SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
PANDUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3)
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU
K3
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 1
DAFTAR ISI
BAB III KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN
KEWASPADAAN BENCANA RS PANTI RAHAYU........ 9
A. Latar Belakang................................................................... 9
B. Ruang Lingkup................................................................... 11
C. Pengertian Istilah................................................................ 11
D. Struktur Organisasi............................................................ 14
E. Tugas dan Fungsi Panitia K3 RS Panti Rahayu................. 15
F. Struktur P2K3.................................................................... 15
BAB IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RS PANTI
RAHAYU................................................................................. 16
A. Pengertian........................................................................... 16
B. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja....................................... 17
BAB V SISTEM MANAJEMEN K3 RS PANTI RAHAYU............ 28
A. Pengertian Sistem Manajemen K3...................................... 28
B. Tujuan dan Sasaran Manajemen K3................................... 28
C. Penerapan Sistem Manajemen K3...................................... 28
D. Ruang Lingkup Sistem Manajemen K3.............................. 29
E. Langkah Penerapan Sistem Manajemen K3....................... 29
F. Pelaksanaan Manajemen Keselamatan............................... 32
BAB VI KESEHATAN KERJA RS PABTI RAHAYU..................... 34
A. Pelayanan Kesehatan Kerja................................................ 34
B. Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja........ 34
C. Lingkungan Kerja.............................................................. 35
D. Penyakit Akibat Kerja........................................................ 36
BAB VII PK3 RUMAH SAKIT............................................................. 38
A. Pengorganisasian K3 RS Panti Rahayu............................... 38
B. Langkah-langkah Penyelenggaraan................................... 40
C. Kesimpulan dan Saran....................................................... 43
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 2
BAB VIII PENANGGULANGAN KEBAKARAN................................ 44
A. Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran..................... 44
B. Ruang Lingkup................................................................... 44
C. Fenomena Kebakaran......................................................... 45
D. Sistem Proteksi Kebakaran................................................ 49
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 3
BAB IX KESELAMATAN LINGKUNGAN KERJA........................ 53
A. Latar Belakang.................................................................... 53
B. Ruang Lingkup................................................................... 53
C. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja...................................... 53
D. Alat Pelindung Diri............................................................ 59
Lampiran I ............................................................................................ 65
Lampiran II ............................................................................................ 68
Daftar Pustaka ............................................................................................84
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 4
BAB I
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN KEWASPADAAN BENCANA
RS PANTI RAHAYU
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah unsur yang sangat penting untuk menjadikan manusia (SDM)
yang berkualitas dan produktif. Hal ini sejalan dengan arah pembangunan yang
menempatkan sektor industri naional dan penyebarannya sampai ke seluruh
wilayah Indonesia. Sehingga penggunaan bahan kimia, mekanisasi, berbagai
metode dan sarana canggih akan meluas dan menyentuh seluruh lapisan
masyarakat, yang membawa dampak negatif dan dampak positif dan hal ini
harus diantisipasi dengan benar.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para
karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
RS.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 5
Dasar Pemikiran yang lain dalam pedoman ini adalah Peraturan perundang-
undangan yang mengatur hubungan kerja dan perlindungan pekerja/ buruh,
tehadap dampak dan penyakit akibat kerja adalah :
1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang undang Republik Indonesia no: 36 TAHUN 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia no: 44 TAHUN 2009 Tentang
Rumah Sakit.
4. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
ALAT PELINDUNG DIRI
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
6. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja;
7. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Tata Cara Pemutusan
Hubungan Kerja Di Perusahaan Swasta;
8. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh;
9. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri;
10. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
11. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamaman Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 6
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3992);
14. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
15. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/ 2001 tentang
Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/ 2002 tentang
Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara
Ruangan Rumah Sakit;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/ 2002 tentang
Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/ X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
23. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012, tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Disamping undang-undang tersebut diatas, untuk melakukan pengawasan
terhadap ditaatinya undang-undang ketenaga kerjaan tersebut, terdapat 2 (dua)
undang-undang yang mengatur tentang pengawasan ketenagakerjaan, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan;
dan
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan di Industri dan Perdagangan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 7
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara Kapasitas Kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar steiap pekerja dapat bekerja tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
Upaya Kesehatan kerja merupakan berbagai upaya kesehatan yang
dilaksanakan secara paripurna dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
dan produktivitas kerja bagi seluruh pekerja di rumah sakit. Upaya tersebut
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan dengan
penekanan pada upaya peningkatan dan pencegahan. Selain itu upaya ini
dikembangkan untuk mengantisipasi factor-faktor yang dapat menimbulkan
resiko terhadap kesehatan pengunjung dan masyarakat umum disekitar rumah
sakit.
B. RUANG LINGKUP
Kesehatan kerja di Rumah Sakit yang dibahas dalam buku Pedoman ini
meliputi Kesehatan Kerja bagi semua orang yang terlibat dalam proses
pelayanan di RS Panti Rahayu, pasien dan pengunjung.
Pembahasan pedoman ini meliputi Dasar Kesehatan Kerja, Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit Panti Rahayu, ancaman bahaya yang mungkin timbul di RS
Panti Rahayu serta manajemen kesehatan kerja di RS Panti Rahayu.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya maupun orang lain disekelilingnya, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
C. PENGERTIAN ISTILAH
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah :
Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 8
2. Upaya Kesehatan Kerja adalah :
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja serta lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri maupun orang/ masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas yang optimal.
3. Keselamatan kerja adalah:
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses kerja/
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
4. Kecelakaan Kerja:
Kecelakaan yang tidak diharapkan dan tidak terduga.
Tidak terduga; karena dibelakang kejadian tersebut diharapkan tidak
terdapat unsure kesengajaan dan perencanaan.
Tidak diharapkan; karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material
maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat,
tidak diinginkan.
5. Ergonomi adalah:
Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalmkaitannya dengan pekerjaan
mereka.
Beberapa istilah lain yang sering digunakan dalam pengimplementasian
K3 dan perlu dipahami antara lain :
a. Potensi Bahaya (Hazard)
Keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan/ kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
ketidakmampuan melaksanakan fungsi yang telah dietetapkan.
b. Tingkat Bahaya (Danger)
Merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi
bahaya mungkin saja ada, tetapi menjadi tidak begitu berbahaya
karena telah dilakukan tindakan pencegahan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 9
c. Resiko (Risk)
Kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu
tertentu atau siklus operasi tertentu.
d. Insiden
Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan
kontak dengan sumber enrgi melebihi nilai ambang-ambang batas
badan atau struktur.
e. Kecelakaan
Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik manusia dan atau harta benda.
f. Aman/ selamat
Adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari
bahaya)
g. Tindakan Tidak Aman
Pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan
peluang terhadap terjadinya kecelakaan
h. Keadaan Tidak Aman
Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
berlangsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasman maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Segi Keilmuan : ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 10
D. STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi K3 ( Keselamatan Kerja, Kesehatan dan Kewaspadaan Bencana)
yang ada di rumah sakit dianamakan Panitia Keselamatan Kerja, Kesehatan dan
Kewaspadaan Bencana (PK3RS). PK3RS adalah suatu badan non structural
yang dibentuk di rumah sakit untuk membantu melaksanakan dan menangani
upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotannya terdiri dari
unsur-unsur medis dan non medic.
Berikut adalah struktur organisasi PK3RS, RS Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi
STRUKTUR ORGANISASI PK3RS
RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 11
Sekretaris K3
AHLI K3 UMUM
KOORD
KEWASPADAAN
BENCANA
KOORD
KESELAMATAN &
KESEHATAN KERJA
KOORD KESEHATAN
LINGKUNGAN
Anggota Anggota Anggota
Ketua K3
pEMILIK pERUSAHAAN
E. TUGAS DAN FUNGSI PANITIA K3 RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU
1. Ketua
a) Bertanggung jawab kepada Direktur tentang segala pelakasaan kegiatan
PK3RS.
b) Memimpin Panitia Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Kewaspadaan
Bencana (PK3) di RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi dalam membuat dan
menjalankan program-program keselamatan dan kesehatan kerja di RS Panti
Rahayu.
c) Bertanggungjawab atas pelaksanaan program-program PK3RS secara
menyeluruh dan tersosialisasi pada gugus –gugus K3 yang berada disetiap/
ruang di rumah sakit.
d) Membuat usulan tentang kebijakan-kebijakan tentang K3 di RS Panti
Rahayu yang meliputi peraturan, program dan sosialisasi bagi seluruh
komponen dalam komunitas rumah sakit.
e) Memberikan laporan kepada Direktur, mengenai program-program K3 yang
telah dilaksanakan.
f) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
2. Sekretaris
a) Menangani tugas-tugas kesekretariatan (surat-menyurat) dan pengelolaan
dokumen yang berkaitan dengan K3 dan fungsi sebagai media informasi.
b) Secara khusus bekerja sama dengan bidang II (bidang pelatihan dan
sosialisasi) dalam penyelenggaraan pelatihan dan sosialisasi program,
peraturan dan perundangan yang terkait dengan K3 bagi seluruh petugas
rumah sakit.
c) Mengatur jadwal rapat dan meliput/ membuat notulen rapat K3.
3. Anggota
a) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan rumah sakit yang memenuhi standard
keselamatan dan kesehatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
b) Memonitor secara aktif adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
c) Merumuskan konsep dan peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja, baik yang ditujukan untuk keselamatan dan kesehatan kerja
petugas, keselamatan pasien dan pengunjung di RS Panti Rahayu.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 12
d) Melakukan penelitian dan analisis tentang system keselamatan dan kesehatan
kerja yang meliputi keselamatan kerja, peralatan, perlengkapan, lingkungan,
metode kerja, dan ergonomic yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
e) Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Ketua PK3RS mengenai
kebijakan dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang menjadi
program PK3RS.
F. STRUKTUR P2K3
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 13
BAB II
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
RS PANTI RAHAYU
A. PENGERTIAN
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya maupun orang lain disekelilingnya, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (ps 10
Undang-Undang 23 tahun 1992: Kesehatan), Undang-undang 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan; pasal 86-87 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Upaya kesehatan kerja di rumah sakit menyangkut Sumber Daya manusia,
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
1. Bahaya di Tempat Kerja
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat
melukai anda, baik secara fisik maupun mental.
2. Bahaya terhadap keselamatan
adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung.
Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin
3. Bahan kimia berbahaya
adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida.
4. Ancaman bahaya lainnya
adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam katagori diatas,
yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 14
tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu
dekat. Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau gerakan yang berulang-
ulang.
Ada tiga cara bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh dan dapat
mempengaruhi kesehatan, yakni:
a. Melalui Hidung, Menghirup gas kimia, uap, atau debu di udara
b. Melalui Kulit, Bahan kimia dapat terserap melalui kulit termasuk mata
c. Melalui Mulut, Menghirup atau menelan bahan kimia yang jatuh ke
dalam makanan, minuman, rokok, janggut, atau tangan. Apabila bahan
kimia masuk ke dalam tubuh, dia akan masuk ke dalam peredaran
darah, dan mencapai organ-organ tubuh.
Gugus tugas yang mungkin akan terkena dampak dari pekerjaan yang
dilakukannya adalah seluruh pekerja rumah sakit yang berada
dilingkungan RS Panti Rahayu yang meliputi ;
a. Tenaga Medis
1) Dokter
2) Perawat
3) Bidan
b. Tenaga Non Medis
1) Teknisi
2) Apoteker
3) Asisten Apoteker
4) Ahli Gizi
5) Fisioterapi
6) Penata Anestesi
7) Penata Rontgen
8) Analis Kesehatam
9) Tenaga Adminsitrasi
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 15
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja di RS Panti Rahayu mleiputi aspek-aspek fisik, sarana dan
prasarana, serta SDM yang memadai, sehingga ruang lingkup Kesehatan Kerja
di RSPR dibedakans sebagai berikut :
1) Adanya tenaga terlatih dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan
evakuasi bencana
Di RS Panti Rahayu, sudah ada pengorganisasian dalam bidang
Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi bencana dan dalam
pelaksanaannya mengacu pada Disaster Plan (yang terlampir dalam
pedoman ini).
2) Adanya denah dan tanda-tanda K3 dilingkungan Rumah Sakit.
Untuk jalan keluar bila terjadi bencana diperlukan rambu-rambu/ tanda-
tanda khusus sehingga memudahkan untuk evakuasi, antara lain :
a) Rambu-rambu petunjuk arah jalan keluar, alat pemadaman api,
tempat-tempat berbahaya dan tanda-tanda larangan
b) Denah, marka, tempat alat pemadaman api
c) Ram, lorong-lorong, pintu darurat yang cukup lebar untuk brankart
d) Lampu darurat yang menyala otomatis
e) Ruangan untuk lebih dari 60 orang minimal 2 pintu keluar
f) Pintu-pitu dapat dibuka dari luar.
3) Adanya bidang yang menangani penanggulangan kebakaran.
Dalam Struktur organisasi/ kepanitiaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Rumah sakit sudah dibentuk Panitia Keselamatan dan kesehatan
Kerja Rumah sakit (PK3RS) yang dibagi menjadi 3 bidang, salah atunya
yaitu bidang III (Tiga) yang khusus menangani/ menanggulangi kebakaran
dan bencana yang mungkin terjadi di Rumah sakit.
4) Tersedianya APAR, Hydrant, Alarm dan Alat deteksi kebakaran.
Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di
lingkungan Rumah Sakit maka disediakan Alat pemadam Api ringan
(APAR) di seluruh lingkugan Rumah Sakit yang penempatannyasesuai
dengan Permenaker No.04/Men/1980 tentang syarat –syarat pemasangan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 16
dan pemeliharaan APAR yang dalam penerapannya dikondisikan sesuai
deengan keadaan bangunan RS Panti Rahayu purwodadi.
Sedangkan hydrant digunakan apabila APAR tidak memadai untuk
mengatasi kebakaran. Deteksi kebakaran diadakan agar sedini mungkin
bahaya kebakaran dapat diketahui dan dilakukan penanggulangannya.
Alarm kebakaran sebagai tanda untuk menunjukkan bahwa disuatu tempat
tetentu terjadi kebakaran, memudahkan lokasi yang terjadi kebakaran
dapat segera diketahui sehingga memudahkan tindakan
penanggulangannya.
5) Tersedianya alat keamanan pasien
Tingkat ketergantuangan dari setiap rumah sakit berbeda-beda, dari tingkat
ketergantuangan sebagaian kepada perawat sampai tingkat ketergantungan
yang total, misalnya pasien yang tidak sadar.
Dalam penyembuhan penyakit memerlukan tahapan-tahapan dari duduk,
berdiri, sampai dengan jalan yang semuanya itu dibutuhkan lingkungan
dan peralatan yang mendukung keamanan pasien; di dalama ruangan
diperlukan adanya:
a) Adanya pegangan sepanjang tangga dan dinding.
b) Toilet dilengkapi pegangan dan bel
c) Pintu dapat dibuka dari luar.
d) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali
lebih kecild aripada kepala anak.
e) Sumber listrik dilengkapi dengan penutup dan pengaman.
f) Pemsaokan oksigen yang cukup pada tempat yang penting.
g) Ada alat penghisap dalam keadaan darurat.
h) Adanya listrik pengganti bagi ruangan dan alat medis vital.
6) Adannya pemeriksaan kesehatan bagi semua calon karyawan
Rumah sakit merupakan tempat dimana kemugkinan sutau penyakit dapat
ditularkan baik dari petugas kepada pasien atau sebaliknya. Dengan
demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi para calon
karyawan agar tenaga yang diterima dalam kondisi keshetan yang setinggi-
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 17
tingginya, tidak terinfeksi penyakit dan cocok untuk pekerjaan yang akan
menjadi tanggungjawabnya.
Pemeriksaan calon karyawan meliputi:
a) Pemeriksaan fisik diagnostic di poliklinik oleh dokter poliklinik.
b) Pemeriksaan penunjang meliputi
1) Radiologi ; Foto Thorax
2) Laboratorium ; darah rutin, urin rutin, HbSAg
7) Adanya pemeriksaan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat
yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus ini
dilakukan terhadap:
a) Petugas yang bekerja di Radiologi
b) Petugas yang bekerja pada bagian Laboratoirum
c) Petugas yang bekerja pada Instalasi Gizi
8) Adanya pemeriksaan berkala untuk karyawan dengan masa kerja tertentu
Untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah melakukan
pekerjaan adalah penting untuk menilai dan mengetahui secara dini adanya
pengaruh-pengruh seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya,
sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan upaya pencegahan.
Tujuan pemeriksaan berkala ini adalah untuk:
a) Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja.
b) Pengendalian dan pencegahan kemungkinan terjadinya penyakit akbiat
kerja.
Sasarannya adalah:
a) Karyawan RS Panti Rahayu yang sudah memiliki masa kerja tertentu.
b) Tidak dalam pengobatan TBC paru.
c) Dalam tiga bulan terakhir tidak ada foto dada
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 18
Pemeriksaan yang dilakukan:
a) Fisik diagnostic
b) Darah rutin
c) Urin rutin
d) BTA (sputum)
e) Thorax foto
9) Dilaksanakannya pencegahan, pemantauan dan penatalaksanaan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Rumah sakit sebagi tempat orang memlihkan kesehatannya dari sakit,
tetapi juag sebagai tmepat orang sehat bekerja dan beraktivitas. Bagi orang
yang bekerja, tentu ada temapt-tempat dengan resiko tinggi yaitu
terjadinya kontaminasi atau tertular penyakit serta kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Upaya meningkatkan kesadaran karyawan untuk
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan kerja
dilakukan dengna cara mengefektifkan pemakaian alat pelindung diri bagi
pekerja, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan penggunaan
alat sesuai denga manual yang telah ditetapkan.
Efektivitas pelaksanaan tugas pekerjaan tersebut terjadi apabila PK#RS
beserta Gugus K3 selaku penangnggungjawab terselnggranya Kesehatan
kerja di rumah sakit secara berkesinambungan memantau pelaksanaan
kerja yang sehat sebagaiman telah ditetapkan dalam ketentuan.
Penatalaksanaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dilakukan
dengan pencatatan dalam forma yang dialakukan oleh GUgus K3 dalam
form yang telah disediakan. Hasil pencatatan dalam pelaksanaan pekerjaan
menjadi bahan evaluasi, agarkejadian yang serupa tidak terjadi lagi dalam
proses pekerjaan selanjutnya.
10) Adanya ketentuan tentang pengadaan, penyimpanan dan pengelolaan jasa
dan bahan berbahaya.
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan
lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, memiliki sifat
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 19
aksrsinogenik, teratogenik, muatgenik, korosif dan iritasi. Mengingat
resiko yang ditimbulkan akibat bahan berbahaya tersebut, maka ketentuan
di dalam hal pengadaan dan penyimpanan bahan berbahaya mengacu
kepada Permenkes 472/MENKES/PER/ V/ 1996 tentang Pengadaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
11) Adanya Pemantauan Kesehatan Lingkungan
Pemantauan kesehatan lignkungan kerja dilakukan terhadap factor-faktor:
fisik, kimiawi, biologis, dan ergonomis, yang mempengaruhi kesehatan
kerja. Hal tersebut perlu dilakukan karena lingkungan kerja dapat
mempengaruhi kesehatan kerja para karyawan dalam bentuk kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Pemantauan lingkungan kerja meliputi:
a) Faktor Fisik: Kebisingan, pencahayaan, listrik, panas getaran, suhu,
kelembaban dan radiasi.
