SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
2 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014|
SEMIOTIKA SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISIS TEKS
DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF
Oleh Hasyim Ali Imran *
Abstract
This paper discusses the qualitative approach communication with research that is focused on the text as a
subject of research. The writing is directed at a sample form of the application practice method in text
analysis, that refers to a social semiotics method of MAK Halliday version. In academic, this writing is
expected to contribute to ease students in doing practice.
Keywords: social semiotics, text analysis, kualitatif approach
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan pada
teks sebagai subyek penelitian. Tulisan diarahkan pada contoh bentuk praktik penerapan metode analisis teks
yang mengacu pada metode semiotika sosial versi MAK Halliday. Secara akademik tulisan ini diharapkan
berkontribusi bagi kemudahan mahasiswa dalam mempraktikkannya.
Kata kunci: semiotika sosial, analisis teks, pendekatan kualitatif.
1. Pendahuluan
Secara epistemologis, dalam penelitian
komunikasi dengan pendekatan kualitatif,
diketahui sebenarnya memiliki banyak perangkat
alat analisis, baik itu terhadap yang berbasiskan
‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”.
Secara terminologis, dari sejumlah metode
penelitian kualitatif yang ada kini, sebenarnya itu
telah terkelompokkan mana yang tergolong pada
metode penelitian yang pas berbasiskan pada
sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang
pas berbasiskan pada sumber teks. Untuk
mengetahui ini, pertama dengan cara memahami
pengelompokan metode penelitian komunikasi
kualitatif. Berdasarkan catatan yang ada, maka
pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti
sebagaimana tertera pada bagan berikut ini :
1) Field Research : Studi Kasus,Fenomenologi,Grounded
Theory, Etnometodologi. Etnografi
Biografi , Historical Social Science, Clinical
Research. Cultural Studies
MPK Analisis Teks : Semiotika;
Kualitatif Marxis;
2) Discourse analysis Framing;
Semiotika Sosial
(MAK Halliday;
Theo Van Lewin)
Analisis wacana Kritis (CDA) :
-Norman Fairclough;
-Ruth Wodak
| INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 3
Secara epistemologis, dalam penelitian
komunikasi dengan pendekatan kualitatif,
diketahui sebenarnya memiliki banyak perangkat
alat analisis, baik itu terhadap yang berbasiskan
‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”.
Dengan melihat bagan di atas, kini jelas mana
metode penelitian yang relevan untuk diterapkan.
Relevansi itu setidaknya terkait dengan lokus
riset, yakni menyangkut ‘field’ dan “teks”.
Dengan demikian, kekeliruan dini terkait
pelaksanaan riset pendekatan kualitatif dapat
dihindarkan. Tulisan ini sendiri berupaya
menyajikan tulisan menyangkut salah satu bentuk
praktik penelitian komunikasi dengan pendekatan
kualitatif yang berbasiskan pada “teks”. Contoh
bentuk praktik dimaksud, khususnya difokuskan
pada analisis teks dengan metode semiotika sosial
dalam versi MAK Halliday. Dengan pemaparan
karya tulis dimaksud, secara akademis diharapkan
dapat membantu mahasiswa dalam mempermudah
pelaksanaan riset-riset dengan pendekatan
kualitatif yang berbasiskan teks.
2. Pembahasan
2.1. Semiotika Sosial M.A.K. Halliday
Menurut Hamad tujuan aplikasi Semiotika
Sosial dengan menggunakan komponen Semiotika
Sosial dari M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hassan
dalam analisis isi media, adalah untuk
menemukan hal terkait dengan tiga komponen
Semiotika Sosial, yaitu: Medan Wacana (field of
discourse); Pelibat Wacana (tenor of discourse);
dan Sarana Wacana (mode of discourse).
Dari segi Medan Wacana (field of discourse)
maka tujuannya untuk mengetahui apa yang
dijadikan wacana media massa mengenai sesuatu
yang terjadi di lapangan. Diperlakukan apa sebuah
obyek berita?
Terkait Pelibat Wacana (tenor of discourse),
maka untuk megetahui orang-orang yang
dicantumkan dalam teks (seperti berita, editorial,
dan lain-lain); sifat orang-orang itu, kedudukan
dan peranan mereka.
Sementara dari segi Sarana Wacana (mode of
discourse), untuk mengetahui bagian yang
diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator
(media massa) menggunakan gaya bahasa untuk
menggambarkan medan (situasi) dan pelibat
(orang-orang yang dikutip). Bagi keperluan
praktis, kandungan tersebut memberikan implikasi
apa? (diantaranya yaitu berupa makna, citra, opini
dan motif).1
2.2. Praktik Semiotika Sosial M.A.K. Halliday,
Sebuah Contoh Praktis
Untuk kepentingan tulisan ini, contoh teks
yang diambil adalah Tajuk Rencana di Harian
Republika tanggal 17 Mei 2006 dan 11 Mei 2006.
Namun, contoh aplikasi analisis Semiotika Sosial
Halliday di sini hanya disajikan berdasarkan
contoh teks tajuk rencana Harian Republika, 11
Mei 2006 (terlampir), serta deskripsi analisisnya:
a. Hasil Analisis Teks
Hasil penelitian terhadap teks dalam Tajuk
Rencana edisi 11 Mei 2006 disajikan dalam tabel
berikut ini. Tajuk Rencana edisi 11 Mei 2006
sendiri memfiksasikan isu penyelesaian hukum
kasus korupsi Pak Harto itu melalui tajuk berjudul
“Soeharto dan Fatsoen Pengampunan”. Temuan
berdasarkan analisis semiotika sosial Halliday
terhadap tajuk tersebut, disajikan dalam tabel
berikut:
1
Hamad, Ibnu, (2007). Analisis Wacana (Discourse
Análisis) Sebuah Pengenalan Awal, Jakarta, Diktat
Perkuliahamn Methode Penelitian Komunikasi Kulaitatif,
PPS MIK UPDM (B) Jakarta, hal. 15.
4 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014|
Tabel 1: Hasil analisa Tajuk Rencana Harian Republika, 11 Mei 2006
Kategori Temuan Keterangan
Medan
Wacana
(field of
discourse)
-”Mungkin sebagian besar bangsa ini
akan memilh memaafkan Soeharto atau
bahkan menilainya tak bersalah. Yang
dibutuhkan adalah landasan tata
nilainya.”(p 11)
Pengampunan Soeharto berhubungan
dengan dukungan tata nilai yang berkaitan
dengan bagaimana sejarah membaca sepak
terjang Pak Harto dimasa lalu, yang
banyak jasanya bagi bangsa dan negara.
Selain itu, Dukungan tata nilai erat
kaitannya dengan peran pemerintah
membentuk suatu tindakan politis dan
hukum dalam kasus ini.
Pelibat
Wacana
(tenor of
discourse)
1. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY),
2. Soeharto, Mantan Presiden
3. Yusril Ihza Mahendra, Menteri
Sekretaris Negara,
4. Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet,
5. Jusuf Kalla, Wakil Presiden,
6. Jimly Asshiddiqie, Ketua
Mahkamah Konstitusi,
7. Zaenal Ma’arif, Wakil Ketua DPR,
8. Muladi, Gubernur Lemhannas, dan
9. Pimpinan MPR.
Semua orang yang dicantumkan dalam
teks adalah para petinggi dalam
kepemimpinan institusi negara, legislatif
eksekutif dan Yudikatif. Selain Sudi
Silalahi, mereka semuanya menyatakan
Kasus Soeharto ditutup saja dan perlu
mendapat pengampunan karena jasanya
yang besar terhadap bangsa dan negara
Indonesia.
Sarana
Wacana
(mode of
discourse)
1. ”Parade pembesuk”(p. 2)
2. ”Kini, kata reformasi menjadi
lelucon, dihindarkan, dan bau”(p.5).
3. ”Melalui pengaburan nilai, kita dibuat
tolol.” ”..... Semua limbahnya
dicekokkan ke mulut rakyat.”(p.6)
4. Ungkapan deskriptif dan eksplanasi
mengenai keadaan reformasi sekarang
pasca Soeharto dinyatakan dalam
paragraf (p.4-11)
5. ”..... kita menganut asas mikul duwur
mendem jero, atau ...” ; ” konglomerat
hitam saja kita ampuni, masa
Soeharto yang banyak jasanya ......
kita tak mengampuni?”; ”...... apa
bahasanya?”(p.10).
6.Pengampunan dilakukan berdasarkan
