Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan kinerja guru melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif terhadap guru mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri Sub Rayon IV Kota Semarang."
1. ARTIKEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN
(ACTION RESEARCH)
UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU
MELALUI SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN
KOLABORATIF TERHADAP GURU MATA PELAJARAN
EKONOMI PADA SMA NEGERI SUB RAYON IV
KOTA SEMARANG
Oleh
Sudibyo AP, Drs., M.Pd.
DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
2. 2007
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU MATEMATIKA
PADA WILAYAH SMA BINAAN DI KABUPATEN DOMPU MELALUI
SUPERVISI KOLABORATIF
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran matematika
di Sekolah Menengah Atas Kabaupaten Dompu. Hal ini terjadi karena peserta didik belum
mencapai ketuntasan belajar yang terlihat dari hasil-hasil tes, padahal mata pelajaran
matematika merupakan pelajaran utama pada jurusan IPA. Faktor-faktor penyebabnya di
antaranya adalah dalam proses pembelajaran sebagian peserta didik kurang memiliki
motivasi belajar atau daya serap peserta didik rendah. Di samping itu banyak peserta didik
yang tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru yang disebabkan guru kurang dapat
mengelola pembelajaran dan rendahnya kinerja guru. Permasalahan tersebut diharapkan
dapat diatasi melalui pendampingan terhadap guru melalui supervisi individual dengan
pendekatan kolaboratif dalam melaksanakan pengelolaan pengajaran, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan proses belajar mengajar, sampai evaluasi.
Tujuan penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kinerja guru yang akan
berimplikasi pada terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
ekonomi.
Metode penelitian ini adalah dengan penelitian tindakan (action research) yang
dilaksanakan dengan dua siklus.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan: (1) Supervisi
individual dengan pendekatan kolaboratif memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kinerja guru ekonomi SMA pada Sub Rayon 04 Kota Semarang baik komponen
perencanaan pembelajaran mapun komponen pelaksanaan pembelajaran, dan (2)
peningkatan kinerja guru tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar ekonomi
peserta didik SMA Negeri pada Sub Rayon 04 Kota Semarang.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Supervisi individual dengan
pendekatan kolaboratif dapat dilakukan oleh pengawas terhadap guru mulai dari
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampaidengan evaluasi hasil
belajar, khususnya guru ekonomi; (2) Dalam pembelajaran guru perlu diarahkan untuk
mempersiapkan media dan sumber belajar dengan baik sehingga mudah untuk
melaksanakan proses pembelajaran dan daya serap peserta didik menjadi lebih tinggi; (3)
Sekolah diharapkan membantu pendanaan dan pembiayaan pembuatan media dan sumber
belajar agar kesulitan-kesulitan guru dalam mempersiapkan media dan sumber belajar
yang lebih optimal dapat diatasi.
Kata kunci: supervisi individual kolaboratif, peningkatan, kinerja guru.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran merupakan
salah satu cara yang dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Peningkatan kualitas pembelajaran juga memiliki makna strategis dan berdampak positif, berupa
(1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang
2
3. dihadapi secara nyata, (2) peningkatan kualitas masukan, proses dan hasil belajar, (3)
peningkatan keprofesionalan pendidik, dan (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian (Mastur 2006: 50).
Pembelajaran IPS Ekonomi di SMA difokuskan pada fenomena empirik permasalahan
ekonomi yang terjadi masyarakat. Materi ekonomi ini sangat komplek karena terkait dengan
perkembangan ekonomi yang senantiasa terus menerus berkembang sejalan perkembangan dunia
yang mengglobal, mulai dari sistem ekonomi mikro sampai dengan ekonomi makro (perdagangan
internasional). Untuk mengatasi kesulitan pemahaman tersebut, maka perlu ada upaya-upaya
pendekatan yaitu dengan pendapingan terhadap guru dalam mengelola pembelajaran sehingga
prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Berdasarkan rekap kelulusan menurut mata
pelajaran, ternyata pelajaran ekonomi yang lulus hanya 40%. Hasil tersebut menunjukkan hasil
yang memprihatinkan, dan mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
perencaaan pengajaran yang kurang, penggunaan metode yang tidak tepat dapat menimbulkan
kebosanan, dan kurang kondusifnya sistem pembelajaran, sehingga penyerapan pelajaran kurang.
Pendampingan dalam bentuk supervisi individual kolaboratif terhadap guru ekonomi
dalam pengelola pembelajaran ekonomi menjadi penting agar guru benar-benar dapat mengelola
pembelajaran dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan (materi, media belajar, metode,
sumber belajar, dan evaluasi), pelaksanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi hasil belajar
peserta didik.
Masalah
Masalah yang mendasar pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran ekonomi. Masalah yang diduga menjadi penyebab rendahnya kinerja guru
terutama dalam pengelolaan pengajaran yang relatif monoton, kurang variatif adalah pengelolaan
pengajaran oleh guru tidak terencana dengan baik, yang pada akhirnya proses pembelajaran
bersifat konvensional, monoton dan terkesan guru hanya “asal menjalankan tugas” saja. Selain itu
juga guru kurang inovatif dalam pengelolaan pembelajarannya. Peningkatan pengelolaan
pembelajaran dapat dilakukan oleh guru didampingi oleh pengawas sebagai supervisor yang
dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru sehingga
guru dapat mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut. Apakah pendampingan dalam bentuk supervisi individual
oleh pengawas terhadap guru mata pelajaran ekonomi dalam pengelolaan pembelajaran dapat
meningkatkan kinerja guru?
