Dokumen tersebut membahas konsep modul 2 prakarsa 100-0-100 dalam keterpaduan Cipta Karya. Dokumen ini membahas beberapa materi seperti pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, serta pengembangan air minum. Dokumen ini juga membahas kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh serta cara-cara pencegahan dan peningkatan kualitasnya.
Tayangan 3 modul prakarsa 100-0-100 dlm keterpaduan ck'
1. Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan Permukiman
PEMAPARAN DAN PEMBAHASAN
KONSEPSI MODUL 2
PRAKARSA 100-0-100 DALAM KETERPADUAN CIPTA KARYA
Disampaikan Oleh:
Tim Perumus
Subdit. Pengaturan dan Pembinaan Kelembagaan
Hal - 1 29-30 Oktober 2014
2. SISTEMATIKA PEMAPARAN
1. PENDAHULUAN
2. MATERI BANGKIM
3. MATERI PBL
4. MATERI AIR MINUM
5. MATERI PLP
6. MATERI KETERPADUAN CK (BINA PROGRAM)
7. MATERI KELEMBAGAAN (SETDITJEN)
8. DINAMIKA KELOMPOK
Hal - 2
4. Pokok Bahasan dan Alokasi Waktu
Hal - 4
POKOK BAHASAN DURASI PENYAJI ALAT BANTU
Pemahaman Modul, Maksud dan Tujuan,
Sasaran serta Pokok Bahasan
10 Menit FASILITATOR
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
Substansi Perumahan dan Kawasan
Permukiman
45 Menit NARASUMBER
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
Substansi Penataan Bangunan dan
Lingkungan
45 Menit NARASUMBER
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
Dinamika Kelompok 80 Menit FASILITATOR
Bahan Tayang, Laptop,
Proyektor LCD dan Alat Bantu
Substansi Drainase, Persampahan dan
Limbah
45 Menit NARASUMBER
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
Substansi Air Bersih dan Air Minum 45 Menit NARASUMBER
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
Dinamika Kelompok 80 Menit FASILITATOR
Bahan Tayang, Laptop,
Proyektor LCD dan Alat Bantu
Penutupan 10 Menit FASILITATOR
Bahan Tayang, Laptop dan
Proyektor LCD
TOTAL =
360 Menit
(6 Jam)
6. Ilustrasi Pengertian Perumahan & Permukiman
1. RUMAH
Sumber: Diolah dari UU 1/2011
Hal - 6
Kumpulan Rumah + PSU
2. PERUMAHAN
Lebih Dari Satu Satuan
Perumahan & PSU
3. PERMUKIMAN
Kawasan Di luar Kawasan Lindung
Dengan Fungsi sebagai Hunian
5. KAWASAN PERMUKIMAN
Lebih Dari Satu Satuan
Permukiman
4. LINGKUNGAN HUNIAN
7. Karakteristik Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
• Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman:
• Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak laik huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
• Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
• Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan dan
Hal - 7
permukiman kumuh perkotaan sebagai berikut, yaitu:
1. Merupakan satuan entitas perumahan atau permukiman;
2. Kondisi bangunan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak memenuhi syarat;
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana
ditetapkan dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:
a. Jalan Lingkungan,
b. Drainase Lingkungan,
c. Penyediaan Air Bersih/Minum,
d. Pengelolaan Persampahan,
e. Pengelolaan Air Limbah,
f. Pengamanan kebakaran
• Karakteristik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam
proses identifikasi lokasi permukiman kumuh perkotaan.
8. K r i t e r i a P e r um a h a n K u mu h & P e rm u k im a n K u mu h
Kriteria yang
digunakan
untuk
menentukan
kondisi
kekumuhan
pada suatu
perumahan
dan
permukiman
Hal - 8
Kriteria Kekumuhan
Bangunan Gedung
Kriteria Kekumuhan
Jalan Lingkungan
Kriteria Kekumuhan
Penyediaan Air
Minum
Kriteria Kekumuhan
Drainase
Lingkungan
Kriteria Kekumuhan
Air Limbah
Kriteria Kekumuhan
Persampahan
• bangunan gedung tidak teratur;
• bangunan gedung memiliki kepadatan tinggi
tidak sesuai dengan RTR;
• bangunan gedung tidak memenuhi persyaratan
teknis.
• jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh
lingkungan perumahan atau permukiman;
• kualitas permukaan jalan lingkungan buruk.
• sumber air baku terlindungi tidak terpenuhi baik
melalui JP maupun BJP;
• kebutuhan air minum setiap individu tidak
terpenuhi sesuai standar yang berlaku.
• drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan
limpasan air hujan sehingga menimbulkan
genangan;
• kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk.
• sistem pengelolaan air limbah tidak memadai;
• prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
tidak memenuhi persyaratan teknis.
• sistem pengelolaan persampahan tidak
memenuhi persyaratan teknis;
• prasarana dan sarana persampahan tidak
memadai.
• Orientasi, ukuran, bentuk & langgam
• 250 - > 300 unit / ha (kota metro / besar) atau
200 - > 250 unit / ha (kota sedang / kota kecil)
• Luas lantai per kapita <7,2m2/org dan material
atap, lantai, dinding
• sebagian lingkungan tidak terlayani jalan
• sebagian / seluruh jalan lingkungan terjadi
kerusakan permukaan jalan
• tidak terpenuhinya air baku terlindungi (tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa)
• tidak terpenuhinya kebutuhan air minum < 60
liter/orang/hari
• menimbulkan genangan > 30 cm, > 2 jam, > 2
kali setahun
• tanpa material pelapis atau penutup (pasangan
bata atau beton) atau terjadi kerusakan
• kakus/kloset & tangki septik
• Leher angsa + tangki septik, jamban cemplung
terlindung, toilet kompos, sistem terpusat
• pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan
• Tempat sampah, TPS, gerobak / truk, TPST
skala lingkungan
Kriteria Kekumuhan
Kebakaran
• Sistem pengamanan aktif & pasif tidak tersedia;
• Pasokan air pemadam tidak tersedia;
• Akses mobil damkar tidak memadai;
• Persyaratan pengamanan bangunan & lingk;
• Sumber air alami maupun buatan;
• Lebar jalan tidak memadai.
9. P e n c e g a h a n Tumb u h & B e r k emb a n g n y a
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Baru
Hal - 9
Pencegahan Terhadap Tumbuh Dan Berkembangnya Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh Baru, Meliputi:
Pengawasan dan Pengendalian Pemberdayaan Masyarakat
10. P e n i n g k a t a n K u a l i t a s t e r h a d a p
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
PENGELOLAAN
Pembentuk-an
Kelompok
Swadaya
Masyarakat
Kegiatan
Pemelihara
an &
Perbaikan
Dapat
difasili-tasi
Pemda
Pola
Kelompok
Swadaya
Masyarakat
Lampiran IV
Hal - 10
POLA PENANGANAN
Studi &
Perencanaan
Penanganan
TAHAPAN:
• persiapan
• survei
• analisis
• peny rencana
penanganan
• peny rencana
pembiayaan
• finalisasi
Ditetapkan dalam
bentuk peraturan
kepala daerah
Pola-Pola
Penanganan
Pemugaran
• kumuh ringan /
sedang
• lahan legal
Peremajaan
• kumuh berat
• status lahan
legal
Pemukiman
Kembali
• kumuh ringan /
sedang / berat
• lahan tidak
legal
• lokasi rawan
bencana
• lokasi
menimbulkan
bahaya
PENETAPAN LOKASI
Identifikasi
Lokasi
Penilaian
Lokasi
Legalisasi
Penetapan
Lokasi
satuan
perumahan /
permukiman
Keputusan
Kepala Daerah
dilengkapi
lampiran:
• Tabulasi daftar
lokasi
• Peta sebaran
lokasi
permasalahan
kekumuhan
legalitas lahan
pertimbangan
lain non fisik
Kelurahan /
desa atau
kecamatan
sesuai
kriteria
kekumuhan
status
kepemilikan
Kesesuaian
RTR
• nilai
strategis
lokasi;
• kepadatan
penduduk;
• kondisi
sosial
ekonomi.
