1. MAKALAH
ZAKAT
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam 3
Dosen Pembimbing:
Abdul Hamid Aly, S.Pd.,M.Pd.
Disusun Oleh Kelompok 4 :
Thoriq Abdul Aziz ( 21801081559 )
Mutawakkil Ashofat ( 21801081370 )
Annisa Mutmainah ( 21801081327)
Nada Lina Hanim (21801081225 )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
2. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Norma dan Etika dalam Fungsi Keuangan”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah “Norma dan Etika dalam
Fungsi Keuangan” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Malang,1 Oktober 2019
3. BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Yang mendorong penulisan makalah ini adalah niat untuk memberikan
nasehat dan peringatan akan kewajiban zakat yang telah diremehkan oleh
kebanyakan kaum muslimin, mereka tidak mengeluarkanya sebagaimana cara
yang disyariatkan, meski perkara ini adalah besar, dan merupakan salah satu dari
lima rukun Islam di mana bangunan Islam tidak akan tegak tanpanya.
" Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa
ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).1[1]
Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan
umat Islam. Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang
enggan berzakat diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban
berzakat sama dengan kewajiban mendirikan sholat.2[2]
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati”. (Q.S. Al- Baqarah : 277).
Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang
menonjol dan perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu
banyak manfaat zakat dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat.
Kitab dan sunnah serta ijma' telah menunjukan kewajibanya, barang siapa
mengingkari kewajibanya maka ia adalah kafir dan murtad dari Islam dan harus
diminta agar bertaubat, jika tidak bertaubat dibunuh, dan barang siapa kikir
dengan enggan mengeluarkan zakat atau mengurangi sesuatu darinya maka ia
4. termasuk orang-orang dzolim yang berhak atas sangsi dari Allah SWT, Allah
SWT berfirman:
" Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS: Ali-Imron; 180).3[3]
Namun sayang, zakat yang seharusnya menjadi potensi ekonomi umat yang
sangat baik, pada umumnya belum digarap secara baik. Akibatnya kemiskinan di
kalangan umat Islam jumlahnya masih cukup banyak. Padahal kita pun tahu
bahwa kemiskinan dan kemelaratan merupakan bibit potensial untuk kemurtadan
dan kekufuran.4[4]
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Zakat fitrah dan filosofinya
2. Pembayaran Zakat fitrah
3. Zakat Maal dan permasalahanya
4. Permasalahan pembagian Zakat
5.Sirah Nabawiyah II :Siksa dan ancaman bagi orang yang tidak mau
mengeluarkan Zakat
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim
untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun
Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat
Islam.
Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti
shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan
Sunnah.
Macam – macam zakat
Zakat terdiri dari dua macam:
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang
hari raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan
setara 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan.
Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai
zakat adalah berupa beras.
2. Zakat Maal
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil
pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
6. Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun
1998, pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang
Muslim atau badan yang dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan
pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan
bagi orang yang ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk
sehari pada hari raya Idul Fitri.
Filosofi Zakat
Segala sesuatu pastinya memiliki landasan filosofi, adapun landasan
filosofi zakat setidaknya ada 3, sebagaimana yang diutarakan oleh M. Quraish
Shihab sebagai berikut :
Istikhlaf
o Landasan yang pertama adalah istikhlaf. Apa yang dimaksud
dengan istikhlaf? Istikhlaf ialah penugasan sebagai khalifah di
muka bumi ini. Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di bumi
sebagaimana yang terkandung dalam surat al baqarah ayat
30 bahwasannya Allah akan menciptakan Khalifah di bumi.
o Pada dasarnya, setiap harta benda yang dimiliki oleh manusia
hanyalah sebatas titipan sebagai amanah dari Allah untuk manusia
agar digunakan untuk hal-hal yang baik sesuai dengan
peruntukannya, manakala ada orang yang mendapatkan rezeki
lebih maka ia wajib untuk peduli terhadap saudaranya yang
kekurangan dengan cara mengeluarkan zakat.
Solidaritas Sosial
o Bentuk solidaritas sangatlah bermacam-macam, dan salah satu
bentuknya yang paling real adalah dengan mengeluarkan zakat.