b) Factor Kimiawi: gas anesthetic, cairan anestettic, fromaldehid,
mercury, ethilen oxide, debu.
c) Fakotr biologi: pemantauan rutin Kadar HbSAg, pemeriksaan angka
kuman di ruangan, pemeriksaan makanan dan Pemeriksaan IPAL.
d) Faktor ergonomis: perencanaan tangga, cara mengangkat beban,
memindahkan pasien, memberi makan pasien, pekerjaan yang
dilakukan dengan duduk.
12) Pengeloaan Sanitasi Rumah Sakit.
a) Peneyehatan Bangunan dan Halaman Rumah Sakit
1. Pemeliharaan ruang dan bangunan :
1. Kegiatan pembersihan ruang dilakukan pada pagi, siang dan
sore hari.
2. Cara membersihkan ruangan yang menebarkan debu harus
dihindari, masing-masing ruang dielengkapi dengan
perlengkapan kebersihan sendiri.sendiri.
3. Petugas kebersihan dalam menjalankan tugasnya harus
menggunakan APD yang telah disediakan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 20
2. Pencahayaan
1. Pencahayaan alam maupun bautan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intersitasnay disesuiakan dengan
peruntukannya.
2. Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinay
untuk menjamin keamanan.
3. Penghawaan
1. Untuk penghawaan alamiah, lubahng ventilasi diupayakan
system silang (cross ventilation) dan dijaga kebersihannya
agar udara tidak terhalang.
2. Untuk mengurangi kadar udara dalam ruangan (indoor), 1
kali dlam 1 bulan supaya didesinfeksi dengan menggunakan
aerosol atau disarungd engan electron presipitator/
menggunakan penyinaran unltra violet.
3. Untuk pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali
setahun.
4. Kebisingan
1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa
sehingga kamar dan ruangan memerlukan suasana tenang
terhindar dari kebisingan.
5. Lalulintas antar ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalulintas antar ruangan harus
didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk
letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan
komunikasi antar ruangan serta menghindari resiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi.
2. Penggunaan tangga dan elevator dan litf harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaannya yang mudah dipahami oleh
pengguna, atau untuk lift dengan 4 (empat) lantai harsu
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 21
dilengkapi dengan ARD (Automatic Reserve Divided, yaitu
alat yang bisa mencari lantai terdekat bila listrik mati
3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau
dengan mudah bila terjadi kebakaran tau kejadian darurat
lainnya dan dilengkapi dengan tangga darurat.
6. Fasilitas Pemadam Kebakaran.
b) Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
1. Bahan makanan atau makanan jadi yang berasal dari instalasi gizi
harus diperiksa secara fisik dan secara periodic minimal 6 bulan
sekali diambil sampelnay untul konfirmasi laboratorium.
2. Tempet penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam
kondisi bersih, terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga dan hewan lainnya.
3. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta dorong khusus)
4. Tempat pengolahan makanan; sebelum dan sesudah digunakan
harus dibersihkan dengan antisetik.
5. Asap dikeluarakan melalui cerobong asap yang dilengkapi dengan
sungkup asap.
6. Penjamah makanan harus sehat dan dilakukan pemeriksaan secara
berkala.
7. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan (celemek/ apron, penutup Rambut dan
mulut).
8. Selama melakukan pengolahan makanan harus dilakukan:
terlindung kontak langsung dengan tubuh (menggunakan sarung
tangan plastic, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya)
c) Penyehatan Air Termasuk Kualitasnya
1. Kualitas air minum harus sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI no: 907/ Menkes/ SK/VII/2002; tentang syarat-
syarat kualitas air minum.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 22
2. Jumlah kebutuhan air bersih harus mencukupi yaitu 500 l/ tt/ hari.
3. Pemeriksaan kulaitas air bersih dilakukan setiap bualn sekali
(untuk pemeriksaan mikrobiologis) dan 3 bulan sekali untuk
(pemeriksaan kimiawi)
4. Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan mikrobiologi
diutamakan pada kran instalasi gizi, kamar bedah, kamar bersalin,
kamar bayi, tempat penampungan (reservoir), ruang makan,
secara acak pada kran-kran distribusi, pada sumber air dan di
titik-titik yang rawan menimbulkan pencemaran.
d) Penanganan Limbah
1. Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya dan tutup yang mudah dibuka dan ditutp tanpa
mengotori permukaan tangan.
2. Sampah yang dihasilkan rumah sakit dapat diaktegorikan dalam 4
kategori yaitu :
1. Sampah radiokatif (warna kantong plastik merah)
2. Sampah infektius ( warna kantong plasitk kuning)
3. Sampah citotoksis (warna kantong plastic ungu)
4. Sampah umum(warna kantong palstik hitam)
3. Sampah yang dihasilkan diangkat setiap hari atau kantong plastic
daingkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi sampah.
4. Harus tersedia incinerator untuk melakukan pembakaran/
pemusnahan sampah medis rumah sakit.
5. Untuk limbah cair, limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
pelayanan rumah sakit harus dilairkan dalam kondisi tertutup,
kedap air dan dapat mengalir dengan lancar.
6. Limbah diolah dalam IPAL
7. Kualitas effluent air limbah yang akan dibuang ke lingkungan
harus memenuhi standard abku mutu lingkungan yang berlaku.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 23
e) Pengelolaan Tempat Pencucian Linen
1. Di gugus tugas linen harus disediakan ruang yang terpisah sesuai
dengan kegunaanya:
1. R. linen kotor
2. R. linen bersih
3. R. untuk perlengkapan kebersihan.
4. R. pelengkapan cuci
5. Runag Kereta linen
6. Kamar mandi/WC tersendiri untuk petugas pencucian umum.
7. Ruang peniris/ pengering untuk alat-alat dan linen
2. Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan linen
kotor sampai linen bersih terhindar dari kontaminasi
3. Harus disediakan tempat cuci tangan petugas, untuk menceha
terhadinya kontaminasi leinen bersih.
4. Bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk mencegah
perindukan minimal, seminggu sekali.
5. Perjalanan linen kotor menjadi linen bersih terhindar dari
kontaminasi silang.
f) Pengendalian Binatang Pengganggu, Serangga dan Tikus.
1. Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa untuk menghidari
terjadinya perkebangbiakan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya, antara lain setiap lubang pada bangunan
harsu dipasang alat/ penghalang agar binatang/ serangga/ tikus
tidak masuk ke dalam ruangan.
2. Setiap sarana penampungan air harus bersih/ dikuras sekurang-
kurangnya seminggu sekali untuk mencegah berkembangbaiknay
nyamuk (Aedes aegepty)
3. Pengendalain serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
dengan menggunakan pestisida harsu dialakukan dengan hati-hati.
4. Cara lain adalah dengan memasang perangkap.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 24
g) Dekontaminasi Melalui Sterilisasi dan Desinfeksi
1. Semua peralatan kedokteran klinis/ perlatan asihan keperawatn
yang dimasukkan ke dalam jaringan sitem vaskuler atau meleluai
saluran darah harus selalu steril sebelum digunakan.
2. Peraltan yang menyentuh selaput lendir seperti edoscopy, pipa
endotracheal harus disterilkan.
3. Semau peralatan operasi stelah dibersihkan dari jaringan darah/
skresi harus disterilkan sebelum digunakan.
4. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah
lingkungan.
5. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
h) Perlindungan Radiasi
1. Tindkan pencegahan radiasi harus mencakup upaya pemindahan
dan pengamanan bahan yang memancarkan radiasi mengamankan
pekerja yang bekerja dengn radiasi.
2. Pengawasan kontaminasi udara:
1. Kontaminasi udara ditempat kerja harus diupayakan
seminimal mungkin.
2. Perlengkapan proteksi radiasi khusus harus dalam keadaan
baik, diperiksa dan diuji secara berkala.
3. Harus selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan
keselamatan kerja terhadap perlengkapan radiasi.
3. Harus dilakukan pemantauan perorangan (minimal 1 bulan sekali)
untuk melihat tingkat paparan radiasi dan slenjutnya membatasi
jumalh paparan dan diusahakan dibawah NAB.
4. Pada saat pemasangan pesawat radiasi, ikuran, bentuk adn
intensitas radiasi dapat diketahui. Karena itu dapat ditentukan
daerah yang menerima/ yang bebas radiasi.
5. Pelayanan pemantauan menajdi tanggung jawab dan wewenang
BATAN.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 25
6. Perlengkapan dan peralatan untuk pengamanan bahan yang
memancarkan radiasi adalah sebagai berikut;
1. Monitor perorangan
2. Survey meter
3. Alat untuk mengangkat dan mengangkut
4. Pakaian kerja
5. Dekontaminasi kit
6. Alat pemeriksa tanda-tanda radiasi.
i) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
1. Karyawan
2. Pasien
3. Pengunjung
4. Masyarakat sekitar
13) Adanya Pengelolaan, pemeliharaan dan sertfikasi sarana dan prasarana
serta peralatan kesehatan.
a) Pemeliharaan dan pengelolaan peralatan rumah sakit dilakukan oleh
Bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana yang meliputi:
1. Kalibarasi alat
2. Program dan prosedur pemeliharaan
3. Manual penggunaan alat
4. Prosedur pemeliharaan APD
b) Sarana dan Prasarana Non Medis
1. Program pemeliharaan
2. Manual penggunaan alat
3. Prosedur pemeliharaan APD
c) Sertifikasi dan Prasarana
1. Fisik dan Bangunan
IMB dan HO
2. Perijinan dan Sertifikasi
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 26
Rekomendasi dinas kebakaran, ijin pemakain diesel, ijin instalasi
petir, ijin operasional rumah sakit, ijin instalasi listrik, ijin Penggunaan
Radiasi.
14) Pengelolaan Limbah Padat dan Cair;
a) Tersedia tempat sampah minimal 1 (satu) buah disetiap kamar atau
radius 10 meter dan radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
b) Sampah rumah sakit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Sampah medis/ umum ; yaitu untuk megelola sampah umum perlu
disediakan tempat pembuangan akhir, selanjutnya sampah yang
sudah terkumpul tersebut diangkut/ dibuang oleh petugas Taman
RSPR ke Pembuangan Sampah Akhir di Desa Ngembak
Grobogan.
2. Sampah Medis
Sampah medis yang dihasilkan di rumah sakit, harus
dimusnahkan dengan cara dihancurkan/ dibakar di incinerator,
sehingga dihasilakn bdebu yang tidak lagi berbahaya/ infekstius,
tetapi perlu pengelolaan lebih lanjut yaitu dengan mengumpulkan
sampah/ debu ke dalam tempat khusus sehingga mudah dalam
pembuangan.
c) Pengelolaan Limbah cair
d) Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di RSPR,
disalurkan ke IPAL dengan cara mengalirkan air limbah melalui
saluran tertutup. Air limbah yang telah diproses dalam IPAL dibuang
ke lingkungan/ badan air. Air limbah yang dibuang ke badan air harus
memenuhi standard baku mutu lingkungan.
e) Pengelolaan limbah Gas.
Limbah gas yang dihasilkan RSPR bersumber dari :
1. Hasil pembakaran incinerator
2. Hasil kegiatan instalasi Gizi
Untuk mengurangi pencemaran yang terjadi di lingkungan RSPR,
maka dilakukan peninggian cerobong Asap incinerator 3 (tiga) meter
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 27
lebih tinggi dengan gedung tertinggi disekitar RSPR. Penggunaan
sprayer untuk menekan jumlah debu sisa pembakaran.
Gas anestesi di kamar bedah:
Gas yang dihasilkan dari kegaitan pelayanan bedah hasrus dibuang ke
laur agar tidak mengganggu proses pelayanan di kamar bedah.
15) Adanya Program K3 secara Periodik
Guna mempersiapkan tenaga terlatih dibidang K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) diperlukan pelatihan berkesinambungan yang
dilakukan 2 kali dalam setahun, dengan materi :
a) Penaggulangan bencana
b) Bahaya kebakaran
c) Evakuasi Bencana
d) Pengelolaan B3
e) Tatalaksana Kecelakaan dan Penyakit Akibat kerja
f) Sistem Informasi
g) Pengorganisasian
16) Adanya Sistem Pencatatan dan Pelaporan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal atau keadaan yang sering
tidak disadari oelh smeua orang/ disemua tempat, khusunnya di rumah
sakit terbukti masih banyak kejadian dan data yang diabaiakn sehingga
diperlukan pengeloaan secara sistematis. Dasar pengelolaan K_3 di RSPR
berdasar pada Surat Keputusan Direktur RSPR dan Kebijakan RSPR
dalam bidang K3.
Terkumpulnya data sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan
evaluasi terhadap penyelenggaraan K3 di RSPR. Tertib administrasi K3 di
RSPR diselenggarakan dengan pecatatan dan pelaporan secara berkala
yang meliputi :
a) Kecelakaan Kerja
b) Penyakit Akibat Kerja
c) Kebakaran
d) Bencana
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 28
Untuk memudahakan dalam pencatatan dan pelaporan K3 telah disediakan
format tersendiri.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 29
BAB III
SISTEM MANAJEMEN K3
A. PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN K3
SMK3 merupakan bagian dari system menejemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pengekajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam kerangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Kecelakaan kerja merupakan “kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja
atau perbuatan yang tidak selamat”, secara prinsip kecelakaan kerja adalah
“setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan”.
Dengan doktrin diatas makan munculah system manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang mengatur tentang: peniadaan unsur penyebab
kecelakaan kerja di rumah sakit dan mengadakan pengawasan yang ketat
terhadap suatu pekerjaan yang berdampak pada keselahatan dan keselamatan
kerja.
B. TUJUAN DAN SASARAN MANAJEMEN K3
1. Mengelola K3 secara sistematis dan terstruktur
2. Mneciptakan tempat kerja yang aman
3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
5. Memenuhi peraturan yang berlaku (Per 05/Men/1996)
C. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih atau mengandung
potensi bahaya yang ditimbulkan olek proses produksi atau kegiatan dan
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 30
Dalam penerapan SMK3 perusahaan harus menerapkan dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
a. Kepemimpinan dan Komitmen
1) Menempatkan organisasi K3 yang dapat menentukan keputusan
perusahaan
2) Menyediakan anggaran, sarana, prasaran dan tenaga kerja yang
berkualitas,
3) Menetapkan personil yang mempunyai tanggungjawab,
wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3
4) Perencanaan K3 terkoordinasi
5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3
6) Peninajian kebijakan secara teratur
b. Peninjauan Awal
1) Identifikasi kondisi awal
2) Identifikasi sumber bahaya
3) Studi banding ke perusahaan yang dianggap lebih baik
4) Mempelajari sebab dan akibat suatu kejadian/ kecelakaan
5) Menilai efisiensi dan efektifitas sumsber daya yang disediakan.
D. RUANG LINGKUP SISTEM MANAJEMEN K3
Ruang lingkup system manajemen K3 sangat bervariasi tergantung pada
perusahaan, negara dan faktor lokal lainnya tetapi secara umum mensyaratkan
beberapa hal sebagai berikut yaitu:
1. Adanya suatu kebijakan K3
2. Struktur organisasi untuk menerapkam kebijakan K3
3. Program implementasi K3
4. Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan
balik
5. Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 31
E. LANGKAH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 RS
Beberapa elemen sistem Manajemen K3 yang dugunakan RS Panti Rahayu
adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Kesehatan & Keselamatan :
Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan
mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi tersebut
dengan berperilaku yang bertanggung jawab. Kami melihat K3 sebagai
nilai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap
cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari dengan
sistem kerja, peralatan, substansi, training dan supervisi yang tepat.
Manajemen K3 yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi
sejak awal -tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan secara
keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan
operasinal kami harus secara kontinyu meningkatkan kinerja K3.
2. Peran dan tanggung jawab utama
Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan
untuk orangorang yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya.
Manager harus menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan
pengaruhnya. Chief Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini
pada level group, ia mendukung dengan tingkat kepedulian yang tinggi
untuk menjamin bahwa dalam tiap divisi dan unit bisnis manajemen
memiliki otoritas, keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
Group Executive/Vice President SDM dari Perusahaan bertanggung jawab
untuk mengkoordinasi dan mengevaluasi kembali secara keseluruhan
kebijakan K3, memberikan rekomendasikan mengenai hal tersebut kepada
Komite Eksekutif. Semua karyawan memiliki tanggung jawab untuk
kesehatan & keselamatan mereka sendiri dan teman lainnya yang berada
dalam lingkup/terpengaruh oleh tindakan mereka.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 32
3. Proses dan Alat Utama pada tingkat Korporasi
Divisi memiliki suatu sistem Manajemen K3 untuk memastikan adanya
peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan pada
kebijakan K3 yang merefleksikan kebijakan korporasi dalam hal prinsip-
prinsipnya, kerangka kerja, tanggung jawab, koordinasi dan pengawasan,
kewajiban ini juga mencakup Unit baru yang bergabung dengan
Perusahaan. Sumber daya tertentu seperti manusia, keuangan di
dedikasikan dan di identifikasikan guna mencapai target.
4. Analisa Resiko
Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di
identifikasikan secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Karyawan,
kontraktor dan konsumen berhak dan wajib mendapatkan informasi
mengenai resiko yang ada dan langkah-langkah yang diambil untuk
mengeliminasi atau meminimalkannya. Suatu sistem monitoring dan
kesiagaan/alert dipastikan tersedia, yang akan memastikan adanya kontrol
pada resiko di tingkat Manajemen sesuai tingkat keseriusannya.
5. Audit & Inspeksi Keselamatan
Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit &
Inspeksi dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif,
yang dikelola dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa
suatu cidera. Inspeksi dan audit ini dilakukan oleh Manajemen tingkat lini
yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup juga tingkat Management
Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam audit dan inspeksi ini.
Sebagai tambahan audit internal ini, diperlukan adanya audit silang antara
lokasi kerja yang berbeda, yang menggunakan apa yang disebut tehnik
“fresh view”.
6. Analisa dan Pencatatan Kecelakaan Kerja
Cidera, kejadian hampir celaka/near-miss atau gangguan fungsi apapun
merupakan subyek dari suatu penyelidikan yang mendalam dan metodis,
yang dilakukan oleh Manager (disektor yang menjadi tanggung jawabnya),
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 33
dengan bantuan dari staff/unit keselamatan dan personil yang terluka atau
terlibat.
Laporan harus dibuat dan memuat detail apa yang yang terjadi dan
tindakan yang diambil (atau yang dilakukan dan skala waktunya) untuk
mencegah terulang kembali, usaha investigasi harus proporsional pada
resiko potensial. Pelaporan dan komunikasi mengenai cidera harus sesuai
dengan arahan Group dan Divisi. Komite Manajemen K3 wajib secara
reguler memeriksa relevansi tindakan yang diambil dan menjamin bahwa
tindakan tersebut dilakukan.
7. Pencegahan dan Kontrol resiko Peralatan Menetap dan Bergerak
Instalasi baru didesain dan dibangun dengan mempertimbangkan
keamanan operasi dan keamanan personil perawatan. Instalasi dan
peralatan yang bergerak harus diperlihara secara efektif, diuji dan
dilakukan inspeksi, merupakan subyek untuk dikontrol secara rutin.
8. Alat Pelindung Diri (APD)
APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi di mana APD harus
dikenakan harus ditentukan dan direncanakan secara sesuai dan dirancang
meliputi training dan pengawasan untuk menjamin APD dikenakan (lihat
Appendix data sheet penggunaan APD)
9. Instruksi, peraturan dan prosedur
Instruksi, peraturan dan prosedur dibuat sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara aman, tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan
penilaian resiko, akan bersifat:
a) Tertulis
b) Selalu disesuaikan / diperbaharui
c) Sesuai dengan peraturan hokum/regulasi
d) Realistik
e) Diketahui dan dimengerti oleh semua pihak yang terlibat
f) Ditindaklanjuti dan dihargai
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 34
10. Program Tanggap Darurat
Semua lokasi kerja harus memiliki rencana tanggap darurat, yang
berhubungan dengan sifat operasi mereka dan resiko yang telah dinilai.
Rencana ini harus di perbaharui, jika diperlukan dikomunikasikan dan
dipraktekan secara rutin. Latihan wajib dilakukan dan dilatih secara rutin
mencakup skenario yang direncanakan atas resiko yang berpotensi tinggi.
11. Pelatihan & Komunikasi Pelatihan
Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua
personil memiliki kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup tersedianya
pelatihan & perlunya pengalaman yang sesuai.
a. Pelatihan Keselamatan meliputi:
a) Pelatihan perilaku selamat dan mengapa K3 merupakan hal yang
penting
b) Pelatihan Manajemen K3
c) Pelatihan penilaian resiko
d) Pelatihan mengenai prosedur dan metode
e) Pelatihan penggunaan peralatan kerja
f) Pelatihan guna mendapatkan otorisasi dan lisensi
b. Ini menyangkut semua personil seperti:
a) Karyawan baru dan karyawan tidak tetap
b) Staff yang telah ada (penempatan kembali, promosi, transfer,
mutasi)
c) Manajemen (audit, investigasi, tindakan pencegahan, rapat untuk
memfasilitasi, dll) kontraktor sesuai keperluan
Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi
secara rutin harus dikaji ulang.
c. Pelatihan Komunikasi meliputi
Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan,
harus mencakup informasi mengenai program keselamatan khusus
setiap lokasi, umpan balik dalam hal kinerja dan tindakan yang diambil,
mempelajari hal penting guna mencegah kecelakaan. Hal ini akan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 35
mendukung arus informasi yang bebas (dari atas ke bawah dan
sebaliknya)
F. PELAKSANAAN MANAJEMEN KESELAMATAN
Pelaksanaan manajemen hiperkes dan K3 RS, berupaya meminimalisasi
kerugian yang timbul akibat PAK dan KAK, perlindungan tenaga kerja serta
pemenuhan peraturan perundangan K3 yang berlaku (law-compliance).
Perekonomian global telah menstandarkan ISO baik seri 9000 maupun seri
14.000, kriteria yang ditetapkan antara lain kualitas produk atau jasa/pelayanan
yang tinggi, keamanan pada tenaga kerja dan konsumen atau pasien serta
ramah akan lingkungan. Fungsi manajemen, yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, mengacu kepada tiga fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan atau pengendalian.
Fungsi manajemen lainnya disesuaikan dengan falsafah RS yang bersangkutan.
Fungsi perencanaan dalam manajemen Hyperkes dan K3 RS, merupakan
bagian integral dari perencanaan manajemen perusahaan secara menyeluruh,
yang dilandasi oleh komitmen tertulis atau kesepakatan manajemen puncak.
Pengorganisasian K3 RS mengacu ke UU No 1/1970 tentang Pembentukan
Panitia Pembina K3 RS (P2K3 RS) yang keanggotaannya terdiri dari 2 unsur
(bipartite) yaitu unsur pimpinan dan unsure tenaga kerja. Fungsi pengawasan
atau pengendalian didalam manajemen hiperkes dan K3RS merupakan fungsi
untuk mengetahui sejauhmana pekerja dan pengawas atau penyelia mematuhi
kebijakan K3RS yang telah ditetapkan oleh pimpinan serta dijadikan dasar
penilaian untuk sertifikasi.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja baik fisik maupun psikis dalam hal cara/
metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat ke tingkat yang lebih tinggi baik
fisik maupun kesejahteraan social.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat dan pekerja
yang disebabkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerja.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 36
3. Memberikan perlindungan dalam menjalankan pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 37
BAB IV
KESEHATAN KERJA
A. PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Pelayanan kesehatan kerja adalah usaha kesehatan dilaksanakan dengan tujuan:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkunagn kerja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga yang
menderita.
Pemeriksaan kesehatan mengandung beberapa arti dan spesifikasi, diantaranya
pemeriksaaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seseorang tenaga
kerja diterima untuk melakukan pekerjaan, selain itu pemeriksaan periodik atau
berkala dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja.
B. KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja dimana hubungan interaktif dan serasi ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja, gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain. Sedangkan beban kerja
meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 38
Kondisi lingkungan kerja (misalnya: panas, bising, debu, zat kimia dan lain-
lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan
tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehtan pada pekerja dapat disebabkan oleh factor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian status kesehatan pekerja dipengaruhi tidak hanya
oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi oleh factor-
faktor pelayanan kesehatan kerja.
C. LINGKUNGAN KERJA
Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan
oleh pemaparan lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara
pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan
usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya penyakit yang sudah jelas
penularannya melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang atau
penggunaan alat pelindung diri yang kurang sehingga mengakibatkan terpajan/
kontak langsung dengan sumber penyakit.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini, langkah awal yang penting adalah
pengenalan/ identifikasi bahaya yang timbul dan evaluasi terhadap proses/
system pengendalian dampak. Upaya mengantisipasi dan mengetahui
kemungkinan bahaya dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama yaitu :
1. Pengenalan Lingkungan Kerja
Pengenalan lingkungan kerja bisa dilakukan dengan cara melihat dan
mengenal langkah dasar yang pertama dilakukan dalam upaya program
kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat
dengan mudah dikenali seperti masalah kebisingan disuatu tempat yang
mana seseorang sulit untuk mendengar percakapan, tidak jelas atau sulit
untuk dikenali; zat kimia yang terbentuk dari suatu rangkaian proses
produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Dengan demikian survey
awal sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang berpengalaman
dibidangnya, karena bahaya/resiko tersebut tidak akan akan terlewatkan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 39
dalam evaluasi dan dapat dikendalikan. Untuk itu perlu diketahui informasi
tentang pekerja yang terlibat, proses kerja dan limbah yang dihasilkan,
potensi bahaya yang mungkin timbul, atau dampak akibat kerja.
2. Evaluasi Lingkungan Kerja
Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/ bahan yang berbahaya
dilingkungan kerja yang dikenali selama survey awal harus ditentukan
secara kualitatif dan kuantitatif melalui berbagai teknik, misalnya
pengukuran kebisingan, ini merupakan penilian karakteristik dan besrnya
potensi-potensi yang mungkin timbul, sehingga dapat menentukan
prioritas dalam mengatasi masalah.
3. Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkunga kerja bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan pemaparan terhadap zat/ bahan yang berbahaya
dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya; pengenalan dan evaluasi
tidak menjamin tempat kerja/ lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini
hanya bisa dicapai dengan teknologi pengendalian yang kuat untuk
menegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja. Pada
dasarnya pengendalian terhadap bahaya-bahaya lingkungan kerja dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori ; Pengendalian Lingkungan dan
Pengendalian Perorangan.
a. Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan meliputi: perubahan dan proses kerja atau
lngkungan kerja dengan tujuan untuk pengendalian terhadap kesehatan
dengan cara meminimalkan penggunaan bahan kimia/ bahan lainnya
sampai pada titik tertentu sehingg tidak membahayakan lingkungan
dan pekerja bahkan sampai mencegah kontak antara zat/bahan dengan
para pekerja.
b. Pengendalian Perorangan
Penerapan Cara kerja yang benar meliputi desain dan prosedurkerja
yang spesifik untuk mengurangi sebanyak mungkin penyebaran dan
atau pemaparan zat/ bahan berbahaya dilingkungan kerja merupakan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 40
pendekatan yang tepat untuk melindungi para pekerja. Proses kerja
dan bahaya kesehatan yang berhubungan harus dipelajari dengan
seksama untuk menetapkan jenis pengukuran.
D. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) terdiri dari 5 faktor,
diantaranya:
a. Golongan Fisik
Pada golongan fisik misalnya karena suara yang tinggi/ bising bisa
menyebabkan ketulian, tempat/ suhu yang tinggi dapat menyebabkan
berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat
misalnya: hyperpireksi, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke, yang hal
ini akibat dari keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang banyak dari
dalam tubuh tenaga kerja.
b. Golongan Kimia
Masuknya bahan kimia ke dalam tubuh dapat secara akut maupun kronis.
Keracunan akut sebagai akibat absorbsi bahan kimia yang dalam jumlah
besar dan waktu yang pendek dapat berupa keracunan gas, karbon
monoksida ataupun paparan asam cianda.
c. Golongan Biologi
Berbagai golongan biologi misalnya virus, bakteri, parasit, cacing, jamur
dan lain-lain, dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Dilaporkan
adanya pekerja yang menderita penyakit malaria, filariasis pada pekerja
dilapangan, penyakit hepatitis, tbc pada petugas kesehatan, dan lain-lain
d. Golongan Fisiologi (Ergonomi)
Akibat posisi kerja/ cara kerja yang salah seperti bekerja dengan
membungkuk akan menyebabkan sakit otot, sakit pinggang dan cedera
punggung, juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Pada
konstruksi mesin/ bagian instalasi teknik yang kurang baik juga akan
menyebabkan berbagai penyakit akibat kerja
e. Golongan Mental Psikologi
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 41
Berbagai keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan kerja
yang kurang baik, upah yang kurang, tempat kerja yang terpencil dapat
berpengaruh terhadap pekerja, yaitu menimbulkan stress yang
manifestasinya anatra lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa
membuat keputusan, tekanan darah meningkat, yang kelanjutannya dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit lain atau terjadinya kecelakaan kerja.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 42
BAB V
PK3 RUMAH SAKIT
A. PENGORGANISASIAN K3 RS PANTI RAHAYU
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen
dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama
dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya
aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua
petugas, 11 bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua
organisasi/satuan pelaksana K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data
dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-
unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya
kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya
memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana
program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan,
maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
1. Tugas dan fungsi PK3 RS
a. Tugas pokok:
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur.
3) Membuat program K3RS
b. Fungsi
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3
2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 43
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
6) Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
2. Struktur organisasi K3 di RS
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan
kerja rangkap. Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung
jawab kepada Direktur RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan
organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan
disesuaikan dengan kondisi/kelas masing masing RS, misalnya Komite
Medis/Nosokomial.
Keanggotaan:
a. Organisasi/unit pelaksana K3 RS beranggotakan unsur-unsur dari
petugas dan jajaran direksi RS.
b. Organisasi/unit pelaksana K3 RS terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 RS dipimpin oleh ketua.
c. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota.
d. Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen
dibawah langsung direktur RS.
e. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS adalah seorang
tenaga profesional K3 RS, yaitu manajer K3 RS atau ahli K3.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 44
3. Mekanisme kerja
a. Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
b. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
c. Anggota organisasi/unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat
organisasi/unit pelaksana K3 RS dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit
pelaksana K3 RS mengumpulkan data dan informasi mengenai
pelaksanaan K3 di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia
meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan,
catatan lama sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan
dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa dari tempat
pengobatan RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan
tindakan medik karena kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu
pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari
bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya
perbaikan.
e. Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan
berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3
dan analisisnya.
f. Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 RS,
untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan
korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan
dalam bentuk rekomendasi kepada direktur RS. Rekomendasi berisi
saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3 RS serta
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 45
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap
pilihan.
g. Organisasi/unit pelaksana K3 RS membantu melakukan upaya
promosi di lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun
pengunjung, yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK
di RS. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau
unit kerja yang ada di lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau
terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya mendapat reward dari
direktur RS.
B. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di RS, maka perlu langkah-langkah
penerapannya yaitu:
1. Tahap persiapan
a) Menyatakan komitmen.
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen
puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya
dalam kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas RS.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 46
Tinjauan ulang
& Peningkatan
oleh manajmenan
Pengukuran
dan Evaluasi
Penerapan
SMK3
Perencanaa
n SMK3
Komitmen
& Kebijakan
K-3Peningkatan
Berkelanjuta
n
b) Menetapkan cara penerapan K3 di RS.
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan
jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan
dan mengarahkan orang.
c) Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
a. Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari
setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab
dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan
mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja
disesuaikan dengan kebutuhan RS.
b. Menetapkan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya disini
mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
d) Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap
unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas
anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai
kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan
kebutuhan RS.
e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana,
waktu dan dana.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok di
c. Dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 47
d. tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya
e. Sebagai produk akhir dari pelatihan.
f. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya :
1) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)
2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang hIgienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7) Melaksanakan biological monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
3. Tahap pemantauan dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah satu fungsi
manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 RS itu
berjalan, dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari
suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS
(SPRS);
1. Pencatatan dan pelaporan K3
2. Pencatatan semua kegiatan K3
3. Pencatatan dan pelaporan KAK
4. Pencatatan dan pelaporan PAK
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 48
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan
secara berkala, terutama oleh petugas K3 RS sehingga kejadian PAK
dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah
pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap
pekerja berisiko seperti biological monitoring (Pemantauan secara
Biologis).
c. Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan
dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan,
evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3:
1. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan
2. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan
3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
4. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen
puncak.
5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 49
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Tujuan Manajemen hiperkes dan K3RS adalah melindungi petugas RS dari
risiko PAK/PAHK/KAK serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS,
baik dimata konsumen maupun pemerintah. Keberhasilan pelaksaanaan K3RS
sangattergantung dari komitmen tertulis dan kebijakan pihak direksi. Oleh
karena itu, pihak direksi harus paham tentang kegiatan, permasalahan dan
terlibat langsung dalam kegiatan K3RS. Pelaksanaan K3 di rumah sakit
ditujukan pada 3 hal utama yaitu SDM, lingkungan kerja dan pengorganisasian
K3 dengan menggalakkan kinerja P2K3 (Panitia Pembina atau Komite K3) di
RS.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 50
BAB VI
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
A. PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tugas pokok pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan peraturan
perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan, termasuk ketentuan K3 dibidang
penanggulangan kebakaran. Kebakaran ditempat kerja adalah termasuk dalam
kategori kecelakaan kerja, dimana kejadian kebakran dapat membawa
konsekuensi mengancam keselamatan jiwa tenaga kerja dan berdampak dapat
merugikan banyak pihak baik pengusaham tenaga kerja maupun masyarakat
luas.
B. RUANG LINGKUP
Kondisi operasionalisasi yang diharapkan dalam penanggulangan kebakaran
mampu mengidentifikasim menganalisis, supervisi, dan memberikan
rekomendasi. Harus disadari bahwa rekomendasi pegawai pengawas
mengandung konsekuensi wajib dilaksanakan, karena harus memiliki dasar dan
landasan hukum.
1. Identifikasi Potensi Bahaya
Sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu
setiap bentuk energy lainnya seperti listrik, petir, mekanik, kimia dan bentuk
energy lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi
untuk dikendalikan sesuai ketentuan peraturan-peraturan dan standar yang
berlaku.
2. Analisa Resiko
Berbagai potensi bahaya yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan
tingkat resikonya, apakah kategori ringan sedang, beraty atau sangat serius,
dengan parameter kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi
kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 51
3. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan
kebakaran seperti system deteksi dan alarm, APAR, hydrant, springkler,
house rell, dll yangdirancang berdasarkan standar sesuai dengan tingkat
bahayanya
4. Sarana Proteksi Kebakaran Pasif
Alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas
berbahaya bila terjadi kebakaran seperti kompartementasi, treatment atau
clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke control system),
sarana evakuasi, system pengendali asap dan api (smoke damper, fire
damper fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll
C. FENOMENA KEBAKARAN
Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran meliputi teknik dan
strategi pengendalian sumber energy, teknik dan strategi pemadaman, serta
konsep manajemen penanggulangan kebakaran adalah didasarkan pada analisa
fenomena terjadinya api atau kebakaran.
Pada bagian ini, akan mengkaji gejala-gejala pada proses terjadinya api dan
kebakaran antara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source energy,
initation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik pada peristiwa
kebakaran seperti: back draft, penyebab asap panas dan gas, dll.
1. Fenomena Kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam.
2. Teori dan Anatomi Api
a. Teori Api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala
lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan telah terbakar maka
akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat
kimianya. Keadaa fisik bahan yang telah terbakar akan berubah menjadi
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 52
arang, abu atau hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan berubah
pula menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori
perubahan zat dan energy adalah perubahan secara kimia.
b. Teori Segitiga Api
Unsure pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api
(triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses
nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur: bahan
yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau
bahan oksidator, dan panas yang cukup. Dengan teori ini, maka apabila
salah satu unsur dari seitiga api tersebut tidak berada pada
keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.
Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berubah bahan padat, cair
maupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat
perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan
cair maupun padat, demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar
dibandingkan dengan bahan padat, disini menggambarkan adanya
tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis bahan.
c. Teori Piramida Bidang Empat
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan
bentuk dan sifat-sifatnya yangs emula menjadi zat baru, maka proses ini
adalah secara kimia. Proses pembakaran ditinjau degan teori kimia,
adalah reaksi satu unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang disebut
oksidasi atau pembakaran. Produk yang terbentuk disebut oksida.
Oksidasi dapat berjalan lambat dan dapat berlangsung cepat. Oksidasi
yang berjalan lambat, panas yang timbul hampir tidak dapat terdeteksi
oleh indera kita. Proses oksidasi yang berlangsung cepat seperti
pembakaran batubara, atau pembakaran dalam motor bakar, disertai
dengan pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperatur
selama dalam proses pembakaran berlangsung disebut panas
pembakaran.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 53
3. Prinsip Teknik Memadamkan Api
a. Berdasarkan teori triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat
terjadinya nyala api, yaitu:
- Bahan Bakar
- Oksigen (O2)
- Panas/ sumber penyala
b. Berdasarkan dalam elemen segitiga api, menuntut adanya persyaratan
besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu,
yaitu:
- Flash Point
- Flammable range
- Fire Point
- Ignition Point
c. Unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori tetrahedron of fire
ada elemen keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata
mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk memadamkan
api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip, yaitu:
- Prinsip mendinginkan (cooling), misalnya dengan menyemprotkan
air
- Prinsip menutup bahan terbakar (starbation), misalnya menutup
dengan busa
- Prinsip mengurangi oksigen (dilution), misalnya menyemprotkan
gas O2
- Prinsip memutus rantai reaksi api (mencekik), dengan media kimia
Penerapan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak dapat
disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan jenis bahan apa yang
terbakar, kemudian baru dapat ditentukan metoda apa yang cocok untuk
diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 54
4. Klasifikasi Kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakeristik yang berbeda,
karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan
pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus disesuaikan dengan
karakteristiknya, mengacu pada standar.
Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak
berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut Standar Inggris yaitu LPC
(Loss Prevention Committee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office
Committee) menetapkan klasifikiasi kebakaran dibagi dalam klas A, B, C,
D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Orevention
Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material
yang terbakar.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Standar Amerika (NFPA) Standar Inggris (LPC)
Klas Jenis Kebakaran Klas Jenis Kebakaran
A
Bahan padat kecuali logam,
seperti kayu, arang, kertas,
tekstil, plastic dan
sejenisnya
A
Bahan padat kecuali logam,
seperti kayu, arang, kertas,
tekstil, plastic, dan sejenisnya
B
Bahan cair dan gas, seperti
bensin, solar, minyak
tanah, aspal, gemuk
alcohol, gas alam, gas LPG
dan sejenisnya
B
Bahan cair, seperti bensin,
solar, minyak tanah, dan
sejenisnya
C
Peralatan listrik yang
bertegangan
C
Bahan gas seperti gas alam,
gas LPG
D
Bahan logam, seperti:
Magnesium, alumunium,
kalium, dll
D
Bahan logam, seperti:
magnesium, alumunium,
kalium dan sejenisnya
E - E
Peralatan listrik yang
bertegangan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 55
5. Jenis-jenis Media Pemadam Kebakaran
Pertimbangan pertama dalam merencanakan system proteksi kebakaran
adalah klasifikasi potensi resiko bahaya (hazard) dari jenis hunian yang akan
dilindungi yang ditinjau dari beberapa aspek, antara lain klasifikasi ini
sebagai dasar menentukan system instalasi yang sesuai dan media pemadam
yang cocok.
Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air, karena
mempunyai efek pendinginan yang baik, mudah diperoleh, murah dan dapat
dirancang dengan teknik-teknik tertentu. System instalasinya dapat dipasang
permanen dan dirancang otomatik dan desain bentuk pancarannya dapat
bervariasiantara lain pancaran jet, spray, fog (embun). Media pemadaman
air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis
kebakaran. Jenis-jenis media pemadam kebakaran selain air antara lain
berbentuk busa (foam), serbuk kimia kering (dry chemical powder),
carbondioksida, inergent, halocarbon (halon), dan lain-lain. Masing-masing
dari jenis media pemadam tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan
tertentu.
System klasifikasi membedakan karakteristik setiap jenis bahan yang
terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media pemadam yang efektif daya
pemadamannya dan keselamatan bagi petugas yang melakukan pemadaman,
dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat penerapan
media pemadam yang digunakan.
Dengan memahami klasifikasi kebakarandan karakteristik tiap jenis media
pemadaman kebakaran, maka dapat ditentukan jenis media pemadam yang
sesuai.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 56
JENIS-JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN
APLIKASINYA
Klasifikasi Jenis
Kebakaran
Jenis Media Pemadam Kebakaran
Tipe Basah Tipe Kering
Air Busa Powder Gas
CO2
Clean
Agent
Klas A Bahan padat
seperti kayu
VVV V VV V VVV*)
Bahan
berharga atau
bahan penting
XX XX VV**) VV VVV
Klas B Bahan cair XXX VVV VV V VVV
Bahan gas X X VV V VVV
Klas C Panel listrik XXX XXX VV VV VVV
Klas D Kalium, litium,
magnesium
XXX XXX Khusus X XXX
Keterangan: VVV : Sangat Efektif
VV : Dapat digunakan
V : Kurang tepat/ tidak dianjurkan
X : Tidak tepat
XX : Merusak
XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien
**) : Kotor/ korosif
D. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
1. Konsep Sistem Proteksi Kebakaran
Penerapan system proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncanakan
untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, yang harus direncanakan sesuai
dengan tingkat resiko bahaya pada hunian yang bersangkutan. Pada bagian
diatas telah dipahami pengertian klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran.
Perencanaan system proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem
strategi yaitu :
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 57
a. Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau instalasi yang
dipersiapkna untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti
system deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, springkler, house rel, dll
b. Sarana proteksi kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau metoda
mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi
kebakaran seperti system kompartementasi, treatment atau clotting fire
retardant, sarana evakuasi, system pengendali asap dan api (smoke
damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi, dan rescue, dll
c. Fire safety manajemen
2. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah berpacu
pada waktu, - api yang masih awal lebih mudah dipadamkan dibandingkan
dengan yang telah lama terbakar – karena itu, perlu adanya system
pendeteksian dini dan system tanda bahaya serta system komunikasi darurat.
Dengan perkembangan teknologi, peran penjagaan tempat kerja dapat
digantikan dengan memasang system instalasi deteksi dan alarm kebakaran
otomatik. Apabila instalasi alaram kebakaran otomatik mengambil alih
peran tersebut, maka untuk menjamin kehandalan system tersebut
diharuskan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Permenaker No
02/Men/1983
Klasifikasi Sistem Alarm:
b. Manual
c. Otomatik (semi addressable atau fully addressable)
d. Otomatik integrated system (deteksi, alarm dan pemadaman)
Komponen system alarm kebakaran otomatik terdiri dari:
a. Detector dan tombol manual (input signal)
b. Panel detector (system control)
c. Alarm audible atau visible (signal output)
3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain
konstruksi dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 58
Syarat pemasangan APAR:
a. Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil
(tidak diikat mati atau digembok)
b. Jarak jangkauan maksimum 15 m
c. Tinggi pemasangan maksimum 125 cm
d. Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran
dan beban api
e. Secara berkala harus diperiksa
f. Media pemahaman harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
g. Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai
ketentuan
Jenis media pemadam telah dibahas pada bagian sebelumnya. Setiap jenis
alat pemadam api ringan memiliki daya kemampuan untuk memadamkan
api jenis dan ukuran tertentu. Untuk menilai kemampuan pemadaman
dilakukan pengujian secara laboratories dengan mengacu pada standar
pengujian klasifikasi dan rating.
Tidak semua tabung alat pemadam api ringan dilengkapi dnegan label
klasifikasi rating, karena itu dapat menggunakan petunjuk daftar perkiraan
kemampuan.
4. Hydrant
Adalag instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa
jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus yang siap untuk
memadamkan kebakaran.
Komponen utama system hydrant terdiri dari:
a. Persediaan air yang cukup
b. System pompa yang handal, pada umumnya terdiri dari 3 macam
pompa, yaitu: pompa jockey, pompa utama dan pompa cadangan.
c. Siamese connection atau sambungan untuk mensuplai air dari mobil
kebakaran.
d. Jaringan pipa yang cukup
e. Slang dan nozzle yang cukup melindungi seluruh bangunan
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 59
5. Springkler
Adalah intalasi pemadaman kebakaran yang dipasang secara permanen
untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara
otomatik memancarkan air, apabila (nosel/ pemancar/ kepala springkler)
terkena panas pada temperature tertentu. Dasar perencanaan system
springkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang
terbakar, dengan mengacu pada standar klasifikasi hunian.
Klasifikasi : Ringan
Sedang I, II, III
Berat
Khusus
Variable : Peruntukan bangunan
Jumlah dan sifat penghuni
Konstruksi bangunan
Flammability dan Quantity Material (Fire Loads)
Standar Desain : Ukuran kepala springkler dan kepadatan pancaran
6. Sistem Tanggap Darurat
a. Keadaan darurat adalah situasi/ kondisi/ kejadian yang tidak normal,
beberapa cirinya:
• Terjadi tiba-tiba
• Mengganggu kegiatan/ organisasi/ komunitas
• Perlu segera ditanggulangi karena keadaan darurat dapat berubah
menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban
atau kerusakan
b. Jenis-jenis Keadaan Darurat
• Natural Hazzard (Bencana Alamiah):
a. Banjir
b. Kekeringan
c. Angin topan
d. Gempa
e. Petir
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 60
• Technological Hazard (Kegagalan Teknis)
a. Pemadaman listrik
b. Bendungan bobol
c. Kebocoran nuklir
d. Peristiwa kebakaran/ ledakan
e. Kecelakaan kerja/ lalu lintas
f. Huru hara
g. Perang
h. Kerusuhan
c. Keadaan Darurat Kebakaran
Situasi dalam kejadian kebakaran pada suatu bangunan akan melibatkan
semua orang yang ada dalam bangunan yang terbakar, semua orang
merasa terancam dalam bahaya dan ingin menyelamatkan diri masing-
masing. Ada kalanya yang sudah keluar ditempat yang aman masih ada
kemungkinan masuk kembali. Apabila ada orang asing (tamu/
pengunjung) mereka lebih tidak familier dengan lingkungan setempat.
Mengatasi situasi panik dapat dilakukan dengan cara latihan secara
teratur. Dalam pelaksanaan latihan harus ada skenario yang baku dan
diulang-ulang.
System tanggap darurat penanggulangan kebakran tertuang pada buku
panduan yang berisikan siapa berbuat apa.
Tahapan perencanaan keadaan darurat:
d. Identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
e. Penakaran sumber daya yang dimiliki
f. Tinjau ulang rencana yang telah ada
g. Tentukan tujuan dan lingkup
h. Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
i. Menentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
j. Tentukan konsep operasi
k. Tulis dan perbaiki.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 61
BAB VII
KESELAMATAN LINGKUNGAN KERJA
A. LATAR BELAKANG
Upaya perlindungan tenaga kerja merupakan untuk mencapai suatu tingkat
produktivitas yang tinggi dimana salah satu aspek adalah upaya keselamatan
kerja termasuk lingkungan kerja.
Potensi bahaya yang berasal dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah faktor fisik, kimia, biologi,
psikologi dan fisiologi.
Faktor lingkungan kerja yang berasal dari bahan-bahan kimia seperti adanya
kebocoran-kebocoran cairan, tumpahan atau dampak bahan kimia dalam
berbagai bentuk seperti debu gas, cairan , asap dan fume dapat mencemari udara
lingkungan kerja maupun mencemari lingkungan masyarakat.
Untuk mengurangi resiko ataupun potensi bahaya dari lingkungan kerja perlu
adanya upaya pengendalian lingkungan kerja yang sesuai dengna peraturan-
peraturan yang berlaku.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup keselamatan lingkungan kerja meliputi penanganan bahan kimia
berbahaya, lingkungan kerja, penggunaan cairan kimia, hygiene tempat kerja,
alat pelindung diri dan limbah industry di tempat kerja.
C. FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
1. Faktor Fisik (Kebisingan)
Adalah bunyi yang didengar sebagai suatu rangsangan pada telinga, dan
manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai
suatu kebisingan.
Kualitas bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya, intensitas bunyi
adalah besarnya tekanan yang dipindahkan oleh bunyi yang dinyatakan
dalam satuan decibel (dB).
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 62
Frekuensi dinyatakan dengan jumlah getaran per detik atau hertz, yaitu
jumlah gelombang yang diterima oleh telingan setiap detiknya. Telinga
manusia dapat mendengar bunyi mulai frekuensi 20 s/d 20.000 Hz. Bunyi
dengan frekuensi 250 s/d 3000 Hz sangat penting, karena dengan frekuensi
teersebut, manusia dapat mengadakn komunikasi dengan normal.
Berdasarkan sifatnya, bunyi yang menyebabkan kebisingan dapat dibagi
menjadi:
a. Kebisingan continue
b. Kebisingan impulsive
c. Kebisingan intermitten (putus-putus)
d. Kebisingan impaktif
Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja dan lingkungan kerja dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Pengaruh terhadap alat pendengaran
Tuli konduktif terjadi karena gangguan hantaran suara dari daun telingan
ke foramen ovale
Tuli perspektif disebut juga dengan istilah tuli sensori neural, hal ini
diakibatkan karena kerusakan pad cochlea dan syaraf pendengaran atau
otak
b. Efek kebisingan kepada daya kerja
Kebisingan mempunyai efek merugikan pada daya kerja, pengaruh-
pengaruh negative demikian adalah sebagai berikut:
Gangguan kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari
kebisingan itu sering mengganggu walaupun terdapat variasi besarnya
gangguan atas jenis dan kekerasannya.
c. Pengukuran intensitas kebisingan
Alat ukur intensitas kebisingan disebut “Sound Level Meter“
d. Pengendalian Kebisingan
Ditempat kerja pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada
prinsipnya adalah mengurangi tingkat intensitas kebisingan
ataumengurangi lamanya pemaparan selama jam kerja
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 63
Usaha-usaha yang dapat ditempuh dengan cara
• Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada sumbernya, hal ini
dapat dilakukan dengan menempatkan alat peredam pada sumber
getaran
• Penempatan penghalang pada jalan transmisi, hal ini dilakukan
secara baik dengan mengisolasi mesin atau tenaga kerja
• Penggunaan alat pelindung telinga, alat ini pada umumnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: sumber telinga (ear plug), da
tutup telingan (ear muff)
• Pengaturan waktu kerja, bila hal-hal tersebut diatas masih sulit untuk
diterapkan masih ada usaha perlindungan yang meminta perhatian
khusus terutama pihak pengusaha dengan intensitas bising yang
diterima tenaga kerja.
Kegagalan untuk melakukan perlindungan, akan menyebabkan
berkurangnya pendengaran secara bertahap. (lihat apendik untuk kebijakan
APD untuk kebisingan). Banyak Perusahaan secara rutin melakukan
monitoring fungsi pendengaran karyawan untuk menjamin penurunan yang
terjadi tidak melebihi penurunan yang seharusnya terjadi karena proses usia
yang alamiah.
2. Faktor Fisik (Pencahayaan)
Adalahmerupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau
mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan
aman. Lebih dari itu, penerangan yang memadai akan memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan terlihat bila benda tersebut memantulkan
cahaya, baik yangberasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan
yang datang dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari
pencahayaan dalam lingkungan kerja agar benda akan jelas terlihat.
Pencahyaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan
kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata.
a. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penerangan
• Sumber cahaya
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 64
Berbagai jenis sumber cahaya yang dapat dipakai dan pada saat ini
dipergunakan antara lain: lampu pijar/ bolam, dan lampu neon/
penerangan darurat.
• Daya Pantul
Apabila cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar dan hitam
maka semua cahaya akan diserap, tetapi apabila permukaan halus
dan mengkilap maka cahaya akan dipantulkan sejajar, sedangkan bila
permukaan tidak ratamaka pantulan cahaya akan diffuse. Pada
pantulan cahaya sejajar mata tersebut akan melihat gambar dari
sumber cahaya, pada cahaya diffuse mata melihat pada permukaan,
sebagian dari pada permukaan biasanya mempunyai sifat kombinasi
sejajar dan diffuse.
• Ketajaman pengliihatan
Kemampuan mata untuk melihat suatu benda dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
- Ukuran objek/ benda
- Cahaya pantul benda
- Kontras
b. Penerangan Ruangan
Penerangan yang baik adalah penenrangan yang memungkinkan
seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat, jelas, serta
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan
menyenangkan. Sifat-sifat penerangan yang baik ditentukan oleh
beberapa faktor seperti pembagian luminensi dalam lapangan
penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas
penerangan terhadap keadaan lingkungan.
c. Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan
Penglihatan yang jelas maka tenaga kerja akan melaksanakan
pekerjaannya lebih mudah dan cepat sehingga produktivitas diharapkan
naik, sedangkan penerangan buruk akan berakibat:
• Kelelahan mata dan berkurangnya daya dan efisiensi kerja
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 65
• Kelelahan mental
• Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata
• Kerusakan indera mata
• Meningkatnya terjadinya kecelakaan
3. Faktor Fisik (Radiasi)
Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari radiasi yang mengion dan
radiasi yang tidak mengion, seperti gelombang mikro, sinar laser, sinar
tampak (termasuk sinar dari layer monitor), sinar infra merah dan sinar
ultraviolet.
Radiasi dapat pula timbul jika dipergunakan peralatan nuklir tingkat rendah.
Panduan berikut ini wajib diterapkan:
• Tidak ada seorangpun, kecuali seperti yang telah dijelaskan setiap
saat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR), dapat mendekat ke garis
lingkar sekitar sumber radioakatif.
• Tidak seorangpun boleh memasuki vessel di mana terpasang sumber
radioaktif.
• Jika diperlukan untuk masuk ke dalam vessel tsb. seseorang harus
menunggu sampai PPR menyatakan bahwa sumber tersebut telah
diamankan.
• Hanya pemasok yang khusus, diperbolehkan untuk memindahkan
atau melengkapi kembali suatu sumber radioaktif dan PPR harus
mendapat informasikan sebelum pemasok melakukan kegiatan
tersebut.
4. Faktor Kimia
Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan kimia di dalam industry,
maka semakin sering pula terlihat pengaruh-pengaruhnya terhadap tenaga
kerja dan industry, yang selalu akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan, shingga akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja dan
produktivitas instansi yang bersangkutan.
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 66
Penanganan bahan kimia dalam industry memerlukan perhatian khusus agar
dapt memeriksa perlindungan yang optimal bagi tenaga kerja dan
masyarakat umum, sejak dari pengadaan, penyimpanan, pemakaian sampai
pengolahan sisa-sisa produksi yang dihasilkan. Penanganan yang salah atau
tidak benar akan mengakibatkan berbagai hal yang bisa menyebabkan
kerugian bagi tenaga kerja dan instansi itu sendiri.
a. Efek Bahan Kimia di Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah tempat dimana tenaga kerja melakukan
pekerjaan serta mendapat pemaparan berbagai potensi bahaya.
Bagaimanapun sempurna dan efektifnya penanganan bahan kimia yang
dilakukan didalam indusri, maka tetap terjadi pelepasan bahan kimia
berbahaya kedalam lingkungan kerja, sehingga tenaga kerja akan tetap
terpapar.
Bahan kimia berbahaya dapat berpengaruh terhadap tenaga kerja
apabila bahan tersebut “masuk” kedalam tubuh tenaga kerja. Masuknya
bahan ini kedalam tubuh sangat bergantung dari bentuk fisik bahan
tersebut.
Dikenal beberapa bentuk fisik bahan kimia dalam lingkungan kerja,
yaitu:
• Padat seperti debu, serat/ partikel, dapat berasal dari debu rokok,
debu logam berat, debu mineral (asbes/ silica), debu padi dan
tumbuhan lain, serat kapas dan kain, dll
• Cair seperti liquid, misalnya cairan semprotan pembasmi serangga,
orang bersin, dll
• Gas dan Uap, seperti O2, N2, CO2, CO, SO2, NH3, NO2, H2S
yang berbentuk gas, sedang yang dalam bentuk uap misalnya, uap
pelarut cat atau tinner yang mengandung benzene, toluene, xylena,
dan derivate-derivatnya, uap pelarut atau pembersih gemuk, uap
pencuci dipercetakan, uap pelarut dan sebagainya.
Secara atau berdasarkan sifat fisik dari bahan kimia dilingkungan kerja,
maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 67
• Bahan bersifat partikel (awan, asap, kawat dan fume) yang menurut
sifatnya dapat digolongkan menjadi:
- Perangsang (kapas, sabun, dll)
- Toksik (partikel Pb, As, Mn, dll)
- Penyebab Firosis (debu asbesm quartz, dll)
- Inert (Al, kapur, dll)
• Bahan non partikel (gas dan uap) yang berdasarkan pengaruh
fisiologisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Aspiksian (N2, CO2)
- Perangsang (HCl, H2S, dll)
- Racun organic dan an-organik (nikel, carbonyl, dll)
- Bahan kimia yang mudah menguap
- Merusak alat-alat tubuh (CCl4)
- Berefek anaesthesia
- Merusak susunan darah (benzene)
- Merusak syaraf (parathion)
- Ritan dan bahan-bahan terhadap jaringan
b. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Penggunaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja banyak mengandung
bahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia.
Sifat bahaya bahan kimia dan faktor yang mempengaruhinya dapat
dipahami dengan baik apabila kita dapat memahami sifat dari bahan
kimia berbahaya tersebut secara garis besar beserta label bahayanya.
• Kategori Bahan Kimia Berbahaya
Yang termasuk kategori bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang
mempunyai sifat:
- Memancarkan radiasi
- Mudah meledak
- Mudah menyala/ meledak
- Oksidator
- Racun
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 68
- Karsinogenik
- Iritasi
- Sensitisasi
- Teratogenik
- Mutagenic
- Korosi
• Pengaruh Bahan Kimia terhadap Kesehatan
- Menyebabkan iritasi
- Menimbulkan alergi
- Menyebabkan sulit bernapas
- Menimbulkan racun sistemik
- Menyebabkan kanker
- Menyebabkan kerusakan/ kelainan janin
- Menyebabkan pnemokoniosis
- Menyebabkan efek bius (narkotika)
• MSDS dan Label (Material Safety Data Sheet) lembar data
keselamatan bahan
Lembar data keselamatan bahan secara garis besar harus memuat
penjelasan-penjelasan antara lain:
- Identifikasi dari bahan
- Komposisi dan cirri fisik khusus dari bahan
- Informasi tentang bahaya bahan
- Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan
yang benar
- Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman
5. Faktor Biologi
Faktor biologis penyakit akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus, bakteri
protozoa, jamur, cacing, kutu pinjal, mungkin pula hewan atau tumbuhan.
Penyakit jamur kutu, sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya
lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 69
kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab
penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang
pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara
pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian
vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di
Indonesia.
Sebagai usaha kesehatan biasa, adalah imunisasi dengan vaksin cacar
terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipes, dan paratifes
perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan
BBG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang
reaksinya terhadap uji mantoux negative, imunisasi terhadap difteri, tetanus,
batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan
anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula
imunisasi denganvirus influenza.
D. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindung seseorang
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolaso tubuh tenaga kerja dari bahaya di
tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja
yang aman (work practices) telah maksimum.
Kelemahan penggunaan APD:
- Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
- Sering APD tidak dipakai karena kurang nyaman
1. Jenis Alat Pelindung diri (APD)
a. Alat Pelindung Kepala
Berdasarkan fungsinya, dapat dibagi menjadi 3 bagian:
• Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan benda-benda
• Topi/ tudung untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif,
debu, kondisi iklim yang buruk
Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 70
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS
Panduan K3 RS

More Related Content

What's hot

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Kanaidi ken
 
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakit
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakitPeran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakit
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakitSonny Irawan
 
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Standar Nasional Akreditasi Rumah SakitStandar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Standar Nasional Akreditasi Rumah SakitJumpa Utama Amrannur
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
 
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasi
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasiPmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasi
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasiDokter Tekno
 
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdf
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdfKMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdf
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdfSriRezki9
 
Kebijakan Penanggulangan Bencana Dinkes
Kebijakan Penanggulangan Bencana DinkesKebijakan Penanggulangan Bencana Dinkes
Kebijakan Penanggulangan Bencana DinkesDR Irene
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpistirizky1
 
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitProgram kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitYain Panggalo
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahfitrielita1
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.dockeslingkembangan
 
SK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docxSK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docxKentutGede
 
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vt
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vtKebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vt
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vtRohmanti Cipto
 
Sop pengoperasian alat medis
Sop pengoperasian alat medisSop pengoperasian alat medis
Sop pengoperasian alat medisendrascahyani
 
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAHMPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAHdrnasseer
 
Administrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsAdministrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsrovitra
 

What's hot (20)

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
 
Siaga bencana rs
Siaga bencana rsSiaga bencana rs
Siaga bencana rs
 
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakit
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakitPeran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakit
Peran pengelolaan manajemen risiko dalam pencapaian target kinerja rumah sakit
 
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Standar Nasional Akreditasi Rumah SakitStandar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
 
KONSEP K3 RS
KONSEP K3 RSKONSEP K3 RS
KONSEP K3 RS
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasi
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasiPmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasi
Pmk no. 100 ttg pos upaya kesehatan kerja terintegrasi
 
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdf
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdfKMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdf
KMK-Standar-Akreditasi-Puskesmas-2023.pdf
 
Kebijakan Penanggulangan Bencana Dinkes
Kebijakan Penanggulangan Bencana DinkesKebijakan Penanggulangan Bencana Dinkes
Kebijakan Penanggulangan Bencana Dinkes
 
Keselamatan Pasien di Puskesmas
Keselamatan Pasien di PuskesmasKeselamatan Pasien di Puskesmas
Keselamatan Pasien di Puskesmas
 
Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2Analisa hva rs 2
Analisa hva rs 2
 
Sk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkpSk penanggung jawab data pmkp
Sk penanggung jawab data pmkp
 
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitProgram kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedah
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
 
SK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docxSK PELAYANAN FARMASI.docx
SK PELAYANAN FARMASI.docx
 
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vt
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vtKebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vt
Kebijakan dan regulasi tot k3 rs edit dir 28 feb .pptx edit vt
 
Sop pengoperasian alat medis
Sop pengoperasian alat medisSop pengoperasian alat medis
Sop pengoperasian alat medis
 
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAHMPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH
MPI 4 - MANAJEMEN KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH
 
Administrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsAdministrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rs
 

Similar to Panduan K3 RS

5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rsJoni Iswanto
 
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxMAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxnazarudinsip1979
 
Kharunia septia prima (1530118)
Kharunia septia prima (1530118)Kharunia septia prima (1530118)
Kharunia septia prima (1530118)Yogi Asmamet
 
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam PerusahaanPengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam PerusahaanRobby Firmansyah
 
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptx
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptxPertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptx
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptxAbqoriAbrar1
 
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaPertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaRobi Ananda
 
ERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.pptERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.pptrindiMEB
 
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptHRDRSYPKMandiri
 
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakitBobJoctovianus
 
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptxHendraPriyatnanto
 
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuPaper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuChaniChandraDewi
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3YERRIPANAMUAN
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3YERRIPANAMUAN
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPUTRA ADI IRAWAN
 
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaZulfahmi Jantan
 
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptx
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptxetik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptx
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptxFebriyantiRahmadiniY
 
201605 02-peraturan perundangan k3
201605 02-peraturan perundangan k3201605 02-peraturan perundangan k3
201605 02-peraturan perundangan k3ahmad fuadi
 

Similar to Panduan K3 RS (20)

5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs
 
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docxMAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
MAKALAH_KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_KERJA.docx
 
Kharunia septia prima (1530118)
Kharunia septia prima (1530118)Kharunia septia prima (1530118)
Kharunia septia prima (1530118)
 
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam PerusahaanPengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
 
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptx
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptxPertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptx
Pertemuan-05_Standar Keselamatan Kerja.pptx
 
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaPertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
 
Paparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen BinwasnakerPaparan Dirjen Binwasnaker
Paparan Dirjen Binwasnaker
 
ERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.pptERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.ppt
 
ERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.pptERGONOMI_KESEHATAN.ppt
ERGONOMI_KESEHATAN.ppt
 
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.pptPENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN PANDUAN HR.ppt
 
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
 
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx
2_Konsep_Dasar_K3_and_K3RS_pptx.pptx
 
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuPaper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3
 
Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3Peraturan tentang.docx marsi k3
Peraturan tentang.docx marsi k3
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
 
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerjaPenerapan syarat-kesehatan-kerja
Penerapan syarat-kesehatan-kerja
 
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptx
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptxetik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptx
etik kedokteran gigi pasca penetapan ruu omnibulaw kesehatan.pptx
 
K3 lh
K3 lhK3 lh
K3 lh
 
201605 02-peraturan perundangan k3
201605 02-peraturan perundangan k3201605 02-peraturan perundangan k3
201605 02-peraturan perundangan k3
 

Recently uploaded

2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 

Recently uploaded (9)

