SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Hal. 1 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Modul 2
Administrasi Negara Dalam Perspektif Filsafat Ilmu
A. Rangkaian Pemikiran Ilmu Administrasi
Filsafat ilmu pengetahuan memiliki hakekat tertentu dalam upaya menegakkan
kebenaran ilmu itu. Pengetahuan yang menjadi ilmu itu adalah ilmiah (scientific)
dan objektif (objective). Filsafat yang dibangun dalam sistem pemikiran ilmu
administrasi mengacu pada pola pikir secara sistemik dalam bentuk berpikir
holistik, berpikir teoritikal, berpikir menggunakan ilmu, berpikir perubahan,
berpikir atas ketidak setujuan, berpikir dan berlaku etis, pemanfaatan
pengetahuan, dan uji ilmu. Filsafat pemikiran yang membentuk pola pikir sistemik
yang dimakud merupakan sebuah kerangka bangun yang logik dengan dukungan nalar
yang tinggi dalam rangkaian pemikiran ilmu administrasi.
1. Berpikir Holistik
Salah satu ciri khas pemikiran filsafat ilmu administrasi adalah berfikir
holistik yaitu cara berpikir yang mencakup keseluruhan atau berorientasi
penggambaran yang menyeluruh atau mengutuhkan (tidak terlepas-lepas,
atau terpisah-pisah) tentang realitas. Pemikiran secara holistik melekatkan diri
pada pendekatan pengetahuan filosofis yang khas sifatnya. Sifat pengetahuan
menyeluruh (holistic/integrative) dan mendasar (fundamental) dengan model
pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif. Pendekatan holistik berkaitan
dengan anggapan yang menekankan pada suatu keseluruhan lebih dari bagian-
bagiannya (seperti pendapat Comte, Spencer Durkheim) sedangkan keseluruhan
itu sesuatu yang berbeda dan bersifat berbeda pula. Dalam ilmu administrasi
hal itu dipastikan sebagai sesuatu yang berbeda dalam fungsi-fungsinya yang
dilihat secara fungsional dari bagian-bagian maupun sub-sub bagian yang
mendasari fungsi masing-masing, merupakan suatu keseluruhan dari sistem
administrasi yang sekalipun berbeda berdasarkan fungsi masing-masing tetapi
berkaitan erat satu dengan yang lainnya dalam memacu kegiatan administrasi.
Hal. 2 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Sistem berpikir dalam ilmu administrasi telah berkembang jauh dan telah
menyediakan seperangkat teknik untuk mempelajari sistem secara holistik, sebagai
upaya melengkapi metode reduksionis (reductionistic methods) yang telah
berkembang sebelumnya. Kerangka sistem merupakan dasar penting untuk
mempelajari sistem dalam berbagai bentuk. Ia lebih banyak menggunakan pola
fikir holistic dibandingkan teknik reduksionis. Di sini dipelajari kaitan-kaitan
(linkages), interaksi dan proses antara elemen-elemen yang membangun sistem
secara keseluruhan. Seorang pemikir sistem, mempertimbangkan bahwa sebuah
sistem adalah dinamis dan kompleks, sebagai hasil interaksi dari unit yang
terstruktur dan seimbang. Informasi mengalir dari elemen-elemen yang berbeda
dalam sistem. Namun ingat juga tentang lingkungan, karena sebuah sistem
berada dalam lingkungannya sendiri dan informasi maupun materi masuk dan
keluar ke lingkungan tersebut. Batas-batas sistem ditentukan dengan mengukur
frekwensi relative interaksi, dimana interaksi internal tiap anggota tentunya lebih
tinggi dibandingkan dengan luar (antarsistem).
Keakuratan sistem administrasi dalam proses penggerakkannya mencerminkan
pola hubungan dan kerjasama yang solid dan menyatu dalam sebuah kontrol dan
aktivitas yang tidak terlepas dari perhatiannya terhadap tuntutan dan kebutuhan
lingkungan internal maupun ekternal. Setiap sistem mengalami perubahan seiring
dengan terjadinya perkembangan baru dalam cara pandang yang mebutuhkan
suatu konsekuensi dari proses sistem yang terarah sesuai dengan konsep baru
dari pandangan sistem. Konsep sistem dalam administrasi telah berkembang
menjadi “teori sistem” (the systems theory) yang menggunakan pendekatan
interdisiplin untuk mempelajari sistem.
Teori sistem dikembangkan oleh Ludwig Von Bertalanffy sejak tahun 1932,
menurutnya bahwa dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berbeda-beda muncul
problem-problem yang serupa untuk dapat dirumuskan suatu pemecahan-
pemecahan identik sehingga pada model yang serupa pun dapat diterapkan.
Didukung oleh William Ross Ashby dan lainnya pada dekade 1940-an sampai
1970-an, dengan berbasiskan prinsip-prinsip ilmu fisika, biologi dan teknik.
Kemudian termasuk ilmu filsafat, sosiologi, teori organisasi, administrasi,
Hal. 3 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
psikoterapi dan ekonomi. Dua objek yang menjadi focus utama teori system
adalah administrasi (complexity) dan kesalinghubungan (interdependence).
Teori sistem di dalam sosiologi didalami oleh Nikolas Luhmann. Kita pun
mengenal “dinamika sistem” (system dynamics) sebagai bagian dari teori sistem
yang mempelajari dinamika perilaku dari system. Dari sini misalnya kemudian
lahirlah teori chaos (chaos theory) dan dinamika sosial (social dynamics). Prinsip
dasar teori sistem dalam administrasi cukup sederhana, bahwa masyarakat
merupakan suatu keseluruhan yang saling tergantung, seperti sebuah mobil kata ahli
fisika, atau seperti sebuah organisme dalam bidang biologi. Kelangsungan sistem
ditentukan oleh pertukaran masukan dan keluaran dengan lingkungannya.
Setiap sistem terbagi sejumlah variable subsistem, dimana setiap subsistem
juga terdiri atas tatanan sub-sub sistem yang lebih kecil. Sistem ini tidak
terlepas pisahkan satu dengan yang lainnya sebagai sebuah komponen yang
menyatu sebagai satu kesatuan yang hidup. Ilmu tentang sistem ini
menimbulkan harapan tertentu agar bisa berhasil dalam menghadapi problem-
problem yang bukan saja mampu memberikan keyakinan kepada manusia
tentang masa depan, tetapi juga memungkinkan manusia untuk mampu
mengendalikannya. Ilmu tentang sistem yang berpegang pada teori-teori sistem
telah mengalami perkembangan sejak lama (teori sistem telah berumur seratus
tahun lebih).
Dalam bidang ilmu administrasi, yang menonjol adalah Davis Easton dan
Talcott Parsons. Parsons melahirkan teori sistem yang berkaitan kemudian
dengan perspektif “struktural fungsionalis”. Dalam pandangan ini, sejumlah
kebutuhan harus dipenuhi kalau suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan
tersebut adalah untuk penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi, dan
pemeliharaan pola-pola. Oleh sebab itu perlu empat subsistem dalam
masyarakat, yaitu ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial (melalui keluarga
dan sistem pendidikan). Masyarakat berkembang bila terjadi pertukaran yang
kompleks diantara subsistem-subsistem. Subsistem politik menghasilkan sumber-
sumber, kekuasaan ototoritas, yang kemudian melahirkan ekonomi berdasarkan
uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari negara, ekonomi menciptakan modal,
yang pada gilirannya menjalankan politik. Politik ini pun mengarah kepada
Hal. 4 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
suatu tindakan perubahan yang mampu melahirkan wajah baru dalam
pembangunan pemerintahan negara. Seiring dengan itu, sistem secara luas
digunakan dalam ilmu administrasi dalam berbagai pendekatan yang mampu
memacu analisis masalah-masalah administrasi. Analisa sistem pada konteks
administrasi didasarkan atas penentuan informasi yang terperinci yang
dihasilkan setahap demi setahap dari proses, sehingga diketahui bagaimana
sistem bekerja agar memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan, dengan
membangun kriteria jalannya sistem agar mencapai optimasi. Dari proses
identifikasi sistem dihasilkan spesifikasi yang terperinci tentang perubah yang
menyangkut rancangan dan proses kontrol. Identifikasi sistem ditandai dengan
adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam
evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliputi pula penentuan output yang
diharapkan dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat. Sementara
berfikir serba sistem adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi
dengan perkara lain disekelilingnya, meskipun secara formal procedural mungkin
tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu.
Sistem berpikir lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu
berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Cara berfikir seperti berseberangan
dengan berfikir fragmented-linear-cartesian. Berfikir serba sistem
mengkombinasikan antara analitikal (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu
masalah) dengan synthetical thingking (memadukan elemen-elemen tersebut
menjadi kesatuan). Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan berpikir tetapi
adanya saling keterkaitan yang kuat dalam cara berpikir yang mampu
menghasilkan suatu kemajuan berpikir dalam mencapai suatu kemajuan yang
didasari oleh sistem kerangka pikir yang sistematis. System thingking sedikit
berbeda dengansystemic thingking. Berfikir sistemik lebih menekankan pada
pencarian pola hubungan (pattern), maka berfikir serba sistem lebih
menekankan pada pemahaman bagaimana (how) elemen-elemen itu
berhubungan. Dengan pemahaman how tersebut, maka kita dapat menemukan
elemen mana yang memiliki pengaruh vitaldan solusi yang komprehensif, sehingga
tidak menimbulkan masalah baru. Keefektifan dan ketepatan penyelesaian
dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan dalam pemikiran
Hal. 5 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
sistemik itulah melahirkan keputusan yang tepat sebagai sebuah penawaran
solusi yang mampu mencapai tuntutan dari masalah yang diselesaikan dan
menunjukan proses yang sistemik dari pemikiran yang rasional, objektif, dan
tepat dalam ilmu administrasi.
2. Berpikir Teoritikal
Berpikir teoritikal adalah suatu pemikiran yang mengarah kepada suatu
landasan berpikir yang menjelaskan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah.
Lorens bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif yaitu
peristiwa, fenomena atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau
pengetahuan praktis manusia. Dan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta
obyektif dalam kesadaran manusia. Fakta ilmiah adalah dasar bangunan teoritis.
Tanpa fakta-fakta itu bangunan teoritis mustahil. Fakta ilmiah tidak terlepaskan
dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah yang
berbentuk suatu deskripsi ilmiah. Fakta-fakta ilmiah dari ilmu administarasi
secara teoritis berpikir mengarah dan menunjukkan pada pengetahuan
manusia/masyarakat tentang fakta obyektif administrasi. Bagaimana kita berpikir
secara teoritikal administrasi itu sesuai dengan perkembangan, perubahan, dan
pergeseranpergeseran yang terjadi
Berpikir secara teoritikal ilmu administrasi melandasi secara fundamental
filsafat ilmu pengetahuan merupakan tinjauan kritis filsafat administrasi atas
problematika hakikat ilmu administrasi baik dari segi antologi, epistimologis,
maupun aksiologisnya, yang secara spesifik mengkaji secara kritis hakikat ilmu
administrasi, metode ilmiah, sikap etis dalam pengembangan dan komparasi kritis
sejarah pengembangan ilmu administrasi. Dalam eksplanasi faktanya juga
menuntut penalarannya diberbagai segi konsentrasi administrasi yang
didukukung oleh pemikiran secara deduktif dan induktif, yang adalah logika
berpikir teoritikal secara ilmiah yang salah satu atau keduannya harus
tercermin dalam argumentasi ilmiah yang dikemukakan secara sistemik dan terwujud
dalam disiplin ilmu administrasi.
Secara teoritikal ilmu administrasi yang tidak terlepas dari perkembangan
pemikiran dan kehidupan masyarakat, oleh maturana dan Valera, dalam
bukunya yang berjudul Autopoieses and Cognition (1980). Inilah yang mendasari
Hal. 6 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
pemikiran akan sosilogi admninstrasi yang disusun oleh Kevin Kelly, dalam
bukunya Out of Control (1955), menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran
paradigma dalam beberapa disiplin ilmu yang memandang segala sesuatu
sebagai sistem kompleks dan sistem yang mengorganisasi sendiri (self-
organizing); sebuah konsep yang dipinjam dari ilmu alam (fisika dan biologi)
dengan adaptasi tertentu dalam penerapannya dalam ilmu administrasi.
Analisis yang digunakan adalahanalisis trans-disiplin yang mengkaji sistem
administrasi sebagai sistem kompleks sehingga dapat diperhatikan berbagai
parameterparameter teknisnya untuk kemudian dengan bantuan matematika
dan computer dapat dianalisis secara komputasional dalam bentuk masyarakat
buatan (artificial society). Dalam hal ini masyarakat dipandang sebagai sistem
adaptif kompleks di mana tiap-tiap agen penyusunnya harus melakukan
adaptasi sedemikian rupa untuk dapat tetap bertahan hidup dalam ranah evolusi
sosial yang berlangsung terus-menerus. Ilmu-ilmu administrasi bersandar pada
prinsip-prinsip dasar dari sains yang salah satunya adalah refutabilitas atau ia
dapat dipersalahkan jika memang salah dalam terminologypeningkatan manfaat
bagi publik. Melalui berbagai tools yang diakuisis oleh ilmu-ilmu administrasi, hal
ini dapat dilakukan dan ilmu sosial yang selama ini menjadi semakin kaya
dan kokoh fondasi keilmiahannya. Michael William yang dikutip oleh Ismaun
(2001) menyatakan bahwa fondasi keilmiahan itu dilandasi dengan teori
kebenaran, yakni kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran
performatif, kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi. Bahkan Muhadjir
menambahkan satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik (Ufi, 2008).
Pemikiran teoritikal administrasi terfokus pada teori-teori kebenaran
sebagai suatu realitas nyata dan bersifat empirical science sebagai bukti konkrit
yang di dukung oleh kaidah-kaidah administrasi yang kuat dan menentukan
arah dan pijakan dari ilmu administrasi.Ilmu administrasi berkembang seiring
pesatnya teknologi komputasi yang memungkinkan pemodelan sistem-sistem
yang rumit dalam real seorang analis dan pengamat. Teknologi komputasi yang
mendorong simulasi komputasional telah memberikantoolsyang penting bagi
pengayaan ilmu sosial yang memungkinkan eksperimen dilakukan secara
komputasional (Sawyer, 2003) sehingga banyak kebijakan tidak lagi dilahirkan
Hal. 7 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
secara coba-coba atau trial and error. Misalnya, berbagai ide tentang solusi
untuk kebijakan bagi kepentingan publik dapat disimulasikan dahulu secara
komputasional sebelum menjadi kebijakan publik sehingga kebijakan yang
diambil pada akhirnya merupakan kebijakan paling optimum bagi kemaslahatan
dalam mengatasi masalah publik.
3. Berpikir Menggunakan Ilmu
Mengggunakan ilmu itu tentang bagaimana suatu ilmu itu dipakai dan
diterapkan sebagai wujud pengejahwantaan dari ilmu itu sendiri berdasarkan kepada
kenyataan dan kebenaran dan tidak menimbulkan keraguan dalam tingkatan
kepercayaan penerapannya, karena didukung oleh fakta-fakta empirikal sebagai
sebuah ilmu. Salah satu hal yang dianggap mengganggu dalam perkembangan
administrasi negara adalah masih terdapatnya keragu-raguan tentang apakah
administrasi negara itu merupakan suatu ilmu atau belum merupakan ilmu.
Sehingga dalam prakteknya administrasi negara itu menggunakan ilmu atau tidak.
Pada tahun 1960-an terdapat usaha yang cukup sungguh-sungguh untuk
mencoba membuktikan bahwa administrasi negara itu menggunakan ilmu dalam
prakteknya. Kesemuanya itu ternyata mempunyai hubungan analisis sistem
terhadap studi kehidupan adminisrasi negara. Dan administrasi Negara itu dikatakan
sebagai ilmu dengan membuktikan dukungan filsafat ilmu pengetahuan yang
kuat secara metodis, bahwa sesuai filsafat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
ilmiah atau ilmu pengetahuan yaitu jenis pengetahuan yang berciri khusus telah
tersusun secara sistematis dan metodis dengan metode ilmiah tertentu.
Ilmu adalah pengetahuan (knowledge; kennis) yang disusun secara
sistematis dan metodis. (Kantaprawira, 1990). Dengan perkataan lain, apabila
seperangkat pengetahuan dalam bidang tertentu dikaji, disusun, dipilah-pilah
dan diamati terus menerus dapat melahirkan teori; dan sejumlah teori itu dapat
membentuk tumbuhnya suatu ilmu tertentu. Dengan demikian, seperangkat teori
merupakan batang tubuh utama ilmu (building blocks of science). Di samping
seperangkat teori tadi, di dalam suatu ilmu masih terdapat hal-hal lain, di
antaranya adalah (1) hipotesis (pernyataan hubungan antar variable yang perlu
dibuktikan), (2) calon teori dan pernyataan yang masih memerlukan
pembuktian (teorema), (3) asumsi, (4) premis atau anggapan dasar, (5) postulat, (6)
Hal. 8 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
dalil, (7) rumus, (8) formula, (9) aksioma, (10) preposisi, (11) lingkup (objek
pengenal), (12) metodologi atau filsafat ilmu, (13) metode, (14) teknik, (15)
konsep, (16) eksplanasi, (17) kriteria, (18) definisi, (19) klasifikasi, (20) sistematika,
(21) model, (22) paradigma, (23) aplikasi (penerapan), (24) pernyataan problematic,
(25) anomaly (irregularitas), (26) proyeksi, (27) penelitian serta pengembangan, dan
(28) prediksi.
Suatu teori lahir melalui dua sumber, yaitu melalui usaha deduktif dan
usaha induktif atau penerapan keduanya secara sekaligus (simultan). Usaha deduktif
melahirkan teori apirori yang sifatnya spekulatif-transendental dan normative serta
preskriptif, sedangkan teori yang induktif lahir setelah dikaitkan dengan empiris
(pengalaman) dan kenyataan-kenyataan. Akan tetapi dalam proses yang
sebenarnya kedua usaha tersebut dipergunakan secara serempak dan
bergantian. Suatu hasil deduktif akan ditinggalkan apabila ia tidak sesuai
dengan pembuktian (evidence), dan demikian juga nasib induksi yang tak
bernalar cukup. Pengamatan (observasi) dan pengkajian terhadap sejumlah
pengetahuan dapat melahirkan keajegan-keajegan tertentu.
Keajegan atau keteraturan itu disebut sebagai teori karena teori merupakan
pola hubungan antara berbagai variabel, konsep, faktor dan unsur serta kejadian
yang terjalin secara utuh yang menunjukan sifatsifat relatif langsung dan terus
menerus. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang menjadi
perbedaan antara administrasi negara denga ilmu lainnya, misalnya letak
perbedaan berkisar pada penekanan dan pengandalan tinjauannya pada teori-
teori (theoretical emphasis). Biasanya dalam mendefinisikan administrasi termasuk
banyaknya elemen-elemen di antara mereka. Suatu angka tertinggi level tertingi
dalam derajat administrasi.
Gell-Mann (1995) menggarisbawahi, ketika mengevaluasi administrasi ke
dalam sistem, salah satu elemen akan menjelaskan secara apriori tentang
pengamatan sistem dan bahasa yang dia gunakan dalam menjelaskan suatu
hal tertentu. Pendapat Casti (1994) “… apapun administrasi (termasuk sistem)
