Budaya dan ekonomi adalah dua hal yang berbeda, namun memiliki unsur pengaruh yang sangat kuat antara keduanya. Hal ini dibuktikan dengan perilaku orang-orang di berbagai daerah atau bahkan berbagai negara perilaku sosio-ekonomi mulai dari produsen hingga konsumen. Asean Economic Community atau yang sering kita kenal disebut MEA mulai berlaku pada akhir 2015 yang akan menghilangkan batas teritorial semua negara di kawasan Asia Tenggara. Tentu ini akan menyebabkan interaksi yang sangat intens antar negara berbeda, sehingga membawa pengaruh antar budaya ke negara lain.
Indonesia sebagai salah satu negara anggota Asean Economic Community (AEC) akan bersaing dengan sembilan negara lain untuk menjadi negara yang paling berpengaruh di antara negara-negara lain dalam pengendalian ekonomi di berbagai sektor. Namun, dengan kondisi saat ini, budaya konsumen di Indonesia masih sangat tinggi, sedangkan tingkat produksi barang atau jasa lebih rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara. Apalagi, persiapan pemerintah Indonesia dan masyarakat minim, banyak orang tidak tahu tentang MEA karena kurangnya sosialisasi pemerintah. Ini akan menjadi beban bagi Indonesia untuk membendung kekuatan ekonomi negara lain bebas memasuki wilayah kedaulatan Indonesia. Indonesia harus bisa mengubah budaya konsumsi dengan langkah-langkah yang terintegrasi dan sistematis, yaitu melalui sinergi pemerintah, akademisi dan masyarakat untuk membangun ekonomi nasional. Mulai dari reformasi birokrasi pemerintahan, memperbaiki kurikulum pendidikan dan tatanan sosial serta infrastruktur untuk memudahkan masyarakat dalam membangun perekonomian.
1. PERAN AKTIF PEMERINTAH DALAM UPAYA MERUBAH
BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DARI KONSUMTIF
MENJADI PRODUKTIF
Disusun Oleh:
Tegar Surya Putra
NIM: 1400011025
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2016
2. ii
Abstract
Culture and economy are two different things, but it has elements of a very
strong influence between the two. This is evidenced by the behavior of people in
different regions or even different countries socio-economic behavior ranging
from the producer to the consumer. Asean Economic Community or that often we
know called MEA come into force at the end of 2015 that would eliminate
territorial boundaries of all countries in the region of Southeast Asia. Of course
this will cause a very intense interaction between different countries, thus
bringing the inter-cultural influence to other countries.
Indonesia as one of the member states of the Asean Economic Community
(AEC) will compete with nine other countries to become the country's most
influential among the other countries in the economic control in various sectors.
However, with the current conditions, the consumer culture in Indonesia is still
very high, while the level of production of goods or services is lower compared to
other countries in Southeast Asia. Moreover, the preparation of the Indonesian
government and the community are minimal, many people do not know about the
MEA because of lack of socialization of the government. It will be a burden for
Indonesia to stem the economic power of other countries are free to enter the area
Indonesian sovereignty. Indonesia should be able to change the culture of
consumption with steps integrated and systematic, namely through the synergy of
government, academia and the community to build a national economy. Starting
from reforming in government bureaucracy, improve educational curricula and
social order as well as the infrastructure to facilitate the public in building the
economy.
Keywords: Asean Economic Community, Academics, Integrity, Synergy, territorial.
3. iii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
ABSTRAK.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.2 Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Landasan Teori......................................................................................3
2.2 Kondisi Budaya Masyarakat Indonesia Saat Ini. ..................................4
2.3 Peran aktif pemerintah dalam upaya perubahan budaya masyarakat
Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam menghadapi MEA.
...............................................................................................................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................14
3.1 KESIMPULAN...................................................................................14
3.2 SARAN ...............................................................................................14
3.3 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................15
LAMPIRAN...........................................................................................................16
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diakhir tahun 2015, muncul sebuah komunitas berbasis ekonomi
regional antar negara di kawasan Asia Tenggara yaitu ASEAN Economy
Community. Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam
ASEAN Economy Community atau AEC. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat
menjadi MEA secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi
ekonomi ASEAN yang artinya semua negara-negara yang berada dikawasan
Asia Tenggara (ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia
dan seluruh negara-negara ASEAN lainnya (9 negara lainnya) telah
menyepakati perjanjian bahwa akan ada kebebasan ekonomi di wilayah asia
tenggara yang disebut AFTA. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat
pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat
produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga,
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang. dan pilar keempat adalah
integrasi ke ekonomi global. Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan
daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka
kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN.
MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi pasar
tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan
sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan
membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil. Sehingga pengaruh
budaya juga akan menjadi hal yang tidak dapat terhindarkan dalam
menghadapi MEA oleh masing-masing negara, termasuk indonesia.
Secara umum, budaya di indonesia sangatlah banyak dan beragam dari
sabang sampai marauke. Namun jika dikerucutkan kedalam masalah ekonomi
maka pembahasannya akan lebih spesifik mengenai prilaku sosial ekonomi
masyarakat. Budaya bisa diartikan sebagai prilaku keseharian atau kebiasaan
suatu masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal sosial
5. 2
ekonomi masyarakat indonesia lebih condong ke budaya konsumtif. Hal Ini
dibuktikan dengan dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dan
meningkatnya Marginal Propensity to Consumption (MPC) selama tiga tahun
terakhir (Kusumaningtuti S. Soetiono, 2015). Sehingga ini akan menimbulkan
persoalan bagi negara indonesia dalam menghadapi MEA. Indonesia hanya
akan menjadi konsumen atau penonton di negeri sendiri. Untuk itu
dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat untuk bahu membahu dalam
membangun kemadirian dibidang perekonomian untuk bersaing dengan
sembilan negara lainnya yang akan bebas keluar masuk indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi budaya masyarakat Indonesia saat ini?
2. Bagaimana peran aktif pemerintah dalam upaya perubahan budaya
masyarakat Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam
menghadapi MEA?
3. Bagaimana peran aktif akademisi dalam upaya perubahan budaya
masyarakat Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam
menghadapi MEA?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi budaya masyarakat Indonesia saat ini.
2. Untuk mengetahui peran aktif pemerintah dalam upaya perubahan
budaya masyarakat Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam
menghadapi MEA.
3. Untuk mengetahui peran aktif akademisi dalam upaya perubahan budaya
masyarakat Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam
menghadapi MEA.
4. Untuk mengetahui solusi nyata yang dapat di terapkan dalam upaya
perubahan budaya masyarakat Indonesia dari konsumtif menjadi
produktif dalam menghadapi MEA.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Prof. Dr. Koentjoroningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Sedangkan menurut KBBI, Budaya adalah sebuah pemikiran, adat istiadat
atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata
budaya dimana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa budaya adalah segala sesuatu mengenai
kebiasaan sekelompok orang atau masyarakat dalam menjalani kehidupannya.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.
MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk
system perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota
ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk Indonesia telah menyepakati suatu
perjanjianMasyarakatEkonomi ASEAN tersebut pada januari 2007. MEA
adalah istilah yang hadir dalam Indonesia, tapi pada dasarnya MEA itu sama
saja dengan AEC atau ASEAN ECONOMIC COMMUNITY.
Dalam menjalankan kesepakatan, ada empat pilar yang disepakati
dalam MEA yang saling berkaitan erat dan saling memperkuat satu sama
lainnya, yaitu :
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi (single market and
production base) ditandai oleh aliran bebas barang, aliran bebas jasa,
aliran bebasi nvestasi, aliran bebas tenaga kerja terdidik dan aliran modal
yang lebih bebas. Selain itu, yang termasuk kelompok ini adalah sector
integrasi prioritas, sector makanan, pertanian, dan kehutanan.
7. 4
2. ASEAN sebagai kawasan ekonomi berdaya saing tinggi (competitive
economic region) ditandai oleh adanya peraturan kompetisi, perlindungan
konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur,
perpajakan, dan e-commerce di semua negara anggota ASEAN.
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
(equitable economic development) ditandai oleh pengembangan usaha
kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara
CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam).
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global (integration into the global economy) ditandai oleh
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar
biasa, namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus
bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak
menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini
pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan.
