SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 83
ABSTRAK
BOD DAN COD SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN AIR
DAN BAKU MUTU AIR LIMBAH
Wa Atima, Prodi. Pend. Biologi Fakultas, IAIN Ambon
Jl. Dr. H. Tarmizi Taher, 085240517408, E-mail: wa_atima@yahoo.co.id
Metode pengukuran BOD adalah mengukur kandungan oksigen terlarut
awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian
mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi
selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20o
C) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan
nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Nilai
BOD dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari. Metode
pengukuran COD adalah dengan menambahkan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume
diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat,
kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan
kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Nilai COD dapat segera
diketahui setelah satu atau dua jam
Kata Kunci: BOD, COD, pencemaran air, baku mutu air limbah
ABSTRACT
BOD AND COD AS PARAMETER OF WATER POLLUTION AND WATER
QUALITY STANDARD WASTE
The method of measurement liter is measuring the moisture content of
oxygen dissolved early (DOi) of a sample of immediately after the
withdrawal of example, then measuring the moisture content of oxygen
dissolved in samples have been diinkubasi for 5 days in the condition of a
dark and the temperature remains (20 0
C) which are often called with
DO5.The difference between (DOi-DO5) are an liter expressed in oxygen
milligrams per liter (mg/L). Liter value can be obtained after incubation
periods five days. The method of measurement cod is by adding a certain
number of potassium bichromate (K2Cr2O7) as an oxidizer in samples (by
volume known) that has been added the acid pekat and catalyst silver
sulphate, then heated for some time. Next, excess potassium bichromate
homer by means of a titration. COD can value immediately known after
one or two hours
Keywords: BOD , cod , water pollution , quality standard waste water
brought to you by CORE
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by e-Journal Institut Agama Islam Negeri Ambon
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 84
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan,
baik itu laut, sungai, danau maupun
waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai
BOD dan COD perairan telah melebihi
baku mutu. Atau sebaliknya, pada kasus
pencemaran lainnya yang mendapat protes
dari masyarakat sehubungan dengan
adanya limbah industri, ditanggapi dengan
dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan
masih memenuhi baku mutu. Dalam salah
satu harian (Kompas edisi Senin, 12
Desember 1994) juga terdapat suatu berita
dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD
dan COD tak dipakai penentu baku mutu
limbah” yang kurang lebih merupakan
pendapat dari salah satu pakar
bioremediasi lingkungan dari Universitas
Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar
tersebut, dalam banyak kasus kesimpulan
yang hanya didasarkan pada hasil analisis
BOD dan COD (juga pH) belum
merupakan jawaban ada tidaknya
pencemaran lingkungan oleh suatu
industri. Di sisi lain, BOD dan COD
adalah parameter yang menjadi baku mutu
berbagai air limbah industri selain
beberapa parameter kunci lainnya.
Nampaknya terdapat persepsi pada
sementara kalangan yang menempatkan
BOD dan COD agak berlebihan dari yang
seharusnya. Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa
itu sebenarnya BOD dan COD, bagaimana
cara atau prinsip pengukurannya, dan
apakah memang sebaiknya tidak dipakai
sebagai penentu baku mutu air limbah.
PEMBAHASAN
1. Pengertian BOD dan COD
BOD atau Biochemical Oxygen
Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988;
Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi
oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik
yang terdekomposisi dalam BOD adalah
bahan organik yang siap terdekomposisi
(readily decomposable organic matter).
Mays (1996) mengartikan BOD sebagai
suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang
terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang
dapat diurai. Dari pengertian ini dapat
dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 85
gambaran jumlah bahan organik mudah
urai (biodegradable organics) yang ada di
perairan. Sedangkan COD atau Chemical
Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
yang diperlukan untuk mengurai seluruh
bahan organik yang terkandung dalam air
(Boyd, 1990). Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan
panas dengan katalisator perak sulfat
(Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991),
sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi.
Dengan demikian, selisih nilai antara COD
dan BOD memberikan gambaran besarnya
bahan organik yang sulit urai yang ada di
perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan
COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar
dari COD. Jadi COD menggambarkan
jumlah total bahan organik yang ada.
2. Metode pengukuran BOD dan COD
Prinsip pengukuran BOD pada
dasarnya cukup sederhana, yaitu
mengukur kandungan oksigen terlarut
awal (DOi) dari sampel segera setelah
pengambilan contoh, kemudian mengukur
kandungan oksigen terlarut pada sampel
yang telah diinkubasi selama 5 hari pada
kondisi gelap dan suhu tetap (20 0
C) yang
sering disebut dengan DO5. Selisih DOi
dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai
BOD yang dinyatakan dalam miligram
oksigen per liter (mg/L). Pengukuran
oksigen dapat dilakukan secara analitik
dengan cara titrasi (metode Winkler,
iodometri) atau dengan menggunakan alat
yang disebut DO meter yang dilengkapi
dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya
dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi
proses fotosintesis yang menghasilkan
oksigen, dan dalam suhu yang tetap
selama lima hari, diharapkan hanya terjadi
proses dekomposisi oleh mikroorganime,
sehingga yang terjadi hanyalah
penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa
ditera sebagai DO5. Yang penting
diperhatikan dalam hal ini adalah
mengupayakan agar masih ada oksigen
tersisa pada pengamatan hari kelima
sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol
maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.
Pengukuran BOD memerlukan
kecermatan tertentu mengingat kondisi
sampel atau perairan yang sangat
bervariasi, sehingga kemungkinan
diperlukan penetralan pH, pengenceran,
aerasi, atau penambahan populasi bakteri.
Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 86
agar masih cukup tersisa oksigen pada hari
kelima. Secara rinci metode pengukuran
BOD diuraikan dalam APHA (1989),
Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy,
1991) atau referensi mengenai analisis air
lainnya. Karena melibatkan
mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai
bahan organik, maka analisis BOD
memang cukup memerlukan waktu.
Oksidasi biokimia adalah proses yang
lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi
bahan organik karbon mencapai 95 – 99
%, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70
% bahan organik telah terdekomposisi
(Metcalf & Eddy, 1991). Lima hari
inkubasi adalah kesepakatan umum dalam
penentuan BOD.
Bisa saja BOD ditentukan dengan
menggunakan waktu inkubasi yang
berbeda, asalkan dengan menyebutkan
lama waktu tersebut dalam nilai yang
dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar
tidak salah dalam interpretasi atau
memperbandingkan. Temperatur 200
C
dalam inkubasi juga merupakan
temperatur standard. Temperatur 200
C
adalah nilai rata-rata temperatur sungai
beraliran lambat di daerah beriklim sedang
(Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori
BOD ini berasal. Untuk daerah tropik
seperti Indonesia, bisa jadi temperatur
inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur
perairan tropik umumnya berkisar antara
25 – 300
C, dengan temperatur inkubasi
yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas
bakteri pengurai juga lebih rendah dan
tidak optimal sebagaimana yang
diharapkan. Ini adalah salah satu
kelemahan lain BOD selain waktu
penentuan yang lama tersebut.
Metode pengukuran COD sedikit
lebih kompleks, karena menggunakan
peralatan khusus reflux, penggunaan asam
pekat, pemanasan, dan titrasi (APHA,
1989, Umaly dan Cuvin, 1988). Peralatan
reflux (Gambar 1) diperlukan untuk
menghindari berkurangnya air sampel
karena pemanasan. Pada prinsipnya
pengukuran COD adalah penambahan
sejumlah tertentu kalium bikromat
(K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel
(dengan volume diketahui) yang telah
ditambahkan asam pekat dan katalis perak
sulfat, kemudian dipanaskan selama
beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan
kalium bikromat ditera dengan cara titrasi.
Dengan demikian kalium bikromat yang
terpakai untuk oksidasi bahan organik
dalam sampel dapat dihitung dan nilai
COD dapat ditentukan. Kelemahannya,
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 87
senyawa kompleks anorganik yang ada di
perairan yang dapat teroksidasi juga ikut
dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga
dalam kasus-kasus tertentu nilai COD
mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk
gambaran kandungan bahan organik.
Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui
setelah waktu inkubasi lima hari, maka
nilai COD dapat segera diketahui setelah
satu atau dua jam. Walaupun jumlah total
bahan organik dapat diketahui melalui
COD dengan waktu penentuan yang lebih
cepat, nilai BOD masih tetap diperlukan.
Dengan mengetahui nilai BOD, akan
diketahui proporsi jumlah bahan organik
yang mudah urai (biodegradable), dan ini
akan memberikan gambaran jumlah
oksigen yang akan terpakai untuk
dekomposisi di perairan dalam sepekan
(lima hari) mendatang. Lalu dengan
memperbandingkan nilai BOD terhadap
COD juga akan diketahui seberapa besar
jumlah bahan-bahan organik yang lebih
persisten yang ada di perairan.
Gambar 1. Peralatan reflux untuk pengukuran COD (sumber: Boyd, 1979)
3. Baku mutu air limbah
Dalam rangka konservasi
lingkungan, pemerintah telah menetapkan
baku mutu limbah cair yang dihasilkan
oleh berbagai industri dan kegiatan lainnya
dalam suatu Surat Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup. Menurut
konsep dan pengertiannya baku mutu air
pada sumber air yang disingkat baku mutu
air, adalah batas kadar yang diperbolehkan
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 88
bagi zat atau bahan pencemar terdapat
dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Baku mutu limbah
cair adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dibuang dari sumber
pencemaran ke dalam air pada sumber air,
sehingga tidak mengakibatkan
dilampauinya baku mutu air. Baku mutu
udara ambien adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di udara, namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda.
Baku mutu air laut adalah batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi atau komponen
lain yang ada atau harus ada, dan zat atau
bahan pencemar yang ditenggang adanya
dalam air laut.
Dalam surat
KEP-51/MENLH/10/1995 (Ekonorma,
1996) ditetapkan baku mutu limbah cair
dari 21 jenis kegiatan industri, yang
meliputi: industri soda kostik, pelapisan
logam, penyamakan kulit, minyak sawit,
pulp dan kertas, karet, gula, tapioca,
tekstil, pupuk urea, ethanol, MSG, kayu
lapis, susu dan makanan dari susu,
minuman ringan, industri bir,baterai
kering, sabun, deterjen & produk minyak
nabati, industri cat, farmasi, dan industri
pestisida. Dalam rangka untuk
melestarikan lingkungan hidup agar tetap
bermanfaat bagi manusia serta makhluk
hidup lainnya perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan
limbah cair ke media lingkungan. Kegiatan
pembuangan limbah cair oleh kawasan
industri mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup, oleh karena
itu perlu dilakukan pengendalian. Untuk
melaksanakan pengendalian pencemaran
air sebagaimana telah ditetapkan dalam
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air, perlu ditetapkan lebih
lanjut Baku Mutu Limbah Cair.
Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan hidustri
yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan
Industri.
Perusahaan Kawasan Industri
adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan/atau pengelolaan
Kawasan Industri. Baku Mutu Limbah
Cair Kawasan Industri adalah batas
maksimum limbah cair yang
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 89
diperbolehkan dibuang ke lingkungan
hidup dari suatu Kawasan Industri.
Limbah Cair Kawasan Industri adalah
limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan
oleh kegiatan Kawasan Industri yang
dibuang ke lingkungan hidup dan diduga
dapat menurunkan kualitas lingkungan
hidup. Mutu Limbah Cair adalah keadaan
limbah cair yang dinyatakan dengan debit,
kadar dan beban pencemar. Debit
maksimum adalah debit tertinggi yang
masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan hidup. Kadar maksimum
adalah kadar tertinggi yang masih
diperbolebkan dibuang ke lingkungan
hidup.
Beban pencemaran maksimum
adalah beban pencemaran tertinggi yang
masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan hidup. Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kawasan Industri yang telah
mempunyai Unit Pengolah Limbah
Terpusat adalah sebagaimana tersebut
dalam Keputusan ini. Bagi Kawasan
Industri yang belum mempunyai Unit
Pengolah Limbah Terpusat berlaku Baku
Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kadar
maksimum dari masing-masing parameter
atau debit limbah maksimum sebagaimana
tersebut dalam Keputusan ini dapat
dilampaui sepanjang beban pencemaran
maksimum tidak dilampaui (Pasal 2).
Gubernur dapat menetapkan parameter
tambahan di luar parameter Baku Mutu
Limbah Cair sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan ini dengan persetujuan
Menteri (Pasal 3). Baku Mutu Limbah
Cairnya lebih ketat atau sama dengan
Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan ini dinyatakan
tetap berlaku; dan Baku Mutu Limbah
Cairnya lebih longgar daripada Baku Mutu
Limbah Cair sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan ini wajib disesuaikan
dengan Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
setelah ditetapkannya Keputusan ini
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran Maksimum
(mg/liter) (kg/hari.Hari)
BOD5 50 4.3
COD 100 8.6
TSS 200 17.2
pH 6.0 - 9.0
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 90
Debit limbah cair maksimum 1 L
per detik per HA lahan kawasan yang
terpakai. Dengan adanya baku mutu air
limbah, maka diperlukan baku mutu
perairan, baik itu air tawar (sungai, danau,
waduk, sumber air) maupun air laut.
Pemerintah juga telah menetapkan baku
mutu air ambient tersebut berupa
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
yang didalamnya memuat baku mutu air
tawar yang dibedakan dalam empat kelas.
Juga telah ditetapkan baku mutu air laut
melalui Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
Didalam baku mutu air tersebut, tercakup
semua parameter yang digunakan dalam
baku mutu air limbah, termasuk BOD dan
COD, ditambah parameter-parameter
kualitas air lainnya, termasuk parameter
biologi dan radio nuklida. Sebagai
ilustrasi, dalam PP Nomor 28/2001
tersebut baku mutu BOD bagi perairan
Kelas dua yang dipergunakan untuk
rekreasi air dan budidaya perikanan
(akuakultur) misalnya, adalah lebih kecil
dari 3 mg/L, sedang baku mutu COD-nya
adalah lebih kecil dari 25 mg/L. Untuk air
laut, sebagaimana dalam Kep. MENLH
Nomor 51/2004, baku mutu BOD untuk
perairan bagi keperluan wisata bahari
adalah 10 mg/L, sedangkan bagi biota laut
baku mutu BOD adalah 20 mg/L. COD
tidak termasuk parameter yang menjadi
baku mutu air laut. Hal ini kemungkinan
karena penentuan COD air laut relatif agak
sulit sehubungan dengan interferensi atau
gangguan keberadaan klorida (Cl) yang
tinggi di air laut terhadap reaksi
analitiknya.
Bila kita cermati baku mutu air
limbah yang ada (Tabel 1), nampak bahwa
walaupun BOD dan COD terpakai sebagai
parameter baku mutu air limbah dari
hampir semua kegiatan, tetapi
keberadaannya adalah bersama-sama
dengan dua atau lebih parameter lain yang
menjadi parameter kunci dari kualitas air
limbah kegiatan yang bersangkutan. Ini
berarti, bukan hanya BOD dan COD yang
menjadi penentu pencemaran air limbah,
tetapi kesemua parameter yang menjadi
baku mutu air limbah dari kegiatan yang
bersangkutan. Dari Tabel 1 tersebut juga
terlihat bahwa parameter pH dan TSS
(total suspended solids) misalnya, juga
berperanan penting dalam baku mutu
limbah, yang lebih lanjut juga berarti
berperan penting dalam penentuan tingkat
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 91
pencemaran perairan. Dari nilai pH akan
dapat diketahui apakah telah terjadi
perubahan sifat asam-basa perairan dari
nilai pH alaminya, bila nilainya lebih
tinggi lebih dari satu unit di atas normal
berarti perairan menjadi terlalu basa,
sebaliknya bila terjadi penurunan maka
perairan menjadi terlalu asam. Bila ini
terjadi, selain mengganggu biota atau
ekosistem perairan, juga akan mengurangi
nilai guna air. Demikian juga TSS, bila
nilainya meningkat cukup signifikan,
perairan akan tampak keruh dan terkesan
kotor sehingga tentu saja mengurangi daya
guna airnya. Dengan demikian, bila
misalnya nilai BOD dan COD suatu
perairan masih normal atau memenuhi
baku mutu, belum dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi pencemaran, bila
parameter kunci lainnya tidak diketahui.
Karena bila parameter lainnya telah
meningkat dan melebihi baku mutu, maka
berarti ada indikasi pencemaran di
perairan. Hal ini dapat terjadi karena bila
terdapat bahan-bahan toksik (beracun) di
perairan, logam berat misalnya (Mays,
1996; APHA, 1989), nilai BOD bisa jadi
rendah atau masih memenuhi baku mutu,
pada hal dalam air atau perairan tersebut
terkandung bahan beracun atau air telah
tercemar. Sebaliknya, bila nilai BOD dan
COD telah cukup tinggi dan melebihi baku
mutu, maka sudah dapat diduga ada
indikasi pencemaran bahan organik. Selain
waktu analisis yang lama, kelemahan dari
penentuan BOD lainnya adalah (Metcalf &
Eddy, 1991): diperlukannya benih bakteri
(seed) yang teraklimatisasi dan aktif dalam
konsentrasi yang tinggi; diperlukan
perlakuan pendahuluan tertentu bila
perairan diindikasi mengandung bahan
toksik; dan efek atau pengaruh dari
organisme nitrifikasi (nitrifying organism)
harus dikurangi. Meskipun ada
kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap
digunakan sampai sekarang. Hal ini
menurut Metcalf & Eddy (1991) karena
beberapa alasan, terutama dalam
hubungannya dengan pengolahan air
limbah, yaitu (1) BOD penting untuk
mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang
akan diperlukan untuk menstabilkan bahan
organik yang ada secara biologi; (2) untuk
mengetahui ukuran fasilitas unit
pengolahan limbah; (3) untuk mengukur
efisiensi suatu proses perlakuan dalam
pengolahan limbah; dan (4) untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan batasan
yang diperbolehkan bagi pembuangan air
limbah. Karena nampaknya BOD akan
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 92
tetap digunakan sampai beberapa waktu
mendatang, maka penting untuk
mengetahui sebanyak mungkin mengenai
cara penentuannya berikut segala
keterbatasan atau kelemahannya.
Terlepas dari berbagai
kelemahannya tersebut, BOD masih cukup
relevan untuk digunakan sebagai salah
satu parameter kualitas air yang penting.
Karena dengan melakukan uji BOD secara
apa adanya, yakni dengan tidak
memperhatikan ada tidaknya kandungan
bahan toksik, sedikit atau banyaknya
kandungan bakteri, tetapi dengan tetap
melakukan pengenceran atau aerasi
bilamana diperlukan dan inkubasi pada
suhu setara suhu perairan, maka akan
diperoleh suatu nilai BOD yang akan
memberikan gambaran kemampuan alami
perairan dalam mendegradasi bahan
organik yang dikandungnya. Dari nilai
tersebut akan dapat dilihat apakah
kemampuan perairan dalam mendegradasi
bahan organik masih cukup baik atau
sudah sangat rendah. Bila rendah, berarti
kemampuan pulih diri (self purification)
perairan sudah sangat berkurang.
KESIMPULAN
1. BOD dan COD masih diperlukan
sebagai parameter dalam baku mutu
air limbah atau sebagai parameter
pencemaran perairan, karena
peranannya sebagai penduga
pencemaran bahan organik dan
kaitannya dengan penurunan
kandungan oksigen terlarut perairan
(oksigen penting bagi kehidupan biota
air dan ekosistem perairan pada
umumnya). Peranan BOD dan COD
bukan sebagai penentu, tetapi setara
dengan parameter lainnya yang
menjadi parameter kunci sehubungan
dengan dugaan pencemaran oleh
kegiatan tertentu.
2. BOD adalah parameter penduga
jumlah oksigen yang diperlukan oleh
perairan untuk mendegradasi bahan
organik yang dikandungnya, sekaligus
merupakan gambaran bahan organik
mudah urai (biodegradable) yang ada
dalam air atau perairan yang
bersangkutan. Bila uji BOD dilakukan
tanpa perlakuan tertentu dan dengan
suhu inkubasi setara suhu perairan,
maka BOD dapat menggambarkan
kemampuan perairan dalam
mendegradasi bahan organik.
Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima
BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 93
3. COD adalah parameter penduga
jumlah total bahan organik yang ada
dalam air atau perairan, baik yang
mudah urai maupun yang sulit urai.
Dengan memperbandingkan nilai COD
dan BOD, akan diketahui gambaran
jumlah bahan organik persisten (sulit
urai) yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apha. 1989. Standard methods for the
examination of waters and
wastewater. 17th ed. American
Public Health Association,
American Water Works
Association, Water Pollution
Control Federation. Washington,
D.C. 1467 p.
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds
for aquaculture. Alabama
Agricultural Experiment Station,
Auburn University, Alabama. 482
p.
Boyd, C.E. 1979. Water quality in
warmwater fish ponds. (4th
printing, 1988). Auburn University
Agricultural Experiment Station,
Auburn, Alabama. p 230.
De Santo, R.S. 1978. Concepts of applied
ecology. Heidelberg Science
Library. Springer-Verlag, New
York. 310 p.
Ekonorma. 1996. Himpunan Peraturan
Perundang-undangan mengenai
pengendalian dampak lingkungan –
EKONORMA. Edisi satu. Pusat
Pengembangan Informasi dan
Penaatan Lingkungan – PPIPL
BAPEDAL. Yayasan Kalpawilis.
Jakarta. p: 253-321. (Memuat
KEP-51/MENLH/10/ 1995;
KEP-52/MENLH/10/1995;
KEP-58/MENLH/12/1995).
Harian Kompas edisi Senin, 12 Desember
1994. “Sebaiknya, parameter BOD
dan COD tak dipakai penentu baku
mutu limbah” (artikel).
KEP-42/MENLH/10/1996. Surat
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor
KEP-42/MENLH/10/1996.
Kep. MENLH No. 112 Tahun 2003. Surat
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003.
Kep. MENLH No. 113 Tahun 2003. Surat
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 113
Tahun 2003.
Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004. Surat
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 2004.
Mays, L.W.(Editor in Chief) 1996. Water
resources handbook.
McGraw-Hill.New York. p:
8.27-8.28.
Metcalf & Eddy, Inc. 1991. Wastewater
Engineering: treatment, disposal,
reuse.3rd ed. (Revised by: G.
Tchobanoglous and F.L. Burton).
McGraw-Hill,Inc. New York,
Singapore. 1334 p.
Umaly, R.C. dan Ma L.A. Cuvin. 1988.
Limnology: Laboratory and field
guide,Physico-chemical factors,
Biological factors. National Book
Store,Inc. Publishers. Metro
Manila. 322 p.
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

