Teks ini membahas tentang jenis-jenis teks anekdot yaitu artikel, cerpen, dan dialog. Kemudian memberikan contoh teks anekdot tentang sekolah yang akan berubah status menjadi sekolah bertaraf internasional. Murid bernama Jono bersemangat untuk les bahasa Inggris, sedangkan Ical mengkhawatirkan biaya sekolah yang akan lebih mahal.
2. KOMPETENSI DASAR
3. 5. Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna
tersirat
4. 5. Mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah
teks anekdot baik lisan maupun tulis
3. JENIS TEKS ANEKDOT
Menurut Luxemburg dkk. (1984:160), teks anekdot terdiri atas tiga
jenis, yaitu dalam bentuk artikel, cerpen, dan dialog.
Artikel
Anekdot dalam bentuk atikel dapat berbentuk format naratif. Teks
anekdot menceritakan suatu hal atau tokoh faktual/terkenal sehingga
dalam ceritanya memiliki kejelasan tokoh, alur, peristiwa, dan latar.
4. Cerpen
Anekdot berupa cerpen menceritakan suatu hal yang lugas atau tidak
berbelit-belit agar pendengar atau pembaca lebih cepat mengerti isi
lelucon cerita tersebut. Oleh sebab itu, cerpen anekdot lebih singkat
daripada cerpen pada umumnya.
5. Teks dialog
Teks anekdot dalam bentuk dialog menggunakan format
drama yang mempunyai petunjuk lakon. Teks anekdot yang
disajikan dalam bentuk dialog dominan menggunakan kalimat
langsung.
6. CONTOH TE K S ANE K DOT
SE KOL AH BE RTARAF INTE RNASIONAL
Bu Guru memasuki kelas satu demi-persatu saat lonceng sekolah di
Kota A mulai bergema. Bu Guru tersebut berdiri di depan kelas
sambil menenteng lembaran pengumuman.
“Anak-anak, Ibu punya pengumuman penting dan gemabira untuk
kalian. Mulai bulan depan, sekolah kita akan berubah status sebagai
sekolah bertaraf internasional. Nah, bagaimana? Apa yang akan kalian
lakukan untuk menyambutnya?” Bu Guru mengoper lembaran
pengumuman untuk dibagikan.
7. Jono mengangkat tangan. “Saya mau les bahasa inggris buat
mendukung belajar dengan taraf internasional, Bu!”
“Bagus, Jono.” Bu Guru senang mendengarnya, dia melirik ke arah
Ical. “Kalau kamu Ical?”
“Saya? Saya mau meminta orangtua saya untuk menyiapkan biaya
sekolah lebih banyak lagi.”
“Lho? Kenapa?.”
8. “Soalnya dengan bergantinya status sekolah ini menjadi bertaraf
internasional maka biaya sekolahnya pun pasti lebih mahal. Iurannya
akan lebih tinggi, belum bayar ini itu,” jawab Ical.
Bu Guru mengkerutkan kening. “Kok jawaban kamu sinis sekali?
Gini, kalau sekolah kita jadi bertaaraf internasional kan jadinya sama
kayak sekolah-sekolah luar negeri. Lebih berkualitas.”
“Tapi, Bu, menurut saya sekolah bertaraf internasional itu sebenarnya
punya arti sekolah bertarif internasional,” jelas Ical.