3. Penemuan manusia purba diawali dengan
kegiatan penggalian di tempat-tempat yang diyakini
terdapat fosil-fosil manusia purba.
Penelitian ilmiah mengenai fosil dimulai pada
akhir abad ke-19. Penelitian Paleoantropologi
manusia purba di Indonesia dapat dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu 1889-1909, 1931-1941, dan 1952
hingga sekarang.
4. Jenis-Jenis Manusia Purba
1.
Meganthropus paleojavanicus
Megantropus Paleo Javanicus ditemukan oleh Ralph von
Koeningswald pada tahun 1936-1941 di daerah Sangiran (Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah)
Ciri-cirinya:
- Dianggap paling tua (hidup antara 2 sampai 1 juta tahun yang lalu)
- bentuk fisik yang besar
- Rahang nya kuat, mempunyai badan yang tegap dan geraham yang besar
- Makanannya tumbuhan
- Muka terkesan kuat
- Tulang pipi tebal, dagu tidak ada
- Tonjolan kening mencolok
- Tonjolan belakang kepala tajam
- Volume otaknya sekitar 1000cc
- Otot-otot tengkuk kuat dan
- Tonjolan kening yang menyolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam dan
besar untuk otot-otot tengkuk yang kuat
5. 2.
Pithecantropus
Fosil jenis Pithecantropus ini ternyata paling banyak ditemukan di
Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa kala pleistosen di Indonesia
didominasi oleh manusia Pithecantropus. Pithecantropus hidup di kala pleistosen
awal, tengah, dan akhir.
Ditemukan oleh Weidenreich dan Ralph von Koeningswald pada tahun
1936 di daerah Mojokerto, Kedungbrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan
Ngandong. Hidupnya di lembah-lembah atau di kaki pegunungan dekat perairan
darat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ciri-cirinya :
- tubuh berkisar antara 165 - 180 cm
- dengan badan dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak setegap
Meganthropus
- Dagu belum ada dan hidungnya lebar
- Volume otaknya berkisar antara 750 - 1300 cc
- hidup antara 2 juta - 200.000 tahun yang lalu
6. Jenis-jenis Pithecantropus
1)
Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto, ditemukan oleh Von Koenigswald di
Mojokerto tahun 1936 pada lapisan pleistosen bawah.
2)
Pithecantropus Robustus, artinya manusia kera yang perkasa; ditemukan oleh Von
Koenigswald dan F.Weidenrich pada tahun 1939 ada pada lapisan pleistosen tengah di lembah
Bengawan Solo, Sangiran, Jawa Tengah.
3)
Pithecantropus Erectus, (pithecos = kera; Erectus = berdiri tegak; manusia kera berjalan
tegak), artinya manusia kera yang berjalan tegak, yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1890 di Kedung Brubus, Trinil, Ngawi di tepi sungai Bengawan Solo yang ada pada lapisan
pleistosen tengah.
Jenis manusia ini mempunyai isi atau volume otak 900 cc, tulang keningnya menonjol ke muka,
bagian hidung bergandeng menjadi satu. Ciri-ciri lainnya, tulang dahinya lurus ke belakang, tulang
kakinya sudah cukup besar, gerahamnya masih besar.Tinggi berkisar antara 165 - 170 cm dan
berat badannya sekitar 100 kg.
4) Di daratan Asia, jenis Pithecantropus ini ditemukan di gua-gua di Chuokoutien,
Peking, Cina; maka dikenal dengan nama Pithecantropus/ Sinanthropus Pekinensis (manusia kera
dari Peking). Di Afrika ditemukan di Kenya dan dikenal dengan sebutan Austrolopithecus Africanus.
Pithecantropus masih hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka belum dapat memasak,
jadi makanan dimakan tanpa terlebih dahulu dimasak. Mereka tinggal di tempat-tempat terbuka dan
selalu hidup berkelompok.
7. 3.
Homo
Jenis manusia Homo berasal dari lapisan pleistosen atas, lebih muda dari jenisjenis manusia sebelumnya. Homo mempunyai ciri-ciri yang lebih progresif dari pada
Pithecanthropus. Isi otaknya antara 1000-1200 cc, dengan rata-rata 1350-1450 cc. Tinggi
tubuhnya juga bervariasi antara 130-150 cm, demikian pula beratnya antara 30-150 kg.
Otaknya lebih berkembang, terutama kulit otaknya. Bagian belakang tengkorak, juga
membulat dan tinggi, otak kecilnya sudah berkembang dan otot-otot tengkuk sudah
banyak mengalami reduksi. Ini disebabkan oleh alat pengunyahnya yang menyusut lebih
lanjut, gigi mengecil demikian pula rahang, serta otot-otot kunyahnya dan muka tidak
begitu menonjol lagi ke depan. Letak tengkorak di atas tulang belakang sudah lebih
seimbang. Berjalan dan berdiri lebih sempurna dan koordinasi otot sudah jauh lebih
sempurna. Jenis ini antara lain:
1. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo, yang ditemukan di Ngandong lembah
sungai Bengawan Solo oleh Von Koenigswald pada tahun 1931-1934.
2. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak, yang ditemukan di lembah sungai
Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Eugene Dubois tahun 1889. Homo
Wajakensis hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu.
Homo Wajakensis merupakan Homo sapiens pertama di Asia.
Ditemukan olehVan Reictshotten, pada tahun 1889, di desa Wajak, Tulungagung, Jawa
Timur.
8.
Homo Sapiens
Homo Sapiens artinya manusia cerdas, yang ditemukan di
Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Von Rietschoten pada tahun 1892. Jenis homo
Sapiens berasal dari zaman Holosen atau Alluvium yang hidup kurang lebih 20.000
tahun yang lalu. Kehidupan manusia ini sudah lebih maju dari manusia pendahulunya;
mereka sudah pandai memasak, menguliti binatang buruannya dan kemudian
membakarnya
Sinanthropus pekinensis
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua
naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich.
Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena
memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan.
Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200
cm kubik.
Homo Rhodensiensis
Homo rhodesiensis adalah spesies hominin yang dideskripsikan dari fosil
Manusia Rhodesian. Sisa fosil mereka berusia 300.000 hingga 125.000 tahun
yang lalu pada zaman Pleistosen. Fosil spesies ini ditemukan pertama kali pada
tahun 1921 oleh Tom Zwiglaar di Rhodesia Utara (kini Kabwe, Zambia).
9.
Homo floresiensis
Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang
diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh
dan volume otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum
sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau
Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu menunjukkan postur paling
tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm).
Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen
menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka
yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di
sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun
yang lalu.
Homo sapiens bassilus
Ditemukan di Perancis.
Ciri-cirinya adalah dahinya tidak lagi miring dan telah memiliki dagu
Eoabthropus dowson / Piltdown
Ditemukan di Inggris.Menurut para ahli digolongkan ke dalam Homo sapiens dan
diperkirakan hidup
pada zaman Divilium Muda.
10. Hasil Kebudayaan Zaman Batu
Tua
Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara
menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan
memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di
daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak
perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba
Pithecantropus.
Contoh kapak perimbas:
11.
Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan
perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah
kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya.
Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah
kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di
Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.
Contoh kapak genggam:
12.
Alat-alat Serpih (Flakes)
Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat
penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah
Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.
Contoh alat-alat serpih:
13.
Perkakas dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong,
dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan
mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai
Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat
dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Contoh perkakas dari tulang dan tanduk:
14.
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan
modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulitkulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga
membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini
banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
Contoh kjokkenmoddinger:
Dan masih banyak lagi hasil kebudayaan-kebudayaan zaman batu tua