More Related Content

What's hot

Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutU Lhia Estrada
 
Karakteristik air limbah
Karakteristik air limbahKarakteristik air limbah
Karakteristik air limbahEchi Chii
 
Pratikum Oksigen Terlarut
Pratikum Oksigen TerlarutPratikum Oksigen Terlarut
Pratikum Oksigen TerlarutAchmad Efendy
 
Fis ling bab i_budi astuti
Fis ling bab i_budi astutiFis ling bab i_budi astuti
Fis ling bab i_budi astutiTutut Safitri
 
Pdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimiaPdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimiamarie2612
 
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...Muhamad Imam Khairy
 
Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam KhairyProduct Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam KhairyMuhamad Imam Khairy
 
1 7 25311020_berkas
1 7 25311020_berkas1 7 25311020_berkas
1 7 25311020_berkasAgus Witono
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...Muhamad Imam Khairy
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...Muhamad Imam Khairy
 
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometer
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometerCara uji merkuri (hg) secara spektrofotometer
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometerUIN Alauddin Makassar
 
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaUIN Alauddin Makassar
 

What's hot (20)

Chemical oxygen demand
Chemical oxygen demandChemical oxygen demand
Chemical oxygen demand
 
Laporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarutLaporan oksigen terlarut
Laporan oksigen terlarut
 
Cod bod
Cod bodCod bod
Cod bod
 
Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3Tekling kuliah 3
Tekling kuliah 3
 
Pengukuran do 1
Pengukuran do 1Pengukuran do 1
Pengukuran do 1
 
Karakteristik air limbah
Karakteristik air limbahKarakteristik air limbah
Karakteristik air limbah
 
Analisis air widya
Analisis air widyaAnalisis air widya
Analisis air widya
 
Pratikum Oksigen Terlarut
Pratikum Oksigen TerlarutPratikum Oksigen Terlarut
Pratikum Oksigen Terlarut
 
Teknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bodTeknik pengambilan sampel bod
Teknik pengambilan sampel bod
 
Karakteristik limbah
Karakteristik limbahKarakteristik limbah
Karakteristik limbah
 
Fis ling bab i_budi astuti
Fis ling bab i_budi astutiFis ling bab i_budi astuti
Fis ling bab i_budi astuti
 
Pdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimiaPdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimia
 
Makalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel airMakalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel air
 
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
SNI 06-6989.14-2004 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 14: Cara Uji Oksigen ...
 
Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam KhairyProduct Polishing by Muhamad Imam Khairy
Product Polishing by Muhamad Imam Khairy
 
1 7 25311020_berkas
1 7 25311020_berkas1 7 25311020_berkas
1 7 25311020_berkas
 
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
SNI 6989.2:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 2: Cara Uji Kebutuhan Oks...
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
 
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometer
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometerCara uji merkuri (hg) secara spektrofotometer
Cara uji merkuri (hg) secara spektrofotometer
 
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
 

Similar to Jurnal Lingkungan

Parameter umum-limbah-cair
Parameter umum-limbah-cairParameter umum-limbah-cair
Parameter umum-limbah-cairWinda Illiana
 
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongoAnalisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongoFarhan Yuzevan
 
Bod cod do dila
Bod cod do dilaBod cod do dila
Bod cod do dilarahmadawal
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Lia Murti Tirtayasa
 
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan tocAnalisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan tocIndriati Dewi
 
Makalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriMakalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriDhanti Utari
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxAiniZahra12
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxAbdulAzisSTMSi
 
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxdesign thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxDarielTema
 
2_Pengolahan_limbah_cair.ppt
2_Pengolahan_limbah_cair.ppt2_Pengolahan_limbah_cair.ppt
2_Pengolahan_limbah_cair.pptDienMarcella1
 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinurramdan383
 
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)BiomaPublishing
 
Uji Chemical Oxygen Demand.pdf
Uji Chemical Oxygen Demand.pdfUji Chemical Oxygen Demand.pdf
Uji Chemical Oxygen Demand.pdfssuserdcd40c
 
Seminarpro hand book
Seminarpro hand bookSeminarpro hand book
Seminarpro hand bookFaiq As'adi
 
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdfSyahraniDewi1
 

Similar to Jurnal Lingkungan (20)

Parameter umum-limbah-cair
Parameter umum-limbah-cairParameter umum-limbah-cair
Parameter umum-limbah-cair
 
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongoAnalisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
Analisis kualitas air sungai kalianyar mojosongo
 
Bod cod do dila
Bod cod do dilaBod cod do dila
Bod cod do dila
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan tocAnalisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
 
Bahan jurnal bod
Bahan jurnal   bodBahan jurnal   bod
Bahan jurnal bod
 
dampak-air.ppt
dampak-air.pptdampak-air.ppt
dampak-air.ppt
 
Makalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis VolumetriMakalah Analisis Volumetri
Makalah Analisis Volumetri
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
 
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxdesign thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
2_Pengolahan_limbah_cair.ppt
2_Pengolahan_limbah_cair.ppt2_Pengolahan_limbah_cair.ppt
2_Pengolahan_limbah_cair.ppt
 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
 
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
9a. lembar panduan kegiatan proyek siswa (lpkps)
 
Uji Chemical Oxygen Demand.pdf
Uji Chemical Oxygen Demand.pdfUji Chemical Oxygen Demand.pdf
Uji Chemical Oxygen Demand.pdf
 
Seminarpro hand book
Seminarpro hand bookSeminarpro hand book
Seminarpro hand book
 
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf
20220905234349-PARAMETER KIMIA AIR - 1 -.pdf
 
Do meter
Do meterDo meter
Do meter
 

Recently uploaded

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 

Recently uploaded (9)