adalah penggabungan kepemilikan dari suatu sistem dan dapatberinteraksi dengan
sistem lainnya, lebih sering digunakan dalam observasi atau pengendalian…
dengan sebenarnya, bagus, indah, baik dan jahat, disatu sisi administrasi terlihat
Hal. 9 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
secara kasat mata sebagai pengendali struktur dan prilaku sistem itu
sendiri”.Hasilnya teori administrasi mengidentifikasi suatu aturan pengamatan
dalam proses pengetahuan sistem. Dalam hal ini, teori administrasi lebih dekat
ke arah pandangan fenomenologi (phenomenological) yang tidak terlepas juga dari
pandangan secara endofiskal.
Seperti Prigogine dan Stengers (1984), Rossler (1986) mendukung
pergerakan di dalam pemahaman pengetahuan yang berasal dari kebiasaan,
suatu cara pandang “eksofiskal” terhadap alam semesta menjadi suatu “endofiskal”.
Cara pandang endofiskal dipahami dengan baik oleh konsep Husserl’s “kehidupan
dunia” (seperti pengetahuan dan bentuk pengetahuan lainnya terikat dalam
pengalaman tentang dunia manusia setiap hari) (Makaryk, 1993) Pandangan
endofiskal tentang teori administrasi juga menyepakati adanya kritik post-positivistik
dalam teknokratis praktis dalam analisis kebijakan (Fischer, 1990). Dalam analisis
kebijakan teknokratis, seorang analis kebijakan mempunyai kewenangan
peraturan dengan asumsi bahwa mereka mempunyai pengetahuan secara
obyektif terhadap realita kebijakan, karena keahlian mereka dibutuhkan. Post
positivistic berargumentasi bahwa pengetahuan dari ahli endofiskal, seperti
pengetahuan tentang masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan. Dan
analisis kebijakan dalam lingkupan administrasi itu dilakukan secara
restrospektif dan prespektif yang melahirkan gambaran dan rekomendasi
sebagai tindak lanjut dari pada sebuah kebijakan dalam memenuhi kepentingan
publik.
4. Berpikir Perubahan
Perubahan mendatangkan pengaruh yang sangat besar dan tidak dapat
dihindari oleh siapapun dan menembus setiap lapisan masyarakat dan dunia
ilmu maupun teknologi, yang sekaligus merubah cara berpikir manusia seiring
dengan perubahan yang terjadi. Dengan demikian berarti bahwa manusia perlu
senantiasa “berubah” sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan
yang dimaksud meliputi misalnya perubahan dalam prilaku, perubahan dalam
sistem nilai, penilaian perubahan dalam metode dan cara-cara bekerja,
perubahan dalam peralatan yang digunakan, perubahan dalam cara berfikir,
Hal. 10 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
dan perubahan dalam hal bersikap. Singkat kata, manusia perlu senantiasa
menyesuaikan diri dengan perubahan dan tuntutan perubahan.
Perubahan dapat terjadi secara evolusioner, tetapi ia pula dapat
berlangsung secara revolusioner. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik, hingga
dalam hal demikian tentu perlu agar diupayakan agar bila dimungkinkan
perubahan diarahkan kea rah hal yang lebih baik dibandingkan kondisi
sebelumnya. Dengan demikian dapat kita mengatakan lagi bahwa perubahan
senantiasa mengandung makna, beralihnya keadaan sebelumnya (the before
condition) menjadi keadaan setelahnya (the after condition). Transisi dari
kondisi awal hingga kondisi kemudian memerlukan suatu proses transformasi,
yang tidak selalu berlangsung dengan lancarnya, mengingat bahwa perubahan-
perubahan seringkali disertai aneka macam konflik yang muncul.
Salah satu sasaran manajemen perubahan adalah “mengupayakan agar
proses tranformasi tersebut berlangsung dalam waktu yang relative cepat
dengan kesulitankesulitan seminimal mungkin”. Pembahasan perubahan dan
proses perubahan biasanya dilakukan orang melalui fokus perubahan
keorganisasian. Keharusan melakukan perubahan dewasa ini dalam lingkungan
yang pernah turbulensi dan dinamika, merupakan sebuah fakta kehidupan bagi
kebanyakan organisasi-organisasi dewasa ini tidak boleh menunggu hingga
mereka melaksanakan perubahan-perubahan; mereka secara terus menerus
perlu memprrediksi dan mengantisipasi kebutuhan akan perubahan. Ada
berbagai macam alasan mengapa organisasi-organisasi berubah, dan banyak
terdapat tipe perubahan yang dapat dilaksanakan mereka seperti misalnya
perubahan yang timbul karena kegiatan restrusturisasi, reengenering dane-
enginering, inovasi dan total quality management. Dalam konteks perubahan
yang demikian cepat maka cara berpikir ke arah perubahan bahwa
pembangunan akan semakin kompleks yang menuntut kecepatan, ketepatan
sasaran atau tujuan, serta profesionalisme pengabdian para pelakunya.
Aspek lain yang tidak bisa dipisahkan adalah bahwa para pelaku
pembangunan dituntut untuk lebih menghargai rasa kemanusiaan dan humanism
yang tinggi sehungga dapat dihindari penolakan-penolakan kebijakan oleh
Hal. 11 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
masyarakat (public veto) (Pudjosukanto, 1997). Pembangunan diarahkan pada
terwujudnya masyarakat industri yang maju dan mandiri dengan memperhatikan
aspek ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspek budaya bangsa sebagai
dua aspek yang menunjang bagi keberhasilan pembangunan. Aspek iptek
menyangkut proses kreativitas SDM menghasilkan produk tertentu sesuai selera
dan daya beli masyarakat, sedangkan aspek budaya menyangkut berbagai aspek
budaya yang dimiliki guna mendukung proses pembangunan.
5. Berpikir Atas Ketidak Setujuan
Dalam setiap pola pemikiran tentu saja terdapat perbedaan-perbedaan
pandangan dalam memandang dan menganalisis suatu objek yang menjadi
sorotan atau focus perwujudan di tingkat ilmu pengetahuan. Pengakuan dan
penolakkan terhadap sesuatu konsep, teori, postulat, dan dalil-dalil tentunya
didukung dengan sistem pemikiran yang logik dan rasional. Sistem berpikir
selain diagung-agungkan ada juga yang menolak dan meberikan kritikan.
Kesemuanya itu berkenaan dengan masalah penerapan sistem berpikir tersebut.
mereka yang tidak setuju dan mengkritik system thingkingini anatara lain
beranjak dari pernyataan bahwa “fungsi itu universal sifatnya, yaitu setiap
masyarakat menjalankan fungsi itu kendati melalui struktur yang berbeda”, artinya
fungsi selalu serbahadir dalam struktur apapun. Kemudian, menurut para
pengkritik tersebut dalam mengkaji fungsi adaptasi (masalah ekonomi) secara
lintas kultural (crosscultural basis), kita dapat menemukan beberapa subsistem
dalam administrasi negara yang cenderung menerima perencanaan ekonomi,
misalnya, sementara subsistem lainnya menolak. Hal ini akan merupakan bantuan
maupun hambatan dilihat dari kerangka fungsi pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan admnistrasi negara yang bersangkutan. Kelemahan hasil kajian lintas
kultural ini muncul karena pendekatan sistemini tidak secara cukup bergaul dengan
lapisan perilaku di dalam dunia empirik.
Demikian pula dalam buku Jujun S. Suriasumantri ”System Thinking”, kita
dapat melihat betapa gencarnya kritik terhadap cara berfikir sistem ini.
Diantaranya sejumlah sarjana yang secara tajam mengritik, patut dicatat apa yang
diutarakan oleh D. C Philips sebagai kritik yang lebih substansial sifatnya.
Hal. 12 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Menurut Philips, cara berfikir itu sistem kurang mempunyai historisisme (lacking
historicisme) dan tidak mempunyai kemampuan prediktif. C. West Churchman,
sebagai tokoh terkemuka System Thinking, mengatakan antara lain bahwa
mereka yang tidak setuju terhadap sistem pemikiran itu percaya bahwa usaha
merencanakan masa depan secara rasional itu berbahaya. Dengan demikian,
diantara para pengkritik itupun tidak semuanya berselaras karena justru ternyata
pendekatan sistem melalui usaha perencanaan itu sejauh-jauhnya ingin
menyusun masa depan secara lebih pasti melalui unsur prediktifnya.
Disamping itu sesuai dengan perubahan dan tingkat kebutuhan pengetahuan
yang semakin meningkat dengan strategi-strategi pengembangan dalam ilmu
administrasi menuntut suatu pola sistem pemikiran yang mampu menjawab
tuntutan kebutuhan itu. Dimana saat ini telah terjadi perubahan yang mengarah
kepada sistem berpikir sesuai dengan paradigma baru administrasi negara,
yakni good governance yang mentransformasikan variabel-variabel yang mampu
mewujudkan suatu kepemerintahan yang baik dan menjurus kepada pelayanan
prima yang berkualitas terhadap masyarakat.
Konsep sistem berpikir ini juga dirancang secara sistematik untuk
melahirkan sinergitas sistem dalam administrasi negara sehingga tidak akan
menimbulkan penolakkan terhadap sistem berpikir dalam waktu yang terlalu
cepat, yakni apabila sistem pemikiran itu Mampu memecahkan persoalan-
persolan dan mewujudkan tingkat pelaksanaan dan kinerja aparatur negara
yang baik dalam menjalankan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat,
maka sistem pemikiran itu tidak akan mengalami suatu penolakan atau ketidak
setujuan dalam waktu yang singkat.
6. Berpikir dan Berlaku Etis
Setiap manusia (individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat) selalu
menginginkan cara-cara berpikir dan berlaku etis dalam tatanan kehidupan
sosial yang teratur dan menganut nilai-nilai yang mengatur jalannya proses
hubungan manusia dalam hidupnya maupun dalam ilmu pengetahuannya, yakni
nilai keindahan, kesenian, kebaikan, etis-moral. Maka manusia berpikir secara etis,
yaitu berpikir filsafati tentang hal yang baik dan yang buruk menurut tolak ukur
Hal. 13 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
etis moral yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Salah satu
kunci keberhasilan dalam proses berfikir dan bertindak di bidang admnistrasi
adalah dasar bangunannya, yaitu pemikiran ilmiah dan kemahiran bertindak
dalam aktivitas administrasi.
Pemikiran yang didasari argumentasi logis para ilmuwan administrasi
berpangkal dari premis sampai melahirkan suatu kesimpulan. Namun demikian
tetap ada perbedaan cara melahirkan pangkal fikir dari ilmuwan yang satu
dengan ilmuwan yang lainnya. Perbedaan fokus pangkal piker manusia ada
yang mengawali dari pangkalpikir deduksi, induksi,dan ada pula yang memulai
dari abdukasi. Pangkal pikir diawali dengan deduksi merupakan argumentasi
yang probabilitasnya sudah pasti dan tidak dapat di tawar-tawar lagi, berbeda
dengan pangkal pikir induksi yang argumentasinya kemudian hubungan premis
dan kesimpulan. sedangkan pagkal pikir abduksi merupakan argumentasi yang
sifatnya moderat dengan berorientasi kepada rasionalitas terhadap sanggahan-
sanggahan argumentasi etika tumbuh dari pengalaman manusia yang disimpan
sebagai pengetahuan tentang hubungan antara dirinya dengan orang lain dan
bagaimana mengatur ataupun menata hubungan tersebut, pengetahuan itu diberi
makna menurut kesepakatan sosial sehingga berfungsi sebagai acuan bagaimana
dilakukan aktifitas kehidupan. Manakala etika itu menjadi acuan bagi
masyarakat dalam berhubungan satu sama lainnya, maka acuan itu
menentukan tolak ukur akan moralitas warga masyarakat tersebut tersebut
dalam alur kehidupan bermasyarakat.
Dilihat dari tinjauan itu, etika tidaklah berdiri sendiri atau terlepas dari
berbagai pertimbangan lainnya, tetapi sebagai dan merupakan sejumlah konsep
yang bermakna atau berfungsi, yang tergantung pada aspek kehidupan apa yang
dilakaukan seseorang itu. Demikian pula halnya dalam berbagai aktifitas ilmiah,
etikaitu penting sekali yang dapat terpilah menurut disiplin atau sub-disiplin ilmu
pengetahuan memiliki etikanya.
Berfikir ilmiah adalah berkaitan dengan kesengajaan, karena itu orang
harus bertanggung jawab terhadap kerangka fikiran dan tindakannya yang disengaja
dilakukan berdasarkan pada pemikiran ilmu tertentu. Keadaan itu mengandung
arti bahwa seseorang yang berfikir menurut ilmu tertentu harus dapat
Hal. 14 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
mengemukakan secara jujur kepada kata hatinya, yang menurut kata hati
mengarahkan bahsanya tindakannya itu adalah perbuatan yang baik dan yang
seharusnya dilakukan. Tanggung jawab semacam itu juga harus diberikan kepada
orang lain yang bidang ilmunya sama atau lain, ataupun yang pada dasarnya dalah
sama bahwa apa yang difikir dan dilakukannya adalah hal yang baik. Apabila
etika itu berarti adapt kebiasaan, sedangkan adapt kebiasaan adalah
kebudayaan, maka etika berada di belakang atau terlingkup dalam konsep
kebudayaan. Bagaimana posisi bahwasanya suatu atau sejumlahadapt akan
menetukan isi etika pada posisi dimana dalam alur perkembangan adapt
kebiasaan atau kebudayaan (apakah menjadi kebiasaan, aturan ataukah hukum).
Kebiasaan manusia itu berkembang menurut kebutuhannnya karena itu derajat
sanksinya juga berbeda satu sama lainnya, yaitu antara folkways dengan mores
– custom– laws. Kecuali laws (hukum) dan norms (norma); maka kata-kata
folkways, mores, customs diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
adapt istiadat atau kebiasaan. Walaupun mores bisa pula diterjemahkan ke
dalam moral atau suatuperbuatan yang tak bermoral. Setiap unsur etika dapat
diterangkan secara bermakna atau bisa mengkoordinasikan ungkapanungkapan
pengalaman secara etis dalam wacana-wacana umum, dalam lembagalembaga
sosial, dalam aktivitas, dalam prinsip yang mendasari beragam ilmu, dengan
mencoba menerangi unsur-unsur yang selaras dan menunjuk hal-hal yang
tidak sesuai satu sama lain.
Dengan memahami dan menerapkan etika seseorang akan lebih
menunjukan adabannya dalam tindakan-tindakan, pemikiran, dan prilaku secara
etis. Pada dasarnya juga berpikir dan berprilaku etis berpedoman kepada etika
umum atau etika dasar yang mengkaji tentang prinsip-prinsip moral dasar yakni
prinsip kebaikkan, keadilan, dan hormat pada diri sendiri sebagai subyek moral;
juga tentang fenomena hati nurani, kebebasan, kehendak dan tanggung jawab
moral. Disamping itu mengacu kepada etika khusus atau etika terapan yang
mencoba menerapkan prinsip-prinsip moral dasar pada kasus atau masalah etis
moral dalam bidang tertentu, seperti etika sosial, etika hukum, dan etika politik,
dst. (Suseno, 2001; Bertens, 2003).
Hal. 15 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
7. Pemanfaatan Pengetahuan
Pemanfaatan pengetahuan mendasari dan terkait dengan kualifikasi
masyarakat yang maju dan mandiri yang mampu memanfaatkan pengetahuan
sebagai dasar pijak membangun kemajuandiri dalam pembangunan. Masyarakat
yang maju dan mandiri adalah masyarakat yang mampu mengurus dirinya
sendiri (swadiri), membiayai keperluan sendiri (swadana), dan mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri (swasembada). Ini tujuan hakiki dari
pemanfaatan pengetahuan dalam menunjang pembangunan kehidupan
masyarakat sehingga masyarakat mampu mengadaptasi dan mengadopsi secara
efektif tanda-tanda kemajuan, untuk kemudian mampu memberikan kontribusi
terhadap strategi perencanaan pembangunan yang diandalkan, serta berorientasi
kepada profesionalisme aparatur, efisiensi ketatalaksanaan organisasi, dan
peningkatan kinerja pelayanan publik di segala bidang. Dengan makin
meningkatnya dinamika masyarakat dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa, pengembangan sistem administrasi pemerintahan
diprioritaskan pada revitalisasi pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan
dan pelayanan publik yang kondusif, tranparan dan akuntabel disertai dukungan
sistem informatika yang sudah terarah pada pengembangana-government.
Peran birokrasi lebih difokuskan sebagai agen pembaruan, sebagai motivator
dan fasilitator bagi tumbuh dan berkembangnya swakarsa dan swadaya serta
meningkatnya kompetensi masyarakat dan dunia usaha. Dengan demikian dunia
usaha dan masyarakat menjadibagian dari masyarakat yang terus belajar (learning
community), mengacu kepada terwujudnya Manusia yang berdaya saing tinggi.
Mengantisipasi tantangan global, pembinaan sumber daya manusia aparatur
negara perlu mengacu pada standar kompetensi internasional (world class).
Sososk aparatur masa depan penampilannya harus profesional sekaligus taat
hukum, rasional, inovatif, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi
etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatanprofesionalisme aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi,
dengan mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai berikut: (1)
Hal. 16 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita dan
tujuan bernegara, (2) memilki kompetensi yang dipersyaratkan dalam
mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan kebijakan publik, (3)
berkemampuan melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif dan inovatif, (4)
disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat dan etika professional, (5) memiliki
daya tanggap dan sikap bertangung gugat, (6) memiliki derajat otonomi yang
penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai
keputusan sesuai kewenangan dan (7) memaksimalkan efisiensi, kualitas dan
produktivitas.
Sementara itu untuk mengaktualisasikan potensi masyarakat, dan untuk
mengatasi berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi bangsa, perlu dijamin
perkembangan kreativitas dan oto-aktivitas masyarakat bangsa yang terarah
pada pemberdayaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta ketahanan
dan daya saing perekonomian bangsa. Dalam rangka itu, reformasi sistem
birokrasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan baik di pusat maupun
di daerah-daerah, juga perlu diperhatikan antara lain prinsip-prinsip pelayanan,
pemberdayaan, partisipasi, kemitraan, desentralisasi, tranparansi, konsistensi
kebijakan, kepastian hukum dan akuntabilitas. Disamping itu berpegang pada
asas-asas umum penyelenggaraan Negara (Soeharyo dan Effendy, 2003), yaitu
mencakup asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, dan asas profesionalitas.
8. Uji Ilmu
Pengujian ilmu mengarah pada uji penalaran dengan melihat data sebagai
fakta karena itu seseorang yang menalar akan perlu memiliki pengetahuan tentang
data. Data yang bersumber dari konsep-konsep itu juga perlulah dipilih sesuai
dengan keperluan ataupun dipilah-pilah menurut kriteria tertentu, agar dapat
dipahami melalui analisis yang dilakukan. Pengujian ilmu dapat ditelusuri pula
dengan penalaran deduktif dilakukan atas pertimbangan dan dasar menurut
prinsip tertentu, kaidah ataupun teori yang berlaku umum kepada sesuatu yang
khusus, karena itu pula deduksi tidak dapat menghasilkan kaidah yang baru
atau pun terobosan yang penting dalam ilmu pengetahuan. Upaya penalaran
Hal. 17 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
deduktif dengan menarik kesimpulan adalah didasarkan pada premis, yaitu
pernyataan dasar, yang memberi simpulannya sebagaimana terkandung dalam
premis tersebut (ada premis mayor dan ada premis minor) (Garna,2008).
Kesimpulan yang dicapai dengan penalaran deduktif sudah dibatasi pada
kaidah awalnya yang dengan demikian simpulan itu adalah benar selama
kaidah yang digunakan itu benar. Ada dua jenis cara dalam menarik
kesimpulan dengan penalaran deduktif, yaitu : (1) menarik kesimpulan langsung
dari satu premis yang dilakukan melalui konversi (perubahan dari satu sistem
pengetahuan ke sistem yang lain, obversi (metode berpikir langsung untuk
mencari kebenaran baru berdasarkan keputusan yang telah ada), dan
kontraposisi, (perbedaan posisi dalam menarik simpulan dari satu premis; (2)
menarik simpulan tak langsung, dengan cara silogisme (kategorikal, hipotesis,
dan alternatif), dan eminen, nyata atau unggul. Dengan demikian melalui
pengujian ilmu, suatu teori lahir melalui dua sumber, yaitu melalui usaha
deduktif dan usaha induktif atau penerapan keduanya secara sekaligus
(simultan). Usaha deduktif melahirkan teori apriori yang sifatnya spekulatif-
transendental dan normatif serta preskriptif, sedangkan teori yang induktif lahir
setelah dikaitkan dengan empiris (pengalaman) dan kenyataan-kenyataan. Akan
tetapi dalam proses yang sebenarnya kedua usaha tersebut dipergunakan secara
serempak dan bergantian. Suatu hasil deduktif akan ditinggalkan apabila ia
tidak sesuai dengan pembuktian (evidence), dan demikian juga nasib induksi yang
tak bernalar cukup. Pengamatan (observasi) dan pengkajian terhadap sejumlah
pengetahuan dapat melahirkan keajegan-keajegan tertentu. Keajegan atau
keteraturan itu disebut sebagai teori karena teori merupakan pola hubungan antara
berbagai variabel, konsep, faktor dan unsur serta kejadian yang terjalin secara
utuh yang menunjukan sifat-sifat relative langsung dan terus menerus. Beberapa
syarat ilmu diantaranya adalah dapat diuji, dites atau dibuktikan (testable,
verifiable), mempunyai sifat sistematis dan berlaku umum (general). Apabila kita
amati, di dalam ilmu-ilmu alamiah sudah sejak lama terlihat adanya dalil-dalil
yang sifatnya general dan universal, artinya terdapat teori atau cara yang sama
untuk meninjau fenomena apapun. Kenyataanlain, di dalam ilmu-ilmu sosial belum
menghasilkan sesuatu yang memadai dalam rangka usaha untuk memenuhi
Hal. 18 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
syarat-syarat sebagai ilmu tersebut di atas. Kejadian-kejadian sosial, dilihat dari segi
sifat indeterminisme manusia, hampir tidak mungkin di tes, apalagi di tes
ulang.Kemudian disana-sini ilmu sosial belum memperlihatkan ciri sitematis,
apalagi universal. Dalam objek dan lingkup ilmu-ilmu sosial jarang memperlihatkan
ciri sitematis, apalagi universal.
Dalam objek dan lingkup ilmu-ilmu sosial jarang sekali terlihat proses-
proses dan hasilhasil yang “sama” kendati faktor-faktor yang berinteraksinya
relatif “sama”. Dengan demikian, para ahli ilmu administrasi, misalnya
mengidamkan adanya suatu cara yang sama untuk mengkaji fenomena
administrasi yang berlangsung dimanapun. Hal ini mengandung arti adanya
konsekuensi bahwa analisis untuk bidang tertentu akan sama. Ilmu administrasi
dan manajemen lahir sebagai seni merupakan wujud dari hasil pengujian ilmu
yang telah di uji secara sistemik dan dilandasi dengan pemikiran filsafati
analogi, epistimologi, dan aksiologi Dihubungkan dengan fungsi suatu ilmu yang
setidaknya bermula dari tugas untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
berbagai gejala yang diamati, dalam perkembangannya kemudian ia menjadi
lebih canggih, yaitu berupaya menerangkan sebab akibat dan memberikan
argument logis serta memberikan eksplanasi tentang berbagai gejala atau
kejadian. Lebih meningkat, fungsi ilmu tidak berhenti pada soal menerangkan
saja, tetapi menginjak lahan yang lebih jauh lagi, yakni bersifat menilai dan
memberikan evaluasi serta di sana sini mulai mencoba mengeluarkan prediksi.
Pendek kata, fungsi ilmu itu adalah (1) deskripsi, (2) eksplanasi, dan (3)
evaluasi-prediksi. Apabila teori itu merupakan batang tubuh atau substansiutama
suatu ilmu, maka tidak bisa lain fungsi teori itu pun tidak jauh dari fungsi ilmunya.
Kemudian, apapun hasil yang diwujudkan oleh suatu ilmu menurut perkembangan
masing-masing, kita dapat melihat tingkat-tingkat kemajuan ilmu yang
bersangkutan. Dengan perkataan lain, hal tersebut menyangkut pula tingkat
keandalan teorinya. Di dalam ilmu-ilmu alamiah, hasil aktivitas pengamatan
akan peristiwa dan pengalaman empiris itu, setelah disusun dan diabstraksikan
(disaring) akan dapat melahirkan teori dan generalisasi berupa dalil-dalil yang
sifatnya universal dalam arti hamper-hampir tidak terikat oleh tempat dan
waktu.
Hal. 19 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Hal inilah yang merupakan kebanggaan dan arogansi para ahli ilmu-ilmu
alamiah, yaitu memiliki sesuatu yang tidak dipunyai oleh para ilmuwan sosial.
Sedemikian eksplisitnya teori dan dalil-dalil dalam ilmu-ilmu alamiah sehingga teori
yang satu dapat digulingkan daya lakunya oleh teori yang baru, dan sekaligus
memberi arti bahwa teori yang mutakhirlah yang diakui dan karenanya berlaku
hukum kehematan (parsimony) atau Occam’s razor. Teori yang satu tidak
bertumpuk dengan teori lainnya seperti halnya dalam ilmu-ilmu sosial. Seperti
diketahui, teori-teori dalam ilmu sosial itu akumulatif. Boleh dikatakan tidak ada
teori yang secara mutlak tersisihkanoleh teori lainya, tetapi suatu teori menjadi
klasik, tertinggal dan kurang relevan dengan perkembangan zaman.Meskipun
demikian ia tetap tidak dapat dikatakan sebagai tidak berlaku lagi. Di dalam ilmu-
ilmu sosial, teori general hampir-hampir sukar ditemukan atau langka, apabila tidak
dikatakan tidak ada. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat perilaku dan interaksi
manusia sebagai pelaku utamanya sangat bermacam ragam. Boleh dikatakan
teori-teori general dalam arti teori-teori luas, teori-teori sayap lebar, teori-teori
paying atau teori-teori besar itu lebih mungkin terwujud dengan
mempergunakan kegiatan deduktif-teoritis. Melalui kegiatan berfilsafat dalam arti
mencoba mencari apa-apa yang mendekati kebenaran, manusia mencari apa-
apa yang dianggap ideal, etis, baik, sempurna, benar dan sifat-sifat lainnya
atas dasar penilaian (value judgement) menurut faktor-faktor moral dan etis
serta normative. Jadi, intinya ilmu yang dapat dilakukan pengujian atau
pengetesan adalah ilmu-ilmu alamiah, sedangkan ilmu-ilmu sosial dilihat dari segi
sifat indeterminisme manusia, hampir tidak mungkin di tes, apalagi di tes ulang dan
mendasari bahwa ilmu pengetahuan sosial yang meliputi ilmu pengetahuan
administrasi terdiri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Bagian
teoritik menunjuk kepada skema konseptual misalnya kaidah, generalisasi, dan teori.
Sedangkan bagian empirik ialah fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bentuk
deskripsi, kajian kasus dan umum serta laporan statistik.
B. Filsafat Ilmu Administrasi
Secara etimologi (Bahasa). Kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philosophia. Kata philosophia ini dalam bahasa Arab disebut falsafah, dalam bahasa
Hal. 20 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Inggris disebut philosophy, dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat. Philosophia
sendiri terbentuk dari dua kata, yaitu philo yang artinya cinta dan shophia yang berarti
kebijaksanaan. Dengan demikian, philoshopia atau filsafat, secara etimologi, artinya cinta
kebijaksanaan.
Menurut Masykur Arif Rahman, kata cinta kebijaksanaan ini mempunyai arti luas.
Cinta bisa berarti cita-cita atau keinginan. Orang yang memiliki cinta atau keinginan akan
berusaha menggapai sesuatu yang ia inginkan, atau akan berusaha meraih yang dicintai.
Sedangkan kebijaksaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa
pengertian, yaitu selalu menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuannya), arif,
cakap, cermat, pandai, dan hari-hati. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kebijaksanaan adalah pengetahuan dan kepandaian yang mendalam.
Jadi, secara sederhana “cinta kebijaksanaan” atau filsafat dapat dipahami sebagai
keinginan untuk mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
Adapun pengertian filsafat secara terminologis atau istilah merujuk pada beberapa
pendapat beberapa ahli yang mencoba mendefinisikan istilah filsafat.
Plato mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan yang asli. Sedangkan Aristoteles memberikan pengertian filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum
dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya.
Sejalan dengan pembahasan diatas, maka pengertian filsafat administrasi adalah
proses berpikir secara matang, berstruktur, dan mendalam terhadap hakikat dan makna
yang terkandung dalam materi ilmu administrasi . Memang disadari atau tidak,
sesungguhnya ilmu administrasi memfokuskan diri terhadap aspek manusia, terutama
pelaksanaa aktifitas, dilakukan secara kerjasama. Dalam mewujudkan kerja sama
diperlukan kematang pengaturan dan ketertiban dalam keteraturan agar upaya
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terwujud dengan baik dan
memuaskan dari seluruh yang terlibat.
Hal. 21 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
C. Ontologi Administrasi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang “yang ada”. “Yang
ada” disini memiliki pengertian yaitu : pertama, istilah ini menunjuk terhadap apa-apa
yang benar-benar ada di dunia, baik “yang ada” sebagai kenyataan, yang tampak di
depan mata ataupun dapat dicerap oleh pancaindera.
Pemikiran ontologi dalam administrasi tentunya diawali dari pembuktian, atau
dengan kata lain penyelidikan yang dilakukan secara sadar dan mendalam sampai ke
akar permasalahan yang sesungguhnya dan dapat diberlakukan kapan dan dimana
saja serta relatif fundamental kandungan kebenarannya. Ontologi ilmu administrasi
mencari pengertian menurut asal mula dan akar kata yang paling terdalam.
Dengan kata lain, ontologi administrasi adalah pemikiran yang berdasarkan hakikat
dan makna yang dikandung ilmu administrasi itu sendiri sebagai salah satu cabang
ilmu administrasi.
1. Kedudukan Ontologi Administrasi
Kedudukan ontologi administrasi adalah merupakan pangkal dasar dalam
pengembangan pemikiran terhadap pembenaran dan kebenaran yang dikandung
oleh ilmu administrasi itu sendiri.
Ontologis ilmu administrasi bercorak total daripada hal-hal yang bercirikan
abstraksi dan konkret. Ontologi ilmu administrasi yang bercirikan asbtraksi karena
hanya berada dalam pikiran manusia yang sifatnya sangat tidak terbatas dan
jangkauannya hanya dapat dijangkau akal pikiran. Sedangkan ontologi administrasi
yang bercirikan konkret karena memang dapat diamati langsung oleh pancaindra
manusia dan hasilnya secara langsung dapat dinikmati.
2. Metode Ontologi Administrasi
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ontologi administrasi
diperlukan metode berpikir yang bekerja cepat dan tepat. Dengan demikian,
ontologi administrasi senantiasa menanyakan sesuatu yang telah dimengerti atau
dikenal, karena pertanyaan adalah bagian dari nalar sebagai produk pemikiran
manusia.
Hal. 22 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Pemahaman ontologi ilmu administrasi senada dengan keinsafan manusia
terhadap dirinya sendiri sebelum melaksanakan berbagai aktiftasnya. Segala
perkembangan, baik pada diri sendiri manusia ataupun pada bidang ilmu
administrasi telah termuat dalam batas-batas kemampuan kedua hal tersebut, tidak
akan dapat melampauinya. Yang ada di luar batasannya tidak akan dapat
dipertanyakan, karena memang bukan batas dalam pikiran manusia di bidang
administrasi.
3. Potensi Ontologi Administrasi
Dengan spontanitas, dapat dikatakan bahwa potensi ontologi ilmu
administrasi adalah pemikiran manusia terhadap isi dunia ini. Pada hakikatnya,
tidak ada halangan atau hambatan bagi para ilmuwan administrasi dimana saja dan
kapan saja untuk melakukan tindakan dan pemikiran tentang penciptaan
pengaturan dan keteraturan it secara optimal. Segala jenis bipolaritas yang
mensyaratkan terciptanya pengaturan dan keteraturan dalam ilmu administrasi
menunjukan adanya kemungkinan, dan bahkan keinginan akan integritas secara
maksimal.
Kewajiban para ilmuwan administrasi dalam rangka berpikir, berdasarkan
pemikiran ontologi secara kebenaran transidental dan kebenaran empirikal, terletak
pada struktur penalaran setiap ilmuwan administrasi. Jikalau terjadi kekurangan
harmoni, kekurangan kebenaran, dan kebaikan, maka hal itu bukanlah muncul dari
hakikat ontologi ilmu administrasi, tetapi merupakan suatu kejadian entah karena
alasan apa dan kenyataan selalu ada, sepanjang masih ada yang ada.
4. Normatif Ontologi Administrasi
Keberadaan hakikat kandungan normatif ontologi administrasi secara
transidental dan empirikal sesungguhnya dapat dibedakan atas dua aspek utama.
Kebenaran adalah keharmonisan dan sintesis yang maksimal dalam hal pemberian
pengertian atau pemahaman terhadap ontologi ilmu administrasi, dan kedua,
kebaikan adalah keharmonisan dalam hal penilaian dan pilihan nilai terhadap
ontologi ilmu administrasi.
Hal. 23 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Namun, kebenaran dan kebaikan ontologi ilmu administrasi dalam
kehidupan dan penghidupan manusia bukanlah dua hal yang berdampingan saja,
tetapi merupakan suatu bipolaritas struktur dalam pemikiran manusia itu sendiri.
Kebenaran dan kebaikan senantiasa selalu dalam kesejajaran dan seukuran.
5. Positivisme Administrasi
Aliran positivisme dalam ilmu administrasi pada dasarnya berpangkal dari
hati nurani manusia yang memancarkan kebenaran. Pancaran kebenaran hati
nurani ini diproses dalam pemikiran dengan menghubungkan realita konkret
maupun realita abstraksi tentang fenomena atau nomena administrasi, yang
selanjutnya dipersepsikan melaluis suatu argumentasi.
6. Rasionalisme Administrasi
Rasionalisme administrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan di bidang administrasi. Paham rasionalisme
beranggapan bahwa sumber pengetahuan berasal dari akal pikiran. Disamping itu,
aliran rasionalisme, tidak mengingkari adanya pengalaman, tetapi pengalaman itu
menjadi perangsang terhadap proses pemikiran. Descartes, sebagai pelopor aliran
rasionalisme, senantiasa berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat
diragukan lagi sehingga mengantarkan manusia kepada cahaya terang.
D. Epistemologi Ilmu Administrasi
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa
diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori.
Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang dalam bahasa
Inggrisnya menjadi theory of knowledge.
Secara istilah, epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas,
sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan di bidang administrasi adalah suatu pernyataan terhadap materi
atau konten, bentuk atau form, serta objek formal dan materiilnya. Secara
epistemologi, ilmu administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal tentang
Hal. 24 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
persepsi dan pemahaman intelektual seseorang. Pengetahuan ilmu administrasi dapat
membawa manusia kepada peristiwa kesadaran dari dari seluruh pemaknaan yang
dikandung ilmu administrasi itu sendiri.
1. Objektivisme Administrasi
Hakikat dasar dari pengetahuan administrasi manusia mensyaratkan adanya
makna apriori (kebenaran dasar) sebagai realita fundamnetal dan tidak relatif,
sedangkan kebenaran realita yang telah mengalami perubahan dari nilai dasar dan
kebenaran relatif tertuang dalam hakikat aposteriori. Berpikir apriori dalam ilmu
administrasi merupakan salah satu kajian dari konsep objektivisme, dengan
bermuara kepada rasionalisme yang dalam perkembangannya mengalami tiga
tahapan proses berpikir manusia dalam bidang ilmu administrasi. Pertama,
kesadaran objek administrasi itu sendiri. Kedua, kesadaran bahwa adanya
perbedaan penalaran terhadap objek administrasi. Ketiga, pemahaman terhadap
hubungan yang terjadi antarberbagai entitas, baik perbedaan maupun
persamaannya.
Penelusuran objektivitas pemikiran dalam administrasi dapat dilihat dari dua
sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang objek materialnya, adalah sesuatu
yang menjadi sasaran perhatian secara detail tentang makna kandungan penalaran
dalam pemikiran manusia yang mempelajari ilmu administrasi. Kedua, dari sudut
pandang objek formalnya, bahwa ilmu administrasi memiliki ruang lingkup kajian
dengan metode yang jelas.
2. Subjektivisme Administrasi
Fenomena sosial menunjukan bahwa pemikiran subjektivisme telah berada
di semua lini kehidupan, baik kehidupan birokrasi, pengusaha, maupun kehidupan
sosial kemasyarakatan, semuanya menghendaki keadilan, tetapi yang dirasakan
adalah ketidakadilan. Karl Marx memberikan argumentasi tentang rasa keadilan
dengan pembagian sesuatu “ambillah masing-masing menurut kemampuannya”
dan “berilah masing-masing menurut kebutuhannya”.
Hal. 25 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
3. Skeptisisme Administrasi
Skeptisisme adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami seseorang
akibat tidak terpenuhinya sesuatu yang diinginkan.
Akar permasalahan terjadinya skeptisisme rupanya menunjukan jenis
kepastian tertentu yang tidak dimiliki oleh para birokrasi bersangkutan sebagai
pengelola administrasi negara yang berdampak negatif , dimana kepercayaan
publik semakin berkurang dan kecurigaan semakin bertambah.
E. Aksiologi Administrasi
Aksiologi membahas tentang nilai dalam kehidupan manusia. Aksiologi mencakup
dua cabang filsafat yang terkenal yaitu etika dan estetika. Etika membahas hal buruk
dan baik perbuatan manusia, dan estetika membicarakan tentang keindahan.
Aksiologi ilmu administrasi adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam angka pemanfaatan, atau dengan kata lain penerapan ilmu
administrasi yang teratur dan produktif. Ilmu administrasi yang dimanfaatkan secara
positif memungkinkan manusia lebih leluasan untuk berinteraksi dengan sesama
manusia maupun dengan lingkungannya, demikian juga bahwa ilmu administrasi dapat
meningkatkan martabat manusia. Karena dengan memanfaatkan kebenaran ilmu
administrasi akan semakin teruji kualitasnya serta semakin tampak bahwa ilmuwan
administrasi sebagai makhluk yang termulia di muka bumi ini.
Hal. 26 dari 26
Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Referensi
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Jogjakarta : IRCiSod, 2013.
Hal. 18.
Makmur, Filsafat Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan ke-3, 2012. Hal.39 -40
Masykur Arif Rahman, Loc.cit. hal 49
Makmur, Loc.cit, hal 40
Surajiyo, Filsafat Ilmu, Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan ke-8, 2015. hal. 26

More Related Content

What's hot

Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahSiti Sahati
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAFajar Dolly
 
Desain organisasi henry mintzberg
Desain organisasi henry mintzbergDesain organisasi henry mintzberg
Desain organisasi henry mintzbergnurul khaiva
 
Etika Administrasi Negara
Etika Administrasi NegaraEtika Administrasi Negara
Etika Administrasi NegaraSiti Sahati
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikMuh Firyal Akbar
 
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN Sri Suwanti
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikSiti Sahati
 
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21Ginandjar Kartasasmita
 
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
Perkembangan teori organisasi  mia UnkrisPerkembangan teori organisasi  mia Unkris
Perkembangan teori organisasi mia UnkrisFrans Dione
 

What's hot (20)

Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
 
Good Governance
Good GovernanceGood Governance
Good Governance
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
 
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
Desain organisasi henry mintzberg
Desain organisasi henry mintzbergDesain organisasi henry mintzberg
Desain organisasi henry mintzberg
 
Etika Administrasi Negara
Etika Administrasi NegaraEtika Administrasi Negara
Etika Administrasi Negara
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian Politik
 
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakanPertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
 
Ppt teori organisasi
Ppt teori organisasiPpt teori organisasi
Ppt teori organisasi
 
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
SRI SUWANTI - PERBANDINGAN PEMERINTAHAN
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21
TANTANGAN ADMINISTRASI PUBLIK MEMASUKI ABAD 21
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
Jurnal teori organisasi
Jurnal teori organisasiJurnal teori organisasi
Jurnal teori organisasi
 
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
Perkembangan teori organisasi  mia UnkrisPerkembangan teori organisasi  mia Unkris
Perkembangan teori organisasi mia Unkris
 

Similar to TEORI ADMINISTRASI

Kuliah Minggu Ke 2,Map Ugm
Kuliah Minggu Ke 2,Map UgmKuliah Minggu Ke 2,Map Ugm
Kuliah Minggu Ke 2,Map Ugmbethayudha
 
Evolusi Teori Organisasi dan Administrasi
Evolusi Teori Organisasi dan AdministrasiEvolusi Teori Organisasi dan Administrasi
Evolusi Teori Organisasi dan AdministrasiNurmansyah Arif W
 
Teori sistem dalam msdm tugas individu dr. lilin
Teori sistem dalam msdm   tugas individu dr. lilinTeori sistem dalam msdm   tugas individu dr. lilin
Teori sistem dalam msdm tugas individu dr. lilinZamil Zamil
 
Model administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikanModel administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikanLhya Baha
 
teori perkembangan managemen
teori perkembangan managementeori perkembangan managemen
teori perkembangan managemenafiqcembik
 
Social and Organizational Foundation of Ergonomics
Social and Organizational Foundation of ErgonomicsSocial and Organizational Foundation of Ergonomics
Social and Organizational Foundation of ErgonomicsHnAlfiany
 
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL Susilo Ilo
 
Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan 1 dan 2Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan 1 dan 2Nana122
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
sistem sosial
sistem sosialsistem sosial
sistem sosialRama SIni
 
Paper filsafat by i wayan suryasa
Paper filsafat by i wayan suryasaPaper filsafat by i wayan suryasa
Paper filsafat by i wayan suryasaSTMIK STIKOM - Bali
 
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...Vhiie Audi
 

Similar to TEORI ADMINISTRASI (20)

Kuliah Minggu Ke 2,Map Ugm
Kuliah Minggu Ke 2,Map UgmKuliah Minggu Ke 2,Map Ugm
Kuliah Minggu Ke 2,Map Ugm
 
Makalah AKBID PARAMATA RAHA
Makalah AKBID PARAMATA RAHA Makalah AKBID PARAMATA RAHA
Makalah AKBID PARAMATA RAHA
 
Materi tou
Materi touMateri tou
Materi tou
 
Evolusi Teori Organisasi dan Administrasi
Evolusi Teori Organisasi dan AdministrasiEvolusi Teori Organisasi dan Administrasi
Evolusi Teori Organisasi dan Administrasi
 
Teori sistem dalam msdm tugas individu dr. lilin
Teori sistem dalam msdm   tugas individu dr. lilinTeori sistem dalam msdm   tugas individu dr. lilin
Teori sistem dalam msdm tugas individu dr. lilin
 
Model administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikanModel administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikan
 
Model administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikanModel administrasi pendidikan
Model administrasi pendidikan
 
Tugas teori organisasi
Tugas teori organisasiTugas teori organisasi
Tugas teori organisasi
 
teori perkembangan managemen
teori perkembangan managementeori perkembangan managemen
teori perkembangan managemen
 
Dimensi Organisasi
Dimensi OrganisasiDimensi Organisasi
Dimensi Organisasi
 
Pemikiran Sistemik
Pemikiran SistemikPemikiran Sistemik
Pemikiran Sistemik
 
Social and Organizational Foundation of Ergonomics
Social and Organizational Foundation of ErgonomicsSocial and Organizational Foundation of Ergonomics
Social and Organizational Foundation of Ergonomics
 
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL
PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN SISTEM INSTRUKSIONAL
 
Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan 1 dan 2Pertemuan 1 dan 2
Pertemuan 1 dan 2
 
2 evolusi-to ok
2 evolusi-to ok2 evolusi-to ok
2 evolusi-to ok
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
sistem sosial
sistem sosialsistem sosial
sistem sosial
 
Teori Organisasi Publik.ppt
Teori Organisasi Publik.pptTeori Organisasi Publik.ppt
Teori Organisasi Publik.ppt
 
Paper filsafat by i wayan suryasa
Paper filsafat by i wayan suryasaPaper filsafat by i wayan suryasa
Paper filsafat by i wayan suryasa
 
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...
14, SI & PI Yovie Aulia Dinanda, Hapzi Ali, Review Materi-Materi dan Kasus-Ka...
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 

