SlideShare a Scribd company logo
1 of 224
Download to read offline
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP i
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar
dengan tepat waktu.
Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan
memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman
perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman
yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi
dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga
mendorong pembangunan nasional yang mampu berdaya
saing.
Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman
kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek
permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegrasi
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua
pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus
ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masing-
masing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam
kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang
berkesinambungan.
ii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan perencanaan yang
berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus
didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan
permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada
pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari
dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas
yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan
desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam
perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang
dibangun.
Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Jakarta, April 2016
Ir. Rina Farida
Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP iii
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
ASKOT : Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
CAP : Community Action Plan
DED : Detail Engineering Design
FGD : Focus Group Discussion
IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah
IPAS : Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah
IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu
Korkot : Koordinator Kota Fasilitator P2KKP
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KSN : Kawasan Strategis Nasional
KSP : Kawasan Strategis Provinsi
KSK : Kawasan Strategis Kota/Kabupaten
NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan
NUSP : Neighborhood Upgrading Shelter Project
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
P2KKP : Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan
Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis
RAB : Rencana Anggaran Biaya
iv PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RKM : Rencana Kerja Masyarakat
RKP : Rencana Kawasan Permukiman
RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RP2KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SDGs : Sustainable Development Goals
SIAP : Slum Improvement Action Plan
SKS : Survey Kampung Sendiri
SPAM : Sistem Pengelolaan Air Minum
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
TAP : Tenaga Ahli Pendamping
TPS : Tempat Pengolahan Sampah
TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R
TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP v
KATA PENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................v
DATAR TABEL..................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ix
BAB 1 – PENDAHULUAN................................................................................................. 1-1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN .......................................................................... 1-3
1.2.1 MAKSUD.......................................................................................................... 1-3
1.2.2 TUJUAN........................................................................................................... 1-3
1.2.3 SASARAN........................................................................................................ 1-3
1.3 MANFAAT PANDUAN ................................................................................................ 1-4
1.4 SISTEMATIKA PANDUAN .......................................................................................... 1-4
BAB 2 – PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP ....................................................................... 2-1
2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 2-1
2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN................................................................................ 2-1
2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERAH.......................................................................................................... 2-4
vi PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
2.1.3 AMANAT RPJMN 2015-2019.............................................................................2-6
2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH .................... 2-10
2.1.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG ............................................... 2-26
2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH .......... 2-29
2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
MELALUI RP2KPKP ................................................................................................. 2-31
2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP .................................................................... 2-31
2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS
RP2KPKP....................................................................................................... 2-32
2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP ............................................................................... 2-34
2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA ........................................................................................ 2-36
2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH .................................................................................. 2-41
2.3.5 PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP ................................. 2-42
2.3.6 LEGALISASI RP2KPKP................................................................................... 2-46
BAB 3 – KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP.................................................................3-1
3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP ....................................................................3-1
3.1.1 LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ...............................................3-1
3.1.2 LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP .................................................3-4
3.1.3 KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP ...............................................................3-9
3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP .......................... 3-12
3.2.1 TAHAP PERSIAPAN ....................................................................................... 3-15
3.2.2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI 3-39
3.2.3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN ........................................... 3-99
3.2.4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS....................................................... 3-119
3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN............................................................................... 3-14
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP vii
Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh........ 2-6
Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.................................. 2-25
Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub
bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27
Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh .................................... 2-32
Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh....................................... 2-33
Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP.................................................................................................. 2-43
Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP.................................................................................................... 3-1
Tabel 3.2 Contoh Form Survey ................................................................................. 3-23
Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh ............................................ 3-25
Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ....................................... 3-33
Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh .......... 3-36
Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ...................................... 3-44
Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan
persentase................................................................................................. 3-47
Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49
Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan............................................ 3-61
Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71
viii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77
Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter
Kekumuhan................................................................................................ 3-81
Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala
Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh.................................... 3-81
Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ................. 3-88
Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan........................... 3-89
Tabel 3.16 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota ....................................................... 3-93
Tabel 3.17 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala
Kawasan.................................................................................................... 3-93
Tabel 3.18 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan......... 3-103
Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan
Permukiman Kumuh ................................................................................. 3-111
Tabel 3.20 Contoh Tabel Memorandum Program ........................................................ 3-112
Tabel 3.21 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP ix
Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut
UU No. 1/ 2011 .......................................................................................... 2-3
Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat . 2-4
Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman .................................................................................. 2-5
Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota ......................................................................................... 2-30
Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 2-35
Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan 2-39
Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman
Kumuh Lainnya .......................................................................................... 2-42
Gambar 2.8 Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .............. 2-43
Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati
berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ........................................ 2-47
Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan
Dokumen RP2KPKP................................................................................... 2-48
Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi
Kota ............................................................................................................ 3-5
Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi
Kabupaten................................................................................................... 3-6
x PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK
Kumuh.........................................................................................................3-7
Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ......................................3-8
Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ............................................3-9
Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan . 3-11
Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ................................................ 3-13
Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan ................................ 3-16
Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-29
Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola
Ruang........................................................................................................ 3-37
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan
Perumusan Strategi .................................................................................... 3-40
Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68
Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan................................................ 3-83
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016.......................................................................................................... 3-92
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Skala Kota/Perkotaan...................................................................... 3-95
Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana
Penanganan ............................................................................................ 3-100
Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan............................................................ 3-104
Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-105
Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-106
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP xi
Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh .............................3-107
Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman
Kumuh......................................................................................................3-110
Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ...........3-110
Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis......3-120
Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 .....3-125
Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas .............................................................3-126
Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi
eksisting)..................................................................................................3-127
Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After)
Penanganan .............................................................................................3-128
Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan .....................................................................3-129
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-1
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi
di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber
mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat
perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahan-
lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman
kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada
beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara
pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh
perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus
menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar
pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah
serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut
berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat
kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan
yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu
sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan
munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga
akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan
memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah
dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang
tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman
kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,
1-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban
dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman
kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah
terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun
2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4
(empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal
dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian
Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map
penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif
dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan
identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut
melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang-
undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII
dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah
kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya
penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit
Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan
RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di
kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan:
1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas
bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan
permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan
melalui kegiatan reguler sektoral;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBO’s);
dan
4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari
strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-3
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
1.2.1 MAKSUD
Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi
pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota.
1.2.2 TUJUAN
Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan:
• memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP;
• memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara
proses maupun substansi; dan
• memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.
1.2.3 SASARAN
Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain:
• tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RP2KPKP;
• tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP;
• tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.
1.3 MANFAAT PANDUAN
Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
• Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam
rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai
acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan
proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;
• Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan
RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan
maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan
• Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota
Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.
1-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
1.4 SISTEMATIKA PANDUAN
Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka
Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
BAGIAN I
Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud,
tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RP2KPKP
BAGIAN II
Pemahaman Dasar
RP2KPKP
Bagian ini membahas mengenai landasan hukum penyusunan
RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh
perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan
permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan
melalui RP2KPKP
BAGIAN III
Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP
Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan
RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan
penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan
RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-1
2.1 LANDASAN HUKUM
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019
sendiri diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh mengacu pada PermenPUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman
Kumuh serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANGNO.1 TAHUN 2011 TENTANGPERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
2-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Pencegahan
Pencegahan terhadap tumbuh
dan berkembangnya perumahan
kumuh dan permukiman kumuh
baru mencakup:
a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;
b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas
umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan
melalui:
a. pengawasan dan pengendalian; dan
b. pemberdayaan masyarakat
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar
teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang
perumahan dan kawasan permukiman melalui
pendampingan dan pelayanan informasi.
Peningkatan Kualitas
Peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh didahului
dengan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan
pola-pola penanganan:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.
Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh
wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-3
Peningkatan Kualitas
Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan
melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar
menjadi layak huni.
Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan
dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk
meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu
menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena
dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan
permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi
yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman
menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan
bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang
yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman
kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari
lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah
dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi
untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran
masyarakat
Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,
pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh MenurutUU No. 1/ 2011
Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi
sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di
2-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana
yang dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah,Pemerintah Daerah,dan Masyarakat
2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan
banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan
dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami
bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan
peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai
pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif.
Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan
perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan,
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-5
pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun
pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan
ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar
berikut ini.
Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman
Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah
pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:
1. Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
dan
2. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.
Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan
permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh
NO. SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
1. Kawasan
Permukiman
a. Penetapan sistem
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas 15
(lima belas) ha atau
lebih.
Penataan dan
peningkatan kualitas
kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10
(sepuluh) ha sampai
dengan di bawah 15
(lima belas) ha.
a. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan
kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan
kualitas kawasan
permukiman kumuh
dengan luas di
bawah 10 (sepuluh)
ha.
2. Perumahan dan
Kawasan
Permukiman
Kumuh
--- --- Pencegahan
perumahan dan
kawasan permukiman
kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
Sumber:Lampiran UU No.23/2014
A. Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh
Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam
agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional
dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan
Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan
dengan sasaran sebagai berikut:
1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan
rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan
perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah
tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan
permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha).
2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui
(1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144
Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2)
Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi
optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4)
Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;
(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394
PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-7
PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14
PDAM.
3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan
drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk
sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air
limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan
pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta
peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409
kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan
TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,
fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman
dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv)
kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9
kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan
permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar
1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman,
dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai
melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan
hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru
(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional
yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro
perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n
prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan
dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang
berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah
daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi
yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan
(bank/non-bank); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana
pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN),
Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal
2-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan
perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada
penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal
dengan dukungan pemerintah.
d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan
instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land
consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah
terlantar, dan tanah wakaf.
e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan
dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur
bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air
domestik melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang
memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening -
katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)
dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle
capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).
3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,
penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang
sudah terbangun melalui strategi :
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi
dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai
langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-9
b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,
dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat
ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.
4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media.
5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:
a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan
sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan
penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan
sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah
yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan
sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana
dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik
untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa
(ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,
perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.
2-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
2.1.3 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANGPENINGKATAN KUALITAS
TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DANPERMUKIMANKUMUH
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk
menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria
perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
A. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan
permukiman:
a tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),
yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona; dan/atau
b tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan
Rencana Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana
tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.
3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di
bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-11
Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau
persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian
persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan
tersebut.
B. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau
Permukiman
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak
terlayani dengan jalan lingkungan.
2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh
jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.
C. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:
1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum
Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana
kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak
mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.
D. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan
1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan Sehingga
Menimbulkan Genangan
Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih
dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
2) Ketidaktersediaan Drainase
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran
lokal tidak tersedia.
3) Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan
2-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran
lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air
tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik
berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan.
E. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:
1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang Berlaku
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun
terpusat.
2) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau
permukiman dimana:
a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.
F. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
1) Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memadai sebagai berikut:
a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-13
b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pewadahan dan pemilahan domestik;
b. pengumpulan lingkungan;
c. pengangkutan lingkungan; dan
d. pengolahan lingkungan.
3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga
Terjadi Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah
Maupun Jaringan Drainase
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
G. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran
Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan sebagai
berikut:
1) Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:
a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam)
maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran);
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam
kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;
c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan
terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam
Kebakaran; dan/atau
d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
2-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
2) Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. kendaraan pemadam kebakaran;
c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
d. peralatan pendukung lainnya.
H. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman)
a) Keteraturan Bangunan
Komponen keteraturan bangunan meliputi:
1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal
GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan
tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).
2. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur
dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai
puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.
3. Jarak Bebas Antarbangunan
Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-
permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang
berhadapan antara dua bangunan.
4. Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
5. Penataan Bangunan
a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi
tertentu.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-15
b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok
menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan
dan konfigurasi tertentu.
c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
6. Identitas Lingkungan
a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
7. Orientasi Lingkungan
a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
8. Wajah Jalan
a. penampang jalan dan bangunan
b. perabot jalan
c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki
d. elemen papan reklame
b) Tingkat Kepadatan Bangunan
1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan
meliputi
1. Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen
pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan
(UKL/UPL)
a. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
b. UKL/UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
2. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,
dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki
perizinan.
3. Persyaratan Keselamatan
a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi
persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung,
struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi
langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan
persyaratan bahan.
b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran
meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret),
sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan
jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan
pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya,
persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan
bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.
c. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi
persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.
4. Persyaratan Kesehatan
a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-17
b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya
c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam
Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,
persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran
air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
5. Persyaratan Kenyamanan
a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta
sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
c. kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di
dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau
kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.
6. Persyaratan Kemudahan
a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang
cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.
b. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung yaitu
sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya
fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator)
atau lantai berjalan (travelator).
2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan
Komponen jalan lingkungan meliputi:
1. Cakupan Pelayanan
a. Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala
wilayah
1) Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
2) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor
beroda 3 (tiga) atau lebih.
2-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
b. Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan
1) Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan
pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan
akses menuju jalan Lokal Sekunder III.
2) Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan
pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan
akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
2. Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan
Minimal Jalan
a. Kualitas jalan aspal
 Baik : IRI ≤ 4
 Sedang : IRI > 4 dan IRI ≤ 8
b. Kualitas jalan penmac (penetrasi macadam)
 Baik : IRI ≤ 8
 Sedang : IRI > 8 dan IRI ≤ 10
c. Jalan tanah/diluar perkerasan
 Baik : IRI ≤ 10
 Sedang : IRI > 10 dan IRI ≤ 12
IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan
jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan.
3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum
Komponen penyediaan air minum meliputi:
1. Akses aman air minum
Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan
a. Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat,
kekeruhan, rasa, dan suhu
b. Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan
bakteri koliform,
c. Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida,
khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-19
2. Kebutuhan air minum
Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat dipenuhi
dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) maupun
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP).
a. SPAM
SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit
pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran
umum, dan hidran kebakaran. Komponen SPAM meliputi
1) Unit air baku dengan kapasitas Rencana 130% dari kebutuhan rata-rata,
dengan komponen:
 mata air
 air tanah
 air permukaan (sungai, danau, laut)
 air hujan
 pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPA)
2) Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata,
dengan komponen
 Bangunan Penangkap Mata Air
 Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Tanah (Sumur)
 Bangunan Saringan Pasir Lambat
 Instalasi Pengolahan Air Minum
 Pipa transmisi air minum dari IPA ke reservoir.
3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan rata-
rata, dengan komponen
 Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)
 Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan
4) Unit pelayanan dengan komponen
 sambungan rumah
 hidran umum
 hidran kebakaran
b. SPAM BJP
SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun
komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan
sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:
2-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
1) Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam
2) Penampungan Air Hujan (PAH)
3) Perlindungan Mata Air (PMA)
4) Saringan Rumah Tangga (Sarut)
5) Destilator Surya Atap Kaca
6) IPA sederhana
7) Terminal Air (mobil tangki / tangki air)
4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan
Penyediaan jaringan drainaseadalahuntuk mengelola/mengendalikan air permukaan
(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan
kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Yang
disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih
dari 2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan meliputi:
1. Sistem Drainase yang terbentuk
a. Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder,
tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian
besar masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah kota
b. Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan
kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan
komersial
2. Sarana Drainase
Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati
jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut.
a. Gorong-gorong
b. Bangunan Pertemuan Air
c. Bangunan Terjunan Air
d. Siphon
e. Street Inlet
f. Pompa
g. Pintu Air
3. Prasarana Drainase
Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi
menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.
a. Sumur Resapan
b. Kolam Tandon/kolam retensi
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-21
4. Konstruksi Drainase
a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai
tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.
b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang
terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas.
c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang
mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi
pergeseran (tanah bergerak).
5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi:
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air
limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang
secara terpusat.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air
limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan
air Air limbah limbah setempat.
2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Kloset leher angsa dan kamar mandi
 MCK Umum
2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Sambungan Rumah
 Lubang Inspeksi
3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Pipa retikulasi
 Pipa induk
 Bangunan Pelengkap
4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL
Komunal ataupun IPAL Kota
 Fasilitas Utama IPAL
 Fasilitas Pendukung IPAL
 Zona Penyangga
2-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Sarana pembuangan efluen
 Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
b. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Kloset leher angsa dan kamar mandi
 MCK Umum
2) Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Cubluk
 Tangki septik dengan sistem resapan
 Biofilter
 Unit pengolahan air limbah fabrikasi
3) Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Truk tinja
 Motor roda tiga pengangkut tinja
4) Unit Pengolahan Lumpur Tinja menjadi tanggung jawab
pengembang/pemerintah
 Fasilitas Utama IPLT
 Fasilitas Pendukung IPLT
 Zona Penyangga
5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Sarana pembuangan efluen
 Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
6) Aspek Kondisi Pengelolaan Persampahan Komponen dari pengelolaan
persampahan meliputi:
1. Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi
a. Pemilahan
Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi
paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:
 sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
 serta limbah bahan berbahaya dan beracun
 sampah yang mudah terurai
 sampah yang dapat digunakan kembali
 sampah yang dapat didaur ulang
 sampah lainnya
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-23
b. Pengumpulan
Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan
sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
c. Pengangkutan
Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber
atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan
bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
d. Pengolahan
Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,
dan/atau jumlah sampah.
e. Pemrosesan Akhir
Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah
a. Sarana Pemilahan
1) Kantong Sampah
2) Bak Sampah
3) Kontainer sampah
b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan
1) Gerobak Sampah
2) Motor Sampah
3) Mobil Bak Sampah
4) Perahu / Sampan Sampah
5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Sarana Pengangkutan
1) Dump Truck
2) Armroll Truck
3) Compactor Truck
4) Trailer Truck
d. Prasarana Pengolahan
1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)
2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
2-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25
km dari pusat permukiman.
e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill,
Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah
lingkungan.
7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran
Komponen Proteksi Kebakaran meliputi:
1. Prasarana Proteksi Kebakaran
a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau,
sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tangki air dan hidran).
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran
di lokasi.
c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain
yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik
kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di
dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah
dan mudah diakses.
2. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Mobil pompa.
c. Mobil tangga sesuai kebutuhan
d. Peralatan pendukung lainnya.
2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. Tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman
kumuh:
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
e. di daerah rawan bencana.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-25
Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN
1 perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di atas air
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang
berada di atas air, baik
daerah pasang surut,rawa,
sungai ataupun laut.
2 perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di tepi air
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang
berada tepi badan air
(sungai,pantai,danau,
waduk dan sebagainya),
namun berada di luar Garis
Sempadan Badan Air.
3 perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di dataran
rendah
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang
berada di daerah dataran
rendah dengan kemiringan
lereng < 10%.
4 perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di
perbukitan
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang
berada di daerah dataran
tinggi dengan kemiringan
lereng > 10 % dan < 40%
2-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN
5 perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh di daerah
rawan bencana
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang
terletak di daerah rawan
bencana alam,khususnya
bencana alam tanah longsor,
gempa bumi dan banjir.
2.1.4 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
PEKERJAAN UMUM DANPENATAANRUANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan
minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang
keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-27
Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan
Target
Tahun 2019
Cara Mengukur Upaya Pencapaian
1 2 3 4 5 6 7 8
SPM Provinsi
1 Penyediaan jalan untuk
melayani kebutuhan
masyarakat
Meningkatnya kualitas
layanan jalan Provinsi
persentase tingkatkondisi jalan
provinsi baik dan sedang.
% 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai
IRI dapatdilakukan menggunakan:
1. Alat (Naasra/Romdas/
Roughometer)
2. Metode visual dengan cara menaksir nilai Road
Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan
ke nilai International Roughness Index
(IRI) yang dilakukan pada kondisi tertentu)*
Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat
pengukur (Naasra/Romdas/
Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
Membina dan menyediakan sumber daya
manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan menggu
nakan alat Naasra/Romdas/Roughometer
(untuk pengukuran menggunakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke
nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke
nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan
metode visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai da
nmempertahankan kondisi jalan baik dan
sedang berdasarkan nilai IRI
2 Penyediaan jalan untuk
melayani kebutuhan
masyarakat
Tersedianya konektivitas
wilayah Provinsi
persentase terhubungnya pusat-
pusatkegiatan dan pusatproduksi
(konektivitas) di wilayah
provinsi
% 100 Pusat-pusatkegiatan dan pusatproduksi sesuai
yang tercantum pada RTRW Provinsi telah
terhubung oleh jaringan jalan
Setiap Pemerintah Provinsi melakukan
pembangunan/ penambahan ruas jalan
yang menghubungkan pusat-
pusatkegiatan dan pusatproduksi yang
masih belum terhubungkan dengan
jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang
RTRW Provinsi
1 Penyediaan jalan untuk
melayani kebutuhan
masyarakat
Meningkatnya kualitas
layanan jalan Kab/Kota
persentase tingkatkondisi jalan
kabupaten/kota baik dan sedang.
% 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI
dapat dilakukan menggunakan:
alat (Naasra/Romdas/Roughometer) -
visual dengan cara menaksir nilai Road Condition
Index (RCI) yang kemudian dikonversikan
kenilai International Roughness Index(IRI) yang
dilakukan pada kondisi tertentu)*
Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki alatpengukur (Naasra/Romdas/
Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
Membina dan menyediakan sumber daya
manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan menggu
nakan alat Naasra/Romdas/
Roughometer (untuk pengukuran menggu
nakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nil
ai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai
IRI (untuk pengukuran menggunakan met
ode visual).
2-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan
Target
Tahun 2019
Cara Mengukur Upaya Pencapaian
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai da
n mempertahankan kondisi jalan baik dan
sedang berdasarkan nilai IRI
2 Penyediaan jalan untuk
melayani kebutuhan
masyarakat
Tersedianya konektvitas
wilayah Kab/Kota
persentase terhubungnya pusat-
pusatkegiatan dan pusatproduksi di
wilayah kabupaten/ kota
% 100 Pusat-pusatkegiatan dan pusatproduksi sesuai
yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota telah
terhubung oleh jaringan jalan.
Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota
melakukan pembangunan/ penambahan
ruas jalan yang menghubungkan pusat--
pusatkegiatan dan pusatproduksi yang
masih belum terhubungkan dengan
jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda tentang
RTRW Kabupaten/ Kota
1 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas
layanan air minum
permukiman perkotaan
persentase penduduk yang
mendapatkan akses air minum yang
aman
%
Penduduk 81,77%
Contoh survey; kuesioner; dll.
2 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas
sanitasi (air limbah,persa
mpahan dan drainase)
permukiman perkotaan
persentase penduduk yang terlayani
sistem air limbah yang memadai
%
Penduduk
60%
Contoh survey; kuesioner; dll.
persentase pengurangan sampah di
perkotaan
%
Penduduk
20%
Contoh survey; kuesioner; dll.
persentase pengangkutan sampah %
Penduduk
70%
Contoh survey; kuesioner; dll.
persentase pengoperasian TPA %
Peng-
operasian
TPA
70%
Contoh survey; kuesioner; dll.
persentase penduduk yang terlayani si
stem
jaringan drainase skala kota sehingga t
idak terjadi genangan (lebih dari 30 cm
, selama 2 jam) lebih
dari 2 kali setahun
%
penduduk
50%
Contoh survey; kuesioner; dll.
%
Pe-
ngurangan
genangan
50%
Contoh survey; kuesioner; dll.
3 Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Meningkatnya tertib
pembangunan bangunan
gedung
persentase jumlah Izin Mendirikan Ban
gunan
(IMB) yang diterbitkan
IMB
60% pendataan
4 Penangan Pemukiman
Kumuh Perkotaan
Berkurangnya permukiman
kumuh di perkotaan
persentase berkurangnya luasan
permukiman kumuh di kawasan
perkotaan
Ha
10%
Contoh survey; kuesioner; dll.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-29
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan
Target
Tahun 2019
Cara Mengukur Upaya Pencapaian
5 PenyediaanRuang Terbuka
Hijau (RTH) Publik
Meningkatnya
ketersediaan RTH
persentase tersedianya luasan RTH
publik sebesar 20% dari luas wilayah
kota/kawasan perkotaan
% 50 survey
penertiban area yang direncanakan
menjadi RTH;penganggaran penyediaan
dan pengelolaan RTH publik
Keterangan:
1. Apabila menggunakan alatpengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/Romdas/Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/BI > 400)
2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei,maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alatsurvei,maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
2-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak
meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan
permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya
permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya
kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal,
dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun
juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum.
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)
hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
 tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan
yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;
 Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan
maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala
kota;
 Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan
penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya
peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum;
 Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas
dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan
 Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan
penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan
pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
 bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas
hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan
kabupaten/kota;
 bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan pada
kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;
 bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
 bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan
terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-31
permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi
sektoral yang terkait.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusnya
memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang jelas dan
komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial,
ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu,
instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program
penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan
mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala
prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan
dan kebijakan pembangunan permukiman pada kota/kabupaten yang bersangkutan secara
umum.
Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota
Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
2-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, telah
terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama
dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan
rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman
perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah
daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana
pembangunan (RPJP dan RPJM).
2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN
KUMUH PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP
2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi,
kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang bebas kumuh.
Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana aksi tersebut
mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan terjangkau bagi
penduduk di perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan lingkup/skala
kota dan kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa
rencana kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang
bersifat non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi).
Sebagaimana yang diamantkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan
permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana aksi
kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamantkan dalam PermenPUPR No.2 tahun 2016
tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Rencana
aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu
: (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran,
peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru,
melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.
Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan
prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen perencanaan
yang komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman yang bebas
kumuh. Dengan adanya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-33
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diharapkan dapat terciptanya keterpaduan
program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kewenangannya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan penigkatan kualitas perumahan
dan permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai dengan skala
kawasan dan kota. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang terbangun
dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan
menjaga lingkungan huniannya.
2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM
KONTEKS RP2KPKP
Secara umum muatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan
permukiman kumuh meliputi 2 (dua) tahapan, yaitu pada saat awal penanganan dan pasca
pelaksanaan pembangunan. Pada tahap awal penanganan, kegiatan pencegahan dilakukan
melalui sosialisasi dan penyuluhan (campaign) kepada pemangku kepentingan di daerah
dan masyarakat.
Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh
Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode
Kawasan Perkotaan
 Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang berada di luar
peruntukan permukiman
perkotaan berdasarkan
rencana tata ruang
kab/kota
 Permukiman kumuh
yang sumber
permasalahan utamanya
berada di luar kawasan.
Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang
(RTRW)
Kawasan Permukiman
Perkotaan
 Permukiman
kumuh/terindikasi kumuh
yang berada di lingkup
peruntukan permukiman
perkotaan
Penegakan terhadap
kesesuaian perizinan,
kesesuaian tata ruang,
SPM, aturan dan standar
teknis,serta dokumen
perencanaan lainnya
(SPPIP/RP3KP) yang
terkait dengan bidang Cipta
Karya
Pemerintah
Daerah
Partisipatif-
Fasilitatif
2-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode
Penyusunan action plan
terkait program-program
pencegahan kawasan
permukiman kumuh melalui
sosialisasi,public
campaign,dan penyuluhan
 Pemerintah
Daerah
 Masyarakat
 Partisipatif-
Fasilitatif,
 Social Mapping
Pencegahan permukiman
kumuh yang sudah
ditangani agar tidak kembali
menjadi kumuh melalui
upaya:
Pada proses
perencanaan/pendampinga
n mulai dilakukan
sosialisasi/ campaign
pentingnya terhadap upaya-
upaya pencegahan dan
pelatihan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan
 Pemerintah
Daerah
 Masyarakat
 Partisipatif-
Fasilitatif,
 pemberdayaan
masyarakat
Pada pasca pembangunan
dilakukan melalui
penerapan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan
Pengawasan dan
monitoring evaluasi hasil-
hasil pembangunan dalam
rangka keberlanjutan
program
Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode
Pola Penanganan
Perbaikan,pembangunan kembali menjadi
permukiman layak huni
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna
melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat
sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat
tinggal bagi masyarakat
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-35
Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode
Pemindahan masyarakatdari lokasi yang tidak
mungkin dibangun kembali/tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta
menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia
(contoh: penyediaan Rusunawa,Rumah deret)
Pemerintah,
Masyarakat, dan
Swasta
Advokasi Pemda,
Penyiapan
masyarakat,
Pembangunan
Fisik Tersier dan
Fisik Primer
2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya
perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat
dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan
dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan
utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang
menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada
pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman
2-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat) prinsip
perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:
 Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan
perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek
sosial, ekonomi, fisik lingkungan;
 Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan
perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;
 Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP
adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan
semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
swasta;
 Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana
pengelolaan paska pembangunan; dan
 Pembangunan Hijau.
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses
penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-akademis,
dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:
 Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan
atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan
yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan
ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi
ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan
dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks
pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal
peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.
 Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa
proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang
terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh, baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan
dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.
Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik
itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan
ini, proses penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi
yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja,
dan tim pokjanis daerah.
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-37
2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA
Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan
pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota
diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam
rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana
rincinya. Dokumen sectoral Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar
pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur dan Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang merupakan dokumen teknis
penanganan kawasan permukiman prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan
daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampu bertempat tinggal
serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat,
provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai
kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi
penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk
kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana
provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program
pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin
pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus
bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
dampak program pemerintah kabupaten/kota.
Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia
berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan
pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani
perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani
penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau
lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk
pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta
melakukan pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan
Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK

More Related Content

What's hot

perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...
perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...
perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...Bagus ardian
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerahushfia
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaaninfosanitasi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangPenataan Ruang
 
Stasiun Peralihan Antara (SPA) Sampah
Stasiun Peralihan Antara (SPA) SampahStasiun Peralihan Antara (SPA) Sampah
Stasiun Peralihan Antara (SPA) SampahJoy Irman
 
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklokmuhfidzilla
 
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012inideedee
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxArifin Abidin
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiinfosanitasi
 
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan YogyakartaPusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakartabramantiyo marjuki
 
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakat
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakatKelembagaan pengelolaan sampah di masyarakat
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakatSugeng Budiharsono
 
Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususPerencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususDadang Solihin
 
Expose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrExpose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrRyan Nugraha
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 

What's hot (20)

perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...
perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...
perencanaan berbasis masyarakat menuju penyediaan infrastruktur yang nyaman d...
 
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di DaerahPemanfaatan Tata Ruang di Daerah
Pemanfaatan Tata Ruang di Daerah
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Stasiun Peralihan Antara (SPA) Sampah
Stasiun Peralihan Antara (SPA) SampahStasiun Peralihan Antara (SPA) Sampah
Stasiun Peralihan Antara (SPA) Sampah
 
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
 
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
RTRW Jakarta 2030 - Perda Prov DKI Jakarta No.1 Tahun 2012
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
 
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan YogyakartaPusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
 
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakat
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakatKelembagaan pengelolaan sampah di masyarakat
Kelembagaan pengelolaan sampah di masyarakat
 
Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan KhususPerencanaan Spasial Kawasan Khusus
Perencanaan Spasial Kawasan Khusus
 
Expose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrExpose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtr
 
Rtrw gresik
Rtrw gresik Rtrw gresik
Rtrw gresik
 
Laporan Akhir
Laporan AkhirLaporan Akhir
Laporan Akhir
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 

Similar to Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK

Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016ayi sugandhi
 
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRProgram KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRAdvisory Specialist for P2KP
 
Penyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriPenyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriSrie Maryati
 
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 20191c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019LeonardusPaulus
 
Modul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampongModul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampongirhamuddin
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku revAdvisory Specialist for P2KP
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoBagus ardian
 
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaBuku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaNengah Sudata
 
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017Bagus ardian
 
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasi
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran SanitasiSinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasi
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasiinfosanitasi
 
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdf
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdfOUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdf
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdfmahmud502155
 
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)LawLights
 
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabarAdvisory Specialist for P2KP
 
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015Aji Widyatmoko, ST
 
00. PTO PNPM MPd 2014
00. PTO PNPM MPd 201400. PTO PNPM MPd 2014
00. PTO PNPM MPd 2014Paino S.IP
 
Juknis kec 2016
Juknis kec 2016Juknis kec 2016
Juknis kec 2016Raz Cell
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Salim S Ag
 

Similar to Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK (20)

Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
Pedoman umum program kotaku sesuai SE DJCK No 40/2016
 
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPRProgram KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
Program KOTAKU_strategi_percepatan_penanganan_kumuh_Perkotaan_Dir PKP-DJCK-PUPR
 
Pedoman teknis tpid
Pedoman teknis tpidPedoman teknis tpid
Pedoman teknis tpid
 
Penyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sriPenyusunan rkpd sri
Penyusunan rkpd sri
 
Pto pid 2019
Pto pid 2019Pto pid 2019
Pto pid 2019
 
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 20191c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
 
Modul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampongModul penyusunan rkp gampong
Modul penyusunan rkp gampong
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
 
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagitaBuku rpi2 jm ksn sarbagita
Buku rpi2 jm ksn sarbagita
 
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017
Paparan Kick Off New Site Developmetn (NSD) Tahun 2017
 
profile kotaku
 profile kotaku profile kotaku
profile kotaku
 
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasi
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran SanitasiSinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasi
Sinkronisasi Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Sanitasi
 
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdf
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdfOUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdf
OUTLINE PPT - PENDAHULUAN DED TPA KOTA TARAKAN 2022.pdf
 
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)
Perdes no.1 th.2014(rpjm nita)
 
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar20160905 gambaran umum program kotaku   workshop kerjasama udma - bogor jabar
20160905 gambaran umum program kotaku workshop kerjasama udma - bogor jabar
 
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015
Bahan Paparan BPIW untuk CPNS PU-PR 2015
 
00. PTO PNPM MPd 2014
00. PTO PNPM MPd 201400. PTO PNPM MPd 2014
00. PTO PNPM MPd 2014
 
Juknis kec 2016
Juknis kec 2016Juknis kec 2016
Juknis kec 2016
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
 

Recently uploaded

Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 

Recently uploaded (7)

Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 

Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK

  • 1.
  • 2. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP i Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar dengan tepat waktu. Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga mendorong pembangunan nasional yang mampu berdaya saing. Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegrasi dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua pelaku pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus ditopang oleh kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masing- masing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam kesetaraan pelaku pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang berkesinambungan.
  • 3. ii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan perencanaan yang berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada pada arah yang tepat menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari dokumen perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan desain teknis kawasan. Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam perencanaan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang dibangun. Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Jakarta, April 2016 Ir. Rina Farida Ir. Rina Farida, MT Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
  • 4. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP iii APAR : Alat Pemadam Api Ringan ASKOT : Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat CAP : Community Action Plan DED : Detail Engineering Design FGD : Focus Group Discussion IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah IPAS : Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu Korkot : Koordinator Kota Fasilitator P2KKP KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat KSN : Kawasan Strategis Nasional KSP : Kawasan Strategis Provinsi KSK : Kawasan Strategis Kota/Kabupaten NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan NUSP : Neighborhood Upgrading Shelter Project MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah P2KKP : Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis RAB : Rencana Anggaran Biaya
  • 5. iv PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RKM : Rencana Kerja Masyarakat RKP : Rencana Kawasan Permukiman RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan RP2KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah SDGs : Sustainable Development Goals SIAP : Slum Improvement Action Plan SKS : Survey Kampung Sendiri SPAM : Sistem Pengelolaan Air Minum SPM : Standar Pelayanan Minimal SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan TAP : Tenaga Ahli Pendamping TPS : Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
  • 6. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP v KATA PENGANTAR .............................................................................................................i DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................iii DAFTAR ISI.........................................................................................................................v DATAR TABEL..................................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ix BAB 1 – PENDAHULUAN................................................................................................. 1-1 1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1-1 1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN .......................................................................... 1-3 1.2.1 MAKSUD.......................................................................................................... 1-3 1.2.2 TUJUAN........................................................................................................... 1-3 1.2.3 SASARAN........................................................................................................ 1-3 1.3 MANFAAT PANDUAN ................................................................................................ 1-4 1.4 SISTEMATIKA PANDUAN .......................................................................................... 1-4 BAB 2 – PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP ....................................................................... 2-1 2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................. 2-1 2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN................................................................................ 2-1 2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.......................................................................................................... 2-4
  • 7. vi PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2.1.3 AMANAT RPJMN 2015-2019.............................................................................2-6 2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH .................... 2-10 2.1.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG ............................................... 2-26 2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH .......... 2-29 2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP ................................................................................................. 2-31 2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP .................................................................... 2-31 2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS RP2KPKP....................................................................................................... 2-32 2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP ............................................................................... 2-34 2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA ........................................................................................ 2-36 2.3.4 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH .................................................................................. 2-41 2.3.5 PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP ................................. 2-42 2.3.6 LEGALISASI RP2KPKP................................................................................... 2-46 BAB 3 – KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP.................................................................3-1 3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP ....................................................................3-1 3.1.1 LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ...............................................3-1 3.1.2 LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP .................................................3-4 3.1.3 KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP ...............................................................3-9 3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP .......................... 3-12 3.2.1 TAHAP PERSIAPAN ....................................................................................... 3-15 3.2.2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI 3-39 3.2.3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN ........................................... 3-99 3.2.4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS....................................................... 3-119 3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN............................................................................... 3-14
  • 8. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP vii Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh........ 2-6 Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.................................. 2-25 Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan ............................................................................... 2-27 Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh .................................... 2-32 Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh....................................... 2-33 Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan RP2KPKP.................................................................................................. 2-43 Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP.................................................................................................... 3-1 Tabel 3.2 Contoh Form Survey ................................................................................. 3-23 Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh ............................................ 3-25 Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ....................................... 3-33 Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh .......... 3-36 Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ...................................... 3-44 Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan persentase................................................................................................. 3-47 Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh 3-49 Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan............................................ 3-61 Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas ................. 3-71
  • 9. viii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan .......... 3-77 Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan................................................................................................ 3-81 Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh.................................... 3-81 Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ................. 3-88 Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan........................... 3-89 Tabel 3.16 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota ....................................................... 3-93 Tabel 3.17 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan.................................................................................................... 3-93 Tabel 3.18 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan......... 3-103 Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh ................................................................................. 3-111 Tabel 3.20 Contoh Tabel Memorandum Program ........................................................ 3-112 Tabel 3.21 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ... 3-124
  • 10. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP ix Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011 .......................................................................................... 2-3 Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat . 2-4 Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman .................................................................................. 2-5 Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota ......................................................................................... 2-30 Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ............ 2-35 Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan 2-39 Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman Kumuh Lainnya .......................................................................................... 2-42 Gambar 2.8 Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .............. 2-43 Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ........................................ 2-47 Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan Dokumen RP2KPKP................................................................................... 2-48 Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kota ............................................................................................................ 3-5 Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kabupaten................................................................................................... 3-6
  • 11. x PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK Kumuh.........................................................................................................3-7 Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ......................................3-8 Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ............................................3-9 Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan . 3-11 Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ................................................ 3-13 Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan ................................ 3-16 Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-29 Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang........................................................................................................ 3-37 Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan Perumusan Strategi .................................................................................... 3-40 Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh ........................................ 3-59 Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Bangunan Gedung/Hunian .......................................................................... 3-67 Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Jalan Lingkungan ....................................................................................... 3-67 Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Drainase Lingkungan .................................................................................. 3-68 Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan................................................ 3-83 Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan ................................. 3-83 Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016.......................................................................................................... 3-92 Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota/Perkotaan...................................................................... 3-95 Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan .................... 3-95 Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan ............................................................................................ 3-100 Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan............................................................ 3-104 Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-105 Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh............................. 3-106
  • 12. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP xi Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh .............................3-107 Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman Kumuh......................................................................................................3-110 Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ...........3-110 Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis......3-120 Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 .....3-125 Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas .............................................................3-126 Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi eksisting)..................................................................................................3-127 Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan .............................................................................................3-128 Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan .....................................................................3-129
  • 13.
  • 14. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-1 1.1 LATAR BELAKANG Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang dihadapi di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahan- lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR yang harus menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut berimplikasi pada meningkatnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu ke waktu sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuh dan munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah,
  • 15. 1-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial masyarakat. Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019, dimana target besarnya adalah terciptanya kota bebas kumuh di tahun 2019. Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun 2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 4 (empat) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Dengan berpatokan pada undang-undang, penanganan permukiman kumuh diawali dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut melalui SK Walikota/Bupati. Melalui identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang- undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII dan VIII yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali. Tahapan penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU No.1/2011 mengamanatkan agar pemerintah kota/kabupaten menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP), serta menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), sebagai instrumen utama dalam upaya penanganan permasalahan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan RP2KPKP sebagaimana dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan: 1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati; 2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor keciptakaryaan melalui kegiatan reguler sektoral; 3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBO’s); dan 4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.