2.2 Kondisi BudayaMasyarakat Indonesia Saat Ini
1. Budaya konsumtif masih mengakar kuat
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia, yang ada dibayangan kita
adalah budaya yang sangat beraneka ragam. Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dengan masyarakat yang sangat heterogen, hal
inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka
ragam. Berdasarkan data PBB 10 besar negara yang jumlah penduduknya
tertinggi pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke 3 dengan
jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta orang, dibawah India dan Amerika
Serik
Proyeksi penduduk dunia pada tahun 2025 meningkat tajam yaitu
8,012 miliar orang, dengan rincian:
1) China: 1,453 miliar orang
2) India: 1,431 miliar orang
8. 5
3) AS: 359 juta orang
4) Indonesia: 263 juta orang dan lain-lain.
Dari data PBB tersebut membuktikan betapa heterogennya masyarakat
Indonesia, dengan pertumbuhannya yang pesat. Di era modern sekarang ini
budaya masyarakat semakin berkembang, demikian pula masyarakat
Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya.
Permasalahan MEA saat ini yang didasarkan pada unsur kebiasaan-
kebisaan budaya masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia memiliki
kecenderungan kebiasaan yang konsumtif dan mulai meninggalkan
kebiasaan menabung. Hal ini ditunjukan oleh nilai menurunnya Marginal
Propensity to Save (MPS) dalam 3 tahun terakhir dan naiknya Marginal
Prosperity to Consume (MPC) yang dikemukakan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dalam KOMPAS.com (8 Agustus 2015), bahwa
“Indonesia berada di kedudukan kedua setelah negara India berdasarkan
nilai perbandingan antara besaranya untuk konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional,dengan pendapatan nasional itu sendiri(MPC).”
Gambar I
Sumber:http://www.bankislam.com.my/en/Documents/cinfo/
9. 6
Masyarakat Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan
perubahan cara pandang masyarakat dalam kehidupan. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi budaya masyakarat Indonesia yang konsumtif ini,
mulai dari naiknya taraf hidup masyarakat Indonesia yang cenderung
berfikir, bagaiamana cara mendapatkan sesuatu secara instan, globalisasi,
perkembangan informasi dan teknologi. Dimana media seperti TV, radio
ataupun media cetak lainya telah berperan aktif dengan membujuk, atau
merayu guna men-stimuli budaya konsumtif di Indonesia itu sendiri.
2. Mengukur tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai MEA
MEA memang sudah mulai berlaku, dan masyarakat Indonesia sip
tidak siap memang harus menghadapinya. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat Indonesia mengenai MEA
itu sendiri.
Mengutip dari hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas pada awal
November, bahwa dari 582 responden di 12 kota besar menunjukkan, 57
persen responden tidak tahu MEA akan diterapkan pada akhir Desember.
Hasil survei Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(P2Politik LIPI) dengan 2.509 responden di 16 kota memperlihatkan
pemahaman masyarakat terhadap MEA atas dasar sekadar tahu (nice to
know), ingin tahu lebih lanjut (need to know), dan berusaha merespons (need
to explore) masih sangat rendah.
Dari hasil penelitian LIPI, kondisi di lapangan bisa dibilang cukup
menyedihkan. Dalam paparannya, Koordinator Tim Survei ASEAN LIPI
Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan, hasil survei LIPI menunjukkan, sebagian
besar responden tak banyak memahami soal MEA dan dampaknya. Banyak
responden mengaku tahu dan memandang MEA sebagai keterbukaan
peluang baru yang semakin lebar di kawasan. Perjanjian perdagangan bebas
antarnegara anggota memungkinkan pergerakan barang komoditas secara
lebih dinamis dan bebas. Namun, pemahaman itu tak diikuti dengan
pengetahuan lanjutan lain, seperti pergerakan bebas juga mencakup sektor
jasa dan tenaga kerja profesional.
10. 7
Gambar 2
Hasil Survei Penelitian LIPI
Sumber: Litbang “Kompas”/RSW
2.3 Peran aktif pemerintah dalam upaya perubahan budaya masyarakat
Indonesia dari konsumtif menjadi produktif dalam menghadapi MEA.
Peran aktif dari pemerintah sangatlah dibutuhkan dalam kesuksesan
masyarakat Indonesia menghadapi MEA. Hal pokok yang menjadi
permasalahan adalah budaya konsumtif yang masih melekat pada mayoritas
masyarakat Indonesia, dilihat dari tingkat Marginal Prosperity to Consume
(MPC) yang dikemukakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Masyarakat
Indonesia yang heterogen akan menjadi potensi yang besar jika mereka
mampu mengubah budaya konsumtif menjadi produktif yang sangat
mempengaruhi kesuksesan dalam menghadapi MEA. Oleh karenanya
dibutuhkan peran aktif dari pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut.
Pemerintah sangat berpengaruh bagi masyarakat, masyarakat tahu atau
tidaknya tentang MEA juga tidak terlepas dari peran aktif pemerintah. Sejauh
mana pemerintah telah mensosialisai MEA kepada masyarakat. Pemerintah
harus mengoptimalkan persiapan menghadapai gelombang persaingan yang
11. 8
semakin kompetitif. Mayoritas masyarakat belum tahu bahwa mereka akan
bersaing dengan masyarakat Asia Tenggara di pasar bebas.
Pemerintah harus memberikan perhatian serius untuk menghadapi
gelombang Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan langkah-langkah strategis
yang berpihak pada kepentingan rakyat.Peningkatan mutu sumber daya
manuisa, proteksi pemerintah terhadap industri rakyat, dan melibatkan
pengusaha mutlak diperlukan agar masyarakat Indonesia tidak sekedar
menjadi penonton dan konsumen di pasar bebas tersebut. Peran pemerintah
mensinergikan sektor usaha yang digeluti oleh pengusaha dan masyarakat
sebagai upaya menjadi masyarakat production base yang menghasilkan
produk bermutu dan siap bersaing dengan produk lain.
Tetapi pada faktanya pemerintah belum sepenuhnya berpihak kepada
masyarakat Indonesia yang telah menciptakan produk lokal secara kreatif.
Seperti yang telah diberitakan melalui media online “wow keren” pada 13
Januari 2016 lalu. Seseorang yang bernama Muhammad Kusrin dipenjara dan
karyanya dibakar karena dinilai produknya tak memiliki izin dagang dan
merek.
Seharusnya pemerintah mendukung secara penuh masyarakat untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki, agar terciptanya hubungan
pemerintah dan masyarakat yang memberikan rangsangan, tantangan dan
dorongan positif. Tujuannya adalah agar ide-ide bisnis bergerak ketingkat
kompetensi yang lebih tinggi dalam mengembangkan budaya masyarakat
yang konsumtif menjadi masyarakat yang produktif.
Menurut Reni Endang Sulastri dan Nova Dilastri (dalam Seminar
Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang). Dukungan tersebut dapat berupa :
1. Komitmen pemerintah untuk menggunakan kekuatan politiknya
dengan proporsional dan dengan memberikan pelayanan adminsitrasi
publik dengan baik disamping dukungan bantuan financial,
insentifataupun proteksi.
2. Regulator, yang menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan people, industry, institusi, intermediasi dan sumber daya dan
12. 9
teknologi. Pemerintah dapat mempercepat perkembangan industry
kreatif jika pemerintah mampu membuat kebijaka-kebijakan yang
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industry kreatif.
3. Konsumen, investor bahkan entrepreneur.
Pemerintah juga bisa melakukan Strategi yang kami rekomendasikan
yaitu strategi “5M” terdiri dari: Membangun, Mendidik, Mendukung,
Mendanai, dan Membina. Dalam artian segala hal yang bisa mendorong
masyarakat untuk memajukan Indonesia menjadi budaya yang produktif di
MEA. Pemerintah bisa mewujutkan 5M tersebut dengan :
1. Membangun
Untuk memberikan kesadaran masyarakat secara luas akan potensi
dan dampak yang akan dirasakan masyarakat setelah berlakunya MEA,
pemerintah harus membangun karakter wirausaha sejak dini kepada
masyarakat untuk mengubah pola budaya konsumtif menjadi produktif.
Langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah dengan memperbaiki
kurikulum pendidikan indonesia secara proporsional karena kurikulum
merupakan jantung dari pendidikan. Pendidikan merupakan jenjang awal
yang strategis untuk memberikan wawasan kepada generasi selanjutnya.
Masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda. Mutu
bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dinikmati
anak-anak saat ini, terutama dalam pendidikan formal yang diterima
dibangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan
oleh kurikulum sekolah. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum
maka ia memegang peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan
Negara ke depannya (Prof. Dr. S. Nasution. M.A., 2015).
Karakter keilmuan kewirausahaan didisain untuk mengetahui (to
know), melakukan (to do), dan menjadi (to be) entrepreneur. Tujuan
pendidikan to know dan to do terintegrasi di dalam kurikulum program
studi, terdistribusi di dalam mata-mata kuliah keilmuan. Integrasi
dimaksudkan untuk internalisasi nilai-nilai kewirausahaan. Dalam tahapan
ini, perguruan tinggi menyediakan matakuliah kewirausahaan yang
13. 10
ditujukan untuk bekal motivasi dan pembentukan sikap mental
entrepreneur. Program penguatan untuk mendorong aktivitas berwirausaha
dan percepatan pertumbuhan wirausaha baru telah dicanangkan
pemerintah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengembangkan
beragam program kewirausahaan. Pada tahun 2009, telah dikenalkan
Program Mahasiswa Wirausaha atau PMW (Student Entrepreneur
Program) untuk menjembatani para mahasiswa memasuki dunia bisnis rill
melalui fasilitasi start-up bussines ( Bob Sadino. 2009).
Untuk membangun jiwa keswirausahaan ini, penulis mencoba
menyampaikan ide berupa pembuatan game bertema kewirausahaan,
dimana aplikasi tersebut tujuannya adalah untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan sejak usia dini. Targetnya adalah anak-anak sampai remaja.
Remaja bahkan anak-anak saat ini sudah sangat familiar dengan gadget.
Mengutip dari unicef.org, bahwa “Data yang diambil dari survei
yang dilakukan oleh Kementerian Informasi dan Unicef tahun 2014,
menunjukkan bahwa pengguna aktif smartphone di Indonesia adalah
sekitar 47 juta, atau sekitar 14 persen dari seluruh pengguna handphone
di Indonesia. Dilihat dari komposisi usia, persentase pengguna gadget
yang termasuk kategori usia anak-anak dan remaja di Indonesia cukup
tinggi, yaitu 79,5 persen.” Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika
gadget tersebut dimanfaatkan dengan adanya game bertemakan
kewirausahaan. Penulis merekomendasikan sebuah game kewirausahaan
yang bernama “Mau Jadi Apa?". Dengan tampilan kurang lebih sebagai
berikut (terlampir).
2. Mendidik
Pelatihan kewirausahaan secara intensif dan profesional mampu
memberikan pemahaman bisnis yang baik untuk masyarakat dalam
membangun perekonomian negara. Dengan adanya pelatihan, masyarakat
memiliki pandangan ke depan mengenai bisnis apa yang akan dibangun
yang memiliki prospek keuntungan yang lebih baik dan menajanjikan.
contohnya di amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen
14. 11
penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11
detik lahir entrepreneurbaru dan Data menunjukkan 1 dari 12 orang
Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang
menjadikan amerika sebagai negara adi kuasa dan super
power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen penduduknya sebagai
wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan jepang skala kecil, menengah dan
besar bercokol dibumi kita ini. Padahal jepang mempunyai luas wilayah
yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung (kurang
subur) namun dengan semangat dan jiwa entrepreneurshipnya menjadikan
jepang sebagai negara terkaya di Asia. Ini karena pemerintahnya secara
terus-menerus memberikan pelatihan kewirausahaan baik dalam lembaga
pendidikan maupun masyarakat umum.
Selain itu pemerintah juga harus memberikan pelatihan tentang
bagaimana mempromosikan barang dan jasa yang ditawarkan dengan
efektif dan efisien supaya laku dipasaran. Contohnya melalui media sosial
seperti website, blog, facebook, youtube dan lain sebagainya. Hal ini
sangat berpengaruh dalam kelanjutan bisnis yang dirintis masyarakat.
Karena Perdagangan online tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan
perdagangan banyak kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau
website. Data menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses
internet sedangkan 35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga
mendorong pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.
3. Mendukung
Dukungan kepada masyarakat yang memiliki nilai kreatif dalam
berwirausaha sangatlah membantu masyarakat dalam memperlancar
usahanya. Pemerintah selayaknya memberikan keringanan dan keleluasaan
bagi masyarakat untung mengembangkan bisninya, sehingga bisnis yang
dirintis mampu bersaing secara kompetitif dipasar. Saat ini untuk
mengurus surat izin usaha masih sangat rumit. Peneliti Lembaga
Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Cita Wignyo Septina (2014) mengatakan, Indonesia masih
kalah dibandingkan negara-negara lain, termasuk negara ASEAN, dalam
15. 12
hal kemudahan berusaha. "Proses perizinan usaha di Jakarta
dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu terkait pendirian usaha, terkait
pembangunan tempat usaha dan terkait operasional usaha. Menurut dia,
tahapan yang dinilai paling rumit oleh pelaku usaha adalah perizinan
terkait pembangunan tempat usaha karena harus mengurus analisis
mengenai dampak lingkungan (Amdal), izin mendirikan bangunan (IMB)
dan lain-lain, serta mahalnya biaya yang harus dikeluarkan dalam
pembuatan izin usaha. Untuk itu pemerintah harus mengubah regulasi
yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Dukungan pemerintah juga dapat ditempuh dengan memperbaiki
infrastruktur yang ada, hal ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat
untuk melakukan aktivitas bisnisnya, seperti penataan pasar, jalan dan lain
sebagainya. Pemerintah juga harus mempelopori gerakan cinta produk
indonesia. Hal ini sangat penting untuk keberlangsungan usaha pribumi
ditengah maraknya barang dari luar negeri yang terus-menerus masuk ke
indonesia dan laris dipasaran indonesia. Berdasarkan data yang
diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), impor pada Mei 2011 senilai
14,825 miliar dollar AS. Namun, pada Mei 2012 impor mencapai 17,210
miliar dollar AS. Nilai impor ini bahkan lebih tinggi dibandingkan nilai
ekspor pada Mei 2012. Ekspor pada Mei 2011 senilai 18,334 miliar dollar
AS. Ekspor Mei 2012 justru turun menjadi 16,724 miliar dollar AS.
Negara pemasok barang impor nonminyak dan gas bumi (nonmigas)
terbesar selama JanuariMei 2012 masih ditempati China dengan nilai
11,89 miliar dollar AS dengan pangsa 19,29 persen. Berikutnya adalah
Jepang 9,66 miliar dollar AS (15,67 persen) dan Thailand 4,73 miliar
dollar AS (7,67 persen). Impor yang sangat tinggi ini sangat dipengaruhi
oleh tingkah belanja masyarakat yang tinggi terhadap produk luar negeri.
4. Mendanai
Tersedianya modal usaha menjadi salah satu penentu keberhasilan
dalam membangun sebuah usaha bisnis. Menurut data Departemen
Koperasi tahun 2005, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
16. 13
di Indonesia saat ini sebanyak 42,4 juta unit usaha, menyerap 79 juta
tenaga kerja, dan menyumbang hampir 57% PDB nasional (BPS 2003).
Dari jumlah tersebut 99,9 % merupakan usaha mikro dan kecil. Jadi hanya
0,1 % yang merupakan usaha menengah. Ini menunjukkan betapa
banyaknya pengusaha mikro dan kecil yang harus diberdayakan. Apabila
setiap unit usaha mikro dan kecil mampu difasilitasi dan diberdayakan
untuk menciptakan 1 (satu) orang kesempatan kerja atau kesempatan usaha
tambahan baru, maka akan tercipta 40 juta kesempatan kerja baru. Ini
artinya, jika kita mampu memberdayakan UMKM tersebut, berarti upaya
pemberantasan kemiskinan akan berhasil secara signifikan.
5. Membina
Membangun sebuah usaha tidaklah dikatakan sukses jika hanya
mampu bertahan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Sehingga
masyarakat membutuhkan pembinaan dari pemerintah atas usaha yang
mereka bangun dari bantuan pemerintah ataupun yang secara mandiri
membangun usahanya. Pemerintah selayaknya membuat suatu lembaga
khusus yang berfungsi sebagai tempat pengusaha UMKM untuk
melakukan konsultasi usaha secara gratis. Hal ini sangat membantu
masyarakat dalam hal memecahkan masalah yang timbul selama
berlangsungnya bisnis yang dikelola.
17. 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengubah prilaku masyarakat dari budaya konsumtif menjadi
produktif merupakan hal yang sangat penting bagi indonesia untuk mampu
bersaing di Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Langkah-langkah strategis
dan konkrit sangat dibutuhkan untuk membangun sinergitas antara
pemerintah,akademisi dan masyarakat dalam membangun ekonomi negara.
Terlebih sumber daya manusia dan sumber daya alam indonesia sangatlah
banyak. Jika tidak bisa dikelola dengan baik, maka kita akan menjadi
konsumen dan tenaga kerja biasa dari orang-orang asing. Sehingga
pemerintah, akademisi dan masyarakat harus mau bekerja keras, bekerja
cerdas dan bekerja ikhlas untuk saling membantu satu sama lain sesuai
dengan kapasitas yang dimilikinya. Dengan adanya program yang nyata dan
menjanjikan masa depan yang baik, indonesia akan mampu menjadi salah
satu negara yang memiliki pengaruh dalam masyarakat ekonomi asean.
3.2 Saran
Sebagai manusia yang lahir di indonesia, bumi yang kita cintai dan
banggakan ini, kita selayaknya menjaganya dari upaya-upaya negara lain
yang ingin menguasai indonesia. Tinggalkan perbedaan dan mari bersatu-
padu dalam membangkitkan kesejahteraan masyarakat melalui pembenahan
ekonomi dan tatanan sosial pendidikan di Indonesia. Masa depan ekonomi
Indonesia di tentukan oleh generasi selanjutnya. Untuk itu perlu penanaman
jiwa kewirausahaan dalam setiap diri pemuda indonesia.
18. 15
Daftar Pustaka
Portal resmi Provinsi DKI Jakarta (2012). Keadaan Ketenagakerjaan di DKI
Jakarta Februari 2012. Diunduh pada 10 November 2016. [Online]. di
www.jakarta.go.id/keadaan-ketenagakerjaan-di-dki-jakartafebruari-2012
Kompasiana. (2013). Masyarakat Konsumtif. Diunduh pada 10 November 2016.
[Online]. di www.kompasiana.com/masyarakatkonsumtif
Ali, U. (2015). Pengertian Budaya, Unsur dan Ciri-cirinya. Diunduh pada 10
November 2016. [Online]. di http://www.pengertianpakar.com
Moderator. (2015). Pemahaman tentang MEA Minim. Diunduh pada 10
November 2016. [Online]. di https://globalisasi.wordpress.com /2015/12.
Kompas. (2016). OJK: Orang Indonesia Makin Konsumtif . Diunduh pada 11
November 2016. [Online]. di www.kompas.com/OrangIndonesiaMakinKonsumtif
Endang R. Sulastri dan Dilastri R. (2015). Peran Pemerintah Dan Akademisi
Dalam Memajukan Industri Kreatif Kasus Pada UKM Kerajinan Sulaman Di
Kota Pariaman. Diunduh pada 12 November 2016. [Online]. di
http://fe.unp.ac.id/
Senang B. Galus. (2013). RELEVANSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI
PERGURUAN TINGGI. Diunduh pada 15 November 2016. [Online]. di
www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_artikel&id=17
Is. (2016). Dorong Kemajuan Wirausaha Melalui Pelatihan. Diunduh pada 15
November 2016. [Online]. di http://www.beritasatu.com /advertorial/360584-
dorong-kemajuan-wirausaha-melalui-pelatihan.html
Jabbar, S. (2016). Usaha mikro kecil dan menengah Indonesia dalam
menghadapai MEA. Diunduh pada 17 November 2016. [Online]. di http://www.
jabbarsambudi.com/2016/01/usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm.html
19. 16
Lampiran
Tampilan awal game “Mau
jadi Apa?"
Tampilan selanjutnya
akan muncul berbagai
profesi yang bisa dipilih
pengguna game.
Setelah pengguna
game memilih profesi
pengusaha.
Akan tampil bidang
pengusaha yang ingin
dijalani pengguna
game.
Contoh selanjutnya pengguna memilih
bidang usaha Taman Rekreasi Air dan
memilih jabatan yang ingin dipilih
Setelah Pengguna
game memilih
Jabatan yang
diinginkan
Contoh :
Pengguna memilih profesi Pengusaha
20. 17
Akan muncul tampilan
yang mengharuskan
pengguna game
memilih lokasi untuk
pembangunan
Perusahaan
Pengguna mulai berkreasi
membangun taman
bermain air di tempat
yang dipilih oleh pengguna
game.
Setelah semua selesai
dilakukan. Akan tampak
gambaran akhir mengenai
rancangan pengusaha
menegnai pembangunan
taman rekreasi air.