pembelajaran meliputi: 1) Pelaksanaan observasi oleh peneliti terhadap implementasi sintak model pembelajaran Discovery Learning 2) Mencatat semua hasil pengamatan melalui lembar observasi tentang ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut 3) Mendiskusikan dengan pengamat terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai 4) Membuat kesimpulan hasil pengamatan d. Refleksi Tahap refleksi yaitu membahas hasil observasi dan menemukan kekurangan- kekurangan yang dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai tindakan pelaksanaan. Dari hasil refleksi dari berbagai pihak maka muncul rekomendasi yang harus diperbaiki untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan oleh observer yang mengamati proses pembelajaran meliputi keterlaksanaan model pembelajaran Discovery Learning dan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik menggunakan lembar observasi. 2. Tanggapan peserta didik dan tanggapan guru Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan tanggapan peserta didik dan tanggapan guru terhadap proses pembelajaran ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut.
  • 20. G. Teknik Analisis Data Deskripsi analisis tahap akhir dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut peserta didik dilakukan melalui analisis gainternomalisasi <g>, menurut Hake (2002).“Skor gain-standard yaitu perbandingan skor gain aktual dengan skor gain maksimum”. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh peserta didik sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh peserta didik. Dengan demikian, skor gain-standard dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut: Keterangan: Sf : skor akhir Si : skor awal Smaks : skor maksimum yang mungkin dicapai Kemudian gain-standard <g> diinterpretasikan sesuai dengan kriteria menurut Hake (2002) pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kreiteria gain ternormalisasi Rentan gain standard Kriteria <g> ≥ 0,7 Tinggi 0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> <0,30 Rendah H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan jika setelah dilaksanakan proses pembelajaran terjadi peningkatan ketrampilan pemprograman dasar CNC bubut dari awal, pada setiap siklus menurut kriteria gain standard pada kriteria “sedang”.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Akinbobola, A. O. & Afolabi, F. (2010). “Constructivist Practices Through Guided Discovery Approach: The Effect On Students’ Cognitive Achievement In Nigerian Senior Secondary School Physics”. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education. 2(1): 16-25. Ayuhans, M. Martha., Endang S., dan Tutut N. (2016). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta didik dengan Penerapan Model Pembelajaran Discovery learning. Jurnal E-Pensa. Campbell, N.A., J.B Reece., etc. 2012. Biologi Edisi Kedelapan jilid 2. Jakarta: Erlangga.Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajardan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996.Teaching ElementaryScience. CaliforniaWadsWorth. Hake, Richard R. (2002). Interactive Engangment Methods Introductory Mechanic Course. Journal of Physics Education Research. Vol 66. Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Rustaman, Nuryani, Y, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri