SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Download to read offline
~~'ii'tW!I~~
@ml~~{li@l;.~'ii'~~tW!I ~
'ii'~WJ]@
363.1
Iud
s
363.1
Ind
s
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

NOMOR: l087/MENKES/SK/VIII/2010 

STANDAR -KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBUK INDONESIA 

DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA 

TAHUN 2010
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
363.1
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS)
Jakatta : Kementerian Kesehatan RI, 2010.
1. Judull. OCCUPATIONAL HEALTH SERVICES
2. ACCIDENT PREVENTION 3. ACCIDENT OCCUPATIONAL
Buku ini diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no : 62-21-5275256, 5214875
Fax no : 62-21-5275256, 5214875
Website: www.kesehatankerja.depkes.go.id
P age Ii
KAlA PENGANlAR
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik darijumlah
maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
seluruh pekerja Rumah Sakit.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat
perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak
negatifyang ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun
keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya
yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk
kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah
Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS)
ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran
standar K3RS terdahulu yang di kenai dengan Kebakaran,
Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS
sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat
Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang
mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
terhadap bencana.
Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.lOB7/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat
diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam
pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter
Keputusan Mentel"l KeSBhatan RI No . IDB7/MENKES/SK/Vlll/2DIO
rentang Standar KesehBtan dan Keselamatan Kerta dl Rumah Sak,t (K3RS)
ii I r' cl g "
penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang
undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Semoga kehadiran buku Standar K3RS ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dalam mewujudkan pekerja sehat dan meningkat
produktivitasnya.
Jakarta, September 2010
Direktur Bina Kesehatan Kerja
dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
NIP 196209151991021001
KupUIUS," Mo"lor! Keseh.liln RI Ha 10871MENKESISK/YIIII201D
Tr.nlong St.nd" K."h.tan do" Keselamalon Karl' dl Rum.lh S,~,t (KJRS)
P <J ge l iii 

DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. 

DAFTAR ISI...........................................................:.................................. III 

TIM 	PENVUSUN DAN KONTRIBUTOR...................................... v 

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R1.................................... 1 

STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI 

RUMAH SAKlT....................................................................................... 7 

I. 	 PENDAHULUAN .......................................................................... 7 

A. 	 Latar belakang....................................................................... 7 

B. 	 Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit........................ 14 

C. 	 Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup............................ 16 

D. 	 Pengertian............................................................................... 17 

II. 	 PRINSIP, PROGRAM, DAN KEBIJAKAN PELAKSA­
NAAN K3RS................................................................................... 20 

A. 	 Prinsip K3RS ........................................................................... 20 

B. 	 Program K3RS ....................................................................... 21 

C. 	 Kebijaka lJ. Pelaksanaan K3RS........................................... 28 

III. 	 STANDAR PELAVANAN K3RS.............................................. 30 

A. 	 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit 30 

B. 	 Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah 

Sakit........................................................................................... 34 

IV. 	 STANDAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN OJ 

RUMAH SAKIT ............................................................................. 39 

A. 	 Standar Manajemen............................................................ 40 

B. 	 Standar Teknis....................................................................... 44 

KepulJJ<an N.nLeM la.MIMI RI w••ID81'N£NKES/SKI'IIII/20IO
rontang Standar KluhallR.w. leseiamatIlt Ke.,. d. Rumah S.kit (KJRSl
iv I ~
V. 	 PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN
BERACUN........................................................................................ 57 

A. 	 Kategori B3 ............................................................................. 58 

B. 	 Faktor yang mendukung timbulnya situasi 

berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh 

Daya racun dinyatakan dengan satuan LDso atau 

tcso' dimana makin kecil nilai LDso atau LCso B3 

menunjukkan makin tinggi daya racunnya. .............. 61 

C.	 Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 ... 61 

D. 	 Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya....................... 64 

E.	 Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun ............ 66 

VI. 	 STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS ................. 68 

A. 	 Kriteria Tenaga K3 ............................................................... 68 

B. 	 Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan 

SDM K3 ................................................................................... 70 

VII. 	 PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN 

PELAPORAN .................................................................................. 72 

A. 	 Pembinaan dan Pengawasan .......................................... 72 

B. 	 Pencatatan dan Pelaporan ............................................... 72 

VIII. PENUTUP........................................................................................ 74 

LAMPIRAN .............................................................................................. 75 

keputusan M.ntB.. K...h.tan HI No :I0871MEHKES/SKlVlllf201O
fentang Standar K...h.lan dan Ke,eI.maton Kerja dl Rumah SakI! (K3RS)
Page Iv
TIM PENYUSUN DAN KONTRlBUTOR
Abdul Rival 

Agung Nugroho 

Azizah 

Azhar Jaya 

Dina Dariana 

Edi Dharma 

Eko Budi Priyanto 

Elisabeth L Tobing 

Guntur Argana 

Ibnu Uzail Yamani 

Johan Safari 

Kuwat Sri Hudoyo 

Lukas Iwan Jayaputra 

Puthut Tri Prasetyo 

Rosidi Roslan 

Sabhartini Nadzir 

Selamat Riyadi 

Tasripin 

Thomas Patria 

Tri Hastuti 

Trio Hartono 

Wahtyudi Hartono 

K!pulusan tot.nluri Keseholln RI No IOB7/NEHKES/SKlVIH/2D1D
[.nIBng SlJIndar Kes.hftltUl dan Keul.m.IAII Kr.,.d, Rum.ah S.k,1 (K3RS)
Page 11
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 

NOMOR : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 

TENTANG 

STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 

01 RUMAH SAKIT 

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 

Menimbang a. bahwa bahaya potensial di Rumah Sa kit
yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor
kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor
psikososial dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja,
pengunjung, pasien dan masyarakat di
lingkungan sekitarnya;
b. bahwa pekerja Rumah Sakit mempunyai
risiko lebih tinggi dibanding pekerja indutri
lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK),
sehingga perlu dibuat standar perlindungan
bagi pekerja yang ada di Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b, perlu ditetapkan Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
dengan Keputusan Menteri Kesehatan;
KepUlusan Menleri K".haIBn RI No .ID87/MENKES/SK/VIIIIZOIO

T,nlBng Slandar Kes.halOn da" K•••lamatan Kerj. dl Rumah Sak'l (K3RS)
2 I 	P a g "
........ .....
Mengingat
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

1. 	 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2918);
2. 	 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran negara Nomor 4729);
3. 	 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
4. 	 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang­
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
Kop"tu.an Nonien K....hatan RI No IOB7/NENKESlSK/VIIII20m
r••tang SIBndar las.halan dan KBselomalan I•.,. d. Rumah Sak,l (K3RS)
P age 13
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

5. 	 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. 	 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. 	 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3992);
8. 	 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. 	 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993
tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja;
KapUI"San MenlerlXesehatan RI No :10871MENKES/SK/VIIII2DIO
Tenlang Stander Kesehatan danKesalamatanKerla di Rumah Saki!(K3RS)
----iiiiiiiiiii.!!~~iiiiiiiiiiiiii!~
4 I 	fJ age
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/
MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja;
11. 	Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
12. 	Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1075/
Menkes/SK/2003 tentang Sistem Informasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3);
14. 	 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/
Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1575/
Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/
Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
K.~ulu,an Menlo" KasBholnn RI N. :I087/MENKfS/SK/VIII1201D
Tontong Siandar K.s.h,lan dan Kesel,matan Kart" di Rumah SakI! {KJRS)
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

16. Keputusan 	Menteri Kesehatan Nomor 432/
l'v1enkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit;
17. 	Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/
Menkes/Per/l/2010 tentang Perizinan Rumah
Sakit;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU 	 KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN TENTANG
STANOAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA 01 RUMAH SAKIT.
KEOUA : Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA 	 Standar K3RS sebagaimana dimaksud pada
Diktum Kedua harus dijadikan acuan bagi
Pengelola Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS) dan Pekerja Rumah Sakit
dalam melaksanakan Upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
KEEMPAT 	 Setiap Rumah Sakit harus memenuhi kualifikasi
sesuai dengan Standar K3RS dan/atau memiliki
sertifikasi dalam bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
K.pUlu.an IoI,nleri Kes,hallln RI No 1D871MENKES/SKlVIIII2UIO
rell(.ng St.nd.r Kes.h,llIn dan Keselama!.n Kerj. dr Rumah S.k,! (K3RS)
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
........ ...",1ot

MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

Pelaksanaan Standar K3RS harus didokumentasikan
dan dilaporkan secara berkala sebagai salah
satu indikator dalam penilaian akreditasi Rumah
Sakit.
Pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Standar K3RS sebagaimana
dimaksud pada Diktum Kelima dilakukan oleh
Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Agustus 2010
MENTERl KESEHATAN,
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH 

X.putusen Manteri Kesahoten RI No ;10871MENKES/SK/VIII12010
Tenleng Slander KBSeholen den Xeselemelen Kerla dlRumoh Sakil (K3RS)
P age 17
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

Lampiran:
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1087/MENKES/SKNIII/2010
Tanggal : 10 Agustus 2010
STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 

DI RUMAH SAKIT 

I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia
(SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien
dan masyarakat sekitar Rumah Sa kit ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja,
baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan
di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor
kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus
pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas
pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih
terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah
melindungi diri dalam bekerja.
Kepulusan Menlerl Kesehatan RI No :IOB7/MENKES/SKIVIII120m 

T,.tang Standar K.s,halJln dan Keselamatanleria diRumah Sakil (K3RS)
8 I e " g t .' If,.1
~..;i
i
" .- J
. ~.;.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang
bermutu, Rumah Sakitjuga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti
yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit
dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal165 : "Pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja".
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di
Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan
para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat
sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh
karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
Kepulusan Mellieri K.s.hata" RINn :ID87/MENXES/SKIVIII120m
'ontang Standar K.s.hata" do" KeselRmala" X.rla diRuman Sakit (K3RS)
--------------------
p ~ t: ,. 19
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/
pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini
secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni
"Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga)
tahun sekali". K3 termasuk sebagai salah satu standar
pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit,
disamping standar pelayanan lainnya.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
bahwa "Rumah Sakit harus memenuhi per5yaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan", yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah
satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi
Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak
diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).
1. 	 Data dan fakta K3RS :
a. 	 Secara Global:
WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan :
• 	 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan
virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan 170,000
terpajan virus HIV/ AIDS).
K.~utusan Mon,or,K..o".'.n RI No 1D87/MENKES/SK/VIII/2D10
fentang S'and.r Ko.oha'on dan Kesel,ma"n Keria diRu~.h Saki' (K3RS)
10 I P g e 	 ,
I
I
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Oapat terjadi : 15,000 HB(, 70,000 HBB & 1000
kasus HIV.
e Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
• 	 8-12% pekerja Rumah Saki!, sensitif terhadap
lateks.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang
berhubungan dengan pekerjaan : Laki-Iaki 108; 256
dan perempuan 517,404.
b. 	 Oi luar negeri :
• 	 USA: (per tahun) 5000 petugas kesehatan
terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan Setiap
tahun 600.000-1.000.000 luka tusuk jarum
dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak
dilaporkan).
• 	 SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka
KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding
pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah
cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries).
• 	 Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas
anestesi, sec~ra signifikan meningkatkan abortus
spontan, anak yang dilahirkan mengalami kelainan
kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit
Ontario terhadap 8.032 orang, tahun 1981-1985).
• 	 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera
tulang belakang akibat kerja (occupational low
back pain), (Harber P et al,1985).
Kaputus.n MenlOr;K.sch.tan RI No: ID871MENKES/SK/VIIII2D10
Ten!ang SLBndar Kcsenatan dan K."lumatan Keri' di Rumah Saki! (K3RS)
P age I 11
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
c. 	 Indonesia:
II 	 Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata
lebih dari20 kg. Keluhan subyel<tif low back pain
didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak
usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi edah sentral di
RSUD di Jakarta 2006).
• 	 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di
Jakarta menderita Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Tangan (2004).
• 	 Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat
bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73 % dari
total petugas kesehatan.
• 	 Prevalensi gangguan mental emosional 17,7%
pada perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta
berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
• 	 Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi
pada Pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan
seluruh pekerja di semua kategori Uenis kelamin,
ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut
secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja
RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
kategori Uenis kelamin, ras, umur, dan status
pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali
lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas
penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang
Kepulusan MenleN Kese"DI,n RI ND · IDB7IMEHKES/SK/VIIII2DIO
'0"t'''9 S.."dar K.s.h.ton don K••uI8m,lan Kerla di Rumail S.klt (K3RSI
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV
setelah luka tusukjarum suntik yang terkontaminasi
HBV 27 - 37: 100. Risiko penularan HCV setelah luka
tusukjarum suntik yang mengandung HCV 3 - 10 :100.
2. 	 Perlunya pelaksanaan K3RS :
a. 	 Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di
Indonesia; meningkatkan akses, keterjangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah
Sakit.
b. 	 Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
K3 Rumah Sakit serta tindak lanjut yang merujuk
pada SK Menkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan OHSAS
18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3.
c.	 Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian
darisistem manajemen Rumah Sakit.
d. 	 Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan
pengelolaan program K3 di Rumah Sa kit (K3RS)
semakin tinggi karena pekerja, pengunjung,
pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses
kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah
Sakit yang tidak memenuhi standar.
Keputusan Menleri Kasehalan RI Ne :IDB7IMENKES/SK/VIIIIZDIO
Tenlong Standor Kes.halan dan Kesel.malon Kerja di Rumoh Sakit (KJRS)
P J g I i3
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

e. 	 Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah
Sakit semakin meningkat; Tuntutan masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
f. 	 Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan
kelangsungan hidup Rumah Sakit.
g. 	 Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan
merupakan industri yang terdiri dari banyak tenaga
kerja (labor intensive), padat modal, padat teknologi,
dan padat pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat
keterlibatan manusia yang tinggi, terbukanya akses
bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta
k~giatan 'yang terus menerus setiap hari.
h. 	 Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit;
Keselamatan pasien dan pengunjung, K3 pekerJa
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan pekerja dan keselamatan
lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan.
i. 	 Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan yang
terintegrasi meliputi :
• 	 Input: kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi,
logistik obat/reagensia/peralatan, keuangan dan
lain-lain.
• 	 Proses: pelayanan rawatjalan dan rawat inap (in
and out patient), instalasi gawat darurat (lGO),
h putusiIIT "'.men K.5.lmtan RI No 1U87/htEHKlS/SKfVTlIIZllIO
Tentarrg Standar h ••hatm dan l£l;.J.~... K.".. dJRumah S.krt (ORS)
~~~~~
14 I P J ,e I"
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang
dilaksanakan dengan baik dan benar dan lain­
lain.
• 	 Keluaran (output) : pelayanan dan pengobatan
prima (excellence medicine and services).
• 	 Lingkungan.
B. 	 Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan
oleh faktor biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor
kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi
(Iingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah);
faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi);
faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan
sesama pekerjajatasan) dapat mengakibatkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor
biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien);
faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus
seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor
ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah);
faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem
reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor
psikologis (ketegangan di kamar bedah. penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal penyakit jiwa. dan lain-lain).
Koputusan Mentort Kosehatan RINo : IOB7IMENKES/SKflIlII12D10
TentllOg Stand.r Kesehatan dan Xes.lematan Karia di Rumnh Sakit (KJRS)
P age I 15
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi
dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan
tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan,
seperti dalam tabel berikut :
Bahaya
Fisi,k.
Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion,
suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan
Bahaya
Kimia
Diantaranya Ethylene O xide, Formaldehyde,
Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Et rane,Mercury,
Chlorine
Bahaya
Biologi
Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B. Hepatitis C,
Influenza, HIV), Bakteri (misal :S. Saphrophyticus, Bacillus I
sp., Porionibacterium sp., H.lnfluenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur
(misal : Candida) dan Parasit (misal : S. Scabiei)
Bahaya
Ergonomi
Ca ra kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,
angkat angkut pasien , membungkuk, menarik,
mendorong
Bahaya
Psikososial
Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
kerja, post traumatic
Bahaya
Mekanik
Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
tersayat, tertusuk benda tajam . .
Bahaya
Listrik
Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
Limbah RS Diantaranya limbah medis Uarum suntik,vial obat,
nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh
manusia (misal : droplet, liur, sputum)
Cpiltusan lIenll!ri Kl!sehatm Rl N~ . I081fllENKfS/SKIVlfllZOlO 

Tontang SllIlIdir Keulmlllll dan Kesd.>mal3n Kerja do Rumlih Sa t (K3RS)
16 I P _ e
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

C. 	 Tujuan. Sasaran dan Ruang Lingkup
1. 	 Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan
produktif untuk SDM Rumah Sakit aman dan sehat
bagi pasien, pengunjungjpengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
2. 	 Tujuan khusus
a. 	 Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang
tercapainya K3RS.
b. 	 Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi
manajemen, pelaksana dan pendukung program.
c. 	 Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. 	 Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK
dan KAK.
e. 	 Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan
menyeluruh.
f. 	 Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah
Sakit.
3. 	 Sasaran
a. 	 Pengelola Rumah Sakit.
b. 	 SDM Rumah Sakit.
KepUlusan Nenlen KesehaLan RI Ho .1D87/NlHKES/SK/VIlII2D10
Tenlang Siandar KBseh.lan dan KeselamaLaR Korja di Rum.h Sakit (K3RS)
l' a g (' 117
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

4. 	 Ruang Lingkup
Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan
pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar
sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan
barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
D. 	 Pengertian
1. 	 Kesehatan Kerja Menurut WHOjILO (1995), Kesehatan
Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi­
tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.
2. 	 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan
derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan
dan rehabilitasi.
K,pUlusall Menler; Kesohatan RI No : IOB7/MENKES/SK/VIII12010
T.ntang Standor K.sch.IBn dan K...lomBtan K'q' dl Rumah Sakll (K3RS)
18 I P e •'.
i
I. I
~~~;
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3. 	 Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah
Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah
Sakit.
4. 	 Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang
yang bekerja di Rumah Sakit yang meliputi tenaga
tetap yakni tenaga medis dan penunjang medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen
Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan serta tenaga
tidak tetap dan konsultan. (UU No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Pasal 12 ayat 1 dan ayat 4).
5. 	 Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara
menyeluruh di Rumah Sakit.
6. 	 Sertifikasi dalam bidang K3 adalah pengetahuan dan
keahlian yang didapat baik secara formal melalui
jenjang pendidikan resmi di perguruan tinggi maupun
secara informal melalui pelatihan yang disertifikasi oleh
Kementerian Kesehatan.
7. 	 Pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS adalah
pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh
Kementerian Kesehatan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kesehata n).
KepUlu,a. "'enleriKesah.tBn RINo ' I087/to1EHKES/SK/VIIIIZDID
Tentang Slond,r K•••ha,a. dan Kesel.mo'a. Karia d.Rumah Sakll (K3RS)
P age I 19
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
8. 	 Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan
pekerjaan, yang ditujukan agar tenaga kerja yang diterima
berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya,
tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang
akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain­
lainnya yang dapat dijamin.
9. 	 Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan
kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter, yang dimaksudkan
untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
seawal mung kin yang perlu dikendalikan dengan usaha­
usaha pencegahan.
10. Pemeriksaan 	kesehatan khusus adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu, yang dimaksudkan untuk
menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu.
Kepulusan Mont•., Kesehatan RINo 1D871MENKES/SK/VIIII2010
Tentano Slander K••eh.t.n dan Keselamalan Kerla di Rumah SakiI (K3RS)
20 I P a g l:
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

II. 	 PRINSIP, PROGRAM, DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN
K3RS
Pembahasan di fokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS
dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang dibagi dalam 3 (tiga)
bagian yakni :
A. 	 Prinsip K3RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui
pengertian 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi, yaitu :
1. 	 Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap
pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi
yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja akan
menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.
2. 	 Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di
tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja
maksimum dll.
3. 	 Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari
seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instalasi
radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan­
ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di
instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran
nuklir dan lain-lain).
K~pUlu,an MenleriKe••h.lnn RI No .I081IMfNKfS/SK/VIII/2010
TentBnY Stand,r KesBh.I." dan Kesal,matan KorjB dl Rumah Sakit (K3RS)
, .J g 121
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

B. Program K3RS
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan serta meningkatkan prod uktifitas SDM Rumah
Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan
masyarakat serta lingkungan sekitar Ru ma h Sakit. Kinerja
setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja,
Program K3RS yang harus diterapka n adalah •
1 Pengembangan kebijakan K3RS
a, Pembentukan atau revitalisasi organi sasi K3RS;
b, Merencanakan program K3RS selama 3 tah un ke depan,
(setiap 3 tahun dapat direvisi kemb Ii, sesual dengan
kebutuhan)
2 Pembudayaan perilaku K3RS
a, Advokasi sosialisasi K3 pada selu ruh j ajaran Rumah Sakit,
baik bagi SDM Rumah Saklt, pasien maupun pengantar
pasien/ pengunjung Rumah Saki t;
b, Penyebaran media komunikasi dan informasi bai k melalui
film, leaflet, poster, pamflet dll;
c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit
RS dan pada para pasien serta para penga nta r pasien/
pengunjung Rumah Sakit.
3 Pengembangan SDM K3RS
a, Pelatihan umum K3RS;
Keputus.n Menteri KesehaLan RI No :I087/MENKES/SKlVIII120m
Tontang Stonriar Kesehot.n don Kesel.maton Kariadl RUln.1T S.ki, (K3RS)
221 :.' .'.
!
1
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit
per unit Rumah Sakit;
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal,
pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan
dengan K3.
4 Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard
Operational Procedure (SOP) K3RS
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan
kerja;
c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan
kerja ;
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;
e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran;
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan
Rumah Sakit;
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan
pengelolaan limbah Rumah Sakit;
h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
I. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;
J. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;
k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3);
I. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit
kerja Rumah Sakit.
Kepulu••nMenterl ~asehBtBn RI No : IDB7IMEN~ES/S~IVIIII2D1D
T,nlnng Siand., ~•••hal.n don KeselBmBlon Kerin dl Ruman Se.1I (K3RS)
Page l23
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

5 Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat
kerja
a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja
yang dianggap berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja
yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat
kerja yang sudah melaksanakan program K3RS, area/tempat
kerja yang sudah melaksanakan dan mendokumentasikan
pelaksanaan program K3RS); .
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan
observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan
kuesioner, checklist dan eva luasi lingkungan tempat kerja
secara rinci).
6 Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus bagi SDM Rumah Sa kit;
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sa kit;
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)
dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit;
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada
SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja
yang berisiko dan berbahaya;
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
7 Pelayanan keselamatan kerja
a. Pem bi naan dan pengawasan keselamatan/keamanan
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit;
b. Pembinaa n dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja di Rumah Sakit;
K.pUlusan ManlcrlKesehatan RI N. :10871MENKES/SK/VIII1201D
Tcntung Standor Ke••h.tBn dan Ko••lamalan Karl. di Rumah Sakit (K3RS)
241 (I £
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana
dan peralatan Rumah Sakit;
d. Pengadaan peralatan K3RS.
8 Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan
limbah padat. cair dan gas
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas;
b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.
9 Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya
a. Inventarisasi jasa, · bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996);
b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan
dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan
acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material
Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LOP);.
lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/
kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan
cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
10 Pengembangan manajemen tanggap darurat
a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya,
membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur
pengendalian, pelatihan dll);
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap
darurat;
Keputusan Menteri Kesnhalan RI No ;I087/MEHKES/SK/VIllf2010
Tonl,ng Stondar Kesehalan dan Keselumatan Kerja di Rumah Sakit (K3RSI
f' a ~ , 125
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya
serta membuat denahnya (Iaboratorium, rontgen, farmasi,
CSSO, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular
dll);
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat!
bencana;
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya
pencegahan dan pengendalian bencana pada tempat­
tempat yang berisiko tersebut;
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk
evakuasi apabila terjadi bencana;
h. Memberikan Alat Pelindung Oiri (APO) pada petugas di
tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca mata,
sarung tangan dll);
I. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SOM Rumah Sakit;
J. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal
tanggap darurat Rumah Sakit;
k. Evaluasi sistem tanggap darurat.
11 Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan
pelaporan kegiatan K3
a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta
penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan
bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang
sesuai dengan kebutuhan);
b. Pembuatan sistem pelapor. n kejadian dan tindak lanjutnya
(alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP
pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka (near miss) dan celaka);
I<J!putusan Menleri le••haIDn RIN. ;IUB7/MEHK[S/SK/VllIl2llI0 

Tanlang St.ndar Kesehatan dan KeSlllem la" Kerl> di Rum.h S••it (K3RS)
26 I P ag e
I

MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

c. .Pendokumentasian data;
• Data seluruh SDM Rumah Sakit;
• Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
• Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
• Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :
Sebelum bekerja (awal) (orang)
Berkala (orang)
Khusus (orang)
• Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;
• Angka absensi SDM Rumah Sakit;
• Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;
• Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit;
• Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja
Rumah Sakit;
• Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar
Rumah Sakit;
• Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
• Kasus penyakit akibat kerja (pekerja Luar Rumah Sakit);
• Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
• Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah
Sakit);
• Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
• Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah
5..a.!s.i1);
• Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;
• Data kejadian nyar.is celaka (near miss) dan celaka;
• Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan
kerja;
• Data perizinan;
• Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;
• Data pelatihan dan sertifikasi;
• Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan
pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur);
Kepulu,,"l4enteri K•••haIBn RI No :IDB7II4ENKESlSK/VIII120m
Te"lang SlaMar Kesahatan dan Kesel'm1lIBn Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
P ag e I 27
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

•
•
•
•
Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi
SDM Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar
pasien;
Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan
formal kesehatan kerja, sudah dilatih Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis
PAK;
Data kegiatan pemantauan APD Uenis, jumlah, kondisi
dan penggunaannya);
Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja
dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja
Rumah Sakit).
12 Review program tahunan
a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan
instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit;
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara
langsung, observasi sing kat, survey tertulis dan kuesioner,
dan evaluasi ulang;
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian
penyakit dan kecelakaan akibat kerja;
d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.
K'pu!usan Menl,,·1 KOSl,!!a!"n RI No : 1D87/M£NK£S/SK/VIII/2mO
Tentang Stand.r Koschalan dan Kes.loma!an Kerl" di Rum.h S.k,t (K3RS)
28 I P a g e
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

C. 	 Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Agar penerapan K3Rs dapat dilaksanakan sesuai peraturan
yang berlaku, maka perlu disusun hal-hal berikut ini :
1. 	 Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,
pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan Rumah
sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit
tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab
itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut :
a. 	 Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah
sakit;
b.	 Menyediakan Organisasi K3Rs sesuai dengan
Kepmenkes Nomor 432/Menkes/sK/lV/2007 tentang
Pedoman Manajemen K3 di Rumah sakit;
c. 	 Melakukan sosialisasi K3Rs pada seluruh jajaran
Rumah sakit;
d. 	 Membudayakan perilaku K3Rs;
e. 	 Meningkatkan sDM yang profesional dalam bidang
K3 di masing-masing unit kerja di Rumah sakit;
f. 	 Meningkatkan sistem Informasi K3Rs.
Kepulusan Menlerl Kesehatan RI Ne IDB7/MEHKES/SK/VIIIIZOIO
Ten'ony Stand.r Kesehat.n dan Kas. IAmalBn Kcrja dl Rumah Sakll (K3RS)
129,·I
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

2. 	 Tujuan Kebijakan Pelaksanaan K3RS
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat
bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
3. 	 Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS
a. 	 Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan
pembudayaan K3RS;
b. 	 Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit;
c. 	 Membentuk Organisasi K3RS;
d. 	 Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan;
e. 	 Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS
seperti yang telah disebutkan dalam poin II.SA dalam
buku standar K3RS ini;
f. 	 Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yang
tertera pada poin I1.S pada buku standar K3RS ini;
g. 	 Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS;
h. 	 Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan
menggunakan instrumen penilaian sendiri (self
assessment) akreditasi Rumah Sakit yang berlaku;
I. 	 Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.
KapUlUsan Manlarl Kmhalan RI No : IOB7fMEHKISfSK/VIII/2D10
Tontong Standor K..ahBlan dan Keselamatan Kerja di Rumah Saki! (K3RS)
30 I F 2 g e
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

III. 	 STANDAR PELAYANAN K3RS
Rumah Sa kit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib
melaksanakan Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun
bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3RS
sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan
masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
A. 	 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan,
sebagai berikut :
1. 	 Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi
SDM Rumah Sakit :
• 	 Pemeriksaan fisik lengkap;
• 	 Kesegaran jasmani;
• 	 Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
• 	 Laboratorium rutin;
• 	 Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
• 	 Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah
bahaya yang diperkirakan timbul, khususnya untuk
pekerjaa n-pekerjaa n tertentu.
Kep"tus.n WBnten Kesehatln HINo ; IOB7/MENKES/SiUVII1I201O
Tenlang Stand•• Kes.hiltan dan Ke.BI."",t•• Kerja di Rumah Saklt (K3RS)
l P age I 31
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan kesehatan oleh dokter (pemeriksaan
berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. 	 Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM
Rumah Sakit :
• 	 Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
(bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap
perlu;
• 	 Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah
Sakit sekurang-kurangnya 1 tahun.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
• 	 SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan
atau penyakit yang memerlukan perawatan yang
lebih dari 2 (dua) minggu;
• 	 SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat
pUluh) tahun atau SDM Rumah Sakit yang wanita dan
SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit
yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan
tertentu;
• 	 SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan
tertentu mengenai gangguan-gaHgguan kesehatan
perlu dilakukan pemeriksaan khLlsus sesuai dengan
kebutuhan;
Kepulusan Ment.ri KcsehalanRI Na :1087/MENKES/SK/VIIlI2D1D
lentong Siandor Ke,eholan dan K..Blamaian KariB di Rum." SakJl (K3RS)
32 I P a g
MENTERIKESEHATAN
REPUBlIK INDONESIA
• 	 Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan
pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM
Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi
Pelaksana K3RS.
4. 	 Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan
tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan
kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental.
Yang diperlukan antara lain:
• 	 Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau
sarana yang terkait dengan K3;
• 	 Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat
kerjanya;
• 	 SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat
pelindung diri dan kewajibannya;
• 	 Orientasi K3 di tempat kerja;
• 	 Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun
promosi/penyuluhan kesehatan kerja secara berkala
dan berkesinambungan sesuai kebwtuhan dalam
rangka menciptakan budayciK3.
5. 	 Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (roharii)
dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit :
• 	 Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang
mencukupi untuk SDM Rumah Sakit yang dinas
Kap"t"san Muntcr;K...hatan RI Ne :IOB7IMENKES/SK/VIIII2D10
Tontang Standar Kosehato" dan Keselamat.n Kerja dl R"m.h Snkit (K3RS)
P age 133
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas
kesling dll;
• Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
• 	 Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
• 	 Pembinaan mental/rohani.
6. 	 Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit :
• 	 Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada
seluruh SDM Rumah Sakit;
• 	 Memberikan pengobatan dan menanggung biaya
pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang terkena
Penyakit Akibat Kerja (PAK);
• 	 Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala
dan pemeriksaan kesehatan khusus;
• 	 Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit
terkait.
7. 	 Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi
terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien :
• 	 Pertemuan koordinasi;
• 	 Pembahasan kasus;
• 	 Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
• 	 Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk
mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya risiko;
Kepulu,an Monlerl KesehalJln RI NQ :I0871Io!ENKES/SK/Vlllf201D
Tenting Standar KesehBlJln dBn Kesel.malon Kariadi Rumah Sakit (K3RS)
34 I P ag e
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan
jenis pekerjaannya, lama pajanan dan dosis
paJanan;
• 	 Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan
berkala dan khusus;
• 	 Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan
kesehatan berkala dan khusus. (dirujuk ke spesialis
terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian
istirahat kerja);
• 	 Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan
SDM Rumah Sakit.
9. 	 Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan
ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
(Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
biologi, psikososial dan ergonomi).
10. 	Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan
K3RS yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit
dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit.
B. 	 Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan
erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk
pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
1. 	 Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan :
KepuLu.an Menlcri K...halan HI No: I087JMENKES/SKJVIIIJ201O
T,nlengSiondar K.sch. lan dun Kesel,malo. Kerj. di Rumah Sakil (K3RS)
~~~~~-
P age 135
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Lokasi Rumah Sa kit harus memenuhi ketentuan
mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan
tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan
dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit;
• 	 Teknis bangunan Rumah Saki!, sesuai dengan fungsi,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak­
anak, dan orang usia lanjut;
• 	 Prasarana harus memenuhi standar pelayanan,
keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja
penyelenggaraan Rumah Sakit;
• 	 Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana
dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya
(sertifikasi personil petugasjoperator sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit);
• 	 Membuat program pengoperasian, perbaikan,
dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya
didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan;
• 	 Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan
nonmedis dan harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik
pakai;
KepuwsanNenLerl Keseh.la" RI No :IDB7/NENKES/SX/VIII12010

Tentsng Stsndar Xu.hatsn dan Koselamelan Xarja di Rumah Sakil (X3RS)

-......iiii!~~~~~
36 I P age
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan
kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan
dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian
fasilitas kesehatan yang berwenang;
• 	 Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar
pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
• 	 Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan;
2. 	 Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan
kerja terhadap SDM Rumah Sakit :
• 	 Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi
terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit;
• 	 Membuat program pelaksanaan kegiatan,
mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi.
3. 	 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
• 	 Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan
lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial;
• 	 Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan
berkala;
• 	 Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
untuk perbaikan lingkungan kerja.
lopulu..nWenteri Its••hata" RI No :1087/NENKESlSKlVlII12D10
r.1IlIng Stondar K...hotan don Kes.lamlIton brjo dl R.umah Saki! (KJRS)
P age 137
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

4. 	 Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi
sarana·dan prasarana sanitair, yang memenuhi syarat,
meliputi:
• 	 Penyehatan makanan dan minuman;
• 	 Penyehatan air;
• 	 Penyehatan tempat pencucian;
• 	 Penanganan sampah dan limbah;
• 	 Pengendalian serangga dan tikus;
• 	 Sterilisasi/desinfeksi;
• 	 Perlindungan radiasi;
• 	 Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. 	 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan
kerja :
• 	 Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda
keselamatan;
• 	 Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat
Pelindung Diri (APD);
• 	 Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan
APD;
• 	 Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap
kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan
APD.
6. 	 Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja
untuk semua SDM Rumah Sakit :
K2ptJltJsan M,nt..i K...halan RI No . t087/M£IIKES/SK/VIII120tO
Tenlang Slandar Kos,halan dan Keselamatan Kerj. dJ Rumah Sakit (K3RS)
381 P age
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi
seluruh SDM Rumah Sakit;
• 	 Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah
Sakit kepada petugas K3 Rumah Sakit.
7. 	 Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan,
desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat
serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan :
• 	 Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam
perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja
dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana
dan peralatan keselamatan kerja;
• 	 Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi
sarana, prasarana dan peralatan keselamatan
kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan
keselamatan.
8. 	 Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak
lanjutnya.
• 	 Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan
celaka.
• 	 Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak
lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka.
9. 	 Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK).
KeplllusBR "'BIll"'; Kesoh.tan RIND : IDB7/MENKESlSK/VIlVZDID
Temanv llIIIndaI' Kes!hal,8n don Ko."lomal,8n Kerjl di Rumah SBlcrt (KJIISl
P age 139
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Manajemen menyediakan sarana dan prasarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
• 	 Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
• 	 Membuat SOP;
• 	 Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran;
• 	 Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan
dan penggulangan kebakaran.
10. 	Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan
pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
kerja Rumah Sakit.
IV. 	 STANOAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN 01 RUMAH SAKIT
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,
mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Standar K3 perbekalan kesehatan di Rumah Sakit harus
meliputi :
Kepuluun Menle... Kes.halon RI ND ;1D87/MEHKESISK/VIII120m
renl.ng Stand.r l.,eb.t•• de" K.$el"m.~n Kerl' dl Ruma" S••,I (K3RS)
40l Page
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

A. 	 Standar Manajemen
Standar manajemen perbekalan kesehatan Rumah Sakit
meliputi:
1. 	 Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan di Rumah Sakit harus dilengkapi dengan :
a. 	 Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3RS yang
mengacu minimal pada peraturan sebagai berikut :
• 	 Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
• 	 Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• 	 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
• 	 Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
• 	 Peraturan Menaker RI No. 5/MEIJAKER/1996
tentang Sistem Manajemen K3.
• 	 Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SKNIII/2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan;
• 	 Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri;
• 	 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit;
Kopu1isan NenLeri Kenh-un RI No :1087/NEHKES/SK/VIIII21110
Terung Standar leselmllin dan Konlarnatan KerJi dJ Rumah S.kIt (K3RS)
P il ge l 41
'.j
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
b. 	 Pedoman dan standar prosedur operasional K3.
c. 	 Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku
meliputi:
• 	 Izin Mendirikan Bangunan.
• 	 Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI
Jakarta Raya.
• 	 Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan.
• 	 Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran.
• 	 Izin Deepwell khusus untuk DKI Jakarta Raya.
• 	 Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit
Swasta dan BUMN.
• 	 Izin Pemakaian Lift.
• 	 Izin Instalasi Listrik.
• 	 Izin Pemakaian Diesel.
• 	 Izin Instalasi Petir.
• 	 Izin Pemakaian Boiler.
• 	 Penggunaan Radiasi.
• 	 Izin Bejana Tekan.
• 	 Izin Pengolahan Limbah Padat, (air dan Gas.
d. 	 Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal.
e. 	 Sertifikasi.
f. 	 Program pemeliharaan.
K.pUIUSa" 101,01,.1Kesenat.n RI No : IOB7JMENKES/SKIVIII12010
TenlDng Siondar Ke"hnt.n don Kesel.malan Korje dl Rumah Sakil (K3RS)
42 I P ,1 ~ ('
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
g. 	 Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan
layak pakai.
h. 	 Manual operasional yang jelas.
I. 	 Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan
penyediaan alat pemadam api/kebakaran.
j. 	 Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu
penunjuk arah.
k.	 Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
I. 	 Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas.
2. 	 Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan di Rumah Sakit yang menggunakan
bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus
dilengkapi dengan MSDS, dan disediakan ruang atau
tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya
yang aman.
3. 	 Setiap operator/petugas sarana, prasarana dan peralatan,
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. 	 Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan
atau monitoring kualitas lingkungan kerja secara berkala
dan berkesinambungan.
5. 	 Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus
dikelola dan dilakukan oleh petugas yang mempunyai
komptensi di bidangnya.
KepUIUS8n l4enlo... Kesehot.n RI No ' IDS7I104ENKES/SKI'IIIlI2010
Tontang Stand.r Kesah.t&ll dan K...I.m,lan KerJI d. Ruman Sa.,1 (K3RS)
P age 143
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
6. 	 Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko
dan berbahaya dengan dilengkapi simbol-simbol khusus
untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan berbahaya,
terutama laboratorium, radiologi, farmasi, sterilisasi
sentral, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit
menular, pengolahan limbah dan laundry.
7. 	 Khusus sa ran a ban 9 u na n ya n9 men 9 gun akan
bahan beracun berbahaya harus dilengkapi fasilitas
dekontaminasi bahan beracun berbahaya.
8. 	 Program penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi;
penyehatan ruangan, bangunan dan fasilitas sanitasi
termasuk pencahayaan, penghawaan dan kebisingan,
penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air,
penanganan limbah, penyehatan tempat pencucian
umum termasuk laundry, pengendalian serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi
dan desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan
promosi kesehatan lingkungan.
9. 	 Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan
K3 sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit.
10. 	Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala
terhadap sarana, prasarana dan peralatan yang
disesuaikan dengan jenisnya.
Keputu,an "',"Ier' K.seh,fnn RI N. :IOB7/MEJjKES/ SK/VIII12010
Tenlong SI"ndor K.,eh8tan d,n x.sel,m"IHn Kocia ci. Rum.h S.k.1 (K3RS)
...
 I
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

B. 	 Standar Teknis
1. 	 Standar teknis sarana
a. 	 Lokasi dan bangunan :
Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah
dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran,
banjir, dan tidak berdekatan dengan rei kereta api,
tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak,
pabrik industri, dan limbah pabrik. Didalam UU
No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya
pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi
Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai
kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang,
serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan
kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Sedangkan
untuk persyaratan bangunan diatur pada pasal 9
yakni bangunan Rumah Sakit harus memenuhi;
persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus
sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal
1,5 kali luas bangunan. Luas lahan untu~ bangunari
bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.
KepUlu.an MenleM Kaschel,n RI No :IDB7IMENK£S/SK/VIIII2DID
Te"lang Standar Kasch'I'" dan Keselem,IBn Keri> di Rumah Saklt (K3RS)
P a g e I 45
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat
tidur (TT) dan klasifikasi rumah sakit. Bangunan
minimal adalah 50 m2 per tempat tidur. Perbandingan
jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang
perawatan dan ruang isolasi adalah :
• 	 Ruang bayi :
Ruang perawatan minimal 2 m2jTT
Ruang isolasi minimal 3,5 m2jTT
• 	 Ruang dewasa/anak :
Ruang perawatan minimal 4,5 m2jTT
Ruang isolasi minimal 6 m2jTT
• 	 Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran
minimal:
Ruang periksa 3 x 3 m2
Ruang tindakan 3 x 4 m2
Ruang tunggu 6 x 6 m2
Ruang utility 3 x 3 m2
Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang
perawatan mempunyai :
• 	 Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 n :1
• 	 Bebas serangga dan tikus
• 	 Kadar debu maksimal 150 ~g/m3 udara dalam
pengukuran rata-rata 24 jam
• 	 Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3)
• 	 Pencahayaan 100-200 lux
• 	 Suhu 26- 27°C (dengan AC) atau suhu kamar
(tanpa AC) dengan sirkulasi udara yang baik
KepUlus.n Menlero Kmh.l.n RI Ne :IOB7/MENKESrSK/YIII12D10
Tenlang SIBndar Ke••h.l,n dan Keselamalan Kerja d, Rum.h Saki! (K3RS)
46 I p ;} . e
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Kelembaban 40-50% (dengan AC) kelembaban
udara ambient (tanpa AC)
• 	 Kebisingan <45 dBA
b. 	 Lantai :
• 	 Lantai ruangan dari bahan yang kuat. kedap
air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
• 	 Lantai KM/WC dari bahan yang kuat. kedap
air, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai
kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan
air.
• 	 Khusus ruang operasi lantai rata, tidak
mempunyai pori atau lubang untuk berkembang
biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.
c. 	 Dinding (Mengacu Kepmenkes NO.1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit) :
• 	 Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur
dan tidak mengandung logam berat.
• 	 Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan
lantai, dinding dengan langit-Iangit, membentuk
konus (tidak membentuk siku).
• 	 Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air.
• 	 Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa
permukaan kramik dibagi sama ke kanan dan
ke kiri.
Kaput",an Montorl Kesehaton RI No :IDB7/MENKES/SK/VIII12DID
Tontang Standar K.,ehatondBn Ke,elomat.n Kerja di Rumoh Saki! (K3RS)
P age 147
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal
2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 em
serta dilengkapi jendela kaea anti radiasi.
• 	 Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin
atau keramik setinggi 1,5 m dari lantai.
d. 	 Pintu/jendela:
• 	 Pintu harus eukup tinggi minimal 270 em dan
lebar minimal 120 em.
• 	 Pintu dapat dibuka dari luar.
• 	 Khusus pintu darurat menggunakan pegangan
panik (panic handle), penutup pintu otomatis
(automatic door closer) dan membuka ke arah
tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan
tahan api minimal 2 jam.
• 	 Ambang bawah jendela minimall m dari
lantai.
• 	 Khusus jendela yang berhubungan langsung
keluar memakai jeruji.
• 	 Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua
daun, mudah dibuka tetapi harus dapat menutup
sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).
• 	 Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua
daun pintu dan dilapisi Pb minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30 em dilengkapi
dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaea anti radiasi.
Xepulus.n "!,nlcri K.seh.tan RINo · IOB7I"!lHKES/SKlVUl/2flIO
Tentang Stand.r Keseh.tan d.n Keselamata" Kel1" dl RlJJl1ah SakJI (KJRS)
48 I f' a !' l'
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
e. 	 Plafond :
• 	 Rangka plafon kuat dan anti rayap.
• 	 Permukaan plafond berwarna terang, mudah
dibersihkan tidak menggunakan berbahan
asbes.
• 	 Langit-Iangit dengan ketinggian minimal 2,8 m
dari lantai.
• 	 Langit-Iangit menggunakan cat anti jamur.
• 	 Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar
(gantungan) lampu bedah dengan profil
baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-Iangit.
f. 	 Ventilasi :
• 	 Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan
sirkulasi ucjara yang cukup, luas minimum 15%
dari luas lantai.
• 	 Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan
ruangan, untuk ruang operasi kombinasi antara
fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif.
• 	 Ventilasi AC dilengkapidengan filter bakteri.
g. 	 Atap:
• 	 Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lain.
• 	 Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter
harus menggunakan penangkal petir.
KBpullJ"" Menlerl K.,ehal1ln RINo :10811MENKES/SIVVIIV20m
TBnlOng Siand.r Keseh.I"" dan Kesela.,aIBn Kerl. dl Ruman Sakll (K3RS)
l 149
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

h. 	 Sanitasi :
• 	 Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari
bal":tan kualitas baik, utuh dan tidak eaeat, serta
mudah dibersihkan.
• 	 Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat,
berfungsi dengan baik.
• 	 Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat,
tidak menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan
dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang
(disposable tissues).
• 	 Bak mandi tidak berujung laneip, tidak menjadi
sarang nyamuk dan mudah dibersihkan.
• 	 Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien
dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10:1.
• 	 Indek perbandingan jumlah pekerja dengan
jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1.
• 	 Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuei,
urinoir, wastafel, closet, keluar dengan lanear dan
jumlahnya eukup.
i. 	 Air bersih :
• 	 Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan
Rumah Sakit (250-500 liter/tempat tidur).
• 	 Sistem penyediaan air bersih menggunakan
jaringan PAM atau sumur dalam (artesis).
• 	 Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan
biologi setiap 6 bulan sekali.
• 	 Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan
sebagai sumber air dalam penanggulangan
kebakaran.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No :1087/M£NKES/SK/YIIII2010

Tontong Standar Xesehalon dun X.solemet.n Kerja dlRumeh S.kit (K:IRS)
50 I r J e f'
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
j. 	 Pemipaan (plumbing ):
• 	 Sistem pemipaan menggunakan kode warna :
biru untuk pemipaan air bersih dan merah untuk
pemipaan kebakaran.
• 	 Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan
pipa air kotor.
• 	 Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau
berdampingan dengan instalasi listrik.
k. 	 Saluran (drainase):
• 	 Saluran keliling bangunan drainage dari bahan
yang kuat, kedap air dan berkualitas baik dengan
dasar mempunyai kemiringan yang eukup ke
arah aliran pembuangan.
• 	 Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak
kontrol dalam jarak tertentu, dan ditiap sudut
pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang
mudah di buka/ditutup memenuhi syarat teknis,
serta berfungsi dengan baik.
I. 	 Jalur yang melandai/lereng (ramp):
• 	 Kemiringan rata-rata 10-15 derajat.
• 	 Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan
lebar minimum 140 em, khusus ramp koridor
dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240
em, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan
rambatan, kuat, ketinggian 80 em.
• 	 Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar,
mudah untuk berputar, tidak liein.
Kaputusan Menter! K8S.hetan RI No :IDB7/MENKES/SK/VIII12010
Tentano Slandor Kasehoton dan KualemotenKeria dl Rumoh Sakil (K3RS)
P age I 51
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan
darurat, khusus ramp evakuasi dilengkapi
dengan pressure fan untuk membuat tekanan
udara positif.
m. 	 Tangga :
• 	 Lebar tangga minimum 120 em jalan searah dan
160 em jalan dua arah.
• 	 Lebar injakan minimum 28 em.
• 	 Tinggi injakan maksimum 21 em.
• 	 Tidak berbentuk bulat/spiral.
• 	 Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang
seragam.
• 	 Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
• 	 Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu
sisinya. Pegangan rambat mudah dipegang,
ketinggian 60-80 em dari lantai, bebas dari
segala instalasi.
• 	 Tangga diluar bangunan diraneang ada penutup
tidak kena air hujan.
n. 	 Jalur pejalan kaki (pedestrian track):
• 	 Tersedia jalur kursi roda den.gan permukaan
keras/stabil, kuat, dan tidak licin.
• 	 Hindari sambungan atau gundukan permukaan.
• 	 Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada
border.
• 	 Drainase searah jalur.
• 	 Ukuran minimum 120 em Ualur searah), 160 Ualur
2 arah).
~,putu..nMenteri Ke••hat.n RI Ne : IOB7/MENKES/SK/VIII1201D
T.nt,ng StBnd,r X.sahatan dan Kesolam.tBn i'ri' dl RumohS,k,! (K3RS)
---~~~~~
52 I P Zl g e
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Tepi jalur pasang pengaman.
o. 	 Area parkir :
• 	 Area parkir harus tertata dengan baik.
• 	 Mempunyai ruang bebas disekitarnya.
• 	 Untuk penyandang cacat disediakan ramp
trotoar.
• 	 Diberi rambu penyandang cacat yang bisa
membedakan untuk mempermudah dan
membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
• 	 Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan
exhauster yang memadai untuk menghilangkan
udara tercemar di dalam ruang dasar (basement),
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan
tempat sampah yang memadai serta pemadam
kebakaran.
p. 	 Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman
• 	 Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu
yang jelas.
• 	 Saluran pembuangan yang melewati jalan harus
tertutup dengan baik dan tidak menimbulkan bau.
• 	 Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak
menutupi rambu-rambu yang ada.
• 	 Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua
belah tepinya dilengkapi dengan kansten dan
dirawat.
• 	 Harus tersedia area untuk tempat berkumpul
(public corner).
Kaputu.." Menteri X8S8hBtan RI No 1087/MENKES/SklVIIlf201D
Tontang Standar K•••haIB" dan keselam'lan K,rja di Rum,h Sakit (K3RS)
r oJ g 153
MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

• 	 Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda
dan dilengkapi dengan gardu jaga.
• 	 Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas
atau mudah dibaca untuk umum, terpampang
di bagian depan Rumah Sakit.
• 	 Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi
memberikan keindahan, kesejukan, kenyamanan
bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien
Rumah Sakit.
2. 	 Standar teknis prasarana
a. 	 Penyediaan listrik :
• 	 Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya
listrik tersambung dari PlN minimal 200 KVA
disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan
listrik Tegangan Menengah 20 KV Uaringan listrik
TM 20 KV), sesuai pedoman bahwa rumah sakit
kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik ± 1
MVA (1000 KVA)
• 	 Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi
standar PUll.
• 	 Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan
catu daya khusus dengan sistem catu daya
cadangan otomatis dua lapis (generator dan
UPS/UninteruptabLe Power SuppLy).
• 	 Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2
(sesuai kebutuhan) terletak di gedung COT, ICU,
ICCU, dan diberi pendingin ruangan.
XepulUsan Menterl K"ehalan RI No .1081IMENKES/SVVIII/2D1O
renlann Sland" X"soh.tan don X...lam.tnn Kerl. di Rum.h Saklt (K3RS)
54 I P .1 g e
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan.
• 	 Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal
40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF
dan ATS system.
• 	 Grounding System harus terpisah antara
grounding panel gedung dan panel alat. Nilai
grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2
Ohm.
b. 	 Instalasi penangkal petir :
Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan
ketentuan Permenaker No.2 tahun 1989.
c. 	 Pencegahan dan penanggulangan kebakaran :
• 	 Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar
Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti
yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun 1980.
• 	 HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik
dan tersedia air yang cukup. sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
• 	 Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan
jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area.
• 	 Tersedia koneksi siomese.
• 	 Tersedia pompa HIDRAN dengan generator
cadangan.
• 	 Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman
kebakaran.
• 	 Tersedia instalasi alarm kebakaran automatik
sesuai dengan Permenaker No.2 Tahun 1983.
Kaputu••nMontar; Xes"hatsn RI N. :IOB7/MENKES/SK/VIII/2010
Tenting Standor Kes,hat,n dan Kes.lamatln K,rja di Rumah Sakit (K3RS)
P age I 55. ' ~ 

; 

MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

d. 	 Sistem komunikasi :
• 	 Tersedia saluran telepon internal dan eksternal
dan berfungsi dengan baik.
• 	 Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan
darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko
tanggap darurat).
• 	 Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan
berfungsi dengan baik.
• 	 Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan
alarm) untuk mendukung komunikasi tanggap
darurat.
• 	 Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call)
yang terpasang dan berfungsi dengan baik.
• 	 Tersedia sistem tata suara pusat (central sound
system).
• 	 Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV
(Close circuit television)
e. 	 Gas medis :
• 	 Tersedianya gas medis dengan sistem sentral
atau tabung.
• 	 Sentral gas medis dengan sistem jaringan
dan outlet terpasang, berfungsi dengan baik
dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan
kondisi sentral gas medis dalam keadaan rusak/
ketersediaan gas tidak cukup.
• 	 Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan
sentral gas medik.
KepUlusan Menlerl Kcschatan RI No ID87/MENKES/SKIVIII12DID
rent.ng Slander Kes,hutan dan Ke,ol.maton Kerja dlRumah S,kll (K31IS)
~--------~------~
56 I fJ ag e
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
• 	 Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan
kebutuhan.
• 	 Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (02),
gas nitrous oxida (N02), gas tekan dan vacum.
f. 	 Limbah cair :
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan perizinannya.
g. 	 Pengolahan limbah padat :
• 	 Tersedianya tempat/kontainer penampungan
limbah sesuai dengan kriteria limbah.
• 	 Tersedia incinerator atau yang sejenisnya,
terpelihara dan berfungsi dengan baik.
• 	 Tersedia tempat pembuangan limbah padat
sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik.
3. 	 Standar peralatan'Rumah Sakit
a. 	 Memiliki perizinan.
b. 	 Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai
Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
c.	 Tersertifikasi badan atau lembaga terkait.
d. 	 Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus
memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga
yang berwenang.
e. 	 Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di
Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi
medis pasien.
Keputu,an MDnleriKesehatan RI No .1D87/MENKES/SK/VIIII2D10
Tonlong Standar Koschot.n dBn Kes.lamatan KerJ. dl Rumah Sakit (K3RS)
P age 157
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

f. 	 Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah
Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.
g. 	 Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
v. 	 PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN
Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah
berbahaya dan beracun yang sangat penting untuk dikelola
secara benar. Sebagian limbah medis termasuk kedalam
kategori lim bah berbahaya dan sebagian lagi termasuk
kategori infeksius.
Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah
farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan
masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan
limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber
penyebaran penyakit baik kepada SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien ataupun masyarakat di sekitar
lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa
jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan
kultur; bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan
penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan
tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan
yang tidak tepat akan berisiko terhadap penularan penyakit.
Beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular
KnpUIU,"n MenleriKmhalan RINo :10871M(NKfSfSK/VIIII2010
renl"ngSt"nd.r Kosoh.IBn don X... I,m,tan Kerl" doRu",.h Sa~'1 (K3RS)
58 I P 1 g c'
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

(hepatitis, diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi
(kanker, kelainan organ genetik) dan risiko bahaya kimia.
Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan
lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam :
• 	 Permenkes 1204/Menkes/PerXIj2004, mengatur tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
• 	 Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Ru mah Sakit;
• 	 PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3);
• 	 Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3.
Limbah medis termasuk dalam kategori lirnbah berbahaya
dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn
1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode lirn bah
D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa
limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah
B3 adalah limbah klinis, produk farmas i kadaluarsa, peralatan
laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah
laboratorium, dan resid u da r'i proses insinerasi.
A. 	 Kategori 83
1. 	 Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik
atau partikel radioaktif yang mampu mengionkan
secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
l~ l=hmiD Rl No , I087/l1fl1KES/SUVUll2lJlD
Tenmng StIIIIIIr bsebma din lesdolNtu Kerja 011 Rumah SakJl (ORS)
..
P a g e 159
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

dilaluinya, misalnya: lr192' 1 TC99, sinar X, sinar131, Sa153,
alfa, sinar beta, sinar gamma, dll.
2. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga
kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan
atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
3. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
disertai dengan pengimbangan kehilangan panas,
sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan
nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai
titik nyala (flash point) rendah (21DC).
4. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan
sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi
keluar panas (eksothermis).
5. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
!oputus.n Nenterl Keseh,t.. RI Nn :1087/MEHKES/SK/VIII12010
Tentang Siandar Kes.halan nan K.selamatan Kerja di Ruman Sakit (K3RS)
60 I P d g to
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pad a kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/
tahun dengan temperatur uji 55°(' mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5
(basa).
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang
dapat merusak jaringan tubuh.
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit
dan selaput lendir.
9. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuhan embrio.
10. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
11. Arus listrik
KeputlfSan Menlerl Keschat." RI No . I0871NEHKES/SKlVIIIIZDlO
Tentang Standar X.,ohata" d.n Xesalamat.n Kerja di Rum.h S"~II (K3RS)
I C' 161
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

B. 	 Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahayal
tingkat bahaya dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan
dengan satuan LDso atau LCso' dimana makin kecil nilai
LDso atau B3 menunjukkan makin tinggi dayaLCso 

racunnya. 

1. 	 Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan peny~rapan melalui
kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya ad~lah yang
melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3
akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup
yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan
sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
2. 	 Konsentrasi dan lama paparan.
3. 	 Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam­
macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,
menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan.
4. 	 Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing­
masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda
terhadap pengaruh bahan kimia.
C. 	 Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
1. 	 Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani
untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan
penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas
K.putu,an toIenteri K.s.h.t." RI No ;1D87/to1ENKfS/SK/VIII1201D
fe.tang Standar K.,.h.tandan Xesel,m,l.n KorJ' do Ru,,;,h S.k,l (K3RS)
62 I P age
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil identifikasi
diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu
sama lainnya. Sumber informasi didapaikan dari MSDS.
2. 	 Evaluasi, untuk menentukan langkah-Iangkah atau
tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karekteristik
dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.
3. 	 Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi
dan evaluasi yang dilakukan meliputi:
a. 	 Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi,
ventilasi, penggunaan alat perlindungan diri, dan
menjaga hygiene perorangan.
b. 	 Pengendalian organisasi administrasi, seperti
pemasangan label, penyediaan MSDS, pembuatan
prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan
rutin dan pendidikan atau latihan.
c.	 Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan
proses kerja yang aman.
d. 	 Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai
jumlah ambang.
4. 	 Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan
berbahaya antara lain:
a. 	 Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan
bahan berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
K,pulusan MenlerlKeseh.tBn RI No :ID87/MENKES/SK/VIIII2D10
TDnulng Siand.r K,,,h.t,n danKeselamalan Karja dl Rumah Sak,t (K3RS)
P a g e 163
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

b. 	 Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan
berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih
proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap
saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan
sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan
kecil.
c. 	 Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih
dahulu tentang bahan berbahaya yang menyangkut
sifat berbahaya, cara penanganan, (ara penyimpanan,
cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/
tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan
dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta
kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya
yang bersangkutan.
d. 	 Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau
mengendalikan kontaminan bahan berbahaya
dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala
agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang
batas yang ditetapkan.
e. 	 Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan
yang terlalu lama dengan mengurangi waktu kerja
atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman.
f.	 Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri
yang sesuai atau tepat melalui pengujian, pelatihan
dan pengawasan.
Kep"IUS~n Ment~rl KmhaLan RI No I087/MENKES/SK/VIII12010
Tantong St.ndar Kes,h.t.n dan Ke;el.matan Kerl. di Rumah Sakll (K3RS)
641 P e
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESiA 

g: 	 Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya
sesoai prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan
memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai
dan jelas.
h. 	 Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam
penanganan bahan-bahan berbahaya.
I. 	 Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus
dalam keadaan aman, bersih, dan terpelihara dengan
baik.
J.	 Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil
mungkin dengan cara memelihara instalasi
menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
D. 	 Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan
barang yang diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta
memberikan proposal berikut profil perusahaan (company
profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi
lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan, harga,
pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi
lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.
Setiap unit kerja/lnstalasi/satker yang menggunakan,
menyimpan, mengelola B3 harus menginformasikan kepada
Instalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap
kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta
termasuk jenis B3.
Kepulusan Mnol.r;Kesch,tao HI ND : 10871MENKES/SK/YIII/2DIO
Tenlang Siaodar K.sahatan dan Kr.s.lamalan Kr.rja d, Rum.h Sakil (K3RS)
165

I