Tujuan Penelitian
3
4. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam pengelolaan
pembelajaran ekonomi.
Kajian Teori
Supervisi Pendidikan terhadap Guru (Pendampingan)
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1990: 70) menjelaskan secara singkat bahwa fungsi
atau tugas supervisor ialah (a) menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi adaministrasi
pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala bidang, (b) menentukan syarat-
syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah, (c) menjalankan
aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan. Dalam
penjelasan rinci, dikemukakan bahwa supervisi mempunyai beberapa fungsi yaitu (a) fungsi
pelayanan, yaitu kegiatan pelayanan untuk peningkatan profesionalnya, (b) fungsi penelitian,
yaitu untuk memperoleh data yang obyektif dan relevan, misalnya untuk menemukan hambatan
belajar, (c) fungsi kepemimpinan, yaitu usaha memepengaruhi orang lain agar yang disupervisi
dapat memecahkan masalah sendiri sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, (d) fungsi
manajemen, yaitu supervisi dilakukan sebagai control atau pengarah, sebagai aspek manajemen,
(e) fungsi evakuasi, yaitu supervisi dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang
dipeoleh, (f) fungsi bimbingan, (g) fungsi pendidikan dalam jabatan (inservice education)
khususnya bagi para guru muda.
Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsi-
prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada
prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru
dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu
berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian.
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada
guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru profesional maka
pendekatan yang digunakan adalah non-direktif.
Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4)
mmnyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah
kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4)
memecahkan masalah, (50 negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi, dialog
menjelaskan.
4
5. Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif. Perilaku
supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5)
menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan
berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasdar data mengenai guru yang
sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa
pendekatan supervisor.
a. Pendekatan Langsung (Direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap
rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan
rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau
hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisoradalah:
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan
menguatkan.
b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan
yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru.
Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan
yang mereka alami. Pendekatan non-drektif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik.
Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang
dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-
guru. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa
yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah:
mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah
c. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang
memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada
pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan
struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
5
6. dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan
bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya
nantui berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam
supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku
supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan
masalah, dan negosiasi. (Sahertian, 2000:44-52).
Kinerja Guru
Dalam bidang pendidikan, kinerja personil dalam konteks ini adalah guru selalu menjadi
perhatian karena guru merupakan faktor penentu dalam meningkatkan prestasi belajar dan
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Supriadi (1998) mengartikan kinerja guru
adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pengajaran. Tidak berbeda
dengan pendapat di atas, Raka Joni (1991) mengartikan kinerja guru adalah kemampuan guru
dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar. Dalam keputusan Mendikbud R.I. No. 025/O/1995,
tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Amgka Kreditnya,
mengistilahkan kinerja guru sebagai prestasi kerja guru yang artinya hasil kerja dan kemajuan
yang telah dicapai seorang guru dalam bidang tugasnya. Lebih lanjut dijelaskan dalam kepurusan
tersebut, bahwa guru mata pelajaran wajib melaksanakan tugas sebagai berikut: (1) penyusunan
program pengajaran, (2) menyajikan program pengajaran-pengajaran, (3) mengevaluasikan
belajar, (4) menganalisis hasil evaluasi belajar, (5) menyusun dan melaksanakan program
perbaikan dan pengayaan, (6) membuat karya tulis/ katya ilmiah dalam bidang pendidikan, (7)
mengembangkan kurikulum.
Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas untuk
mengetahui realisasi tugas yang ditetapkan. Penilaian kinerja yang baik harus menghargai
prestasi kerja yang telah dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari kesalahan, namun lebih
bertujuan menindaklanjuti hasil penilaian. Penilaian terhadap guru dapat dilakukan apabila telah
disepakati standart/target kinerja yang diharapkan.
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan,
antara lain;
1) Penilaian diri sendiri
Penilaian ini didasarkan pada teori kontrol dan interaksi simbolik. Teori kontrol seperti
dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk
mencapai tugas mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2)
mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3) berperilaku
6
7. yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya berdasarkan toeri ini guru
perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka. Dengan pengenalan
kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan perbaikan untuk
selanjutnya mereka kembali melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.
2) Penilaian 360 derajat
Pendekatan model penilaian ini dapat dilakukan oleh; (1) penilaian atasan. Penilaian ini
dilakukan oleh atasa langsung dari suatu organisasi. Bila organisasi ini sekolah maka yang
melakukan penilaian adalah kepala sekolah. (2) Penilaian mitra. Penilaian mirta dilakukan oleh
rekan guru lain dalam suatu organisasi sekolah. Penilaian model ini lebih cocok dilaksanakan
dalam suatu sekolah yang memiliki kultur yang terbuka dan masing-masing guru memiliki
otonomi sendiri. Instrumen penilaian mitra kerja yang digunakan biasanya menyangkut enam hal
yaitu indikator kehadiran, sikap, kebiasaan, kerjasama, adaptasi, kerja kelompok serta keamanan
kerja (Yaslis Ilyas, 2003). (3) Penilaian bawahan. Penilaian itu dilakukan oleh guru terhadap
kepala sekolah sebagai atasan. Dalam model penilaian ini, di Indonesia jarang sekolah yang
melaksanakan model penilaian ini. Dalam pelaksanaannya guru untuk mengukur kinerjanya
dinilai oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dapat menggunakan daftar penilaian pelaksaan
pekerjaan (DP3) maupun menggunakan teknik supervisi ketika mengjar di dalam dan di luar
kelas.
Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru diharapkan bermanfaat bagi kemajuan sekolah, peningkatan kerja
guru maupun bagi peningkatan belajar siswa. Gibson, J.L. dkk (1996) menjelaskan secara singkat
bahwa manfaat evaluasi prestasi kerja adalah memberikan kepada yang dinilai dan penilai
(pimpinan, rekan, bawahan) informasi tentang kinerja yang dicapai. Pendapatan yang hampir
sama dikemukakan oleh seorang pakar bernama Gary Dessler (1986) bahwa manfaat penilaian
kinerja adalah (1) menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan untuk promosi
dan gaji, (2) meyediakan kesempatan bagi pemimpin dan bawahan untuk bersama-sama meninjau
perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, (3) memungkinkan bagi pemimpin bersama-sama
dengan bawahan menyusun suatu rencana untuk memperbaiki setiap deviasi yang terjadi. Secara
lebih spedifik, Sutisna, O. (1993) berpendapat pentingnya penilaian kinerja adalah: (1) untuk
memperoleh dasar bagi pertimbangan pada akhir suatu periode kerja, (2) untuk menjamin cara
kerja yang efektif dan efisien, (3) untuk memperoleh fakta-falta tentang kesukaran-kesukaran, (4)
untuk menghindari situasi yang dapat merusak, (5) untuk memajukan kesanggupan para guru
dalam mengembangkan organisasi sekolah. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan
penilaian kinerja bermanfaat bagi kepala sekolah untuk mngadakan perbaikan dan pembinaan
7
8. kepada guru dalam menjalankan tugas bimbingan dan pengajaran. Bagi guru, manfaat penilaian
kinerja untuk mengetahui pencapaian prestasi kerja, selanjutnya digunakan untuk mengadakan
perbaikan dalam rangka meningkatkan kinerjanya. sedangkan bagi sekolah manfaat penilaian
kinerja dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun program semester dan program tahunan
sekolah.
Kerangka Berpikir
Upaya peningkatan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri di Sub Rayon 04 Kota
Semarang sudah merupakan hal yang sangat perlu untuk diupayakan sehingga siswa
mendapatkan hasil belajar yang maksimal, upaya itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan peningkatan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, mulai dari
persiapan perencanaan pengajaran, metode, media, sumber belajar, alat evaluasi, pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, sampai dengan evaluasi hasil belajar.
Guru sering kali mendapatkan masalah dan kesulitan dalam pengelolaan pembelajaran
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, karena berbagai keterbatasan, oleh karena itu
diperlukan pendampingan terhadap guru mulai dari perencanaan pengajaran, pelaksanaan
pembelajaran sampai dengan evaluasi hasil belajar. Jika upaya ini dilakukan dengan baik diduga
dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan hasil kinerja guru. Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
2. METODE PENELITIAN TINDAKAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan disain penelitian tindakan (action
research) yang dirancang melalui dua siklus melalui prosedur: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflecsion) dalam tiap-
tiap siklus.
8
Realitas Hasil
belajar Ekonomi
Siswa SMA
Rendah
Hasil belajar Ekonomi
Siswa SMA
Meningkat (Kelulusan
Maksimal)
Kinerja Guru
Ekonomi
Meningkat
Kegiatan Belajar
Mengajar Ekonomi
Bekualitas
Supervisi Individual
Kolaboratif Terhadap
Guru Ekonomi SMA
Perencanaan Pengajaran,
Penyiapan metode, alat &
sumber belajar, alat evaluasi,
pelaksanaan KBM dan evaluasi
hasil belajar
9. Gambar 2. Disain penelitian tindakan (action research)
Keterangan:
P = Perencanaan O = Observasi T = Tindakan R = Refleksi
(Sumber: S Kemmis and R McTaggart, 1986)
Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru ekonomi pada SMA Negeri Sub Rayon 04 Kota
Semarang yaitu guru Ekomomi SMA Negeri 02 Semarang, SMA Negeri 04 Semarang, SMA
Negeri 10 Semarang, SMA Negeri 11 Semarang, dan SMA Negeri 15 Semarang, dari setiap
sekolah masing-masing satu orang guru Ekonomi.
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2007/2008. Siklus I
dilaksanakan pada bulan 18 Juli s.d. 4 Agustus 2007, sedangkan siklus II dilaksanakan pada
bulan 4 Agustus s.d. 18 Agustus 2007.
Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar Ekonomi pada siswa Kelas XI SMA
Negeri Sub Rayon 04 Kota Semarang.
Tahapan-tahapan Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang dilaksanakan
dengan dua siklus adalah seperti diuraikan berikutini.
Siklus I
Perencanaan (Planning): Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai
berikut: (a) menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi masalah/kesulitan guru
Ekonomi dalam mengelola pembelajaran, (b) berdiskusi dengan guru (Focus Group Discussion)
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pembellajaran Ekonomi, (c)
menyiapkan jadwal pelaksanaan pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan
setiap guru, dan (d) menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan.
