2. Yang ditekankan di sini adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses transaksi di mana pembicara harus dapat membangun sebuah hubungan yang akrab dengan pendengarnya, sehingga proses transaksi dapat berlangsung lancar. Pembicara harus memusatkan perhatian pada pendengarnya karena para pendengar merupakan sekelompok manusia yang memiliki motivasi, keputusan, serta pilihannya masing-masing. Seorang pembicara publik yang baik akan menyatu dalam audience analysis, yang mana merupakan proses mengevaluasi atau berusaha mendalami pendengar beserta latar belakangnya, seperti usia, jenis kelamin, sehingga pendengar dapat merespons topik sesuai dengan harapan si pembicara. Pada intinya, sangat penting untuk terlebih dahulu memahami keadaan dan kondisi pendengar dalam menyampaikan topik pembicaraan.
4. Hal ini menunjuk pada persiapan seorang pembicara sebelum menyampaikan topiknya. Ada tiga macam bukti yang disebutkan oleh Aristoteles, yaitu :
5. Ethos (etika), mengacu pada karakter, tingkat intelegensi, serta reputasi yang baik dari pembicara sehingga pendengar lebih mudah menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini antara pembicara dengan pendengar dapat saling mempengaruhi. Suatu topik pembicaraan yang kebenarannya dapat dibuktikan akan lebih besar pengaruhnya terhadap pendengar dibandingkan topik yang masih dipertanyakan kebenarannya.
6. Logos (logika), merupakan pembuktian logis yang diberikan oleh pembicara, terkait tentang argumen, rasionalisasi ataupun keseriusan suatu topik. Termasuk juga di dalamnya intensitas latihan, beserta penggunaan pernyataan yang logis dan bahasa yang jelas, serta mudah dimengerti.
7. Pathos (emosi), mengacu pada emosi yang ditampilkan atau dihasilkan pendengar dalam menghadapi suatu topik pembicaraan. Pendengar juga dapat menjadi alat bukti ketika ada emosi yang menyatu antara pembicara dan pendengar yang kemudian ditampilkan oleh pendengar.
10. Signs (tanda-tanda), merupakan pernyataan yang mengidentifikasikan alasan dari sebuah fakta. Beberapa pertanda akan dibangun dalam suatu kepastian, sedangkan yang lain merupakan pembuktian secara ilmiah.
13. Arrangement, merupakan kemampuan pembicara dalam mengorganisasi bahan bicaranya. Keserdahanaan sangat penting dalam hal ini. Pada umumnya, struktur organisasi sebuah pembicaraan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup. Pendahuluan mengacu pada langkah awal menarik perhatian pendengar, kemudian menawarkan suatu interaksi dengan pendengar, dan terakhir menyediakan pandangan menyeluruh tentang tujuan dari suatu pembicaraan. Isi meliputi semua argumen, ide pendukung, dan contoh-contoh yang diperlukan untuk menunjukkan suatu titik permasalahan. Sedangkan, kesimpulan merupakan penyatuan dari poin-poin pembicaraan disertai dengan membangkitkan emosi pendengar terhadap hal yang disampaikan.
14. Style, merupakan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan ide sesuai dengan tata cara yang berlaku. Tahap ini mengacu pada pemilihan kata. Disarankan untuk menghindari kata-kata yang terlalu sering digunakan dan yang jarang digunakan. Untuk menghindari kedua hal ini, dapat digunakan gaya metaphor, yaitu gaya bahasa yang mempermudah pemaknaan suatu bahasa.
15. Delivery, mengacu pada komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh si pembicara, misalnya kontak mata, olah vokal, pelafalan kata, pergerakan anggota tubuh, dan penampilan fisik lainnya.
16.
17. Epideictic rhetoric, biasa disebut dengan pidato upacara. Tipe ini dilakukan dalam area publik dengan tujuan untuk memuja, memperingati sesuatu hal. Contohnya upacara penganugerahan gelar Honoris Kausa kepada seseorang
18.
19. Bahasa dan simbol-simbol membentuk suatu sistem yang penting bagi manusia. Disebutkan dalam asumsi ini bahwa bahasa merupakan simbol terpenting yang digunakan oleh manusia. Tanpa ada kata-kata (bahasa), akan sangat susah mengartikan sebuah pemikiran mengenai konsep atau objek tertentu. Contohnya, Goni merasa bahwa ia sedang lapar, agar orang tuanya mengetahui bahwa ia lapar dan memerlukan makanan, Goni harus mengatakan bahwa ia lapar kepada orang tuanya.
20.
21. The process of guilt and Redemption. Guilt merupakan hasil dari identification dan divisions. Guilt sendiri diartikan sebagai tensi, sesuatu yang memalukan, jijik, atau perasaan yang tidak nyaman.
23. Individu cenderung mengalami guilt terus-menerus, saat itu pulalah individu akan terus-menerus mencoba keluar dari rasa tidak nyaman tersebut. Adapun pola yang dilalui ketika merasakan guilt adalah :
24. Order or Hierarchy. Merupakan tingkatan dalam masyarakat disebabkan oleh kemampuan kita dalam berbahasa. Pada jenjang hierarki mana kita berada sangat mempengaruhi perasaan guilt seseorang.
26. Victimage. Merupakan cara di mana kita berusaha keluar dari perasaan guilt yang kita rasakan sebagai bagian dari kondisi individu. Terdapat dua tipe dasar, yaitu (1) mortification, metode untuk keluar dari perasaan guilt dengan menyalahkan diri sendiri (2) scapegoating, metode untuk keluar dari perasaan guilt dengan menyalahkan orang lain
27. Redemption, merupakan bentuk penolakan terhadap sesuatu yang tidak benar dan kembali pada tatanan yang baru setelah berhasil mengusir perasaan guilt tersebut.
28. The Pentad, merupakan metode yang digunakan untuk mengaplikasi teori dramatisme ini ke dalam pemahaman mengenai aktivitas simbolik. Terdapat lima poin dalam pentad, yaitu:
29. The Act, apa yang telah dilakukan oleh seseorang, contohnya Dino tidak masuk dalam mata kuliah Teori Komunikasi
30. The Scene, konteks di mana seseorang melakukan suatu tindakan (act), contohnya di minggu tersebut, Dino mendapat tugas yang sangat banyak
32. Agency, makna yang digunakan oleh agent untuk mensukseskan sebuah act. Bentuknya seperti strategi dalam pesan, menceritakan sesuatu, dan lain-lain, contohnya Dino menulis surat izin untuk tidak masuk kuliah Teori Komunikasi kepada dosennya
33. Purpose, tujuan yang ingin dicapai dari suatu act yang dilakukan, contohnya Dino tidak masuk kuliah agar ia mempunyai lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas
34. Attitude, tata cara di mana posisi tiap pelaku terhubung dengan orang lain, contohnya teman-teman sekelas Dino menganggapnya telah berani membolos