........~~ . 

MENTERI KESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir
seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh
rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing kriteria
yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian :
1. 	 Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi
apa yang tertulis dalam kontrak kerjasama.
2. 	 Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah
sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan
garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi
yang diberikan.
3. 	 Persyaratan K3 dan lingkungan
a. 	 Menyertakan MSDS.
b. 	 Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau
ISO 14001.
c. 	 Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan
lingkungan.
d. 	 Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah
Sakit.
4. 	 Sistem mutu
a. 	 Metodologi bagus.
b. 	 Dokumen sistem mutu lengkap.
c. 	 Sudah sertifikasi ISO 9000.
Kcpulu••nM.ntori Kcsehat,n HI No IOB7/ MENKES/SKIVIII1201O

Tunlong Standar K.s.halon don Kesel.mat,n Kerl' d, Rumph S,kil (k3RS)
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

5. 	 Pelayanan
a. 	 Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
b. 	 Pendekatan yang dilakukan supplier dalam
melaksanakan tugasnya.
c. 	 Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan.
d. 	 Memberikan layanan purna jual yang memadai dan
dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang
handal.
E. 	 Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani
tumpahan, menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui
betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat
SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
1. 	 Penanganan untuk personil
a. 	 Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan
digunakan atau disimpan.
b. 	 Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
c. 	 Letakkan bahan sesuai ketentuan.
d. 	 Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang
sesuai dengan petunjuk.
e. 	 Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang
disimpan.
f. 	 Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di
lokasi yang sama.
KeputusBn Menterl Kesehatan RI No ; ID87/~EHKES/SK/VIll1201D
Te"tang Stand.r hsehatan dan K...lamatan Kerja diRuman Sakit (K3RS)
P age I 67
.
/
i

MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam
pengambilan dan penempatan bahan, hindari
terjadinya tumpahan/kebocoran.
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia
atau gas.
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian
yang menimbulkan bahaya/ kecelakaan atau nyaris
celaka (accident atau near miss) melalui formulir yang
telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (Iaboratorium, radiologi,
farmasi dan tempat penyimpanan, penggunaaan dan
pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan
sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode
warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah
Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada
seluruh penghuni Rumah Sakit.
3. Penanganan administratif
Di setiap te mpat penyimpanan, penggunaan dan
pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya
yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain:
a. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll.
Keputuson Menterl Kesehot.n RI H. :IOH7/MENKES/SK/VIII/201D
rontnnQ Siunda. K"ohnlDndan Kesel.matan Kerio di Rumah Saklt (KJRS)
68 I P a g
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

VI. 	 STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS
A. 	 Kriteria Tenaga K3
1. 	 Rumah Sakit Umum kelas A dan Rumah Sakit Khusus
kelas A
a. 	 S3/S2 K3 minimall orang dan mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
b. 	 S2 kesehatan minimall orang, yang mendapatkan
pelatihan tambahan yang berkaitan dengan K3
secara umum serta mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
c. 	 Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2
Kedokteran Okupasi minimall orang. (optional);
d. 	 Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan Sl
minimal 2 orang dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
e. 	 Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/
dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam
bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
f. 	 Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS minimall orang;
g. 	 Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
2 orang;
Kepulusan "'"nteri Ke,ehatan RI No . IOB7/MEHKES/SKIVIIII2D10
lentang Standar Kes.hatBJI dan Kesel.metan Keria do Rumeh So.,1 (K3RS)
-----------------
I> a 169
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

h. 	 Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam
bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang;
I. 	 Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimal
2 orang.
2. 	 Rumah Sakit Umum kelas B dan Rumah Sakit Khusus
kelas B
a. 	 52 kesehatan minimall orang. yang mendapatkan
pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3R5;
b. 	 Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan 51
minimall orang dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3R5;
c. 	 Dokter/dokter gigi 5pesialis dan dokter umum/
dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam
bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3R5;
d. 	 Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang
K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang;
e. 	 Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimal
1 orang;
f. 	 Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam
bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang;
K!puwsan Menl.ri Koseh_lnn RI No .1087/MENKES/SK/VIII120m
TenUlng Stand.r K..uh.tQn dan Kesel.matan Kr.". dl Rum.h Saklt (K3RS)
t,•
.
./
70 I P age
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

g. 	 Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
1 orang.
3. 	 Rumah Sakit Umum kelas C dan Rumah Sakit Khusus
kelas C
a. 	 Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan Sl
minimall orang dan mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
b. 	 Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/
dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam
bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
c. 	 Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
1 orang;
d. 	 Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal
1 orang.
B. 	 Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan.
Direktur memegang peranan penting dalam membangun
kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan
nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya
pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi
sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses
yang efektif merupakan komitmen bersama.
Keputu"n Menlerl KmhalBn RI No. ID87/MENKES/SK/VillIZOID
TOnl009 Siandar Kes,hat.n dan Keselomiltan Kurl" dl Rumah Sakil (K3RS)
P age I 71
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang
diperlukan dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari
proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengkajian,
pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya,
rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward &
punishment).
Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Rumah
Sakit setidaknya mempunyai unsur :
1. 	 Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang
dituangkan dalam matriks pelatihan.
2. 	 Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
3. 	 Ditetapkannya program danjadwal pelatihan di bidang K3.
4. 	 Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek
untuk semua SDrvI Rumah Sakit di bidang K3.
5. 	 Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar,
workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang
dibuktikan dengan sertifikat.
6. 	 Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan
persyaratan organisasi atau perundang-undangan.
7. 	 Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang
menjadi sasaran.
8. 	 Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. 	 Evaluasi pelatihan yang telah diterima.
Keplltusan NeAter, Xesehatan RI H. I087/to1EHX£S/SK/VIII1201O
Tentang Standar XesehaUlA dan Xe••lamat•• X-rja di Rumah S.~II (KJRS)
72 I P g
MENTERIKESEHATAN 

REPUBLIK INDONESIA 

VII. 	 PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN
PELAPORAN
A. 	 Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem
berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan
oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan
antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan
teknis dan temu konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dibedakan dalam dua macam,
yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan
langsung Rumah Sakit yang bersangkutan, dan pengawasan
eksternal, yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing -masing.
B. 	 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian
kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja
Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang
dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan
dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur
Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit
(Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung jawab/Pengelola
Program Kesehatan Kerja).
K,putusan Menl.riK.s.hotBn RI No :IOB7/MENKES/SK/VIII12010
T,nlang Siandar Kesehat.n dBn KusBI.matan KerjadiRumah Saklt (K3RS)
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit
2010 standar k3 di rumah sakit

More Related Content

What's hot

Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananDraft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananrsd kol abundjani
 
6694845 2-agustus-26(1)
6694845 2-agustus-26(1)6694845 2-agustus-26(1)
6694845 2-agustus-26(1)baron09
 
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011Ditjen P2P
 
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apoteker
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apotekerPermenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apoteker
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apotekerUlfah Hanum
 
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013 Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013 Ditjen P2P
 
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerja
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerjaPermenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerja
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerjaWinarto Winartoap
 
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)Yuli Damanik
 

What's hot (9)

Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayananDraft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
Draft sk dir pemberlakuan buku pedoman pelayanan
 
6694845 2-agustus-26(1)
6694845 2-agustus-26(1)6694845 2-agustus-26(1)
6694845 2-agustus-26(1)
 
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2011
 
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apoteker
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apotekerPermenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apoteker
Permenkes 14 2015 standar kompetensi manajerial jabatan fungsional apoteker
 
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JamkesmasPermenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
 
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013 Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2013
 
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerja
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerjaPermenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerja
Permenpan2013 047 angka kredit pembimbing kesehatan kerja
 
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
LAPORAN GELADI - NURUL 1103130127 - AKD LAP (1)
 
BPJS Kesehatan
BPJS KesehatanBPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan
 

Similar to 2010 standar k3 di rumah sakit

Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsKepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsHairullah Gazali
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Dickdick Maulana
 
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptxsukmakirana4
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPUTRA ADI IRAWAN
 
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdfpepensutendi3
 
5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rsJoni Iswanto
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxRatihWulandari26
 
PEDOMAN INTERNAL.docx
PEDOMAN INTERNAL.docxPEDOMAN INTERNAL.docx
PEDOMAN INTERNAL.docxcintyazahra1
 
sk Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docx
sk  Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docxsk  Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docx
sk Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docxAnisaWidianti2
 
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasienPedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasienRSIABudhiMulia
 
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docx
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docxPANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docx
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docxputusuarmi
 
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdf
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdfRENSTRA-RSUD-2021-2016.pdf
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdfEndchatMalay2
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaAnwar Junaedi
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaUFDK
 
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikStandar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikPUTRA ADI IRAWAN
 

Similar to 2010 standar k3 di rumah sakit (20)

Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rsKepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
 
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx
1706071076062-ce534086-d01d-41c7-b9e6-3536ec80a1a6.pptx
 
Panduan K3 RS
Panduan K3 RSPanduan K3 RS
Panduan K3 RS
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
 
PNPK TB.pdf
PNPK TB.pdfPNPK TB.pdf
PNPK TB.pdf
 
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf
#1 FIX FIX BUKU STANDAR AKREDITASI RS.pdf
 
5_6100522747819984470.pdf
5_6100522747819984470.pdf5_6100522747819984470.pdf
5_6100522747819984470.pdf
 
5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs5. perundangan k3rs
5. perundangan k3rs
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
 
PEDOMAN INTERNAL.docx
PEDOMAN INTERNAL.docxPEDOMAN INTERNAL.docx
PEDOMAN INTERNAL.docx
 
sk Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docx
sk  Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docxsk  Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docx
sk Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.docx
 
Pedoman pelaporan
Pedoman pelaporanPedoman pelaporan
Pedoman pelaporan
 
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasienPedoman pelaporan insiden kejadian pasien
Pedoman pelaporan insiden kejadian pasien
 
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docx
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docxPANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docx
PANDUAN PEMANTAUAN MUTU PROFESI TENAGA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (1).docx
 
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdf
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdfRENSTRA-RSUD-2021-2016.pdf
RENSTRA-RSUD-2021-2016.pdf
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikStandar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
 
Buku Standar Profesi ATLM
Buku Standar Profesi ATLMBuku Standar Profesi ATLM
Buku Standar Profesi ATLM
 

Recently uploaded

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 

Recently uploaded (15)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 

2010 standar k3 di rumah sakit

  • 2. 363.1 Ind s KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: l087/MENKES/SK/VIII/2010 STANDAR -KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBUK INDONESIA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA TAHUN 2010
  • 3. Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 363.1 Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) Jakatta : Kementerian Kesehatan RI, 2010. 1. Judull. OCCUPATIONAL HEALTH SERVICES 2. ACCIDENT PREVENTION 3. ACCIDENT OCCUPATIONAL Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no : 62-21-5275256, 5214875 Fax no : 62-21-5275256, 5214875 Website: www.kesehatankerja.depkes.go.id
  • 4. P age Ii KAlA PENGANlAR Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik darijumlah maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja Rumah Sakit. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatifyang ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang di kenai dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.lOB7/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter Keputusan Mentel"l KeSBhatan RI No . IDB7/MENKES/SK/Vlll/2DIO rentang Standar KesehBtan dan Keselamatan Kerta dl Rumah Sak,t (K3RS)
  • 5. ii I r' cl g " penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Semoga kehadiran buku Standar K3RS ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam mewujudkan pekerja sehat dan meningkat produktivitasnya. Jakarta, September 2010 Direktur Bina Kesehatan Kerja dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS NIP 196209151991021001 KupUIUS," Mo"lor! Keseh.liln RI Ha 10871MENKESISK/YIIII201D Tr.nlong St.nd" K."h.tan do" Keselamalon Karl' dl Rum.lh S,~,t (KJRS)
  • 6. P <J ge l iii DAFTAR lSI Halaman KATA PENGANTAR............................................................................. DAFTAR ISI...........................................................:.................................. III TIM PENVUSUN DAN KONTRIBUTOR...................................... v KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R1.................................... 1 STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKlT....................................................................................... 7 I. PENDAHULUAN .......................................................................... 7 A. Latar belakang....................................................................... 7 B. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit........................ 14 C. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup............................ 16 D. Pengertian............................................................................... 17 II. PRINSIP, PROGRAM, DAN KEBIJAKAN PELAKSA­ NAAN K3RS................................................................................... 20 A. Prinsip K3RS ........................................................................... 20 B. Program K3RS ....................................................................... 21 C. Kebijaka lJ. Pelaksanaan K3RS........................................... 28 III. STANDAR PELAVANAN K3RS.............................................. 30 A. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit 30 B. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit........................................................................................... 34 IV. STANDAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN OJ RUMAH SAKIT ............................................................................. 39 A. Standar Manajemen............................................................ 40 B. Standar Teknis....................................................................... 44 KepulJJ<an N.nLeM la.MIMI RI w••ID81'N£NKES/SKI'IIII/20IO rontang Standar KluhallR.w. leseiamatIlt Ke.,. d. Rumah S.kit (KJRSl
  • 7. iv I ~ V. PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN........................................................................................ 57 A. Kategori B3 ............................................................................. 58 B. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan dengan satuan LDso atau tcso' dimana makin kecil nilai LDso atau LCso B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya. .............. 61 C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 ... 61 D. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya....................... 64 E. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun ............ 66 VI. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS ................. 68 A. Kriteria Tenaga K3 ............................................................... 68 B. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3 ................................................................................... 70 VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN .................................................................................. 72 A. Pembinaan dan Pengawasan .......................................... 72 B. Pencatatan dan Pelaporan ............................................... 72 VIII. PENUTUP........................................................................................ 74 LAMPIRAN .............................................................................................. 75 keputusan M.ntB.. K...h.tan HI No :I0871MEHKES/SKlVlllf201O fentang Standar K...h.lan dan Ke,eI.maton Kerja dl Rumah SakI! (K3RS)
  • 8. Page Iv TIM PENYUSUN DAN KONTRlBUTOR Abdul Rival Agung Nugroho Azizah Azhar Jaya Dina Dariana Edi Dharma Eko Budi Priyanto Elisabeth L Tobing Guntur Argana Ibnu Uzail Yamani Johan Safari Kuwat Sri Hudoyo Lukas Iwan Jayaputra Puthut Tri Prasetyo Rosidi Roslan Sabhartini Nadzir Selamat Riyadi Tasripin Thomas Patria Tri Hastuti Trio Hartono Wahtyudi Hartono K!pulusan tot.nluri Keseholln RI No IOB7/NEHKES/SKlVIH/2D1D [.nIBng SlJIndar Kes.hftltUl dan Keul.m.IAII Kr.,.d, Rum.ah S.k,1 (K3RS)
  • 9.
  • 10. Page 11 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 TENTANG STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 01 RUMAH SAKIT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa bahaya potensial di Rumah Sa kit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya; b. bahwa pekerja Rumah Sakit mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pekerja indutri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), sehingga perlu dibuat standar perlindungan bagi pekerja yang ada di Rumah Sakit; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dengan Keputusan Menteri Kesehatan; KepUlusan Menleri K".haIBn RI No .ID87/MENKES/SK/VIIIIZOIO T,nlBng Slandar Kes.halOn da" K•••lamatan Kerj. dl Rumah Sak'l (K3RS)
  • 11. 2 I P a g " ........ ..... Mengingat MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran negara Nomor 4729); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang­ Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Kop"tu.an Nonien K....hatan RI No IOB7/NENKESlSK/VIIII20m r••tang SIBndar las.halan dan KBselomalan I•.,. d. Rumah Sak,l (K3RS)
  • 12. P age 13 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3992); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja; KapUI"San MenlerlXesehatan RI No :10871MENKES/SK/VIIII2DIO Tenlang Stander Kesehatan danKesalamatanKerla di Rumah Saki!(K3RS) ----iiiiiiiiiii.!!~~iiiiiiiiiiiiii!~
  • 13. 4 I fJ age MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/ MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja; 11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1075/ Menkes/SK/2003 tentang Sistem Informasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); 14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1575/ Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/ Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; K.~ulu,an Menlo" KasBholnn RI N. :I087/MENKfS/SK/VIII1201D Tontong Siandar K.s.h,lan dan Kesel,matan Kart" di Rumah SakI! {KJRS)
  • 14. MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432/ l'v1enkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit; 17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/ Menkes/Per/l/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN TENTANG STANOAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 01 RUMAH SAKIT. KEOUA : Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KETIGA Standar K3RS sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua harus dijadikan acuan bagi Pengelola Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dan Pekerja Rumah Sakit dalam melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja. KEEMPAT Setiap Rumah Sakit harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan Standar K3RS dan/atau memiliki sertifikasi dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. K.pUlu.an IoI,nleri Kes,hallln RI No 1D871MENKES/SKlVIIII2UIO rell(.ng St.nd.r Kes.h,llIn dan Keselama!.n Kerj. dr Rumah S.k,! (K3RS)
  • 15. KELIMA KEENAM KETUJUH ........ ...",1ot MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pelaksanaan Standar K3RS harus didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala sebagai salah satu indikator dalam penilaian akreditasi Rumah Sakit. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Standar K3RS sebagaimana dimaksud pada Diktum Kelima dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 10 Agustus 2010 MENTERl KESEHATAN, ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH X.putusen Manteri Kesahoten RI No ;10871MENKES/SK/VIII12010 Tenleng Slander KBSeholen den Xeselemelen Kerla dlRumoh Sakil (K3RS)
  • 16. P age 17 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1087/MENKES/SKNIII/2010 Tanggal : 10 Agustus 2010 STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sa kit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar. Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja. Kepulusan Menlerl Kesehatan RI No :IOB7/MENKES/SKIVIII120m T,.tang Standar K.s,halJln dan Keselamatanleria diRumah Sakil (K3RS)
  • 17. 8 I e " g t .' If,.1 ~..;i i " .- J . ~.;. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakitjuga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal165 : "Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari. Kepulusan Mellieri K.s.hata" RINn :ID87/MENXES/SKIVIII120m 'ontang Standar K.s.hata" do" KeselRmala" X.rla diRuman Sakit (K3RS)
  • 18. -------------------- p ~ t: ,. 19 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni "Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali". K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya. Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa "Rumah Sakit harus memenuhi per5yaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan", yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17). 1. Data dan fakta K3RS : a. Secara Global: WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan : • 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV/ AIDS). K.~utusan Mon,or,K..o".'.n RI No 1D87/MENKES/SK/VIII/2D10 fentang S'and.r Ko.oha'on dan Kesel,ma"n Keria diRu~.h Saki' (K3RS)
  • 19. 10 I P g e , I I MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Oapat terjadi : 15,000 HB(, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV. e Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. • 8-12% pekerja Rumah Saki!, sensitif terhadap lateks. ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang berhubungan dengan pekerjaan : Laki-Iaki 108; 256 dan perempuan 517,404. b. Oi luar negeri : • USA: (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan Setiap tahun 600.000-1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). • SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries). • Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, sec~ra signifikan meningkatkan abortus spontan, anak yang dilahirkan mengalami kelainan kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit Ontario terhadap 8.032 orang, tahun 1981-1985). • 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat kerja (occupational low back pain), (Harber P et al,1985). Kaputus.n MenlOr;K.sch.tan RI No: ID871MENKES/SK/VIIII2D10 Ten!ang SLBndar Kcsenatan dan K."lumatan Keri' di Rumah Saki! (K3RS)
  • 20. P age I 11 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. Indonesia: II Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari20 kg. Keluhan subyel<tif low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi edah sentral di RSUD di Jakarta 2006). • 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004). • Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan. • Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor kerja. • Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori Uenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983). Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori Uenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang Kepulusan MenleN Kese"DI,n RI ND · IDB7IMEHKES/SK/VIIII2DIO '0"t'''9 S.."dar K.s.h.ton don K••uI8m,lan Kerla di Rumail S.klt (K3RSI
  • 21. MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusukjarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 - 37: 100. Risiko penularan HCV setelah luka tusukjarum suntik yang mengandung HCV 3 - 10 :100. 2. Perlunya pelaksanaan K3RS : a. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di Indonesia; meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit. b. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 Rumah Sakit serta tindak lanjut yang merujuk pada SK Menkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3. c. Sistem manajemen K3 Rumah Sakit adalah bagian darisistem manajemen Rumah Sakit. d. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan pengelolaan program K3 di Rumah Sa kit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar. Keputusan Menleri Kasehalan RI Ne :IDB7IMENKES/SK/VIIIIZDIO Tenlong Standor Kes.halan dan Kesel.malon Kerja di Rumoh Sakit (KJRS)
  • 22. P J g I i3 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA e. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin meningkat; Tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik. f. Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah Sakit. g. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan merupakan industri yang terdiri dari banyak tenaga kerja (labor intensive), padat modal, padat teknologi, dan padat pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat keterlibatan manusia yang tinggi, terbukanya akses bagi bukan pekerja Rumah Sakit dengan leluasa serta k~giatan 'yang terus menerus setiap hari. h. Beberapa isu K3 yang penting di Rumah Sakit; Keselamatan pasien dan pengunjung, K3 pekerJa atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Rumah Sakit yang berdampak terhadap keselamatan pasien dan pekerja dan keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan. i. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan yang terintegrasi meliputi : • Input: kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi, logistik obat/reagensia/peralatan, keuangan dan lain-lain. • Proses: pelayanan rawatjalan dan rawat inap (in and out patient), instalasi gawat darurat (lGO), h putusiIIT "'.men K.5.lmtan RI No 1U87/htEHKlS/SKfVTlIIZllIO Tentarrg Standar h ••hatm dan l£l;.J.~... K.".. dJRumah S.krt (ORS) ~~~~~
  • 23. 14 I P J ,e I" MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA pelayanan kamar operasi, pemulihan, yang dilaksanakan dengan baik dan benar dan lain­ lain. • Keluaran (output) : pelayanan dan pengobatan prima (excellence medicine and services). • Lingkungan. B. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (Iingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerjajatasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah. penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa. dan lain-lain). Koputusan Mentort Kosehatan RINo : IOB7IMENKES/SKflIlII12D10 TentllOg Stand.r Kesehatan dan Xes.lematan Karia di Rumnh Sakit (KJRS)
  • 24. P age I 15 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti dalam tabel berikut : Bahaya Fisi,k. Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan Bahaya Kimia Diantaranya Ethylene O xide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Et rane,Mercury, Chlorine Bahaya Biologi Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B. Hepatitis C, Influenza, HIV), Bakteri (misal :S. Saphrophyticus, Bacillus I sp., Porionibacterium sp., H.lnfluenzae, S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur (misal : Candida) dan Parasit (misal : S. Scabiei) Bahaya Ergonomi Ca ra kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat angkut pasien , membungkuk, menarik, mendorong Bahaya Psikososial Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatic Bahaya Mekanik Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam . . Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam Limbah RS Diantaranya limbah medis Uarum suntik,vial obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur, sputum) Cpiltusan lIenll!ri Kl!sehatm Rl N~ . I081fllENKfS/SKIVlfllZOlO Tontang SllIlIdir Keulmlllll dan Kesd.>mal3n Kerja do Rumlih Sa t (K3RS)
  • 25. 16 I P _ e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA C. Tujuan. Sasaran dan Ruang Lingkup 1. Tujuan umum Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit aman dan sehat bagi pasien, pengunjungjpengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar. 2. Tujuan khusus a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS. b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan pendukung program. c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja. d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK. e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh. f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit. 3. Sasaran a. Pengelola Rumah Sakit. b. SDM Rumah Sakit. KepUlusan Nenlen KesehaLan RI Ho .1D87/NlHKES/SK/VIlII2D10 Tenlang Siandar KBseh.lan dan KeselamaLaR Korja di Rum.h Sakit (K3RS)
  • 26. l' a g (' 117 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4. Ruang Lingkup Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan. D. Pengertian 1. Kesehatan Kerja Menurut WHOjILO (1995), Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi­ tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. 2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. K,pUlusall Menler; Kesohatan RI No : IOB7/MENKES/SK/VIII12010 T.ntang Standor K.sch.IBn dan K...lomBtan K'q' dl Rumah Sakll (K3RS)
  • 27. 18 I P e •'. i I. I ~~~; MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3. Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang yang bekerja di Rumah Sakit yang meliputi tenaga tetap yakni tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan serta tenaga tidak tetap dan konsultan. (UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 12 ayat 1 dan ayat 4). 5. Pengelola K3RS adalah organisasi yang menyelenggarakan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara menyeluruh di Rumah Sakit. 6. Sertifikasi dalam bidang K3 adalah pengetahuan dan keahlian yang didapat baik secara formal melalui jenjang pendidikan resmi di perguruan tinggi maupun secara informal melalui pelatihan yang disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan. 7. Pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS adalah pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehata n). KepUlu,a. "'enleriKesah.tBn RINo ' I087/to1EHKES/SK/VIIIIZDID Tentang Slond,r K•••ha,a. dan Kesel.mo'a. Karia d.Rumah Sakll (K3RS)
  • 28. P age I 19 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 8. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan, yang ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain­ lainnya yang dapat dijamin. 9. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter, yang dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mung kin yang perlu dikendalikan dengan usaha­ usaha pencegahan. 10. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu, yang dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Kepulusan Mont•., Kesehatan RINo 1D871MENKES/SK/VIIII2010 Tentano Slander K••eh.t.n dan Keselamalan Kerla di Rumah SakiI (K3RS)
  • 29. 20 I P a g l: MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA II. PRINSIP, PROGRAM, DAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN K3RS Pembahasan di fokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang dibagi dalam 3 (tiga) bagian yakni : A. Prinsip K3RS Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi, yaitu : 1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu. 2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll. 3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan­ ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain). K~pUlu,an MenleriKe••h.lnn RI No .I081IMfNKfS/SK/VIII/2010 TentBnY Stand,r KesBh.I." dan Kesal,matan KorjB dl Rumah Sakit (K3RS)
  • 30. , .J g 121 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA B. Program K3RS Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan prod uktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Ru ma h Sakit. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja, Program K3RS yang harus diterapka n adalah • 1 Pengembangan kebijakan K3RS a, Pembentukan atau revitalisasi organi sasi K3RS; b, Merencanakan program K3RS selama 3 tah un ke depan, (setiap 3 tahun dapat direvisi kemb Ii, sesual dengan kebutuhan) 2 Pembudayaan perilaku K3RS a, Advokasi sosialisasi K3 pada selu ruh j ajaran Rumah Sakit, baik bagi SDM Rumah Saklt, pasien maupun pengantar pasien/ pengunjung Rumah Saki t; b, Penyebaran media komunikasi dan informasi bai k melalui film, leaflet, poster, pamflet dll; c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan pada para pasien serta para penga nta r pasien/ pengunjung Rumah Sakit. 3 Pengembangan SDM K3RS a, Pelatihan umum K3RS; Keputus.n Menteri KesehaLan RI No :I087/MENKES/SKlVIII120m Tontang Stonriar Kesehot.n don Kesel.maton Kariadl RUln.1T S.ki, (K3RS)
  • 31. 221 :.' .'. ! 1 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit per unit Rumah Sakit; c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3. 4 Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational Procedure (SOP) K3RS a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit; b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja; c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja ; d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS; e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran; f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah Sakit; g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan limbah Rumah Sakit; h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; I. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi; J. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit; k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3); I. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja Rumah Sakit. Kepulu••nMenterl ~asehBtBn RI No : IDB7IMEN~ES/S~IVIIII2D1D T,nlnng Siand., ~•••hal.n don KeselBmBlon Kerin dl Ruman Se.1I (K3RS)
  • 32. Page l23 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 5 Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang dianggap berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS); . b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan kuesioner, checklist dan eva luasi lingkungan tempat kerja secara rinci). 6 Pelayanan kesehatan kerja a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sa kit; b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sa kit; c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit; d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya; e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja. 7 Pelayanan keselamatan kerja a. Pem bi naan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit; b. Pembinaa n dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di Rumah Sakit; K.pUlusan ManlcrlKesehatan RI N. :10871MENKES/SK/VIII1201D Tcntung Standor Ke••h.tBn dan Ko••lamalan Karl. di Rumah Sakit (K3RS)
  • 33. 241 (I £ MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit; d. Pengadaan peralatan K3RS. 8 Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat. cair dan gas a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan gas; b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis. 9 Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya a. Inventarisasi jasa, · bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996); b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LOP);. lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/ kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi. 10 Pengembangan manajemen tanggap darurat a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll); b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana; c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat; Keputusan Menteri Kesnhalan RI No ;I087/MEHKES/SK/VIllf2010 Tonl,ng Stondar Kesehalan dan Keselumatan Kerja di Rumah Sakit (K3RSI
  • 34. f' a ~ , 125 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya serta membuat denahnya (Iaboratorium, rontgen, farmasi, CSSO, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular dll); e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat! bencana; f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana pada tempat­ tempat yang berisiko tersebut; g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila terjadi bencana; h. Memberikan Alat Pelindung Oiri (APO) pada petugas di tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca mata, sarung tangan dll); I. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SOM Rumah Sakit; J. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap darurat Rumah Sakit; k. Evaluasi sistem tanggap darurat. 11 Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3 a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan); b. Pembuatan sistem pelapor. n kejadian dan tindak lanjutnya (alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka); I<J!putusan Menleri le••haIDn RIN. ;IUB7/MEHK[S/SK/VllIl2llI0 Tanlang St.ndar Kesehatan dan KeSlllem la" Kerl> di Rum.h S••it (K3RS)
  • 35. 26 I P ag e I MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. .Pendokumentasian data; • Data seluruh SDM Rumah Sakit; • Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani; • Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani; • Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit : Sebelum bekerja (awal) (orang) Berkala (orang) Khusus (orang) • Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit; • Angka absensi SDM Rumah Sakit; • Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit; • Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit; • Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah Sakit; • Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar Rumah Sakit; • Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit); • Kasus penyakit akibat kerja (pekerja Luar Rumah Sakit); • Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit); • Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit); • Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit); • Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah 5..a.!s.i1); • Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia; • Data kejadian nyar.is celaka (near miss) dan celaka; • Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja; • Data perizinan; • Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja; • Data pelatihan dan sertifikasi; • Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur); Kepulu,,"l4enteri K•••haIBn RI No :IDB7II4ENKESlSK/VIII120m Te"lang SlaMar Kesahatan dan Kesel'm1lIBn Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
  • 36. P ag e I 27 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • • • • Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien; Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah dilatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis PAK; Data kegiatan pemantauan APD Uenis, jumlah, kondisi dan penggunaannya); Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja Rumah Sakit). 12 Review program tahunan a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit; b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara langsung, observasi sing kat, survey tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang; c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat kerja; d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit. K'pu!usan Menl,,·1 KOSl,!!a!"n RI No : 1D87/M£NK£S/SK/VIII/2mO Tentang Stand.r Koschalan dan Kes.loma!an Kerl" di Rum.h S.k,t (K3RS)
  • 37. 28 I P a g e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA C. Kebijakan Pelaksanaan K3RS Agar penerapan K3Rs dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, maka perlu disusun hal-hal berikut ini : 1. Kebijakan Pelaksanaan K3RS Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan Rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila Rumah Sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan regulasi sebagai berikut : a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah sakit; b. Menyediakan Organisasi K3Rs sesuai dengan Kepmenkes Nomor 432/Menkes/sK/lV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah sakit; c. Melakukan sosialisasi K3Rs pada seluruh jajaran Rumah sakit; d. Membudayakan perilaku K3Rs; e. Meningkatkan sDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing unit kerja di Rumah sakit; f. Meningkatkan sistem Informasi K3Rs. Kepulusan Menlerl Kesehatan RI Ne IDB7/MEHKES/SK/VIIIIZOIO Ten'ony Stand.r Kesehat.n dan Kas. IAmalBn Kcrja dl Rumah Sakll (K3RS)
  • 38. 129,·I MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2. Tujuan Kebijakan Pelaksanaan K3RS Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar. 3. Langkah dan Strategi Pelaksanaan K3RS a. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan pembudayaan K3RS; b. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit; c. Membentuk Organisasi K3RS; d. Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan; e. Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS seperti yang telah disebutkan dalam poin II.SA dalam buku standar K3RS ini; f. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) yang tertera pada poin I1.S pada buku standar K3RS ini; g. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS; h. Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan menggunakan instrumen penilaian sendiri (self assessment) akreditasi Rumah Sakit yang berlaku; I. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit. KapUlUsan Manlarl Kmhalan RI No : IOB7fMEHKISfSK/VIII/2D10 Tontong Standor K..ahBlan dan Keselamatan Kerja di Rumah Saki! (K3RS)
  • 39. 30 I F 2 g e MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA III. STANDAR PELAYANAN K3RS Rumah Sa kit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). A. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut : 1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit : • Pemeriksaan fisik lengkap; • Kesegaran jasmani; • Rontgen paru-paru (bilamana mungkin); • Laboratorium rutin; • Pemeriksaan lain yang dianggap perlu; • Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaa n-pekerjaa n tertentu. Kep"tus.n WBnten Kesehatln HINo ; IOB7/MENKES/SiUVII1I201O Tenlang Stand•• Kes.hiltan dan Ke.BI."",t•• Kerja di Rumah Saklt (K3RS)
  • 40. l P age I 31 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. 2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit : • Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu; • Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya 1 tahun. 3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada : • SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu; • SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat pUluh) tahun atau SDM Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu; • SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gaHgguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khLlsus sesuai dengan kebutuhan; Kepulusan Ment.ri KcsehalanRI Na :1087/MENKES/SK/VIIlI2D1D lentong Siandor Ke,eholan dan K..Blamaian KariB di Rum." SakJl (K3RS)
  • 41. 32 I P a g MENTERIKESEHATAN REPUBlIK INDONESIA • Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS. 4. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara lain: • Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3; • Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya; • SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan kewajibannya; • Orientasi K3 di tempat kerja; • Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebwtuhan dalam rangka menciptakan budayciK3. 5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (roharii) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit : • Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM Rumah Sakit yang dinas Kap"t"san Muntcr;K...hatan RI Ne :IOB7IMENKES/SK/VIIII2D10 Tontang Standar Kosehato" dan Keselamat.n Kerja dl R"m.h Snkit (K3RS)
  • 42. P age 133 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas kesling dll; • Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit; • Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi; • Pembinaan mental/rohani. 6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit : • Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit; • Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK); • Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus; • Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait. 7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien : • Pertemuan koordinasi; • Pembahasan kasus; • Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial. 8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja : • Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya risiko; Kepulu,an Monlerl KesehalJln RI NQ :I0871Io!ENKES/SK/Vlllf201D Tenting Standar KesehBlJln dBn Kesel.malon Kariadi Rumah Sakit (K3RS)
  • 43. 34 I P ag e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis pekerjaannya, lama pajanan dan dosis paJanan; • Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus; • Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus. (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat kerja); • Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM Rumah Sakit. 9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi). 10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit. B. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan : 1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan : KepuLu.an Menlcri K...halan HI No: I087JMENKES/SKJVIIIJ201O T,nlengSiondar K.sch. lan dun Kesel,malo. Kerj. di Rumah Sakil (K3RS) ~~~~~-
  • 44. P age 135 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Lokasi Rumah Sa kit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit; • Teknis bangunan Rumah Saki!, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak­ anak, dan orang usia lanjut; • Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit; • Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugasjoperator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit); • Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan; • Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai; KepuwsanNenLerl Keseh.la" RI No :IDB7/NENKES/SX/VIII12010 Tentsng Stsndar Xu.hatsn dan Koselamelan Xarja di Rumah Sakil (X3RS) -......iiii!~~~~~
  • 45. 36 I P age MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang; • Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang; • Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan; 2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah Sakit : • Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit; • Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi. 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja : • Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial; • Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala; • Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja. lopulu..nWenteri Its••hata" RI No :1087/NENKESlSKlVlII12D10 r.1IlIng Stondar K...hotan don Kes.lamlIton brjo dl R.umah Saki! (KJRS)
  • 46. P age 137 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair : Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana·dan prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi: • Penyehatan makanan dan minuman; • Penyehatan air; • Penyehatan tempat pencucian; • Penanganan sampah dan limbah; • Pengendalian serangga dan tikus; • Sterilisasi/desinfeksi; • Perlindungan radiasi; • Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan. 5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja : • Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda keselamatan; • Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD); • Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD; • Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan APD. 6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah Sakit : K2ptJltJsan M,nt..i K...halan RI No . t087/M£IIKES/SK/VIII120tO Tenlang Slandar Kos,halan dan Keselamatan Kerj. dJ Rumah Sakit (K3RS)
  • 47. 381 P age MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah Sakit; • Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3 Rumah Sakit. 7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan : • Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja; • Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan. 8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya. • Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka. • Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka. 9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK). KeplllusBR "'BIll"'; Kesoh.tan RIND : IDB7/MENKESlSK/VIlVZDID Temanv llIIIndaI' Kes!hal,8n don Ko."lomal,8n Kerjl di Rumah SBlcrt (KJIISl
  • 48. P age 139 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran; • Membentuk tim penanggulangan kebakaran; • Membuat SOP; • Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran; • Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penggulangan kebakaran. 10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit. IV. STANOAR K3 PERBEKALAN KESEHATAN 01 RUMAH SAKIT Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Standar K3 perbekalan kesehatan di Rumah Sakit harus meliputi : Kepuluun Menle... Kes.halon RI ND ;1D87/MEHKESISK/VIII120m renl.ng Stand.r l.,eb.t•• de" K.$el"m.~n Kerl' dl Ruma" S••,I (K3RS)
  • 49. 40l Page MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA A. Standar Manajemen Standar manajemen perbekalan kesehatan Rumah Sakit meliputi: 1. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah Sakit harus dilengkapi dengan : a. Kebijakan tertulis tentang pengelolaan K3RS yang mengacu minimal pada peraturan sebagai berikut : • Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; • Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; • Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; • Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; • Peraturan Menaker RI No. 5/MEIJAKER/1996 tentang Sistem Manajemen K3. • Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SKNIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan; • Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri; • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit; Kopu1isan NenLeri Kenh-un RI No :1087/NEHKES/SK/VIIII21110 Terung Standar leselmllin dan Konlarnatan KerJi dJ Rumah S.kIt (K3RS)
  • 50. P il ge l 41 '.j MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. b. Pedoman dan standar prosedur operasional K3. c. Perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi: • Izin Mendirikan Bangunan. • Izin Penggunaan Bangunan khusus untuk DKI Jakarta Raya. • Izin berdasarkan Undang-undang Gangguan. • Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran. • Izin Deepwell khusus untuk DKI Jakarta Raya. • Izin Operasional Rumah Sakit untuk Rumah Sakit Swasta dan BUMN. • Izin Pemakaian Lift. • Izin Instalasi Listrik. • Izin Pemakaian Diesel. • Izin Instalasi Petir. • Izin Pemakaian Boiler. • Penggunaan Radiasi. • Izin Bejana Tekan. • Izin Pengolahan Limbah Padat, (air dan Gas. d. Sistem komunikasi baik internal maupun eksternal. e. Sertifikasi. f. Program pemeliharaan. K.pUIUSa" 101,01,.1Kesenat.n RI No : IOB7JMENKES/SKIVIII12010 TenlDng Siondar Ke"hnt.n don Kesel.malan Korje dl Rumah Sakil (K3RS)
  • 51. 42 I P ,1 ~ (' MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA g. Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, siap dan layak pakai. h. Manual operasional yang jelas. I. Sistem alarm, sistem pendeteksi api/kebakaran dan penyediaan alat pemadam api/kebakaran. j. Rambu-rambu K3 seperti rambu larangan dan rambu penunjuk arah. k. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan. I. Fasilitas penanganan limbah padat, cair dan gas. 2. Setiap bahan dan peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di Rumah Sakit yang menggunakan bahan beracun berbahaya maka pengirimannya harus dilengkapi dengan MSDS, dan disediakan ruang atau tempat penyimpanan khusus bahan beracun berbahaya yang aman. 3. Setiap operator/petugas sarana, prasarana dan peralatan, harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. 4. Setiap lingkungan kerja harus dilakukan pemantauan atau monitoring kualitas lingkungan kerja secara berkala dan berkesinambungan. 5. Sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit, harus dikelola dan dilakukan oleh petugas yang mempunyai komptensi di bidangnya. KepUIUS8n l4enlo... Kesehot.n RI No ' IDS7I104ENKES/SKI'IIIlI2010 Tontang Stand.r Kesah.t&ll dan K...I.m,lan KerJI d. Ruman Sa.,1 (K3RS)
  • 52. P age 143 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 6. Peta/denah lokasi/ruang/alat yang dianggap berisiko dan berbahaya dengan dilengkapi simbol-simbol khusus untuk daerah/tempat/area yang berisiko dan berbahaya, terutama laboratorium, radiologi, farmasi, sterilisasi sentral, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular, pengolahan limbah dan laundry. 7. Khusus sa ran a ban 9 u na n ya n9 men 9 gun akan bahan beracun berbahaya harus dilengkapi fasilitas dekontaminasi bahan beracun berbahaya. 8. Program penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi; penyehatan ruangan, bangunan dan fasilitas sanitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan limbah, penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lain, pemantauan sterilisasi dan desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi dan promosi kesehatan lingkungan. 9. Evaluasi, pencatatan dan pelaporan program pelaksanaan K3 sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit. 10. Kalibrasi internal dan kalibrasi legal secara berkala terhadap sarana, prasarana dan peralatan yang disesuaikan dengan jenisnya. Keputu,an "',"Ier' K.seh,fnn RI N. :IOB7/MEJjKES/ SK/VIII12010 Tenlong SI"ndor K.,eh8tan d,n x.sel,m"IHn Kocia ci. Rum.h S.k.1 (K3RS)
  • 53. ... I MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA B. Standar Teknis 1. Standar teknis sarana a. Lokasi dan bangunan : Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir, dan tidak berdekatan dengan rei kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri, dan limbah pabrik. Didalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya pasal 8 disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Sedangkan untuk persyaratan bangunan diatur pada pasal 9 yakni bangunan Rumah Sakit harus memenuhi; persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas lahan untu~ bangunari bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. KepUlu.an MenleM Kaschel,n RI No :IDB7IMENK£S/SK/VIIII2DID Te"lang Standar Kasch'I'" dan Keselem,IBn Keri> di Rumah Saklt (K3RS)
  • 54. P a g e I 45 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi rumah sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2 per tempat tidur. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi adalah : • Ruang bayi : Ruang perawatan minimal 2 m2jTT Ruang isolasi minimal 3,5 m2jTT • Ruang dewasa/anak : Ruang perawatan minimal 4,5 m2jTT Ruang isolasi minimal 6 m2jTT • Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran minimal: Ruang periksa 3 x 3 m2 Ruang tindakan 3 x 4 m2 Ruang tunggu 6 x 6 m2 Ruang utility 3 x 3 m2 Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan mempunyai : • Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 n :1 • Bebas serangga dan tikus • Kadar debu maksimal 150 ~g/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam • Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3) • Pencahayaan 100-200 lux • Suhu 26- 27°C (dengan AC) atau suhu kamar (tanpa AC) dengan sirkulasi udara yang baik KepUlus.n Menlero Kmh.l.n RI Ne :IOB7/MENKESrSK/YIII12D10 Tenlang SIBndar Ke••h.l,n dan Keselamalan Kerja d, Rum.h Saki! (K3RS)
  • 55. 46 I p ;} . e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Kelembaban 40-50% (dengan AC) kelembaban udara ambient (tanpa AC) • Kebisingan <45 dBA b. Lantai : • Lantai ruangan dari bahan yang kuat. kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan dan berwarna terang. • Lantai KM/WC dari bahan yang kuat. kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air. • Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti elektrostatik dan tidak mudah terbakar. c. Dinding (Mengacu Kepmenkes NO.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit) : • Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat. • Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-Iangit, membentuk konus (tidak membentuk siku). • Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air. • Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan kramik dibagi sama ke kanan dan ke kiri. Kaput",an Montorl Kesehaton RI No :IDB7/MENKES/SK/VIII12DID Tontang Standar K.,ehatondBn Ke,elomat.n Kerja di Rumoh Saki! (K3RS)
  • 56. P age 147 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 em serta dilengkapi jendela kaea anti radiasi. • Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari lantai. d. Pintu/jendela: • Pintu harus eukup tinggi minimal 270 em dan lebar minimal 120 em. • Pintu dapat dibuka dari luar. • Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam. • Ambang bawah jendela minimall m dari lantai. • Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji. • Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door close)). • Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 em dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaea anti radiasi. Xepulus.n "!,nlcri K.seh.tan RINo · IOB7I"!lHKES/SKlVUl/2flIO Tentang Stand.r Keseh.tan d.n Keselamata" Kel1" dl RlJJl1ah SakJI (KJRS)
  • 57. 48 I f' a !' l' MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA e. Plafond : • Rangka plafon kuat dan anti rayap. • Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan tidak menggunakan berbahan asbes. • Langit-Iangit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai. • Langit-Iangit menggunakan cat anti jamur. • Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-Iangit. f. Ventilasi : • Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi ucjara yang cukup, luas minimum 15% dari luas lantai. • Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara dengan tekanan positif. • Ventilasi AC dilengkapidengan filter bakteri. g. Atap: • Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lain. • Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal petir. KBpullJ"" Menlerl K.,ehal1ln RINo :10811MENKES/SIVVIIV20m TBnlOng Siand.r Keseh.I"" dan Kesela.,aIBn Kerl. dl Ruman Sakll (K3RS)
  • 58. l 149 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA h. Sanitasi : • Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bal":tan kualitas baik, utuh dan tidak eaeat, serta mudah dibersihkan. • Urinoir dipasang/ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik. • Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable tissues). • Bak mandi tidak berujung laneip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah dibersihkan. • Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar mandi 10:1. • Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1. • Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuei, urinoir, wastafel, closet, keluar dengan lanear dan jumlahnya eukup. i. Air bersih : • Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500 liter/tempat tidur). • Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam (artesis). • Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali. • Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam penanggulangan kebakaran. Keputusan Menteri Kesehatan RI No :1087/M£NKES/SK/YIIII2010 Tontong Standar Xesehalon dun X.solemet.n Kerja dlRumeh S.kit (K:IRS)