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 

Jurnal Lingkungan

  • 1. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 83 ABSTRAK BOD DAN COD SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN AIR DAN BAKU MUTU AIR LIMBAH Wa Atima, Prodi. Pend. Biologi Fakultas, IAIN Ambon Jl. Dr. H. Tarmizi Taher, 085240517408, E-mail: wa_atima@yahoo.co.id Metode pengukuran BOD adalah mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20o C) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Nilai BOD dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari. Metode pengukuran COD adalah dengan menambahkan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam Kata Kunci: BOD, COD, pencemaran air, baku mutu air limbah ABSTRACT BOD AND COD AS PARAMETER OF WATER POLLUTION AND WATER QUALITY STANDARD WASTE The method of measurement liter is measuring the moisture content of oxygen dissolved early (DOi) of a sample of immediately after the withdrawal of example, then measuring the moisture content of oxygen dissolved in samples have been diinkubasi for 5 days in the condition of a dark and the temperature remains (20 0 C) which are often called with DO5.The difference between (DOi-DO5) are an liter expressed in oxygen milligrams per liter (mg/L). Liter value can be obtained after incubation periods five days. The method of measurement cod is by adding a certain number of potassium bichromate (K2Cr2O7) as an oxidizer in samples (by volume known) that has been added the acid pekat and catalyst silver sulphate, then heated for some time. Next, excess potassium bichromate homer by means of a titration. COD can value immediately known after one or two hours Keywords: BOD , cod , water pollution , quality standard waste water brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by e-Journal Institut Agama Islam Negeri Ambon
  • 2. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 84 Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan masih memenuhi baku mutu. Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu berita dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak kasus kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri. Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat persepsi pada sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan dari yang seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah. PEMBAHASAN 1. Pengertian BOD dan COD BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai
  • 3. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 85 gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan. Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. 2. Metode pengukuran BOD dan COD Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 0 C) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan. Pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan
  • 4. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 86 agar masih cukup tersisa oksigen pada hari kelima. Secara rinci metode pengukuran BOD diuraikan dalam APHA (1989), Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991) atau referensi mengenai analisis air lainnya. Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991). Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan. Temperatur 200 C dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur 200 C adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini berasal. Untuk daerah tropik seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25 – 300 C, dengan temperatur inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut. Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988). Peralatan reflux (Gambar 1) diperlukan untuk menghindari berkurangnya air sampel karena pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan. Kelemahannya,
  • 5. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 87 senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik. Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari, maka nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun jumlah total bahan organik dapat diketahui melalui COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat, nilai BOD masih tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi jumlah bahan organik yang mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam sepekan (lima hari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap COD juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih persisten yang ada di perairan. Gambar 1. Peralatan reflux untuk pengukuran COD (sumber: Boyd, 1979) 3. Baku mutu air limbah Dalam rangka konservasi lingkungan, pemerintah telah menetapkan baku mutu limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai industri dan kegiatan lainnya dalam suatu Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Menurut konsep dan pengertiannya baku mutu air pada sumber air yang disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperbolehkan
  • 6. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 88 bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut. Dalam surat KEP-51/MENLH/10/1995 (Ekonorma, 1996) ditetapkan baku mutu limbah cair dari 21 jenis kegiatan industri, yang meliputi: industri soda kostik, pelapisan logam, penyamakan kulit, minyak sawit, pulp dan kertas, karet, gula, tapioca, tekstil, pupuk urea, ethanol, MSG, kayu lapis, susu dan makanan dari susu, minuman ringan, industri bir,baterai kering, sabun, deterjen & produk minyak nabati, industri cat, farmasi, dan industri pestisida. Dalam rangka untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke media lingkungan. Kegiatan pembuangan limbah cair oleh kawasan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian. Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, perlu ditetapkan lebih lanjut Baku Mutu Limbah Cair. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan hidustri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan/atau pengelolaan Kawasan Industri. Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah batas maksimum limbah cair yang
  • 7. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 89 diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari suatu Kawasan Industri. Limbah Cair Kawasan Industri adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Mutu Limbah Cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan beban pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup. Kadar maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolebkan dibuang ke lingkungan hidup. Beban pencemaran maksimum adalah beban pencemaran tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri yang telah mempunyai Unit Pengolah Limbah Terpusat adalah sebagaimana tersebut dalam Keputusan ini. Bagi Kawasan Industri yang belum mempunyai Unit Pengolah Limbah Terpusat berlaku Baku Mutu Limbah Cair bagi jenis-jenis industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kadar maksimum dari masing-masing parameter atau debit limbah maksimum sebagaimana tersebut dalam Keputusan ini dapat dilampaui sepanjang beban pencemaran maksimum tidak dilampaui (Pasal 2). Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan di luar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini dengan persetujuan Menteri (Pasal 3). Baku Mutu Limbah Cairnya lebih ketat atau sama dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini dinyatakan tetap berlaku; dan Baku Mutu Limbah Cairnya lebih longgar daripada Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini wajib disesuaikan dengan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya Keputusan ini Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran Maksimum (mg/liter) (kg/hari.Hari) BOD5 50 4.3 COD 100 8.6 TSS 200 17.2 pH 6.0 - 9.0