Hasil Penilaian
Permasalahan
Kekumuhan:
• Kumuh ringan
• Kumuh sedang
• Kumuh berat
Hasil Penilaian
Status Lahan:
• Legal
• Ilegal
Hasil Penilaian
Non Fisik:
• Kategori Rendah
• Kategori Sedang
• Kategori Tinggi
Dilakukan
Peninjauan
Ulang Maksimal
5 Tahun sekali
Format Pendataan Lampiran I
Formula
Penilaian
Lampiran II
Format
Keputusan
Kepala Daerah
Lampiran III
11. F a m i l y T r e e R e g u l a s i K u m u h
Hal - 11
UUD 1945
UU-HAM
(UU 39/1999)
UU-PKP
(UU 1/2011)
PP Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
(PP .../...)
UU-PR
(UU 26/2007)
PP-PPR
(PP 15/2010)
PP-RTRWN
(PP 28/2006)
PERPRES
RTR KSN
Perda RTRW
Provinsi
Perda RTRW
Kab/Kota
Perda RDTR
Kws Perkot.
Perda tentang Pembangunan &
Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP)
SK Bupati/Walikota tentang
Penetapan Lokasi
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Permen tentang Pedoman Teknis
Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh
Perda tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas terhadap
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Perbup/wal tentang
Rencana Penanganan
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
12. F a m i l y T r e e P r o g r a m K u m u h
Perda ttg Pencegahan &
Peningkatan Kualitas thd
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Hal - 12
Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR)
Kawasan Perkotaan
Kebijakan & Strategi
Perkotaan Daerah
(KSPD)
Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman
(RP3KP)
Rencana Induk Sektor (RIS)
Rencana Induk
Sektor Penyediaan
Air Minum (RISPAM)
Rencana Induk
Sistem Sanitasi
Kota (RISSK)
Rencana Induk
Sistem Pengelolaan
Persampahan (RISPP)
Rencana Induk
Sektor Lainnya
SK Bupati/Walikota
Penetapan Daftar Lokasi
Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Rencana Program
Investasi Jangka
Menengah (RPIJM)
Pelaksanaan Fisik
Keciptakaryaan
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah
(RPJPD)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Daerah (RPJMD)
Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota
Perbup/wal tentang Rencana
Penanganan Perumahan
Kumuh dan Permukiman
Kumuh
24. S i s t e m P e n y e d i a a n A i r M i n u m
Hal - 24
SPAM Jaringan
Perpipaan
Sambungan
Rumah
Hidran
Umum
Hidran
Kebakaran
SPAM Bukan Jaringan
Perpipaan (BJP)
Skala
Individual
Skala
Komunal
Sumur Dangkal
Sumur Dalam
Penampungan Air
Hujan (PAH)
Perlindungan Mata
Air (PMA)
Instalasi
Pengolahan Air
Sedehana (IPAS)
Reverse Osmosis
(RO)
Sumur Dangkal
Sumur Dalam
Penampungan Air
Hujan (PAH)
Saringan Rumah
Tangga (SARUT)
Destilator Surya
Atap Kaca (DSAK)
Reverse Osmosis
(RO)
25. 47,71%
Perkotaan
49,82%
Perdesaan
45,72%
2011
55,04%
Perkotaan
52,16%
Perdesaan
57,87%
2013
67,73%
Perkotaan
79,34%
Perdesaan
2009 56,17%
2019
2015 100%
2014 73,30%
Gap 29,95%
Pencapaian akses
5,99%/tahun
Gap 22,79%
Pencapaian akses 4,56
%/tahun
70,05%
Pencapaian target akses aman air
minum membutuhkan 2 kali lipat
upaya dari yang sudah dilakukan.
Perkotaan
81,8%
Perdesaan
59,1%
Perkotaan
84,30%
Perdesaan
62,20%
Perkotaan
100%
Perdesaan
100%
25
i
CAPAIAN DAN TARGET
PELAYANAN AIR MINUM NASIONAL
26. Persentase Belanja Urusan Air Minum terhadap
Belanja Langsung dan Total Belanja
APBD Kab/Kota dan Provinsi tahun 2010-2012
Sektor air minum
relatif mendapat
perhatian kecil dari
Pemerintah Daerah.
Dari tahun 2010-2012
rata-rata hanya 0,4%
dari Total Belanja
APBD.
27. KONDISI PELAYANAN AIR MINUM
37 » 67 »
% %
( 2013
)
100
( 2019
) Sumber :
BPS
%
(1993)
DI INDONESIA
Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2007 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional,
kita dihadapkan pada target penyediaan akses air minum
100% pada Tahun 2019
Masih ada gap 33% untuk mencapai target Universal
Access pada tahun 2019
27
28. KEBIJAKAN & STRATEGI AIR MINUM
PENINGKATAN AKSES
AMAN AIR MINUM
Peningkatan Kapasitas Air Baku
Kelembagaan
Pembiayaan
Peningkatan Badan
Usaha dan Masyarakat
Pengembangan
Inovasi Teknologi
Penerapan dan
Pengembangan NSPK
29. 29
TANTANGAN PENCAPAIAN TARGET 2019
1. PDAM yang sehat baru 50%
• Tarif yang belum FCR
• Kehilangan air 33%
• Idle capacity 22.000 l/d
2. Rendahnya komitmen Pemda untuk pendanaan air
minum
3. Peningkatan peran serta masyarakat
• Pamsimas
• SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
4. Keterbatasan air baku
30. SKENARIO PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2019
Sistem Jaringan Perpipaan & Bukan Jaringan Perpipaan (%)
Target SPAM Jaringan Perpipaan 2019= 59,5% dan Bukan jaringan Perpipaan 40,5%
(Amanat Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM /Permen PU 13 Tahun 2013) 30
31. SKENARIO PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2019
Perdesaan & Perkotaan (%)
Seluruh wilayah perkotaan dan perdesaan pada tahun 2019 sudah dapat
mengakses air minum aman 100% 31
32. Proses Perencanaan
Mencapai 100% Akses Air Minum Aman
Berbasis Kelurahan/Desa
Kondisi Eksisting Rencana SPAM 2019 Output Kegiatan
SPAM Regional
SPAM Perdesaan
KELU-RAHAN
DESA
Pipa
BJP
Terlindungi
BJP Tak
Terlindungi
Pipa
BJP
Terlindungi
BJP Tak
Terlindungi
SPAM Perkotaan
SPAM Khusus
SPAM PDAM
Terfasilitasi
Pipa BJP Terlindungi
Pipa BJP Terlindungi
SPAM PDAM
Non-Terfasilitasi
33. Hal - 33
MATERI PENYEHATAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Hal - 33
34. PENDEKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN
Lingkungan Skala Kawasan dan Skala Kota (city wide)
Skala
Regional/Nasional
BerbasisMasyarakat Berbasis Institusi
Pendekatan
Skala
Penanganan
Pengembangan PS pelayanan kota
berdasarkan demand responsive Pembangunan
prasarana dan
sarana air limbah
mendukung
kerjasama antar
kabupaten/kota
Kota metropolitan & besar : off site
/sewerage system
Kota sedang/kecil: fokus pada
pelayanan IPLT (peningkatan on site
management)
Kota/kawasan baru:
Pembangunan sistem terpusat untuk
kawasan (IPAL Kawasan)
Mendorong pembangunan sistem
terpusat untuk kota baru melalui
investasi swasta
IPAL Regional
1 Perdesaan :
Model STBM
Kerjasama dengan
Kemenkes untuk
Kampanye PHBS
2. Perkotaan :
Model SANIMAS
34
35. Lingkungan/Kawasan Skala Kota (city wide)
Skala
Regional/Nasional
BerbasisMasyarakat Berbasis Institusi
Pendekatan
Skala
Penanganan
Pengembangan PS pelayanan kota
berdasarkan demand responsive
Pembangunan
prasarana dan
sarana
persampahan
mendukung
kerjasama antar
kabupaten/kota
TPA
TPST
ITF
SPA
TPA Regional
TPS 3R
35
PENDEKATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
36. Lingkungan/Kawasan Skala Kota (city wide)
