Kasus ini mengenai seorang mahasiswi yang dibawa ke UGD karena fraktur femur dan perdarahan hebat. Setelah beberapa kali usaha pemasangan infus gagal, tangan dan kaki pasien menjadi kebiruan. Keluarga kemudian mengadukan perawat ke komite etik.
1. KASUS
Seorang mahasiswi stikes rajawali usia 21 tahun dibawa ke UGD karena mengalami fraktur
femur sebelah kanan serta adanya perdarahan yang hebat dan mendapat terapi pemasangan
infus serta oksigen. Setelah dilakukan beberapa kali penusukan oleh perawat, pemasangan
infus gagal dilakukan sehingga di bagian tangan dan kaki klien kebiruan. Keluarga klien
mengadukan ke bagian komite etik untuk meminta pertanggungjawaban perawat.
1. Lakukan analisa dan klarifikasi kasus!
2. Bagaimana hak dan kewajiban pasien dalam kasus ini?
3. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh perawat yang bekerja di IGD?
4. Bagaimana komite etik berespon terhadap pengaduan ini?
5. Bagaimana peran komite keperawatan dalam kredensialing perawat
6. Adakah kelalaian dan malpraktek, ciri-ciri malpraktek?
JAWABAN :
1. Lakukan analisa dan klarifikasi kasus!
Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan penurunan curah jantung yang berakibat
rendahnya volume darah dalam tubuh sehingga pembuluh darah menjadi kolaps atau
pembuluh darah mengecil bahkan nadi teraba lemah. Hal ini menyebabkan susahnya
perawat dalam melakukan penusukan infus sehingga resiko kegagalan meningkat
yang menyebabkan tangan dan kaki klien kebiruan.
2. Bagaimana hak dan kewajiban pasien dalam kasus ini?
Hak pasien dalam kasus ini:
a. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional. Sebagai pasien kita berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan berstandar SOP agar pelayanan tersebut menjadi
kenyamanan bagi pasien dan mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.
b. Memperoleh layanan efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi. Dengan memperoleh layanan yang efektif dan efisien, pasien
akan terhindar dari kerugian apapun baik itu dari pasien maupun perawat.
2. c. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang ditetapkan. Jika pelayanan
tersebut kurang berkualitas, pasien bisa mengajukan kepada atasan atas pelayanan
yang kurang berkualitas.
d. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya. Dari kasus tersebut, jika saat
pemasangan infus selalu gagal, pasien berhak meminta pengganti perawat untuk
menginfusnya.
e. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
Dalam kasus tersebut, sebagai pasien dapat mengajukan usul seperti meminta
pengganti perawat, dan memberikan saran dan perbaikan kepada atasan atas
perlakuan perawat pada pasien.
Kewajiban pasien dalam kasus ini:
Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
dokter atau perawat. Dalam kasus ini pasien atau keluarga seharusnya berbicara jujur
kepada perawat jika merasa sakit saat dilakukan pemasangan infus, jangan hanya
diam tentang kesehatannya.
3. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh perawat yang bekerja di IGD?
Kompeyensi perawat IGD
a. Perawat Pelaksana
Kualifikasi:
Pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman klinik dua ( 2 ) tahun Ners
dengan pengalaman klinik 1 tahun di Rumah Sakit dan sudah tersertifikasi
Emergency nursing basic 2.
Kompetensi yang harus dimiliki:
Mampu menguasai basic assessment primary survey dan secondary
survey.
Mampu memahami triase dan relriase.
Mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan; pengkajian,
diagnosa, perencanaan, memberikan tindakan keperawatan, evaluasi dan
tindak lanjut.
3. Mampu melakukan tindakan keperawatan: life saving antara lain resusitasi
dengan atau tanpa alat, stabilisasi.
Mampu memahami terapi definitif
Mampu menerapkan aspek etik dan legal
Mampu melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien / keluarga
Mampu bekerja didalam tim
Mampu melakukan pendokumentasian / pencatatan dan pelaporan
b. Ketua Tim
Seorang perawat yang bertanggungjawab dan berwenang terhadap tenaga
pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
gawat darurat, yang bertanggung jawab kepada kepala ruangan IGD.
Kualifikasi Ketua Tim IGD Level III dan IV :
D3 Keperawatan dengan pengalaman lima ( 5 ) tahun di IGD dan sudah
tersertifikasi emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat
advance lainnya.
Ners dengan pengalaman tiga ( 3 ) tahun di IGD dan sudah memiliki
sertifikat emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance
lainnya.