Pelaksanaan Tindakan (Action): Pada tahap ini dilaksanakan pendampingan pada setiap
guru sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu: (a) Pendampingan terhadap guru
dalam perencanaan pembelajaran: mulai dari menyusun rencana pengajaran: menyiapkan metode,
membuat media belajar, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi. (b)
Pendampingan terhadap guru saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas
9
SIKLUS
I
SIKLUS
II
10. maupun di luar kelas, sesuai dengan pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan. (c)
Pendampingan terhadap guru saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa.
Pengamatan (Observation): Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai
dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi direkam dalam
bentuk catatan-catatan hasil observasi, dan didokumentasikan sebagai data-data penelitian.
Refleksi (Reflection): Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi,
dengan Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan
dalam penelitian ini dapat meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar siswa, kendala-kendala
apa yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai
solusinya. Pada penelitian ini refleksi yang dilakukan adalah dari hasil pengamatan input dan
output kinerja guru dan hasil belajar siswa.
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru ekonomi, peneliti. Jenis data yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatf, yang mencakup (a) rencana pendampingan, (b)
pelaksanaan pendampingan, (c) data hasil observasi, (d) kinerja guru, (e) hasil belajar mata
pelajaran ekonomi, (e) perubahan guru dan sikap siswa dalam mengikuti mata pelajaran ekonomi.
Siklus II
Kegiatan tindakan pada siklus II didasarkan atas temuan-temuan hasil dari siklus I,
adapun langkah-langkah tindakan yang dilakukan sama dengan pada siklus I.
Teknik Pengumpulan Data & Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data meliputi panduan observasi, panduan wawancara, jurnal
kegiatan guru dan siswa, tes kinerja guru, dan tes pengukuran hasil belajar siswa. Dengan
instrumen:
(1) Pedoman observasi dan pengamatan (observasi), sebagai data untuk melihat kondisi guru
Ekonomi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
(2) Instrumen penilaian kinerja guru, untuk melihat kemajuan kinerja guru.
(3) Instrumen penilaian hasil belajar siswa, sebagai salah satu indikator keberhasilan belajar
mengajar guru.
(4) Alat-alat dokumentasi seperti kamera dan tape recorder, sebagai perekam data-data penelitian
yang dibutuhkan.
Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis kategorial dan fungsional melalui model
analisis interaktif (interactive model), yakni analisis yang dilakukan melalui empat komponen
10
11. analisis: reduksi data, penyandian, dan verifikasi dilakukan secara simultan. Data kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Refleksi Awal Kinerja Guru Ekonomi
Hasil dari refleksi awal kinerja guru mata pelajaran ekonomi pada SMA Negeri Sub
Rayon IV Kota Semarang sebelum dilakukan tindakan pada siklus I, didapatkan tingkat kinerja
guru seperti disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase Kinerja Guru Ekonomi sebelum dilakukan tindakan
Aspek Kinerja Guru Rerata Skor Skor Ideal % Rerata Skor
Komponen Rencana Pembelajaran
I Perumusan tujuan pembelajaran 7,80 12 65,0%
II
Pemilihan dan pengorgani-sasian
materi ajar
9,40 16 58,8%
III
Pemilihan sumber belajar/ media
pembelajaran
6,20 12 51,7%
IV Metode pembelajaran 9,00 16 56,3%
V Penilaian hasil belajar 6,40 12 53,3%
Total 38,80 68 57,1%
Komponen Pelaksanaan Pembelajaran
I Pra Pembelajaran 4,4 8,0 55,0%
II Membuka Pembelajaran 4,6 8,0 57,5%
III Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Penguasaan Materi 5,0 8,0 62,5%
b. Pendekatan/Strategi 15,4 24,0 64,2%
c. Pemanfaatan Sumber Belajar 5,8 12,0 48,3%
d. Pengelolaan belajar peserta didik 12,4 20,0 62,0%
e. Penilaian proses dan hasil belajar 4,6 8,0 57,5%
f. Penggunaan bahasa 7,6 12,0 63,3%
IV Penutup 4,6 8,0 57,5%
Total 64,4 108,0 59,6%
Keseluruhan 103,2 176,0 58,6%
Dari tabel 1 terlihat bahwa kinerja guru ekonomi SMA memiliki skor 58,6%, yang
meliputi komponen perencanaan pembelajaran sebesar 57,1% dan komponen pelaksanaan
pembelajaran 58,6%. Kategori persentase kinerja guru tersebut termasuk pada kategori yang
sedang. Persentase komponen perencanaan pembelajaran guru relatif lebih rendah dari pada
komponen pelaksanaanya, hal ini menunjukkan bahwa guru belum begitu baik dalam
merencanaakan pembelajarannya.
Persentase kinerja guru komponen perencanaan pembelajaran meliputi: (1) perumusan
tujuan pembelajaran sebesar 65,0%, (2) pemilihan dan pengorganisasian materi ajar sebesar
58,8%, (3) pemilihan sumber belajar/media pembelajaran sebesar 51,7%, (4) metode
pembelajaran sebesar 56,3%, dan (5) rencana penilaian hasil belajar sebesar 53,3%, dari data
11
12. tersebut nampak bahwa guru kurang merencanakan pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran karena persentasenya paling kecil yang hanya mencapai 57,1%.
