Organ sistem ekskresi pada manusia terdiri atas ginjal, hati, paru-paru, dan kulit. Fungsi utama sistem ini adalah mengeluarkan zat sisa metabolisme dan racun dari tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan homeostasis. Gangguan pada organ-organ ini dapat menyebabkan berbagai kelainan seperti diabetes, batu ginjal, dan sirosis hati.
2. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem ekskresi dan
mebgaitkannya dengan bioprosesnya sehingga
dapat menjelaskan proses pengeluaran serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada
sistem ekskresi manusia melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada
struktur dan fungsi organ yang menyebabkan
gangguan sistem ekskresi manusia melalui
berbagai bentuk media presentasi.
3. Siswa dapat mengubah sikap untuk mengagumi keteraturan
dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur, fungsi, dan
bioproses sistem ekskresi pada manusia.
Siswa dapat menunjukkan sikap ilmiah, yaitu teliti, tekun,
jujur sesuai dengan data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,
peduli lingkungan, gotong royong, serta bekerja sama dalam
melakukan observasi dan eksperiman tentang sistem
ekskresi pada manusia.
Siswa dapat mengubah sikap untuk peduli terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip
keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan
dan percobaan sistem ekskresi di laboratorium dan di
lingkungan sekitar.
4. Siswa dapat memerinci organ-organ penyusun sistem
ekskresi.
Siswa dapat menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada
manusia.
Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian ginjal
dengan menggunakan torso/gambar/organ ginjal
sapi/kambing.
Siswa dapat menjelaskan tahapan proses
pembentukan urine.
siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi proses pembentukan urine.
Siswa dapat menganalisis sifat fisik dan komposisi
urine.
Siswa dapat mengaitkan fungsi hati dalam sistem
ekskresi.
5. Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian hati dengan
menggunakan torso/gambar.
Siswa dapat mengaitkan fungsi paru-paru sebagai alat
ekskresi.
Siswa dapat menunjukkan lapisan dan kelenjar pada
kulit dengan menggunakan torso/gambar struktur kulit.
Siswa dapat menganalisis fungsi kulit sebagai
pengatur panas (termoregulasi)
Siswa dapat menjelaskan mekanisme kontrol
hipotalamus terhadap pengeluaran keringat.
Siswa dapat memberikan contoh teknologi sistem
ekskresi.
6. Siswa dapat melakukan percobaan untuk
menguji kandungan urine.
Siswa dapat menyajikan hasil analisis kelainan
dan gangguan sistem ekskresi melalui
presentasi.
Siswa dapat melakukan pengamatan/kajian
peristiwa di masyarakat tentang penyakit
diabetes mellitus.
8. Organ sistem ekskresi pada manusia: ginjal, hati,
paru-paru, dan kulit.
Fungsi sistem ekskresi:
Menurunkan kadar zat produk metabolisme
(metabolit) dalam tubuh agar tidak menyebabkan
akumulasi.
Melindungi sel-sel tubuh dari zat-zat yang bersifat
racun.
Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
(homeostasis).
Membantu mempertahankan suhu tubuh.
9. 1. Fungsi
Mengeluarkan zat sisa organik dan racun.
Mengatur keseimbangan konsentrasi ion-ion
penting dalam tubuh.
Mengatur keseimbangan asam-basa.
Menjaga tekanan darah.
Mengatur produksi sel-sel darah merah di
dalam sumsum tulang.
Mengendalikan konsentrasi nutrisi darah.
Mengubah vitamin D yang inaktif menjadi aktif.
10. 2. Struktur ginjal
Bagian-bagian ginjal: lobus ginjal, hilus (hilum), sinus
ginjal, parenkim ginjal, dan pelvis renalis.
Jaringan penyusun parenkim: korteks (bagian luar)
dan medula (bagian dalam).
Korteks tersusun atas nefron, yaitu unit struktural dan
fungsional terkecil dari ginjal. Pada nefron terdapat
komponen pembuluh (arteri aferen, glomerulus,
arteri eferen, dan kapiler peritubuler) dan komponen
tubuler (kapsul Bowman, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus
kolektivus.
Medula terdiri atas massa triangular yang disebut
piramida ginjal, yang akan berhubungan dengan
saluran pengumpul urine.
14. 3. Proses pembentukan urine
a. Filtrasi glomerulus
Yaitu proses penyaringan plasma bebas protein
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul
Bowman.
Cairan yang difiltrasi akan melewati membran
glomerulus yang mampu menahan sel darah dan
protein plasma, serta melewatkan air dan molekul
berukuran kecil.
Hasil filtrat glomerulus (urine primer):
mengandung air dan zat terlarut (glukosa, klorida,
natrium, dll), tanpa protein plasma dan elemen
seluler.
15. b. Reabsorpsi
Yaitu proses penyerapan kembali zat yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus
kolektivus.
Zat yang diserap masuk ke kapiler peritubuler
dan dikembalikan ke sistem peredaran darah.
Zat yang diabsorpsi: ion natrium, ion klorin,
glukosa, air, urea, dan ion anorganik.
Hasil reabsorpsi disebut urine sekunder.
16. c. Augmentasi
Yaitu transpor aktif yang memindahkan zat-zat
tertentu dari darah ke dalam urine.
Terjadi di kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal, dan tubulus kolektivus.
Zat yang dipindahkan:
• Ion hidrogen, amonia, kreatinin, asam
hipurat, obat-obatan tertentu, dan zat kimia
asing.
• Ion kalium
18. 4. Penyimpanan sementara urine dan berkemih
urine dari duktus kolektivus ke pelvis renalis, ke
ureter, kemudian ke vesika urinaria (kandung
kemih).
Dinding kandung kemih berlipat-lipat sengan
struktur otot yang dapat meregang untuk
meningkatkan kapasitas penyimpanan urine.
Keinginan buang air kecil disebabkan isi urine
dalam kandung kemih sudah mencapai 170 – 230
mL.
Urine dari kandung kemih mengalir ke uretra
kemudian melalui lubang luar dibuang keluar
tubuh.
19. 5. Faktor-faktor yang memengaruhi proses
pembentukan urine.
Faktor internal
• Hormon ADH: mengontrol pengeluaran urine.
• Hormon insulin: menurunkan kadar glukosa
darah.
• Sistem renin-angiotensin-aldosteron
Faktor eksternal
• Suhu lingkungan
• Jumlah air yang diminum
• Alkohol dapat menghambat pembebasan
ADH
20. 6. Karakteristik urine
Sifat fisik urine: volume normal 800 – 2500
mL/hari, warna kuning pucat sampai kuning
tua, berat jenis 1,003 – 1,035 g/cm3, pH 4,7 –
8, bau khas amonia.
Komposisi urine: zat buangan nitrogen (urea,
asam urat, dan kreatinin), benda keton, asm
hipurat, toksin, zat kimia asing, pigmen, enzim,
vitamin, hormon, dan elektrolit.
Urine tidak normal: albumin, glukosa, sel
darah merah, zat kapur, batu ginjal, dan badan
keton dengan jumlah berlebihan.
21. Fungsi:
Sekresi empedu, cairan yang berasal dari
perombakan sel darah merah yang sudah tua
dan disimpan dalam kantung empedu atau
dialirkan ke duodenum. Berfungsi membantu
pencernaan lemak, mengaktikan lipase,
membantu absorpsi lemak di usus, dan
mengubah zat yang tidak dapat larut di dalam
air menjadi larut.
22. Menghasilkan hormon trombopoietin, albumin,
hormon angiotensinogen, enzim arginase,
enzim glutamat-oksaloasetat transferase,
glutamat-piruvat transferase, dan laktat
dehidrogenase.
Menyimpan glikogen, lemak, zat besi, zat
tembaga, serta vitamin A, D, dan B12.
Mengaktifkan vitamin D.
Fagosit bakteri oleh sel Kupffer.
Degradasi hormon insulin dan hormon lain.
Degradasi amonia menjadi urea.
24. Berfungsi mengeluarkan zat sisa
metabolisme berupa CO2 dan H2O yang
berbentuk uap air.
Keduanya dihasilkan pada proses
katabolisme intraseluler di mitokondria untuk
menghasilkan energi berupa ATP.
Zat sisa CO2 dan H2O diangkut oleh darah
menuju jantung, ke paru-paru, kemudian
dibuang keluar tubuh melalui saluran
pernapasan.