Solidaritas sebagai landasan filosofi zakat tentunya harus menjadi
kesadaran bagi siapa saja yang memiliki kelebihan harta, tidak
7. hanya bagi umat islam akan tetapi juga bagi siapa saja yang merasa
dirinya sebagai manusia.
o Kemiskinan yang menjadi pokok permasalahan di negara kita
lambat laun pastinya akan teratasi ketika semua orang yang
memiliki kemampuan ekonomi lebih memiliki kepedulian yang
tinggi kepada mereka yang kekurangan.
Persaudaraan
o Setiap orang yang beriman adalah saudara, saudara seiman.
Kesadaran bahwa kita semua adalah bersaudara akan mendorong
kita untuk selalu membantu satu sama lain, dalam hal ini adalah
zakat, maka nilai persaudaraan ini menjadi landasan filosofi zakat.
B. Pembayaran Zakat
Cara Menghitung Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga
beras yang biasa kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah
yang harus dibayar per orang sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat,
maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras per kg.
2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun.
Menghitung nisab zakat maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah
kedua yang dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta.
Total harta yang dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun
lalu.
8. Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat
maal 85 x Rp 600 ribu = Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab,
maka ia harus membayar zakat maal sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per
tahun.
3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan
utang. Lalu hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga
makanan pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan
motor sebesar Rp 1 juta. Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi
lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat
penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan
yang wajib dibayar adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
Penerima Zakat
Yang Berhak Menerima Zakat
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat
menurut kaidah Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut
adalah:
1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi
kebutuhan dasar untuk hidupnya.
9. 3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa
kebutuhan tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar
utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah
kamu termasuk orang yang harus membayar zakat atau yang berhak menerima
zakat. Dengan memenuhi kewajiban Anda sebagai umat Muslim untuk membayar
zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa didapat. Beberapa kebaikan tersebut
di antaranya adalah:
Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan
yang berkecukupan
Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
10. Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan
kepadamu
Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam.
C. Zakat Maal dan Permasalahnya
Pengertian Maal (harta)
Menurut bahasa (lughoh), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan
sekali sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya.
Menurut syar'a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan
dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazim).
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
a.Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
b.Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil,
ternak, hasilpertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat-syarat kekayaan yang Wajib Zakat
a. Milik Penuh (Almilkuttam)
Yaitu :harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh,
dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui
proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti :usaha, warisan,
pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta
tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut
tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara
dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.
11. b. Berkembang
Yaitu harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau
mempunyai potensi untuk berkembang.
c. Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan
syara'. Sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat.
d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok (AlhajatulAshliyah)
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang
dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya.
Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat
hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup
minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan,
pendidikan, dsb.
e. Bebas Dari Hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang
harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka
harta tersebut terbebas dari zakat.
f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah berlalu satu
tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan.
Sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barangtemuan) tidak ada syarat
haul.
Harta(maal) yang Wajib Zakat
a. Emas Dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang
elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata uang
yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak sebagai
12. harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas
keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang
lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku
pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan
uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk
kedalam kategori emas dan perak. Sehingga penentuann ishab dan besarnya zakat
disetarakandenganemasdanperak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa,
kendaraan, tanah, dll. Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli /
dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan.
Pada emas dan perakatau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan,
maka tidak diwajibkan zakat atasbarang-barang tersebut.
b. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil
(kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung).
c. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis sepertibiji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman
hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.
d. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-
belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,
makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau
perserikatan seperti CV, PT, Koperasi, dsb.
e. Ma’din dan Kekayaan Laut
Ma'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer,
giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang
dieksploitasidarilautsepertimutiara, ambar, marjan, dll.
13. f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan
harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang
mengaku sebagai pemiliknya.
D. Permasalahan pembagian zakat
Agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap zakat.
Allh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah
melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`n (al-mu'jam al-
mufahras lil alfazhil Quran al-karim, Muhammad Fuad 'Abdul Baqi).
Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`n
disandingkan dengan iman dan dilain tempat disandingkan dengan zakat. Iman
yang merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang
merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Ini
menunjukkan betapa besarnya perhatian dan pengaruh zakat dalam Islam.