justifikasi atas lemahnya penegakan
hukum pada banyak kasus lainnya, ini
diantaranya tersurat pada :
“..tak ada penilep BLBI dan
rekapitulasi yang masuk penjara,
bahkan mereka bisa mengendalikan
negeri ini)” (p.6); “Para konglomerat
hitam sibuk berinvestasi dari satu
negeri ke negeri lain.”(p7);
“mengenal penjahat kemanusiaan
Melihat kata-katanya penuh dengan
metafora yang menyindir seperti kata- kata
”parade pembesuk” dan ungkapan-
ungkapan analogi yang keras (sarkastis)
seperti tolol dan dicekokkan dari
penulis,serta ungkapan euphimisme
melalui jargon Orba mikul duwur mendem
jero, menunjukkan suatu ketidak-
senangan media atas tindakan pemerintah
yang mengikuti arus pengampunan.
Sebuah komparasi dihadirkan dalam
badan tulisan yang diorientasikan pada
tampaknya pencitraan situasi lemahnya
bidang penegakan hukum, yang juga
cenderung dijadikan bahan justifikasi bagi
pengampunan , kemudian ditutup oleh
paragraf yang mempertanyakan tindakan
tersebut dengan mengajukan kata ”tata
nilai”. Hal ini juga dapat diterjemahkan
sebagai kepatutan hukum atau supremasi
hukum dalam hal ini ditafsirkan sebagai
proses hukum Soeharto.
| INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 5
sebagai pahlawan..”(p9);
“Konglomerat hitam saja diampuni,
masa Soeharto yang berjasa banyak
tidak diampuni?”(p.10).
Sumber : Hasil Pengolahan data, 2008. Keterangan , p= paragraf
b. Deskriptif Analisis
- Medan Wacana (field of discourse)
Menyangkut temuan mengenai aspek
medan wacana dalam semiotika sosial
Halliday, maka wacana yang coba
dikemukakan media adalah menyangkut
kejelasan tata nilai dalam penyelesaian
hukum kasus dugaan korupsi yang
dilakukan Pak Harto dan bahwa mantan
Presiden Soeharto adalah dalang dari ricuh
reformasi bidang penegakan hukum saat ini.
Terlihat dari judul “Soeharto dan Fatsoen
Pengampunan” dan lead serta ending,
bahwa ada pernyataan-pernyataan yang
bersifat pesimis, sinis dan negatif terhadap
wacana pengampunan mantan Presiden
Soeharto yang diutarakan secara deskriptif
dan tidak langsung. Artinya, pernyataan-
pernyataan ini menjadi pengantar ke ide
sebenarnya mengenai posisi media terhadap
kasus Soeharto. Pada konteksnya tampak
posisi media terhadap kasus Soeharto
memang terbelah menjadi dua pendapat
besar, tidak setuju pengampunan karena
tidak ada dasar tata nilainya dan setuju.
Ketidaksetujuan Republika mengenai
opininya itu digambarkan, antara lain,
dengan teks sinis berupa: “Yang menarik,
tak ada satu partai pun yang bersuara
menentang arus pengampunan
tersebut....”(p. 3 kalimat 4). Selain itu juga
dengan cara mengajukan pertanyaan retoris
bersifat sinis menyangkut tata nilai terhadap
setiap contoh kasus lemahnya penegakan
hukum, misalnya : “Maka tata nilai apakah
yang hendak kita wariskan?”(p.7 kalimat 4;
p.9 kalimat 5). Sedang opini media yang
sifatnya setuju, ini digambarkan tidak
seintens pada opininya yang tidak setuju
tadi. Hal ini melainkan direpresentasikan
dengan cara hati-hati dan tidak tegas. Ini
tercermin dari tidak beraninya pihak media
bahwa itu merupakan opininya sendiri.
Dalam kaitan ini media menggambarkannya
dengan kata-kata “mungkin sebagian besar
bangsa; memilih memaafkan ; dan
menilainya tak bersalah “dalam kalimat
“Mungkin sebagian besar bangsa ini akan
memilih memaafkan Soeharto atau bahkan
menilainya tak bersalah”. (p. 11 kalimat 1).
Selain itu sikap kesetujuan media ini juga
mengindikasikan kegamangan atau
ketidakaslian sikapnya mengenai wacana
pengampunan itu sendiri. Ada kesan,
kalimat dalam pragraf terakhir ini
merupakan keterpaksaan yang sekedar ingin
aman mengingat pemunculannya yang
bersifat “ujug-ujug” yang tak nyambung
sama sekali dengan opini media pada
paragraf-paragraf sebelumnya yang sarat
dengan kepesimisan dan kesinisan terhadap
upaya penegakan hukum di negeri ini. Dari
kesinisannya itu, sepertinya media ini
berusaha juga menyerang dan menyudutkan
sepak terjang pemerintah. Ini dapat dilihat
bahwa wacana yang terbentuk juga wacana
”pemerintah tidak becus menangani agenda
reformasi” di bidang penegakan hukum.
- Pelibat Wacana (tenor of discourse)
Dari sisi pelibat wacana, disebutkan
beberapa pejabat yang menjadi bacground
bagi penjelasan selanjutnya. Tidak ada
sumber yang dilibatkan dalam teks itu bukan
berasal dari institusi negara. Republika juga
menempatkan semua pihak yang pro
terhadap pengampunan Pak Harto. Para
pejabat yang dikemukakan yaitu: Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Yusril
Ihza Mahendra, Menteri Sekretaris Negara,
Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet, Jusuf
Kalla, Wakil Presiden, Jimly Asshiddiqie,
Ketua Mahkamah Konstitusi, Zaenal
Ma’arif, Wakil Ketua DPR, Muladi,
Gubernur Lemhannas, dan Pimpinan MPR.
Dengan pencantuman para petinggi
negara itu, para sumber yang tentunya
strategis dalam memutuskan status hukum
Pak Harto, yang nota bene semuanya setuju
soal pengampunan, dengan demikian dapat
diartikan bahwa penyelesaian hukum kasus
dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto
secara de facto memang sudah selesai,
ditutup. Namun, dari segi penegakan
6 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014|
hukum, ini tetap bermakna ketidakmampuan
pemerintah untuk menyelesaikan masalah
Soeharto dalam hubungannya dengan
masalah hukum dan ini dengan sendirinya
menjadi sebuah kelemahan dan
ketidakmampuan pemerintahan SBY. Dalam
hal ini disebutkan secara jelas para menteri
kabinet SBY dan dilanjutkan pada
penjelasan betapa morat-maritnya orde
reformasi ini dan ditutup oleh suatu tuntutan
berupa pertanyaan tentang tata nilai
termasuk dasar hukum yang intinya sebuah
kejelasan, dalam hal ini wacana dan idenya
adalah ”kejelasan kasus Soeharto”.
- Sarana Wacana (mode of discourse)
Dari sisi mode wacana, gaya bahasanya
banyak mengandung metafor. Di sini
metafor biasanya berusaha untuk
memfokuskan suatu ide pada suatu kondisi.
Dalam hal ini metafor yang dibentuk
merupakan sindiran negatif ke arah
pemerintah yang begitu lemah terhadap
kasus Soeharto. Karenanya, beramai-ramai
mengikuti ”arus” pengampunan. Republika
menggambarkan sindiran itu dengan
kalimat, ”Kini, kata reformasi menjadi
lelucon, dihindarkan, dan bau”(p.5 kalimat
1). Atau, ”..... kita menganut asas mikul
duwur mendem jero, atau ...” ; (p.10 kalimat
2).
Selain itu, kesinisan atas ”Pengampunan”
dilakukan media berdasarkan justifikasi atas
lemahnya penegakan hukum pada banyak
kasus lainnya, ini diantaranya tersurat pada :
“.... tak ada penilep BLBI dan rekapitulasi
yang masuk penjara, bahkan mereka bisa
mengendalikan negeri ini)” (p.6); “Para
konglomerat hitam sibuk berinvestasi dari
satu negeri ke negeri lain.”(p7); “mengenal
penjahat kemanusiaan sebagai
pahlawan..”(p.9); “Konglomerat hitam saja
diampuni, masa Soeharto yang berjasa
banyak tidak diampuni?”(p.10).
c. Representasi Opini Media Terhadap Isu
Penyelesaian Hukum Kasus Korupsi
Pak Harto Melalui Tanda-Tanda yang
Difiksasikan dalam Editorial
Seperti sudah disebutkan sebelumnya dalam
bagian awal tulisan ini, bahwa persoalan kedua
penelitian ini menyangkut ”Bagaimana tanda-
tanda tersebut merepresentasikan opini media
terhadap isu penyelesaian hukum kasus dugaan
korupsi Pak Harto? Dengan pertanyaan tersebut
dimaksudkan agar dapat diketahui representasi
opini media terhadap isu penyelesaian hukum
kasus korupsi Pak Harto berdasarkan
konstruksinya melalui tanda-tanda yang
ditampilkan dalam editorial. Upaya mengetahui
ini sendiri dilakukan dengan cara menganalis teks
dalam editorial/ tajuk Republika dalam edisi 11
dan 17 Mei 2006.
Berdasarkan temuan berdasarkan analisis
