Minyak bumi terbentuk dari peruraian materi organik di daerah endapan yang kemudian mengalami proses geologis selama jutaan tahun. Minyak bumi diekstrak dari sumur minyak kemudian diolah menjadi berbagai produk seperti gas, bensin, solar, dan lainnya melalui proses destilasi dan proses lanjutan seperti perengkahan. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dapat berdampak negatif terhad
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
MINYAK BUMI
1.
2. Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon
plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan
senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform,
melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung
hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis
asphaltik berat paling rendah 50 %.
3. Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi
tumbuhan dan hewan di suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan.
Daerah tersebut biasanya berupa laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai
ataupun danau dan rawa di daratan. Sedimen diendapkan bersama-sama dengan
materi tersebut dan kecepatan pengendapan sedimen harus cukup cepat
sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan dan
tertimbun dengan baik sebelum terjadi pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan
reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon banyak ditemukan pada bagian air laut
dalam.
Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah pengendapan semakin
terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena bertambahnya
berat oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau
karena gaya gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence. Material organik
terbenam semakin dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin
tinggi. Proses tersebut akan menimbulkan perubahan perubahan kimiawi dari
material organik tersebut. Perubahan material ini merupakan cikal bakal
terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat
kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas.
4. Kenaikan suhu terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55
derajat celsius per kilometer. Di Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih
sekitar 100 °C/km. Sedangkan habitat minyak baru akan terbentuk pada suhu
sekitar 65 - 150 °C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 – 3 km. Pada
kedalaman 3 – 6 km batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada
minyak. Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi
sehingga gas akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami
dekomposisi lebih lanjut.
Pada umumnya, minyak bumi biasanya terendapkan dalam batuan
sedimen berpori baik yang memiliki nilai porositas 45% (reservoar yang sangat
baik). Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan dan tertimbun material
di atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini mengakibatkan
nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau tersimpan
di ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi,
maka fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat
meloloskan fluida disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan
dapat memisahkan gas, minyak, dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan
densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih ringan daripada air akan
bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau terperangkap di
dalam jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh.
5. PROSES PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
1. Pengolahan minyak bumi tahap
pertamaPengolahanminyak bumi tahap pertama dilakukan dengan
distilasi bertingkat, yaitu proses distilasi berulang-ulang sehingga
didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Hasil pada prosesdistilasi bertingkat ini meliputi:
1) Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum
Gas). LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG,
atau diolah lebih lanjut menjadi baha kimia lainnya.
2) Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung
digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi bensin
(premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering disebut juga
sebagai bensin berat.
6. 3) Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin
(minyak tanah) dan avtur (bahan bakar pesawat jet).
4) Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
5) Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai
panjang dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai
senyawa karbon lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.
2. Pengolahan minyak bumi
tahap keduaPada pengolahan minyak bumi tahap kedua, dilakukan
berbagai proses lanjutan dari hasil penyulinganpada tahap
pertama. Proses-prosestersebut meliputi:
1) Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan
perubahan struktur kimia senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi:
pemecahan rantai, alkilasi (pembentukan alkil), polimerisasi
(penggabungan rantai karbon), reformasi (perubahan struktur), dan
isomerisasi (perubahan isomer).
2) Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut
sehingga didapatkan hasil lebih banyak dengan mutu lebih baik.
7. 3) Proses kristalasasi: Proses pemisahan produk-produk melalui
perbedaan titik cairnya. Misalnya, dari pemurnian solar melalui proses
pendinginan, penekanan, dan penyaringan akan diperoleh produk
sampingan lilin.
4) Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan
tahap pertama dan tahap kedua sering terjadi kontaminasi (pengotoran).
Kotoran-kotoran ini harus dibersihkan dengan cara menambahkan soda
kaustik (NaOH), tanah liat atau hidrogenasi.
Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokan
berdasarkan titik didih dan jumlah atom karbon
pembentuk rantai karbonnya.
Titik Didih Jumlah Atom
Karbon
Kegunaan
< 20oC C1 – C4 Bahan bakar gas, dikenal sebagai LPG (elpiji)
Bahan baku pembuatan berbagai produk petrokimia
20 – 60 oC
C5 – C6
Dikenal sebagai petroleum eter, merupakan pelarut non-
polar digunakan sebagai cairan pembersih
8. Titik Didih Jumlah Atom
Karbon
Kegunaan
60 – 100 oC C6 – C7
Ligrolin atau nafta, pelarut non-polar, dan cairan
pembersih
40 -200 oC C5 – C10 Bensin sebagai bahan bakar minyak
175 – 325 oC C12 – C18 Kerosin (minyak tanah), bahan bakar jet
250 – 400 oC C12 ke atas Solar, miyak diesel
Zat cair C20 ke atas Oli, pelumas
Zat padat C20 ke atas Lilin parafin, aspal
10. Dampak Penggunaan Bahan Bakar terhadap
Manusia dan Lingkungan
Zat Pencemar Dampak yang ditimbulkan
Karbon dioksida Pemanasan global
Karbon
monoksida
Menimbulkan sakit kepala dan gangguan pernapasan
Sulfur dioksida Menimbulkan iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, batuk,
dan hujan asam
Nitrogen oksida Menghasilkan asap kabut yang menyebabkan tumbuhan
layu dan gangguan pernapasan
Timbal iritasi kulit, gatal-gatal, mata perih, infeksi saluran
pernapasan, memicu serangan jantung, merusak ginjal dan
memengaruhi kemampuan otak