Pada komponen pelaksanaan pembelajaran didapatkan persentase rata-rata skor kinerja
pada setiap aspek adalah: (1) Pra pembelajaran sebesar 55,0%, (2) membuka pelajaran sebesar
57,5%, (3) kegiatan inti pembelajaran yang meliputi: (a) penguasaan materi sebesar 62,5%, (b)
pendekatan/strategi sebesar 64,2%, (c) pemanfaatan sumber belajar 48,3%, (d) pengelolaan
belajar peserta didik 62,0%, (e) penilaian proses dan hasil belajar sebesar 57,5%, (f) penggunaan
bahasa sebesar 63,3%, dan (4) penutup sebesar 57,5%.
Dari data tersebut yang paling rendah adalah kinerja guru dalam pemanfaatan sumber
belajar yang relatif rendah hanya sebesar 48,3%, dan juga pada bagian penutup yang hanya
57,5%, hal ini pada umumnya guru pada akhir sesi pembelajaran tidak memberikan refleksi atau
membuat rangkuman yang melibatkan peserta didik, serta kurang memberikan arahan tindak
lanjut, kegiatan untuk menambah pengayaan materi yang diajarkan kepada peserta didik.
Pemanfaatan sumber belajar relatif kurang, media-media yang dapat digunakan untuk
pembelajaran relatif kurang banyak dimanfaatkan.
Hal-hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran ekonomi, dengan nilai rata-rata: SMA Negeri 02 Semarang sebesar 52,33, SMA Negeri
04 Semarang sebesar 40,05, SMA Negeri 10 Semarang sebesar 45,08, SMA Negeri 11 Semarang
sebesar 49,91, dan SMA Negeri 15 Semarang sebesar 43,37.
Hasil Tindakan Siklus I
Hasil refleksi awal dijadikan sebagai dasar untuk melakukan supervisi kolaboratif dengan
pendekatan individual terhadap guru ekonomi Sub Yayon 04 Kota Semarang, supervisi yang
dilakukan yaitu membantu guru menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran ekonomi mulai dari perencanaan menyusun silabus dan RPP, pemilihan dan
pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber belajar media, dan perencanaan untuk penilaian
hasil belajar sampai dengan pelaksanaan pembelajaran. Setiap langkah dibimbing dan
diidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru selanjutnya diberikan solusi-solusi pada
setiap permasalahan yang dihadapi guru, diberikan arahan-arahan yang operasional dan mudah
dilaksanakan oleh guru, yang selanjutnya dapat memberikan kemudahan belajar para peserta
didik.
Tindakan supervisi individual dilakukan dengan pendekatan secara kolaboratif, yang
berdasarkan hasil pengamatan permasalahan yang dihadapi oleh setiap guru relatif bervariasi,
namun pada umumnya hampir sama yaitu guru enggan menyiapkan media pembelajaran.
Selanjutnya setiap guru disarankan untuk menggunakan media CD interaktif dan Microsoft
Power Point untuk menyampaikan materi pembelajarannya, karena sarana LCD Proyektor di
12
13. setiap sekolah telah cukup memadai. Hasil tes kinerja setelah dilakukan tindakan pada siklus I
didapatkan seperti pada tabel 2.
Dari tabel 2 terlihat bahwa kinerja guru ekonomi SMA setelah dilakukan supervisi
individual dengan pendekatan kolaboratif didapatkan persentase skor skor kinerja terjadi
peningkatan dari 58,6% menjadi 70,3%. Kategori persentase kinerja guru tersebut termasuk pada
kategori yang tinggi.
Tabel 2. Persentase Kinerja Guru Ekonomi hasil Tindakan Siklus I
Aspek Kinerja Guru Rerata Skor Skor Ideal % Rerata Skor
Komponen Rencana Pembelajaran
I Perumusan tujuan pembelajaran 8,80 12 73,3%
II
Pemilihan dan pengorgani-sasian materi
ajar
11,60 16 72,5%
III
Pemilihan sumber belajar/ media
pembelajaran
7,80 12 65,0%
IV Metode pembelajaran 10,60 16 66,3%
V Penilaian hasil belajar 8,20 12 68,3%
Total 47,00 68 69,1%
Komponen Pelaksanaan Pembelajaran
I Pra Pembelajaran 5,6 8,0 70,0%
II Membuka Pembelajaran 5,6 8,0 70,0%
III Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Penguasaan Materi 5,6 8,0 70,0%
b. Pendekatan/Strategi 17,0 24,0 70,8%
c. Pemanfaatan Sumber Belajar 8,8 12,0 73,3%
d. Pengelolaan belajar peserta didik 13,6 20,0 68,0%
e. Penilaian proses dan hasil belajar 5,8 8,0 72,5%
f. Penggunaan bahasa 8,8 12,0 73,3%
IV Penutup 6,0 8,0 75,0%
Total 76,8 108,0 71,1%
Keseluruhan 123,8 176,0 70,3%
Persentase semua aspek terjadi peningkatan yang dengan hasil persentasi sebagai berikut:
komponen perencanaan pembelajaran sebesar 57,1% menjadi 69,1% dan komponen pelaksanaan
pembelajaran dari 59,6 menjadi 71,1%. Nampak bahwa pada komponen perencanaan
pembelajaran guru telah meningkat, yang berdampak pada pelaksanaannya jauh lebih meningkat
lagi, manum demikian hal ini masih menunjukkan bahwa persiapan guru sebelum mengajar
masih lebih rendah dibandingkan dengan pelaksanaannya.