semiotika siosial Halliday menyangkut editorial
edisi 11 Mei 2006, berkaitan dengan aspek medan
wacana maka wacana yang coba dikemukakan
media adalah menyangkut kejelasan tata nilai
dalam penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi
yang dilakukan Pak Harto dan bahwa mantan
Presiden Soeharto adalah dalang dari ricuh
reformasi bidang penegakan hukum saat ini.
Sehubungan pewacanaannya itu kerap
dimediasikan melalui penggunaan tanda-tanda
yang merepresentasikan sifat pesimis, sinis dan
negatif terhadap wacana pengampunan mantan
Presiden Soeharto yang diutarakan secara
deskriptif dan tidak langsung maka berdasarkan
analisis dapat diinterpretasikan bahwa itu
merepresentasikan opini media yang sebenarnya
tidak setuju atas “pengampunan” karena tidak
memiliki landasan tata nilai.
Berkaitan dengan komponen Pelibat Wacana
dalam konteks semiotika sosial, dengan mana
media berdasarkan pewacanaannya secara
berlawanan arus mempertanyakan tata nilai yang
pada intinya sebuah kejelasan atas
“pengampunan” Soeharto sebagai sebuah
kebijakan pemerintah yang disuarakan oleh semua
pelibat yang nota bene terdiri dari para menteri
kabinet SBY, kiranya ini merepresentasikan opini
media bahwa mereka sebenarnya tidak setuju
terhadap “pengampunan” itu sendiri.
Kemudian menyangkut sisi Sarana Wacana
atau mode wacana, dengan gaya bahasa yang
digunakan media banyak mengandung metaforis,
sarkastis seumpama “mengenal penjahat
kemanusiaan sebagai pahlawan.”, “tak ada penilep
BLBI .... masuk penjara”dan sinis seperti “mikul
duwur mendem jero” dan reformasi menjadi
lelucon dan bau” yang dibentuk guna penyindiran
negatif ke arah pemerintah yang begitu lemah
terhadap banyak kasus penegakan hukum
termasuk kasus Pak Soeharto, secara semiotik ini
menandakan bahwa media pada dasarnya beropini
tidak setuju atas kebijakan “pengampunan” Pak
Harto itu.
| INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 7
Selanjutnya, terkait temuan tajuk edisi 17 Mei
2006 menyangkut komponen medan wacana,
maka di sini tajuk ingin menempatkan wacana
Soeharto dalam suatu kerangka tentang
penyelesaian kasus secara hukum. Dengan
warning berupa akan terjadinya pengambilalihan
proses hukum oleh hakim jalanan jika jalur
penyelesaiannya bukan berdasarkan tata nilai
hukum yang ada, pemediaan pesan dalam editorial
ini tampak lebih mengarah pada upaya
merepresentasikan makna opininya yang setuju
mengenai penyelesesaian hukum kasus dugaan
korupsi Pak Harto harus ditempuh melalui jalur
hukum. Dengan kata lain, media beropini bahwa
Pak Harto harus diadili melalui jalur hukum
pidana.
Dari kategori pelibat wacana, sehubungan
dengan temuannya yang menunjukkan bahwa
penyertaan pihak tertentu dalam tulisan ini
mengarah pada makna tentang bagaimana kasus
Soeharto itu untuk dilanjutkan dan dituntaskan
dalam kerangka hukum, kiranya ini dapat
ditafsirkan sebagai upaya media
merepresentasikan opininya dalam memandang
persoalan penyelesaian hukum kasus dugaan
korupsi Pak Harto. Opini media sendiri
cenderung direpresentasikan dalam bentuk setuju.
Mengenai aspek sarana atau mode
wacananya, maka dengan penggunaan gaya
kebahasaan yang hiperbolis, euphimisme,
sarkastis dan metaforis yang lebih merupakan
sindiran-sindiran kepada pihak pemerintah dan
kubu Soeharto tentang wacana dihentikannya
kasus soeharto melaui penerbitan SKPP, media
berupaya merepresentasikan makna bahwa Pak
Soeharto terkait “pengampunanya”, adalah
sebagai sesuatu yang negatif dan bertentangan
dengan hukum dan idealisme mereka/media
(idealisme reformasi). Dengan makna yang
demikian maka secara semiotis ini menandakan
bahwa media, meskipun tampak berusaha
mengambil posisi aman dalam pengungkapannya
karena tidak berani mengklaim dirinya secara
langsung dengan menggunakan kata “kami”
melainkan justru kerap memakai kata ganti orang
pertama jamak seperti “kita”, namun pada
dasarnya pendapat mereka sangat setuju terhadap
penyelesesaian kasus dugaan korupsi Pak Harto
itu harus ditempuh melalui jalur hukum.
d. Pembahasan Kasus
Sebagaimana telah disinggung pada bagian
awal tulisan ini, bahwa tujuan penelitian melalui
dua permasalahan yang diangkatnya, yaitu
berupaya untuk mengetahui konstruksi media
melalui tampilan tanda-tanda dalam editorialnya
mengenai isu penyelesaian hukum kasus korupsi
Pak Harto dan mengetahui representasi opini
media terhadap isu penyelesaian hukum kasus
korupsi Pak Harto berdasarkan konstruksinya
melalui tanda-tanda yang ditampilkan dalam
editorial. Guna kepentingan tersebut penelitian ini
menjadikan editorial/tajuk Republika edisi 11 Mei
dan 17 Mei 2006 sebagai sumber datanya.
Sejalan dengan temuan penelitian, maka
berdasarkan analisis semiotika siosial Halliday
menyangkut editorial edisi 11 Mei 2006, berkaitan
dengan aspek Medan Wacana maka wacana yang
coba dikonstruksikan media mengenai adalah
menyangkut kejelasan tata nilai dalam
penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang
dilakukan Pak Harto. Pemediasiannya sendiri
kerap melalui penggunaan tanda-tanda yang
merepresentasikan sifat pesimis, sinis dan negatif
terhadap wacana pengampunan mantan Presiden
Soeharto yang diutarakan secara deskriptif dan
tidak langsung. Berkaitan dengan komponen
Pelibat Wacana dalam konteks semiotika sosial,
dengan mana media berdasarkan pewacanaannya
secara berlawanan arus mempertanyakan tata
nilai yang pada intinya mengarahkan makna
adanya sebuah kejelasan atas “pengampunan”
Soeharto sebagai sebuah kebijakan pemerintah
yang disuarakan oleh semua pelibat yang berasal
dari kalangan eksekutif kabinet SBY. Sementara
terkait komponen sarana wacana, maka dengan
gaya bahasa yang digunakan media banyak yang
mengandung metaforis, sarkastis dan sinis ini
bertendensi agar lahirnya makna penyindiran
negatif ke arah pemerintah yang begitu lemah
terhadap banyak kasus penegakan hukum
termasuk kasus Pak Soeharto.
Dengan pengetahuan mengenai konstruksi
media melalui tampilan tanda-tanda yang
dipilihnya dalam teks editorial mengenai isu
penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak
Harto berdasarkan hasil analisis melalui tiga
komponen semiotik dalam semiotika sosial
Halliday itu, maka dapat dimaknai bahwa dalam
kasus dimaksud media terlihat merepresentasikan
opininya yang tidak setuju terhadap kebijakan
pemerintah yang “mengampuni” Pak Harto dalam
kaitan penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi
yang dilakukannya selama berkuasa.
Seminggu setelah Republika mewacanakan
penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang
dilakukan Pak Harto melalui editorialnya tadi,
maka terkait dengan banyaknya protes yang
8 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014|
muncul terhadap “pengampunan” Pak Harto,
harian ini kembali mengangkatnya melalui rubrik
yang sama pada edisi 17 Mei 2006. Jika pada edisi
sebelumnya harian ini mewacanakan tata nilai,
maka pada edisi 17 Mei pun kembali soal tata
nilai itu mendapat penekanan dalam
konstruksinya mengenai realitas “proses hukum”
Pak Harto.
Berdasarkan hasil analisis terhadap Tajuk
Rencana edisi 17 Mei 2006 itu, maka
menyangkut komponen Medan Wacana, di sini
tajuk ingin menempatkan wacana Soeharto dalam
suatu kerangka tentang penyelesaian kasus secara
hukum. Bahkan wacananya itu menempatkan
tanda-tanda yang bermaknakan begitu seriusnya
unsur “proses hukum” itu melalui warning berupa
akan terjadinya pengambilalihan proses hukum
oleh hakim jalanan jika jalur penyelesaiannya
bukan berdasarkan tata nilai hukum yang ada.
Terkait dengan komponen Pelibat Wacana,
sehubungan dengan temuan yang menunjukkan
media melibatkan pihak tertentu yang anti
terhadap “pengampunan” dan menjadikannya
sebagai acuan untuk mengakhiri pewacanaan
dalam menelaah “pengampunan” dalam tulisan,
ini mengarah pada makna tentang bagaimana
kasus Soeharto itu untuk dilanjutkan dan
dituntaskan dalam kerangka hukum. Sementara
dari segi Sarana atau Mode Wacananya, maka
dengan penggunaan gaya kebahasaan yang
hiperbolis, euphimisme, sarkastis dan metaforis
yang lebih merupakan sindiran terhadap
“kebijakan pengampunan”, ini menandakan
bahwa media berupaya merepresentasikan makna
bahwa kebijakan “pengampunan, merupakan hal
negatif dan bertentangan dengan hukum dan
idealisme (idealisme reformasi) mereka/media.
Berdasarkan pengetahuan mengenai
konstruksi media melalui tampilan tanda-tanda
yang dipilihnya dalam teks editorial 17 Mei 2006
mengenai isu penyelesaian hukum kasus dugaan
korupsi Pak Harto yang ditemukan berdasarkan
hasil analisis melalui tiga komponen semiotik
dalam semiotika sosial Halliday itu, dengan mana
menunjukkan makna bahwa media pada dasarnya
menginginkan terlaksananya proses hukum pidana
dalam penyelesaian kasus dugaan korupsi yang
dilakukan Pak Harto, maka hal ini dapat dimaknai
bahwa media telah merepresentasikan opininya
yang berupa ketidaksetujuan terhadap kebijakan
pemerintah yang “mengampuni” Pak Harto.
Menyimak temuan dan analisis mengenai dua
teks dalam editorial sebelumnya, maka Harian
Republika dalam mengkonstruksi realitas
penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak
harto mengindikasikan adanya konsistensi dalam
upaya mereka mengarahkan makna yang mereka
inginkan, yakni dengan alasan dasar tata nilai,
kebijakan “pengampunan” berlawanan dengan
hukum dan idealisme mereka/media (idealisme
reformasi) dan karenanya mantan Presiden
Soeharto harus diadili sesuai dengan tata nilai
hukum yang ada demi tegaknya hukum dan
terlunaskannya rasa keadilan masyarakat.
Pengarahan makna yang demikian, meskipun
dalam fiksasi wacananya kerap menggunakan
simbol kata ganti orang pertama jamak “kita”
yang bermakna mencakup pihak di luar media
semisal individu khalayak yang membacanya, dan
bukan “kami” yang bermakna lebih berani dan
bertanggung jawab karena langsung menunjuk
pihak media itu sendiri sebagai produsen makna
lewat bahasa, namun secara semiotik kiranya itu
tetap menyimbolkan bahwa pada hakikatnya
media ini secara konsisten berpendapat tidak
setuju terhadap keluarnya kebijakan pemerintah
yang mengampuni Pak Harto dan lebih setuju
ditempuh lewat proses jalur hukum. Dengan
representasi opini media yang demikian, maka
jika dikatakan bahwa opini atau pendapat itu
merupakan ekspresi tersembunyi dari sikap, itu
berarti opini media tadi sekaligus dapat menjadi
representasi sikap mereka dalam memandang isu
penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang
dilakukan Pak Harto.
3. Penutup
Dari hasil pemaparan sebelumnya diketahui
bahwa penelitian komunikasi dengan pendekatan
kualitatif memiliki variasi dalam hal metode.
Namun varian metode dimaksud, secara
sederhana, setidaknya menurut versi sumber data
(subyek penelitian), varian tadi terkelompokkan
pada dua domain, pertama pada metode yang pas
berbasiskan pada “field” dan kedua berbasiskan
pada “teks”. Salah satu metode yang berbasiskan
pada teks itu adalah metode analisis teks
Semiotika Sosial versi MAK Halliday. Dari
praktik analisis teks berbasiskan versi MAK
Halliday tersebut diketahui bahwa analisis teks ini
pada dasarnya berupaya menemukan unsur-unsur
Medan Wacana (field of discourse); Pelibat
Wacana (tenor of discourse); dan Sarana Wacana
(mode of discourse).
| INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 9
REFERENSI
Assegaf, Djafar. 1983. Jurnalistik Masa Kini.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Bhikkhu Jotidhammo, M.Hum. 2006. “Korupsi
Merupakan Perbuatan Yang Tidak Terpuji
Dalam Ajaran Sang Buddha”, dalam
Menuju Masyarakat Anti Korupsi,
Perspektif Agama Buddha. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Informatika.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti, PT.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Eriyanto. 2000. Metoda Polling. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Halliday., M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1994.
Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek
bahasan dalam Pandangan Semiotik
Sosial. Yogyakarta: Gadjahmada University
Press
Hamad, Ibnu. 2007. Analisis Wacana (Discourse
Análisis) Sebuah Pengenalan Awal.
Jakarta: Diktat Per-kuliahamn Methode
Penelitian Komunikasi Kulaitatif, PPS MIK
UPDM (B) Jakarta.
Kuntoro, Suharso Bayu, S.Ag. 2006.
”Penanggulangan Korupsi dalam Perspektif
Hindu”, dalam Menuju Masyarakat Anti
Korupsi, Perspektif Agama Hindu. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Informatika.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2006.
Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku
Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi.
Jakarta: KPK.
Lippman, Walter. Public Opinion (Diterjemahkan
oleh S. Maimoen). Jakarta: Yayasan Obor.
Moelong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Sebuah
Pengantar Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sobur. Alex. 2004. Semiotika Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. 1983. Kamus Sosiologi.
Jakarta: Rajawali Press.
Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan
Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS.
Sunarjo, Djoenasih, S. 1984. Opini Publik.
Yogyakarta: Liberty.
W.S. Januardi, SE. 2006. “Korupsi dalam
pandangan Khonghucu”, dalam Menuju
Masyarakat Anti Korupsi, Perspektif
Agama Khonghucu. Jakarta, Departemen
Komunikasi dan Informatika, hal. 187.
Sumber Lain:
http://allword.com.
http://www.answers.com/topic/opinion?cat=biz-
fin
http://www.ilstu.edu/~jrbaldw/372/Representation
.ht
http://www.thefreedictionary.com/opinion
http://www.mediaknowall.com/representation.htm
l.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/
representation
http://www.transparency.org/news_room/faq/corr
uption_faq)
http://www.yourdictionary.com/meaning
http://www.wikipedia.com.
http://www.wordreference. com/definition/
pictorial
10 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014|
Juliastuti, Nuraini. 2000. “Representasi”, dalam,
http://www.kunci.or.id/esai/nws/04/
representasi.htm
Klitgaard, Robert & Ronald Maclean , Penuntun
Pemberantasan Korupsi, dikutip Betty
Rosalina dalam
http://www.kammi.or.id/last/lihat.php?d=ma
teri&do=view&id=240.
Media Literacy;
http://wneo.org/media/glossary.htm
Merriam-websteronlinedictionary,
(http://www.merriam-
ebster.com/dictionary/corrupts Namibia's
Zero Tolerance for Corruption Campaign,
dalam http://www.anticorruption.info/corr
def.htm/.
Rosalina, Betty,”Korupsi dalam Perspektif Sosio-
Kultural”, dalam http://www.kammi.
or.id/last/
lihat.php?d=materi&do=view&id=240.
SinlaEloE, Paul dalam
http//groups.yahoo.com/group/indonesia-
studies
Thamrin, Muhammad Husni, dalam
http://thamrin.wordpress.com/2006/07/18/de
finisi-korupsi/
Thamrin, Muhammad Husni, dalam
http://209.85.175.104/search?q=cache:
YFUQ0MxLdGoJ:thamrin.
blogspot.com/2006/05/indonesia-and-
corruption.
The 'Lectric Law Library, dalam
http://www.lectlaw.com/def/c314.htm.
Transparency Internasional (TI) Indonesia, dalam
http://www.ti.or.id/polling/9/
*Hasyim Ali Imran
Peneliti Madya Bidang Studi komunikasi dan
media di BPPKI Balitbang Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
Email : halimhts@yahoo.com