Skala
Regional/Nasional
Berbasis Institusi
Pendekatan
Skala
Penanganan
Pengembangan PS pelayanan kota
berdasarkan demand responsive
Pembangunan
prasarana dan
sarana drainase
untuk pengendalian
banjir regional
(mendukung
kerjasama antar
kabupaten/kota)
Daerah flat/datar:
Muka air lebih rendah dari muka air
laut:
- Sistem polder
- Kolam detensi
- Normalisasi saluran
Muka air lebih tinggi dari muka air
laut:
- Normalisasi saluran
- Kolam retensi dan sistem pompa
Daerah berbukit:
- Normalisasi saluran
- Kolam retensi
- Normalisasi
sungai
- Tanggul
Drainase Berwawasan
Lingkungan (Ecodrain)
36
PENDEKATAN PENANGANAN DRAINASE
37. KONSEP 100 – 0 – 100 vs CAPAIAN PEMBANGUNAN SANITASI
AIR MINUM KUMUH SANITASI
100 0
100
% % %
68% 10% 62%
RPJMN
2019
MDG’S
2015
2 %
EKSISTING 61,83% % 23 %59,71
40 %
37
38. TANTANGAN PEMBANGUNAN SANITASI MENUJU KETERPADUAN
PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
• Tidak semua daerah rawan sanitasi
merupakan kawasan kumuh
1
• Diperlukan kesepakatan terkait data
kawasan kumuh (verifikasi data) dan
kebutuhan penanganannya
2
• Diperlukan konsep penanganan terpadu
dalam pembangunan permukiman
(keterpaduan dalam penanganan kawasan
kumuh, sanitasi dengan sektor lainnya)
3
• Diperlukan keterpaduan pengelolaan
kegiatan mulai tahap perencanaan s.d
operasi & pemeliharaan
4
38
39. STRATEGI MENUJU 100% SANITASI LAYAK
Penguatan peraturan
perundang-undangan
Penguatan institusi
kelembagaan pengelolaan
sanitasi
Advokasi intensif kepada
Pemerintah Daerah
Peningkatan peran
masyarakat, swasta, dunia
usaha & lembaga lainnya
Peningkatan kualitas
dokumen perencanaan
sanitasi
Penambahan akses
infrastruktur sanitasi layak
39
40. UPAYA SINKRONISASI PEMBANGUNAN SANITASI
DENGAN PEMBANGUNAN KAWASAN KUMUH
1. Menyusun baseline data rawan sanitasi secara nasional
2. Memprioritaskan pembangunan sanitasi pada kawasan
kumuh
Lokasi
Prioritas
Lokasi
Prioritas
Lokasi
Prioritas
Lokasi
Prioritas
Kawasan kumuh
Kawasan rawan sanitasi
Prioritas Penanganan
Air Limbah Persampahan
Drainase
40
41. INFRASTRUKTUR SANITASI UNTUK KAWASAN KUMUH
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)
Merupakan pola penanganan air limbah skala kawasan
melalui pembangunan sarana air limbah komunal
berbasis masyarakat di daerah kumuh.
OPSI TEKNOLOGI:
1. MCK Komunal
2. IPAL Komunal
3. IPAL Kombinasi (MCK + jaringan
perpipaan)
INOVASI :
1. Pemanfaatan bangunan atas IPAL sebagai sarana
umum (balai pertemuan, sarana olahraga, dll)
2. Pengelolaan gas methan tinja sebagai sumber energi
3. Pemanfaatan barang recycle (botol air mineral, tutup
botol) sebagai media filter pada treatment plant
4. Hasil olahan IPAL digunakan sebagai pupuk cair
organik
41
42. INOVASI MASYARAKAT DALAM SANIMAS
Pembuatan Manhole
secara mandiri oleh
masyarakat
Pemanfaatan botol
bekas sebagai media
filter IPAL
42
Penciptaan Peluang
Usaha bagi Masyarakat
43. INFRASTRUKTUR SANITASI UNTUK KAWASAN KUMUH
SARANA PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU 3R
Merupakan pola penanganan sampah skala kawasan
dengan sistem 3R (reuse, reduce, recycle) berbasis
masyarakat dengan lokasi sasaran adalah kawasan
kumuh.
Manfaat :
1. Meningkatkan nilai guna sampah
2. Mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA
3. Membantu menciptakan kondisi zero waste di suatu
kawasan permukiman
INOVASI :
1. Pemanfaatan sampah organik sebagai pupuk kompos,
makanan ternak serta beberapa produk lainnya
2. Pemanfaatan sampah non organik sebagai barang-barang
rumah tangga, alat tulis kantor dan barang
berguna lainnya
3. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui
penerapan bank sampah
43
44. INOVASI MASYARAKAT DALAM 3R
Pembuatan barang daur
ulang dari sampah non
organis
Pembuatan pelet ikan
dan kompos dari
sampah organik
44
Penciptaan Peluang
Usaha bagi Masyarakat
45. PENANGANAN SKALA KOTA
IPAL SKALA KOTA/REGIONAL
Merupakan pola penanganan air limbah skala
kota/regional melalui pembangunan instalasi air limbah
terpusat yang dilengkapi dengan jaringan perpipaan
yang melayani masyarakat di suatu kawasan perkotaan
.
Baru dibangun di 13 Kota antara lain : Bandung,
Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, Bali, Medan, Prapat,
Balikpapan, Banjarmasin, Jakarta, Tangerang, Manado,
Batam
45
DSDP Bali
IPAL Margasari
Balikpapan
46. PENANGANAN SKALA KOTA
TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH
(TPA SANITARY LANDFILL)
Merupakan infrastruktur penanganan sampah skala
kota melalalui pembangunan cell sampah dengan
konstruksi ramah lingkungan (sanitary landfill).
Inovasi :
Pemanfaatan gas methan dari timbunan sampah di
landfill sebagai alternatif energi bagi masyarakat
46
47. INOVASI PEMANFAATAN GAS METHAN DI TPA
Pemanfaatan gas
methan untuk
penerangan
Pemanfaatan gas
methan untuk memasak
47
Alternatif sumber
energi masyarakat
48. PENANGANAN SKALA KOTA
DRAINASE PRIMER DAN KOLAM RETENSI
Merupakan pola penanganan drainase skala
kota/regional melalui pembangunan saluran drainase
utama, kolam retensi dan sistem perpompaan.
48
Retensin Basin
Ulele, Banda Aceh
Rumah Pompa
Peuniti, Banda Aceh
Polder Banger,
Semarang
49. KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENCAPAI
100% SANITASI LAYAK
No Program Volume Unit Outcome
1 Air Limbah Terpusat 430 Kab/kota 33,9 juta jiwa
2 Air Limbah Komunal 227 Kab/kota 2,99 juta jiwa
3 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 409 Kab/kota -
4
TPA Sanitary Landfill 341 Kab/kota -
5
Fasilitas TPS 3R Komunal 334 Kab/kota -
6
Fasilitas 3R Terpusat Skala Kota 112 Kab/kota -
7 Drainase permukiman 22.500 Ha -
8
Kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan,
kampanye dan advokasi
507 Kab/kota -
49
50. ESTIMASI KEBUTUHAN INVESTASI (2015-2019)
UNTUK MENCAPAI UNIVERSAL ACCESS
No Program Investasi (Rp)
1 Air Limbah 202,4 Trilyun
2 Persampahan 57,3 trilyun
3 Drainase 13,7 Trilyun
50
202.4
57.3
13.7
air limbah
persampahan
drainase
51. Hal - 51
MATERI KETERPADUAN
CIPTA KARYA (BINA PROGRAM)
Hal - 51
52. KETERKAITAN RPI2-JM DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN
RTRW/
Perda
RPJMD
Perda BG
SSK RISPAM
RTBL
KS
K
RPI2JM
Integrated
Development
Plan
RP2KP
52
53. KONDISI SAAT INI DAN RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 2015-2019
Amanat Pembangunan Nasional
- RPJP Nasional
- RPJM Nasional
- MDG dan SDG
- RTRW Nasional