Persentase kinerja guru pada setiap komponen perencanaan pembelajaran hasil siklus I
adalah: (1) perumusan tujuan pembelajaran sebesar 73,3%, (2) pemilihan dan pengorganisasian
materi ajar sebesar 72,5%, (3) pemilihan sumber belajar/media pembelajaran sebesar 65,5%, (4)
metode pembelajaran sebesar 66,3%, dan (5) rencana penilaian hasil belajar sebesar 68,3%, dari
data tersebut nampak bahwa guru dalam merencanakan pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran karena persentasenya masih paling kecil yang baru mencapai 65,0%.
13
14. Pada komponen pelaksanaan pembelajaran didapatkan persentase rata-rata skor kinerja
hasil siklus I pada setiap aspek adalah: (1) Pra pembelajaran sebesar 70,0%, (2) membuka
pelajaran sebesar 70,0%, (3) kegiatan inti pembelajaran yang meliputi: (a) penguasaan materi
sebesar 70,0%, (b) pendekatan/strategi sebesar 70,8%, (c) pemanfaatan sumber belajar 73,3%, (d)
pengelolaan belajar peserta didik 68,0%, (e) penilaian proses dan hasil belajar sebesar 72,5%, (f)
penggunaan bahasa sebesar 73,3%, dan (4) penutup sebesar 75%.
Dari data tersebut yang paling rendah adalah kinerja guru dalam pemanfaatan sumber
belajar telah terjadi peningkatan yang cukup baik mencapai 73,3%, hal ini menunjukkan bahwa
guru telah dapat memanfaatkan sumber belajar sehingga peserta didik dapat lebih optimal dalam
belajarnya. Aspek yang relatif paling rendah hasil siklus I pada pelaksanaan pembelajaran adalah
pengelolaan belajar peserta didik yaitu pembelajaranyang memicu dan memelihara keterlibatan
peserta didik menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik,
dan sumber belajar merespon positif partisipasi peserta didik, menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon peserta didik, menunjukkan hubungan antar priobadi yang kondusif, dan
menumbuhkan kecerriaan dan antusiasme peserta didik dalam belajar.
Peningkatan kinerja guru tersebut berdampak pula pada peningkatan hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran ekonomi, dengan nilai rata-rata yang diperoleh relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai sebelummnya, yaitu: SMA Negeri 02 Semarang sebesar 70,92
meningkat 35,5%, SMA Negeri 04 Semarangsebesar 65,68 meningkat 64,0%, SMA Negeri 10
Semarang sebesar 66,26 meningkat 47,0%, SMA Negeri 11 Semarang sebesar 68,88 meningkat
38,0%, dan SMA Negeri 15 Semarang sebesar 68,38 meningkat 57,7% .
C. Hasil Tindakan Siklus II
Hasil refleksi dari hasil tindakan pada Siklus I selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk
melakukan supervisi kolaboratif dengan pendekatan individual terhadap guru ekonomi Sub
Yayon 04 Kota Semarang pada stahap selanjutnya, supervisi yang dilakukan yaitu membantu
guru mengidentifikasi kekurangan-kekurangan mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan pembelajaran, yang mereka hadapi. Selanjutnya diberikan arahan-arahan yang lebih
operasional dan mudah dilaksanakan oleh guru dengan upaya lebih memberikan kemudahan
belajar bagi para peserta didik.
Tindakan supervisi inividual dilakukan dengan pendekatan secara kolaboratif,
berdasarkan hasil pengamatan umumnya guru masih lemah untuk berinovasi dalam menyiapkan
sumber dan media pembelajaran, umumnya guru terjebak pada rutinitas pembelajaran yang
mereka lakukan. Selanjutnya setiap guru disarankan untuk meningkatkan inovasi dalam
menggunakan media-media pembelajaran dan sumber-sumber belajar sehingga dalam
14
15. menyampaikan materi pembelajarannya lebih mudah diterima dan disepar para peserta didik.
Hasil tes kinerja setelah dilakukan tindakan pada siklus II didapatkan seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Persentase Kinerja Guru Ekonomi hasil Tindakan Siklus II
Aspek Kinerja Guru Rerata Skor Skor Ideal % Rerata Skor
Komponen Rencana Pembelajaran
I Perumusan tujuan pembelajaran 10,80 12 90,0%
II
Pemilihan dan pengorgani-sasian
materi ajar
14,20 16 88,8%
III
Pemilihan sumber belajar/ media
pembelajaran
10,20 12 85,0%
IV Metode pembelajaran 13,00 16 81,3%
V Penilaian hasil belajar 9,80 12 81,7%
Total 58,00 68 85,3%
Komponen Pelaksanaan Pembelajaran
I Pra Pembelajaran 7,2 8,0 90,0%
II Membuka Pembelajaran 6,8 8,0 85,0%
III Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Penguasaan Materi 6,4 8,0 80,0%
b. Pendekatan/Strategi 20,4 24,0 85,0%
c. Pemanfaatan Sumber Belajar 10,0 12,0 83,3%
d. Pengelolaan belajar peserta didik 15,2 20,0 76,0%
e. Penilaian proses dan hasil belajar 6,4 8,0 80,0%
f. Penggunaan bahasa 9,6 12,0 80,0%
IV Penutup 6,6 8,0 82,5%
Total 88,6 108,0 82,0%
Keseluruhan 146,6 176,0 83,3%
Dari tabel 3 terlihat bahwa kinerja guru ekonomi SMA setelah dilakukan supervisi
individual dengan pendekatan kolaboratif didapatkan persentase skor skor kinerja terjadi
peningkatan dari 70,3% menjadi 83,3%. Kategori persentase kinerja guru tersebut termasuk pada
kategori yang sangat tinggi.
Persentase semua aspek terjadi peningkatan yang dengan hasil persentasi sebagai berikut:
komponen perencanaan pembelajaran sebesar 69,1% menjadi 85,3% dan komponen pelaksanaan
pembelajaran dari 71,1 menjadi 83,3%. Nampak bahwa pada komponen perencanaan
pembelajaran guru telah meningkat jauh lebih tinggi, yang berdampak pada pelaksanaannya lebih
meningkat lagi. Persentasi kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran relatif sama bahkan
lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kinerja guru dalam pelaksanaanya
Persentase kinerja guru pada setiap komponen perencanaan pembelajaran hasil siklus II
adalah: (1) perumusan tujuan pembelajaran sebesar 90,0%, (2) pemilihan dan pengorganisasian
materi ajar sebesar 88,8%, (3) pemilihan sumber belajar/media pembelajaran sebesar 85,5%, (4)
metode pembelajaran sebesar 81,3%, dan (5) rencana penilaian hasil belajar sebesar 81,7%, dari
data tersebut nampak bahwa guru telah dapat merencanakan pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran dengan persentase kinerja mencapai 85,0%.
15
16. Pada komponen pelaksanaan pembelajaran didapatkan persentase rata-rata skor kinerja
hasil siklus I pada setiap aspek adalah: (1) Pra pembelajaran sebesar 90,0%, (2) membuka
pelajaran sebesar 85,0%, (3) kegiatan inti pembelajaran yang meliputi: (a) penguasaan materi
sebesar 80,0%, (b) pendekatan/strategi sebesar 85,0%, (c) pemanfaatan sumber belajar 83,3%, (d)
pengelolaan belajar peserta didik 76,0%, (e) penilaian proses dan hasil belajar sebesar 80,0%, (f)
penggunaan bahasa sebesar 80,0%, dan (4) penutup sebesar 82,5%. Persentase yang paling
rendah adalah kinerja guru dalam pemanfaatan sumber belajar telah terjadi peningkatan menjadi
sangat baik mencapai 83,3%, hal ini menunjukkan bahwa guru telah dapat memanfaatkan sumber
belajar sehingga peserta didik dapat lebih optimal dalam belajarnya.
Peningkatan kinerja guru tersebut berdampak pula pada peningkatan hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran ekonomi, dengan nilai rata-rata yang diperoleh relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai sebelummnya. Terjadi peningkatan rata-rata nilai Ekonomi pada
setiap sekolah setelah dilakukan supervisi kolaboratif dengan pendekatan individual terhadap
guru pada siklus II. Pada SMA 02 meningkat sebesar 2,09%, pada SMA 04 meningkat sebesar
2,51%, pada SMA 10 meningkat sebesar 1,79%, pada SMA 11 meningkat sebesar 2,59%, dan
pada SMA 15 meningkat sebesar 2,09%.
Perubahan Kinerja Guru dan Prestasi Belajar dari Siklus Ke Siklus
Selanjutnya hasil refleksi akhir dapat dilihat peningkatan yang lebih jelas kinerja guru
dari mulai tes awal, siklus I, dan siklus II seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase Kinerja Guru Ekonomi Awal, Hasil Siklus II, dan Siklus II
Aspek Kinerja Guru
% Kinerja
Awal Siklus I Siklus II
Komponen Rencana Pembelajaran
I Perumusan tujuan pembelajaran 65,0% 73,3% 90,0%
II
Pemilihan dan pengorgani-sasian materi
ajar
58,8%
72,5% 88,8%
III
Pemilihan sumber belajar/ media
pembelajaran
51,7%
65,0% 85,0%
IV Metode pembelajaran 56,3% 66,3% 81,3%
V Penilaian hasil belajar 53,3% 68,3% 81,7%
Total 57,1% 69,1% 85,3%
Komponen Pelaksanaan Pembelajaran
I Pra Pembelajaran 55,0% 70,0% 90,0%
II Membuka Pembelajaran 57,5% 70,0% 85,0%
III Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Penguasaan Materi 62,5% 70,0% 80,0%
b. Pendekatan/Strategi 64,2% 70,8% 85,0%
c. Pemanfaatan Sumber Belajar 48,3% 73,3% 83,3%
d. Pengelolaan belajar peserta didik 62,0% 68,0% 76,0%
e. Penilaian proses dan hasil belajar 57,5% 72,5% 80,0%
f. Penggunaan bahasa 63,3% 73,3% 80,0%
IV Penutup 57,5% 75,0% 82,5%
Total 59,6% 71,1% 82,0%
Keseluruhan 58,6% 70,3% 83,3%
16
17. Pada tabel 4 tersebut nampak bahwa terjadi peningkatan kinerja guru dari awal sebelum
tindakan sebesar 58,6%, setelah tindakan siklus I menjadi 70,3%, dan setelah tindakan siklus II
meningkat lagi menjadi 83,3%.
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Awal Hasil Siklus I Hasil Siklus II
%Kinerja
Perencanaan Pelaksanaan
Keseluruhan
Gambar 3. Perkembangan persentase rata-rata skor kinerja guru
Dari gambar tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup tajam dari awal,
setelah siklus I, sampai dengan setelah tindakan siklus II.
Selanjutnya perkembangan rata-rata peningkatan nilai hasil belajar peserta didik dapat
dilihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 5. Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Ekonomi Awal, Hasil Siklus I, dan II
No Nama Sekolah
Rata-rata Nilai Ekonomi
Awal Siklus I Siklus II
1 SMA Negeri 02 Semarang 52,33 70,92 73,24
2 SMA Negeri 04 Semarang 40,05 65,68 67,05
3 SMA Negeri 10 Semarang 45,08 66,26 67,92
4 SMA Negeri 11 Semarang 49,91 68,88 70,11
5 SMA Negeri 15 Semarang 43,37 68,38 70,15
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas peningkatan nilai hasil belajar
ekonomi adalah seperti pada gambar berikut.
17
18. 35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
Awal Hasil Siklus I Hasil Siklus II
NilaiEkonomi
SMA Negeri 02 Semarang SMA Negeri 04 Semarang
SMA Negeri 10 Semarang SMA Negeri 11 Semarang
SMA Negeri 15 Semarang
Gambar 4. Perkembangan nilai rata-rata hasil belajar ekonomi
Dari gambar tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan yang tajam dari kondisi awal
sampai hasil belajar setelah tindakan pada siklus I, dan terjadi peningkatan pula setelah tindakan
siklus II, meskipun peningkatannya tidakterlalu tajam.
Hasil penelitian tindakan supervisi inidivual dengan pendekatan kolaboratif terhadap
guru ekonomi terbukti memberikan peningkatan kinerja guru yang selanjutnya berdampak pada
peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dipahami karena jika guru meningkat
kinerjanya maka jelas akan terjadi pembelajaran yang efektif dengan kualitas belajar yang
optimal, sehingga peserta didik memiliki daya serap terhadap leajarannya yang tinggi pula dan
pada akhirnya hasil belajar ekonomi peserta didik menjadi lebih optimal.
Perencanaan guru yang matang dalam mempersiapkan proses belajar mengajar
merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kualitas pembelajaran.
4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif memberikan pengaruh terhadap
peingkatan kinerja guru ekonomi SMA pada Sub Rayon 04 Kota Semarang baik komponen
perencanaan pembelajaran mapun komponen pelaksanaan pembelajaran.
2. Peningkatan kinerja guru tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar ekonomi peserta
didik SMA Negeri pada Sub Rayon 04 Kota Semarang.
18
19. Rekomendasi
Selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.
1. Supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif dapat dilakukan oleh pengawas sekolah
terhadap guru mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
sampaidengan evaluasi hasil belajar, khususnya guru ekonomi.
2. Dalam pembelajaran guru perlu diarahkan untuk mempersiapkan media dan sumber belajar
dengan baik, sehingga mudah untuk melaksanakan proses pembelajaran dan daya serap siswa
menjadi lebih tinggi.
3. Kesulitan-kesulitan guru dalam mempersiapkan media dan sumber belajar perlu didukung
oleh sekolah dalam hal pendanaan dan pembiayaannya, sehingga media dan sumber belajar
yang dipersiapkan dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, H.F. & Frank. G. 1959. Basic Principles Supervision. New York: American Book
Company.
Agung, I. G. N. 1992, Metode Penelitian Sosial: Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Boardman, et. al. 1953. Democratic Supervision In Scondary School. Massachusetts: Houghton
Miffin Company.
Carr, W., & Kemmis, S. (1986). Becoming critical: education, knowledge and action research.
Brighton, Sussex: Falmer Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah.
Douglass, Hari. 1961. Democratic Supervision in Secindary School. Boston: Ginn and Company.
Fatah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hadikusumo, Kunaryo., Sadjad Sayuti, Achmad Rifai, Agus Salim dan Budiyono. 1995.
Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Imron Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Kember, D. 2000. Action learning and action research: Improving the quality of teaching and
learning. London: Kogan Page.
Kemmis, S. and R McTaggart, 1988. Action Research - some ideas from The Action Research
Planner, Third edition, ed. Deakin University.
Nurtain. 1989. Supervisi Pengajaran (Teori dan Prektek). Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti –
P2LPTK.
Oliva, P.F.1984. Supervision for Todays School. New York: Tomas J. Crowell Company.
19
20. Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Purwanto, Ngalim. 1988. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rodakarya.
Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.
Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Samana A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Segiovanni, T. J. 1991. The Principals: A Reflective Practice Perspective. (2rd
Ed) Boston : Allyn
and Bacon.
Sergiovani, T. J. 1971. Emerging Paterns Of Supervision: Human Perspective. New York: Mc
Graw – Hill Book Company.
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, T.G., Regala, B.P. & Uriarte, G.G. 1993. Pengaturan
Metode Penelitian. Alih Bahasa oleh Alimudin Tuwu. Jakarta : UI Press.
Undang-Undang RI Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Wiles, K. 1955. Supervision For Better Schools. New York: Prentince Hall Inc.
20