2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 

Panduan K3 RS

  • 1. PANDUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU K3 Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 1
  • 2. DAFTAR ISI BAB III KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN KEWASPADAAN BENCANA RS PANTI RAHAYU........ 9 A. Latar Belakang................................................................... 9 B. Ruang Lingkup................................................................... 11 C. Pengertian Istilah................................................................ 11 D. Struktur Organisasi............................................................ 14 E. Tugas dan Fungsi Panitia K3 RS Panti Rahayu................. 15 F. Struktur P2K3.................................................................... 15 BAB IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RS PANTI RAHAYU................................................................................. 16 A. Pengertian........................................................................... 16 B. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja....................................... 17 BAB V SISTEM MANAJEMEN K3 RS PANTI RAHAYU............ 28 A. Pengertian Sistem Manajemen K3...................................... 28 B. Tujuan dan Sasaran Manajemen K3................................... 28 C. Penerapan Sistem Manajemen K3...................................... 28 D. Ruang Lingkup Sistem Manajemen K3.............................. 29 E. Langkah Penerapan Sistem Manajemen K3....................... 29 F. Pelaksanaan Manajemen Keselamatan............................... 32 BAB VI KESEHATAN KERJA RS PABTI RAHAYU..................... 34 A. Pelayanan Kesehatan Kerja................................................ 34 B. Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja........ 34 C. Lingkungan Kerja.............................................................. 35 D. Penyakit Akibat Kerja........................................................ 36 BAB VII PK3 RUMAH SAKIT............................................................. 38 A. Pengorganisasian K3 RS Panti Rahayu............................... 38 B. Langkah-langkah Penyelenggaraan................................... 40 C. Kesimpulan dan Saran....................................................... 43 Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 2
  • 3. BAB VIII PENANGGULANGAN KEBAKARAN................................ 44 A. Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran..................... 44 B. Ruang Lingkup................................................................... 44 C. Fenomena Kebakaran......................................................... 45 D. Sistem Proteksi Kebakaran................................................ 49 Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 3
  • 4. BAB IX KESELAMATAN LINGKUNGAN KERJA........................ 53 A. Latar Belakang.................................................................... 53 B. Ruang Lingkup................................................................... 53 C. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja...................................... 53 D. Alat Pelindung Diri............................................................ 59 Lampiran I ............................................................................................ 65 Lampiran II ............................................................................................ 68 Daftar Pustaka ............................................................................................84 Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 4
  • 5. BAB I KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN KEWASPADAAN BENCANA RS PANTI RAHAYU A. LATAR BELAKANG Kesehatan adalah unsur yang sangat penting untuk menjadikan manusia (SDM) yang berkualitas dan produktif. Hal ini sejalan dengan arah pembangunan yang menempatkan sektor industri naional dan penyebarannya sampai ke seluruh wilayah Indonesia. Sehingga penggunaan bahan kimia, mekanisasi, berbagai metode dan sarana canggih akan meluas dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, yang membawa dampak negatif dan dampak positif dan hal ini harus diantisipasi dengan benar. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 5
  • 6. Dasar Pemikiran yang lain dalam pedoman ini adalah Peraturan perundang- undangan yang mengatur hubungan kerja dan perlindungan pekerja/ buruh, tehadap dampak dan penyakit akibat kerja adalah : 1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang undang Republik Indonesia no: 36 TAHUN 2009 Tentang Kesehatan. 3. Undang-undang Republik Indonesia no: 44 TAHUN 2009 Tentang Rumah Sakit. 4. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI 5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 6. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; 7. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja Di Perusahaan Swasta; 8. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; 9. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri; 10. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 11. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamaman Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 6
  • 7. Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3992); 14. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja; 15. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja; 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan; 17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/ 2001 tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi; 18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/ 2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit; 19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/ 2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan; 20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan; 21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/ X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; 22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 23. Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012, tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Disamping undang-undang tersebut diatas, untuk melakukan pengawasan terhadap ditaatinya undang-undang ketenaga kerjaan tersebut, terdapat 2 (dua) undang-undang yang mengatur tentang pengawasan ketenagakerjaan, yaitu : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan; dan 2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan di Industri dan Perdagangan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 7
  • 8. Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara Kapasitas Kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar steiap pekerja dapat bekerja tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Upaya Kesehatan kerja merupakan berbagai upaya kesehatan yang dilaksanakan secara paripurna dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja bagi seluruh pekerja di rumah sakit. Upaya tersebut meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan dengan penekanan pada upaya peningkatan dan pencegahan. Selain itu upaya ini dikembangkan untuk mengantisipasi factor-faktor yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan pengunjung dan masyarakat umum disekitar rumah sakit. B. RUANG LINGKUP Kesehatan kerja di Rumah Sakit yang dibahas dalam buku Pedoman ini meliputi Kesehatan Kerja bagi semua orang yang terlibat dalam proses pelayanan di RS Panti Rahayu, pasien dan pengunjung. Pembahasan pedoman ini meliputi Dasar Kesehatan Kerja, Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Panti Rahayu, ancaman bahaya yang mungkin timbul di RS Panti Rahayu serta manajemen kesehatan kerja di RS Panti Rahayu. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun orang lain disekelilingnya, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. C. PENGERTIAN ISTILAH 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah : Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 8
  • 9. 2. Upaya Kesehatan Kerja adalah : Upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja serta lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri maupun orang/ masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas yang optimal. 3. Keselamatan kerja adalah: Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses kerja/ pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. 4. Kecelakaan Kerja: Kecelakaan yang tidak diharapkan dan tidak terduga. Tidak terduga; karena dibelakang kejadian tersebut diharapkan tidak terdapat unsure kesengajaan dan perencanaan. Tidak diharapkan; karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, tidak diinginkan. 5. Ergonomi adalah: Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalmkaitannya dengan pekerjaan mereka. Beberapa istilah lain yang sering digunakan dalam pengimplementasian K3 dan perlu dipahami antara lain : a. Potensi Bahaya (Hazard) Keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan bahaya kecelakaan/ kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi yang telah dietetapkan. b. Tingkat Bahaya (Danger) Merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi bahaya mungkin saja ada, tetapi menjadi tidak begitu berbahaya karena telah dilakukan tindakan pencegahan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 9
  • 10. c. Resiko (Risk) Kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. d. Insiden Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber enrgi melebihi nilai ambang-ambang batas badan atau struktur. e. Kecelakaan Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik manusia dan atau harta benda. f. Aman/ selamat Adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya) g. Tindakan Tidak Aman Pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan h. Keadaan Tidak Aman Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat berlangsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan. i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasman maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Segi Keilmuan : ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 10
  • 11. D. STRUKTUR ORGANISASI Organisasi K3 ( Keselamatan Kerja, Kesehatan dan Kewaspadaan Bencana) yang ada di rumah sakit dianamakan Panitia Keselamatan Kerja, Kesehatan dan Kewaspadaan Bencana (PK3RS). PK3RS adalah suatu badan non structural yang dibentuk di rumah sakit untuk membantu melaksanakan dan menangani upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotannya terdiri dari unsur-unsur medis dan non medic. Berikut adalah struktur organisasi PK3RS, RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi STRUKTUR ORGANISASI PK3RS RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 11 Sekretaris K3 AHLI K3 UMUM KOORD KEWASPADAAN BENCANA KOORD KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA KOORD KESEHATAN LINGKUNGAN Anggota Anggota Anggota Ketua K3 pEMILIK pERUSAHAAN
  • 12. E. TUGAS DAN FUNGSI PANITIA K3 RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU 1. Ketua a) Bertanggung jawab kepada Direktur tentang segala pelakasaan kegiatan PK3RS. b) Memimpin Panitia Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Kewaspadaan Bencana (PK3) di RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi dalam membuat dan menjalankan program-program keselamatan dan kesehatan kerja di RS Panti Rahayu. c) Bertanggungjawab atas pelaksanaan program-program PK3RS secara menyeluruh dan tersosialisasi pada gugus –gugus K3 yang berada disetiap/ ruang di rumah sakit. d) Membuat usulan tentang kebijakan-kebijakan tentang K3 di RS Panti Rahayu yang meliputi peraturan, program dan sosialisasi bagi seluruh komponen dalam komunitas rumah sakit. e) Memberikan laporan kepada Direktur, mengenai program-program K3 yang telah dilaksanakan. f) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3. 2. Sekretaris a) Menangani tugas-tugas kesekretariatan (surat-menyurat) dan pengelolaan dokumen yang berkaitan dengan K3 dan fungsi sebagai media informasi. b) Secara khusus bekerja sama dengan bidang II (bidang pelatihan dan sosialisasi) dalam penyelenggaraan pelatihan dan sosialisasi program, peraturan dan perundangan yang terkait dengan K3 bagi seluruh petugas rumah sakit. c) Mengatur jadwal rapat dan meliput/ membuat notulen rapat K3. 3. Anggota a) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan rumah sakit yang memenuhi standard keselamatan dan kesehatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. b) Memonitor secara aktif adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. c) Merumuskan konsep dan peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, baik yang ditujukan untuk keselamatan dan kesehatan kerja petugas, keselamatan pasien dan pengunjung di RS Panti Rahayu. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 12
  • 13. d) Melakukan penelitian dan analisis tentang system keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi keselamatan kerja, peralatan, perlengkapan, lingkungan, metode kerja, dan ergonomic yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e) Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Ketua PK3RS mengenai kebijakan dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang menjadi program PK3RS. F. STRUKTUR P2K3 Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 13
  • 14. BAB II KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RS PANTI RAHAYU A. PENGERTIAN Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun orang lain disekelilingnya, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (ps 10 Undang-Undang 23 tahun 1992: Kesehatan), Undang-undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; pasal 86-87 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Upaya kesehatan kerja di rumah sakit menyangkut Sumber Daya manusia, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. 1. Bahaya di Tempat Kerja Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai anda, baik secara fisik maupun mental. 2. Bahaya terhadap keselamatan adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung. Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin 3. Bahan kimia berbahaya adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh. Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida. 4. Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam katagori diatas, yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 14
  • 15. tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu dekat. Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau gerakan yang berulang- ulang. Ada tiga cara bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh dan dapat mempengaruhi kesehatan, yakni: a. Melalui Hidung, Menghirup gas kimia, uap, atau debu di udara b. Melalui Kulit, Bahan kimia dapat terserap melalui kulit termasuk mata c. Melalui Mulut, Menghirup atau menelan bahan kimia yang jatuh ke dalam makanan, minuman, rokok, janggut, atau tangan. Apabila bahan kimia masuk ke dalam tubuh, dia akan masuk ke dalam peredaran darah, dan mencapai organ-organ tubuh. Gugus tugas yang mungkin akan terkena dampak dari pekerjaan yang dilakukannya adalah seluruh pekerja rumah sakit yang berada dilingkungan RS Panti Rahayu yang meliputi ; a. Tenaga Medis 1) Dokter 2) Perawat 3) Bidan b. Tenaga Non Medis 1) Teknisi 2) Apoteker 3) Asisten Apoteker 4) Ahli Gizi 5) Fisioterapi 6) Penata Anestesi 7) Penata Rontgen 8) Analis Kesehatam 9) Tenaga Adminsitrasi Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 15
  • 16. B. RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA Kesehatan kerja di RS Panti Rahayu mleiputi aspek-aspek fisik, sarana dan prasarana, serta SDM yang memadai, sehingga ruang lingkup Kesehatan Kerja di RSPR dibedakans sebagai berikut : 1) Adanya tenaga terlatih dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan evakuasi bencana Di RS Panti Rahayu, sudah ada pengorganisasian dalam bidang Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi bencana dan dalam pelaksanaannya mengacu pada Disaster Plan (yang terlampir dalam pedoman ini). 2) Adanya denah dan tanda-tanda K3 dilingkungan Rumah Sakit. Untuk jalan keluar bila terjadi bencana diperlukan rambu-rambu/ tanda- tanda khusus sehingga memudahkan untuk evakuasi, antara lain : a) Rambu-rambu petunjuk arah jalan keluar, alat pemadaman api, tempat-tempat berbahaya dan tanda-tanda larangan b) Denah, marka, tempat alat pemadaman api c) Ram, lorong-lorong, pintu darurat yang cukup lebar untuk brankart d) Lampu darurat yang menyala otomatis e) Ruangan untuk lebih dari 60 orang minimal 2 pintu keluar f) Pintu-pitu dapat dibuka dari luar. 3) Adanya bidang yang menangani penanggulangan kebakaran. Dalam Struktur organisasi/ kepanitiaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Rumah sakit sudah dibentuk Panitia Keselamatan dan kesehatan Kerja Rumah sakit (PK3RS) yang dibagi menjadi 3 bidang, salah atunya yaitu bidang III (Tiga) yang khusus menangani/ menanggulangi kebakaran dan bencana yang mungkin terjadi di Rumah sakit. 4) Tersedianya APAR, Hydrant, Alarm dan Alat deteksi kebakaran. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ada di lingkungan Rumah Sakit maka disediakan Alat pemadam Api ringan (APAR) di seluruh lingkugan Rumah Sakit yang penempatannyasesuai dengan Permenaker No.04/Men/1980 tentang syarat –syarat pemasangan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 16
  • 17. dan pemeliharaan APAR yang dalam penerapannya dikondisikan sesuai deengan keadaan bangunan RS Panti Rahayu purwodadi. Sedangkan hydrant digunakan apabila APAR tidak memadai untuk mengatasi kebakaran. Deteksi kebakaran diadakan agar sedini mungkin bahaya kebakaran dapat diketahui dan dilakukan penanggulangannya. Alarm kebakaran sebagai tanda untuk menunjukkan bahwa disuatu tempat tetentu terjadi kebakaran, memudahkan lokasi yang terjadi kebakaran dapat segera diketahui sehingga memudahkan tindakan penanggulangannya. 5) Tersedianya alat keamanan pasien Tingkat ketergantuangan dari setiap rumah sakit berbeda-beda, dari tingkat ketergantuangan sebagaian kepada perawat sampai tingkat ketergantungan yang total, misalnya pasien yang tidak sadar. Dalam penyembuhan penyakit memerlukan tahapan-tahapan dari duduk, berdiri, sampai dengan jalan yang semuanya itu dibutuhkan lingkungan dan peralatan yang mendukung keamanan pasien; di dalama ruangan diperlukan adanya: a) Adanya pegangan sepanjang tangga dan dinding. b) Toilet dilengkapi pegangan dan bel c) Pintu dapat dibuka dari luar. d) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih kecild aripada kepala anak. e) Sumber listrik dilengkapi dengan penutup dan pengaman. f) Pemsaokan oksigen yang cukup pada tempat yang penting. g) Ada alat penghisap dalam keadaan darurat. h) Adanya listrik pengganti bagi ruangan dan alat medis vital. 6) Adannya pemeriksaan kesehatan bagi semua calon karyawan Rumah sakit merupakan tempat dimana kemugkinan sutau penyakit dapat ditularkan baik dari petugas kepada pasien atau sebaliknya. Dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi para calon karyawan agar tenaga yang diterima dalam kondisi keshetan yang setinggi- Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 17
  • 18. tingginya, tidak terinfeksi penyakit dan cocok untuk pekerjaan yang akan menjadi tanggungjawabnya. Pemeriksaan calon karyawan meliputi: a) Pemeriksaan fisik diagnostic di poliklinik oleh dokter poliklinik. b) Pemeriksaan penunjang meliputi 1) Radiologi ; Foto Thorax 2) Laboratorium ; darah rutin, urin rutin, HbSAg 7) Adanya pemeriksaan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat yang beresiko tinggi. Pemeriksaan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh- pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan- golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus ini dilakukan terhadap: a) Petugas yang bekerja di Radiologi b) Petugas yang bekerja pada bagian Laboratoirum c) Petugas yang bekerja pada Instalasi Gizi 8) Adanya pemeriksaan berkala untuk karyawan dengan masa kerja tertentu Untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah melakukan pekerjaan adalah penting untuk menilai dan mengetahui secara dini adanya pengaruh-pengruh seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan upaya pencegahan. Tujuan pemeriksaan berkala ini adalah untuk: a) Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja. b) Pengendalian dan pencegahan kemungkinan terjadinya penyakit akbiat kerja. Sasarannya adalah: a) Karyawan RS Panti Rahayu yang sudah memiliki masa kerja tertentu. b) Tidak dalam pengobatan TBC paru. c) Dalam tiga bulan terakhir tidak ada foto dada Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 18
  • 19. Pemeriksaan yang dilakukan: a) Fisik diagnostic b) Darah rutin c) Urin rutin d) BTA (sputum) e) Thorax foto 9) Dilaksanakannya pencegahan, pemantauan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Rumah sakit sebagi tempat orang memlihkan kesehatannya dari sakit, tetapi juag sebagai tmepat orang sehat bekerja dan beraktivitas. Bagi orang yang bekerja, tentu ada temapt-tempat dengan resiko tinggi yaitu terjadinya kontaminasi atau tertular penyakit serta kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Upaya meningkatkan kesadaran karyawan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan kerja dilakukan dengna cara mengefektifkan pemakaian alat pelindung diri bagi pekerja, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan penggunaan alat sesuai denga manual yang telah ditetapkan. Efektivitas pelaksanaan tugas pekerjaan tersebut terjadi apabila PK#RS beserta Gugus K3 selaku penangnggungjawab terselnggranya Kesehatan kerja di rumah sakit secara berkesinambungan memantau pelaksanaan kerja yang sehat sebagaiman telah ditetapkan dalam ketentuan. Penatalaksanaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dilakukan dengan pencatatan dalam forma yang dialakukan oleh GUgus K3 dalam form yang telah disediakan. Hasil pencatatan dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi bahan evaluasi, agarkejadian yang serupa tidak terjadi lagi dalam proses pekerjaan selanjutnya. 10) Adanya ketentuan tentang pengadaan, penyimpanan dan pengelolaan jasa dan bahan berbahaya. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, memiliki sifat Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 19
  • 20. aksrsinogenik, teratogenik, muatgenik, korosif dan iritasi. Mengingat resiko yang ditimbulkan akibat bahan berbahaya tersebut, maka ketentuan di dalam hal pengadaan dan penyimpanan bahan berbahaya mengacu kepada Permenkes 472/MENKES/PER/ V/ 1996 tentang Pengadaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan. 11) Adanya Pemantauan Kesehatan Lingkungan Pemantauan kesehatan lignkungan kerja dilakukan terhadap factor-faktor: fisik, kimiawi, biologis, dan ergonomis, yang mempengaruhi kesehatan kerja. Hal tersebut perlu dilakukan karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi kesehatan kerja para karyawan dalam bentuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pemantauan lingkungan kerja meliputi: a) Faktor Fisik: Kebisingan, pencahayaan, listrik, panas getaran, suhu, kelembaban dan radiasi. b) Factor Kimiawi: gas anesthetic, cairan anestettic, fromaldehid, mercury, ethilen oxide, debu. c) Fakotr biologi: pemantauan rutin Kadar HbSAg, pemeriksaan angka kuman di ruangan, pemeriksaan makanan dan Pemeriksaan IPAL. d) Faktor ergonomis: perencanaan tangga, cara mengangkat beban, memindahkan pasien, memberi makan pasien, pekerjaan yang dilakukan dengan duduk. 12) Pengeloaan Sanitasi Rumah Sakit. a) Peneyehatan Bangunan dan Halaman Rumah Sakit 1. Pemeliharaan ruang dan bangunan : 1. Kegiatan pembersihan ruang dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. 2. Cara membersihkan ruangan yang menebarkan debu harus dihindari, masing-masing ruang dielengkapi dengan perlengkapan kebersihan sendiri.sendiri. 3. Petugas kebersihan dalam menjalankan tugasnya harus menggunakan APD yang telah disediakan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 20
  • 21. 2. Pencahayaan 1. Pencahayaan alam maupun bautan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan intersitasnay disesuiakan dengan peruntukannya. 2. Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinay untuk menjamin keamanan. 3. Penghawaan 1. Untuk penghawaan alamiah, lubahng ventilasi diupayakan system silang (cross ventilation) dan dijaga kebersihannya agar udara tidak terhalang. 2. Untuk mengurangi kadar udara dalam ruangan (indoor), 1 kali dlam 1 bulan supaya didesinfeksi dengan menggunakan aerosol atau disarungd engan electron presipitator/ menggunakan penyinaran unltra violet. 3. Untuk pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali setahun. 4. Kebisingan 1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. 5. Lalulintas antar ruangan 1. Pembagian ruangan dan lalulintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi. 2. Penggunaan tangga dan elevator dan litf harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaannya yang mudah dipahami oleh pengguna, atau untuk lift dengan 4 (empat) lantai harsu Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 21
  • 22. dilengkapi dengan ARD (Automatic Reserve Divided, yaitu alat yang bisa mencari lantai terdekat bila listrik mati 3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran tau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi dengan tangga darurat. 6. Fasilitas Pemadam Kebakaran. b) Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman 1. Bahan makanan atau makanan jadi yang berasal dari instalasi gizi harus diperiksa secara fisik dan secara periodic minimal 6 bulan sekali diambil sampelnay untul konfirmasi laboratorium. 2. Tempet penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam kondisi bersih, terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya. 3. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan menggunakan kereta dorong khusus) 4. Tempat pengolahan makanan; sebelum dan sesudah digunakan harus dibersihkan dengan antisetik. 5. Asap dikeluarakan melalui cerobong asap yang dilengkapi dengan sungkup asap. 6. Penjamah makanan harus sehat dan dilakukan pemeriksaan secara berkala. 7. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung pengolahan makanan (celemek/ apron, penutup Rambut dan mulut). 8. Selama melakukan pengolahan makanan harus dilakukan: terlindung kontak langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastic, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya) c) Penyehatan Air Termasuk Kualitasnya 1. Kualitas air minum harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI no: 907/ Menkes/ SK/VII/2002; tentang syarat- syarat kualitas air minum. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 22
  • 23. 2. Jumlah kebutuhan air bersih harus mencukupi yaitu 500 l/ tt/ hari. 3. Pemeriksaan kulaitas air bersih dilakukan setiap bualn sekali (untuk pemeriksaan mikrobiologis) dan 3 bulan sekali untuk (pemeriksaan kimiawi) 4. Pengambilan sampel air bersih untuk pemeriksaan mikrobiologi diutamakan pada kran instalasi gizi, kamar bedah, kamar bersalin, kamar bayi, tempat penampungan (reservoir), ruang makan, secara acak pada kran-kran distribusi, pada sumber air dan di titik-titik yang rawan menimbulkan pencemaran. d) Penanganan Limbah 1. Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya dan tutup yang mudah dibuka dan ditutp tanpa mengotori permukaan tangan. 2. Sampah yang dihasilkan rumah sakit dapat diaktegorikan dalam 4 kategori yaitu : 1. Sampah radiokatif (warna kantong plastik merah) 2. Sampah infektius ( warna kantong plasitk kuning) 3. Sampah citotoksis (warna kantong plastic ungu) 4. Sampah umum(warna kantong palstik hitam) 3. Sampah yang dihasilkan diangkat setiap hari atau kantong plastic daingkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah. 4. Harus tersedia incinerator untuk melakukan pembakaran/ pemusnahan sampah medis rumah sakit. 5. Untuk limbah cair, limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan rumah sakit harus dilairkan dalam kondisi tertutup, kedap air dan dapat mengalir dengan lancar. 6. Limbah diolah dalam IPAL 7. Kualitas effluent air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi standard abku mutu lingkungan yang berlaku. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 23
  • 24. e) Pengelolaan Tempat Pencucian Linen 1. Di gugus tugas linen harus disediakan ruang yang terpisah sesuai dengan kegunaanya: 1. R. linen kotor 2. R. linen bersih 3. R. untuk perlengkapan kebersihan. 4. R. pelengkapan cuci 5. Runag Kereta linen 6. Kamar mandi/WC tersendiri untuk petugas pencucian umum. 7. Ruang peniris/ pengering untuk alat-alat dan linen 2. Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan linen kotor sampai linen bersih terhindar dari kontaminasi 3. Harus disediakan tempat cuci tangan petugas, untuk menceha terhadinya kontaminasi leinen bersih. 4. Bak air yang ada harus selalu dibersihkan, untuk mencegah perindukan minimal, seminggu sekali. 5. Perjalanan linen kotor menjadi linen bersih terhindar dari kontaminasi silang. f) Pengendalian Binatang Pengganggu, Serangga dan Tikus. 1. Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa untuk menghidari terjadinya perkebangbiakan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, antara lain setiap lubang pada bangunan harsu dipasang alat/ penghalang agar binatang/ serangga/ tikus tidak masuk ke dalam ruangan. 2. Setiap sarana penampungan air harus bersih/ dikuras sekurang- kurangnya seminggu sekali untuk mencegah berkembangbaiknay nyamuk (Aedes aegepty) 3. Pengendalain serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya dengan menggunakan pestisida harsu dialakukan dengan hati-hati. 4. Cara lain adalah dengan memasang perangkap. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 24
  • 25. g) Dekontaminasi Melalui Sterilisasi dan Desinfeksi 1. Semua peralatan kedokteran klinis/ perlatan asihan keperawatn yang dimasukkan ke dalam jaringan sitem vaskuler atau meleluai saluran darah harus selalu steril sebelum digunakan. 2. Peraltan yang menyentuh selaput lendir seperti edoscopy, pipa endotracheal harus disterilkan. 3. Semau peralatan operasi stelah dibersihkan dari jaringan darah/ skresi harus disterilkan sebelum digunakan. 4. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan. 5. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur sterilisasi yang aman. h) Perlindungan Radiasi 1. Tindkan pencegahan radiasi harus mencakup upaya pemindahan dan pengamanan bahan yang memancarkan radiasi mengamankan pekerja yang bekerja dengn radiasi. 2. Pengawasan kontaminasi udara: 1. Kontaminasi udara ditempat kerja harus diupayakan seminimal mungkin. 2. Perlengkapan proteksi radiasi khusus harus dalam keadaan baik, diperiksa dan diuji secara berkala. 3. Harus selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan keselamatan kerja terhadap perlengkapan radiasi. 3. Harus dilakukan pemantauan perorangan (minimal 1 bulan sekali) untuk melihat tingkat paparan radiasi dan slenjutnya membatasi jumalh paparan dan diusahakan dibawah NAB. 4. Pada saat pemasangan pesawat radiasi, ikuran, bentuk adn intensitas radiasi dapat diketahui. Karena itu dapat ditentukan daerah yang menerima/ yang bebas radiasi. 5. Pelayanan pemantauan menajdi tanggung jawab dan wewenang BATAN. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 25
  • 26. 6. Perlengkapan dan peralatan untuk pengamanan bahan yang memancarkan radiasi adalah sebagai berikut; 1. Monitor perorangan 2. Survey meter 3. Alat untuk mengangkat dan mengangkut 4. Pakaian kerja 5. Dekontaminasi kit 6. Alat pemeriksa tanda-tanda radiasi. i) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan 1. Karyawan 2. Pasien 3. Pengunjung 4. Masyarakat sekitar 13) Adanya Pengelolaan, pemeliharaan dan sertfikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan. a) Pemeliharaan dan pengelolaan peralatan rumah sakit dilakukan oleh Bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana yang meliputi: 1. Kalibarasi alat 2. Program dan prosedur pemeliharaan 3. Manual penggunaan alat 4. Prosedur pemeliharaan APD b) Sarana dan Prasarana Non Medis 1. Program pemeliharaan 2. Manual penggunaan alat 3. Prosedur pemeliharaan APD c) Sertifikasi dan Prasarana 1. Fisik dan Bangunan IMB dan HO 2. Perijinan dan Sertifikasi Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 26
  • 27. Rekomendasi dinas kebakaran, ijin pemakain diesel, ijin instalasi petir, ijin operasional rumah sakit, ijin instalasi listrik, ijin Penggunaan Radiasi. 14) Pengelolaan Limbah Padat dan Cair; a) Tersedia tempat sampah minimal 1 (satu) buah disetiap kamar atau radius 10 meter dan radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka. b) Sampah rumah sakit dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: 1. Sampah medis/ umum ; yaitu untuk megelola sampah umum perlu disediakan tempat pembuangan akhir, selanjutnya sampah yang sudah terkumpul tersebut diangkut/ dibuang oleh petugas Taman RSPR ke Pembuangan Sampah Akhir di Desa Ngembak Grobogan. 2. Sampah Medis Sampah medis yang dihasilkan di rumah sakit, harus dimusnahkan dengan cara dihancurkan/ dibakar di incinerator, sehingga dihasilakn bdebu yang tidak lagi berbahaya/ infekstius, tetapi perlu pengelolaan lebih lanjut yaitu dengan mengumpulkan sampah/ debu ke dalam tempat khusus sehingga mudah dalam pembuangan. c) Pengelolaan Limbah cair d) Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan di RSPR, disalurkan ke IPAL dengan cara mengalirkan air limbah melalui saluran tertutup. Air limbah yang telah diproses dalam IPAL dibuang ke lingkungan/ badan air. Air limbah yang dibuang ke badan air harus memenuhi standard baku mutu lingkungan. e) Pengelolaan limbah Gas. Limbah gas yang dihasilkan RSPR bersumber dari : 1. Hasil pembakaran incinerator 2. Hasil kegiatan instalasi Gizi Untuk mengurangi pencemaran yang terjadi di lingkungan RSPR, maka dilakukan peninggian cerobong Asap incinerator 3 (tiga) meter Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 27
  • 28. lebih tinggi dengan gedung tertinggi disekitar RSPR. Penggunaan sprayer untuk menekan jumlah debu sisa pembakaran. Gas anestesi di kamar bedah: Gas yang dihasilkan dari kegaitan pelayanan bedah hasrus dibuang ke laur agar tidak mengganggu proses pelayanan di kamar bedah. 15) Adanya Program K3 secara Periodik Guna mempersiapkan tenaga terlatih dibidang K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) diperlukan pelatihan berkesinambungan yang dilakukan 2 kali dalam setahun, dengan materi : a) Penaggulangan bencana b) Bahaya kebakaran c) Evakuasi Bencana d) Pengelolaan B3 e) Tatalaksana Kecelakaan dan Penyakit Akibat kerja f) Sistem Informasi g) Pengorganisasian 16) Adanya Sistem Pencatatan dan Pelaporan K3 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal atau keadaan yang sering tidak disadari oelh smeua orang/ disemua tempat, khusunnya di rumah sakit terbukti masih banyak kejadian dan data yang diabaiakn sehingga diperlukan pengeloaan secara sistematis. Dasar pengelolaan K_3 di RSPR berdasar pada Surat Keputusan Direktur RSPR dan Kebijakan RSPR dalam bidang K3. Terkumpulnya data sangat diperlukan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan K3 di RSPR. Tertib administrasi K3 di RSPR diselenggarakan dengan pecatatan dan pelaporan secara berkala yang meliputi : a) Kecelakaan Kerja b) Penyakit Akibat Kerja c) Kebakaran d) Bencana Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 28
  • 29. Untuk memudahakan dalam pencatatan dan pelaporan K3 telah disediakan format tersendiri. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 29
  • 30. BAB III SISTEM MANAJEMEN K3 A. PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN K3 SMK3 merupakan bagian dari system menejemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pengekajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam kerangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan kerja yang aman, efisien dan produktif. Kecelakaan kerja merupakan “kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat”, secara prinsip kecelakaan kerja adalah “setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”. Dengan doktrin diatas makan munculah system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang mengatur tentang: peniadaan unsur penyebab kecelakaan kerja di rumah sakit dan mengadakan pengawasan yang ketat terhadap suatu pekerjaan yang berdampak pada keselahatan dan keselamatan kerja. B. TUJUAN DAN SASARAN MANAJEMEN K3 1. Mengelola K3 secara sistematis dan terstruktur 2. Mneciptakan tempat kerja yang aman 3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja 4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja 5. Memenuhi peraturan yang berlaku (Per 05/Men/1996) C. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 Setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan olek proses produksi atau kegiatan dan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 30
  • 31. Dalam penerapan SMK3 perusahaan harus menerapkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Komitmen dan Kebijakan a. Kepemimpinan dan Komitmen 1) Menempatkan organisasi K3 yang dapat menentukan keputusan perusahaan 2) Menyediakan anggaran, sarana, prasaran dan tenaga kerja yang berkualitas, 3) Menetapkan personil yang mempunyai tanggungjawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3 4) Perencanaan K3 terkoordinasi 5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 6) Peninajian kebijakan secara teratur b. Peninjauan Awal 1) Identifikasi kondisi awal 2) Identifikasi sumber bahaya 3) Studi banding ke perusahaan yang dianggap lebih baik 4) Mempelajari sebab dan akibat suatu kejadian/ kecelakaan 5) Menilai efisiensi dan efektifitas sumsber daya yang disediakan. D. RUANG LINGKUP SISTEM MANAJEMEN K3 Ruang lingkup system manajemen K3 sangat bervariasi tergantung pada perusahaan, negara dan faktor lokal lainnya tetapi secara umum mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut yaitu: 1. Adanya suatu kebijakan K3 2. Struktur organisasi untuk menerapkam kebijakan K3 3. Program implementasi K3 4. Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan balik 5. Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 31
  • 32. E. LANGKAH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 RS Beberapa elemen sistem Manajemen K3 yang dugunakan RS Panti Rahayu adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan Kesehatan & Keselamatan : Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi tersebut dengan berperilaku yang bertanggung jawab. Kami melihat K3 sebagai nilai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari dengan sistem kerja, peralatan, substansi, training dan supervisi yang tepat. Manajemen K3 yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi sejak awal -tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan secara keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan operasinal kami harus secara kontinyu meningkatkan kinerja K3. 2. Peran dan tanggung jawab utama Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan untuk orangorang yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya. Manager harus menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan pengaruhnya. Chief Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini pada level group, ia mendukung dengan tingkat kepedulian yang tinggi untuk menjamin bahwa dalam tiap divisi dan unit bisnis manajemen memiliki otoritas, keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Group Executive/Vice President SDM dari Perusahaan bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengevaluasi kembali secara keseluruhan kebijakan K3, memberikan rekomendasikan mengenai hal tersebut kepada Komite Eksekutif. Semua karyawan memiliki tanggung jawab untuk kesehatan & keselamatan mereka sendiri dan teman lainnya yang berada dalam lingkup/terpengaruh oleh tindakan mereka. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 32
  • 33. 3. Proses dan Alat Utama pada tingkat Korporasi Divisi memiliki suatu sistem Manajemen K3 untuk memastikan adanya peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan pada kebijakan K3 yang merefleksikan kebijakan korporasi dalam hal prinsip- prinsipnya, kerangka kerja, tanggung jawab, koordinasi dan pengawasan, kewajiban ini juga mencakup Unit baru yang bergabung dengan Perusahaan. Sumber daya tertentu seperti manusia, keuangan di dedikasikan dan di identifikasikan guna mencapai target. 4. Analisa Resiko Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di identifikasikan secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Karyawan, kontraktor dan konsumen berhak dan wajib mendapatkan informasi mengenai resiko yang ada dan langkah-langkah yang diambil untuk mengeliminasi atau meminimalkannya. Suatu sistem monitoring dan kesiagaan/alert dipastikan tersedia, yang akan memastikan adanya kontrol pada resiko di tingkat Manajemen sesuai tingkat keseriusannya. 5. Audit & Inspeksi Keselamatan Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit & Inspeksi dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif, yang dikelola dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi dan audit ini dilakukan oleh Manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup juga tingkat Management Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam audit dan inspeksi ini. Sebagai tambahan audit internal ini, diperlukan adanya audit silang antara lokasi kerja yang berbeda, yang menggunakan apa yang disebut tehnik “fresh view”. 6. Analisa dan Pencatatan Kecelakaan Kerja Cidera, kejadian hampir celaka/near-miss atau gangguan fungsi apapun merupakan subyek dari suatu penyelidikan yang mendalam dan metodis, yang dilakukan oleh Manager (disektor yang menjadi tanggung jawabnya), Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 33
  • 34. dengan bantuan dari staff/unit keselamatan dan personil yang terluka atau terlibat. Laporan harus dibuat dan memuat detail apa yang yang terjadi dan tindakan yang diambil (atau yang dilakukan dan skala waktunya) untuk mencegah terulang kembali, usaha investigasi harus proporsional pada resiko potensial. Pelaporan dan komunikasi mengenai cidera harus sesuai dengan arahan Group dan Divisi. Komite Manajemen K3 wajib secara reguler memeriksa relevansi tindakan yang diambil dan menjamin bahwa tindakan tersebut dilakukan. 7. Pencegahan dan Kontrol resiko Peralatan Menetap dan Bergerak Instalasi baru didesain dan dibangun dengan mempertimbangkan keamanan operasi dan keamanan personil perawatan. Instalasi dan peralatan yang bergerak harus diperlihara secara efektif, diuji dan dilakukan inspeksi, merupakan subyek untuk dikontrol secara rutin. 8. Alat Pelindung Diri (APD) APD guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi di mana APD harus dikenakan harus ditentukan dan direncanakan secara sesuai dan dirancang meliputi training dan pengawasan untuk menjamin APD dikenakan (lihat Appendix data sheet penggunaan APD) 9. Instruksi, peraturan dan prosedur Instruksi, peraturan dan prosedur dibuat sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara aman, tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan penilaian resiko, akan bersifat: a) Tertulis b) Selalu disesuaikan / diperbaharui c) Sesuai dengan peraturan hokum/regulasi d) Realistik e) Diketahui dan dimengerti oleh semua pihak yang terlibat f) Ditindaklanjuti dan dihargai Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 34
  • 35. 10. Program Tanggap Darurat Semua lokasi kerja harus memiliki rencana tanggap darurat, yang berhubungan dengan sifat operasi mereka dan resiko yang telah dinilai. Rencana ini harus di perbaharui, jika diperlukan dikomunikasikan dan dipraktekan secara rutin. Latihan wajib dilakukan dan dilatih secara rutin mencakup skenario yang direncanakan atas resiko yang berpotensi tinggi. 11. Pelatihan & Komunikasi Pelatihan Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua personil memiliki kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup tersedianya pelatihan & perlunya pengalaman yang sesuai. a. Pelatihan Keselamatan meliputi: a) Pelatihan perilaku selamat dan mengapa K3 merupakan hal yang penting b) Pelatihan Manajemen K3 c) Pelatihan penilaian resiko d) Pelatihan mengenai prosedur dan metode e) Pelatihan penggunaan peralatan kerja f) Pelatihan guna mendapatkan otorisasi dan lisensi b. Ini menyangkut semua personil seperti: a) Karyawan baru dan karyawan tidak tetap b) Staff yang telah ada (penempatan kembali, promosi, transfer, mutasi) c) Manajemen (audit, investigasi, tindakan pencegahan, rapat untuk memfasilitasi, dll) kontraktor sesuai keperluan Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi secara rutin harus dikaji ulang. c. Pelatihan Komunikasi meliputi Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan, harus mencakup informasi mengenai program keselamatan khusus setiap lokasi, umpan balik dalam hal kinerja dan tindakan yang diambil, mempelajari hal penting guna mencegah kecelakaan. Hal ini akan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 35
  • 36. mendukung arus informasi yang bebas (dari atas ke bawah dan sebaliknya) F. PELAKSANAAN MANAJEMEN KESELAMATAN Pelaksanaan manajemen hiperkes dan K3 RS, berupaya meminimalisasi kerugian yang timbul akibat PAK dan KAK, perlindungan tenaga kerja serta pemenuhan peraturan perundangan K3 yang berlaku (law-compliance). Perekonomian global telah menstandarkan ISO baik seri 9000 maupun seri 14.000, kriteria yang ditetapkan antara lain kualitas produk atau jasa/pelayanan yang tinggi, keamanan pada tenaga kerja dan konsumen atau pasien serta ramah akan lingkungan. Fungsi manajemen, yang dikemukakan oleh beberapa ahli, mengacu kepada tiga fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan atau pengendalian. Fungsi manajemen lainnya disesuaikan dengan falsafah RS yang bersangkutan. Fungsi perencanaan dalam manajemen Hyperkes dan K3 RS, merupakan bagian integral dari perencanaan manajemen perusahaan secara menyeluruh, yang dilandasi oleh komitmen tertulis atau kesepakatan manajemen puncak. Pengorganisasian K3 RS mengacu ke UU No 1/1970 tentang Pembentukan Panitia Pembina K3 RS (P2K3 RS) yang keanggotaannya terdiri dari 2 unsur (bipartite) yaitu unsur pimpinan dan unsure tenaga kerja. Fungsi pengawasan atau pengendalian didalam manajemen hiperkes dan K3RS merupakan fungsi untuk mengetahui sejauhmana pekerja dan pengawas atau penyelia mematuhi kebijakan K3RS yang telah ditetapkan oleh pimpinan serta dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi. Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk: 1. Memelihara dan meningkatkan derajat ke tingkat yang lebih tinggi baik fisik maupun kesejahteraan social. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat dan pekerja yang disebabkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerja. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 36
  • 37. 3. Memberikan perlindungan dalam menjalankan pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 37
  • 38. BAB IV KESEHATAN KERJA A. PELAYANAN KESEHATAN KERJA Pelayanan kesehatan kerja adalah usaha kesehatan dilaksanakan dengan tujuan: 1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja 2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkunagn kerja 3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja 4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga yang menderita. Pemeriksaan kesehatan mengandung beberapa arti dan spesifikasi, diantaranya pemeriksaaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seseorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan, selain itu pemeriksaan periodik atau berkala dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja. B. KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja dimana hubungan interaktif dan serasi ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja, gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain. Sedangkan beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 38
  • 39. Kondisi lingkungan kerja (misalnya: panas, bising, debu, zat kimia dan lain- lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehtan pada pekerja dapat disebabkan oleh factor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian status kesehatan pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi oleh factor- faktor pelayanan kesehatan kerja. C. LINGKUNGAN KERJA Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya penyakit yang sudah jelas penularannya melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang atau penggunaan alat pelindung diri yang kurang sehingga mengakibatkan terpajan/ kontak langsung dengan sumber penyakit. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, langkah awal yang penting adalah pengenalan/ identifikasi bahaya yang timbul dan evaluasi terhadap proses/ system pengendalian dampak. Upaya mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama yaitu : 1. Pengenalan Lingkungan Kerja Pengenalan lingkungan kerja bisa dilakukan dengan cara melihat dan mengenal langkah dasar yang pertama dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenali seperti masalah kebisingan disuatu tempat yang mana seseorang sulit untuk mendengar percakapan, tidak jelas atau sulit untuk dikenali; zat kimia yang terbentuk dari suatu rangkaian proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Dengan demikian survey awal sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang berpengalaman dibidangnya, karena bahaya/resiko tersebut tidak akan akan terlewatkan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 39
  • 40. dalam evaluasi dan dapat dikendalikan. Untuk itu perlu diketahui informasi tentang pekerja yang terlibat, proses kerja dan limbah yang dihasilkan, potensi bahaya yang mungkin timbul, atau dampak akibat kerja. 2. Evaluasi Lingkungan Kerja Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/ bahan yang berbahaya dilingkungan kerja yang dikenali selama survey awal harus ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui berbagai teknik, misalnya pengukuran kebisingan, ini merupakan penilian karakteristik dan besrnya potensi-potensi yang mungkin timbul, sehingga dapat menentukan prioritas dalam mengatasi masalah. 3. Pengendalian Lingkungan Kerja Pengendalian lingkunga kerja bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan pemaparan terhadap zat/ bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya; pengenalan dan evaluasi tidak menjamin tempat kerja/ lingkungan kerja yang sehat. Jadi hal ini hanya bisa dicapai dengan teknologi pengendalian yang kuat untuk menegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja. Pada dasarnya pengendalian terhadap bahaya-bahaya lingkungan kerja dapat dikelompokkan dalam 2 kategori ; Pengendalian Lingkungan dan Pengendalian Perorangan. a. Pengendalian Lingkungan Pengendalian lingkungan meliputi: perubahan dan proses kerja atau lngkungan kerja dengan tujuan untuk pengendalian terhadap kesehatan dengan cara meminimalkan penggunaan bahan kimia/ bahan lainnya sampai pada titik tertentu sehingg tidak membahayakan lingkungan dan pekerja bahkan sampai mencegah kontak antara zat/bahan dengan para pekerja. b. Pengendalian Perorangan Penerapan Cara kerja yang benar meliputi desain dan prosedurkerja yang spesifik untuk mengurangi sebanyak mungkin penyebaran dan atau pemaparan zat/ bahan berbahaya dilingkungan kerja merupakan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 40
  • 41. pendekatan yang tepat untuk melindungi para pekerja. Proses kerja dan bahaya kesehatan yang berhubungan harus dipelajari dengan seksama untuk menetapkan jenis pengukuran. D. PENYAKIT AKIBAT KERJA Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) terdiri dari 5 faktor, diantaranya: a. Golongan Fisik Pada golongan fisik misalnya karena suara yang tinggi/ bising bisa menyebabkan ketulian, tempat/ suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat misalnya: hyperpireksi, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke, yang hal ini akibat dari keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang banyak dari dalam tubuh tenaga kerja. b. Golongan Kimia Masuknya bahan kimia ke dalam tubuh dapat secara akut maupun kronis. Keracunan akut sebagai akibat absorbsi bahan kimia yang dalam jumlah besar dan waktu yang pendek dapat berupa keracunan gas, karbon monoksida ataupun paparan asam cianda. c. Golongan Biologi Berbagai golongan biologi misalnya virus, bakteri, parasit, cacing, jamur dan lain-lain, dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Dilaporkan adanya pekerja yang menderita penyakit malaria, filariasis pada pekerja dilapangan, penyakit hepatitis, tbc pada petugas kesehatan, dan lain-lain d. Golongan Fisiologi (Ergonomi) Akibat posisi kerja/ cara kerja yang salah seperti bekerja dengan membungkuk akan menyebabkan sakit otot, sakit pinggang dan cedera punggung, juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Pada konstruksi mesin/ bagian instalasi teknik yang kurang baik juga akan menyebabkan berbagai penyakit akibat kerja e. Golongan Mental Psikologi Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 41
  • 42. Berbagai keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan kerja yang kurang baik, upah yang kurang, tempat kerja yang terpencil dapat berpengaruh terhadap pekerja, yaitu menimbulkan stress yang manifestasinya anatra lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa membuat keputusan, tekanan darah meningkat, yang kelanjutannya dapat mengakibatkan timbulnya penyakit lain atau terjadinya kecelakaan kerja. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 42
  • 43. BAB V PK3 RUMAH SAKIT A. PENGORGANISASIAN K3 RS PANTI RAHAYU Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, 11 bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit- unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya. 1. Tugas dan fungsi PK3 RS a. Tugas pokok: 1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3. 2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur. 3) Membuat program K3RS b. Fungsi 1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan K3 2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS. 3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 43
  • 44. 4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif. 5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS. 6) Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan. 7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai kegiatannya. 8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan gedung dan proses. 2. Struktur organisasi K3 di RS Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja rangkap. Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada Direktur RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan kondisi/kelas masing masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial. Keanggotaan: a. Organisasi/unit pelaksana K3 RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan jajaran direksi RS. b. Organisasi/unit pelaksana K3 RS terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 RS dipimpin oleh ketua. c. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota. d. Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung direktur RS. e. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS adalah seorang tenaga profesional K3 RS, yaitu manajer K3 RS atau ahli K3. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 44
  • 45. 3. Mekanisme kerja a. Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 RS. b. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi/unit pelaksana K3 RS. c. Anggota organisasi/unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat organisasi/unit pelaksana K3 RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi/unit pelaksana K3 RS. d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit pelaksana K3 RS mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik karena kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan. e. Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya. f. Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 RS, untuk menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur RS. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3 RS serta Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 45
  • 46. alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan. g. Organisasi/unit pelaksana K3 RS membantu melakukan upaya promosi di lingkungan RS baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di RS. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya mendapat reward dari direktur RS. B. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di RS, maka perlu langkah-langkah penerapannya yaitu: 1. Tahap persiapan a) Menyatakan komitmen. Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas RS. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 46 Tinjauan ulang & Peningkatan oleh manajmenan Pengukuran dan Evaluasi Penerapan SMK3 Perencanaa n SMK3 Komitmen & Kebijakan K-3Peningkatan Berkelanjuta n
  • 47. b) Menetapkan cara penerapan K3 di RS. Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang. c) Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3 RS. Membentuk kelompok kerja penerapan K3. a. Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan RS. b. Menetapkan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana. d) Membentuk kelompok kerja penerapan K3. Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan RS. e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana. 2. Tahap Pelaksanaan a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di c. Dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 47
  • 48. d. tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya e. Sebagai produk akhir dari pelatihan. f. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya : 1) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus) 2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja 3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat 4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan 5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit. 6) Menciptakan lingkungan kerja yang hIgienis secara teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada 7) Melaksanakan biological monitoring 8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja 3. Tahap pemantauan dan Evaluasi Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah satu fungsi manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 RS itu berjalan, dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. 4. Pemantauan dan evaluasi meliputi : a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS); 1. Pencatatan dan pelaporan K3 2. Pencatatan semua kegiatan K3 3. Pencatatan dan pelaporan KAK 4. Pencatatan dan pelaporan PAK Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 48
  • 49. b. Inspeksi dan pengujian Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (Pemantauan secara Biologis). c. Melaksanakan audit K3 Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian. Tujuan Audit K3: 1. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan 2. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan 3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu. 4. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak. 5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 49
  • 50. C. KESIMPULAN DAN SARAN Tujuan Manajemen hiperkes dan K3RS adalah melindungi petugas RS dari risiko PAK/PAHK/KAK serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS, baik dimata konsumen maupun pemerintah. Keberhasilan pelaksaanaan K3RS sangattergantung dari komitmen tertulis dan kebijakan pihak direksi. Oleh karena itu, pihak direksi harus paham tentang kegiatan, permasalahan dan terlibat langsung dalam kegiatan K3RS. Pelaksanaan K3 di rumah sakit ditujukan pada 3 hal utama yaitu SDM, lingkungan kerja dan pengorganisasian K3 dengan menggalakkan kinerja P2K3 (Panitia Pembina atau Komite K3) di RS. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 50
  • 51. BAB VI PENANGGULANGAN KEBAKARAN A. PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN Tugas pokok pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan, termasuk ketentuan K3 dibidang penanggulangan kebakaran. Kebakaran ditempat kerja adalah termasuk dalam kategori kecelakaan kerja, dimana kejadian kebakran dapat membawa konsekuensi mengancam keselamatan jiwa tenaga kerja dan berdampak dapat merugikan banyak pihak baik pengusaham tenaga kerja maupun masyarakat luas. B. RUANG LINGKUP Kondisi operasionalisasi yang diharapkan dalam penanggulangan kebakaran mampu mengidentifikasim menganalisis, supervisi, dan memberikan rekomendasi. Harus disadari bahwa rekomendasi pegawai pengawas mengandung konsekuensi wajib dilaksanakan, karena harus memiliki dasar dan landasan hukum. 1. Identifikasi Potensi Bahaya Sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu setiap bentuk energy lainnya seperti listrik, petir, mekanik, kimia dan bentuk energy lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi untuk dikendalikan sesuai ketentuan peraturan-peraturan dan standar yang berlaku. 2. Analisa Resiko Berbagai potensi bahaya yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya, apakah kategori ringan sedang, beraty atau sangat serius, dengan parameter kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi kerugian dan jumlah jiwa yang terancam. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 51
  • 52. 3. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti system deteksi dan alarm, APAR, hydrant, springkler, house rell, dll yangdirancang berdasarkan standar sesuai dengan tingkat bahayanya 4. Sarana Proteksi Kebakaran Pasif Alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran seperti kompartementasi, treatment atau clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke control system), sarana evakuasi, system pengendali asap dan api (smoke damper, fire damper fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll C. FENOMENA KEBAKARAN Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran meliputi teknik dan strategi pengendalian sumber energy, teknik dan strategi pemadaman, serta konsep manajemen penanggulangan kebakaran adalah didasarkan pada analisa fenomena terjadinya api atau kebakaran. Pada bagian ini, akan mengkaji gejala-gejala pada proses terjadinya api dan kebakaran antara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source energy, initation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik pada peristiwa kebakaran seperti: back draft, penyebab asap panas dan gas, dll. 1. Fenomena Kebakaran Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam. 2. Teori dan Anatomi Api a. Teori Api Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaa fisik bahan yang telah terbakar akan berubah menjadi Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 52
  • 53. arang, abu atau hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan berubah pula menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energy adalah perubahan secara kimia. b. Teori Segitiga Api Unsure pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api (triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur: bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau bahan oksidator, dan panas yang cukup. Dengan teori ini, maka apabila salah satu unsur dari seitiga api tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berubah bahan padat, cair maupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun padat, demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan padat, disini menggambarkan adanya tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis bahan. c. Teori Piramida Bidang Empat Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yangs emula menjadi zat baru, maka proses ini adalah secara kimia. Proses pembakaran ditinjau degan teori kimia, adalah reaksi satu unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang terbentuk disebut oksida. Oksidasi dapat berjalan lambat dan dapat berlangsung cepat. Oksidasi yang berjalan lambat, panas yang timbul hampir tidak dapat terdeteksi oleh indera kita. Proses oksidasi yang berlangsung cepat seperti pembakaran batubara, atau pembakaran dalam motor bakar, disertai dengan pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperatur selama dalam proses pembakaran berlangsung disebut panas pembakaran. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 53
  • 54. 3. Prinsip Teknik Memadamkan Api a. Berdasarkan teori triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat terjadinya nyala api, yaitu: - Bahan Bakar - Oksigen (O2) - Panas/ sumber penyala b. Berdasarkan dalam elemen segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu: - Flash Point - Flammable range - Fire Point - Ignition Point c. Unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori tetrahedron of fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk memadamkan api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip, yaitu: - Prinsip mendinginkan (cooling), misalnya dengan menyemprotkan air - Prinsip menutup bahan terbakar (starbation), misalnya menutup dengan busa - Prinsip mengurangi oksigen (dilution), misalnya menyemprotkan gas O2 - Prinsip memutus rantai reaksi api (mencekik), dengan media kimia Penerapan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak dapat disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan jenis bahan apa yang terbakar, kemudian baru dapat ditentukan metoda apa yang cocok untuk diterapkan dan media jenis apa yang sesuai. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 54
  • 55. 4. Klasifikasi Kebakaran Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakeristik yang berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus disesuaikan dengan karakteristiknya, mengacu pada standar. Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut Standar Inggris yaitu LPC (Loss Prevention Committee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office Committee) menetapkan klasifikiasi kebakaran dibagi dalam klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Orevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D. pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material yang terbakar. KLASIFIKASI KEBAKARAN Standar Amerika (NFPA) Standar Inggris (LPC) Klas Jenis Kebakaran Klas Jenis Kebakaran A Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastic dan sejenisnya A Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastic, dan sejenisnya B Bahan cair dan gas, seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal, gemuk alcohol, gas alam, gas LPG dan sejenisnya B Bahan cair, seperti bensin, solar, minyak tanah, dan sejenisnya C Peralatan listrik yang bertegangan C Bahan gas seperti gas alam, gas LPG D Bahan logam, seperti: Magnesium, alumunium, kalium, dll D Bahan logam, seperti: magnesium, alumunium, kalium dan sejenisnya E - E Peralatan listrik yang bertegangan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 55
  • 56. 5. Jenis-jenis Media Pemadam Kebakaran Pertimbangan pertama dalam merencanakan system proteksi kebakaran adalah klasifikasi potensi resiko bahaya (hazard) dari jenis hunian yang akan dilindungi yang ditinjau dari beberapa aspek, antara lain klasifikasi ini sebagai dasar menentukan system instalasi yang sesuai dan media pemadam yang cocok. Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air, karena mempunyai efek pendinginan yang baik, mudah diperoleh, murah dan dapat dirancang dengan teknik-teknik tertentu. System instalasinya dapat dipasang permanen dan dirancang otomatik dan desain bentuk pancarannya dapat bervariasiantara lain pancaran jet, spray, fog (embun). Media pemadaman air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis kebakaran. Jenis-jenis media pemadam kebakaran selain air antara lain berbentuk busa (foam), serbuk kimia kering (dry chemical powder), carbondioksida, inergent, halocarbon (halon), dan lain-lain. Masing-masing dari jenis media pemadam tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan tertentu. System klasifikasi membedakan karakteristik setiap jenis bahan yang terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media pemadam yang efektif daya pemadamannya dan keselamatan bagi petugas yang melakukan pemadaman, dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat penerapan media pemadam yang digunakan. Dengan memahami klasifikasi kebakarandan karakteristik tiap jenis media pemadaman kebakaran, maka dapat ditentukan jenis media pemadam yang sesuai. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 56
  • 57. JENIS-JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA Klasifikasi Jenis Kebakaran Jenis Media Pemadam Kebakaran Tipe Basah Tipe Kering Air Busa Powder Gas CO2 Clean Agent Klas A Bahan padat seperti kayu VVV V VV V VVV*) Bahan berharga atau bahan penting XX XX VV**) VV VVV Klas B Bahan cair XXX VVV VV V VVV Bahan gas X X VV V VVV Klas C Panel listrik XXX XXX VV VV VVV Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus X XXX Keterangan: VVV : Sangat Efektif VV : Dapat digunakan V : Kurang tepat/ tidak dianjurkan X : Tidak tepat XX : Merusak XXX : Berbahaya *) : Tidak efisien **) : Kotor/ korosif D. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 1. Konsep Sistem Proteksi Kebakaran Penerapan system proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncanakan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, yang harus direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya pada hunian yang bersangkutan. Pada bagian diatas telah dipahami pengertian klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran. Perencanaan system proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem strategi yaitu : Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 57
  • 58. a. Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau instalasi yang dipersiapkna untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti system deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, springkler, house rel, dll b. Sarana proteksi kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran seperti system kompartementasi, treatment atau clotting fire retardant, sarana evakuasi, system pengendali asap dan api (smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi, dan rescue, dll c. Fire safety manajemen 2. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah berpacu pada waktu, - api yang masih awal lebih mudah dipadamkan dibandingkan dengan yang telah lama terbakar – karena itu, perlu adanya system pendeteksian dini dan system tanda bahaya serta system komunikasi darurat. Dengan perkembangan teknologi, peran penjagaan tempat kerja dapat digantikan dengan memasang system instalasi deteksi dan alarm kebakaran otomatik. Apabila instalasi alaram kebakaran otomatik mengambil alih peran tersebut, maka untuk menjamin kehandalan system tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Permenaker No 02/Men/1983 Klasifikasi Sistem Alarm: b. Manual c. Otomatik (semi addressable atau fully addressable) d. Otomatik integrated system (deteksi, alarm dan pemadaman) Komponen system alarm kebakaran otomatik terdiri dari: a. Detector dan tombol manual (input signal) b. Panel detector (system control) c. Alarm audible atau visible (signal output) 3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain konstruksi dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 58
  • 59. Syarat pemasangan APAR: a. Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil (tidak diikat mati atau digembok) b. Jarak jangkauan maksimum 15 m c. Tinggi pemasangan maksimum 125 cm d. Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api e. Secara berkala harus diperiksa f. Media pemahaman harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan g. Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan Jenis media pemadam telah dibahas pada bagian sebelumnya. Setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki daya kemampuan untuk memadamkan api jenis dan ukuran tertentu. Untuk menilai kemampuan pemadaman dilakukan pengujian secara laboratories dengan mengacu pada standar pengujian klasifikasi dan rating. Tidak semua tabung alat pemadam api ringan dilengkapi dnegan label klasifikasi rating, karena itu dapat menggunakan petunjuk daftar perkiraan kemampuan. 4. Hydrant Adalag instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran. Komponen utama system hydrant terdiri dari: a. Persediaan air yang cukup b. System pompa yang handal, pada umumnya terdiri dari 3 macam pompa, yaitu: pompa jockey, pompa utama dan pompa cadangan. c. Siamese connection atau sambungan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran. d. Jaringan pipa yang cukup e. Slang dan nozzle yang cukup melindungi seluruh bangunan Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 59
  • 60. 5. Springkler Adalah intalasi pemadaman kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila (nosel/ pemancar/ kepala springkler) terkena panas pada temperature tertentu. Dasar perencanaan system springkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar klasifikasi hunian. Klasifikasi : Ringan Sedang I, II, III Berat Khusus Variable : Peruntukan bangunan Jumlah dan sifat penghuni Konstruksi bangunan Flammability dan Quantity Material (Fire Loads) Standar Desain : Ukuran kepala springkler dan kepadatan pancaran 6. Sistem Tanggap Darurat a. Keadaan darurat adalah situasi/ kondisi/ kejadian yang tidak normal, beberapa cirinya: • Terjadi tiba-tiba • Mengganggu kegiatan/ organisasi/ komunitas • Perlu segera ditanggulangi karena keadaan darurat dapat berubah menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban atau kerusakan b. Jenis-jenis Keadaan Darurat • Natural Hazzard (Bencana Alamiah): a. Banjir b. Kekeringan c. Angin topan d. Gempa e. Petir Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 60
  • 61. • Technological Hazard (Kegagalan Teknis) a. Pemadaman listrik b. Bendungan bobol c. Kebocoran nuklir d. Peristiwa kebakaran/ ledakan e. Kecelakaan kerja/ lalu lintas f. Huru hara g. Perang h. Kerusuhan c. Keadaan Darurat Kebakaran Situasi dalam kejadian kebakaran pada suatu bangunan akan melibatkan semua orang yang ada dalam bangunan yang terbakar, semua orang merasa terancam dalam bahaya dan ingin menyelamatkan diri masing- masing. Ada kalanya yang sudah keluar ditempat yang aman masih ada kemungkinan masuk kembali. Apabila ada orang asing (tamu/ pengunjung) mereka lebih tidak familier dengan lingkungan setempat. Mengatasi situasi panik dapat dilakukan dengan cara latihan secara teratur. Dalam pelaksanaan latihan harus ada skenario yang baku dan diulang-ulang. System tanggap darurat penanggulangan kebakran tertuang pada buku panduan yang berisikan siapa berbuat apa. Tahapan perencanaan keadaan darurat: d. Identifikasi bahaya dan penaksiran resiko e. Penakaran sumber daya yang dimiliki f. Tinjau ulang rencana yang telah ada g. Tentukan tujuan dan lingkup h. Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat i. Menentukan tugas-tugas dan tanggung jawab j. Tentukan konsep operasi k. Tulis dan perbaiki. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 61
  • 62. BAB VII KESELAMATAN LINGKUNGAN KERJA A. LATAR BELAKANG Upaya perlindungan tenaga kerja merupakan untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi dimana salah satu aspek adalah upaya keselamatan kerja termasuk lingkungan kerja. Potensi bahaya yang berasal dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan fisiologi. Faktor lingkungan kerja yang berasal dari bahan-bahan kimia seperti adanya kebocoran-kebocoran cairan, tumpahan atau dampak bahan kimia dalam berbagai bentuk seperti debu gas, cairan , asap dan fume dapat mencemari udara lingkungan kerja maupun mencemari lingkungan masyarakat. Untuk mengurangi resiko ataupun potensi bahaya dari lingkungan kerja perlu adanya upaya pengendalian lingkungan kerja yang sesuai dengna peraturan- peraturan yang berlaku. B. RUANG LINGKUP Ruang lingkup keselamatan lingkungan kerja meliputi penanganan bahan kimia berbahaya, lingkungan kerja, penggunaan cairan kimia, hygiene tempat kerja, alat pelindung diri dan limbah industry di tempat kerja. C. FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA 1. Faktor Fisik (Kebisingan) Adalah bunyi yang didengar sebagai suatu rangsangan pada telinga, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai suatu kebisingan. Kualitas bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya, intensitas bunyi adalah besarnya tekanan yang dipindahkan oleh bunyi yang dinyatakan dalam satuan decibel (dB). Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 62
  • 63. Frekuensi dinyatakan dengan jumlah getaran per detik atau hertz, yaitu jumlah gelombang yang diterima oleh telingan setiap detiknya. Telinga manusia dapat mendengar bunyi mulai frekuensi 20 s/d 20.000 Hz. Bunyi dengan frekuensi 250 s/d 3000 Hz sangat penting, karena dengan frekuensi teersebut, manusia dapat mengadakn komunikasi dengan normal. Berdasarkan sifatnya, bunyi yang menyebabkan kebisingan dapat dibagi menjadi: a. Kebisingan continue b. Kebisingan impulsive c. Kebisingan intermitten (putus-putus) d. Kebisingan impaktif Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja dan lingkungan kerja dibagi menjadi 2, yaitu : a. Pengaruh terhadap alat pendengaran Tuli konduktif terjadi karena gangguan hantaran suara dari daun telingan ke foramen ovale Tuli perspektif disebut juga dengan istilah tuli sensori neural, hal ini diakibatkan karena kerusakan pad cochlea dan syaraf pendengaran atau otak b. Efek kebisingan kepada daya kerja Kebisingan mempunyai efek merugikan pada daya kerja, pengaruh- pengaruh negative demikian adalah sebagai berikut: Gangguan kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari kebisingan itu sering mengganggu walaupun terdapat variasi besarnya gangguan atas jenis dan kekerasannya. c. Pengukuran intensitas kebisingan Alat ukur intensitas kebisingan disebut “Sound Level Meter“ d. Pengendalian Kebisingan Ditempat kerja pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi tingkat intensitas kebisingan ataumengurangi lamanya pemaparan selama jam kerja Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 63
  • 64. Usaha-usaha yang dapat ditempuh dengan cara • Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada sumbernya, hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan alat peredam pada sumber getaran • Penempatan penghalang pada jalan transmisi, hal ini dilakukan secara baik dengan mengisolasi mesin atau tenaga kerja • Penggunaan alat pelindung telinga, alat ini pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: sumber telinga (ear plug), da tutup telingan (ear muff) • Pengaturan waktu kerja, bila hal-hal tersebut diatas masih sulit untuk diterapkan masih ada usaha perlindungan yang meminta perhatian khusus terutama pihak pengusaha dengan intensitas bising yang diterima tenaga kerja. Kegagalan untuk melakukan perlindungan, akan menyebabkan berkurangnya pendengaran secara bertahap. (lihat apendik untuk kebijakan APD untuk kebisingan). Banyak Perusahaan secara rutin melakukan monitoring fungsi pendengaran karyawan untuk menjamin penurunan yang terjadi tidak melebihi penurunan yang seharusnya terjadi karena proses usia yang alamiah. 2. Faktor Fisik (Pencahayaan) Adalahmerupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu, penerangan yang memadai akan memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yangberasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber cahaya lain, dengan demikian maksud dari pencahayaan dalam lingkungan kerja agar benda akan jelas terlihat. Pencahyaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata. a. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penerangan • Sumber cahaya Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 64
  • 65. Berbagai jenis sumber cahaya yang dapat dipakai dan pada saat ini dipergunakan antara lain: lampu pijar/ bolam, dan lampu neon/ penerangan darurat. • Daya Pantul Apabila cahaya mengenai suatu permukaan yang kasar dan hitam maka semua cahaya akan diserap, tetapi apabila permukaan halus dan mengkilap maka cahaya akan dipantulkan sejajar, sedangkan bila permukaan tidak ratamaka pantulan cahaya akan diffuse. Pada pantulan cahaya sejajar mata tersebut akan melihat gambar dari sumber cahaya, pada cahaya diffuse mata melihat pada permukaan, sebagian dari pada permukaan biasanya mempunyai sifat kombinasi sejajar dan diffuse. • Ketajaman pengliihatan Kemampuan mata untuk melihat suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: - Ukuran objek/ benda - Cahaya pantul benda - Kontras b. Penerangan Ruangan Penerangan yang baik adalah penenrangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat, jelas, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Sifat-sifat penerangan yang baik ditentukan oleh beberapa faktor seperti pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan. c. Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan Penglihatan yang jelas maka tenaga kerja akan melaksanakan pekerjaannya lebih mudah dan cepat sehingga produktivitas diharapkan naik, sedangkan penerangan buruk akan berakibat: • Kelelahan mata dan berkurangnya daya dan efisiensi kerja Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 65
  • 66. • Kelelahan mental • Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata • Kerusakan indera mata • Meningkatnya terjadinya kecelakaan 3. Faktor Fisik (Radiasi) Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari layer monitor), sinar infra merah dan sinar ultraviolet. Radiasi dapat pula timbul jika dipergunakan peralatan nuklir tingkat rendah. Panduan berikut ini wajib diterapkan: • Tidak ada seorangpun, kecuali seperti yang telah dijelaskan setiap saat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR), dapat mendekat ke garis lingkar sekitar sumber radioakatif. • Tidak seorangpun boleh memasuki vessel di mana terpasang sumber radioaktif. • Jika diperlukan untuk masuk ke dalam vessel tsb. seseorang harus menunggu sampai PPR menyatakan bahwa sumber tersebut telah diamankan. • Hanya pemasok yang khusus, diperbolehkan untuk memindahkan atau melengkapi kembali suatu sumber radioaktif dan PPR harus mendapat informasikan sebelum pemasok melakukan kegiatan tersebut. 4. Faktor Kimia Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan kimia di dalam industry, maka semakin sering pula terlihat pengaruh-pengaruhnya terhadap tenaga kerja dan industry, yang selalu akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, shingga akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja dan produktivitas instansi yang bersangkutan. Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 66
  • 67. Penanganan bahan kimia dalam industry memerlukan perhatian khusus agar dapt memeriksa perlindungan yang optimal bagi tenaga kerja dan masyarakat umum, sejak dari pengadaan, penyimpanan, pemakaian sampai pengolahan sisa-sisa produksi yang dihasilkan. Penanganan yang salah atau tidak benar akan mengakibatkan berbagai hal yang bisa menyebabkan kerugian bagi tenaga kerja dan instansi itu sendiri. a. Efek Bahan Kimia di Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah tempat dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan serta mendapat pemaparan berbagai potensi bahaya. Bagaimanapun sempurna dan efektifnya penanganan bahan kimia yang dilakukan didalam indusri, maka tetap terjadi pelepasan bahan kimia berbahaya kedalam lingkungan kerja, sehingga tenaga kerja akan tetap terpapar. Bahan kimia berbahaya dapat berpengaruh terhadap tenaga kerja apabila bahan tersebut “masuk” kedalam tubuh tenaga kerja. Masuknya bahan ini kedalam tubuh sangat bergantung dari bentuk fisik bahan tersebut. Dikenal beberapa bentuk fisik bahan kimia dalam lingkungan kerja, yaitu: • Padat seperti debu, serat/ partikel, dapat berasal dari debu rokok, debu logam berat, debu mineral (asbes/ silica), debu padi dan tumbuhan lain, serat kapas dan kain, dll • Cair seperti liquid, misalnya cairan semprotan pembasmi serangga, orang bersin, dll • Gas dan Uap, seperti O2, N2, CO2, CO, SO2, NH3, NO2, H2S yang berbentuk gas, sedang yang dalam bentuk uap misalnya, uap pelarut cat atau tinner yang mengandung benzene, toluene, xylena, dan derivate-derivatnya, uap pelarut atau pembersih gemuk, uap pencuci dipercetakan, uap pelarut dan sebagainya. Secara atau berdasarkan sifat fisik dari bahan kimia dilingkungan kerja, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut: Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 67
  • 68. • Bahan bersifat partikel (awan, asap, kawat dan fume) yang menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi: - Perangsang (kapas, sabun, dll) - Toksik (partikel Pb, As, Mn, dll) - Penyebab Firosis (debu asbesm quartz, dll) - Inert (Al, kapur, dll) • Bahan non partikel (gas dan uap) yang berdasarkan pengaruh fisiologisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Aspiksian (N2, CO2) - Perangsang (HCl, H2S, dll) - Racun organic dan an-organik (nikel, carbonyl, dll) - Bahan kimia yang mudah menguap - Merusak alat-alat tubuh (CCl4) - Berefek anaesthesia - Merusak susunan darah (benzene) - Merusak syaraf (parathion) - Ritan dan bahan-bahan terhadap jaringan b. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Penggunaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja banyak mengandung bahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia. Sifat bahaya bahan kimia dan faktor yang mempengaruhinya dapat dipahami dengan baik apabila kita dapat memahami sifat dari bahan kimia berbahaya tersebut secara garis besar beserta label bahayanya. • Kategori Bahan Kimia Berbahaya Yang termasuk kategori bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang mempunyai sifat: - Memancarkan radiasi - Mudah meledak - Mudah menyala/ meledak - Oksidator - Racun Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 68
  • 69. - Karsinogenik - Iritasi - Sensitisasi - Teratogenik - Mutagenic - Korosi • Pengaruh Bahan Kimia terhadap Kesehatan - Menyebabkan iritasi - Menimbulkan alergi - Menyebabkan sulit bernapas - Menimbulkan racun sistemik - Menyebabkan kanker - Menyebabkan kerusakan/ kelainan janin - Menyebabkan pnemokoniosis - Menyebabkan efek bius (narkotika) • MSDS dan Label (Material Safety Data Sheet) lembar data keselamatan bahan Lembar data keselamatan bahan secara garis besar harus memuat penjelasan-penjelasan antara lain: - Identifikasi dari bahan - Komposisi dan cirri fisik khusus dari bahan - Informasi tentang bahaya bahan - Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan yang benar - Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman 5. Faktor Biologi Faktor biologis penyakit akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus, bakteri protozoa, jamur, cacing, kutu pinjal, mungkin pula hewan atau tumbuhan. Penyakit jamur kutu, sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 69
  • 70. kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia. Sebagai usaha kesehatan biasa, adalah imunisasi dengan vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipes, dan paratifes perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BBG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji mantoux negative, imunisasi terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula imunisasi denganvirus influenza. D. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindung seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolaso tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimum. Kelemahan penggunaan APD: - Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna - Sering APD tidak dipakai karena kurang nyaman 1. Jenis Alat Pelindung diri (APD) a. Alat Pelindung Kepala Berdasarkan fungsinya, dapat dibagi menjadi 3 bagian: • Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda-benda • Topi/ tudung untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, kondisi iklim yang buruk Panduan K-3 RS Panti Rahayu Purwodadi 70