Recently uploaded (11)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 

TEORI ADMINISTRASI

  • 1. Hal. 1 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Modul 2 Administrasi Negara Dalam Perspektif Filsafat Ilmu A. Rangkaian Pemikiran Ilmu Administrasi Filsafat ilmu pengetahuan memiliki hakekat tertentu dalam upaya menegakkan kebenaran ilmu itu. Pengetahuan yang menjadi ilmu itu adalah ilmiah (scientific) dan objektif (objective). Filsafat yang dibangun dalam sistem pemikiran ilmu administrasi mengacu pada pola pikir secara sistemik dalam bentuk berpikir holistik, berpikir teoritikal, berpikir menggunakan ilmu, berpikir perubahan, berpikir atas ketidak setujuan, berpikir dan berlaku etis, pemanfaatan pengetahuan, dan uji ilmu. Filsafat pemikiran yang membentuk pola pikir sistemik yang dimakud merupakan sebuah kerangka bangun yang logik dengan dukungan nalar yang tinggi dalam rangkaian pemikiran ilmu administrasi. 1. Berpikir Holistik Salah satu ciri khas pemikiran filsafat ilmu administrasi adalah berfikir holistik yaitu cara berpikir yang mencakup keseluruhan atau berorientasi penggambaran yang menyeluruh atau mengutuhkan (tidak terlepas-lepas, atau terpisah-pisah) tentang realitas. Pemikiran secara holistik melekatkan diri pada pendekatan pengetahuan filosofis yang khas sifatnya. Sifat pengetahuan menyeluruh (holistic/integrative) dan mendasar (fundamental) dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif. Pendekatan holistik berkaitan dengan anggapan yang menekankan pada suatu keseluruhan lebih dari bagian- bagiannya (seperti pendapat Comte, Spencer Durkheim) sedangkan keseluruhan itu sesuatu yang berbeda dan bersifat berbeda pula. Dalam ilmu administrasi hal itu dipastikan sebagai sesuatu yang berbeda dalam fungsi-fungsinya yang dilihat secara fungsional dari bagian-bagian maupun sub-sub bagian yang mendasari fungsi masing-masing, merupakan suatu keseluruhan dari sistem administrasi yang sekalipun berbeda berdasarkan fungsi masing-masing tetapi berkaitan erat satu dengan yang lainnya dalam memacu kegiatan administrasi.
  • 2. Hal. 2 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Sistem berpikir dalam ilmu administrasi telah berkembang jauh dan telah menyediakan seperangkat teknik untuk mempelajari sistem secara holistik, sebagai upaya melengkapi metode reduksionis (reductionistic methods) yang telah berkembang sebelumnya. Kerangka sistem merupakan dasar penting untuk mempelajari sistem dalam berbagai bentuk. Ia lebih banyak menggunakan pola fikir holistic dibandingkan teknik reduksionis. Di sini dipelajari kaitan-kaitan (linkages), interaksi dan proses antara elemen-elemen yang membangun sistem secara keseluruhan. Seorang pemikir sistem, mempertimbangkan bahwa sebuah sistem adalah dinamis dan kompleks, sebagai hasil interaksi dari unit yang terstruktur dan seimbang. Informasi mengalir dari elemen-elemen yang berbeda dalam sistem. Namun ingat juga tentang lingkungan, karena sebuah sistem berada dalam lingkungannya sendiri dan informasi maupun materi masuk dan keluar ke lingkungan tersebut. Batas-batas sistem ditentukan dengan mengukur frekwensi relative interaksi, dimana interaksi internal tiap anggota tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan luar (antarsistem). Keakuratan sistem administrasi dalam proses penggerakkannya mencerminkan pola hubungan dan kerjasama yang solid dan menyatu dalam sebuah kontrol dan aktivitas yang tidak terlepas dari perhatiannya terhadap tuntutan dan kebutuhan lingkungan internal maupun ekternal. Setiap sistem mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perkembangan baru dalam cara pandang yang mebutuhkan suatu konsekuensi dari proses sistem yang terarah sesuai dengan konsep baru dari pandangan sistem. Konsep sistem dalam administrasi telah berkembang menjadi “teori sistem” (the systems theory) yang menggunakan pendekatan interdisiplin untuk mempelajari sistem. Teori sistem dikembangkan oleh Ludwig Von Bertalanffy sejak tahun 1932, menurutnya bahwa dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berbeda-beda muncul problem-problem yang serupa untuk dapat dirumuskan suatu pemecahan- pemecahan identik sehingga pada model yang serupa pun dapat diterapkan. Didukung oleh William Ross Ashby dan lainnya pada dekade 1940-an sampai 1970-an, dengan berbasiskan prinsip-prinsip ilmu fisika, biologi dan teknik. Kemudian termasuk ilmu filsafat, sosiologi, teori organisasi, administrasi,
  • 3. Hal. 3 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI psikoterapi dan ekonomi. Dua objek yang menjadi focus utama teori system adalah administrasi (complexity) dan kesalinghubungan (interdependence). Teori sistem di dalam sosiologi didalami oleh Nikolas Luhmann. Kita pun mengenal “dinamika sistem” (system dynamics) sebagai bagian dari teori sistem yang mempelajari dinamika perilaku dari system. Dari sini misalnya kemudian lahirlah teori chaos (chaos theory) dan dinamika sosial (social dynamics). Prinsip dasar teori sistem dalam administrasi cukup sederhana, bahwa masyarakat merupakan suatu keseluruhan yang saling tergantung, seperti sebuah mobil kata ahli fisika, atau seperti sebuah organisme dalam bidang biologi. Kelangsungan sistem ditentukan oleh pertukaran masukan dan keluaran dengan lingkungannya. Setiap sistem terbagi sejumlah variable subsistem, dimana setiap subsistem juga terdiri atas tatanan sub-sub sistem yang lebih kecil. Sistem ini tidak terlepas pisahkan satu dengan yang lainnya sebagai sebuah komponen yang menyatu sebagai satu kesatuan yang hidup. Ilmu tentang sistem ini menimbulkan harapan tertentu agar bisa berhasil dalam menghadapi problem- problem yang bukan saja mampu memberikan keyakinan kepada manusia tentang masa depan, tetapi juga memungkinkan manusia untuk mampu mengendalikannya. Ilmu tentang sistem yang berpegang pada teori-teori sistem telah mengalami perkembangan sejak lama (teori sistem telah berumur seratus tahun lebih). Dalam bidang ilmu administrasi, yang menonjol adalah Davis Easton dan Talcott Parsons. Parsons melahirkan teori sistem yang berkaitan kemudian dengan perspektif “struktural fungsionalis”. Dalam pandangan ini, sejumlah kebutuhan harus dipenuhi kalau suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan tersebut adalah untuk penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola-pola. Oleh sebab itu perlu empat subsistem dalam masyarakat, yaitu ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial (melalui keluarga dan sistem pendidikan). Masyarakat berkembang bila terjadi pertukaran yang kompleks diantara subsistem-subsistem. Subsistem politik menghasilkan sumber- sumber, kekuasaan ototoritas, yang kemudian melahirkan ekonomi berdasarkan uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari negara, ekonomi menciptakan modal, yang pada gilirannya menjalankan politik. Politik ini pun mengarah kepada
  • 4. Hal. 4 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI suatu tindakan perubahan yang mampu melahirkan wajah baru dalam pembangunan pemerintahan negara. Seiring dengan itu, sistem secara luas digunakan dalam ilmu administrasi dalam berbagai pendekatan yang mampu memacu analisis masalah-masalah administrasi. Analisa sistem pada konteks administrasi didasarkan atas penentuan informasi yang terperinci yang dihasilkan setahap demi setahap dari proses, sehingga diketahui bagaimana sistem bekerja agar memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan, dengan membangun kriteria jalannya sistem agar mencapai optimasi. Dari proses identifikasi sistem dihasilkan spesifikasi yang terperinci tentang perubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol. Identifikasi sistem ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliputi pula penentuan output yang diharapkan dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat. Sementara berfikir serba sistem adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan perkara lain disekelilingnya, meskipun secara formal procedural mungkin tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Sistem berpikir lebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Cara berfikir seperti berseberangan dengan berfikir fragmented-linear-cartesian. Berfikir serba sistem mengkombinasikan antara analitikal (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah) dengan synthetical thingking (memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan). Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan berpikir tetapi adanya saling keterkaitan yang kuat dalam cara berpikir yang mampu menghasilkan suatu kemajuan berpikir dalam mencapai suatu kemajuan yang didasari oleh sistem kerangka pikir yang sistematis. System thingking sedikit berbeda dengansystemic thingking. Berfikir sistemik lebih menekankan pada pencarian pola hubungan (pattern), maka berfikir serba sistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana (how) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman how tersebut, maka kita dapat menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vitaldan solusi yang komprehensif, sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Keefektifan dan ketepatan penyelesaian dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan dalam pemikiran
  • 5. Hal. 5 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI sistemik itulah melahirkan keputusan yang tepat sebagai sebuah penawaran solusi yang mampu mencapai tuntutan dari masalah yang diselesaikan dan menunjukan proses yang sistemik dari pemikiran yang rasional, objektif, dan tepat dalam ilmu administrasi. 2. Berpikir Teoritikal Berpikir teoritikal adalah suatu pemikiran yang mengarah kepada suatu landasan berpikir yang menjelaskan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Lorens bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomena atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Dan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Fakta ilmiah adalah dasar bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta itu bangunan teoritis mustahil. Fakta ilmiah tidak terlepaskan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah yang berbentuk suatu deskripsi ilmiah. Fakta-fakta ilmiah dari ilmu administarasi secara teoritis berpikir mengarah dan menunjukkan pada pengetahuan manusia/masyarakat tentang fakta obyektif administrasi. Bagaimana kita berpikir secara teoritikal administrasi itu sesuai dengan perkembangan, perubahan, dan pergeseranpergeseran yang terjadi Berpikir secara teoritikal ilmu administrasi melandasi secara fundamental filsafat ilmu pengetahuan merupakan tinjauan kritis filsafat administrasi atas problematika hakikat ilmu administrasi baik dari segi antologi, epistimologis, maupun aksiologisnya, yang secara spesifik mengkaji secara kritis hakikat ilmu administrasi, metode ilmiah, sikap etis dalam pengembangan dan komparasi kritis sejarah pengembangan ilmu administrasi. Dalam eksplanasi faktanya juga menuntut penalarannya diberbagai segi konsentrasi administrasi yang didukukung oleh pemikiran secara deduktif dan induktif, yang adalah logika berpikir teoritikal secara ilmiah yang salah satu atau keduannya harus tercermin dalam argumentasi ilmiah yang dikemukakan secara sistemik dan terwujud dalam disiplin ilmu administrasi. Secara teoritikal ilmu administrasi yang tidak terlepas dari perkembangan pemikiran dan kehidupan masyarakat, oleh maturana dan Valera, dalam bukunya yang berjudul Autopoieses and Cognition (1980). Inilah yang mendasari
  • 6. Hal. 6 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI pemikiran akan sosilogi admninstrasi yang disusun oleh Kevin Kelly, dalam bukunya Out of Control (1955), menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma dalam beberapa disiplin ilmu yang memandang segala sesuatu sebagai sistem kompleks dan sistem yang mengorganisasi sendiri (self- organizing); sebuah konsep yang dipinjam dari ilmu alam (fisika dan biologi) dengan adaptasi tertentu dalam penerapannya dalam ilmu administrasi. Analisis yang digunakan adalahanalisis trans-disiplin yang mengkaji sistem administrasi sebagai sistem kompleks sehingga dapat diperhatikan berbagai parameterparameter teknisnya untuk kemudian dengan bantuan matematika dan computer dapat dianalisis secara komputasional dalam bentuk masyarakat buatan (artificial society). Dalam hal ini masyarakat dipandang sebagai sistem adaptif kompleks di mana tiap-tiap agen penyusunnya harus melakukan adaptasi sedemikian rupa untuk dapat tetap bertahan hidup dalam ranah evolusi sosial yang berlangsung terus-menerus. Ilmu-ilmu administrasi bersandar pada prinsip-prinsip dasar dari sains yang salah satunya adalah refutabilitas atau ia dapat dipersalahkan jika memang salah dalam terminologypeningkatan manfaat bagi publik. Melalui berbagai tools yang diakuisis oleh ilmu-ilmu administrasi, hal ini dapat dilakukan dan ilmu sosial yang selama ini menjadi semakin kaya dan kokoh fondasi keilmiahannya. Michael William yang dikutip oleh Ismaun (2001) menyatakan bahwa fondasi keilmiahan itu dilandasi dengan teori kebenaran, yakni kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi. Bahkan Muhadjir menambahkan satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik (Ufi, 2008). Pemikiran teoritikal administrasi terfokus pada teori-teori kebenaran sebagai suatu realitas nyata dan bersifat empirical science sebagai bukti konkrit yang di dukung oleh kaidah-kaidah administrasi yang kuat dan menentukan arah dan pijakan dari ilmu administrasi.Ilmu administrasi berkembang seiring pesatnya teknologi komputasi yang memungkinkan pemodelan sistem-sistem yang rumit dalam real seorang analis dan pengamat. Teknologi komputasi yang mendorong simulasi komputasional telah memberikantoolsyang penting bagi pengayaan ilmu sosial yang memungkinkan eksperimen dilakukan secara komputasional (Sawyer, 2003) sehingga banyak kebijakan tidak lagi dilahirkan
  • 7. Hal. 7 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI secara coba-coba atau trial and error. Misalnya, berbagai ide tentang solusi untuk kebijakan bagi kepentingan publik dapat disimulasikan dahulu secara komputasional sebelum menjadi kebijakan publik sehingga kebijakan yang diambil pada akhirnya merupakan kebijakan paling optimum bagi kemaslahatan dalam mengatasi masalah publik. 3. Berpikir Menggunakan Ilmu Mengggunakan ilmu itu tentang bagaimana suatu ilmu itu dipakai dan diterapkan sebagai wujud pengejahwantaan dari ilmu itu sendiri berdasarkan kepada kenyataan dan kebenaran dan tidak menimbulkan keraguan dalam tingkatan kepercayaan penerapannya, karena didukung oleh fakta-fakta empirikal sebagai sebuah ilmu. Salah satu hal yang dianggap mengganggu dalam perkembangan administrasi negara adalah masih terdapatnya keragu-raguan tentang apakah administrasi negara itu merupakan suatu ilmu atau belum merupakan ilmu. Sehingga dalam prakteknya administrasi negara itu menggunakan ilmu atau tidak. Pada tahun 1960-an terdapat usaha yang cukup sungguh-sungguh untuk mencoba membuktikan bahwa administrasi negara itu menggunakan ilmu dalam prakteknya. Kesemuanya itu ternyata mempunyai hubungan analisis sistem terhadap studi kehidupan adminisrasi negara. Dan administrasi Negara itu dikatakan sebagai ilmu dengan membuktikan dukungan filsafat ilmu pengetahuan yang kuat secara metodis, bahwa sesuai filsafat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan yaitu jenis pengetahuan yang berciri khusus telah tersusun secara sistematis dan metodis dengan metode ilmiah tertentu. Ilmu adalah pengetahuan (knowledge; kennis) yang disusun secara sistematis dan metodis. (Kantaprawira, 1990). Dengan perkataan lain, apabila seperangkat pengetahuan dalam bidang tertentu dikaji, disusun, dipilah-pilah dan diamati terus menerus dapat melahirkan teori; dan sejumlah teori itu dapat membentuk tumbuhnya suatu ilmu tertentu. Dengan demikian, seperangkat teori merupakan batang tubuh utama ilmu (building blocks of science). Di samping seperangkat teori tadi, di dalam suatu ilmu masih terdapat hal-hal lain, di antaranya adalah (1) hipotesis (pernyataan hubungan antar variable yang perlu dibuktikan), (2) calon teori dan pernyataan yang masih memerlukan pembuktian (teorema), (3) asumsi, (4) premis atau anggapan dasar, (5) postulat, (6)
  • 8. Hal. 8 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI dalil, (7) rumus, (8) formula, (9) aksioma, (10) preposisi, (11) lingkup (objek pengenal), (12) metodologi atau filsafat ilmu, (13) metode, (14) teknik, (15) konsep, (16) eksplanasi, (17) kriteria, (18) definisi, (19) klasifikasi, (20) sistematika, (21) model, (22) paradigma, (23) aplikasi (penerapan), (24) pernyataan problematic, (25) anomaly (irregularitas), (26) proyeksi, (27) penelitian serta pengembangan, dan (28) prediksi. Suatu teori lahir melalui dua sumber, yaitu melalui usaha deduktif dan usaha induktif atau penerapan keduanya secara sekaligus (simultan). Usaha deduktif melahirkan teori apirori yang sifatnya spekulatif-transendental dan normative serta preskriptif, sedangkan teori yang induktif lahir setelah dikaitkan dengan empiris (pengalaman) dan kenyataan-kenyataan. Akan tetapi dalam proses yang sebenarnya kedua usaha tersebut dipergunakan secara serempak dan bergantian. Suatu hasil deduktif akan ditinggalkan apabila ia tidak sesuai dengan pembuktian (evidence), dan demikian juga nasib induksi yang tak bernalar cukup. Pengamatan (observasi) dan pengkajian terhadap sejumlah pengetahuan dapat melahirkan keajegan-keajegan tertentu. Keajegan atau keteraturan itu disebut sebagai teori karena teori merupakan pola hubungan antara berbagai variabel, konsep, faktor dan unsur serta kejadian yang terjalin secara utuh yang menunjukan sifatsifat relatif langsung dan terus menerus. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang menjadi perbedaan antara administrasi negara denga ilmu lainnya, misalnya letak perbedaan berkisar pada penekanan dan pengandalan tinjauannya pada teori- teori (theoretical emphasis). Biasanya dalam mendefinisikan administrasi termasuk banyaknya elemen-elemen di antara mereka. Suatu angka tertinggi level tertingi dalam derajat administrasi. Gell-Mann (1995) menggarisbawahi, ketika mengevaluasi administrasi ke dalam sistem, salah satu elemen akan menjelaskan secara apriori tentang pengamatan sistem dan bahasa yang dia gunakan dalam menjelaskan suatu hal tertentu. Pendapat Casti (1994) “… apapun administrasi (termasuk sistem) adalah penggabungan kepemilikan dari suatu sistem dan dapatberinteraksi dengan sistem lainnya, lebih sering digunakan dalam observasi atau pengendalian… dengan sebenarnya, bagus, indah, baik dan jahat, disatu sisi administrasi terlihat
  • 9. Hal. 9 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI secara kasat mata sebagai pengendali struktur dan prilaku sistem itu sendiri”.Hasilnya teori administrasi mengidentifikasi suatu aturan pengamatan dalam proses pengetahuan sistem. Dalam hal ini, teori administrasi lebih dekat ke arah pandangan fenomenologi (phenomenological) yang tidak terlepas juga dari pandangan secara endofiskal. Seperti Prigogine dan Stengers (1984), Rossler (1986) mendukung pergerakan di dalam pemahaman pengetahuan yang berasal dari kebiasaan, suatu cara pandang “eksofiskal” terhadap alam semesta menjadi suatu “endofiskal”. Cara pandang endofiskal dipahami dengan baik oleh konsep Husserl’s “kehidupan dunia” (seperti pengetahuan dan bentuk pengetahuan lainnya terikat dalam pengalaman tentang dunia manusia setiap hari) (Makaryk, 1993) Pandangan endofiskal tentang teori administrasi juga menyepakati adanya kritik post-positivistik dalam teknokratis praktis dalam analisis kebijakan (Fischer, 1990). Dalam analisis kebijakan teknokratis, seorang analis kebijakan mempunyai kewenangan peraturan dengan asumsi bahwa mereka mempunyai pengetahuan secara obyektif terhadap realita kebijakan, karena keahlian mereka dibutuhkan. Post positivistic berargumentasi bahwa pengetahuan dari ahli endofiskal, seperti pengetahuan tentang masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan. Dan analisis kebijakan dalam lingkupan administrasi itu dilakukan secara restrospektif dan prespektif yang melahirkan gambaran dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari pada sebuah kebijakan dalam memenuhi kepentingan publik. 4. Berpikir Perubahan Perubahan mendatangkan pengaruh yang sangat besar dan tidak dapat dihindari oleh siapapun dan menembus setiap lapisan masyarakat dan dunia ilmu maupun teknologi, yang sekaligus merubah cara berpikir manusia seiring dengan perubahan yang terjadi. Dengan demikian berarti bahwa manusia perlu senantiasa “berubah” sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan yang dimaksud meliputi misalnya perubahan dalam prilaku, perubahan dalam sistem nilai, penilaian perubahan dalam metode dan cara-cara bekerja, perubahan dalam peralatan yang digunakan, perubahan dalam cara berfikir,
  • 10. Hal. 10 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI dan perubahan dalam hal bersikap. Singkat kata, manusia perlu senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dan tuntutan perubahan. Perubahan dapat terjadi secara evolusioner, tetapi ia pula dapat berlangsung secara revolusioner. Perlu diingatkan bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik, hingga dalam hal demikian tentu perlu agar diupayakan agar bila dimungkinkan perubahan diarahkan kea rah hal yang lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya. Dengan demikian dapat kita mengatakan lagi bahwa perubahan senantiasa mengandung makna, beralihnya keadaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the after condition). Transisi dari kondisi awal hingga kondisi kemudian memerlukan suatu proses transformasi, yang tidak selalu berlangsung dengan lancarnya, mengingat bahwa perubahan- perubahan seringkali disertai aneka macam konflik yang muncul. Salah satu sasaran manajemen perubahan adalah “mengupayakan agar proses tranformasi tersebut berlangsung dalam waktu yang relative cepat dengan kesulitankesulitan seminimal mungkin”. Pembahasan perubahan dan proses perubahan biasanya dilakukan orang melalui fokus perubahan keorganisasian. Keharusan melakukan perubahan dewasa ini dalam lingkungan yang pernah turbulensi dan dinamika, merupakan sebuah fakta kehidupan bagi kebanyakan organisasi-organisasi dewasa ini tidak boleh menunggu hingga mereka melaksanakan perubahan-perubahan; mereka secara terus menerus perlu memprrediksi dan mengantisipasi kebutuhan akan perubahan. Ada berbagai macam alasan mengapa organisasi-organisasi berubah, dan banyak terdapat tipe perubahan yang dapat dilaksanakan mereka seperti misalnya perubahan yang timbul karena kegiatan restrusturisasi, reengenering dane- enginering, inovasi dan total quality management. Dalam konteks perubahan yang demikian cepat maka cara berpikir ke arah perubahan bahwa pembangunan akan semakin kompleks yang menuntut kecepatan, ketepatan sasaran atau tujuan, serta profesionalisme pengabdian para pelakunya. Aspek lain yang tidak bisa dipisahkan adalah bahwa para pelaku pembangunan dituntut untuk lebih menghargai rasa kemanusiaan dan humanism yang tinggi sehungga dapat dihindari penolakan-penolakan kebijakan oleh
  • 11. Hal. 11 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI masyarakat (public veto) (Pudjosukanto, 1997). Pembangunan diarahkan pada terwujudnya masyarakat industri yang maju dan mandiri dengan memperhatikan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspek budaya bangsa sebagai dua aspek yang menunjang bagi keberhasilan pembangunan. Aspek iptek menyangkut proses kreativitas SDM menghasilkan produk tertentu sesuai selera dan daya beli masyarakat, sedangkan aspek budaya menyangkut berbagai aspek budaya yang dimiliki guna mendukung proses pembangunan. 5. Berpikir Atas Ketidak Setujuan Dalam setiap pola pemikiran tentu saja terdapat perbedaan-perbedaan pandangan dalam memandang dan menganalisis suatu objek yang menjadi sorotan atau focus perwujudan di tingkat ilmu pengetahuan. Pengakuan dan penolakkan terhadap sesuatu konsep, teori, postulat, dan dalil-dalil tentunya didukung dengan sistem pemikiran yang logik dan rasional. Sistem berpikir selain diagung-agungkan ada juga yang menolak dan meberikan kritikan. Kesemuanya itu berkenaan dengan masalah penerapan sistem berpikir tersebut. mereka yang tidak setuju dan mengkritik system thingkingini anatara lain beranjak dari pernyataan bahwa “fungsi itu universal sifatnya, yaitu setiap masyarakat menjalankan fungsi itu kendati melalui struktur yang berbeda”, artinya fungsi selalu serbahadir dalam struktur apapun. Kemudian, menurut para pengkritik tersebut dalam mengkaji fungsi adaptasi (masalah ekonomi) secara lintas kultural (crosscultural basis), kita dapat menemukan beberapa subsistem dalam administrasi negara yang cenderung menerima perencanaan ekonomi, misalnya, sementara subsistem lainnya menolak. Hal ini akan merupakan bantuan maupun hambatan dilihat dari kerangka fungsi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan admnistrasi negara yang bersangkutan. Kelemahan hasil kajian lintas kultural ini muncul karena pendekatan sistemini tidak secara cukup bergaul dengan lapisan perilaku di dalam dunia empirik. Demikian pula dalam buku Jujun S. Suriasumantri ”System Thinking”, kita dapat melihat betapa gencarnya kritik terhadap cara berfikir sistem ini. Diantaranya sejumlah sarjana yang secara tajam mengritik, patut dicatat apa yang diutarakan oleh D. C Philips sebagai kritik yang lebih substansial sifatnya.
  • 12. Hal. 12 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Menurut Philips, cara berfikir itu sistem kurang mempunyai historisisme (lacking historicisme) dan tidak mempunyai kemampuan prediktif. C. West Churchman, sebagai tokoh terkemuka System Thinking, mengatakan antara lain bahwa mereka yang tidak setuju terhadap sistem pemikiran itu percaya bahwa usaha merencanakan masa depan secara rasional itu berbahaya. Dengan demikian, diantara para pengkritik itupun tidak semuanya berselaras karena justru ternyata pendekatan sistem melalui usaha perencanaan itu sejauh-jauhnya ingin menyusun masa depan secara lebih pasti melalui unsur prediktifnya. Disamping itu sesuai dengan perubahan dan tingkat kebutuhan pengetahuan yang semakin meningkat dengan strategi-strategi pengembangan dalam ilmu administrasi menuntut suatu pola sistem pemikiran yang mampu menjawab tuntutan kebutuhan itu. Dimana saat ini telah terjadi perubahan yang mengarah kepada sistem berpikir sesuai dengan paradigma baru administrasi negara, yakni good governance yang mentransformasikan variabel-variabel yang mampu mewujudkan suatu kepemerintahan yang baik dan menjurus kepada pelayanan prima yang berkualitas terhadap masyarakat. Konsep sistem berpikir ini juga dirancang secara sistematik untuk melahirkan sinergitas sistem dalam administrasi negara sehingga tidak akan menimbulkan penolakkan terhadap sistem berpikir dalam waktu yang terlalu cepat, yakni apabila sistem pemikiran itu Mampu memecahkan persoalan- persolan dan mewujudkan tingkat pelaksanaan dan kinerja aparatur negara yang baik dalam menjalankan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, maka sistem pemikiran itu tidak akan mengalami suatu penolakan atau ketidak setujuan dalam waktu yang singkat. 6. Berpikir dan Berlaku Etis Setiap manusia (individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat) selalu menginginkan cara-cara berpikir dan berlaku etis dalam tatanan kehidupan sosial yang teratur dan menganut nilai-nilai yang mengatur jalannya proses hubungan manusia dalam hidupnya maupun dalam ilmu pengetahuannya, yakni nilai keindahan, kesenian, kebaikan, etis-moral. Maka manusia berpikir secara etis, yaitu berpikir filsafati tentang hal yang baik dan yang buruk menurut tolak ukur
  • 13. Hal. 13 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI etis moral yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Salah satu kunci keberhasilan dalam proses berfikir dan bertindak di bidang admnistrasi adalah dasar bangunannya, yaitu pemikiran ilmiah dan kemahiran bertindak dalam aktivitas administrasi. Pemikiran yang didasari argumentasi logis para ilmuwan administrasi berpangkal dari premis sampai melahirkan suatu kesimpulan. Namun demikian tetap ada perbedaan cara melahirkan pangkal fikir dari ilmuwan yang satu dengan ilmuwan yang lainnya. Perbedaan fokus pangkal piker manusia ada yang mengawali dari pangkalpikir deduksi, induksi,dan ada pula yang memulai dari abdukasi. Pangkal pikir diawali dengan deduksi merupakan argumentasi yang probabilitasnya sudah pasti dan tidak dapat di tawar-tawar lagi, berbeda dengan pangkal pikir induksi yang argumentasinya kemudian hubungan premis dan kesimpulan. sedangkan pagkal pikir abduksi merupakan argumentasi yang sifatnya moderat dengan berorientasi kepada rasionalitas terhadap sanggahan- sanggahan argumentasi etika tumbuh dari pengalaman manusia yang disimpan sebagai pengetahuan tentang hubungan antara dirinya dengan orang lain dan bagaimana mengatur ataupun menata hubungan tersebut, pengetahuan itu diberi makna menurut kesepakatan sosial sehingga berfungsi sebagai acuan bagaimana dilakukan aktifitas kehidupan. Manakala etika itu menjadi acuan bagi masyarakat dalam berhubungan satu sama lainnya, maka acuan itu menentukan tolak ukur akan moralitas warga masyarakat tersebut tersebut dalam alur kehidupan bermasyarakat. Dilihat dari tinjauan itu, etika tidaklah berdiri sendiri atau terlepas dari berbagai pertimbangan lainnya, tetapi sebagai dan merupakan sejumlah konsep yang bermakna atau berfungsi, yang tergantung pada aspek kehidupan apa yang dilakaukan seseorang itu. Demikian pula halnya dalam berbagai aktifitas ilmiah, etikaitu penting sekali yang dapat terpilah menurut disiplin atau sub-disiplin ilmu pengetahuan memiliki etikanya. Berfikir ilmiah adalah berkaitan dengan kesengajaan, karena itu orang harus bertanggung jawab terhadap kerangka fikiran dan tindakannya yang disengaja dilakukan berdasarkan pada pemikiran ilmu tertentu. Keadaan itu mengandung arti bahwa seseorang yang berfikir menurut ilmu tertentu harus dapat
  • 14. Hal. 14 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI mengemukakan secara jujur kepada kata hatinya, yang menurut kata hati mengarahkan bahsanya tindakannya itu adalah perbuatan yang baik dan yang seharusnya dilakukan. Tanggung jawab semacam itu juga harus diberikan kepada orang lain yang bidang ilmunya sama atau lain, ataupun yang pada dasarnya dalah sama bahwa apa yang difikir dan dilakukannya adalah hal yang baik. Apabila etika itu berarti adapt kebiasaan, sedangkan adapt kebiasaan adalah kebudayaan, maka etika berada di belakang atau terlingkup dalam konsep kebudayaan. Bagaimana posisi bahwasanya suatu atau sejumlahadapt akan menetukan isi etika pada posisi dimana dalam alur perkembangan adapt kebiasaan atau kebudayaan (apakah menjadi kebiasaan, aturan ataukah hukum). Kebiasaan manusia itu berkembang menurut kebutuhannnya karena itu derajat sanksinya juga berbeda satu sama lainnya, yaitu antara folkways dengan mores – custom– laws. Kecuali laws (hukum) dan norms (norma); maka kata-kata folkways, mores, customs diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi adapt istiadat atau kebiasaan. Walaupun mores bisa pula diterjemahkan ke dalam moral atau suatuperbuatan yang tak bermoral. Setiap unsur etika dapat diterangkan secara bermakna atau bisa mengkoordinasikan ungkapanungkapan pengalaman secara etis dalam wacana-wacana umum, dalam lembagalembaga sosial, dalam aktivitas, dalam prinsip yang mendasari beragam ilmu, dengan mencoba menerangi unsur-unsur yang selaras dan menunjuk hal-hal yang tidak sesuai satu sama lain. Dengan memahami dan menerapkan etika seseorang akan lebih menunjukan adabannya dalam tindakan-tindakan, pemikiran, dan prilaku secara etis. Pada dasarnya juga berpikir dan berprilaku etis berpedoman kepada etika umum atau etika dasar yang mengkaji tentang prinsip-prinsip moral dasar yakni prinsip kebaikkan, keadilan, dan hormat pada diri sendiri sebagai subyek moral; juga tentang fenomena hati nurani, kebebasan, kehendak dan tanggung jawab moral. Disamping itu mengacu kepada etika khusus atau etika terapan yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip moral dasar pada kasus atau masalah etis moral dalam bidang tertentu, seperti etika sosial, etika hukum, dan etika politik, dst. (Suseno, 2001; Bertens, 2003).
  • 15. Hal. 15 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI 7. Pemanfaatan Pengetahuan Pemanfaatan pengetahuan mendasari dan terkait dengan kualifikasi masyarakat yang maju dan mandiri yang mampu memanfaatkan pengetahuan sebagai dasar pijak membangun kemajuandiri dalam pembangunan. Masyarakat yang maju dan mandiri adalah masyarakat yang mampu mengurus dirinya sendiri (swadiri), membiayai keperluan sendiri (swadana), dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri (swasembada). Ini tujuan hakiki dari pemanfaatan pengetahuan dalam menunjang pembangunan kehidupan masyarakat sehingga masyarakat mampu mengadaptasi dan mengadopsi secara efektif tanda-tanda kemajuan, untuk kemudian mampu memberikan kontribusi terhadap strategi perencanaan pembangunan yang diandalkan, serta berorientasi kepada profesionalisme aparatur, efisiensi ketatalaksanaan organisasi, dan peningkatan kinerja pelayanan publik di segala bidang. Dengan makin meningkatnya dinamika masyarakat dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, pengembangan sistem administrasi pemerintahan diprioritaskan pada revitalisasi pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik yang kondusif, tranparan dan akuntabel disertai dukungan sistem informatika yang sudah terarah pada pengembangana-government. Peran birokrasi lebih difokuskan sebagai agen pembaruan, sebagai motivator dan fasilitator bagi tumbuh dan berkembangnya swakarsa dan swadaya serta meningkatnya kompetensi masyarakat dan dunia usaha. Dengan demikian dunia usaha dan masyarakat menjadibagian dari masyarakat yang terus belajar (learning community), mengacu kepada terwujudnya Manusia yang berdaya saing tinggi. Mengantisipasi tantangan global, pembinaan sumber daya manusia aparatur negara perlu mengacu pada standar kompetensi internasional (world class). Sososk aparatur masa depan penampilannya harus profesional sekaligus taat hukum, rasional, inovatif, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatanprofesionalisme aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi, dengan mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai berikut: (1)
  • 16. Hal. 16 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan bernegara, (2) memilki kompetensi yang dipersyaratkan dalam mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan kebijakan publik, (3) berkemampuan melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif dan inovatif, (4) disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat dan etika professional, (5) memiliki daya tanggap dan sikap bertangung gugat, (6) memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai kewenangan dan (7) memaksimalkan efisiensi, kualitas dan produktivitas. Sementara itu untuk mengaktualisasikan potensi masyarakat, dan untuk mengatasi berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi bangsa, perlu dijamin perkembangan kreativitas dan oto-aktivitas masyarakat bangsa yang terarah pada pemberdayaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta ketahanan dan daya saing perekonomian bangsa. Dalam rangka itu, reformasi sistem birokrasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan baik di pusat maupun di daerah-daerah, juga perlu diperhatikan antara lain prinsip-prinsip pelayanan, pemberdayaan, partisipasi, kemitraan, desentralisasi, tranparansi, konsistensi kebijakan, kepastian hukum dan akuntabilitas. Disamping itu berpegang pada asas-asas umum penyelenggaraan Negara (Soeharyo dan Effendy, 2003), yaitu mencakup asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, dan asas profesionalitas. 8. Uji Ilmu Pengujian ilmu mengarah pada uji penalaran dengan melihat data sebagai fakta karena itu seseorang yang menalar akan perlu memiliki pengetahuan tentang data. Data yang bersumber dari konsep-konsep itu juga perlulah dipilih sesuai dengan keperluan ataupun dipilah-pilah menurut kriteria tertentu, agar dapat dipahami melalui analisis yang dilakukan. Pengujian ilmu dapat ditelusuri pula dengan penalaran deduktif dilakukan atas pertimbangan dan dasar menurut prinsip tertentu, kaidah ataupun teori yang berlaku umum kepada sesuatu yang khusus, karena itu pula deduksi tidak dapat menghasilkan kaidah yang baru atau pun terobosan yang penting dalam ilmu pengetahuan. Upaya penalaran
  • 17. Hal. 17 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI deduktif dengan menarik kesimpulan adalah didasarkan pada premis, yaitu pernyataan dasar, yang memberi simpulannya sebagaimana terkandung dalam premis tersebut (ada premis mayor dan ada premis minor) (Garna,2008). Kesimpulan yang dicapai dengan penalaran deduktif sudah dibatasi pada kaidah awalnya yang dengan demikian simpulan itu adalah benar selama kaidah yang digunakan itu benar. Ada dua jenis cara dalam menarik kesimpulan dengan penalaran deduktif, yaitu : (1) menarik kesimpulan langsung dari satu premis yang dilakukan melalui konversi (perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain, obversi (metode berpikir langsung untuk mencari kebenaran baru berdasarkan keputusan yang telah ada), dan kontraposisi, (perbedaan posisi dalam menarik simpulan dari satu premis; (2) menarik simpulan tak langsung, dengan cara silogisme (kategorikal, hipotesis, dan alternatif), dan eminen, nyata atau unggul. Dengan demikian melalui pengujian ilmu, suatu teori lahir melalui dua sumber, yaitu melalui usaha deduktif dan usaha induktif atau penerapan keduanya secara sekaligus (simultan). Usaha deduktif melahirkan teori apriori yang sifatnya spekulatif- transendental dan normatif serta preskriptif, sedangkan teori yang induktif lahir setelah dikaitkan dengan empiris (pengalaman) dan kenyataan-kenyataan. Akan tetapi dalam proses yang sebenarnya kedua usaha tersebut dipergunakan secara serempak dan bergantian. Suatu hasil deduktif akan ditinggalkan apabila ia tidak sesuai dengan pembuktian (evidence), dan demikian juga nasib induksi yang tak bernalar cukup. Pengamatan (observasi) dan pengkajian terhadap sejumlah pengetahuan dapat melahirkan keajegan-keajegan tertentu. Keajegan atau keteraturan itu disebut sebagai teori karena teori merupakan pola hubungan antara berbagai variabel, konsep, faktor dan unsur serta kejadian yang terjalin secara utuh yang menunjukan sifat-sifat relative langsung dan terus menerus. Beberapa syarat ilmu diantaranya adalah dapat diuji, dites atau dibuktikan (testable, verifiable), mempunyai sifat sistematis dan berlaku umum (general). Apabila kita amati, di dalam ilmu-ilmu alamiah sudah sejak lama terlihat adanya dalil-dalil yang sifatnya general dan universal, artinya terdapat teori atau cara yang sama untuk meninjau fenomena apapun. Kenyataanlain, di dalam ilmu-ilmu sosial belum menghasilkan sesuatu yang memadai dalam rangka usaha untuk memenuhi
  • 18. Hal. 18 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI syarat-syarat sebagai ilmu tersebut di atas. Kejadian-kejadian sosial, dilihat dari segi sifat indeterminisme manusia, hampir tidak mungkin di tes, apalagi di tes ulang.Kemudian disana-sini ilmu sosial belum memperlihatkan ciri sitematis, apalagi universal. Dalam objek dan lingkup ilmu-ilmu sosial jarang memperlihatkan ciri sitematis, apalagi universal. Dalam objek dan lingkup ilmu-ilmu sosial jarang sekali terlihat proses- proses dan hasilhasil yang “sama” kendati faktor-faktor yang berinteraksinya relatif “sama”. Dengan demikian, para ahli ilmu administrasi, misalnya mengidamkan adanya suatu cara yang sama untuk mengkaji fenomena administrasi yang berlangsung dimanapun. Hal ini mengandung arti adanya konsekuensi bahwa analisis untuk bidang tertentu akan sama. Ilmu administrasi dan manajemen lahir sebagai seni merupakan wujud dari hasil pengujian ilmu yang telah di uji secara sistemik dan dilandasi dengan pemikiran filsafati analogi, epistimologi, dan aksiologi Dihubungkan dengan fungsi suatu ilmu yang setidaknya bermula dari tugas untuk menggambarkan atau mendeskripsikan berbagai gejala yang diamati, dalam perkembangannya kemudian ia menjadi lebih canggih, yaitu berupaya menerangkan sebab akibat dan memberikan argument logis serta memberikan eksplanasi tentang berbagai gejala atau kejadian. Lebih meningkat, fungsi ilmu tidak berhenti pada soal menerangkan saja, tetapi menginjak lahan yang lebih jauh lagi, yakni bersifat menilai dan memberikan evaluasi serta di sana sini mulai mencoba mengeluarkan prediksi. Pendek kata, fungsi ilmu itu adalah (1) deskripsi, (2) eksplanasi, dan (3) evaluasi-prediksi. Apabila teori itu merupakan batang tubuh atau substansiutama suatu ilmu, maka tidak bisa lain fungsi teori itu pun tidak jauh dari fungsi ilmunya. Kemudian, apapun hasil yang diwujudkan oleh suatu ilmu menurut perkembangan masing-masing, kita dapat melihat tingkat-tingkat kemajuan ilmu yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hal tersebut menyangkut pula tingkat keandalan teorinya. Di dalam ilmu-ilmu alamiah, hasil aktivitas pengamatan akan peristiwa dan pengalaman empiris itu, setelah disusun dan diabstraksikan (disaring) akan dapat melahirkan teori dan generalisasi berupa dalil-dalil yang sifatnya universal dalam arti hamper-hampir tidak terikat oleh tempat dan waktu.
  • 19. Hal. 19 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Hal inilah yang merupakan kebanggaan dan arogansi para ahli ilmu-ilmu alamiah, yaitu memiliki sesuatu yang tidak dipunyai oleh para ilmuwan sosial. Sedemikian eksplisitnya teori dan dalil-dalil dalam ilmu-ilmu alamiah sehingga teori yang satu dapat digulingkan daya lakunya oleh teori yang baru, dan sekaligus memberi arti bahwa teori yang mutakhirlah yang diakui dan karenanya berlaku hukum kehematan (parsimony) atau Occam’s razor. Teori yang satu tidak bertumpuk dengan teori lainnya seperti halnya dalam ilmu-ilmu sosial. Seperti diketahui, teori-teori dalam ilmu sosial itu akumulatif. Boleh dikatakan tidak ada teori yang secara mutlak tersisihkanoleh teori lainya, tetapi suatu teori menjadi klasik, tertinggal dan kurang relevan dengan perkembangan zaman.Meskipun demikian ia tetap tidak dapat dikatakan sebagai tidak berlaku lagi. Di dalam ilmu- ilmu sosial, teori general hampir-hampir sukar ditemukan atau langka, apabila tidak dikatakan tidak ada. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat perilaku dan interaksi manusia sebagai pelaku utamanya sangat bermacam ragam. Boleh dikatakan teori-teori general dalam arti teori-teori luas, teori-teori sayap lebar, teori-teori paying atau teori-teori besar itu lebih mungkin terwujud dengan mempergunakan kegiatan deduktif-teoritis. Melalui kegiatan berfilsafat dalam arti mencoba mencari apa-apa yang mendekati kebenaran, manusia mencari apa- apa yang dianggap ideal, etis, baik, sempurna, benar dan sifat-sifat lainnya atas dasar penilaian (value judgement) menurut faktor-faktor moral dan etis serta normative. Jadi, intinya ilmu yang dapat dilakukan pengujian atau pengetesan adalah ilmu-ilmu alamiah, sedangkan ilmu-ilmu sosial dilihat dari segi sifat indeterminisme manusia, hampir tidak mungkin di tes, apalagi di tes ulang dan mendasari bahwa ilmu pengetahuan sosial yang meliputi ilmu pengetahuan administrasi terdiri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Bagian teoritik menunjuk kepada skema konseptual misalnya kaidah, generalisasi, dan teori. Sedangkan bagian empirik ialah fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bentuk deskripsi, kajian kasus dan umum serta laporan statistik. B. Filsafat Ilmu Administrasi Secara etimologi (Bahasa). Kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata philosophia ini dalam bahasa Arab disebut falsafah, dalam bahasa
  • 20. Hal. 20 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Inggris disebut philosophy, dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat. Philosophia sendiri terbentuk dari dua kata, yaitu philo yang artinya cinta dan shophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, philoshopia atau filsafat, secara etimologi, artinya cinta kebijaksanaan. Menurut Masykur Arif Rahman, kata cinta kebijaksanaan ini mempunyai arti luas. Cinta bisa berarti cita-cita atau keinginan. Orang yang memiliki cinta atau keinginan akan berusaha menggapai sesuatu yang ia inginkan, atau akan berusaha meraih yang dicintai. Sedangkan kebijaksaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian, yaitu selalu menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuannya), arif, cakap, cermat, pandai, dan hari-hati. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan adalah pengetahuan dan kepandaian yang mendalam. Jadi, secara sederhana “cinta kebijaksanaan” atau filsafat dapat dipahami sebagai keinginan untuk mengetahui segala sesuatu secara mendalam. Adapun pengertian filsafat secara terminologis atau istilah merujuk pada beberapa pendapat beberapa ahli yang mencoba mendefinisikan istilah filsafat. Plato mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan yang asli. Sedangkan Aristoteles memberikan pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan). Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Sejalan dengan pembahasan diatas, maka pengertian filsafat administrasi adalah proses berpikir secara matang, berstruktur, dan mendalam terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam materi ilmu administrasi . Memang disadari atau tidak, sesungguhnya ilmu administrasi memfokuskan diri terhadap aspek manusia, terutama pelaksanaa aktifitas, dilakukan secara kerjasama. Dalam mewujudkan kerja sama diperlukan kematang pengaturan dan ketertiban dalam keteraturan agar upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terwujud dengan baik dan memuaskan dari seluruh yang terlibat.
  • 21. Hal. 21 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI C. Ontologi Administrasi Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang “yang ada”. “Yang ada” disini memiliki pengertian yaitu : pertama, istilah ini menunjuk terhadap apa-apa yang benar-benar ada di dunia, baik “yang ada” sebagai kenyataan, yang tampak di depan mata ataupun dapat dicerap oleh pancaindera. Pemikiran ontologi dalam administrasi tentunya diawali dari pembuktian, atau dengan kata lain penyelidikan yang dilakukan secara sadar dan mendalam sampai ke akar permasalahan yang sesungguhnya dan dapat diberlakukan kapan dan dimana saja serta relatif fundamental kandungan kebenarannya. Ontologi ilmu administrasi mencari pengertian menurut asal mula dan akar kata yang paling terdalam. Dengan kata lain, ontologi administrasi adalah pemikiran yang berdasarkan hakikat dan makna yang dikandung ilmu administrasi itu sendiri sebagai salah satu cabang ilmu administrasi. 1. Kedudukan Ontologi Administrasi Kedudukan ontologi administrasi adalah merupakan pangkal dasar dalam pengembangan pemikiran terhadap pembenaran dan kebenaran yang dikandung oleh ilmu administrasi itu sendiri. Ontologis ilmu administrasi bercorak total daripada hal-hal yang bercirikan abstraksi dan konkret. Ontologi ilmu administrasi yang bercirikan asbtraksi karena hanya berada dalam pikiran manusia yang sifatnya sangat tidak terbatas dan jangkauannya hanya dapat dijangkau akal pikiran. Sedangkan ontologi administrasi yang bercirikan konkret karena memang dapat diamati langsung oleh pancaindra manusia dan hasilnya secara langsung dapat dinikmati. 2. Metode Ontologi Administrasi Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ontologi administrasi diperlukan metode berpikir yang bekerja cepat dan tepat. Dengan demikian, ontologi administrasi senantiasa menanyakan sesuatu yang telah dimengerti atau dikenal, karena pertanyaan adalah bagian dari nalar sebagai produk pemikiran manusia.
  • 22. Hal. 22 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Pemahaman ontologi ilmu administrasi senada dengan keinsafan manusia terhadap dirinya sendiri sebelum melaksanakan berbagai aktiftasnya. Segala perkembangan, baik pada diri sendiri manusia ataupun pada bidang ilmu administrasi telah termuat dalam batas-batas kemampuan kedua hal tersebut, tidak akan dapat melampauinya. Yang ada di luar batasannya tidak akan dapat dipertanyakan, karena memang bukan batas dalam pikiran manusia di bidang administrasi. 3. Potensi Ontologi Administrasi Dengan spontanitas, dapat dikatakan bahwa potensi ontologi ilmu administrasi adalah pemikiran manusia terhadap isi dunia ini. Pada hakikatnya, tidak ada halangan atau hambatan bagi para ilmuwan administrasi dimana saja dan kapan saja untuk melakukan tindakan dan pemikiran tentang penciptaan pengaturan dan keteraturan it secara optimal. Segala jenis bipolaritas yang mensyaratkan terciptanya pengaturan dan keteraturan dalam ilmu administrasi menunjukan adanya kemungkinan, dan bahkan keinginan akan integritas secara maksimal. Kewajiban para ilmuwan administrasi dalam rangka berpikir, berdasarkan pemikiran ontologi secara kebenaran transidental dan kebenaran empirikal, terletak pada struktur penalaran setiap ilmuwan administrasi. Jikalau terjadi kekurangan harmoni, kekurangan kebenaran, dan kebaikan, maka hal itu bukanlah muncul dari hakikat ontologi ilmu administrasi, tetapi merupakan suatu kejadian entah karena alasan apa dan kenyataan selalu ada, sepanjang masih ada yang ada. 4. Normatif Ontologi Administrasi Keberadaan hakikat kandungan normatif ontologi administrasi secara transidental dan empirikal sesungguhnya dapat dibedakan atas dua aspek utama. Kebenaran adalah keharmonisan dan sintesis yang maksimal dalam hal pemberian pengertian atau pemahaman terhadap ontologi ilmu administrasi, dan kedua, kebaikan adalah keharmonisan dalam hal penilaian dan pilihan nilai terhadap ontologi ilmu administrasi.
  • 23. Hal. 23 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Namun, kebenaran dan kebaikan ontologi ilmu administrasi dalam kehidupan dan penghidupan manusia bukanlah dua hal yang berdampingan saja, tetapi merupakan suatu bipolaritas struktur dalam pemikiran manusia itu sendiri. Kebenaran dan kebaikan senantiasa selalu dalam kesejajaran dan seukuran. 5. Positivisme Administrasi Aliran positivisme dalam ilmu administrasi pada dasarnya berpangkal dari hati nurani manusia yang memancarkan kebenaran. Pancaran kebenaran hati nurani ini diproses dalam pemikiran dengan menghubungkan realita konkret maupun realita abstraksi tentang fenomena atau nomena administrasi, yang selanjutnya dipersepsikan melaluis suatu argumentasi. 6. Rasionalisme Administrasi Rasionalisme administrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan di bidang administrasi. Paham rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan berasal dari akal pikiran. Disamping itu, aliran rasionalisme, tidak mengingkari adanya pengalaman, tetapi pengalaman itu menjadi perangsang terhadap proses pemikiran. Descartes, sebagai pelopor aliran rasionalisme, senantiasa berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi sehingga mengantarkan manusia kepada cahaya terang. D. Epistemologi Ilmu Administrasi Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of knowledge. Secara istilah, epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Ilmu pengetahuan di bidang administrasi adalah suatu pernyataan terhadap materi atau konten, bentuk atau form, serta objek formal dan materiilnya. Secara epistemologi, ilmu administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal tentang
  • 24. Hal. 24 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI persepsi dan pemahaman intelektual seseorang. Pengetahuan ilmu administrasi dapat membawa manusia kepada peristiwa kesadaran dari dari seluruh pemaknaan yang dikandung ilmu administrasi itu sendiri. 1. Objektivisme Administrasi Hakikat dasar dari pengetahuan administrasi manusia mensyaratkan adanya makna apriori (kebenaran dasar) sebagai realita fundamnetal dan tidak relatif, sedangkan kebenaran realita yang telah mengalami perubahan dari nilai dasar dan kebenaran relatif tertuang dalam hakikat aposteriori. Berpikir apriori dalam ilmu administrasi merupakan salah satu kajian dari konsep objektivisme, dengan bermuara kepada rasionalisme yang dalam perkembangannya mengalami tiga tahapan proses berpikir manusia dalam bidang ilmu administrasi. Pertama, kesadaran objek administrasi itu sendiri. Kedua, kesadaran bahwa adanya perbedaan penalaran terhadap objek administrasi. Ketiga, pemahaman terhadap hubungan yang terjadi antarberbagai entitas, baik perbedaan maupun persamaannya. Penelusuran objektivitas pemikiran dalam administrasi dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang objek materialnya, adalah sesuatu yang menjadi sasaran perhatian secara detail tentang makna kandungan penalaran dalam pemikiran manusia yang mempelajari ilmu administrasi. Kedua, dari sudut pandang objek formalnya, bahwa ilmu administrasi memiliki ruang lingkup kajian dengan metode yang jelas. 2. Subjektivisme Administrasi Fenomena sosial menunjukan bahwa pemikiran subjektivisme telah berada di semua lini kehidupan, baik kehidupan birokrasi, pengusaha, maupun kehidupan sosial kemasyarakatan, semuanya menghendaki keadilan, tetapi yang dirasakan adalah ketidakadilan. Karl Marx memberikan argumentasi tentang rasa keadilan dengan pembagian sesuatu “ambillah masing-masing menurut kemampuannya” dan “berilah masing-masing menurut kebutuhannya”.
  • 25. Hal. 25 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI 3. Skeptisisme Administrasi Skeptisisme adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami seseorang akibat tidak terpenuhinya sesuatu yang diinginkan. Akar permasalahan terjadinya skeptisisme rupanya menunjukan jenis kepastian tertentu yang tidak dimiliki oleh para birokrasi bersangkutan sebagai pengelola administrasi negara yang berdampak negatif , dimana kepercayaan publik semakin berkurang dan kecurigaan semakin bertambah. E. Aksiologi Administrasi Aksiologi membahas tentang nilai dalam kehidupan manusia. Aksiologi mencakup dua cabang filsafat yang terkenal yaitu etika dan estetika. Etika membahas hal buruk dan baik perbuatan manusia, dan estetika membicarakan tentang keindahan. Aksiologi ilmu administrasi adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam angka pemanfaatan, atau dengan kata lain penerapan ilmu administrasi yang teratur dan produktif. Ilmu administrasi yang dimanfaatkan secara positif memungkinkan manusia lebih leluasan untuk berinteraksi dengan sesama manusia maupun dengan lingkungannya, demikian juga bahwa ilmu administrasi dapat meningkatkan martabat manusia. Karena dengan memanfaatkan kebenaran ilmu administrasi akan semakin teruji kualitasnya serta semakin tampak bahwa ilmuwan administrasi sebagai makhluk yang termulia di muka bumi ini.
  • 26. Hal. 26 dari 26 Teori AdministrasiPROGRAM SARJANA (S-1) FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI Referensi Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Jogjakarta : IRCiSod, 2013. Hal. 18. Makmur, Filsafat Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan ke-3, 2012. Hal.39 -40 Masykur Arif Rahman, Loc.cit. hal 49 Makmur, Loc.cit, hal 40 Surajiyo, Filsafat Ilmu, Jakarta : Bumi Aksara, Cetakan ke-8, 2015. hal. 26