- RTRW Provinsi/
Kab/Kota
Kebijakan Ditjen Cipta Karya
100 | 0 | 100
Eksisting 2014
Cakupan Air Minum : 67,73%
Luas Kawasan Kumuh: 47.800 Ha
Cakupan Pelayanan Sanitasi:
59,71%
Renstra DJCK 2015-2019 Kebutuhan Pendanaan
Air Minum : Rp 274,8 T
(APBN: Rp 90,7 T)
Kawasan Kumuh : Rp 174,1 T
(APBN: Rp 22,2T)
Sanitasi: Rp 385,3 T
(APBN: Rp 94 T)
53
54. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Air Minum Kumuh Sanitasi Penataan
Bangunan
274 T 174 T 285 T 99 T Kebutuhan
(932 T)
89 T 22 T T T 94 12
Ketersediaan
APBN
Skenario
Optimis
(217 T)
27 T 17 T T T 28 10
Ketersediaan
APBN
Skenario
Pesimis
(82 T)
54
55. Kebutuhan Pendanaan 2015-2019
(Skenario 1: Porsi APBN 26.2%)
55
Indikator Outcome 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
Porsi APBN (T)
- 26.2%
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Capaian pelayanan akses air minum 16,038 16,929 17,820 18,711 19,602 89,1
Proporsi rumah tangga yang menempati
3,996 4,218 4,440 4,662 4,884 22,2
hunian dan permukiman tidak layak
Capaian pelayanan akses sanitasi 16,920 17,860 18,800 19,740 20,680 94
Penataan Bangunan dan Lingkungan 2,232 2,356 2,480 2,604 2,728 12,4
Total APBN 39,186 41,363 43,540 45,717 47,894 217,7
Sumber Pendaaan Non APBN
2015 2016 2017 2018 2019
Total
Pendanaan
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
APBD (20%) 30,017 31,684 33,352 35,020 36,687
KPS (15%) 22,513 23,763 25,014 26,265 27,515
CSR (5%) 7,504 7,921 8,338 8,755 9,172
Perbankan Dalam Negeri (9%) 13,508 14,258 15,008 15,759 16,509
Masyarakat (15%) 22,513 23,763 25,014 26,265 27,515
Inisiatif Pendanaan Lainnya (Sanitation
Partnership Group, Lembaga Wali Amanat,
14,708 15,525 16,342 17,160 17,977
dll) (9.8%)
Total Non APBN 110,898 117,059 123,220 129,381 135,542 616,1
Grand Total 150,084 158,422 166,760 175,098 183,436 833,8
56. Kebutuhan Pendanaan 2015-2019
(Skenario 2: Porsi APBN 10%)
56
Indikator Outcome 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
Porsi APBN
(T) - 10%
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Capaian pelayanan akses air minum 4,946 5,221 5,496 5,771 6,046 27,5
Proporsi rumah tangga yang menempati
3,134 3,308 3,482 3,656 3,830 17,4
hunian dan permukiman tidak layak
Capaian pelayanan akses sanitasi 5,135 5,421 5,706 5,991 6,277 28,5
Penataan Bangunan dan Lingkungan 1,793 1,892 1,992 2,092 2,191 10,0
Total APBN 15,008 15,842 16,676 17,510 18,344 83,4
Sumber Pendaaan Non APBN
2015 2016 2017 2018 2019
Total
Pendanaan
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
Kebutuhan
Pendanaan (T)
APBD (30%) 45,025 47,527 50,028 52,530 55,031
KPS (16%) 24,013 25,348 26,682 28,016 29,350
CSR (9%) 13,508 14,258 15,008 15,759 16,509
Perbankan Dalam Negeri (10%) 15,008 15,842 16,676 17,510 18,344
Masyarakat (15%) 22,513 23,763 25,014 26,265 27,515
Inisiatif Pendanaan Lainnya (Sanitation
Partnership Group, Lembaga Wali Amanat,
15,008 15,842 16,676 17,510 18,344
dll) (10%)
Total Non APBN 135,076 142,580 150,084 157,589 165,093 750,4
Grand Total 150,084 158,422 166,760 175,098 183,436 833,8
57. KEBIJAKAN UMUM PENCAPAIAN 100-0-100
Memperkuat fungsi fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan.