More Related Content

What's hot

Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI TEKS...
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI  TEKS...Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI  TEKS...
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI TEKS...LayyinatulKhoiriyah
 
Publikasi karya tulis ilmiah
Publikasi karya tulis ilmiahPublikasi karya tulis ilmiah
Publikasi karya tulis ilmiahsahal jelegh
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Model analisis wacana
Model analisis wacanaModel analisis wacana
Model analisis wacanasyifa atiqah
 
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Thanushah Soniyasee
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusAhyaniyani
 
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarah
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarahMetodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarah
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarahHazman Azhar
 
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre Makro
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre MakroRangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre Makro
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre MakroSitiFatimatusJahroh
 

What's hot (15)

Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI TEKS...
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI  TEKS...Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI  TEKS...
Rangkuman buku bahasa indonesia perguruan tinggi BAB 1 " MENGEKSPLORASI TEKS...
 
Publikasi karya tulis ilmiah
Publikasi karya tulis ilmiahPublikasi karya tulis ilmiah
Publikasi karya tulis ilmiah
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Model analisis wacana
Model analisis wacanaModel analisis wacana
Model analisis wacana
 
Definisi analisis wacana
Definisi analisis wacanaDefinisi analisis wacana
Definisi analisis wacana
 
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
Pertukaran dan Percampuran Kod dalam Kalangan Mahasiswa / Mahasiswi Universit...
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Makalah wacana
Makalah wacanaMakalah wacana
Makalah wacana
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursus
 
Buku ajar puisi
Buku ajar puisiBuku ajar puisi
Buku ajar puisi
 
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarah
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarahMetodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarah
Metodologi Sejarah - pengantar ilmu sejarah
 
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre Makro
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre MakroRangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre Makro
Rangkuman Bab 1 Mengeksplorasi Teks Akademik Dalam Genre Makro
 

Similar to ANALISIS TEKS

Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysisMerdina Ziraluo
 
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIK
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIKPEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIK
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIKMuhammadSurifArief
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUM
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUMRancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUM
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUMAzkiaZubeyy
 
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.ppt
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK  INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.pptMATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK  INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.ppt
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.pptSasKia527147
 
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...Diyah Perwitosari
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuElyn Eveline
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional iwan setiawan
 
Linguistik baru
Linguistik baruLinguistik baru
Linguistik baru68su01niza
 
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptx
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptxSOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptx
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptxmusdalifahskg0123
 
Daftar ki kd mapok kelas xi - wajib
Daftar ki   kd  mapok kelas xi - wajibDaftar ki   kd  mapok kelas xi - wajib
Daftar ki kd mapok kelas xi - wajibAbdul Mukti
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theoryRonzzy Kevin
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaSatrio Arismunandar
 

Similar to ANALISIS TEKS (20)

Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
BAB 1 TEKS AKADEMIK.pptx
BAB 1 TEKS AKADEMIK.pptxBAB 1 TEKS AKADEMIK.pptx
BAB 1 TEKS AKADEMIK.pptx
 
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIK
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIKPEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIK
PEMAKAIAN BAHASA DI MEDIA MASSA CETAK DAN ELEKTRONIK
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUM
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUMRancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUM
Rancangan Pembelajaran Semester SOSIOLOGI HUKUM
 
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.ppt
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK  INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.pptMATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK  INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.ppt
MATERI_BUDAYA DAN PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA_Online Ganjil 2022_2023.ppt
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...
Review ‘Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politics’ tulisan M...
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Semantik sem.6
Semantik sem.6Semantik sem.6
Semantik sem.6
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional Linguistik sistemik fungsional
Linguistik sistemik fungsional
 
Linguistik baru
Linguistik baruLinguistik baru
Linguistik baru
 
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptx
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptxSOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptx
SOSIOLINGUISTIK PRESENTASI PBSI 23ppt.pptx
 
Daftar ki kd mapok kelas xi - wajib
Daftar ki   kd  mapok kelas xi - wajibDaftar ki   kd  mapok kelas xi - wajib
Daftar ki kd mapok kelas xi - wajib
 
Sarana ilmiah
Sarana ilmiahSarana ilmiah
Sarana ilmiah
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theory
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
 

More from STISIPWIDURI

JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURIJADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURISTISIPWIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialSTISIPWIDURI
 
Pembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosialPembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosialSTISIPWIDURI
 
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan STISIPWIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialSTISIPWIDURI
 
Sistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosialSistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosialSTISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi STISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilaiTeori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilaiSTISIPWIDURI
 
Teori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bapTeori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bapSTISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensiWawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensiSTISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilaiWawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilaiSTISIPWIDURI
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bapWawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bapSTISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensiSeminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensiSTISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilaiSeminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilaiSTISIPWIDURI
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bapSeminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bapSTISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensiSTISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilaiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilaiSTISIPWIDURI
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bapKomunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bapSTISIPWIDURI
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan STISIPWIDURI
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan STISIPWIDURI
 

More from STISIPWIDURI (20)

JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURIJADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
JADWAL KULIAH (S-1) STISIP WIDURI
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
 
Pembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosialPembangungan dan perubahan sosial
Pembangungan dan perubahan sosial
 
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan
 
Pembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosialPembangunan dan perubahan sosial
Pembangunan dan perubahan sosial
 
Sistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosialSistem usaha kesejahteraan sosial
Sistem usaha kesejahteraan sosial
 
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi Teori komunikasi genap 019-020-presensi
Teori komunikasi genap 019-020-presensi
 
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilaiTeori komunikasi genap 019-020-nilai
Teori komunikasi genap 019-020-nilai
 
Teori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bapTeori komunikasi genap 019-020-bap
Teori komunikasi genap 019-020-bap
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensiWawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
Wawancara jurnalistik genap 019-020-presensi
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilaiWawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
Wawancara jurnalistik genap 019-020-nilai
 
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bapWawancara jurnalistik genap 019-020-bap
Wawancara jurnalistik genap 019-020-bap
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensiSeminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
Seminar karya ilmiah genap 019-020-presensi
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilaiSeminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
Seminar karya ilmiah genap 019-020-nilai
 
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bapSeminar karya ilmiah genap 019-020-bap
Seminar karya ilmiah genap 019-020-bap
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-presensi
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilaiKomunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-nilai
 
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bapKomunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
Komunikasi antarpribadi genap 019-020-bap
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