Negara Indonesia juga memberikan perhatian tersendiri terkait zakat. Hal
ini bisa dilihat dari diterbitkannya UU No. 38 tahun 1999 yang kemudian direvisi
menjadi UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Diterbitkannya UU
tersebut tidak lepas karena negara memandang bahwasannya zakat merupakan
pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Zakat juga merupakan wujud dari pengamalan sila
terakhir pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan adanya keselarasan dan
integrasi yang kuat antara agama dan negara tentang zakat. Agama dan negara
berjalan beriringan dan satu pandangan tentang pentingnya membayar zakat
karena zakat berkaitan erat antara kewajiban seorang muslim dalam menjalankan
perintah agamanya dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat pada suatu
negara. Seorang muslim yang taat pasti menunaikan zakat begitupun negara yang
baik dalam menjalankan zakat pasti akan sejahtera.
Menurut Data Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia adalah sebesar Rp 217
14. triliun. Namun pada tahun 2016, dana zakat yang terhimpun masih sangat jauh
dari kata cukup yaitu berjumlah Rp 5 triliun, yang berarti jumlahnya kurang dari
2% dari dana zakat yang diharapkan terkumpul dari masyarakat. Angka yang
sangat miris sebenarnya mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
Jika kita lihat dari potensi zakat di Indonesia yang begitu besar maka
seharusnya keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
yang merata secara nasional dapat tercapai. Kemiskinan bukanlah menjadi suatu
masalah lagi bagi Negara Indonesia asalkan pengelolaan zakat dapat dikelola
dengan baik sehingga urgensi dan tujuan dari zakat tersebut dapat terealisasi.
Namun apa yang menjadi kendala dalam penghimpunan dana zakat yang
bisa dibilang masih sangat jauh dari harapan?
Pertama, Rendahnya edukasi dan kesadaran masyarakat akan tujuan dan
pentingnya dari membayar zakat. Masyarakat umum kebanyakan memandang
bahwa zakat hanyalah "rutinitas" tahunan yang dilakukan setiap menjelang
ramadhan akan berakhir. Padahal zakat merupakan suatu kewajiban yang telah
disyariatkan oleh Allah SWT bagi orang-orang yang telah mencapai nisabnya.
Zakat juga bukan hanya sekedar menunaikan kewajiban akan tetapi
bagaimana zakat dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Bagaimana
orang yang sebelumnya menjadi mustahiq (orang yang berhak menerima zakat)
diharapkan kedepannya menjadi muzakki (orang yang wajib membayar zakat
karena sudah sampainya nisab)
Kedua, Lemahnya peran pemerintah dalam mengatur dan mengelola zakat
karena hingga saat sekarang ini UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
masih terbatas membahas pada pendirian lembaga amil zakat dan pengelolaaan
secara zakat secara umum saja belum sampai kepada adanya standar baku tentang
pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat.
Kemudian kelemahan UU tersebut adalah sanksi yang diberikan masih
terbatas pada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
melakukan penyelewengan dalam pendistribusian zakat akan tetapi belum adanya
15. sanksi yang tegas bagi muzakki yang tidak menunaikan kewajibannya dalam
membayar zakat.
Solusinya harus adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga
amil zakat, dan masyarakat dalam pelaksanaan zakat. Pemerintah dan Lembaga
Amil Zakat yang ada harus turut serta aktif dalam mengkampanyekan zakat baik
itu melalui media massa maupun penyuluhan yang disampaikan secara langsung
kepada masyarakat.
Kemudian pemerintah harus menguatkan peran Badan Amil Zakat dan
Lembaga Amil Zakat melalui UU tentang pengeloaan zakat yang menjadi dasar
hukum BAZ/LAZ menjalankan tugasnya sehingga Lembaga Amil Zakat dapat
"memaksa" para muzakki dalam menunaikan kewajibannya membayar zakat.
Diharapkan dengan adanya dasar hukum yang kuat bagi lembaga amil
zakat dalam menjalankan tugasnya serta kampanye dan penyuluhan yang masif
dari pemerintah dan lembaga amil zakat dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya membayar zakat sehingga tujuan dari zakat dapat
tercapai yaitu meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan.
E. Sirah Nabawiyah II : siksa dan ancaman bagi orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat fitrah/mall/prrofesi.
Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, serta wajib menunaikannya
bagi yang mampu. Secara umum zakat terbagi dua, yakni zakat fitrah dan zakat
mal. Zakat fitrah wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan sebagai sarana
mendekatkan diri kepada Allah karena sebulan penuh telah berpuasa. Sedangkan
zakat mal lebih bersifat umum, yakni menunaikan zakat ketika sudah terpenuhi
nisab (nilai minimal wajib zakat) dan haul (harta telah menginap selama setahun)
sebesar 2,5%. Zakat sebesar itu diberlakukan untuk harta berupa emas, perak dan
hewan ternak. Berbeda jika zakat pertanian, ukurannya adalah sekali panen antara
5% (jika sumber air berbayar) dan 10% (jika sumber air dari tadah hujan).
Rasulullah bersabda, “Islam itu dibangun diatas lima perkara, yaitu
bersyahadat mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa
16. Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.” (HR. Muslim). Secara umum hadits
diatas menerangkan tentang rukun Islam, salah satunya tentang kewajiban
membayar zakat.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam sangat tegas tegurannya terhadap
orang yang tidak membayarkan zakat. Bahkan, setelah Rasulullah wafat, Khalifah
Abu Bakar Ash-Shiddiq secara keras memerangi orang-orang yang tidak mau
membayar zakat. Ini menunjukkan bahwa menunaikan zakat adalah kewajiban
yang tidak bisa ditawar bagi setiap orang yang masuk dalam delapan ashnaf wajib
zakat. Berikut adalah ancaman bagi orang yang tidak membayarkan zakat :
1. Tubuhnya akan Disepuh dengan Lempengan Api Neraka. Orang yang enggan
membayar zakat ketika di dunia akan mendapat azab yang pedih, salah satunya
disepuh dengan lempengan api neraka. Selain itu organ tubuhnya seperti dahi,
rusuk dan punggungnya akan disetrika dengan sepedih-pedihnya. Siksaan itu tidak
hanya sekali saja, namun dilakukan berkali-kali hingga lima puluh ribu tahun
lamanya. Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi
tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh
untuknya lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam,
lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap
kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang
ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat
kembalinya apakah ke surga atau ke neraka. (HR. Muslim)
2. Ular Berbisa akan Menarik Tangannya. Di alam akhirat nanti, orang yang tidak
menunaikan zakat akan didatangkan kepadanya ular jantan yang berbisa. Lalu ular
itu akan menarik kedua tangan orang itu, sembari menerangkan bahwa ular itulah
wujud dari harta yang telah ia kumpulkan di dunia. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang tidak membayar zakat yang wajib atasnya, (kelak) di Hari
Kiamat akan dimunculkan baginya ular jantan yang memiliki bisa yang sangat
banyak. Ular tersebut akan menarik kedua tangan orang itu dan berkata
kepadanya, ‘Saya ini adalah harta dan kekayaan yang telah kamu kumpulkan di
dunia.” (HR. Al-Bukhari).
17. 3. Dahi, Lambung dan Punggungnya akan Dibakar. Siksaan yang diterima orang
yang enggan membayar zakat, nanti Allah akan membakar dahi, lambung dan
punggung mereka dengan emas dan perak yang telah mereka kumpulkan di dunia.
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung
dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu.” (QS. At Taubah: 34-35).
Penjabaran di atas menegaskan bahwa sungguh pedih siksaan orang yang
enggan membayar zakat. Tidak akan ada gunanya harta-harta yang telah mereka
usahakan dan kumpulkan di dunia. Semua harta itu justru berubah menjadi
makhluk yang akan menyiksa mereka di hari akhir nanti.
18. BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim
untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah.
filosofi zakat ada tiga yaitu Istikhlaf, Solidaritas Sosial, Persaudaraan.
Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah Islam dibagi menjadi 8 golongan
Fakir, Miskin, Amil, Mu'alaf, Hamba Sahaya, Gharimin, Fisabilillah, Ibnus Sabil.
Syarat-syarat kekayaan yang wajib zakat yaitu milik penuh, lebih dari
kebutuhan pokok, bebas dari hutang, berlalu satu tahun.
Harta(maal) yang Wajib Zakat adalah Emas Dan Perak, Binatang Ternak,
Hasil Pertanian, Harta Perniagaan, Ma’din dan Kekayaan Laut, Rikaz
Ancaman bagi orang yang tidak membayarkan zakat adalah Tubuhnya
akan Disepuh dengan Lempengan Api Neraka, Ular Berbisa akan Menarik
Tangannya, Dahi, Lambung dan Punggungnya akan Dibakar.