Dokumen tersebut membahas tentang manajemen konflik. Secara singkat, konflik didefinisikan sebagai peristiwa sosial yang mengandung penentangan atau ketidaksetujuan. Manajemen konflik adalah proses mengatur pertentangan dalam bentuk sikap atau perilaku untuk mencapai tujuan. Dokumen ini juga membahas penyebab, aspek, dampak, dan strategi manajemen konflik.
2. Konflik.
Konflik didefinisikan sebagai peristiwa sosial
yang mengandung penentangan atau
ketidaksetujuan (Lestari, 2012).
(Thomas,2012), mendefinisikan konflik
sebagai proses yang bermula saat salah satu
pihak menganggap pihak lain
menggagalkan kepentingannya.
Konflik akan berdampak negatif apabila
tidak terkelola dengan baik. Agar konflik
dapat terkelola dengan baik maka
diperlukan manajemen konflik.
3. Manajemen merupakan proses merencana,
mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan
segala aspeknya agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien (Fattah,
2000).
Manajemen konflik adalah kecenderungan
seseorang dalam menata/mengatur
pertentangan dalam wujud sikap atau
perilaku. Sebab masalah yang muncul dari
pertentangan akan mempersulit seseorang
mencapai tujuan tertentu (Moore, 2004).
Manajemen Konflik.
4. Penyebab Konflik.
Konflik dapat terjadi karena salah satu pihak
memiliki aspirasi yang tinggi, aspirasi dapat
mengakibatkan konflik karena masing-
masing pihak memiliki alasan untuk percaya
bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah
objek bernilai untuk diri mereka sendiri.
5. Aspek-aspek manajemen
konflik.
(Robbin, 2002).
b. Kolaborasi/ pemecah masalah, merupakan
solusi integratif jika kepentingan kedua
belah pihak terlalu penting untuk
dikompromikan. Menciptakan situasi yang
memungkinkan agar tujuan dapat dicapai.
Mencari solusi agar dapat diterima semua
pihak dan tercapainya tujuan pribadi.
a. Competing/ kompetisi, yaitu berorientasi
pada kekuasaan, dimana seseorang akan
menggunakan kekuasaan yang dimilikinya
untuk memenangkan konflik dengan
lawannya.
6. c. Penghindaran,
cenderung memandang
konflik tidak produktif.
Aspek negatifnya,
melemparkan masalah
pada orang lain dan
mengesampingkan
masalah, menarik diri/
bersembunyi untuk
menghindari konflik.
d. Akoomodasi, mengutamakan hubungan
dan kurang mementingkan kepentingan
pribadi. Cenderung kurang tegas dan cukup
kooperatif, mengabaikan kepentingan
sendiri demi kepentingan orang lain.
e. Kompromi, lebih berorientasi pd jalan
tengah karena setiap orang punya sesuatu
untuk ditawarkan dan sesuatu untuk
diterima.
7. Compromising(Kompromi)
.
Berada diantara dua persimpangan dimana
berusaha memenuhi sebagian tujuannya dan
tujuan lawan konfliknya tanpa berupaya
memaksimalkannya..
Integrasi (Kolaborasi).
Pihak yang terlibat konflik berusaha menciptakan
resolusi konflik (penyelesaiaan konflik), secara
maksimal dengan memenuhi tujuan dirinya
sendiri dan tujuan lawan konflknya. Dapat
disebut (imbang) antara kepentingan dirinya dan
lawannya.
Aspek gaya manajemen konflik
menurut (Rahim, 2010).
8. Dominasi (Kompetisi).
Individu hanya memenuhi tujuan pribadi tanpa
memikirkan kebutuhan lawannya.
Avoiding (Menghindar).
Pihak yang terlibat konflik menolak untuk
berdiskusi mengenasi konflik yg terjadi.
Obliging (Menurut).
Pihak yg terlibat konflik mengkombinasikan
perhatiannya terhadap lawannya dgn perhatian
yg rendah terdapap dirinya sendiro.
(Rahim, 2010).
9. a. Penghindaran dan melawan
secara aktif.
Menghindar secara fisik yg nyata, misalnya
meninggalkan ruangan. Menghindar dari
pokok persoalan lebih baik berperan aktif
pada konflik yg dihadapi. Menjadi pembicara
dan pendengar yg aktif dan bertanggung
jawab terdapat setiap pemikiran dan
perasaan.
b. Memaksa dan berbicara.
Kebanyakan remaja perempuan tidak
menghadapi pokok persoalan melainkan
memaksakan posisinya pada orang lain,
baik secara fisik maupun emosional,
Alternatif yg nyata adalah berbicara dan
mendengar, keterbukaan, empati dan
sikap positif.
Strategi untuk manajemen konflik yg dialami individu.
10. c. Menyalahkaan dan empati.
Remaja perempuan jugs lebih cenderung
menyalahkan orang lain untuk menutupi
perilaku sendiri. Hal seperti ini tidak akan
menyelesaikan masalah. Akan lebih baik
untuk mencoba berempati, memahami
cara orang lain menilai sesuatu hal yg
berbeda.
d. Mendiamkan dan
menfasilitasi ekspresi secara
terbuka.
Strategi remaja perempuan menghadapi
konflik dengan cara mendiamkan orang
lain. Cara ini tidak menyelesaikan konflik.
Pastikan bahwa setiap prang diizinkan
mengekspresikan dirinya secara bebas
dan terbuka, tanpa ada yg merasa lebih
rendang/ lebih tinggi.
11. e. Gunnysucking dan fokus
pada masa sekarang.
Gunnysucking merupakan istilah
menyimpan keluhan-keluhan yg ada
sehingga dapat muncul pada waktu yg
berbeda. Masalah tidak akan selesai, akan
muncul dendam dan perasaan
bermusuhan.
f. Manipulasi dan spontan.
Menghindari konflik terbuka dan
berusaha menyembunyikan konflik
dengan berperilaku menyenangkan,
namun lebih baik ekspresikan perasaan
secara spontan karena solusi konflik
bukan masalah siapa yg kalah dan
menang tapi pemahaman dari kedua
belah pihak.
12. Dampak Positif :
Memunculkan presepsi
yang lebih kritis terhadap
perbedaan pendapat.
Membuat organisasi tetap
hidup dan harmonis.
Mendatangkan keputusan
yang bersifat inovatif.
Dampak Negatif :
Individu dapat mengalami
tekanan (stress).
Menganggu proses produksi.
Memunculkan ketidakpuasan.
Menganggu kerja sama, dan
kommunikasi.
Akibat Konflik.
13. REFERENSI.
Bashori, B., & Prasetyo, M. A. M. (2020).
Resolusi Manajemen Konflik (Kajian
Manajemen Konflik di Lembaga Pendidikan
Islam). Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan
PKN dan Sosial Budaya, 4(2), 337-349.
Muliardi, R. (2019). Manajemen Konflik di UPT
Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
(Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh).
http://repository.uin-
suska.ac.id/6373/3/BAB%20II.pdf