ANALISIS TEKS

  • 1. 2 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014| SEMIOTIKA SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISIS TEKS DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF Oleh Hasyim Ali Imran * Abstract This paper discusses the qualitative approach communication with research that is focused on the text as a subject of research. The writing is directed at a sample form of the application practice method in text analysis, that refers to a social semiotics method of MAK Halliday version. In academic, this writing is expected to contribute to ease students in doing practice. Keywords: social semiotics, text analysis, kualitatif approach Abstrak Tulisan ini membahas tentang penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan pada teks sebagai subyek penelitian. Tulisan diarahkan pada contoh bentuk praktik penerapan metode analisis teks yang mengacu pada metode semiotika sosial versi MAK Halliday. Secara akademik tulisan ini diharapkan berkontribusi bagi kemudahan mahasiswa dalam mempraktikkannya. Kata kunci: semiotika sosial, analisis teks, pendekatan kualitatif. 1. Pendahuluan Secara epistemologis, dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif, diketahui sebenarnya memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”. Secara terminologis, dari sejumlah metode penelitian kualitatif yang ada kini, sebenarnya itu telah terkelompokkan mana yang tergolong pada metode penelitian yang pas berbasiskan pada sumber ‘field’ dan mana metode penelitian yang pas berbasiskan pada sumber teks. Untuk mengetahui ini, pertama dengan cara memahami pengelompokan metode penelitian komunikasi kualitatif. Berdasarkan catatan yang ada, maka pengelompokan dimaksud, wujudnya seperti sebagaimana tertera pada bagan berikut ini : 1) Field Research : Studi Kasus,Fenomenologi,Grounded Theory, Etnometodologi. Etnografi Biografi , Historical Social Science, Clinical Research. Cultural Studies MPK Analisis Teks : Semiotika; Kualitatif Marxis; 2) Discourse analysis Framing; Semiotika Sosial (MAK Halliday; Theo Van Lewin) Analisis wacana Kritis (CDA) : -Norman Fairclough; -Ruth Wodak
  • 2. | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 3 Secara epistemologis, dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif, diketahui sebenarnya memiliki banyak perangkat alat analisis, baik itu terhadap yang berbasiskan ‘field’ maupun pada riset yang berbasiskan “teks”. Dengan melihat bagan di atas, kini jelas mana metode penelitian yang relevan untuk diterapkan. Relevansi itu setidaknya terkait dengan lokus riset, yakni menyangkut ‘field’ dan “teks”. Dengan demikian, kekeliruan dini terkait pelaksanaan riset pendekatan kualitatif dapat dihindarkan. Tulisan ini sendiri berupaya menyajikan tulisan menyangkut salah satu bentuk praktik penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan pada “teks”. Contoh bentuk praktik dimaksud, khususnya difokuskan pada analisis teks dengan metode semiotika sosial dalam versi MAK Halliday. Dengan pemaparan karya tulis dimaksud, secara akademis diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempermudah pelaksanaan riset-riset dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan teks. 2. Pembahasan 2.1. Semiotika Sosial M.A.K. Halliday Menurut Hamad tujuan aplikasi Semiotika Sosial dengan menggunakan komponen Semiotika Sosial dari M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hassan dalam analisis isi media, adalah untuk menemukan hal terkait dengan tiga komponen Semiotika Sosial, yaitu: Medan Wacana (field of discourse); Pelibat Wacana (tenor of discourse); dan Sarana Wacana (mode of discourse). Dari segi Medan Wacana (field of discourse) maka tujuannya untuk mengetahui apa yang dijadikan wacana media massa mengenai sesuatu yang terjadi di lapangan. Diperlakukan apa sebuah obyek berita? Terkait Pelibat Wacana (tenor of discourse), maka untuk megetahui orang-orang yang dicantumkan dalam teks (seperti berita, editorial, dan lain-lain); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peranan mereka. Sementara dari segi Sarana Wacana (mode of discourse), untuk mengetahui bagian yang diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip). Bagi keperluan praktis, kandungan tersebut memberikan implikasi apa? (diantaranya yaitu berupa makna, citra, opini dan motif).1 2.2. Praktik Semiotika Sosial M.A.K. Halliday, Sebuah Contoh Praktis Untuk kepentingan tulisan ini, contoh teks yang diambil adalah Tajuk Rencana di Harian Republika tanggal 17 Mei 2006 dan 11 Mei 2006. Namun, contoh aplikasi analisis Semiotika Sosial Halliday di sini hanya disajikan berdasarkan contoh teks tajuk rencana Harian Republika, 11 Mei 2006 (terlampir), serta deskripsi analisisnya: a. Hasil Analisis Teks Hasil penelitian terhadap teks dalam Tajuk Rencana edisi 11 Mei 2006 disajikan dalam tabel berikut ini. Tajuk Rencana edisi 11 Mei 2006 sendiri memfiksasikan isu penyelesaian hukum kasus korupsi Pak Harto itu melalui tajuk berjudul “Soeharto dan Fatsoen Pengampunan”. Temuan berdasarkan analisis semiotika sosial Halliday terhadap tajuk tersebut, disajikan dalam tabel berikut: 1 Hamad, Ibnu, (2007). Analisis Wacana (Discourse Análisis) Sebuah Pengenalan Awal, Jakarta, Diktat Perkuliahamn Methode Penelitian Komunikasi Kulaitatif, PPS MIK UPDM (B) Jakarta, hal. 15.
  • 3. 4 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014| Tabel 1: Hasil analisa Tajuk Rencana Harian Republika, 11 Mei 2006 Kategori Temuan Keterangan Medan Wacana (field of discourse) -”Mungkin sebagian besar bangsa ini akan memilh memaafkan Soeharto atau bahkan menilainya tak bersalah. Yang dibutuhkan adalah landasan tata nilainya.”(p 11) Pengampunan Soeharto berhubungan dengan dukungan tata nilai yang berkaitan dengan bagaimana sejarah membaca sepak terjang Pak Harto dimasa lalu, yang banyak jasanya bagi bangsa dan negara. Selain itu, Dukungan tata nilai erat kaitannya dengan peran pemerintah membentuk suatu tindakan politis dan hukum dalam kasus ini. Pelibat Wacana (tenor of discourse) 1. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), 2. Soeharto, Mantan Presiden 3. Yusril Ihza Mahendra, Menteri Sekretaris Negara, 4. Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet, 5. Jusuf Kalla, Wakil Presiden, 6. Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konstitusi, 7. Zaenal Ma’arif, Wakil Ketua DPR, 8. Muladi, Gubernur Lemhannas, dan 9. Pimpinan MPR. Semua orang yang dicantumkan dalam teks adalah para petinggi dalam kepemimpinan institusi negara, legislatif eksekutif dan Yudikatif. Selain Sudi Silalahi, mereka semuanya menyatakan Kasus Soeharto ditutup saja dan perlu mendapat pengampunan karena jasanya yang besar terhadap bangsa dan negara Indonesia. Sarana Wacana (mode of discourse) 1. ”Parade pembesuk”(p. 2) 2. ”Kini, kata reformasi menjadi lelucon, dihindarkan, dan bau”(p.5). 3. ”Melalui pengaburan nilai, kita dibuat tolol.” ”..... Semua limbahnya dicekokkan ke mulut rakyat.”(p.6) 4. Ungkapan deskriptif dan eksplanasi mengenai keadaan reformasi sekarang pasca Soeharto dinyatakan dalam paragraf (p.4-11) 5. ”..... kita menganut asas mikul duwur mendem jero, atau ...” ; ” konglomerat hitam saja kita ampuni, masa Soeharto yang banyak jasanya ...... kita tak mengampuni?”; ”...... apa bahasanya?”(p.10). 6.Pengampunan dilakukan berdasarkan justifikasi atas lemahnya penegakan hukum pada banyak kasus lainnya, ini diantaranya tersurat pada : “..tak ada penilep BLBI dan rekapitulasi yang masuk penjara, bahkan mereka bisa mengendalikan negeri ini)” (p.6); “Para konglomerat hitam sibuk berinvestasi dari satu negeri ke negeri lain.”(p7); “mengenal penjahat kemanusiaan Melihat kata-katanya penuh dengan metafora yang menyindir seperti kata- kata ”parade pembesuk” dan ungkapan- ungkapan analogi yang keras (sarkastis) seperti tolol dan dicekokkan dari penulis,serta ungkapan euphimisme melalui jargon Orba mikul duwur mendem jero, menunjukkan suatu ketidak- senangan media atas tindakan pemerintah yang mengikuti arus pengampunan. Sebuah komparasi dihadirkan dalam badan tulisan yang diorientasikan pada tampaknya pencitraan situasi lemahnya bidang penegakan hukum, yang juga cenderung dijadikan bahan justifikasi bagi pengampunan , kemudian ditutup oleh paragraf yang mempertanyakan tindakan tersebut dengan mengajukan kata ”tata nilai”. Hal ini juga dapat diterjemahkan sebagai kepatutan hukum atau supremasi hukum dalam hal ini ditafsirkan sebagai proses hukum Soeharto.
  • 4. | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 5 sebagai pahlawan..”(p9); “Konglomerat hitam saja diampuni, masa Soeharto yang berjasa banyak tidak diampuni?”(p.10). Sumber : Hasil Pengolahan data, 2008. Keterangan , p= paragraf b. Deskriptif Analisis - Medan Wacana (field of discourse) Menyangkut temuan mengenai aspek medan wacana dalam semiotika sosial Halliday, maka wacana yang coba dikemukakan media adalah menyangkut kejelasan tata nilai dalam penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto dan bahwa mantan Presiden Soeharto adalah dalang dari ricuh reformasi bidang penegakan hukum saat ini. Terlihat dari judul “Soeharto dan Fatsoen Pengampunan” dan lead serta ending, bahwa ada pernyataan-pernyataan yang bersifat pesimis, sinis dan negatif terhadap wacana pengampunan mantan Presiden Soeharto yang diutarakan secara deskriptif dan tidak langsung. Artinya, pernyataan- pernyataan ini menjadi pengantar ke ide sebenarnya mengenai posisi media terhadap kasus Soeharto. Pada konteksnya tampak posisi media terhadap kasus Soeharto memang terbelah menjadi dua pendapat besar, tidak setuju pengampunan karena tidak ada dasar tata nilainya dan setuju. Ketidaksetujuan Republika mengenai opininya itu digambarkan, antara lain, dengan teks sinis berupa: “Yang menarik, tak ada satu partai pun yang bersuara menentang arus pengampunan tersebut....”(p. 3 kalimat 4). Selain itu juga dengan cara mengajukan pertanyaan retoris bersifat sinis menyangkut tata nilai terhadap setiap contoh kasus lemahnya penegakan hukum, misalnya : “Maka tata nilai apakah yang hendak kita wariskan?”(p.7 kalimat 4; p.9 kalimat 5). Sedang opini media yang sifatnya setuju, ini digambarkan tidak seintens pada opininya yang tidak setuju tadi. Hal ini melainkan direpresentasikan dengan cara hati-hati dan tidak tegas. Ini tercermin dari tidak beraninya pihak media bahwa itu merupakan opininya sendiri. Dalam kaitan ini media menggambarkannya dengan kata-kata “mungkin sebagian besar bangsa; memilih memaafkan ; dan menilainya tak bersalah “dalam kalimat “Mungkin sebagian besar bangsa ini akan memilih memaafkan Soeharto atau bahkan menilainya tak bersalah”. (p. 11 kalimat 1). Selain itu sikap kesetujuan media ini juga mengindikasikan kegamangan atau ketidakaslian sikapnya mengenai wacana pengampunan itu sendiri. Ada kesan, kalimat dalam pragraf terakhir ini merupakan keterpaksaan yang sekedar ingin aman mengingat pemunculannya yang bersifat “ujug-ujug” yang tak nyambung sama sekali dengan opini media pada paragraf-paragraf sebelumnya yang sarat dengan kepesimisan dan kesinisan terhadap upaya penegakan hukum di negeri ini. Dari kesinisannya itu, sepertinya media ini berusaha juga menyerang dan menyudutkan sepak terjang pemerintah. Ini dapat dilihat bahwa wacana yang terbentuk juga wacana ”pemerintah tidak becus menangani agenda reformasi” di bidang penegakan hukum. - Pelibat Wacana (tenor of discourse) Dari sisi pelibat wacana, disebutkan beberapa pejabat yang menjadi bacground bagi penjelasan selanjutnya. Tidak ada sumber yang dilibatkan dalam teks itu bukan berasal dari institusi negara. Republika juga menempatkan semua pihak yang pro terhadap pengampunan Pak Harto. Para pejabat yang dikemukakan yaitu: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Yusril Ihza Mahendra, Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet, Jusuf Kalla, Wakil Presiden, Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konstitusi, Zaenal Ma’arif, Wakil Ketua DPR, Muladi, Gubernur Lemhannas, dan Pimpinan MPR. Dengan pencantuman para petinggi negara itu, para sumber yang tentunya strategis dalam memutuskan status hukum Pak Harto, yang nota bene semuanya setuju soal pengampunan, dengan demikian dapat diartikan bahwa penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto secara de facto memang sudah selesai, ditutup. Namun, dari segi penegakan
  • 5. 6 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014| hukum, ini tetap bermakna ketidakmampuan pemerintah untuk menyelesaikan masalah Soeharto dalam hubungannya dengan masalah hukum dan ini dengan sendirinya menjadi sebuah kelemahan dan ketidakmampuan pemerintahan SBY. Dalam hal ini disebutkan secara jelas para menteri kabinet SBY dan dilanjutkan pada penjelasan betapa morat-maritnya orde reformasi ini dan ditutup oleh suatu tuntutan berupa pertanyaan tentang tata nilai termasuk dasar hukum yang intinya sebuah kejelasan, dalam hal ini wacana dan idenya adalah ”kejelasan kasus Soeharto”. - Sarana Wacana (mode of discourse) Dari sisi mode wacana, gaya bahasanya banyak mengandung metafor. Di sini metafor biasanya berusaha untuk memfokuskan suatu ide pada suatu kondisi. Dalam hal ini metafor yang dibentuk merupakan sindiran negatif ke arah pemerintah yang begitu lemah terhadap kasus Soeharto. Karenanya, beramai-ramai mengikuti ”arus” pengampunan. Republika menggambarkan sindiran itu dengan kalimat, ”Kini, kata reformasi menjadi lelucon, dihindarkan, dan bau”(p.5 kalimat 1). Atau, ”..... kita menganut asas mikul duwur mendem jero, atau ...” ; (p.10 kalimat 2). Selain itu, kesinisan atas ”Pengampunan” dilakukan media berdasarkan justifikasi atas lemahnya penegakan hukum pada banyak kasus lainnya, ini diantaranya tersurat pada : “.... tak ada penilep BLBI dan rekapitulasi yang masuk penjara, bahkan mereka bisa mengendalikan negeri ini)” (p.6); “Para konglomerat hitam sibuk berinvestasi dari satu negeri ke negeri lain.”(p7); “mengenal penjahat kemanusiaan sebagai pahlawan..”(p.9); “Konglomerat hitam saja diampuni, masa Soeharto yang berjasa banyak tidak diampuni?”(p.10). c. Representasi Opini Media Terhadap Isu Penyelesaian Hukum Kasus Korupsi Pak Harto Melalui Tanda-Tanda yang Difiksasikan dalam Editorial Seperti sudah disebutkan sebelumnya dalam bagian awal tulisan ini, bahwa persoalan kedua penelitian ini menyangkut ”Bagaimana tanda- tanda tersebut merepresentasikan opini media terhadap isu penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak Harto? Dengan pertanyaan tersebut dimaksudkan agar dapat diketahui representasi opini media terhadap isu penyelesaian hukum kasus korupsi Pak Harto berdasarkan konstruksinya melalui tanda-tanda yang ditampilkan dalam editorial. Upaya mengetahui ini sendiri dilakukan dengan cara menganalis teks dalam editorial/ tajuk Republika dalam edisi 11 dan 17 Mei 2006. Berdasarkan temuan berdasarkan analisis semiotika siosial Halliday menyangkut editorial edisi 11 Mei 2006, berkaitan dengan aspek medan wacana maka wacana yang coba dikemukakan media adalah menyangkut kejelasan tata nilai dalam penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto dan bahwa mantan Presiden Soeharto adalah dalang dari ricuh reformasi bidang penegakan hukum saat ini. Sehubungan pewacanaannya itu kerap dimediasikan melalui penggunaan tanda-tanda yang merepresentasikan sifat pesimis, sinis dan negatif terhadap wacana pengampunan mantan Presiden Soeharto yang diutarakan secara deskriptif dan tidak langsung maka berdasarkan analisis dapat diinterpretasikan bahwa itu merepresentasikan opini media yang sebenarnya tidak setuju atas “pengampunan” karena tidak memiliki landasan tata nilai. Berkaitan dengan komponen Pelibat Wacana dalam konteks semiotika sosial, dengan mana media berdasarkan pewacanaannya secara berlawanan arus mempertanyakan tata nilai yang pada intinya sebuah kejelasan atas “pengampunan” Soeharto sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang disuarakan oleh semua pelibat yang nota bene terdiri dari para menteri kabinet SBY, kiranya ini merepresentasikan opini media bahwa mereka sebenarnya tidak setuju terhadap “pengampunan” itu sendiri. Kemudian menyangkut sisi Sarana Wacana atau mode wacana, dengan gaya bahasa yang digunakan media banyak mengandung metaforis, sarkastis seumpama “mengenal penjahat kemanusiaan sebagai pahlawan.”, “tak ada penilep BLBI .... masuk penjara”dan sinis seperti “mikul duwur mendem jero” dan reformasi menjadi lelucon dan bau” yang dibentuk guna penyindiran negatif ke arah pemerintah yang begitu lemah terhadap banyak kasus penegakan hukum termasuk kasus Pak Soeharto, secara semiotik ini menandakan bahwa media pada dasarnya beropini tidak setuju atas kebijakan “pengampunan” Pak Harto itu.
  • 6. | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 7 Selanjutnya, terkait temuan tajuk edisi 17 Mei 2006 menyangkut komponen medan wacana, maka di sini tajuk ingin menempatkan wacana Soeharto dalam suatu kerangka tentang penyelesaian kasus secara hukum. Dengan warning berupa akan terjadinya pengambilalihan proses hukum oleh hakim jalanan jika jalur penyelesaiannya bukan berdasarkan tata nilai hukum yang ada, pemediaan pesan dalam editorial ini tampak lebih mengarah pada upaya merepresentasikan makna opininya yang setuju mengenai penyelesesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak Harto harus ditempuh melalui jalur hukum. Dengan kata lain, media beropini bahwa Pak Harto harus diadili melalui jalur hukum pidana. Dari kategori pelibat wacana, sehubungan dengan temuannya yang menunjukkan bahwa penyertaan pihak tertentu dalam tulisan ini mengarah pada makna tentang bagaimana kasus Soeharto itu untuk dilanjutkan dan dituntaskan dalam kerangka hukum, kiranya ini dapat ditafsirkan sebagai upaya media merepresentasikan opininya dalam memandang persoalan penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak Harto. Opini media sendiri cenderung direpresentasikan dalam bentuk setuju. Mengenai aspek sarana atau mode wacananya, maka dengan penggunaan gaya kebahasaan yang hiperbolis, euphimisme, sarkastis dan metaforis yang lebih merupakan sindiran-sindiran kepada pihak pemerintah dan kubu Soeharto tentang wacana dihentikannya kasus soeharto melaui penerbitan SKPP, media berupaya merepresentasikan makna bahwa Pak Soeharto terkait “pengampunanya”, adalah sebagai sesuatu yang negatif dan bertentangan dengan hukum dan idealisme mereka/media (idealisme reformasi). Dengan makna yang demikian maka secara semiotis ini menandakan bahwa media, meskipun tampak berusaha mengambil posisi aman dalam pengungkapannya karena tidak berani mengklaim dirinya secara langsung dengan menggunakan kata “kami” melainkan justru kerap memakai kata ganti orang pertama jamak seperti “kita”, namun pada dasarnya pendapat mereka sangat setuju terhadap penyelesesaian kasus dugaan korupsi Pak Harto itu harus ditempuh melalui jalur hukum. d. Pembahasan Kasus Sebagaimana telah disinggung pada bagian awal tulisan ini, bahwa tujuan penelitian melalui dua permasalahan yang diangkatnya, yaitu berupaya untuk mengetahui konstruksi media melalui tampilan tanda-tanda dalam editorialnya mengenai isu penyelesaian hukum kasus korupsi Pak Harto dan mengetahui representasi opini media terhadap isu penyelesaian hukum kasus korupsi Pak Harto berdasarkan konstruksinya melalui tanda-tanda yang ditampilkan dalam editorial. Guna kepentingan tersebut penelitian ini menjadikan editorial/tajuk Republika edisi 11 Mei dan 17 Mei 2006 sebagai sumber datanya. Sejalan dengan temuan penelitian, maka berdasarkan analisis semiotika siosial Halliday menyangkut editorial edisi 11 Mei 2006, berkaitan dengan aspek Medan Wacana maka wacana yang coba dikonstruksikan media mengenai adalah menyangkut