S2 Keperawatan dengan pengalaman satu ( 1 ) tahun di IGDdan sudah
tersertifikasi emergency basic nursing 2 dan pelatihan gawat darurat
advance lainnya.
Kompetensi yang harus dimiliki :
Memiliki kemampuan sebagai perawat pelaksana
Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawatan
Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan
Kualifikasi Ketua Tim IGD Level I dan II
D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja dua ( 2 ) tahun di IGD dan
sudah memiliki sertifikat emergency nursing basic 2.
Ners dengan pengalaman kerja satu ( 1 ) tahun di IGD dan sudah memiliki
sertifikat emergency nursing basic 2.
Kompetensi yang harus dimiliki :
4. Memiliki kemampuan sebagai perawat pelaksana.
Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawatan.
Mampu menjaga mutu asuhan keperawatan.
Mampu melakukan triase.
c. Perawat Kepala Ruangan
Minimal Ners, pengalaman sebagai perawat pelaksana tiga ( 3 ) tahun di IGD,
pengalaman menjadi ketua tim dua ( 2 ) tahun dan sudah memiliki sertifikat
emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance lainnya serta
pelatihan manajemen.
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan sertifikat :
Memiliki kemampuan sebagai ketua tim.
Mampu menjamin tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten di
rumah sakit.
Mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi semua kegiatan keperawatan
gawat darurat dan bencana.
Mampu membuat perencanaan dan melakukan pengembangan
keperawatan serta pelayanan gawat darurat.
4. Bagaimana komite etik berespon terhadap pengaduan ini?
Sebelumnya komite etik melihat dulu aya yang terjadi pada pasien tersebut. Jika
melanggar hukum, maka akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan. Dalam kasus tersebut, pasien mengalami kerugian fisik karena tangan dan
kakinya menjadi kebiruan berarti pernyataan tersebut bahwa tindakan yang dilakukan
perawat yang melanggar hukum,dan haruslah memenuhi beberapa syarat:
a. Harus ada perbuatan ( baik berbuat maupun tidak berbuat )
b. Perbuatan tersebut melanggar hukum ( baik tertulis maupun tidak tertulis )
c. Ada kerugian
d. Ada hubungan sebab akibat ( hukum kausal ) antara perbuatan yang melanggar
hukum dengan kerugian yang diderita
e. Adanya kesalahan (schuld )
Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian ( ganti rugi ) karena kelalaian
dokter atau perawat, maka pasien harus dapat membuktikan adanya empat unsu
berikut:
5. a. Adanya suatu kewajiban dokter atau perawat terhadap pasien
b. Perawat telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim
c. Penggugat ( pasien ) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti
ruginya
d. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah sadar
5. Bagaimana peran komite keperawatan dalam kredensialing perawat
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit memiliki fungsi, tugas dan kewenangan. Tentang fungsi,
tugas dan kewenangan Komite Keperawatan tersebut tertuang pada Bagian ketiga,
pasal 11 dan pasal 12.
Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit dengan cara:
a. Melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit.
b. Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan.
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.
Dalam melaksanakan fungsi Kredensial, Komite Keperawatan memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih.
b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial
c. Merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan
d. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis
e. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.
f. Melaporkan Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur
Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik.
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan.
c. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan.
6. d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
e. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
f. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan.
g. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan.
h. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan.
i. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis.
j. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan berwenang, sebagai
berikut:
a. Memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis.
b. Memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis.
c. Memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu.
d. Memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis.
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan.
f. Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan dan pendidikan kebidanan
berkelanjutan.
g. Memberikan rekomendasi pendampingan dan memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.
Terkait : Struktur dan Kedudukan Komite Keperawatan di Rumah Sakit
Dalam Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan RumahSakit, Komite Keperawatan bertanggung jawab kepada kepala /
direktur Rumah Sakit.
6. Adakah kelalaian dan malpraktek, ciri-ciri malpraktek?
Menurut kelompok kami, tidak terdapat kelalaian ataupun malpraktek pada kasus ini,
karena pada pasien dengan kondisi perdarahan hebat memang sulit untuk dilakukan
penusukan infus.
Malpraktrek adalah kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar profesi dan standar
7. prosedur operasional, akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka
berat, cacat bahkan meninaggal dunia.
Ciri-ciri malpraktek menurut M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, yaitu :
a. Adanya unsur kesalahan / kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya.
b. Adanya perbuatan yang tidak sesuai dengan standar prosedur operasional.
c. Adanya luka berat atau mati yang mengakibatkan pasien cacat atau meninggal
dunia.
d. Adanya hubungan kausal, dimana luka berat yang dialami pasien merupakan
akibat dari perbuatan tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan medis.