  • 59. 50 I r J e f' MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA j. Pemipaan (plumbing ): • Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air bersih dan merah untuk pemipaan kebakaran. • Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air kotor. • Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi listrik. k. Saluran (drainase): • Saluran keliling bangunan drainage dari bahan yang kuat, kedap air dan berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang eukup ke arah aliran pembuangan. • Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak tertentu, dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah di buka/ditutup memenuhi syarat teknis, serta berfungsi dengan baik. I. Jalur yang melandai/lereng (ramp): • Kemiringan rata-rata 10-15 derajat. • Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140 em, khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 em, kedua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 em. • Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak liein. Kaputusan Menter! K8S.hetan RI No :IDB7/MENKES/SK/VIII12010 Tentano Slandor Kasehoton dan KualemotenKeria dl Rumoh Sakil (K3RS)
  • 60. P age I 51 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Setiap ramp dilengkapi lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif. m. Tangga : • Lebar tangga minimum 120 em jalan searah dan 160 em jalan dua arah. • Lebar injakan minimum 28 em. • Tinggi injakan maksimum 21 em. • Tidak berbentuk bulat/spiral. • Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam. • Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat. • Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat mudah dipegang, ketinggian 60-80 em dari lantai, bebas dari segala instalasi. • Tangga diluar bangunan diraneang ada penutup tidak kena air hujan. n. Jalur pejalan kaki (pedestrian track): • Tersedia jalur kursi roda den.gan permukaan keras/stabil, kuat, dan tidak licin. • Hindari sambungan atau gundukan permukaan. • Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border. • Drainase searah jalur. • Ukuran minimum 120 em Ualur searah), 160 Ualur 2 arah). ~,putu..nMenteri Ke••hat.n RI Ne : IOB7/MENKES/SK/VIII1201D T.nt,ng StBnd,r X.sahatan dan Kesolam.tBn i'ri' dl RumohS,k,! (K3RS) ---~~~~~
  • 61. 52 I P Zl g e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Tepi jalur pasang pengaman. o. Area parkir : • Area parkir harus tertata dengan baik. • Mempunyai ruang bebas disekitarnya. • Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar. • Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum. • Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement), dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta pemadam kebakaran. p. Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman • Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas. • Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak menimbulkan bau. • Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada. • Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan kansten dan dirawat. • Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner). Kaputu.." Menteri X8S8hBtan RI No 1087/MENKES/SklVIIlf201D Tontang Standar K•••haIB" dan keselam'lan K,rja di Rum,h Sakit (K3RS)
  • 62. r oJ g 153 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga. • Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umum, terpampang di bagian depan Rumah Sakit. • Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan, kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja dan pasien Rumah Sakit. 2. Standar teknis prasarana a. Penyediaan listrik : • Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PlN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik Tegangan Menengah 20 KV Uaringan listrik TM 20 KV), sesuai pedoman bahwa rumah sakit kelas B mempunyai Kapasitas daya listrik ± 1 MVA (1000 KVA) • Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUll. • Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus dengan sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan UPS/UninteruptabLe Power SuppLy). • Harus tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak di gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan. XepulUsan Menterl K"ehalan RI No .1081IMENKES/SVVIII/2D1O renlann Sland" X"soh.tan don X...lam.tnn Kerl. di Rum.h Saklt (K3RS)
  • 63. 54 I P .1 g e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan. • Kapasitas generator (Gen set) disediakan minimal 40% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS system. • Grounding System harus terpisah antara grounding panel gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm. b. Instalasi penangkal petir : Pengawasan instalasi penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker No.2 tahun 1989. c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran : • Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) kebakaran seperti yang diatur oleh Permenaker No.4 tahun 1980. • HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup. sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. • Tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area. • Tersedia koneksi siomese. • Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan. • Tersedia dan tercukupi air untuk pemadaman kebakaran. • Tersedia instalasi alarm kebakaran automatik sesuai dengan Permenaker No.2 Tahun 1983. Kaputu••nMontar; Xes"hatsn RI N. :IOB7/MENKES/SK/VIII/2010 Tenting Standor Kes,hat,n dan Kes.lamatln K,rja di Rumah Sakit (K3RS)
  • 64. P age I 55. ' ~ ; MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA d. Sistem komunikasi : • Tersedia saluran telepon internal dan eksternal dan berfungsi dengan baik. • Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko tanggap darurat). • Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik. • Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk mendukung komunikasi tanggap darurat. • Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi dengan baik. • Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system). • Tersedia peralatan pemantau keamanan/CCTV (Close circuit television) e. Gas medis : • Tersedianya gas medis dengan sistem sentral atau tabung. • Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan kondisi sentral gas medis dalam keadaan rusak/ ketersediaan gas tidak cukup. • Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik. KepUlusan Menlerl Kcschatan RI No ID87/MENKES/SKIVIII12DID rent.ng Slander Kes,hutan dan Ke,ol.maton Kerja dlRumah S,kll (K31IS) ~--------~------~
  • 65. 56 I fJ ag e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA • Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan. • Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (02), gas nitrous oxida (N02), gas tekan dan vacum. f. Limbah cair : Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya. g. Pengolahan limbah padat : • Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria limbah. • Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi dengan baik. • Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan berfungsi dengan baik. 3. Standar peralatan'Rumah Sakit a. Memiliki perizinan. b. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. c. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait. d. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang. e. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien. Keputu,an MDnleriKesehatan RI No .1D87/MENKES/SK/VIIII2D10 Tonlong Standar Koschot.n dBn Kes.lamatan KerJ. dl Rumah Sakit (K3RS)
  • 66. P age 157 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA f. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. g. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. v. PENGELOLAAN BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN Limbah medis Rumah Sakit termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun yang sangat penting untuk dikelola secara benar. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori lim bah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien ataupun masyarakat di sekitar lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan kultur; bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan berisiko terhadap penularan penyakit. Beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular KnpUIU,"n MenleriKmhalan RINo :10871M(NKfSfSK/VIIII2010 renl"ngSt"nd.r Kosoh.IBn don X... I,m,tan Kerl" doRu",.h Sa~'1 (K3RS)
  • 67. 58 I P 1 g c' MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (hepatitis, diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan risiko bahaya kimia. Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam : • Permenkes 1204/Menkes/PerXIj2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; • Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Ru mah Sakit; • PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3); • Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3. Limbah medis termasuk dalam kategori lirnbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode lirn bah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmas i kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan resid u da r'i proses insinerasi. A. Kategori 83 1. Memancarkan radiasi Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang l~ l=hmiD Rl No , I087/l1fl1KES/SUVUll2lJlD Tenmng StIIIIIIr bsebma din lesdolNtu Kerja 011 Rumah SakJl (ORS)
  • 68. .. P a g e 159 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA dilaluinya, misalnya: lr192' 1 TC99, sinar X, sinar131, Sa153, alfa, sinar beta, sinar gamma, dll. 2. Mudah meledak Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan. 3. Mudah menyala atau terbakar Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash point) rendah (21DC). 4. Oksidator Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis). 5. Racun Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut. !oputus.n Nenterl Keseh,t.. RI Nn :1087/MEHKES/SK/VIII12010 Tentang Siandar Kes.halan nan K.selamatan Kerja di Ruman Sakit (K3RS)
  • 69. 60 I P d g to MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 6. Korosif Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pad a kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/ tahun dengan temperatur uji 55°(' mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa). 7. Karsinogenik Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh. 8. Iritasi Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir. 9. Teratogenik Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio. 10. Mutagenik Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika. 11. Arus listrik KeputlfSan Menlerl Keschat." RI No . I0871NEHKES/SKlVIIIIZDlO Tentang Standar X.,ohata" d.n Xesalamat.n Kerja di Rum.h S"~II (K3RS)
  • 70. I C' 161 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA B. Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahayal tingkat bahaya dipengaruhi oleh Daya racun dinyatakan dengan satuan LDso atau LCso' dimana makin kecil nilai LDso atau B3 menunjukkan makin tinggi dayaLCso racunnya. 1. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan peny~rapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya ad~lah yang melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3 akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh. 2. Konsentrasi dan lama paparan. 3. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam­ macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan. 4. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing­ masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia. C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas K.putu,an toIenteri K.s.h.t." RI No ;1D87/to1ENKfS/SK/VIII1201D fe.tang Standar K.,.h.tandan Xesel,m,l.n KorJ' do Ru,,;,h S.k,l (K3RS)
  • 71. 62 I P age MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi didapaikan dari MSDS. 2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-Iangkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karekteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi. 3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi: a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat perlindungan diri, dan menjaga hygiene perorangan. b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan. c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman. d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang. 4. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain: a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang kurang berbahaya. K,pulusan MenlerlKeseh.tBn RI No :ID87/MENKES/SK/VIIII2D10 TDnulng Siand.r K,,,h.t,n danKeselamalan Karja dl Rumah Sak,t (K3RS)
  • 72. P a g e 163 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan kecil. c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan, (ara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/ tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersangkutan. d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan. e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja yang aman. f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan. Kep"IUS~n Ment~rl KmhaLan RI No I087/MENKES/SK/VIII12010 Tantong St.ndar Kes,h.t.n dan Ke;el.matan Kerl. di Rumah Sakll (K3RS)
  • 73. 641 P e MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESiA g: Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesoai prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas. h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan berbahaya. I. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih, dan terpelihara dengan baik. J. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau daur ulang. D. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil perusahaan (company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit. Setiap unit kerja/lnstalasi/satker yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3 harus menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3. Kepulusan Mnol.r;Kesch,tao HI ND : 10871MENKES/SK/YIII/2DIO Tenlang Siaodar K.sahatan dan Kr.s.lamalan Kr.rja d, Rum.h Sakil (K3RS)
  • 74. 165 I ........~~ . MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian : 1. Kapabilitas Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam kontrak kerjasama. 2. Kualitas dan garansi Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan. 3. Persyaratan K3 dan lingkungan a. Menyertakan MSDS. b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001. c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan. d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit. 4. Sistem mutu a. Metodologi bagus. b. Dokumen sistem mutu lengkap. c. Sudah sertifikasi ISO 9000. Kcpulu••nM.ntori Kcsehat,n HI No IOB7/ MENKES/SKIVIII1201O Tunlong Standar K.s.halon don Kesel.mat,n Kerl' d, Rumph S,kil (k3RS)
  • 75. MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 5. Pelayanan a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada. b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya. c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan. d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang handal. E. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan. 1. Penanganan untuk personil a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan. b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan. c. Letakkan bahan sesuai ketentuan. d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk. e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan. f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama. KeputusBn Menterl Kesehatan RI No ; ID87/~EHKES/SK/VIll1201D Te"tang Stand.r hsehatan dan K...lamatan Kerja diRuman Sakit (K3RS)
  • 76. P age I 67 . / i MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata. h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran. i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas. j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/ kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau near miss) melalui formulir yang telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan. 2. Penanganan berdasarkan lokasi Daerah-daerah yang berisiko (Iaboratorium, radiologi, farmasi dan tempat penyimpanan, penggunaaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit. 3. Penanganan administratif Di setiap te mpat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani B3 antara lain: a. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi. b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan. c. Cara penanganan B3 dll. Keputuson Menterl Kesehot.n RI H. :IOH7/MENKES/SK/VIII/201D rontnnQ Siunda. K"ohnlDndan Kesel.matan Kerio di Rumah Saklt (KJRS)
  • 77. 68 I P a g MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA VI. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS A. Kriteria Tenaga K3 1. Rumah Sakit Umum kelas A dan Rumah Sakit Khusus kelas A a. S3/S2 K3 minimall orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; b. S2 kesehatan minimall orang, yang mendapatkan pelatihan tambahan yang berkaitan dengan K3 secara umum serta mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; c. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran Okupasi minimall orang. (optional); d. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan Sl minimal 2 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; e. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; f. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimall orang; g. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 2 orang; Kepulusan "'"nteri Ke,ehatan RI No . IOB7/MEHKES/SKIVIIII2D10 lentang Standar Kes.hatBJI dan Kesel.metan Keria do Rumeh So.,1 (K3RS)
  • 78. ----------------- I> a 169 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA h. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang; I. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimal 2 orang. 2. Rumah Sakit Umum kelas B dan Rumah Sakit Khusus kelas B a. 52 kesehatan minimall orang. yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5; b. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan 51 minimall orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5; c. Dokter/dokter gigi 5pesialis dan dokter umum/ dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5; d. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang; e. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimal 1 orang; f. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3R5 minimall orang; K!puwsan Menl.ri Koseh_lnn RI No .1087/MENKES/SK/VIII120m TenUlng Stand.r K..uh.tQn dan Kesel.matan Kr.". dl Rum.h Saklt (K3RS)
  • 79. t,• . ./ 70 I P age MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA g. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang. 3. Rumah Sakit Umum kelas C dan Rumah Sakit Khusus kelas C a. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan Sl minimall orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; b. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi minimall orang dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS; c. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang; d. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1 orang. B. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan SDM K3 Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama. Keputu"n Menlerl KmhalBn RI No. ID87/MENKES/SK/VillIZOID TOnl009 Siandar Kes,hat.n dan Keselomiltan Kurl" dl Rumah Sakil (K3RS)
  • 80. P age I 71 MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward & punishment). Program pelatihan yang dikembangkan untuk SDM Rumah Sakit setidaknya mempunyai unsur : 1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan dalam matriks pelatihan. 2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 3. Ditetapkannya program danjadwal pelatihan di bidang K3. 4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDrvI Rumah Sakit di bidang K3. 5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat. 6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau perundang-undangan. 7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran. 8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima. 9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima. Keplltusan NeAter, Xesehatan RI H. I087/to1EHX£S/SK/VIII1201O Tentang Standar XesehaUlA dan Xe••lamat•• X-rja di Rumah S.~II (KJRS)
  • 81. 72 I P g MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN A. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan temu konsultasi dan lain-lain. Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan langsung Rumah Sakit yang bersangkutan, dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing -masing. B. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinas Kesehatan setempat, cq. Penanggung jawab/Pengelola Program Kesehatan Kerja). K,putusan Menl.riK.s.hotBn RI No :IOB7/MENKES/SK/VIII12010 T,nlang Siandar Kesehat.n dBn KusBI.matan KerjadiRumah Saklt (K3RS)