25. 1. Fungsi
Ekskresi, perlindungan, pengaturan suhu badan,
metabolisme, dan komunikasi.
2. Struktur kulit
Epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum (sel-sel
pipih), stratum granulosum (prekursor pembentukan keratin),
stratum spinosum, dan stratum basalis/germinativum (terdapat
melanosit yang menghasilkan pigmen melanin).
Dermis, terdiri atas lapisan papilar (jaringan ikat areolar
renggang) dan lapisan retikuler (jaringan ikat ireguler).
Hipodermis (subkutaneus),mengikat kulit dengan organ di
bawahnya, mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan ujung
saraf.
26. 3. Kelenjar pada kulit
Kelenjar keringat, di lapisan dermis.
• Ekrin, kelenjar sederhana, meluas ke seluruh
tubuh.
• Apokrin, kelenjar besar dan bercabang
dengan penyebaran terbatas pada bagian
tubuh tertentu.
Kelenjar sebaseus
Mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan
ke foliker rambut. Sebum adalah campuran
lemak, zat lilin, minyak, dan pecahan sel.
28. 4. Kontrol pengeluaran keringat
Pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus di
otak.
Jika darah yang melewati hipotalamus melebihi
batas normal (panas), rangsangan tersebut
diteruskan oleh saraf simpatis ke kulit.
Pembuluh darah melebar, aliran darah di kulit
meningkat, terjadi konduksi panas, dan panas
terbuang.
Pengeluaran keringan dipengaruhi oleh:
lingkungan, aktivitas tubuh, emosi, dan kondisi
psikis.
29. Glukosuria, ekskresi glukosa ke dalam urine.
Albuminuria, glomerulus gagal melakukan
penyaringan protein.
Batu ginjal, adanya endapan senyawa kalsium
dan asam urat pada rongga ginjal atau
kandung kemih.
Diabetes mellitus, banyaknya glukosa dalam
urine karena kurangnya hormon insulin untuk
mengubah glukosa menjadi glikogen untuk
disimpan di hati.
30. Diabetes insipidus, produksi urine berlebihan
dan encer karena kekurangan hormon ADH.
Poliuria, kelebihan produksi air seni akibat
rasa haus yang terus-menerus atau
mengonsumsi cairan yang bersifat diuretik.
Gagal ginjal (anuria), ginjal gagal
memproduksi urine.
Uremia, darah banyak mengandung urea
karena ginjal gagal membuang urea keluar dari
tubuh.
Nefritis, radang nefron karena infeksi bakteri
Streptococcus sp.
31. Penyakit hati, disebabkan oleh infeksi virus,
Amoeba penyakit disentri, cacing, plasmodium,
dan Toxoplasma sp.
Sirosis hati, berubahnya sel-sel hati menjadi
jaringan ikat fibrosa sehingga kehilangan
fungsinya.
Hemokromatosis, kelainan genetik yang
menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap
zat besi dari makanan sehingga banyak
tersimpan di dalam organ-organ tertentu.
32. Eksem (dermatitis), radang kulit akibat faktor keturunan,
emosi dan stres, atau kontak dengan senyawa alergen.
Kadas/kurap, bercak merah karena infeksi jamur.
Kudis, gatal akibat infeksi tungau dan kutu air.
Athlete’s foot, infeksi jamur di sela-sela jari kaki.
Vitiligo, gangguan pigmentasi kulit.
Jerawat, radang kulit atau pori-pori tersumbat akibat infeksi
bakteri, perubahan hormonal, atau kotoran.
Pruvitus kutanea, gatal karena iritasi saraf sensoris
perifer.
Kalvus, penyakit mata ikan karena virus/bakteri dan
gesekan terus-menerus
33. Hemodialisis (cuci darah), proses pembersihan
darah dari zat-zat sisa metabolisme melalui proses
penyaringan di luar tubuh.
Transplantasi ginjal, terapi penggantian ginjal pasien
dengan ginjal dari orang yang hidup atau yang sudah
meninggal.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy),
penghancuran batu saluran kemih menggunakan
gelombang kejut yang ditransmisikan dari luar tubuh.
Skin grafting, memindahkan sebagian atau seluruh
ketebalan kulit dari donor ke resipien yang
membutuhkan.