  • 8. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 90 Debit limbah cair maksimum 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai. Dengan adanya baku mutu air limbah, maka diperlukan baku mutu perairan, baik itu air tawar (sungai, danau, waduk, sumber air) maupun air laut. Pemerintah juga telah menetapkan baku mutu air ambient tersebut berupa Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang didalamnya memuat baku mutu air tawar yang dibedakan dalam empat kelas. Juga telah ditetapkan baku mutu air laut melalui Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Didalam baku mutu air tersebut, tercakup semua parameter yang digunakan dalam baku mutu air limbah, termasuk BOD dan COD, ditambah parameter-parameter kualitas air lainnya, termasuk parameter biologi dan radio nuklida. Sebagai ilustrasi, dalam PP Nomor 28/2001 tersebut baku mutu BOD bagi perairan Kelas dua yang dipergunakan untuk rekreasi air dan budidaya perikanan (akuakultur) misalnya, adalah lebih kecil dari 3 mg/L, sedang baku mutu COD-nya adalah lebih kecil dari 25 mg/L. Untuk air laut, sebagaimana dalam Kep. MENLH Nomor 51/2004, baku mutu BOD untuk perairan bagi keperluan wisata bahari adalah 10 mg/L, sedangkan bagi biota laut baku mutu BOD adalah 20 mg/L. COD tidak termasuk parameter yang menjadi baku mutu air laut. Hal ini kemungkinan karena penentuan COD air laut relatif agak sulit sehubungan dengan interferensi atau gangguan keberadaan klorida (Cl) yang tinggi di air laut terhadap reaksi analitiknya. Bila kita cermati baku mutu air limbah yang ada (Tabel 1), nampak bahwa walaupun BOD dan COD terpakai sebagai parameter baku mutu air limbah dari hampir semua kegiatan, tetapi keberadaannya adalah bersama-sama dengan dua atau lebih parameter lain yang menjadi parameter kunci dari kualitas air limbah kegiatan yang bersangkutan. Ini berarti, bukan hanya BOD dan COD yang menjadi penentu pencemaran air limbah, tetapi kesemua parameter yang menjadi baku mutu air limbah dari kegiatan yang bersangkutan. Dari Tabel 1 tersebut juga terlihat bahwa parameter pH dan TSS (total suspended solids) misalnya, juga berperanan penting dalam baku mutu limbah, yang lebih lanjut juga berarti berperan penting dalam penentuan tingkat
  • 9. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 91 pencemaran perairan. Dari nilai pH akan dapat diketahui apakah telah terjadi perubahan sifat asam-basa perairan dari nilai pH alaminya, bila nilainya lebih tinggi lebih dari satu unit di atas normal berarti perairan menjadi terlalu basa, sebaliknya bila terjadi penurunan maka perairan menjadi terlalu asam. Bila ini terjadi, selain mengganggu biota atau ekosistem perairan, juga akan mengurangi nilai guna air. Demikian juga TSS, bila nilainya meningkat cukup signifikan, perairan akan tampak keruh dan terkesan kotor sehingga tentu saja mengurangi daya guna airnya. Dengan demikian, bila misalnya nilai BOD dan COD suatu perairan masih normal atau memenuhi baku mutu, belum dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pencemaran, bila parameter kunci lainnya tidak diketahui. Karena bila parameter lainnya telah meningkat dan melebihi baku mutu, maka berarti ada indikasi pencemaran di perairan. Hal ini dapat terjadi karena bila terdapat bahan-bahan toksik (beracun) di perairan, logam berat misalnya (Mays, 1996; APHA, 1989), nilai BOD bisa jadi rendah atau masih memenuhi baku mutu, pada hal dalam air atau perairan tersebut terkandung bahan beracun atau air telah tercemar. Sebaliknya, bila nilai BOD dan COD telah cukup tinggi dan melebihi baku mutu, maka sudah dapat diduga ada indikasi pencemaran bahan organik. Selain waktu analisis yang lama, kelemahan dari penentuan BOD lainnya adalah (Metcalf & Eddy, 1991): diperlukannya benih bakteri (seed) yang teraklimatisasi dan aktif dalam konsentrasi yang tinggi; diperlukan perlakuan pendahuluan tertentu bila perairan diindikasi mengandung bahan toksik; dan efek atau pengaruh dari organisme nitrifikasi (nitrifying organism) harus dikurangi. Meskipun ada kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap digunakan sampai sekarang. Hal ini menurut Metcalf & Eddy (1991) karena beberapa alasan, terutama dalam hubungannya dengan pengolahan air limbah, yaitu (1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan diperlukan untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi; (2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah; (3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah; dan (4) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan bagi pembuangan air limbah. Karena nampaknya BOD akan
  • 10. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 92 tetap digunakan sampai beberapa waktu mendatang, maka penting untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai cara penentuannya berikut segala keterbatasan atau kelemahannya. Terlepas dari berbagai kelemahannya tersebut, BOD masih cukup relevan untuk digunakan sebagai salah satu parameter kualitas air yang penting. Karena dengan melakukan uji BOD secara apa adanya, yakni dengan tidak memperhatikan ada tidaknya kandungan bahan toksik, sedikit atau banyaknya kandungan bakteri, tetapi dengan tetap melakukan pengenceran atau aerasi bilamana diperlukan dan inkubasi pada suhu setara suhu perairan, maka akan diperoleh suatu nilai BOD yang akan memberikan gambaran kemampuan alami perairan dalam mendegradasi bahan organik yang dikandungnya. Dari nilai tersebut akan dapat dilihat apakah kemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik masih cukup baik atau sudah sangat rendah. Bila rendah, berarti kemampuan pulih diri (self purification) perairan sudah sangat berkurang. KESIMPULAN 1. BOD dan COD masih diperlukan sebagai parameter dalam baku mutu air limbah atau sebagai parameter pencemaran perairan, karena peranannya sebagai penduga pencemaran bahan organik dan kaitannya dengan penurunan kandungan oksigen terlarut perairan (oksigen penting bagi kehidupan biota air dan ekosistem perairan pada umumnya). Peranan BOD dan COD bukan sebagai penentu, tetapi setara dengan parameter lainnya yang menjadi parameter kunci sehubungan dengan dugaan pencemaran oleh kegiatan tertentu. 2. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan. Bila uji BOD dilakukan tanpa perlakuan tertentu dan dengan suhu inkubasi setara suhu perairan, maka BOD dapat menggambarkan kemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik.
  • 11. Jurnal Biology Science & Education 2015 Wa atima BIOLOGI SEL (vol 4 no 1 edisi jan-jun 2015 issn 2252-858x) Page 93 3. COD adalah parameter penduga jumlah total bahan organik yang ada dalam air atau perairan, baik yang mudah urai maupun yang sulit urai. Dengan memperbandingkan nilai COD dan BOD, akan diketahui gambaran jumlah bahan organik persisten (sulit urai) yang terkandung di dalamnya. DAFTAR PUSTAKA Apha. 1989. Standard methods for the examination of waters and wastewater. 17th ed. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Pollution Control Federation. Washington, D.C. 1467 p. Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p. Boyd, C.E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. (4th printing, 1988). Auburn University Agricultural Experiment Station, Auburn, Alabama. p 230. De Santo, R.S. 1978. Concepts of applied ecology. Heidelberg Science Library. Springer-Verlag, New York. 310 p. Ekonorma. 1996. Himpunan Peraturan Perundang-undangan mengenai pengendalian dampak lingkungan – EKONORMA. Edisi satu. Pusat Pengembangan Informasi dan Penaatan Lingkungan – PPIPL BAPEDAL. Yayasan Kalpawilis. Jakarta. p: 253-321. (Memuat KEP-51/MENLH/10/ 1995; KEP-52/MENLH/10/1995; KEP-58/MENLH/12/1995). Harian Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994. “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah” (artikel). KEP-42/MENLH/10/1996. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-42/MENLH/10/1996. Kep. MENLH No. 112 Tahun 2003. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003. Kep. MENLH No. 113 Tahun 2003. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003. Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Mays, L.W.(Editor in Chief) 1996. Water resources handbook. McGraw-Hill.New York. p: 8.27-8.28. Metcalf & Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse.3rd ed. (Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton). McGraw-Hill,Inc. New York, Singapore. 1334 p. Umaly, R.C. dan Ma L.A. Cuvin. 1988. Limnology: Laboratory and field guide,Physico-chemical factors, Biological factors. National Book Store,Inc. Publishers. Metro Manila. 322 p. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.