Menyelenggarakan keterpaduan berdasarkan tata ruang di 4 (empat) entitas.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kemandirian Pemerintah Daerah.
Mendorong partisipasi dan kemitraan dengan semua stakeholders.
Menerapkan inovasi teknologi hijau.
Menerapkan prinsip good governance.
57
58. Hal - 58
MATERI KELEMBAGAAN
(SETDITJEN)
Hal - 58
59. DJCK
SNVT
DJCK
PEMERINTAH DAERAH
SWASTA
KELOMPOK
MASYARAKAT
STRATEGI KONEKSI
PEMERINTAH – CITY CHANGER
• Branding
• Delivery
Program
• Rekruitmen
• Monitoring
• Reward
• Sertifikasi
• Sinergisitas
• Bounding
spirit
• Komunikasi
• Pelaksana
program
• Fasilitator
• Akselerator
• Mobilisasi
sumber daya
& partisipasi
• sinergisitas
kemitraan
pemberdayaan
60. STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
KEPALA DINAS BIDANG PU
SEKRETARIS DITJEN
CIPTA KARYA
DIREKTUR BINA
PROGRAM
DIREKTUR
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
DIREKTUR
PENATAAN
BANGUNAN &
LINGKUNGAN
DIREKTUR PENGEMBANGAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
DIREKTUR
PENGEMBANGAN
AIR MINUM
SATUAN KERJA
NON VERTIKAL
TERTENTU
SATUAN KERJA NON
VERTIKAL
TERTENTU
SATUAN KERJA
NON VERTIKAL
TERTENTU
SATUAN KERJA NON VERTIKAL
TERTENTU
SATUAN KERJA NON
VERTIKAL TERTENTU
61. SEBARAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
No DIREKTORAT S3T S3NT S2T S2NT S1T S1NT D3T D3NT SMA SMP SD Teknik Non
Tekn
1 Binpro 0 3 27 15 40 56 7 5 56 1 2 74 79
2 Bangkim 0 1 38 19 102 86 8 5 160 12 12 148 111
3 PAM 0 0 40 25 136 66 18 7 139 19 16 194 98
4 PBL 0 0 34 22 107 67 7 4 121 7 5 148 93
5 PLP 0 1 43 10 117 82 8 10 114 3 7 168 103
6 Sesditjen 0 2 17 15 27 50 5 6 51 4 2 49 73
7 Balai 1 0 0 3 4 7 2 4 3 10 2 2 14 9
8 Balai 2 0 0 4 0 5 3 2 0 4 2 0 11 3
0 7 206 110 541 412 59 40 655 50 46 806 569
Keterangan
T =Teknik
NT = Non Teknik
TOTAL : 2126
PROPORSI PUSAT : SNVT = 55 : 45 (%)
Data per September 2014
62. Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
1.Memperkuat fungsi pengaturan, pengawasan dan pembinaan SDM
untuk pencapaian target 100-0-100
2.Penambahan personel DJCK yang terampil dan handal, khususnya
di daerah
3.Meningkatkan kapasitas SDM Pemda dalam pencapaian target 100-
0-100
4.Menyusun program (terkait sistem informasi kepegawaian) sesuai
dengan kebutuhan UU ASN
5.Menumbuh kembangkan dan memberdayakan kemitraan dengan
stakeholders dan mendorong partisipasi dan kemitraan stakeholder
(CSR dan KPS)
6.Meningkatkan keterampilan negosiasi SDM DJCK dalam
membangun kerjasama dengan stakeholder
64. B e n t u k D i n a m i k a K e l o m p o k
1. Diskusi Kelompok Terarah
Hal - 64
(Focused Group Discussion)
2. Bermain Peran
(Role Playing)
3. Permainan
(Games)
4. Debat Kelompok
(Group Debate)
5. Dan lain-lain
Untuk Membantu Peserta
Workshop Memahami Lebih
Dalam Lingkup
Pembangunan Permukiman
yang Layak Huni melalui
Keterpaduan Cipta Karya.
65. SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Hal - 65
Prakarsa 100-0-100
Permukiman Tanpa Kumuh 2020