kejelasan tata nilai dalam penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto. Pemediasiannya sendiri kerap melalui penggunaan tanda-tanda yang merepresentasikan sifat pesimis, sinis dan negatif terhadap wacana pengampunan mantan Presiden Soeharto yang diutarakan secara deskriptif dan tidak langsung. Berkaitan dengan komponen Pelibat Wacana dalam konteks semiotika sosial, dengan mana media berdasarkan pewacanaannya secara berlawanan arus mempertanyakan tata nilai yang pada intinya mengarahkan makna adanya sebuah kejelasan atas “pengampunan” Soeharto sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang disuarakan oleh semua pelibat yang berasal dari kalangan eksekutif kabinet SBY. Sementara terkait komponen sarana wacana, maka dengan gaya bahasa yang digunakan media banyak yang mengandung metaforis, sarkastis dan sinis ini bertendensi agar lahirnya makna penyindiran negatif ke arah pemerintah yang begitu lemah terhadap banyak kasus penegakan hukum termasuk kasus Pak Soeharto. Dengan pengetahuan mengenai konstruksi media melalui tampilan tanda-tanda yang dipilihnya dalam teks editorial mengenai isu penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak Harto berdasarkan hasil analisis melalui tiga komponen semiotik dalam semiotika sosial Halliday itu, maka dapat dimaknai bahwa dalam kasus dimaksud media terlihat merepresentasikan opininya yang tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yang “mengampuni” Pak Harto dalam kaitan penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukannya selama berkuasa. Seminggu setelah Republika mewacanakan penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto melalui editorialnya tadi, maka terkait dengan banyaknya protes yang
  • 7. 8 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014| muncul terhadap “pengampunan” Pak Harto, harian ini kembali mengangkatnya melalui rubrik yang sama pada edisi 17 Mei 2006. Jika pada edisi sebelumnya harian ini mewacanakan tata nilai, maka pada edisi 17 Mei pun kembali soal tata nilai itu mendapat penekanan dalam konstruksinya mengenai realitas “proses hukum” Pak Harto. Berdasarkan hasil analisis terhadap Tajuk Rencana edisi 17 Mei 2006 itu, maka menyangkut komponen Medan Wacana, di sini tajuk ingin menempatkan wacana Soeharto dalam suatu kerangka tentang penyelesaian kasus secara hukum. Bahkan wacananya itu menempatkan tanda-tanda yang bermaknakan begitu seriusnya unsur “proses hukum” itu melalui warning berupa akan terjadinya pengambilalihan proses hukum oleh hakim jalanan jika jalur penyelesaiannya bukan berdasarkan tata nilai hukum yang ada. Terkait dengan komponen Pelibat Wacana, sehubungan dengan temuan yang menunjukkan media melibatkan pihak tertentu yang anti terhadap “pengampunan” dan menjadikannya sebagai acuan untuk mengakhiri pewacanaan dalam menelaah “pengampunan” dalam tulisan, ini mengarah pada makna tentang bagaimana kasus Soeharto itu untuk dilanjutkan dan dituntaskan dalam kerangka hukum. Sementara dari segi Sarana atau Mode Wacananya, maka dengan penggunaan gaya kebahasaan yang hiperbolis, euphimisme, sarkastis dan metaforis yang lebih merupakan sindiran terhadap “kebijakan pengampunan”, ini menandakan bahwa media berupaya merepresentasikan makna bahwa kebijakan “pengampunan, merupakan hal negatif dan bertentangan dengan hukum dan idealisme (idealisme reformasi) mereka/media. Berdasarkan pengetahuan mengenai konstruksi media melalui tampilan tanda-tanda yang dipilihnya dalam teks editorial 17 Mei 2006 mengenai isu penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak Harto yang ditemukan berdasarkan hasil analisis melalui tiga komponen semiotik dalam semiotika sosial Halliday itu, dengan mana menunjukkan makna bahwa media pada dasarnya menginginkan terlaksananya proses hukum pidana dalam penyelesaian kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto, maka hal ini dapat dimaknai bahwa media telah merepresentasikan opininya yang berupa ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah yang “mengampuni” Pak Harto. Menyimak temuan dan analisis mengenai dua teks dalam editorial sebelumnya, maka Harian Republika dalam mengkonstruksi realitas penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi Pak harto mengindikasikan adanya konsistensi dalam upaya mereka mengarahkan makna yang mereka inginkan, yakni dengan alasan dasar tata nilai, kebijakan “pengampunan” berlawanan dengan hukum dan idealisme mereka/media (idealisme reformasi) dan karenanya mantan Presiden Soeharto harus diadili sesuai dengan tata nilai hukum yang ada demi tegaknya hukum dan terlunaskannya rasa keadilan masyarakat. Pengarahan makna yang demikian, meskipun dalam fiksasi wacananya kerap menggunakan simbol kata ganti orang pertama jamak “kita” yang bermakna mencakup pihak di luar media semisal individu khalayak yang membacanya, dan bukan “kami” yang bermakna lebih berani dan bertanggung jawab karena langsung menunjuk pihak media itu sendiri sebagai produsen makna lewat bahasa, namun secara semiotik kiranya itu tetap menyimbolkan bahwa pada hakikatnya media ini secara konsisten berpendapat tidak setuju terhadap keluarnya kebijakan pemerintah yang mengampuni Pak Harto dan lebih setuju ditempuh lewat proses jalur hukum. Dengan representasi opini media yang demikian, maka jika dikatakan bahwa opini atau pendapat itu merupakan ekspresi tersembunyi dari sikap, itu berarti opini media tadi sekaligus dapat menjadi representasi sikap mereka dalam memandang isu penyelesaian hukum kasus dugaan korupsi yang dilakukan Pak Harto. 3. Penutup Dari hasil pemaparan sebelumnya diketahui bahwa penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif memiliki variasi dalam hal metode. Namun varian metode dimaksud, secara sederhana, setidaknya menurut versi sumber data (subyek penelitian), varian tadi terkelompokkan pada dua domain, pertama pada metode yang pas berbasiskan pada “field” dan kedua berbasiskan pada “teks”. Salah satu metode yang berbasiskan pada teks itu adalah metode analisis teks Semiotika Sosial versi MAK Halliday. Dari praktik analisis teks berbasiskan versi MAK Halliday tersebut diketahui bahwa analisis teks ini pada dasarnya berupaya menemukan unsur-unsur Medan Wacana (field of discourse); Pelibat Wacana (tenor of discourse); dan Sarana Wacana (mode of discourse).
  • 8. | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014 9 REFERENSI Assegaf, Djafar. 1983. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia Bhikkhu Jotidhammo, M.Hum. 2006. “Korupsi Merupakan Perbuatan Yang Tidak Terpuji Dalam Ajaran Sang Buddha”, dalam Menuju Masyarakat Anti Korupsi, Perspektif Agama Buddha. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, PT. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS. Eriyanto. 2000. Metoda Polling. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halliday., M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek bahasan dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjahmada University Press Hamad, Ibnu. 2007. Analisis Wacana (Discourse Análisis) Sebuah Pengenalan Awal. Jakarta: Diktat Per-kuliahamn Methode Penelitian Komunikasi Kulaitatif, PPS MIK UPDM (B) Jakarta. Kuntoro, Suharso Bayu, S.Ag. 2006. ”Penanggulangan Korupsi dalam Perspektif Hindu”, dalam Menuju Masyarakat Anti Korupsi, Perspektif Agama Hindu. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2006. Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: KPK. Lippman, Walter. Public Opinion (Diterjemahkan oleh S. Maimoen). Jakarta: Yayasan Obor. Moelong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Sebuah Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur. Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 1983. Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press. Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS. Sunarjo, Djoenasih, S. 1984. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty. W.S. Januardi, SE. 2006. “Korupsi dalam pandangan Khonghucu”, dalam Menuju Masyarakat Anti Korupsi, Perspektif Agama Khonghucu. Jakarta, Departemen Komunikasi dan Informatika, hal. 187. Sumber Lain: http://allword.com. http://www.answers.com/topic/opinion?cat=biz- fin http://www.ilstu.edu/~jrbaldw/372/Representation .ht http://www.thefreedictionary.com/opinion http://www.mediaknowall.com/representation.htm l. http://www.merriam-webster.com/dictionary/ representation http://www.transparency.org/news_room/faq/corr uption_faq) http://www.yourdictionary.com/meaning http://www.wikipedia.com. http://www.wordreference. com/definition/ pictorial
  • 9. 10 | INSANI, ISSN : 977-240-768-500-5 | Vol. 1 No. 1 Desember 2014| Juliastuti, Nuraini. 2000. “Representasi”, dalam, http://www.kunci.or.id/esai/nws/04/ representasi.htm Klitgaard, Robert & Ronald Maclean , Penuntun Pemberantasan Korupsi, dikutip Betty Rosalina dalam http://www.kammi.or.id/last/lihat.php?d=ma teri&do=view&id=240. Media Literacy; http://wneo.org/media/glossary.htm Merriam-websteronlinedictionary, (http://www.merriam- ebster.com/dictionary/corrupts Namibia's Zero Tolerance for Corruption Campaign, dalam http://www.anticorruption.info/corr def.htm/. Rosalina, Betty,”Korupsi dalam Perspektif Sosio- Kultural”, dalam http://www.kammi. or.id/last/ lihat.php?d=materi&do=view&id=240. SinlaEloE, Paul dalam http//groups.yahoo.com/group/indonesia- studies Thamrin, Muhammad Husni, dalam http://thamrin.wordpress.com/2006/07/18/de finisi-korupsi/ Thamrin, Muhammad Husni, dalam http://209.85.175.104/search?q=cache: YFUQ0MxLdGoJ:thamrin. blogspot.com/2006/05/indonesia-and- corruption. The 'Lectric Law Library, dalam http://www.lectlaw.com/def/c314.htm. Transparency Internasional (TI) Indonesia, dalam http://www.ti.or.id/polling/9/ *Hasyim Ali Imran Peneliti Madya Bidang Studi komunikasi dan media di BPPKI Balitbang Kementerian Komunikasi dan Informatika. Email : halimhts@yahoo.com