2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Species : K. pneumonia
3. Morfologi, ciri / karaktristik
• Bentuk batang, Gram negatif
• Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ
• Mempunyai selubung yang lebarnya 2 – 3 x
ukuran kuman
• Tidak berspora, tidak berflagela
• Menguraikan laktosa
• Membentuk kapsul baik invivo atau invitro,
sehingga koloni berlendir (mukoid)
• Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat
menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini
ditemukan 70 tipe.
5. • Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E.
coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain
sebagainya.
• Dibedakan pada tes IMVic
• E. coli : ++--
• Klebsiella aerogenes : --++
6. Sifat-sifat bakteri
• Klebsiella pneumonia dapat
memfermentasikan laktosa.
• Pada test dengan indol, Klebsiella pneumonia
akan menunjukkan hasil negatif.
• Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat.
dan banyak ditemukan di mulut, kulit, dan
saluran usus, namun habitat alami dari
Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
7. • Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan
pneumonia.
• Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
• Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
pneumonia dapat berupa pneumonia
komuniti atau community acquired
pnuemonia.
• Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang
di dapatkan dari masyarakat.
8. • Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat
menyebabkan pneumonia nosokomial atau
hospitality acquired pneumonia, yang berarti
penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat
pasien berada di rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehatan.
• Klebsiella pneumonia umumnya menyerang
orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti
alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan
orang dengan penyakit kronik paru-paru.
9. Perjalanan bakteri
• Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada
saluran urine biasanya setelah kateterisasi
• Pada pasien usila atau pasien dengan respon
imun rendah, pneumonia tidak khas, yaitu
berupa gejala non pernafasan seperti pusing,
perburukan dari penyakit yang sudah ada
sebelumnya dan pingsan.
• Biasanya frekuensi napas bertambah cepat
dan jarang ditemukan demam.
10. Patogenitas
• Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan
organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh
serum normal.
• Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang
tidak berkapsul (pada hewan coba)
• Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada
infeksi oportunistik
• Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi
enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical
sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT
(heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan
memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid
11. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan
penyakit karena mempunyai dua tipe antigen
pada permukaan selnya:
• Antigen O
• Antigen O adalah lipopolisakarida yang
terdapat dalam sembilan varietas.
• Antigen K
• Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi
oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas.
12. • Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas
Klebsiella pneumonia.
• Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu
memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum
Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan
kerja berbagai jenis antibiotik.
• Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan
menjadi sulit dilumpuhkan.
13. Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella
pneumonia pada pasien rawat inap dapat
melalui 3 cara, yaitu :
• Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang
mengandung koloni kuman patogen.
• Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
• Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau
droplet yang mengandung mikroba.
14. Gejala
• Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
pneumonia adalah napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak.
• Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan
sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40
kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun
sampai kurang dari 5 tahun.
• Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk
atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah
bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
15. • Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan
fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi
dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari
4500/uL.
• Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
respon imun rendah, gejala pneumonia tidak
khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti
pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada
sebelumnya dan pingsan.
• Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan
jarang ditemukan demam.
16. Pengobatan
• Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat
diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik
yang mengandung cincin beta-laktam.
• Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin,
carbenicillin, amoxicilline, dll.
• Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella
pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5%
terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 92% terhadap ampisilin.
17. Gambaran Epidemiologi
• Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana.
Koloninya bisa ditemukan di kulit, kerongkongan,
ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini
juga bisa ada pada luka steril dan air kencing
(urin).
• Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja
ada sebagai flora alami ‘penghuni” usus besar
dan kecil.
• Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain
dikaitkan dengan lemahnya daya tahan penderita
dan dapat menyebabkan penyakit bronchitis.
18. • Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan
Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya
tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain
halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.
• Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini
tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di
Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan
Amerika latin.
• Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak
terdapat di negara-negara miskin yang
mempunyai lingkungan jelek.
19. Gejala
• Diare dan mengalami demam ringan.
• Secara umum, kematian kasus (case-fatality
rate) berkisar antara 40-80 % pada bayi baru
lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat
karena penyakit ini.
• Infeksi otak yang disebabkan karena E.
sakazakii dapat mengakibatkan infark atau
abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan
kista, gangguan persarafan yang berat dan
gejala sisa gangguan perkembangan.
20. • Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak
di antaranya adalah diare, kembung, muntah,
demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran
menurun (malas minum, tidak menangis),
mendadak biru, sesak hingga kejang.
• Bayi prematur, berat badan lahir rendah
(kurang dari 2.500 gram) dan penderita
dengan gangguan kekebalan tubuh adalah
individu yang paling berisiko untuk mengalami
infeksi ini.
21. • Meskipun juga jarang bakteri patogen ini
dapat mengakibatkan bakterimeia dan
osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita
dewasa.
• Pada penelitian terakhir didapatkan
kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii untuk
bertahan hidup pada suhu 58 derajat celsius
dalam pemanasan rehidrasi susu formula.
22. Pencegahan
• Enterobacter sakazakii dalam susu formula
akan mati pada suhu di atas 60°C.
Pengobatan
• Bila terjadi infeksi saluran urine, obatnya
trimethoprimsulfametoksasol. Obat itu
digunakan dalam bentuk kombinasi karena
sifatsinergisnya.