  • 16. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-3 1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota. 1.2.2 TUJUAN Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan: • memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP; • memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara proses maupun substansi; dan • memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan. 1.2.3 SASARAN Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain: • tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan RP2KPKP; • tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP; • tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan. 1.3 MANFAAT PANDUAN Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: • Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP; • Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan proses dan pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun; • Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan maupun substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan • Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.
  • 17. 1-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1.4 SISTEMATIKA PANDUAN Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu: BAGIAN I Pendahuluan Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RP2KPKP BAGIAN II Pemahaman Dasar RP2KPKP Bagian ini membahas mengenai landasan hukum penyusunan RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan melalui RP2KPKP BAGIAN III Kegiatan Penyusunan RP2KPKP Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.
  • 18. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-1 2.1 LANDASAN HUKUM Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019 sendiri diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh mengacu pada PermenPUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANGNO.1 TAHUN 2011 TENTANGPERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
  • 19. 2-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Pencegahan Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup: a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi; b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum; c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Pencegahan dilaksanakan melalui: a. pengawasan dan pengendalian; dan b. pemberdayaan masyarakat Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui pendampingan dan pelayanan informasi. Peningkatan Kualitas Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan: a. pemugaran; b. peremajaan; atau c. pemukiman kembali. Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan: a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan; c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni; d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; e. kualitas bangunan; dan f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
  • 20. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-3 Peningkatan Kualitas Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar menjadi layak huni. Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena dampak. Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi, pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh MenurutUU No. 1/ 2011 Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di
  • 21. 2-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah,Pemerintah Daerah,dan Masyarakat 2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai pembina, pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Antara pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan,
  • 22. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-5 pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku. Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar berikut ini. Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain: 1. Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN); dan 2. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha. Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
  • 23. 2-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh NO. SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH PROVINSI PEMERINTAH KAB/KOTA 1. Kawasan Permukiman a. Penetapan sistem kawasan permukiman. b. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 (lima belas) ha atau lebih. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha. a. Penerbitan izin pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. b. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha. 2. Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh --- --- Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Sumber:Lampiran UU No.23/2014 A. Agenda Pembangunan Nasional terkait Permukiman Kumuh Agenda Pembangunan Nasional yang berkaitan dengan Permukiman Kumuh termasuk ke dalam agenda keenam yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional dengan sub agenda Membangun Infrastruktur / Prasarana Dasar. Pembangunan Infrastruktur/Prasarana Dasar meliputi air minum, sanitasi, perumahan dan ketenagalistrikan dengan sasaran sebagai berikut: 1) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen (pengurangan luasan permukiman kumuh sebanyak 38431 Ha). 2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui (1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2) Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4) Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil; (5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah
  • 24. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-7 PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM. 3) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia. 4) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan. B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur dan Sarana Dasar 1) Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi: a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru (sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaa n prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas. b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan. c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal
  • 25. 2-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah. d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar, dan tanah wakaf. e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing). f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak. 2) Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestik melalui strategi: a. Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pem-bangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta mening - katkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi. b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan. c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota. d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming). 3) Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi : a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
  • 26. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-9 b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur. c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal. 4) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi: a. Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum; b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi; c. Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal; d. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi. e. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media. 5) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi: a. Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan sanitasi dengan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi. Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi dilaksanakan melalui (i) pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (ii) pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; (iii) penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa (ADD) serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.
  • 27. 2-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2.1.3 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANGPENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DANPERMUKIMANKUMUH 1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari: A. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup: 1) Ketidakteraturan Bangunan Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman: a tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau b tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan. 2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Rencana Tata Ruang Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan: a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL. 3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan persyaratan: a. pengendalian dampak lingkungan; b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum; c. keselamatan bangunan gedung; d. kesehatan bangunan gedung; e. kenyamanan bangunan gedung; dan f. kemudahan bangunan gedung.
  • 28. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-11 Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan tersebut. B. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup: 1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau Permukiman Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan. 2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan. C. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup: 1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. 2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari. D. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan 1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan Sehingga Menimbulkan Genangan Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun. 2) Ketidaktersediaan Drainase Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran lokal tidak tersedia. 3) Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan
  • 29. 2-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan. 4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik berupa: a. pemeliharaan rutin; dan/atau b. pemeliharaan berkala. 5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan. E. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup: 1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang Berlaku Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat. 2) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau permukiman dimana: a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat. F. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup: 1) Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut: a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
  • 30. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-13 b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan; c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan. 2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. pewadahan dan pemilahan domestik; b. pengumpulan lingkungan; c. pengangkutan lingkungan; dan d. pengolahan lingkungan. 3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga Terjadi Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah Maupun Jaringan Drainase Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa: a. pemeliharaan rutin; dan/atau b. pemeliharaan berkala. G. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan sebagai berikut: 1) Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya: a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran); b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi; c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
  • 31. 2-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2) Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang meliputi: a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR); b. kendaraan pemadam kebakaran; c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau d. peralatan pendukung lainnya. H. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut: 1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman) a) Keteraturan Bangunan Komponen keteraturan bangunan meliputi: 1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line). 2. Tinggi Bangunan Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi. 3. Jarak Bebas Antarbangunan Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan- permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan. 4. Tampilan Bangunan Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya 5. Penataan Bangunan a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu.
  • 32. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-15 b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. 6. Identitas Lingkungan a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik bangunan untuk mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan, sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya. b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi tujuannya. c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan, untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya. 7. Orientasi Lingkungan a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya. b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari bangunan atau pun area tujuannya. 8. Wajah Jalan a. penampang jalan dan bangunan b. perabot jalan c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki d. elemen papan reklame b) Tingkat Kepadatan Bangunan 1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai. 2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
  • 33. 2-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan meliputi 1. Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan (UKL/UPL) a. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. b. UKL/UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 2. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi, dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki perizinan. 3. Persyaratan Keselamatan a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung, struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan persyaratan bahan. b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran. c. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan. 4. Persyaratan Kesehatan a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
  • 34. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-17 b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor, persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau pengolahan sampah). 5. Persyaratan Kenyamanan a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan. b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung. c. kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan Gedung lain di sekitarnya. d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya. 6. Persyaratan Kemudahan a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia. b. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung yaitu sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator) atau lantai berjalan (travelator). 2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan Komponen jalan lingkungan meliputi: 1. Cakupan Pelayanan a. Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala wilayah 1) Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih. 2) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
  • 35. 2-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP b. Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan 1) Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan akses menuju jalan Lokal Sekunder III. 2) Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya. 2. Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal Jalan a. Kualitas jalan aspal  Baik : IRI ≤ 4  Sedang : IRI > 4 dan IRI ≤ 8 b. Kualitas jalan penmac (penetrasi macadam)  Baik : IRI ≤ 8  Sedang : IRI > 8 dan IRI ≤ 10 c. Jalan tanah/diluar perkerasan  Baik : IRI ≤ 10  Sedang : IRI > 10 dan IRI ≤ 12 IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan. 3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum Komponen penyediaan air minum meliputi: 1. Akses aman air minum Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan a. Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat, kekeruhan, rasa, dan suhu b. Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan bakteri koliform, c. Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida, khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya
  • 36. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-19 2. Kebutuhan air minum Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat dipenuhi dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) maupun Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP). a. SPAM SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran umum, dan hidran kebakaran. Komponen SPAM meliputi 1) Unit air baku dengan kapasitas Rencana 130% dari kebutuhan rata-rata, dengan komponen:  mata air  air tanah  air permukaan (sungai, danau, laut)  air hujan  pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) 2) Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata, dengan komponen  Bangunan Penangkap Mata Air  Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Tanah (Sumur)  Bangunan Saringan Pasir Lambat  Instalasi Pengolahan Air Minum  Pipa transmisi air minum dari IPA ke reservoir. 3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan rata- rata, dengan komponen  Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)  Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan 4) Unit pelayanan dengan komponen  sambungan rumah  hidran umum  hidran kebakaran b. SPAM BJP SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:
  • 37. 2-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1) Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam 2) Penampungan Air Hujan (PAH) 3) Perlindungan Mata Air (PMA) 4) Saringan Rumah Tangga (Sarut) 5) Destilator Surya Atap Kaca 6) IPA sederhana 7) Terminal Air (mobil tangki / tangki air) 4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan Penyediaan jaringan drainaseadalahuntuk mengelola/mengendalikan air permukaan (limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Yang disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan meliputi: 1. Sistem Drainase yang terbentuk a. Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah kota b. Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial 2. Sarana Drainase Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut. a. Gorong-gorong b. Bangunan Pertemuan Air c. Bangunan Terjunan Air d. Siphon e. Street Inlet f. Pompa g. Pintu Air 3. Prasarana Drainase Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima. a. Sumur Resapan b. Kolam Tandon/kolam retensi
  • 38. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-21 4. Konstruksi Drainase a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam. b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas. c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi pergeseran (tanah bergerak). 5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi: 1. Sistem Pengelolaan Air Limbah a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat. b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan air Air limbah limbah setempat. 2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat 1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah  Kloset leher angsa dan kamar mandi  MCK Umum 2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah  Sambungan Rumah  Lubang Inspeksi 3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah  Pipa retikulasi  Pipa induk  Bangunan Pelengkap 4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL Komunal ataupun IPAL Kota  Fasilitas Utama IPAL  Fasilitas Pendukung IPAL  Zona Penyangga
  • 39. 2-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah  Sarana pembuangan efluen  Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan b. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat 1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah  Kloset leher angsa dan kamar mandi  MCK Umum 2) Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah  Cubluk  Tangki septik dengan sistem resapan  Biofilter  Unit pengolahan air limbah fabrikasi 3) Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah  Truk tinja  Motor roda tiga pengangkut tinja 4) Unit Pengolahan Lumpur Tinja menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah  Fasilitas Utama IPLT  Fasilitas Pendukung IPLT  Zona Penyangga 5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah  Sarana pembuangan efluen  Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan 6) Aspek Kondisi Pengelolaan Persampahan Komponen dari pengelolaan persampahan meliputi: 1. Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi a. Pemilahan Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:  sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun  serta limbah bahan berbahaya dan beracun  sampah yang mudah terurai  sampah yang dapat digunakan kembali  sampah yang dapat didaur ulang  sampah lainnya
  • 40. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-23 b. Pengumpulan Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R. c. Pengangkutan Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah. d. Pengolahan Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah sampah. e. Pemrosesan Akhir Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. 2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah a. Sarana Pemilahan 1) Kantong Sampah 2) Bak Sampah 3) Kontainer sampah b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan 1) Gerobak Sampah 2) Motor Sampah 3) Mobil Bak Sampah 4) Perahu / Sampan Sampah 5) Tempat Penampungan Sementara (TPS) c. Sarana Pengangkutan 1) Dump Truck 2) Armroll Truck 3) Compactor Truck 4) Trailer Truck d. Prasarana Pengolahan 1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R) 2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
  • 41. 2-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25 km dari pusat permukiman. e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill, Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah lingkungan. 7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran Komponen Proteksi Kebakaran meliputi: 1. Prasarana Proteksi Kebakaran a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran). b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi. c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran. d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah dan mudah diakses. 2. Sarana Proteksi Kebakaran a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR). b. Mobil pompa. c. Mobil tangga sesuai kebutuhan d. Peralatan pendukung lainnya. 2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman kumuh: a. di atas air; b. di tepi air; c. di dataran rendah; d. di perbukitan; dan e. di daerah rawan bencana. Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dijelaskan sebagai berikut.
  • 42. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-25 Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN 1 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di atas air perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di atas air, baik daerah pasang surut,rawa, sungai ataupun laut. 2 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di tepi air perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada tepi badan air (sungai,pantai,danau, waduk dan sebagainya), namun berada di luar Garis Sempadan Badan Air. 3 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di dataran rendah perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng < 10%. 4 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng > 10 % dan < 40%
  • 43. 2-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN 5 perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah rawan bencana perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terletak di daerah rawan bencana alam,khususnya bencana alam tanah longsor, gempa bumi dan banjir. 2.1.4 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DANPENATAANRUANG Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.
  • 44. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-27 Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian 1 2 3 4 5 6 7 8 SPM Provinsi 1 Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Meningkatnya kualitas layanan jalan Provinsi persentase tingkatkondisi jalan provinsi baik dan sedang. % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapatdilakukan menggunakan: 1. Alat (Naasra/Romdas/ Roughometer) 2. Metode visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai International Roughness Index (IRI) yang dilakukan pada kondisi tertentu)* Setiap Pemerintah Provinsi memiliki alat pengukur (Naasra/Romdas/ Roughometer) untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat: 1. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan alat Naasra/Romdas/Roughometer (untuk pengukuran menggunakan alat). 2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan metode visual). Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai da nmempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI 2 Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Tersedianya konektivitas wilayah Provinsi persentase terhubungnya pusat- pusatkegiatan dan pusatproduksi (konektivitas) di wilayah provinsi % 100 Pusat-pusatkegiatan dan pusatproduksi sesuai yang tercantum pada RTRW Provinsi telah terhubung oleh jaringan jalan Setiap Pemerintah Provinsi melakukan pembangunan/ penambahan ruas jalan yang menghubungkan pusat- pusatkegiatan dan pusatproduksi yang masih belum terhubungkan dengan jaringan jalan. Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW Provinsi 1 Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Meningkatnya kualitas layanan jalan Kab/Kota persentase tingkatkondisi jalan kabupaten/kota baik dan sedang. % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI dapat dilakukan menggunakan: alat (Naasra/Romdas/Roughometer) - visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Index (RCI) yang kemudian dikonversikan kenilai International Roughness Index(IRI) yang dilakukan pada kondisi tertentu)* Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki alatpengukur (Naasra/Romdas/ Roughometer) untuk menentukan nilai IRI Membina dan menyediakan sumber daya manusia yang dapat: 1. Melakukan survei kondisi jalan menggu nakan alat Naasra/Romdas/ Roughometer (untuk pengukuran menggu nakan alat). 2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nil ai RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI (untuk pengukuran menggunakan met ode visual).
  • 45. 2-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala untuk mencapai da n mempertahankan kondisi jalan baik dan sedang berdasarkan nilai IRI 2 Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat Tersedianya konektvitas wilayah Kab/Kota persentase terhubungnya pusat- pusatkegiatan dan pusatproduksi di wilayah kabupaten/ kota % 100 Pusat-pusatkegiatan dan pusatproduksi sesuai yang tercantum pada RTRW Kabupaten/ Kota telah terhubung oleh jaringan jalan. Setiap Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pembangunan/ penambahan ruas jalan yang menghubungkan pusat-- pusatkegiatan dan pusatproduksi yang masih belum terhubungkan dengan jaringan jalan. Percepatan penyelesaian Perda tentang RTRW Kabupaten/ Kota 1 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman % Penduduk 81,77% Contoh survey; kuesioner; dll. 2 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah,persa mpahan dan drainase) permukiman perkotaan persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai % Penduduk 60% Contoh survey; kuesioner; dll. persentase pengurangan sampah di perkotaan % Penduduk 20% Contoh survey; kuesioner; dll. persentase pengangkutan sampah % Penduduk 70% Contoh survey; kuesioner; dll. persentase pengoperasian TPA % Peng- operasian TPA 70% Contoh survey; kuesioner; dll. persentase penduduk yang terlayani si stem jaringan drainase skala kota sehingga t idak terjadi genangan (lebih dari 30 cm , selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun % penduduk 50% Contoh survey; kuesioner; dll. % Pe- ngurangan genangan 50% Contoh survey; kuesioner; dll. 3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Meningkatnya tertib pembangunan bangunan gedung persentase jumlah Izin Mendirikan Ban gunan (IMB) yang diterbitkan IMB 60% pendataan 4 Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan Ha 10% Contoh survey; kuesioner; dll.
  • 46. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-29 No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 Cara Mengukur Upaya Pencapaian 5 PenyediaanRuang Terbuka Hijau (RTH) Publik Meningkatnya ketersediaan RTH persentase tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan % 50 survey penertiban area yang direncanakan menjadi RTH;penganggaran penyediaan dan pengelolaan RTH publik Keterangan: 1. Apabila menggunakan alatpengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/Romdas/Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/BI > 400) 2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei,maka disarankan menggunakan metode visual (RCI) 3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alatsurvei,maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
  • 47. 2-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal, dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum. Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan) hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:  tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;  Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala kota;  Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum;  Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan  Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya. Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa pertimbangan, antara lain:  bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan kabupaten/kota;  bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan pada kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;  bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan  bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
  • 48. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-31 permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi sektoral yang terkait. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusnya memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu, instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman pada kota/kabupaten yang bersangkutan secara umum. Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
  • 49. 2-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJP dan RPJM). 2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP 2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi, kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang bebas kumuh. Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana aksi tersebut mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan terjangkau bagi penduduk di perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan lingkup/skala kota dan kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa rencana kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang bersifat non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi). Sebagaimana yang diamantkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana aksi kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamantkan dalam PermenPUPR No.2 tahun 2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran, peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru, melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian. Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum). Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen perencanaan yang komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman yang bebas kumuh. Dengan adanya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
  • 50. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-33 Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diharapkan dapat terciptanya keterpaduan program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kewenangannya. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan penigkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai dengan skala kawasan dan kota. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang terbangun dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan menjaga lingkungan huniannya. 2.3.1 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS RP2KPKP Secara umum muatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh meliputi 2 (dua) tahapan, yaitu pada saat awal penanganan dan pasca pelaksanaan pembangunan. Pada tahap awal penanganan, kegiatan pencegahan dilakukan melalui sosialisasi dan penyuluhan (campaign) kepada pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat. Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode Kawasan Perkotaan  Permukiman kumuh/terindikasi kumuh yang berada di luar peruntukan permukiman perkotaan berdasarkan rencana tata ruang kab/kota  Permukiman kumuh yang sumber permasalahan utamanya berada di luar kawasan. Penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang (RTRW) Kawasan Permukiman Perkotaan  Permukiman kumuh/terindikasi kumuh yang berada di lingkup peruntukan permukiman perkotaan Penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis,serta dokumen perencanaan lainnya (SPPIP/RP3KP) yang terkait dengan bidang Cipta Karya Pemerintah Daerah Partisipatif- Fasilitatif
  • 51. 2-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode Penyusunan action plan terkait program-program pencegahan kawasan permukiman kumuh melalui sosialisasi,public campaign,dan penyuluhan  Pemerintah Daerah  Masyarakat  Partisipatif- Fasilitatif,  Social Mapping Pencegahan permukiman kumuh yang sudah ditangani agar tidak kembali menjadi kumuh melalui upaya: Pada proses perencanaan/pendampinga n mulai dilakukan sosialisasi/ campaign pentingnya terhadap upaya- upaya pencegahan dan pelatihan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan  Pemerintah Daerah  Masyarakat  Partisipatif- Fasilitatif,  pemberdayaan masyarakat Pada pasca pembangunan dilakukan melalui penerapan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan Pengawasan dan monitoring evaluasi hasil- hasil pembangunan dalam rangka keberlanjutan program Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode Pola Penanganan Perbaikan,pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer
  • 52. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-35 Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode Pemindahan masyarakatdari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa,Rumah deret) Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta Advokasi Pemda, Penyiapan masyarakat, Pembangunan Fisik Tersier dan Fisik Primer 2.3.2 PENDEKATAN RP2KPKP Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman
  • 53. 2-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat) prinsip perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:  Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik lingkungan;  Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;  Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan swasta;  Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana pengelolaan paska pembangunan; dan  Pembangunan Hijau. Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:  Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.  Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis daerah.
  • 54. PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-37 2.3.3 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana rincinya. Dokumen sectoral Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang merupakan dokumen teknis penanganan kawasan permukiman prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota. Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah kabupaten/kota. Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta melakukan pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan