SlideShare a Scribd company logo
1 of 112
SKRIPSI
ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DENGAN
KEARIFAN LOKAL USAHATANI PADI RAWA LEBAK
DI DESA SOAK BATOK KABUPATEN OGAN ILIR
ANALYSIS OF THE WORKING TIME ALLOCATION WITH
LOCAL WISDOM OF LEBAK SWAMP RICE FARMING
IN SOAK BATOK VILLAGE OGAN ILIR REGENCY
Tassya Auria Zahra
05011281823085
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
SUMMARY
TASSYA AURIA ZAHRA. Analysis of The Working Time Allocation with
Local Wisdom of Lebak Swamp Rice Farming in Soak Batok Village Ogan Ilir
Regency. (Supervised by EKA MULYANA).
The purpose of this research are; (1) To identify local wisdom in the lebak
swamp rice farming, (2) To analyze the amount of labor in the lebak swamp rice
farming, and (3) To analyze the factors that influence the work in the lebak
swamp rice farming. This research was conducted in Soak Batok Village, North
Indralaya District, Ogan Ilir Regency. Location selection is done purposively or
intentionally. Data collection at the research location was carried out in January
2022. The research method used was a survey method. The sampling method used
in this study was simple random sampling with 40 respondents. The data used in
this study are primary data and secondary data. The results of this study indicate
that; (1) Soak Batok Village still has local wisdom in its lebak swamp rice
farming, namely at the stage of land processing, procurement and seeding of
seeds, planting, maintenance, harvesting, and post-harvesting, (2) Outpouring of
labor in lebak swamp rice farming in Soak Batok Village is 167,54 HOK/Ha/Yr,
where the use of external labor is 117,02 HOK/Ha/Yr is greater than the
outpouring of labor in the family, which is 50,52 HOK/Ha/Yr. The outpouring of
female workers in Soak Batok Village is 96,43 HOK/Lg/Yr, higher than male
workers at 23,16 HOK/Lg/Yr and machine labor is 27,01 HOK/Lg/Yr, and (3)
Simultaneously, the factors of age, work experience, area of arable land, and a
number of dependents are significant and have a significant effect on the
outpouring of labor. While partially, the education level factor is not significant
and has no significant effect on the outpouring of labor.
Keywords: Factors, Labor Outpouring, Local Wisdom.
RINGKASAN
TASSYA AURIA ZAHRA. Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan Kearifan
Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir.
(Dibimbing oleh EKA MULYANA).
Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) Mengidentifikasi kearifan lokal pada
usahatani padi rawa lebak, (2) Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja
pada usahatani padi rawa lebak, (3) Menganalisis apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak. Penelitian ini
dilakukan di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive atau sengaja. Pengambilan data di
lokasi penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2022. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan
jumlah 40 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Desa Soak
Batok masih memiliki kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebaknya, yaitu
pada tahap pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen, (2) Curahan tenaga kerja pada usahatani
padi rawa lebak di Desa Soak Batok adalah sebesar 167,54 HOK/Ha/Thn, dimana
penggunaan tenaga kerja luar sebesar 117,02 HOK/Ha/Thn lebih besar
dibandingkan dengan curahan tenaga kerja dalam keluarga yaitu 50,52
HOK/Ha/Thn. Curahan tenaga kerja wanita di Desa Soak Batok sebesar 96,43
HOK/Lg/Thn, lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pria sebesar 23,16
HOK/Lg/Thn dan tenaga kerja mesin sebesar 27,01 HOK/Lg/Thn, dan (3) Secara
simultan faktor usia, pengalaman kerja, luas lahan garapan, dan jumlah
tanggungan signifikan dan berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja. Sedangkan
secara parsial faktor tingkat pendidikan tidak signifikan dan tidak berpengaruh
terhadap curahan tenaga kerja.
Kata kunci: Faktor-Faktor, Curahan Tenaga Kerja, Kearifan Lokal.
SKRIPSI
ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DENGAN
KEARIFAN LOKAL USAHATANI PADI RAWA LEBAK
DI DESA SOAK BATOK KABUPATEN OGAN ILIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Tassya Auria Zahra
05011281823085
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tassya Auria Zahra, lahir pada tanggal 8 Februari
2001 di Palembang Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak sulung dari lima
bersaudara. Orang tua bernama Husni Alias dan Yoyoh Sadiah. Penulis memiliki
dua saudari perempuan yang bernama Nadira Putri Salsabillah dan Nazwa
Hairunnissa serta dua saudara laki-laki yang bernama Muhammad Naufal Rasyid
dan Muhammad Nabil Muzakki.
Riwayat pendidikan penulis yaitu TK (Taman Kanak–Kanak) di TK YWKA
(Yayasan Wanita Kereta Api) Kota Palembang pada tahun 2005, Sekolah Dasar di
SD Negeri 30 Kota Palembang pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 27 Kota Palembang pada tahun 2012, dan melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 16 Kota Palembang pada tahun 2015. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Sriwijaya sejak tahun 2018 melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selain belajar dibangku perkuliahan, penulis juga mengikuti organisasi yang
ada di kampus yaitu Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan yaitu
HIMASEPERTA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan
Organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Jurusan yaitu DPM KM SOSEK.
viii Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis curahkan atas kehadirat Allah SWT, Shalawat
beserta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah SAW sebagai utusannya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini “Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan Kearifan
Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang pencipta, Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan
hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan
terimakasih juga atas pertolongan Allah SWT semua prosesnya dapat terlewati.
2. Kedua orang tua beserta adik-adik yang telah memberikan dukungan serta
doanya agar skripsi ini dapat terselesaikan dan dimudahkan segala jalannya.
3. Ibu Dr. Dessy Adriani, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian yang telah menyempatkan waktunya untuk memberikan pengarahan
kepada penulis.
4. Ibu Eka Mulyana, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran membangun, serta dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Henny Malini, S.P., M.Si. selaku penelaah dan penguji yang telah
memberikan saran, masukan dan kritik yang membangun untuk skripsi ini
menjadi lebih baik lagi.
6. Muhammad Trihadi Yuliasnyah selaku kekasih yang telah mendukung dan
membantu selama proses penelitian berlangsung hingga selesai.
7. Bapak Kepala Desa Soak Batok yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian di desa tersebut.
8. Bapak Kepala Dusun III Desa Soak Batok yang telah membantu memberikan
izin dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
9. Teman-teman seperbimbingan yaitu Asti, Salman, Rifyal dan khususnya Femi
yang telah membantu dalam proses penelitian serta memberikan semangat
dalam proses pengerjaannya.
ix Universitas Sriwijaya
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis
agar penulisan pada skripsi ini dapat diperbaiki lagi. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini belumlah sempurna baik penulisan maupun isi karena
keterbatsan kemampuan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini akan
membawa manfaat bagi kita semua dan bagi penulis khususnya.
Indralaya, Juli 2022
Tassya Auria Zahra
x Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 8
2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 8
2.2. Model Pendekatan................................................................................ 21
2.3. Hipotesis .............................................................................................. 22
2.4. Batasan Operasional............................................................................. 24
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 26
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 26
3.2. Metode Penelitian ................................................................................ 26
3.3. Metode Penarikan Contoh.................................................................... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 27
3.5. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 28
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 33
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian...................................................... 33
4.2. Karakteristik Responden...................................................................... 37
4.3. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok....... 41
4.4. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa
Soak Batok ........................................................................................... 52
4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Tenaga Kerja Pada
Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok................................ 58
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 72
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 72
xi Universitas Sriwijaya
5.2. Saran..................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74
LAMPIRAN
xii Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan
Indralaya Utara Tahun 2016..................................................... 5
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 34
Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Soak Batok............ 35
Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Soak Batok ............. 35
Tabel 4.4. Karakteristik Responden .......................................................... 37
Tabel 4.5. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak ........................... 43
Tabel 4.6. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa
Lebak di Desa Soak Batok, 2022 ............................................. 53
Tabel 4.7. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Pria, Wanita dan Mesin
Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok, 2022 . 56
Tabel 4.8. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Per Hektar Per Tahun Pada
Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok, 2022.......... 57
Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda................................... 59
Tabel 4.10. Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2
) ........................ 59
Tabel 4.11. Hasil Analisis Uji F.................................................................. 60
Tabel 4.12. Hasil Analisis Uji t ................................................................... 61
Tabel 4.13. Hasil Analisis Uji Normalitas Dengan Menggunakan Uji One
Sample Kolmogorov Smirnov................................................... 68
Tabel 4.14. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas......................................... 70
Tabel 4.15. Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas Dengan Metode
Glejser...................................................................................... 70
xiii Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian................................................. 21
Gambar 4.1. Benih Dari Hasil Panen Sebelumnya ..................................... 45
Gambar 4.2. A) Merencam; B) Penyemaian Kedua; C) Nanjarkan ........... 47
Gambar 4.3. Alat Tanam Tunjam................................................................ 48
Gambar 4.4. Alat Panen Tuai dan Arit........................................................ 51
Gambar 4.5. Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal P-Plot Test ..... 69
Gambar 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Grafik Scatterplots .... 71
xiv Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian............................................................... 79
Lampiran 2. Identitas Responden................................................................ 83
Lampiran 3. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga................................. 84
Lampiran 4. Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga.................................... 86
Lampiran 5. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa
Lebak ..................................................................................... 88
Lampiran 6. Output SPSS 25 Analisis Regresi Linear Berganda ............... 89
Lampiran 7. Output SPSS 25 Uji Asumsi Klasik ....................................... 91
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian.......................................................... 94
1 Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan rawa lebak adalah lahan potensial dan prospektif terhadap
pengembangannya di masa yang akan datang. Pemanfaatan lahan rawa lebak di
Indonesia memiliki peranan penting dan peluang besar serta strategis untuk
pengembangan sektor pertanian khususnya dalam mendukung ketahanan pangan
pada skala regional maupun Nasional. Luas lahan rawa lebak yang dimiliki
Indonesia ada sekitar 13,28 juta ha, yang terdiri dari 4,17 juta ha lebak dangkal
atau pematang, 6,08 juta ha lebak tengahan, dan 3,04 juta ha lebak dalam yang
semuanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (Pujiharti, 2017). Salah
satu kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan rawa lebak adalah usahatani
padi, apalagi padi merupakan komoditi yang dominan dan paling banyak ditanam
di lahan rawa lebak. Hal tersebut dikarenakan luas lahan rawa lebak yang
berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian tanaman padi masih tersedia cukup
luas.
Padi adalah salah satu bahan pangan pokok, karena keberadaannya yang
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi pada
tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,02% dibandingkan dengan produksi
padi pada tahun 2019. Menurut Pujiharti (2017) sebesar 94,9% produksi padi
dihasilkan dari agroekosistem lahan sawah, sedangkan sisanya dari lahan kering.
Sementara itu, luas lahan panen padi yang ada di Sumatera Selatan adalah sebesar
551,32 ribu ha dengan produksi padinya sebesar 2,74 juta ton GKG dari total
keseluruhan produksi padi di Indonesia yaitu sebesar 54,65 juta ton GKG dari
total luas lahan padi yang mencapai 10,65 juta ha (Badan Pusat Statistika, 2020).
Lahan rawa lebak terluas terdapat di Sumatera, dimana yang sesuai untuk
lahan pertanian adalah sekitar 1,15 juta ha dari total luasnya sekitar 3,44 juta ha,
dan lahan rawa lebak yang dominan di Sumatera terdapat di Sumatera Selatan
dengan Luas total lahan rawa lebak mencapai 285.941 ha. Salah satu daerah di
Sumatera Selatan yang mempunyai potensi lahan rawa lebak terluas adalah
Kabupaten Ogan Ilir, yang mana pada tahun 2015 berada di urutan kedua untuk
2
Universitas Sriwijaya
luas lahan padi rawa lebak yang ditanami satu kali dalam setahun dengan luas
lahan sebesar 45.074 ha, namun untuk lahan rawa lebak yang ditanami dua kali
dalam setahun masih tergolong kecil yaitu hanya sebesar 1.615 ha (Badan Pusat
Statistik, 2016).
Lahan rawa lebak tentunya memiliki keunggulan apabila dimanfaatkan
dengan teknik pengelolaan yang tepat, juga akan mampu menghadapi tantangan
kebutuhan pangan yang semakin besar, meningkatkan pendapatan rumah tangga,
serta menambah dan memperluas lapangan pekerjaan. Seperti yang telah
diketahui, Indonesia memiliki tiga jenis tipe rawa lebak yaitu lebak
dangkal/pematang (25-50 cm), lebak tengahan (50-100 cm), dan lebak dalam (>
100 cm). Karakteristik lahan rawa lebak yang berbeda-beda tersebut membuat
cara pengelolaannya pun berbeda-beda di setiap daerah terutama untuk lahan
pertanian. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan rawa lebak tersebut ada yang
dilakukan dengan cara modern atau dengan teknologi yang berkembang saat ini,
namun beberapa ada pula yang tetap mempertahankan dan menjalankan kearifan
lokal atau kebiasaan turun-temurun di daerahnya. Kearifan lokal disini adalah
bentuk pengetahuan tradisional yang sangat bergantung dengan potensi
sumberdaya alam lahan rawa lebak yang dipahami oleh masyarakat setempat
terkait pengelolaan tanaman padinya.
Sistem pengetahuan lokal ini memberikan gambaran kepada kita mengenai
tradisi masyarakat terhadap kegiatan usahatani padi yang memberdayakan
sumberdaya alam yaitu lahan rawa lebak secara bijaksana. Seperti pada mulanya
tahap awal dari kegiatan usahatani dengan melakukan pembukaan lahan dengan
luas dan teknis tertentu yang sudah diwariskan terdahulu oleh nenek moyang,
yaitu membajak sawahnya dengan hewan kerbau. Jenis tanaman yang akan
ditanam sesuai dengan kondisi tanah dan lingkungan beserta cara penanamannya,
seperti komoditas padi yang ditanam di lahan rawa lebak menggunakan sistem
pindah tanam dengan bantuan alat tradisional yang dibuat sendiri oleh petani.
Pemupukan menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan, dan lain
sebagainya yang ilmunya diperoleh dari warisan turun-temurun.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Lestari (2021), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa salah satu desa di
3
Universitas Sriwijaya
kabupaten Ogan Ilir, lebih tepatnya Desa Soak Batok yang merupakan desa
penghasil padi petaninya masih menjalankan dan menerapkan kearifan lokal
dalam pengelolaan tanaman padinya di lahan rawa lebak yaitu pada tahap
pengadaan benih, penanaman, panen, dan pasca panen. Ditengah-tengah
perkembangan teknologi yang maju saat ini, masyarakat desa setempat masih
tetap memegang kuat nilai-nilai budaya atau kearifan lokal dalam pengelolaan
tanaman padinya. Kearifan lokal yang masih dijalankan oleh masyarakat desa
Soak Batok tersebut, diantaranya pada tahap pengadaan benih masih
menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, pada tahap penanaman masih
dilakukan sendiri secara manual dengan alat tradisional penojoh, serta pada pada
tahap panen masih dilakukan sendiri menggunakan alat tradisional arit.
Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki masyarakat pada
umumnya dan berperan sebagai ilmu untuk bertahan hidup di lingkungannya
dengan menyatukan berbagai aspek mulai dari kepercayaan, norma, dan budaya.
Kearifan lokal biasanya banyak ditemui pada saat adanya kegiatan adat dan juga
kepercayaan masyarakat yang diyakini dengan rentang waktu yang cukup lama
serta sering kali bertujuan sebagai solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ridwan et al., 2016).
Selain pengolahan lahan yang tepat dalam usahatani, terdapat faktor lain
yang juga harus diperhatikan yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor
penting dalam menentukan keberhasilan petani dalam melaksanakan
usahataninya. Menurut Baruwadi (2012) tenaga kerja adalah suatu faktor penting
dalam usahatani keluarga maupun tenaga kerja dari keluarga, khususnya tenaga
kerja petani beserta anggota keluarga, dan sebagai pemimpin yang mengatur
seluruh aspek organisasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian yang
dilakukan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Larasati (2012) tenaga kerja
adalah salah satu faktor produksi yang utama. Tenaga kerja dalam usahatani dapat
berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Sedangkan jenis tenaga kerja itu
meliputi tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak, tenaga
kerja ternak dan tenaga kerja mesin.
Dalam analisa ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja
di bidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan
4
Universitas Sriwijaya
tenaga kerja merupakan suatu besaran tenaga kerja efektif yang digunakan, dan
ukuran tenaga kerja tersebut dinyatakan dalam bentuk hari orang kerja (HOK)
yang dihitung setiap hari kerja petani (Rahim et al., 2014). Atau dengan kata lain,
curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia maupun ternak dan
mesin dalam kegiatan usahatani yang dicurahkan dalam proses produksi usahatani
mulai dari tahap pengolahan lahan sampai pasca panen. Adapun menurut Utami
(2015) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja adalah
tingkat pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. Sementara itu,
alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh petani secara
produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya.
Sebagai negara agraris dan maritim yang besar, sektor pertanian merupakan
sumber mata pencaharian juga sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk
Indonesia. Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di suatu pedesaan adalah
pada sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zahasfana (2017)
yang menyatakan bahwa sebenarnya sektor pertanian masih merupakan tumpuan
atau pusat dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Seperti Desa Soak Batok
merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Ogan Ilir yang mayoritas
penduduknya adalah bekerja sebagai petani padi. Desa Soak Batok merupakan
salah satu desa penghasil padi yang juga memanfaatkan potensi lahan rawa lebak
dalam kegiatan pengolahan pertaniannya. Sebagian besar penduduk Desa Soak
Batok bekerja di bidang pertanian baik yang dikelola sendiri maupun sebagai
buruh tani atau tenaga kerja pertanian. Data mata pencaharian penduduk menurut
desa di Kecamatan Indralaya Utara dapat di lihat pada Tabel 1.1. berikut ini.
5
Universitas Sriwijaya
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya
Utara Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Mata Pencaharian
1. Bakung Perkebunan Karet
2. Lorok Perkebunan Palawija
3. Parit Perkebunan Karet
4. Pumajaya Perkebunan Karet
5. Payakabung Perkebunan Karet
6. Tanjung Baru Pertanian Holtikultura dan Peternakan
7. Tanjung Pering Industri Makanan dan Peternakan
8. Sungai Rambutan Pertanian Holtikultura
9. Soak Batok Pertanian Padi
10. Timbangan Perdagangan dan Jasa
11. Suka Mulya Perkebunan Kelapa Sawit
12. Pulau Kabal Perkebunan Karet
13. Tanjung Pule Pertanian Holtikultura
14. Permata Baru Perdagangan dan Jasa
15. Palem Raya Perdagangan dan Jasa
16. Pulau Semambu Pertanian Holtikultura dan Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara, 2016
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016
diatas, menunjukkan bahwa Desa Soak Batok merupakan satu-satunya desa di
Kecamatan Indralaya Utara yang memiliki jumlah penduduk bermata pencaharian
sebagian besar petani padi yaitu sebesar 90% adalah petani padi. Dengan total luas
lahan panen yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir pada
padi sawah adalah sebesar 838 ha dengan produksi 3.129 ha dan produktivitas
sebesar 3.732 ton/ha (Badan Pusat Statistika, 2020).
Menurut Pujiharti (2017) peluang peningkatan produksi padi adalah
pemanfaatan lahan rawa lebak. Desa Soak Batok dipilih karena merupakan
wilayah mayoritas pertanian padi yang juga memanfaatkaan potensi sumberdaya
lahan rawa lebak berbasis kearifan lokal dalam usahatani padinya. Terkait
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kearifan lokal pada
usahatani padi di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan
Ilir, pada penelitian ini akan dikaji lebih jauh seperti apa kearifan lokal pada
usahatani padi rawa lebak yang diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain itu,
6
Universitas Sriwijaya
rumah tangga petani sangat berperan penting sebagai penyedia tenaga kerja baik
dibidang pertanian maupun non pertanian sehingga kegiatan yang dilakukan dapat
mempengaruhi alokasi curahan tenaga kerja petani. Oleh sebab itu, curahan waktu
kerja petani sangat penting untuk dipelajari karena berpengaruh terhadap
pendapatan rumah tangga petani (Sari, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan pokok kajian tentang “Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan
Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan
Ilir”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada
usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
2. Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
3. Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja
pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
7
Universitas Sriwijaya
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian
ini antara lain:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani rawa lebak mengenai kearifan lokal dalam
pengelolaan tanaman padi di rawa lebak.
2. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis dan sebagai landasan untuk
melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas serta
bermanfaat bagi masyarakat.
3. Diharapkan dapat berguna bagi pemerintah ataupun instansi, sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait ketenagakerjaan dan lahan
rawa lebak.
8 Universitas Sriwijaya
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsepsi Kearifan Lokal
Menurut pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua
kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sedangkan di dalam kamus Inggris
Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local artinya setempat dan wisdom
(kearifan) artinya kebijaksanaan. Sehingga secara umum, lokal wisdom (kearifan
setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang sifatnya
bijaksana, bernilai baik, penuh kearifan, dan tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Selain itu, dalam bahasa asing kearifan lokal sering juga diartikan
sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious” (Sartini, 2004).
Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan tradisional yang dipahami
oleh manusia atau masyarakat setempat yang berinteraksi dengan alam sekitarnya,
sehingga kearifan lokal dapat juga disebut sebagai pengetahuan kebudayaan yang
meliputi bentuk-bentuk pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu
kelompok masyarakat dalam rentang waktu yang lama termasuk dengan caranya
menjaga hubungan dengan alam tersebut melalui pemanfaatan yang bertanggung
jawab (Suhartini, 2009).
Selain itu, menurut Khairullah dan Ar-Riza (2017) kearifan lokal merupakan
sebuah warisan budaya Indonesia yang telah ada sejak zaman nenek moyang
terdahulu, dimana melalui proses interaksi yang sangat panjang dalam
pembentukannya antara manusia dengan lingkungannya, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam prosesnya, kearifan lokal ini sangat
bergantung dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan sekitar masyarakat
serta dipengaruhi oleh sikap, pandangan dan pola perilaku masyarakat tersebut
terhadap lingkungannya.
Adapun karakteristik dari kearifan lokal, antara lain: (1) kearifan lokal harus
mengajarkan orang untuk menyayangi alam bukan malah merusaknya; (2)
kearifan lokal harus menggabungkan pengetahuan kebaikan sehingga dapat
9
Universitas Sriwijaya
mengajarkan orang terkait etika dan nilai-nilai moral; dan (3) kearifan lokal harus
berasal dari anggota komunitas tertua. Kearifan lokal sendiri dapat berbentuk
etika, norma, nilai, kepercayaan, hukum, adat istiadat, serta aturan-aturan khusus.
Selanjutnya, nilai-nilai yang terkait dengan kearifan lokal antara lain: nilai
kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras (Mungmachon, 2012).
Kearifan lokal berasal dari kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk
mengolah serta mengatur ketersediaan dari sumberdaya alam yang terdapat di
lingkungan sekitarnya sehingga kehidupan mereka nantinya bergantung dari alam
tersebut (Pseurnay, 2018). Sedangkan Qamar et al., (2017) juga menyatakan
bahwa kearifan lokal dari lingkungan tersebut dapat mencerminkan jati diri dari
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat di lingkungan tersebut harus menjaga
nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu.
Kearifan lokal adalah tata nilai atau pola perilaku masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan hidupnya secara bijaksana. Sehingga kearifan
lokal tidak sama pada tempat dan waktu dan suku yang berbeda. Perbedaan ini
disebabkan karena tantangan alam dan kebutuhan hidupnya yang berbeda-beda,
sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut
menimbulkan berbagai macam sistem pengetahuan baik itu yang berkaitan dengan
lingkungan maupun sosial. Petani memiliki kearifan lokal dalam kegiatan-
kegiatan budidaya pertanian padi baik yang masih berlangsung hingga saat ini
maupun yang sudah lama ditinggalkan dan hilang. Salah satu contoh yang sudah
mulai ditinggalkan petani adalah membajak sawahnya dengan menggunakan
kerbau, dimana sekarang petani sudah beralih menggunakan teknologi mesin
traktor karena lebih mudah dan efisien secara waktu (Guntur et al., 2016).
Pada zaman dahulu, beberapa kearifan lokal di bidang pertanian banyak
direndahkan oleh sistem pertanian maju dan modern yang mengejar produksi. Hal
tersebut dikarenakan kearifan lokal dianggap tidak efektif dan efisien. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu banyak ahli yang menyarankan untuk
membangun pertanian berbasis kearifan lokal agar pemanfaatan dan penggunaan
sumberdaya alam dapat berlangsung lebih lama (Khairullah dan Ar-Riza, 2017).
10
Universitas Sriwijaya
2.1.2. Konsepsi Lahan Rawa Lebak
Lahan rawa lebak terbentuk akibat perbedaan elevasi yang kecil, sehingga
menghambat kelancaran aliran permukaan menuju laut, kemudian terbentuk
genangan air yang berupa rawa terutama di sepanjang aliran sungai-sungai besar.
Kedalaman genangan, bentuk serta posisi berubah-ubah tergantung musim.
Seperti pada musim kemarau genangan air berkurang dan pada musim hujan
kondisi sebaliknya. Permasalahan air di lahan rawa lebak sangat bergantung
dengan tipologinya, contohnya pada lahan dengan tipologi dangkal atau pematang
maka pengelolaan airnya harus bertujuan agar air yang masuk ke persawahan itu
berkurang. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi genangan yang tinggi dan
mengkonservasi air pada musim kemarau sehingga tanaman dapat tercukupi
kebutuhan airnya.
Lahan rawa lebak sendiri selalu tergenang oleh air apabila musim hujan tiba
dan selanjutnya akan perlahan-lahan surut seiring dengan pergantian musim
kemarau. Berdasarkan tinggi dan lama genangan, lahan rawa lebak dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lebak dangkal atau pematang, lebak tengahan,
dan lebak dalam (Mulyani dan Sarwani, 2013). Pengelolaan lahan rawa lebak
secara garis besar meliputi : (1) pola tanam dan teknologi budidaya, (2) aspek
pendukung, dan (3) sumber daya manusia (Syahputra et al., 2019).
Ada dua kelompok tanah di lahan rawa lebak, yaitu tanah gambut dan tanah
mineral. Tanah gambut memiliki ketebalan lapisan >50 cm, sedangkan tanah
mineral memiliki ketebalan lapisan <50 cm. Adapun tanah mineral yang
mempunyai lapisan gambut di permukaannya setebal 20-50 cm disebut dengan
tanah mineral bergambut. Tanah mineral murni hanya memiliki lapisan gambut di
permukaannya <20 cm. Tanah yang terdapat di lahan rawa lebak mengandung
hara tanah yang rendah sehingga perlu dilakukan pengelolaan hara (Subagyo,
2006).
Lahan rawa lebak mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar
terhadap pengembangan usahatani terpadu (tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan) dengan memperhatikan kondisi lahannya dan memanfaatkan
teknologi yang ramah lingkungan (Suryana 2016). Tipe atau jenis lahan rawa
lebak yang potensial tersebut adalah lebak dangkal atau pematang dan lebak
11
Universitas Sriwijaya
tengahan. Biasanya lahan rawa lebak kedua jenis ini banyak digunakan sebagai
area persawahan yang ditanami komoditi palawija serta sayuran di pinggiran
sawahnya. Sementara itu, untuk lebak dalam biasanya lebih cocok digunakan
untuk tempat budidaya ikan air tawar (Alwi dan Tapakrisnanto, 2016).
Peningkatan produksi padi di lahan rawa lebak dapat dilakukan melalui
peningkatan indeks pertanaman (IP), produktivitas, serta penekanan terhadap
senjang hasil dan kehilangan hasil. Produktivitas padi di lahan rawa lebak juga
dapat ditingkatkan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT).
Untuk teknologi yang dapat diterapkan di lahan rawa lebak yaitu seperti cara
tanam, pengelolaan air, varietas unggul baru, pengelolaan hara, pengendalian
hama dan penyakit terpadu, serta spesifik lokasi tanam (Pujiharti, 2017).
Akan tetapi, tidak semua jenis atau tipe lahan rawa lebak dapat ditanami
padi setiap tahunnya. Pada lebak tipe dangkal atau pematang dan tipe tengahan,
penanaman padi dilakukan sebanyak satu sampai dua kali dalam setahun.
Sedangkan lebak tipe dalam yang merupakan daerah cekungan hanya dapat
ditanami padi pada musim kemarau yang agak panjang saja. Penentuan jenis
komoditi yang akan ditanam dipengaruhi oleh tinggi rendahnya genangan air pada
lahan rawa lebak, khususnya untuk komoditi padi, jagung dan kedelai. Budidaya
tanaman padi dapat dilakukan di lahan rawa lebak tipe dangkal atau pematang
pada bulan Januari, di lahan rawa lebak tipe tengahan di bulan Februari, dan di
lahan rawa lebak tipe dalam dapat dilakukan di bulam Mei (Waluyo et al., 2008).
Besarnya kesempatan untuk memanfaatkan lahan rawa lebak sebagai tempat
budidaya pertanian yang tepat disebabkan karena keadaan suatu ekosistem lahan
rawa lebak tersebut. Jenis komoditi yang dibudidayakan di lahan rawa lebak juga
beragam jenisnya. Dilihat dari sisi hasil produksinya, apabila lahan rawa lebak
yang dimiliki petani diolah secara bijak dan optimal, maka hasil yang diperoleh
akan maksimal sehingga keuntungan yang didapat juga akan besar dan meningkat.
Hasil analisis usahatani terhadap berbagai jenis komoditas yang ditanami di lahan
rawa lebak menunjukkan peluang yang cukup besar dan signifikan, namun besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh petani tergantung dengan nilai ekonomi serta
pola tanam yang digunakan petani tersebut (Noor, 2007).
12
Universitas Sriwijaya
2.1.3. Konsepsi Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara seorang petani
selaku pengusaha mengatur, menyusun, dan menjalankan usaha itu (Adiwilaga,
1982). Sedangkan menurut Zaman et al., (2020) usahatani adalah sekumpulan
usaha dalam kegiatan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
petani serta diupayakan untuk memperbaiki kualitas hidup para petani dengan
memberdayakan manusia atau tenaga kerja yang tersedia, modal dan sumberdaya
alam yang melimpah, serta kemampuan yang dimiliki petani. Kegiatan usahatani
seharusnya dapat bersaing dan berkelanjutan dengan cara memperhatikan minat
pasar, potensi sumberdaya yang ada, juga kondisi masyarakat dan lembaga-
lembaga yang tersedia.
Soekartawi (2003) mendefinisikan usahatani sebagai kumpulan dari
sumberdaya alam yang ada di suatu daerah yang dibutuhkan untuk produkdi di
bidang pertanian seperti air, udara dan tanah, renovasi yang telah dilakukan untuk
tanah dan sebagainya yang terdapat di alam ini. Sedangkan menurut Suratiyah
(2015) usahatani merupakan cara seorang petani mengorganisasikan, menentukan
dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi agar seefektif dan
seefisien mungkin sehingga usahata yang dilakukan tersebut menghasilkan
pendapatan yang semaksimal mungkin.
Pada dasarnya, usahatani terdiri dari beberapa unsur yang nemiliki peranan
penting dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut antara lain lahan pertanian,
modal, tenaga kerja dan manajemen (Normansyah et al., 2014). Sedangkan dalam
ilmu usahatani, terdapat empat faktor produksi yang juga berperan penting
diantaranya tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen. Maka dari itu, pendapatan
usahatani merupakan balasan jasa dari penyusutan empat faktor produksi tersebut.
Pada usahatani padi sawah, produksi gabahnya sangat bergantung pada peranan
luas lahan, pupuk, pestisida serta tenaga kerja. Namun yang perlu diperhitungkan
adalah kondisi setempat berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi dalam
usahatani.
Dari segi tenaga kerja, usahatani yang dilakukan di Indonesia umumnya
bukan merupakan jenis usahatani keluarga yang murni atau asli, seberapa kecilnya
usahatani tersebut pasti tetap menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
13
Universitas Sriwijaya
Bahkan, seringkali pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerjanya lebih
besar berasal dari luar keluarga. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan
kemampuan petani, misalnya saja pada tahap penanaman, penyiangan dan panen
(Suratiyah, 2015). Pada akhirnya, kegiatan usahatani pasti akan menghasilkan
suatu output yang nantinya akan memberikan penghasilan dan menjadi
pendapatan bagi sebagian petani. Kegiatan usahatani ini merupakan langkah awal
yang dilakukan petani untuk memperoleh keuntungan, sehingga apabila ingin
memperoleh keuntungan yang maksimal maka kegiatan usahatani yang dijalankan
juga harus optimal.
2.1.4. Konsepsi Padi
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan dan termasuk
salah satu makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman
padi tergolong tanaman semusim yang termasuk ke dalam familia Gramineae.
Ciri-ciri tanaman padi secara umum adalah akarnya serabut, batangnya sangat
pendek, strukturnya terbentuk dari sekumpulan pelepah daun yang saling
menopang dan berbentuk panjang seperti batang, pelepahnya tegak, berbentuk
seperti lanset di bagian daunnya, jenis daunnya yaitu daun sempurna, tergolong
jenis daun sejajar, berwarna hijau muda sampai tua, memiliki urat, ditutupi oleh
rambut-rambut pendek serta renggang berwarna kuning keemasan, tergolong jenis
bunga majemuk, jenis malainya bercabang-cabang, bunganya menyatu menjadi
floret, berada di panikula atau spilet yang duduk, tipe buahnya yaitu berupa bukir
atau kariopsis yang berarti susah dibedakan anatar buah dan bijinya, bentuknya
nyaris bulat bahkan lonjong, berukuran 3-15 mm, ditutupi oleh palea dan lemna
atau biasanya dikenal dengan sekam, memiliki struktur yang dominan yaitu
berupa endospermium yang biasa dikonsumsi oleh manusia (Aksi Agraris
Kanisius, 2005).
Padi merupakan tanaman pangan yang berupa rumput berumpun dan berasal
dari dua benua yaitu benua Asia dan benua Afrika Barat tropis dan subtropis.
Penanaman komoditi padi sendiri sudah dilakukan sejak tahun 3.000 SM di
Zhejiang, Tiongkok. Padi merupakan tanaman yang istimewa karena kemampuan
adapatasinya yang hampir bisa di semua lingkungan, mulai dari dataran rendah
14
Universitas Sriwijaya
hingga dataran tinggi (2000 mdpl), dari daerah basah (rawa-rawa) hingga daerah
kering dan berpasir, dari daerah tropis hingga subtropis, juga dari daerah subur
hingga daerah marjinal atau cekaman (Zahasfana, 2017). Padi sendiri merupakan
salah satu komoditas pertanian yang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk
Indonesia sebagai makanan pokok mereka, bahkan sebagian besar penduduk
tersebut juga memperoleh pendapatan pokok dari berusahatani tanaman padi ini.
Donggulo (2017) menyatakan bahwa padi merupakan tanaman pangan
penghasil beras yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi di Indonesia,
yang mana beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan
pokok lainnya seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan sumber karbohidrat
lainnya. Oleh karena itu, keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat
dalam pemenuhan asupan karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi
yang dapat mengenyangkan. Sekitar kurang lebih 90% tanaman padi dikonsumsi
untuk makanan pokok sehari-hari oleh penduduk Indonesia.
Pembudidayaan tanaman padi dilakukan dengan melalui proses yang cukup
panjang, berbulan-bulan lamanya, dan membutuhkan modal atau biaya yang tidak
sedikit jumlahnya. Proses budidaya untuk semua jenis padi itu sama. Menurut
semua informan baik itu seorang petani, penggarap, penggiling, dan buruh tani
mereka semua ternyata memiliki pengetahuan yang sama tentang cara budidaya
tanaman padi, dimana tahapannya meliputi persiapan lahan, pemilihan benih,
penyemaian benih, penanaman padi, pemeliharaan padi serta panen padi
(Gunawan, 2018).
Sedangkan menurut Aksi Agraris Kanisius (2005), sistem pembudidayaan
padi sawah lebih dahulu dikenal dibanding pembudidayaan padi laading. Selain
itu kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan padi antara lain: pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Tanaman padi digolongkan
sebagai komoditas utama dan tanaman pangan yang penting di Indonesia karena
menopang pangan masyarakatnya, dan juga berperan penting dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap pangan utama yang semakin meningkat setiap tahunnya
dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembanganya industri
pangan dan pakan.
15
Universitas Sriwijaya
2.1.5. Konsepsi Tenaga Kerja
Menurut Soetriono (2006) tenaga kerja (man power) adalah kelompok
penduduk usia kerja, dimana ia mampu dan sanggup bekerja atau melakukan
kegiatan ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk pemenuhan
kebutuhannya. Sedangkan Suratiyah (2015) mendefinisikan tenaga kerja sebagai
salah satu unsur penentu, khusunya pada usahatani dibidang pertanian yang sangat
bergantung pada musim, tenaga kerja yang langka menyebabkan mundurnya
waktu tanam yang kemudian berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu sendiri,
produktivitas dan kualitas produk, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota
keluarganya. Baik usahatani keluarga maupun perusahaan dibidang pertanian,
peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat ditangani oleh teknologi untuk
menghemat tenaga (tenaga kerja mekanik). Hal ini dikarenakan, selain harga
teknologi tersebut yang mahal terdapat juga beberapa hal tertentu yang
penggunaannya tidak dapat digantikan selain tenaga kerja manusia.
Sumber utama tenaga kerja adalah penduduk dengan pertimbangan
kelayakan bekerja menurut umurnya. Penduduk yang layak menjadi tenaga kerja
dilihat dari umurnya sebagai penduduk usia kerja. Tenaga kerja yang pantas dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produksi sumberdaya manusia, hal
ini biasanya sering disebut dengan man power. Di Indonesia, untuk batas umur
yang layak bekerja adalah 10 tahun. Namun di beberapa negara yang sudah maju,
batas umur yang layak bekerja lebih tinggi yaitu 15-65 tahun. Kelayakan dalam
bekerja dapat terbentuk dari tradisi turun-temurun. Sedangkan di negara
berkembang, batas bawah ini relatif lebih muda daripada negara maju
(Sumarsono, 2003).
Tenaga kerja pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dengan tenaga
kerja di bidang lain (non pertanian). Karakteristik tenaga kerja dibidang pertanian
memiliki ciri-ciri antara lain: keperluan tenaga kerja pertanian tidak sama dan
tidak merata, penyerapan tenaga kerjanya sangat terbatas, tidak mudah
dirasionalkan, distandarkan dan dispesialisasikan, serta bervariasi dan terkadang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik tersebut
memerlukan sistem manajerial tertentu yang harus dipahami untuk meningkatkan
usahatani itu sendiri, terutama di Indonesia sistem manajerial dalam usahatani
16
Universitas Sriwijaya
umumnya masih sangat sederhana.
Selain lahan, modal dan pengelolaannya, tenaga kerja usahatani merupakan
faktor produksi yang kedua. Tenaga kerja sebagai faktor produksi yang penting
dan perlu diperhatikan dalam jumlah yang cukup dalam proses produksi, tidak
hanya dilihat dari jumlah tersedianya tenaga kerja akan tetapi kualitasnya juga
perlu diperhatikan (Yuniawan, 2012). Terkadang tenaga kerja sebagai faktor
produksi utama, menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani disini
bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga sebagai tulang punggung
keluarganya atau sebagai sumber tenaga kerja utama dalam usahataninya.
Terdapat jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia yaitu tenaga
kerja ternak dan mekanik. Tingkat keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan
oleh faktor produksi tenaga kerja. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak
hanya menyumbangkan tenaganya, tetapi juga bertindak sebagai seorang
pemimpin (manajer) dalam usahataninya yang mengorganisasi produksi secara
keseluruhan. Selanjutnya, untuk kualitas tenaga kerja ditentukan oleh tingkat
pendidikan dan pengalaman berusahatani (Kawengian et al., 2019).
Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga.
Menurut Mubyarto (1985) menyatakan bahwa ayah sebagai kepala keluarga, ibu
sebagai istri, dan anak-anak petani telah berumur 12 tahun sudah bisa dianggap
sebagai tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari
keluarga ini biasanya adalah sumbangan ataupun kontribusi keluarga dalam
kegiatan pertanian secara keseluruhan, dan biasanya tidak pernah dinilai dalam
uang sebagai upah. Tenaga kerja keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang sudah berumur dewasa ini disebut juga tenaga kerja keluarga inti, dimana
pembagian tugas dan kewajibannya berdasarkan status dan peranannya di dalam
keluarga tersebut.
Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari
luar anggota keluarga petani dan biasanya menggunakan sistem upah. Penggunaan
tenaga kerja dari luar keluarga ini sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya
waktu kerja, kecakapan, dan umur tenaga kerja. Jenis tenaga kerja dari luar
keluarga dapat berupa tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan tergantung
dengan kebutuhan, namun khusus untuk kegiatan penggarapan sawah biasanya
17
Universitas Sriwijaya
tenaga kerja diatur dan digunakan secara borongan.
2.1.6. Konsepsi Curahan Tenaga Kerja
Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam
berusahatani yang diukur dengan satuan hari kerja (HKP), baik yang berasal dari
dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Sedangkan curahan jam kerja adalah
jumlah jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya di pabrik, di rumah atau pekerjaan sambilan. Dalam setiap minggu,
lamanya bekerja untuk setiap orang berbeda-beda tergantung pada keadaan tenaga
kerja tersebut. Ada yang bekerja di pabrik dan di rumah saja, tetapi ada juga yang
bekerja sambilan selain bekerja di pabrik dan dirumah. Alasan yang dominan
terkait hal ini adalah karena ekonomi, yang mana dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari atau untuk menambah sumber penghasilan. Selain itu,
tanggungan keluarga juga menjadi salah satu alasan kenapa seorang tenaga kerja
melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan utama.
Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap alokasi waktu seseorang
dalam bekerja, diantaranya: keadaan sosial ekonomi keluarga, tingkat upah,
pemilihan aset tingkat produktif, karakteristik setiap anggota keluarga yang
dicirikan oleh faktor usia, tingkat pendidikan, dan keahlian yang dimiliki anggota
keluarga lain. Dengan bertambahnya pendapatan, cenderung akan mengurangi
jam kerja (income effect), dengan meningkatnya status ekonomi (peningkatan
pendapatan) cenderung akan meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak
menikmati atau menghabiskan waktu senggangnya. Untuk keperluan tersebut,
mereka artinya telah mengurangi jam kerjanya (Sumarsono, 2003).
Curahan tenaga kerja adalah waktu yang digunakan atau dihabiskan oleh
tenaga kerja dalam suatu kegiatan atau usaha. Menurut Soekartawi (2002) dalam
Tatipikilawan (2012) konversi tenaga kerja laki-laki dewasa (umur lebih dari 15
tahun) adalah sebesar 1 HKP, wanita dewasa (umur lebih dari 15 tahun) adalah
sebesar 0,8 HKP dan anak-anak (kurang dari 15 tahun) adalah sebesar 0,5 HKP
dengan rata-rata jam kerjanya adalah 8 jam perhari. Pada penelitian ini variabel
harian kerja pria dan wanita diukur berdasarkan besarnya curahan tenaga kerja
pada usahatani padi dengan satuan HOK.
18
Universitas Sriwijaya
Pendapat lain menyatakan, curahan kerja adalah jumlah waktu yang
dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan di dalam dan
luar rumah tangga yang diukur dalam satuan waktu atau jam. Sedangkan jumlah
curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk setiap
kegiatan usahatani padi sawah secara keseluruhan yang dihitung berdasarkan
perhitungan hari orang kerja setara pria (HOK). Produktivitas tenaga kerja
berpengaruh terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan dalam suatu kegiatan, hal
tersebut berarti semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka waktu kerja yang
dicurahkan akan lebih lama. Curahan jam kerja usahatani keluarga dan curahan
jam kerja luar keluarga (upahan) adalah waktu yang digunakan secara langsung
dalam pengelolaan usahatani padi sawahnya selama satu kali musim tanam
(Kawengian et al., 2019).
Penelitian Suratiyah (2015) menjelaskan bahwa, curahan tenaga kerja pada
usahatani sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor alam
yaitu iklim, curah hujan, tingkat kesuburan, dan jenis topografi, 2) Faktor jenis
lahan yaitu sawah, tegal, dan pekarangan, serta 3) Luas, letak, dan penyebarannya.
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan kesibukan tenaga
kerja.
Curahan waktu yang digunakan oleh petani secara produktif baik dalam
kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya disebut dengan alokasi
waktu kerja. Dari waktu yang tersedia, terdapat tiga kemungkinan alokasi waktu
seseorang bekerja, yaitu: (1) bekerja di rumah; (2) bekerja di luar rumah; (3)
waktu istirahat. Dari ketiga alokasi tersebut menghasilkan tiga macam komoditi,
yaitu hasil kerja di rumah diantaranya memasak, mencuci, membersihkan rumah,
dan mengurus anak. Hasil kerja di luar rumah dapat berupa upah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan hidupnya, dan utilitas yang diperoleh
dari waktu istiahat (Zahasfana, 2017).
2.1.7. Konsepsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Tenaga Kerja
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja, antara lain
usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan, dan jumlah
tanggungan. Konsepsi terhadap faktor-faktor tersebut menurut Novita (2012)
19
Universitas Sriwijaya
adalah sebagai berikut.
a. Usia
Tingkat usia merupakan usia petani yang dihitung sejak ia lahir sampai
waktu tertentu. Usia petani merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi curahan tenaga kerja petani dalam mengelola usahataninya.
Semakin muda petani biasanya akan semakin semangat untuk bekerja dan lebih
cepat dalam menyelesaikan kegiatan usahataninya. Meskipun pada akhirnya para
petani yang semakin bertambah usia produktivitasnya semakin.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka
diharapkan pola pikir petani menjadi lebih kritis, tanggap terhadap kemajuan
teknologi, juga dapat meningkatkan mutu kerja dan produktivitasnya. Tingkat
pendidikan petani juga dapat mencerminkan pengetahuannya tentang cara berfikir
dan bertindak yang rasional. Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
tentunya akan mempengaruhi curahan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan usahatani, dan juga akan mampu mengambil dan menangkap
kesempatan ekonomi yang lebih baik di lingkungannya.
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan lamanya rentang waktu yang telah dijalani
petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Pengalaman kerja petani
dihitung sejak ia mulai melakukan kegiatan usahataninya sampai dengan waktu
tertentu. Pengalaman akan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam
curahan tenaga kerja dalam menyelesaikan kegiatan usahataninya. Semakin lama
tingkat pengalamannya maka curahan waktu yang dibutuhkan akan semakin
sedikit. Sebaliknya, semakin sedikit pengalamannya maka curahan tenaga kerja
yang dibutuhkan semakin banyak.
20
Universitas Sriwijaya
d. Luas Lahan Garapan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki kontribusi
cukup besar terhadap usahatani. Semakin luas lahan yang digarap maka curahan
tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin besar, sehingga luas lahan akan
berpengaruh terhadap pendapatan petani.
e. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orang yang menjadi
tanggung jawab petani dalam menghidupi anggota keluarganya yang berusia di
bawah 15 tahun dan di atas 60 tahun. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh
terhadap curahan tenaga kerja petani, karena semakin banyak tanggungan
keluarga maka curahan waktu yang dibutuhkan juga semakin besar, sehingga
jumlah tanggungan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani.
21
Universitas Sriwijaya
2.2. Model Pendekatan
Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan secara diagramatik, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
Keterangan:
Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian
Desa Soak Batok
Petani
Lahan Rawa Lebak
Kearifan
Lokal
Usahatani Padi
Rawa Lebak
Curahan
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
Tenaga Kerja
Luar Keluarga
- Pengolahan Lahan
- Pengadaan Benih
dan Penyemaian
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Panen
- Pasca Panen
- Usia (Tahun)
- Tingkat Pendidikan
(Tahun)
- Pengalaman Kerja
(Tahun)
- Luas Lahan Garapan
(Hektar)
- Jumlah Tanggungan
(Orang)
: Terdiri dari
: Dipengaruhi
: Mempunyai
: Terdapat
Pria Mesin
Wanita
22
Universitas Sriwijaya
2.3. Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Guntur et al., (2016),
menyatakan bahwa Desa Huta Gurgur II merupakan salah satu desa penghasil
padi di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, dimana petaninya dalam
kehidupan sehari-hari membudidayakan tanaman padi selalu menerapkan cara
tradisional yang disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lokal yang dilakukan
petani padi sawah di Desa Huta Gurgur II adalah membuat si gabe ni taon, yaitu
mensyukuri kegiatan yang kita lakukan berjalan lancar dan kita tetap sehat.
Kearifan lokal tanaman padi yang dijalani petani dilakukan dari kegiatan
pembukaan lahan hingga ke pemasaran. Kearifan lokal yang ada di Desa Huta
Gurgur II sebanyak 77 kearifan lokal, diantaranya 25 kearifan lokal petani padi
yang dahulu, 52 kearifan lokal yang dahulu ada sampai sekarang masih dilakukan,
dan kearifan lokal yang sekarang tidak ada. Keuntungan petani tersebut
mempertahankan kearifan lokal sampai sekarang adalah lebih mempererat tali
persaudaraan sesama masyarakat, dan tetap membangkitkan budaya batak agar
tidak hilang akibat masuknya budaya barat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2020), diperoleh
hasil bahwa kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang masih
diterapkan oleh petani hingga saat ini terdiri dari tiga kegiatan pengelolaan lahan
rawa lebak, yaitu pengelolaan tanaman padi di lahan rawa lebak, pengelolaan
ternak berupa kerbau, dan pengelolaan ikan di lahan rawa. Pengelolaan tanaman
padi di lahan rawa lebak Desa Bangsal, terdiri atas tujuh tahapan, diantaranya:
pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, panen hingga pasca panen.
Sabiningrum (2010), dalam penelitiannya mengenai curahan kerja dan
pendapatan keluarga petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih
rendah dibandingkan dengan pekerjaan sektor formal dan informal, namun
pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor
lain tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan
kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja dan status
pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
23
Universitas Sriwijaya
usia, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan
luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata
oleh variabel penjelas. Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara
nyata oleh usia, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman
kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata
oleh modal awal.
Berdasarkan penelitian Rosalina (2017) menyatakan bahwa wanita tani
memegang peranan penting dalam keterlibatannya pada kegiatan usahatani untuk
meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan yang dilakukan wanita tani
dipengaruhi oleh curahan waktu kerja yang tergantung pada faktor sosial ekonomi
dan keadaan keluarganya, seperti tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga,
tingkat upah, luas lahan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan tingkat
pengalaman. Lalu berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel independen maka
variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status
perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel curahan waktu
kerja wanita tani pada usahatani padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
jumlah tanggungan keluarga semakin sedikit, upah semakin meningkat, dan luas
lahan yang digarap semakin luas maka curahan waktu kerja wanita tani
mengalami peningkatan. Dan apabila wanita tani berstatus belum menikah atau
janda cenderung memiliki curahan waktu kerja yang lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita tani yang menikah.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Diduga masih terdapat kearifan lokal yang diterapkan dalam usahatani padi
rawa lebak yang dilakukan oleh petani di Desa Soak Batok mulai dari kegiatan
pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih, penanaman,
pemeliharaan, panen hingga pasca panennya.
2. Diduga faktor usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan,
dan jumlah tanggungan berpengaruh secara simultan terhadap curahan tenaga
kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok
24
Universitas Sriwijaya
1.4. Batasan Operasional
Adapun batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir.
2. Responden dalam penelitian adalah petani padi rawa lebak dangkal/pematang
dan tengahan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten
Ogan Ilir.
3. Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan tradisional yang sangat
bergantung dengan potensi sumberdaya alam lahan rawa lebak yang dipahami
oleh masyarakat setempat terkait pengelolaan tanaman padinya.
4. Kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebak meliputi pengolahan lahan,
pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen sampai
dengan pasca panen.
5. Usahatani padi rawa lebak adalah kegiatan membudidayakan dan
mengembangkan padi di lahan rawa lebak untuk mendapatkan manfaat dan
hasil dari komoditas tersebut.
6. Tenaga kerja adalah orang ataupun mesin yang digunakan untuk
melaksanakan kerja dalam proses usahatani padi rawa lebak.
7. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dan mesin
dalam usahatani padi yang diukur dengan satuan hari orang kerja
(HOK/Ha/Thn) dan disetarakan dengan satuan hari kerja pria (HKP).
8. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam
keluarga atau anggota keluarga petani, yaitu kepala keluarga beserta istri dan
anak.
9. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
petani yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku.
10. Komposisi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga adalah tenaga kerja
pria, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja mesin.
11. Tenaga kerja pria adalah tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak yang
berjenis kelamin pria dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau
berumur diatas 15 tahun (HKP).
25
Universitas Sriwijaya
12. Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang berjenis
kelamin wanita dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur
diatas 15 tahun (HKW).
13. Tenaga kerja mesin adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang dilakukan
oleh mesin (mekanik).
14. Mesin yang digunakan yaitu traktor pada tahap pengolahan lahan, dan
ranteks/combine harvester/laser pada tahap panen.
15. Jam kerja standar yang digunakan adalah 8 jam.
16. Konversi tenaga kerja yang digunakan adalah 1 pria setara dengan 1 HKP, 1
wanita setara dengan 0,8 HKP, dan 1 mesin setara dengan 4 HKP.
17. Tingkat pendidikan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan jenjang pendidikan formal responden petani padi rawa lebak,
yaitu jumlah tahun pendidikan yang ditempuh responden. Dimana SD
dihitung 6 tahun, SMP dihitung 9 tahun, SMA dihitung 12 tahun, dst.
18. Usia petani merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan data
sekunder dengan indiaktor usia atau umur responden petani padi rawa lebak
(tahun).
19. Pengalaman kerja merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan
lamanya responden petani padi rawa lebak bekerja sebagai petani (tahun).
20. Luas lahan garapan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan besarnya luas lahan garapan untuk usahatani padi rawa lebak
yang diusahakan oleh responden petani padi rawa lebak (hektar).
21. Jumlah tanggungan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang
menunjukkan banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan
responden petani rawa lebak (orang).
26 Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara
Kabupaten Ogan Ilir. Dengan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada bulan
Januari 2022 sampai dengan bulan Februari 2022. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Indralaya Utara khususnya di Desa Soak Batok
memiliki mata pencaharian sebagai petani padi rawa lebak yang diteliti sesuai
dengan topik bahasan yaitu kearifan lokal usahatani padi dan curahan tenaga
kerja.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey
method). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari petani dimana data
tersebut mewakili daerah yang akan diteliti, metode ini dilakukan dengan cara
berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan wawancara mendalam kepada responden di Desa Soak Batok dan
memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan yang digunakan
sebagai bahan untuk pengumpulan data agar mendapatkan data dan informasi
mengenai curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Metode penarikan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple
Random Sampling) terhadap populasi petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok.
Metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah
pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi berdasarkan sumber informasi
yang dianggap mewakili populasi petani padi rawa lebak, serta masyarakat yang
mampu memberikan opini tentang kajian yang dilakukan.
Jumlah penduduk Desa Soak Batok sekitar 1.992 jiwa yang mata
27
Universitas Sriwijaya
pencahariannya sebanyak 90% merupakan seorang petani padi. Jumlah populasi
petani rawa lebak di Desa Soak Batok sebanyak 385 orang. Untuk mengetahui
jumlah sampel yang mewakili populasi maka digunakan rumus Slovin, yaitu
rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku
dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti (Lestari, 2021). Dari perhitungan
Slovin tersebut dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 15% diperoleh
jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 39,84 atau dibulatkan menjadi
40 orang petani yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak
di Desa Soak Batok. Responden dipilih untuk menggali informasi mengenai
curahan tenaga kerja dan kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa
Soak Batok.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara serta observasi. Metode
wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada petani mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. pengambilan data primer dilakukan dengan teknik
wawancara langsung kepada petani menggunakan pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu pada kuesioner. Sedangkan metode observasi
digunakan untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan (crosscheck)
mengenai kesesuaian antara hasil wawancara dengan keadaan di lapangan.
Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dari pihak-
pihak tertentu. Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, hasil penelitian
terdahulu, internet serta studi dokumentasi terkait dengan penelitian ini, juga dari
beberapa lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. Selain itu data
sekunder yang diambil juga berupa data dari berbagai tulisan seperti data statistik
daerah Kecamatan Indralaya Utara dan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ogan Ilir. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mencari di internet,
membaca buku, jurnal, mendatangi dinas serta mencari informasi lainnya
mengenai penelitian melalui sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
28
Universitas Sriwijaya
3.5. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi untuk dianalisis
secara sistematis dan dijelaskan secara deskriptif dengan bantuan program
Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statisctical Package For Social Science) versi
25.
Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengidentifikasi kearifan
lokal pada usahatani padi rawa lebak dari awal pengelolaan lahan, pengadaan
benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, sampai dengan pasca
panen. Proses memperoleh data ini menggunakan analisis secara deskriptif
berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden dan juga bertanya kepada
key informan yang biasanya merupakan orang yang dituakan di desa tersebut.
Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasekan berdasarkan jumlah responden.
Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu menganalisis seberapa besar
curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok dapat
dijawab menggunakan rumus menurut Hernanto (1996) sebagai berikut:
HKP = ΣTenaga Kerja x ΣJam Kerja x ΣHari Kerja x ΣJenis Tenaga Kerja
Jam Kerja Standar
Hernanto juga membuat angka konversi tenaga kerja, yaitu: 1 pria = 1
(HKP); 1 wanita = 0,8 (HKP) ; dan 1 mesin = 4 (HKP). Untuk jam kerja standar
yang digunakan adalah 8 jam. Hal ini berdasarkan hasil data penelitian dimana
petani cenderung bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB atau 8 jam sehari. Selain
itu, berdasarkan keputusan Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) tahun 2021
mengenai ketentuan jam kerja bahwa yang diatur adalah sebatas waktu atau durasi
kerja, yaitu 7 atau 8 jam seminggu dan dalam ketentuan ini tidak diatur kapan jam
kerja dimulai dan selesai. Sehingga artinya, jam kerja yang digunakan petani di
Desa Soak Batok masih sesuai aturan dan tentunya tidak melebihi batas jam kerja
standar.
Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu menganalisis pengaruh faktor-
faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja yaitu usia, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, luas lahan garapan dan jumlah tanggungan pada usahatani padi
rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir
29
Universitas Sriwijaya
yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Analisis
regresi linier berganda dan uji asumsi klasik merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen, hubungan masing-masing variabel independen yang positif atau
negatif, dan memprediksi nilai dari variabel independen. Metode ini digunakan
untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen yaitu (usia, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan dan jumlah tanggungan)
terhadap variabel dependen (curahan tenaga kerja).
3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Novita (2012) analisis regresi linier berganda tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
Mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis
regresi linier berganda yang menjadi variabel dependen (Y) adalah curahan tenaga
kerja. Sedangkan variabel independen (X), yaitu usia (X1), tingkat pendidikan
(X2), pengalaman kerja (X3), luas lahan garapan (X4), dan jumlah tanggungan
(X5). Persamaan regresi linier berganda yang digunakan, yaitu:
Y = b0 + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b5X5
Keterangan:
Y = Curahan tenaga kerja (HOK)
X1 = Usia (Tahun)
X2 = Tingkat pendidikan (Tahun)
X3 = Pengalaman kerja (Tahun)
X4 = Luas lahan garapan (Ha)
X5 = Jumlah tanggungan (Orang)
b0 = Intersep atau konstanta regresi penaksir dari β0
b1 – b4 = Koefisien regresi penaksir dari β1 – β4
a. Uji Koefisien Determinasi (R2
)
Uji koefisien determinasi (R2
) digunakan untuk mengukur besarnya
sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien
determinasi (R2
) mempunyai nilai antara 0 sampai 1 atau 1 > R > 0. Semakin
tinggi nilai koefisien determinasi (R2
) suatu regresi atau semakin mendekati nilai
30
Universitas Sriwijaya
1 maka akan semakin baik regresinya. Sebaliknya, nilai koefisien determinasi (R2
)
suatu regresi yang semakin kecil akan membuat kesimpulan dari regresi tersebut
tidak dipercaya. Umumnya nilai koefisien determinasi (R2
) ditulis dalam bentuk
persen.
b. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel
independen (X) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Y). Uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.
Hipotesis:
Ho : β1= β2 = β3 = β4 = β5 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan:
a) Apabila Fhitung < Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
b) Apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
c. Uji t (Uji Regresi secara Individual)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu:
a) Jika nilai signifikansi kurang dari tingkat kesalahan (0,05), berarti terdapat
pengaruh yang nyata atau signifikan pada variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai signifikansi lebih dari tingkat kesalahan (0,05), berarti tidak terdapat
pengaruh yang nyata atau tidak signifikan pada variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
31
Universitas Sriwijaya
Hipotesis:
Ho : β1 = β2 = β3= β4 = β5 = 0
Ha : minimal salah satu βi ≠ 0
Kaidah keputusan:
a) Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara individu
variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b) Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara individu
variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan model regresi yang
diolah apakah terdapat penyimpangan data atau tidak pada model regresi tersebut.
Uji asumsi klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, dan Uji
Heteroskedastisitas. Untuk Uji Autokolerasi tidak digunakan pada penelitian ini
karena data yang digunakan bukan merupakan data time series.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen
maupun variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah model yang distribusi datanya normal atau mendekati normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah model regresi berdistribusi normal atau
tidak, yaitu:
1. Dengan uji statistik yaitu uji One Sample Kolmogorov Smirnov, dimana jika
nilai sig > 0,05 maka distribusinya normal, dan jika nilai sig < 0,05 maka
distribusinya tidak normal.
2. Dengan analisis grafik Normal P-Plot Test, dimana model regresi dikatakan
berdistribusi normal jika titik-titik yang menggambarkan data sesungguhnya
mengikuti garis diagonal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan korelasi antara variabel independen yang satu dengan lainnya. Model
32
Universitas Sriwijaya
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-
variabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi maka dapat
dilihat, sebagai berikut:
1. Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model
regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai toleransi kurang dari
0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu
variabel independen. Model regresi yang baik adalah ditandai dengan tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas, karena apabila terjadi gejala heteroskedastisitas maka
akan berakibat keraguan atau ketidakakuratan model regresi. Ada dua cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:
1. Dengan metode Glejser, dimana jika nilai sig < 0,05 maka terjadi gejala
heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas
2. Analisis pada grafik scatterplots, dimana apabila penyebaran titik-titik data
tidak ada pola yang jelas (bergelombang, melebar atau menyempit) pada
gambar, titik-titinya tidak mengumpal pada satu tempat, atau titik-titiknya
menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka artinya tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas.
33 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak di Desa Soak Batok. Desa Soak Batok merupakan
desa tersempit yang terletak di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Provinsi Sumatera Selatan. Desa Soak Batok memiliki luas wilayah sebesar 225
Ha atau 2,25 km2
. Total jumlah penduduk Desa Soak Batok yaitu sebanyak 1.992
jiwa yang dibagi menjadi 4 dusun dan 6 RT, dimana sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian 90% petani padi. Namun selain usahatani padi, beberapa
petani juga melakukan budidaya ikan dan ternak. Desa Soak Batok sendiri berasal
dari nama sungai kecil yang berada di wilayah tersebut. Sebelum bernama Soak
Batok desa ini bernama Desa Bakung. Pada tahun 2003 Desa Bakung mengalami
pemekaran wilayah yang menyebabkan terbentuknya nama Desa Soak Batok.
4.1.1. Letak dan Batas Wilayah Administratif
Secara geografis letak wilayah Desa Soak Batok dapat dilihat pada
Lampiran yaitu berada dekat Kota Palembang yang merupakan Ibukota Provinsi
Sumatera Selatan, kedekatan ini merupakan salah satu keunggulan komparatif
yang dimiliki Kabupaten Ogan Ilir. Adapun secara administrasi, batas-batas
wilayah Desa Soak Batok adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kertapati, Gandus dan Seberang
Ulu 1 Kota Palembang
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Peninjau Kabupaten Ogan
Komering Ulu
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubai, Kecamatan Gelumbang,
Kecamatan Muara Belida Kabupaten Muara Enim
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jejawi, Kecamatan Sirah Pulau
Padang, Kecamatan Kayu Agung, Kecamatan Pedamaran
34
Universitas Sriwijaya
4.1.2. Keadaan Umum Penduduk
Jumlah penduduk Desa Soak Batok yang tercatat hingga akhir tahun 2019
yaitu sebanyak 1.992 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 671 KK
menurut data monografi desa. Adapun rincian mengenai jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin yang ada di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya
Utara Kabupaten Ogan Ilir tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
1.024
968
Jumlah 1.992
Sumber: Badan Pusat Statistika Ogan Ilir, 2020
Mata Pencaharian penduduk di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya
Utara Kabupaten Ogan Ilir ada berbagai macam seperti petani, pedagang, ojek,
berkebun, tukang kayu, buruh, dan pekerja swasta. Namun mayoritas mata
pencaharian penduduk yang ada di desa ini adalah petani yaitu sebesar 90%,
selebihnya penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, ojek, berkebun,
tukang kayu, buruh dan pekerja swasta. Untuk Sarana Ekonomi yang ada di Desa
Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara didapatkan dari hasil kegiatan bertani dan
non usahatani (pedagang, ojek, tukang kayu, buruh dan pekerja swasta). Dalam
segi ekonomi di Desa Soak Batok penduduknya termasuk dalam kategori
sejahtera.
4.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana merupakan suatu hal penting yang harus ada di suatu
desa guna menunjang kehidupan masyarakat yang tinggal di desa tersebut.
Dengan adanya sarana dan prasarana di suatu desa, maka hal tersebut akan
memudahkan masyarakatnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Berikut akan
dijelaskan secara lebih rinci.
35
Universitas Sriwijaya
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting guna memajukan tingkat kesadaran
dan tingkat perekonomian masyarakat. Pendidikan terakhir penduduk di Desa
Soak Batok sebagian besarnya adalah Sekolah Dasar (SD), meskipun ada
beberapa penduduk yang tidak sekolah dan berpendidikan terakhir SMP dan
SMA. Sarana pendidikan bagi penduduk Desa Soak Batok seperti PAUD/TK, SD
dan SMP terletak di seberang sungai Keramasan. Adapun sarana dan prasarana
pendidikan yang ada di Desa Soak Batok dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut.
Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Soak Batok
No. Sarana Pendidikan Jumlah Unit
1.
2.
3.
Pendidikan Usia Dini (PAUD)
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2
1
1
Jumlah 4
Sumber: Data Primer, 2022
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Soak Batok memiliki 2
unit Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini yaitu PAUD Berlian dan PAUD Mutiara,
1 unit Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 11 Indralaya Utara, dan 1 unit Sekolah
Menengah Pertama yaitu SMP Negeri 4 Indralaya Utara.
b. Kesehatan
Kesehatan masyarakat itu sangat penting, sehingga sarana dan prasarana
kesehatan merupakan suatu hal yang wajib ada dalam suatu desa guna membantu
masyarakatnya dalam hal kesehatan. Adapun sarana dan prasarana kesehatan di
Desa Soak Batok dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut.
Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Soak Batok
No. Sarana Kesehatan Jumlah Unit
1.
2.
POSKESDES
Posyandu
1
1
Jumlah 2
Sumber: Data Primer, 2022
36
Universitas Sriwijaya
Sarana Kesehatan yang ada di Desa Soak Batok ini yaitu terdapat 1
Poskesdes dan Posyandu yang terletak di Dusun 2 Desa Soak Batok. Kebanyakan
keluarga sudah memanfaatkan fasilitas POSKESDES yang ada di wilayah Dusun
2 Desa Soak Batok. Selain itu, di wilayah Dusun 2 Desa Soak Batok juga terdapat
pelayanan posyandu yang bertempat di rumah Bidan Desa. Posyandu ini rutin
dilakukan pada tanggal 5 setiap bulannya yang ditujukan kepada seluruh bayi,
balita dan ibu hamil. Kondisi kesehatan sebagian besar penduduk di Desa Soak
Batok dalam keadaan sehat, sedangkan kondisi lingkungan di Desa Soak Batok
sedikit tidak terawat karena selama penelitian berlangsung terlihat di halaman
rumah penduduk terdapat sampah-sampah, potongan dan serbuk kayu serta
kotoran hewan yang dibiarkan berserakan di bawah rumah yang rata-rata
rumahnya berbentuk rumah panggung.
c. Tempat Ibadah
Dilihat dari agama dan keyakinannya, masyarakat Desa Soak Batok
sebagian besar atau sekitar 98% beragama Islam dan sebagian kecil lainnya
beragama Kristen. Sistem keagamaan di Desa Soak Batok yang rutin dilakukan
adalah pengajian antar desa yang biasa dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu
setiap malam jumat (IRMA). Pengajian Ikatan Remaja Masjid (IRMA) ini
dikhususkan untuk remaja. Data Desa Soak Batok pada tahun 2020 menunjukkan
bahwa Desa Soak Batok memiliki 5 Masjid yang terletak di dusun 1 ada 1 masjid,
dusun 2 ada 2 masjid, dusun 3 ada 1 masjid, dan dusun 4 ada 1 masjid.
d. Struktur Pemerintahan
Struktur kepengurusan yang terdapat di Desa Soak Batok kurang lebih sama
seperti struktur kepengurusan desa pada umumnya yaitu dimulai dari BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) yang berjumlah 8 anggota, Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Kaur Pemerintah, Kaur Pembangunan, Kaur Kemasyarakatan, serta Kepala
Dusun yang terdiri dari 4 Kepala Dusun yaitu Kepala Dusun 1, Kepala Dusun 2,
Kepala Dusun 3, dan Kepala Dusun 4.
37
Universitas Sriwijaya
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik petani merupakan penjelasan mengenai identitas petani dalam
penelitian ini. Berdasarkan penjelasan dan uraian karakteristik petani inilah akan
diketahui sejauh mana identitas petani yang menjadi sampel dalam penelitian.
Identitas petani padi rawa lebak pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, status penduduk, tingkat pendidikan, luas lahan garapan,
pengalaman kerja dan jumlah tanggungan petani. Karakteristik responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut.
Tabel 4.4. Karakteristik Responden
No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
10
30
25
75
2. Usia (Tahun)
<30
31-50
>50
2
18
20
5
45
50
3. Status Penduduk
Asli
Pendatang
34
6
85
15
4. Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
6
30
3
1
15
75
8
2
5. Luas Lahan Garapan (Ha)
0,3-0,5
0,6-1,0
1,0-2,0
9
24
7
23
60
17
6. Pengalaman Kerja (Tahun)
<10
10-30
>30
4
21
15
10
52
38
7. Jumlah Tanggungan (Orang)
0-3
4-6
31
9
78
22
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
Berdasarkan Tabel 4.4. sebagian besar jenis kelamin responden dalam
penelitian ini adalah perempuan dengan persentase sebesar 75%, sedangkan laki-
laki hanya sebesar 25%. Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat berpengaruh
terhadap produktivitas dalam kegiatan berusahatani. Banyaknya responden
perempuan dalam penelitian ini dikarenakan pengambilan sampel dilakukan
secara acak dimana di setiap rumah yang didatangi kebanyakan para laki-laki
sedang tidak berada di rumah melainkan sedang bekerja di sawah ataupun diluar,
38
Universitas Sriwijaya
sehingga yang dapat ditemui dan diwawancarai adalah responden perempuan yang
merupakan istri dari petani laki-laki tersebut. Akan tetapi sebenarnya responden
perempuan ini juga adalah petani padi rawa lebak, sedangkan petani laki-laki
biasanya sudah memliki pekerjaan lain selain petani padi. Sehingga yang fokus
bertani di sawah cenderung petani wanitanya.
Selanjutnya adalah usia responden. Usia merupakan salah satu faktor yang
sangat berperan penting dalam kegiatan usahatani karena dapat berpengaruh
terhadap tingkat kinerja petani. Dalam penelitian ini usia petani responden yang
diambil cukup bervariasi, mulai dari umur 25 tahun sampai 70 tahun. Tingkat usia
responden sangat mempengaruhi produktivitas dalam melakukan kegiatan
usahataninya. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden paling
banyak berada pada kelompok usia >50 tahun. Hal ini dapat dilihat dari
persentasenya yang mencapai 50%. Sedangkan paling sedikit berada pada
kelompok usia <30 tahun dengan persentase hanya 5%, dan pada kelompok usia
31-50 tahun presentase responden mencapai 45%. Dari data di atas dapat
diketahui bahwa kelompok usia petani padi rawa lebak yang ada di Desa Soak
Batok Kecamatan Indralaya Utara bervariasi yaitu berada dalam kelompok usia
produktif dan non produktif.
Kemudian untuk status penduduk responden, di Desa Soak Batok ini terdiri
atas dua kelompok status penduduk yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang.
Dari hasil Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
penelitian adalah penduduk asli Desa Soak Batok. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan persentasenya yang mencapai 85%. Sedangkan untuk penduduk
pendatang hanya sebesar 15%. Penduduk pendatang ini biasanya merupakan
penduduk yang berasal dari daerah lain dan memilih untuk menetap di Desa Soak
Batok karena menikah dengan penduduk asli desa tersebut. Dari data responden
diketahui bahwa penduduk pendatang tersebut ada yang berasal dari Jawa,
Bangsal, Kijang, Meranjat, dan Bakung. Meskipun pendatang, tetapi mereka
sudah cukup lama tinggal di Desa Soak Batok sehingga tak sedikit dari mereka
sudah mengetahui adat istiadat dan kebiasaan yang ada di desa tersebut. Status
penduduk ini secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
39
Universitas Sriwijaya
responden mengenai tradisi atau adat istiadat yang ada di desa dalam berusahatani
di lahan rawa lebak.
Karakteristik responden selanjutnya adalah tingkat pendidikan. Responden
dalam penelitian ini mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
Mayoritas petani responden hanya mampu menempuh tingkat pendidikan Sekolah
Dasar yang mana bagi para petani hal tersebut merupakan sebuah pencapaian
yang cukup baik dalam hal pendidikan. Meskipun sudah ada yang melanjutkan ke
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama namun pendidikan Sekolah Dasar
masih mendominasi untuk tingkat pendidikan yang ada di Desa Soak Batok.
Penyebab utamanya adalah karena terkendala biaya dan kurang tersedianya sarana
dan prasarana untuk bersekolah. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tingkat pendidikan responden yang paling dominan di Desa Soak Batok yaitu
Sekolah Dasar (SD) yakni sebesar 75%. Sedangkan yang paling sedikit yaitu
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni hanya sebesar 2%.
Untuk responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
ada sekitar 8% dan sisanya sebanyak 15% adalah responden yang tidak
menempuh pendidikan apapun. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Soak
Batok ini menyebabkan masyarakatnya memilih untuk menjadi petani karet dan
petani padi di lahan rawa lebak yang tersedia di desa tentunya dengan
memanfaatkan pengetahuan lokal yang dimilikinya.
Kemudian ada karakteristik responden lainnya yaitu luas lahan garapan.
Luas lahan yang dimiliki responden sangat mempengaruhi hasil panen padi para
petani. Luas lahan ini diukur dalam satuan hektar (Ha). Di Desa Soak Batok luas
lahan yang dimiliki responden berkisar antara 0,3 Ha sampai dengan 2 Ha. Dari
hasil Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan responden
paling banyak berkisar antara 0,6-1,0 Ha. Hal ini dapat dilihat dari persentasenya
yang mencapai 60%. Sedangkan untuk luas lahan 0,3-0,5 Ha ada sebanyak 23%
responden, dan sisanya sebanyak 17% adalah responden yang memiliki luas lahan
lebih dari 1 Ha. Untuk beberapa petani yang memiliki lahan sewa, petani biasanya
lebih memilih untuk menyewa lahan hanya sebesar 2 sekat sampai 3 sekat yang
setara dengan 0,6 Ha sampai 1 Ha. Biaya sewa untuk lahannya sendiri berbeda-
beda tergantung dengan kesepakatan antara petani dan pemilik lahan. Namun
40
Universitas Sriwijaya
biasanya biaya sewa tersebut dihitung berdasarkan hasil panen yang diperoleh
petani dengan perbandingan 2 : 1 yaitu petani akan mendapatkan dua bagian,
sedangkan pemilik lahan akan mendapatkan satu bagian. Dari hasil penelitian,
diketahui bahwa sebanyak 25% petani responden menyewa lahan dengan sistem
bagi hasil berupa beras.
Setelah luas lahan garapan, selanjutnya adalah pengalaman kerja.
Pengalaman berusahatani merupakan jangka waktu yang telah dilalui oleh
responden dalam melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman berusahatani ini
akan mempengaruhi perilaku petani dalam mengelola usahataninya. Semakin
lama petani melakukan kegiatan usahatani maka akan semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh petani tersebut. Berdasarkan Tabel 4.4. di atas
dapat diketahui bahwa di Desa Soak Batok petani yang melakukan usahatani
memiliki pengalaman bertani mulai dari 2 tahun sampai 60 tahun. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan persentase yang ada, untuk petani yang mempunyai
pengalaman bertani diatas 30 tahun ada sebesar 38%. Sedangkan yang paling
sedikit adalah petani yang memiliki pengalaman bertani kurang dari 10 tahun
yaitu sebesar 10%, dan sebanyak 52% responden adalah petani yang memiliki
pengalaman bertani 10 sampai 30 tahun. Responden yang memiliki pengalaman
bertani kurang dari 10 tahun ini dikarenakan masih muda dan baru menikah
beberapa tahun, sehingga mereka juga belum lama dalam melakukan kegiatan
usahatani. Pengalaman berusahatani ini juga menentukan seberapa besar
pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani dalam mengelola lahan rawa
lebaknya.
Terakhir yaitu jumlah tanggungan. Jumlah tanggungan merupakan seluruh
orang yang tinggal dalam satu rumah. Tanggungan terdiri dari suami, istri, anak
dan juga termasuk anggota keluarga lain yang masih tinggal dalam satu rumah
dan menjadi tanggungan responden. Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-3 orang.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan persentasenya yaitu sebesar 78%. Sedangkan
responden yang memiliki jumlah tanggungan 4-6 orang ada sebesar 22%.
Responden yang memiliki jumlah tanggungan sedikit ini biasanya dikarenakan
41
Universitas Sriwijaya
ada anaknya yang sudah menikah dan tinggal di rumah yang berbeda. Dan yang
masih menjadi tanggungan biasanya adalah anak yang masih sekolah.
4.3. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok
Desa soak batok merupakan salah satu desa yang memiliki lahan rawa lebak
cukup luas yang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakatnya untuk budidaya
tanaman padi. Rata-rata luas lahan yang diusahakan oleh petani berkisar antara 0,3
Ha sampai dengan 2 Ha. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan 75%
petani memiliki lahannya sendiri, sedangkan sisanya petani menyewa lahan
tersebut dengan biaya sewa yaitu 2 : 1 dari hasil panen. Dimana petani akan
mendapat 2 bagian dan pemilik lahan akan mendapat 1 bagian dari hasil panen.
Dari hasil panen tersebut biasanya sebagian besar untuk dikonsumsi sendiri dan
sebagiannya lagi terkadang dijualkan kepada tengkulak atau tetangga sekitar
rumah.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 40 responden yang terpilih
semuanya merupakan petani rawa lebak dangkal/pematang dan tengahan yang
melakukan budidaya padi yang berasal dari dusun 2 dan dusun 3. Hal ini
disebabkan karena memang di dusun tersebut mayoritas masyarakatnya bermata
pencaharian utama sebagai petani padi. Berdasarkan hasil penelitian, 85%
masyarakat merupakan penduduk asli Desa Soak Batok, sedangkan 15% nya
merupakan penduduk pendatang. Hal ini membuktikan bahwa petani yang ada di
Desa Soak Batok ini sudah cukup lama tinggal di desa tersebut. Dari hasil
penelitian, 90% petani sudah melakukan usahatani padi lebih dari 10 tahun.
Tipe lahan rawa lebak di Desa Soak Batok ini adalah lebak dangkal dan
lebak tengahan. Hal dijelaskan oleh beberapa responden dan juga diungkapkan
langsung oleh salah satu ketua kelompok tani di Desa Soak Batok yaitu Pak
Saipul, dimana kedalaman lebaknya mencapai 20 cm hingga 60 cm. Budidaya
padi di Desa Soak Batok bagi petani yang mempunyai lahan di daerah lebak
dangkal, mereka melakukan kegiatan usahatani sebanyak satu kali dalam setahun
karena biasanya lahan di lebak dangkal akan kering setelah panen, sedangkan
untuk petani yang memiliki lahan di daerah lebak tengahan (daerah lembah)
mereka melakukan kegiatan usahataninya sebanyak dua kali dalam setahun karena
42
Universitas Sriwijaya
lahan di lebak tengahan tidak sekering lahan di lebak dangkal. Pada lahan di lebak
tengahan ini jika sewaktu-waktu mengalami kering maka petani akan memompa
air dari sungai untuk irigasi pertaniannya.
Petani di lebak dangkal biasanya akan mulai menyemai dan menanam padi
pada bulan Maret hingga bulan April dengan masa tanam yaitu tiga bulan apabila
menggunakan benih padi yang dibeli dan masa tanam enam bulan apabila petani
menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, sehingga pada bulan Juli hingga
Agustus padi sudah dapat dipanen. Dan untuk petani di lebak tengahan, setelah
panen petani akan mulai mengolah lahannya kembali untuk budidaya tanaman
padi yang kedua kali. Namun dari hasil wawancara, untuk sekarang ini petani
akan melihat kondisi lahan terlebih dahulu sebelum melakukan penyemaian, hal
ini disebabkan karena cuaca yang tidak tentu dan sulit diprediksi. Apabila air pada
bulan tersebut belum surut, maka petani akan menunda waktu tanamnya. Hal ini
perlu diperhatikan agar tidak terjadi gagal panen dan gabah yang dihasilkan akan
bagus kualitasnya karena tidak tergenang oleh air.
Sebagian besar petani di Desa Soak Batok masih menggunakan cara-cara
tradisional atau masih menerapkan kearifan lokal dalam melakukan budidaya
tanaman padinya yang telah turun-temurun dari nenek moyang terdahulu,
meskipun sudah ada modernisasi dalam beberapa tahapan budidayanya. Selain
untuk mempertahankan warisan nenek moyang, sulitnya biaya serta kurangnya
relasi juga pengetahuan petani menjadi alasan mengapa sebagian besar petani di
Desa Soak Batok masih menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan padi di
lahan rawa lebaknya. Kearifan lokal dalam pengelolaan padi rawa lebak ini terdiri
atas 7 tahapan yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut.
43
Universitas Sriwijaya
Tabel 4.5. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak
No.
Tahapan/
Proses
Kearifan
Lokal
Deskripsi
Proporsi
(%)
1. Pengolahan
Lahan √
Menggunakan sistem gotong royong
sawo-sawoan*
yang dilakukan oleh
sekitar 10-25 orang dengan bantuan
alat sederhana yaitu arit, cangkul dan
parang. Kegiatan membersihkan
lahan secara manual disebut dengan
ngelulun*
.
23
2. Pengadaan dan
Penyemaian
Benih
√
Menggunakan benih dari hasil panen
sebelumnya dengan dua tahapan
penyemaian yang disebut dengan
merencam*
.
83
3. Penanaman √
Menggunakan sistem pindah tanam
yang disebut dengan nanjarkan*
dan
dilakukan secara manual dengan
bantuan alat tunjam/penojoh/tokol*
.
100
4. Pemeliharaan
Tanaman
√
Menggunakan orang-orangan sawah
dan pengendalian hama secara
mekanik dengan tangan dan bantuan
bahan lain (asap, pewangi dan tali
kaset), dan pembersihan gulma
dengan alat tradisional arit dan
parang.
35
5. Pemupukan -
Membuat pupuk sendiri yang berasal
dari kotoran hewan.
0
6. Panen √
Panen dilakukan dengan cara
ngetam*
menggunakan alat
tradisonal arit dan tuai (ani-ani)*
,
alat tersebut dibuat sendiri oleh
petani yang terbuat dari kayu, bambu
dan silet.
37
7. Pasca Panen √
Langsung menjual sebagian hasil
panen dalam bentuk gabah
basah/beras kepada tengkulak, pasar
atau tetangga sekitar.
30
Sumber: Data Primer (diolah), 2022
*)Keterangan:
Sawo-sawoan = Kegiatan gotong royong ketika mengolah lahan
Ngelulun = Kegiatan membersihkan lahan secara manual (tangan)
Merencam = Penyemaian benih pertama selama 20 hari
Nanjarkan = Kegiatan menanam padi
Tunjam/penojoh/tokol = Alat bantu tradisional untuk menanam padi
Ngetam = Kegiatan panen menggunakan alat tradisional
Tuai (ani-ani) = Alat bantu tradisional untuk memanen padi
Kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok disajikan
pada Tabel 4.5. di atas, untuk penjelasan lebih detail mengenai kearifan lokal di
44
Universitas Sriwijaya
setiap tahapan usahatani tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan merupakan tahap awal dalam proses budidaya padi di
lahan rawa lebak. Di Desa Soak Batok terdapat kearifan lokal dalam pengolahan
lahan rawa lebaknya yang dilakukan oleh petani yaitu dengan sistem gotong
royong juga dengan bantuan alat sederhana seperti cangkul, arit dan parang.
Sistem gotong royong ini dilakukan secara bergantian atau bergilir antar petani
dan biasanya petani setempat menyebut sistem gotong royong ini dengan sebutan
sawo-sawoan. Dimana misalnya ada petani yang ingin mengolah lahannya hari
ini, maka petani lain akan ikut membantu dan apabila sudah selesai maka di lain
hari petani yang dibantu tadi harus ikut membantu petani yang lain. Bagi petani
yang tidak menyewa traktor dan sepenuhnya menggunakan sistem gotong royong
sawo-sawoan ini, biasanya pengolahan lahan dilakukan oleh sekitar 10 sampai 25
orang.
Selain untuk mempererat tali silaturahmi antar petani, sistem gotong royong
ini juga dilakukan untuk menghemat biaya yang dikeluarkan dan kebiasaan ini
tentunya sudah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dikarenakan ada beberapa petani
yang sudah menggunakan mesin traktor untuk membajak lahannya dan
memerlukan biaya tambahan untuk biaya sewa traktor tersebut. Untuk biaya sewa
traktor sendiri biasanya berkisar antara Rp150.000 hingga Rp300.000 per sekat
per hari. Mesin traktor sendiri digunakan sebanyak dua kali yaitu pada saat
pengolahan lahan di awal dan pada saat akan melakukan penanaman. Maka dari
itu untuk menghemat biaya yang dikeluarkan petani tetap mempertahankan
kearifan lokal sistem gotong royong ini. Sebelum lahan diolah, baik menggunakan
mesin traktor ataupun tidak biasanya rumput atau tanaman yang ada di lahan
tersebut diracuni terlebih dahulu. Adapun kegiatan membersihkan lahan secara
manual tersebut petani biasanya menyebutnya dengan istilah ngelulun.
Berdasarkan hasil penelitian, 23% petani masih menerapkan sistem gotong
royong sawo-sawoan dalam pengolahan lahannya dan sisanya 77% memilih
menggunakan sistem upah dan sewa traktor. Biasanya petani yang menggunakan
sistem upah dan sewa traktor ini merupakan petani yang memiliki cukup modal
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf
5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf

More Related Content

Similar to 5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf

Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docxLembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
TASSAKKASPd
 
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docxanalisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
Bunga Bunga
 
Sidang proposaltesis
Sidang proposaltesisSidang proposaltesis
Sidang proposaltesis
nda_fauziah
 

Similar to 5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf (20)

Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docxLembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
Lembar Kerja Sesi Ruang Kolaborasi S.5.4.b_Tassakka.docx
 
Laporan akhir zahrotul fadilla pgds 2017 _ kkn2020
Laporan akhir  zahrotul fadilla pgds 2017 _ kkn2020Laporan akhir  zahrotul fadilla pgds 2017 _ kkn2020
Laporan akhir zahrotul fadilla pgds 2017 _ kkn2020
 
Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras Pengembangan usaha agribisnis beras
Pengembangan usaha agribisnis beras
 
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana Pengembangan usaha agribisnis beras  Dian Dwi wijaksana
Pengembangan usaha agribisnis beras Dian Dwi wijaksana
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 3.2 nur laeli.pptx
TUGAS RUANG KOLABORASI 3.2 nur laeli.pptxTUGAS RUANG KOLABORASI 3.2 nur laeli.pptx
TUGAS RUANG KOLABORASI 3.2 nur laeli.pptx
 
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docxanalisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
analisis nilai budaya di lingkungan sekolah UPT SMAN 5 bone.docx
 
Sidang proposaltesis
Sidang proposaltesisSidang proposaltesis
Sidang proposaltesis
 
Profil m ts n ngemplak 2016-mei
Profil m ts n ngemplak 2016-meiProfil m ts n ngemplak 2016-mei
Profil m ts n ngemplak 2016-mei
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
 
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec KaliwunguLaporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
 
Bab
BabBab
Bab
 
AKSI NYATA MODUL 3.2.pdf
AKSI NYATA MODUL 3.2.pdfAKSI NYATA MODUL 3.2.pdf
AKSI NYATA MODUL 3.2.pdf
 
2303
23032303
2303
 
Juknis bantuan operasional kkg mgmp
Juknis bantuan operasional kkg mgmpJuknis bantuan operasional kkg mgmp
Juknis bantuan operasional kkg mgmp
 
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK BALITA DI DESA MABOLU KECAMATAN ...
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK BALITA DI DESA MABOLU KECAMATAN ...STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK BALITA DI DESA MABOLU KECAMATAN ...
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK BALITA DI DESA MABOLU KECAMATAN ...
 
Kti sarfi akbid paramata raha
Kti sarfi akbid paramata rahaKti sarfi akbid paramata raha
Kti sarfi akbid paramata raha
 
Imel Skripsi
Imel SkripsiImel Skripsi
Imel Skripsi
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKES...
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 

Recently uploaded

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 

5. SKRIPSI TASSYA AURIA ZAHRA.pdf

  • 1. SKRIPSI ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DENGAN KEARIFAN LOKAL USAHATANI PADI RAWA LEBAK DI DESA SOAK BATOK KABUPATEN OGAN ILIR ANALYSIS OF THE WORKING TIME ALLOCATION WITH LOCAL WISDOM OF LEBAK SWAMP RICE FARMING IN SOAK BATOK VILLAGE OGAN ILIR REGENCY Tassya Auria Zahra 05011281823085 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2022
  • 2. SUMMARY TASSYA AURIA ZAHRA. Analysis of The Working Time Allocation with Local Wisdom of Lebak Swamp Rice Farming in Soak Batok Village Ogan Ilir Regency. (Supervised by EKA MULYANA). The purpose of this research are; (1) To identify local wisdom in the lebak swamp rice farming, (2) To analyze the amount of labor in the lebak swamp rice farming, and (3) To analyze the factors that influence the work in the lebak swamp rice farming. This research was conducted in Soak Batok Village, North Indralaya District, Ogan Ilir Regency. Location selection is done purposively or intentionally. Data collection at the research location was carried out in January 2022. The research method used was a survey method. The sampling method used in this study was simple random sampling with 40 respondents. The data used in this study are primary data and secondary data. The results of this study indicate that; (1) Soak Batok Village still has local wisdom in its lebak swamp rice farming, namely at the stage of land processing, procurement and seeding of seeds, planting, maintenance, harvesting, and post-harvesting, (2) Outpouring of labor in lebak swamp rice farming in Soak Batok Village is 167,54 HOK/Ha/Yr, where the use of external labor is 117,02 HOK/Ha/Yr is greater than the outpouring of labor in the family, which is 50,52 HOK/Ha/Yr. The outpouring of female workers in Soak Batok Village is 96,43 HOK/Lg/Yr, higher than male workers at 23,16 HOK/Lg/Yr and machine labor is 27,01 HOK/Lg/Yr, and (3) Simultaneously, the factors of age, work experience, area of arable land, and a number of dependents are significant and have a significant effect on the outpouring of labor. While partially, the education level factor is not significant and has no significant effect on the outpouring of labor. Keywords: Factors, Labor Outpouring, Local Wisdom.
  • 3. RINGKASAN TASSYA AURIA ZAHRA. Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir. (Dibimbing oleh EKA MULYANA). Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak, (2) Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak, (3) Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak. Penelitian ini dilakukan di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive atau sengaja. Pengambilan data di lokasi penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah 40 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Desa Soak Batok masih memiliki kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebaknya, yaitu pada tahap pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen, (2) Curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok adalah sebesar 167,54 HOK/Ha/Thn, dimana penggunaan tenaga kerja luar sebesar 117,02 HOK/Ha/Thn lebih besar dibandingkan dengan curahan tenaga kerja dalam keluarga yaitu 50,52 HOK/Ha/Thn. Curahan tenaga kerja wanita di Desa Soak Batok sebesar 96,43 HOK/Lg/Thn, lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pria sebesar 23,16 HOK/Lg/Thn dan tenaga kerja mesin sebesar 27,01 HOK/Lg/Thn, dan (3) Secara simultan faktor usia, pengalaman kerja, luas lahan garapan, dan jumlah tanggungan signifikan dan berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja. Sedangkan secara parsial faktor tingkat pendidikan tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja. Kata kunci: Faktor-Faktor, Curahan Tenaga Kerja, Kearifan Lokal.
  • 4. SKRIPSI ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DENGAN KEARIFAN LOKAL USAHATANI PADI RAWA LEBAK DI DESA SOAK BATOK KABUPATEN OGAN ILIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Tassya Auria Zahra 05011281823085 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2022
  • 5.
  • 6.
  • 7.
  • 8. RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Tassya Auria Zahra, lahir pada tanggal 8 Februari 2001 di Palembang Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Orang tua bernama Husni Alias dan Yoyoh Sadiah. Penulis memiliki dua saudari perempuan yang bernama Nadira Putri Salsabillah dan Nazwa Hairunnissa serta dua saudara laki-laki yang bernama Muhammad Naufal Rasyid dan Muhammad Nabil Muzakki. Riwayat pendidikan penulis yaitu TK (Taman Kanak–Kanak) di TK YWKA (Yayasan Wanita Kereta Api) Kota Palembang pada tahun 2005, Sekolah Dasar di SD Negeri 30 Kota Palembang pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 27 Kota Palembang pada tahun 2012, dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 16 Kota Palembang pada tahun 2015. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya sejak tahun 2018 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selain belajar dibangku perkuliahan, penulis juga mengikuti organisasi yang ada di kampus yaitu Organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan yaitu HIMASEPERTA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan Organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Jurusan yaitu DPM KM SOSEK.
  • 9. viii Universitas Sriwijaya KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis curahkan atas kehadirat Allah SWT, Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Rasullullah SAW sebagai utusannya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini “Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir”. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Sang pencipta, Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dan terimakasih juga atas pertolongan Allah SWT semua prosesnya dapat terlewati. 2. Kedua orang tua beserta adik-adik yang telah memberikan dukungan serta doanya agar skripsi ini dapat terselesaikan dan dimudahkan segala jalannya. 3. Ibu Dr. Dessy Adriani, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang telah menyempatkan waktunya untuk memberikan pengarahan kepada penulis. 4. Ibu Eka Mulyana, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran membangun, serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Henny Malini, S.P., M.Si. selaku penelaah dan penguji yang telah memberikan saran, masukan dan kritik yang membangun untuk skripsi ini menjadi lebih baik lagi. 6. Muhammad Trihadi Yuliasnyah selaku kekasih yang telah mendukung dan membantu selama proses penelitian berlangsung hingga selesai. 7. Bapak Kepala Desa Soak Batok yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di desa tersebut. 8. Bapak Kepala Dusun III Desa Soak Batok yang telah membantu memberikan izin dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. 9. Teman-teman seperbimbingan yaitu Asti, Salman, Rifyal dan khususnya Femi yang telah membantu dalam proses penelitian serta memberikan semangat dalam proses pengerjaannya.
  • 10. ix Universitas Sriwijaya Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis agar penulisan pada skripsi ini dapat diperbaiki lagi. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belumlah sempurna baik penulisan maupun isi karena keterbatsan kemampuan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi kita semua dan bagi penulis khususnya. Indralaya, Juli 2022 Tassya Auria Zahra
  • 11. x Universitas Sriwijaya DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI............................................................................................... x DAFTAR TABEL....................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 6 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 8 2.1. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 8 2.2. Model Pendekatan................................................................................ 21 2.3. Hipotesis .............................................................................................. 22 2.4. Batasan Operasional............................................................................. 24 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 26 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 26 3.2. Metode Penelitian ................................................................................ 26 3.3. Metode Penarikan Contoh.................................................................... 26 3.4. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 27 3.5. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 28 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 33 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian...................................................... 33 4.2. Karakteristik Responden...................................................................... 37 4.3. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok....... 41 4.4. Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok ........................................................................................... 52 4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok................................ 58 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 72 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 72
  • 12. xi Universitas Sriwijaya 5.2. Saran..................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74 LAMPIRAN
  • 13. xii Universitas Sriwijaya DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya Utara Tahun 2016..................................................... 5 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 34 Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Soak Batok............ 35 Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Soak Batok ............. 35 Tabel 4.4. Karakteristik Responden .......................................................... 37 Tabel 4.5. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak ........................... 43 Tabel 4.6. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok, 2022 ............................................. 53 Tabel 4.7. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Pria, Wanita dan Mesin Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok, 2022 . 56 Tabel 4.8. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Per Hektar Per Tahun Pada Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok, 2022.......... 57 Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda................................... 59 Tabel 4.10. Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2 ) ........................ 59 Tabel 4.11. Hasil Analisis Uji F.................................................................. 60 Tabel 4.12. Hasil Analisis Uji t ................................................................... 61 Tabel 4.13. Hasil Analisis Uji Normalitas Dengan Menggunakan Uji One Sample Kolmogorov Smirnov................................................... 68 Tabel 4.14. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas......................................... 70 Tabel 4.15. Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas Dengan Metode Glejser...................................................................................... 70
  • 14. xiii Universitas Sriwijaya DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian................................................. 21 Gambar 4.1. Benih Dari Hasil Panen Sebelumnya ..................................... 45 Gambar 4.2. A) Merencam; B) Penyemaian Kedua; C) Nanjarkan ........... 47 Gambar 4.3. Alat Tanam Tunjam................................................................ 48 Gambar 4.4. Alat Panen Tuai dan Arit........................................................ 51 Gambar 4.5. Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal P-Plot Test ..... 69 Gambar 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Grafik Scatterplots .... 71
  • 15. xiv Universitas Sriwijaya DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuesioner Penelitian............................................................... 79 Lampiran 2. Identitas Responden................................................................ 83 Lampiran 3. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga................................. 84 Lampiran 4. Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga.................................... 86 Lampiran 5. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Rawa Lebak ..................................................................................... 88 Lampiran 6. Output SPSS 25 Analisis Regresi Linear Berganda ............... 89 Lampiran 7. Output SPSS 25 Uji Asumsi Klasik ....................................... 91 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian.......................................................... 94
  • 16. 1 Universitas Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan rawa lebak adalah lahan potensial dan prospektif terhadap pengembangannya di masa yang akan datang. Pemanfaatan lahan rawa lebak di Indonesia memiliki peranan penting dan peluang besar serta strategis untuk pengembangan sektor pertanian khususnya dalam mendukung ketahanan pangan pada skala regional maupun Nasional. Luas lahan rawa lebak yang dimiliki Indonesia ada sekitar 13,28 juta ha, yang terdiri dari 4,17 juta ha lebak dangkal atau pematang, 6,08 juta ha lebak tengahan, dan 3,04 juta ha lebak dalam yang semuanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (Pujiharti, 2017). Salah satu kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan rawa lebak adalah usahatani padi, apalagi padi merupakan komoditi yang dominan dan paling banyak ditanam di lahan rawa lebak. Hal tersebut dikarenakan luas lahan rawa lebak yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian tanaman padi masih tersedia cukup luas. Padi adalah salah satu bahan pangan pokok, karena keberadaannya yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi pada tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,02% dibandingkan dengan produksi padi pada tahun 2019. Menurut Pujiharti (2017) sebesar 94,9% produksi padi dihasilkan dari agroekosistem lahan sawah, sedangkan sisanya dari lahan kering. Sementara itu, luas lahan panen padi yang ada di Sumatera Selatan adalah sebesar 551,32 ribu ha dengan produksi padinya sebesar 2,74 juta ton GKG dari total keseluruhan produksi padi di Indonesia yaitu sebesar 54,65 juta ton GKG dari total luas lahan padi yang mencapai 10,65 juta ha (Badan Pusat Statistika, 2020). Lahan rawa lebak terluas terdapat di Sumatera, dimana yang sesuai untuk lahan pertanian adalah sekitar 1,15 juta ha dari total luasnya sekitar 3,44 juta ha, dan lahan rawa lebak yang dominan di Sumatera terdapat di Sumatera Selatan dengan Luas total lahan rawa lebak mencapai 285.941 ha. Salah satu daerah di Sumatera Selatan yang mempunyai potensi lahan rawa lebak terluas adalah Kabupaten Ogan Ilir, yang mana pada tahun 2015 berada di urutan kedua untuk
  • 17. 2 Universitas Sriwijaya luas lahan padi rawa lebak yang ditanami satu kali dalam setahun dengan luas lahan sebesar 45.074 ha, namun untuk lahan rawa lebak yang ditanami dua kali dalam setahun masih tergolong kecil yaitu hanya sebesar 1.615 ha (Badan Pusat Statistik, 2016). Lahan rawa lebak tentunya memiliki keunggulan apabila dimanfaatkan dengan teknik pengelolaan yang tepat, juga akan mampu menghadapi tantangan kebutuhan pangan yang semakin besar, meningkatkan pendapatan rumah tangga, serta menambah dan memperluas lapangan pekerjaan. Seperti yang telah diketahui, Indonesia memiliki tiga jenis tipe rawa lebak yaitu lebak dangkal/pematang (25-50 cm), lebak tengahan (50-100 cm), dan lebak dalam (> 100 cm). Karakteristik lahan rawa lebak yang berbeda-beda tersebut membuat cara pengelolaannya pun berbeda-beda di setiap daerah terutama untuk lahan pertanian. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan rawa lebak tersebut ada yang dilakukan dengan cara modern atau dengan teknologi yang berkembang saat ini, namun beberapa ada pula yang tetap mempertahankan dan menjalankan kearifan lokal atau kebiasaan turun-temurun di daerahnya. Kearifan lokal disini adalah bentuk pengetahuan tradisional yang sangat bergantung dengan potensi sumberdaya alam lahan rawa lebak yang dipahami oleh masyarakat setempat terkait pengelolaan tanaman padinya. Sistem pengetahuan lokal ini memberikan gambaran kepada kita mengenai tradisi masyarakat terhadap kegiatan usahatani padi yang memberdayakan sumberdaya alam yaitu lahan rawa lebak secara bijaksana. Seperti pada mulanya tahap awal dari kegiatan usahatani dengan melakukan pembukaan lahan dengan luas dan teknis tertentu yang sudah diwariskan terdahulu oleh nenek moyang, yaitu membajak sawahnya dengan hewan kerbau. Jenis tanaman yang akan ditanam sesuai dengan kondisi tanah dan lingkungan beserta cara penanamannya, seperti komoditas padi yang ditanam di lahan rawa lebak menggunakan sistem pindah tanam dengan bantuan alat tradisional yang dibuat sendiri oleh petani. Pemupukan menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan, dan lain sebagainya yang ilmunya diperoleh dari warisan turun-temurun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lestari (2021), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa salah satu desa di
  • 18. 3 Universitas Sriwijaya kabupaten Ogan Ilir, lebih tepatnya Desa Soak Batok yang merupakan desa penghasil padi petaninya masih menjalankan dan menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padinya di lahan rawa lebak yaitu pada tahap pengadaan benih, penanaman, panen, dan pasca panen. Ditengah-tengah perkembangan teknologi yang maju saat ini, masyarakat desa setempat masih tetap memegang kuat nilai-nilai budaya atau kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padinya. Kearifan lokal yang masih dijalankan oleh masyarakat desa Soak Batok tersebut, diantaranya pada tahap pengadaan benih masih menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, pada tahap penanaman masih dilakukan sendiri secara manual dengan alat tradisional penojoh, serta pada pada tahap panen masih dilakukan sendiri menggunakan alat tradisional arit. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki masyarakat pada umumnya dan berperan sebagai ilmu untuk bertahan hidup di lingkungannya dengan menyatukan berbagai aspek mulai dari kepercayaan, norma, dan budaya. Kearifan lokal biasanya banyak ditemui pada saat adanya kegiatan adat dan juga kepercayaan masyarakat yang diyakini dengan rentang waktu yang cukup lama serta sering kali bertujuan sebagai solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ridwan et al., 2016). Selain pengolahan lahan yang tepat dalam usahatani, terdapat faktor lain yang juga harus diperhatikan yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya. Menurut Baruwadi (2012) tenaga kerja adalah suatu faktor penting dalam usahatani keluarga maupun tenaga kerja dari keluarga, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarga, dan sebagai pemimpin yang mengatur seluruh aspek organisasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian yang dilakukan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Larasati (2012) tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang utama. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Sedangkan jenis tenaga kerja itu meliputi tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin. Dalam analisa ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja di bidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan
  • 19. 4 Universitas Sriwijaya tenaga kerja merupakan suatu besaran tenaga kerja efektif yang digunakan, dan ukuran tenaga kerja tersebut dinyatakan dalam bentuk hari orang kerja (HOK) yang dihitung setiap hari kerja petani (Rahim et al., 2014). Atau dengan kata lain, curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia maupun ternak dan mesin dalam kegiatan usahatani yang dicurahkan dalam proses produksi usahatani mulai dari tahap pengolahan lahan sampai pasca panen. Adapun menurut Utami (2015) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. Sementara itu, alokasi waktu kerja adalah suatu curahan waktu yang dilakukan oleh petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya. Sebagai negara agraris dan maritim yang besar, sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian juga sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk Indonesia. Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di suatu pedesaan adalah pada sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zahasfana (2017) yang menyatakan bahwa sebenarnya sektor pertanian masih merupakan tumpuan atau pusat dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Seperti Desa Soak Batok merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Ogan Ilir yang mayoritas penduduknya adalah bekerja sebagai petani padi. Desa Soak Batok merupakan salah satu desa penghasil padi yang juga memanfaatkan potensi lahan rawa lebak dalam kegiatan pengolahan pertaniannya. Sebagian besar penduduk Desa Soak Batok bekerja di bidang pertanian baik yang dikelola sendiri maupun sebagai buruh tani atau tenaga kerja pertanian. Data mata pencaharian penduduk menurut desa di Kecamatan Indralaya Utara dapat di lihat pada Tabel 1.1. berikut ini.
  • 20. 5 Universitas Sriwijaya Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Indralaya Utara Tahun 2016 No. Desa/Kelurahan Mata Pencaharian 1. Bakung Perkebunan Karet 2. Lorok Perkebunan Palawija 3. Parit Perkebunan Karet 4. Pumajaya Perkebunan Karet 5. Payakabung Perkebunan Karet 6. Tanjung Baru Pertanian Holtikultura dan Peternakan 7. Tanjung Pering Industri Makanan dan Peternakan 8. Sungai Rambutan Pertanian Holtikultura 9. Soak Batok Pertanian Padi 10. Timbangan Perdagangan dan Jasa 11. Suka Mulya Perkebunan Kelapa Sawit 12. Pulau Kabal Perkebunan Karet 13. Tanjung Pule Pertanian Holtikultura 14. Permata Baru Perdagangan dan Jasa 15. Palem Raya Perdagangan dan Jasa 16. Pulau Semambu Pertanian Holtikultura dan Perdagangan Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Indralaya Utara, 2016 Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016 diatas, menunjukkan bahwa Desa Soak Batok merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Indralaya Utara yang memiliki jumlah penduduk bermata pencaharian sebagian besar petani padi yaitu sebesar 90% adalah petani padi. Dengan total luas lahan panen yang ada di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir pada padi sawah adalah sebesar 838 ha dengan produksi 3.129 ha dan produktivitas sebesar 3.732 ton/ha (Badan Pusat Statistika, 2020). Menurut Pujiharti (2017) peluang peningkatan produksi padi adalah pemanfaatan lahan rawa lebak. Desa Soak Batok dipilih karena merupakan wilayah mayoritas pertanian padi yang juga memanfaatkaan potensi sumberdaya lahan rawa lebak berbasis kearifan lokal dalam usahatani padinya. Terkait penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kearifan lokal pada usahatani padi di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir, pada penelitian ini akan dikaji lebih jauh seperti apa kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain itu,
  • 21. 6 Universitas Sriwijaya rumah tangga petani sangat berperan penting sebagai penyedia tenaga kerja baik dibidang pertanian maupun non pertanian sehingga kegiatan yang dilakukan dapat mempengaruhi alokasi curahan tenaga kerja petani. Oleh sebab itu, curahan waktu kerja petani sangat penting untuk dipelajari karena berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani (Sari, 2021). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pokok kajian tentang “Analisis Curahan Tenaga Kerja Dengan Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Kabupaten Ogan Ilir”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak yang terdapat di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 2. Menganalisis berapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 3. Menganalisis apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir.
  • 22. 7 Universitas Sriwijaya 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan informasi bagi petani rawa lebak mengenai kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padi di rawa lebak. 2. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis dan sebagai landasan untuk melaksanakan penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas serta bermanfaat bagi masyarakat. 3. Diharapkan dapat berguna bagi pemerintah ataupun instansi, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait ketenagakerjaan dan lahan rawa lebak.
  • 23. 8 Universitas Sriwijaya BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsepsi Kearifan Lokal Menurut pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sedangkan di dalam kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local artinya setempat dan wisdom (kearifan) artinya kebijaksanaan. Sehingga secara umum, lokal wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang sifatnya bijaksana, bernilai baik, penuh kearifan, dan tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Selain itu, dalam bahasa asing kearifan lokal sering juga diartikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious” (Sartini, 2004). Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan tradisional yang dipahami oleh manusia atau masyarakat setempat yang berinteraksi dengan alam sekitarnya, sehingga kearifan lokal dapat juga disebut sebagai pengetahuan kebudayaan yang meliputi bentuk-bentuk pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat dalam rentang waktu yang lama termasuk dengan caranya menjaga hubungan dengan alam tersebut melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab (Suhartini, 2009). Selain itu, menurut Khairullah dan Ar-Riza (2017) kearifan lokal merupakan sebuah warisan budaya Indonesia yang telah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu, dimana melalui proses interaksi yang sangat panjang dalam pembentukannya antara manusia dengan lingkungannya, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam prosesnya, kearifan lokal ini sangat bergantung dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan sekitar masyarakat serta dipengaruhi oleh sikap, pandangan dan pola perilaku masyarakat tersebut terhadap lingkungannya. Adapun karakteristik dari kearifan lokal, antara lain: (1) kearifan lokal harus mengajarkan orang untuk menyayangi alam bukan malah merusaknya; (2) kearifan lokal harus menggabungkan pengetahuan kebaikan sehingga dapat
  • 24. 9 Universitas Sriwijaya mengajarkan orang terkait etika dan nilai-nilai moral; dan (3) kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas tertua. Kearifan lokal sendiri dapat berbentuk etika, norma, nilai, kepercayaan, hukum, adat istiadat, serta aturan-aturan khusus. Selanjutnya, nilai-nilai yang terkait dengan kearifan lokal antara lain: nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras (Mungmachon, 2012). Kearifan lokal berasal dari kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk mengolah serta mengatur ketersediaan dari sumberdaya alam yang terdapat di lingkungan sekitarnya sehingga kehidupan mereka nantinya bergantung dari alam tersebut (Pseurnay, 2018). Sedangkan Qamar et al., (2017) juga menyatakan bahwa kearifan lokal dari lingkungan tersebut dapat mencerminkan jati diri dari masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat di lingkungan tersebut harus menjaga nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Kearifan lokal adalah tata nilai atau pola perilaku masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya secara bijaksana. Sehingga kearifan lokal tidak sama pada tempat dan waktu dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena tantangan alam dan kebutuhan hidupnya yang berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut menimbulkan berbagai macam sistem pengetahuan baik itu yang berkaitan dengan lingkungan maupun sosial. Petani memiliki kearifan lokal dalam kegiatan- kegiatan budidaya pertanian padi baik yang masih berlangsung hingga saat ini maupun yang sudah lama ditinggalkan dan hilang. Salah satu contoh yang sudah mulai ditinggalkan petani adalah membajak sawahnya dengan menggunakan kerbau, dimana sekarang petani sudah beralih menggunakan teknologi mesin traktor karena lebih mudah dan efisien secara waktu (Guntur et al., 2016). Pada zaman dahulu, beberapa kearifan lokal di bidang pertanian banyak direndahkan oleh sistem pertanian maju dan modern yang mengejar produksi. Hal tersebut dikarenakan kearifan lokal dianggap tidak efektif dan efisien. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu banyak ahli yang menyarankan untuk membangun pertanian berbasis kearifan lokal agar pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya alam dapat berlangsung lebih lama (Khairullah dan Ar-Riza, 2017).
  • 25. 10 Universitas Sriwijaya 2.1.2. Konsepsi Lahan Rawa Lebak Lahan rawa lebak terbentuk akibat perbedaan elevasi yang kecil, sehingga menghambat kelancaran aliran permukaan menuju laut, kemudian terbentuk genangan air yang berupa rawa terutama di sepanjang aliran sungai-sungai besar. Kedalaman genangan, bentuk serta posisi berubah-ubah tergantung musim. Seperti pada musim kemarau genangan air berkurang dan pada musim hujan kondisi sebaliknya. Permasalahan air di lahan rawa lebak sangat bergantung dengan tipologinya, contohnya pada lahan dengan tipologi dangkal atau pematang maka pengelolaan airnya harus bertujuan agar air yang masuk ke persawahan itu berkurang. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi genangan yang tinggi dan mengkonservasi air pada musim kemarau sehingga tanaman dapat tercukupi kebutuhan airnya. Lahan rawa lebak sendiri selalu tergenang oleh air apabila musim hujan tiba dan selanjutnya akan perlahan-lahan surut seiring dengan pergantian musim kemarau. Berdasarkan tinggi dan lama genangan, lahan rawa lebak dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lebak dangkal atau pematang, lebak tengahan, dan lebak dalam (Mulyani dan Sarwani, 2013). Pengelolaan lahan rawa lebak secara garis besar meliputi : (1) pola tanam dan teknologi budidaya, (2) aspek pendukung, dan (3) sumber daya manusia (Syahputra et al., 2019). Ada dua kelompok tanah di lahan rawa lebak, yaitu tanah gambut dan tanah mineral. Tanah gambut memiliki ketebalan lapisan >50 cm, sedangkan tanah mineral memiliki ketebalan lapisan <50 cm. Adapun tanah mineral yang mempunyai lapisan gambut di permukaannya setebal 20-50 cm disebut dengan tanah mineral bergambut. Tanah mineral murni hanya memiliki lapisan gambut di permukaannya <20 cm. Tanah yang terdapat di lahan rawa lebak mengandung hara tanah yang rendah sehingga perlu dilakukan pengelolaan hara (Subagyo, 2006). Lahan rawa lebak mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar terhadap pengembangan usahatani terpadu (tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan) dengan memperhatikan kondisi lahannya dan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan (Suryana 2016). Tipe atau jenis lahan rawa lebak yang potensial tersebut adalah lebak dangkal atau pematang dan lebak
  • 26. 11 Universitas Sriwijaya tengahan. Biasanya lahan rawa lebak kedua jenis ini banyak digunakan sebagai area persawahan yang ditanami komoditi palawija serta sayuran di pinggiran sawahnya. Sementara itu, untuk lebak dalam biasanya lebih cocok digunakan untuk tempat budidaya ikan air tawar (Alwi dan Tapakrisnanto, 2016). Peningkatan produksi padi di lahan rawa lebak dapat dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), produktivitas, serta penekanan terhadap senjang hasil dan kehilangan hasil. Produktivitas padi di lahan rawa lebak juga dapat ditingkatkan melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Untuk teknologi yang dapat diterapkan di lahan rawa lebak yaitu seperti cara tanam, pengelolaan air, varietas unggul baru, pengelolaan hara, pengendalian hama dan penyakit terpadu, serta spesifik lokasi tanam (Pujiharti, 2017). Akan tetapi, tidak semua jenis atau tipe lahan rawa lebak dapat ditanami padi setiap tahunnya. Pada lebak tipe dangkal atau pematang dan tipe tengahan, penanaman padi dilakukan sebanyak satu sampai dua kali dalam setahun. Sedangkan lebak tipe dalam yang merupakan daerah cekungan hanya dapat ditanami padi pada musim kemarau yang agak panjang saja. Penentuan jenis komoditi yang akan ditanam dipengaruhi oleh tinggi rendahnya genangan air pada lahan rawa lebak, khususnya untuk komoditi padi, jagung dan kedelai. Budidaya tanaman padi dapat dilakukan di lahan rawa lebak tipe dangkal atau pematang pada bulan Januari, di lahan rawa lebak tipe tengahan di bulan Februari, dan di lahan rawa lebak tipe dalam dapat dilakukan di bulam Mei (Waluyo et al., 2008). Besarnya kesempatan untuk memanfaatkan lahan rawa lebak sebagai tempat budidaya pertanian yang tepat disebabkan karena keadaan suatu ekosistem lahan rawa lebak tersebut. Jenis komoditi yang dibudidayakan di lahan rawa lebak juga beragam jenisnya. Dilihat dari sisi hasil produksinya, apabila lahan rawa lebak yang dimiliki petani diolah secara bijak dan optimal, maka hasil yang diperoleh akan maksimal sehingga keuntungan yang didapat juga akan besar dan meningkat. Hasil analisis usahatani terhadap berbagai jenis komoditas yang ditanami di lahan rawa lebak menunjukkan peluang yang cukup besar dan signifikan, namun besar kecilnya pendapatan yang diperoleh petani tergantung dengan nilai ekonomi serta pola tanam yang digunakan petani tersebut (Noor, 2007).
  • 27. 12 Universitas Sriwijaya 2.1.3. Konsepsi Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara seorang petani selaku pengusaha mengatur, menyusun, dan menjalankan usaha itu (Adiwilaga, 1982). Sedangkan menurut Zaman et al., (2020) usahatani adalah sekumpulan usaha dalam kegiatan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani serta diupayakan untuk memperbaiki kualitas hidup para petani dengan memberdayakan manusia atau tenaga kerja yang tersedia, modal dan sumberdaya alam yang melimpah, serta kemampuan yang dimiliki petani. Kegiatan usahatani seharusnya dapat bersaing dan berkelanjutan dengan cara memperhatikan minat pasar, potensi sumberdaya yang ada, juga kondisi masyarakat dan lembaga- lembaga yang tersedia. Soekartawi (2003) mendefinisikan usahatani sebagai kumpulan dari sumberdaya alam yang ada di suatu daerah yang dibutuhkan untuk produkdi di bidang pertanian seperti air, udara dan tanah, renovasi yang telah dilakukan untuk tanah dan sebagainya yang terdapat di alam ini. Sedangkan menurut Suratiyah (2015) usahatani merupakan cara seorang petani mengorganisasikan, menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi agar seefektif dan seefisien mungkin sehingga usahata yang dilakukan tersebut menghasilkan pendapatan yang semaksimal mungkin. Pada dasarnya, usahatani terdiri dari beberapa unsur yang nemiliki peranan penting dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur tersebut antara lain lahan pertanian, modal, tenaga kerja dan manajemen (Normansyah et al., 2014). Sedangkan dalam ilmu usahatani, terdapat empat faktor produksi yang juga berperan penting diantaranya tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen. Maka dari itu, pendapatan usahatani merupakan balasan jasa dari penyusutan empat faktor produksi tersebut. Pada usahatani padi sawah, produksi gabahnya sangat bergantung pada peranan luas lahan, pupuk, pestisida serta tenaga kerja. Namun yang perlu diperhitungkan adalah kondisi setempat berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi dalam usahatani. Dari segi tenaga kerja, usahatani yang dilakukan di Indonesia umumnya bukan merupakan jenis usahatani keluarga yang murni atau asli, seberapa kecilnya usahatani tersebut pasti tetap menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
  • 28. 13 Universitas Sriwijaya Bahkan, seringkali pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerjanya lebih besar berasal dari luar keluarga. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan kemampuan petani, misalnya saja pada tahap penanaman, penyiangan dan panen (Suratiyah, 2015). Pada akhirnya, kegiatan usahatani pasti akan menghasilkan suatu output yang nantinya akan memberikan penghasilan dan menjadi pendapatan bagi sebagian petani. Kegiatan usahatani ini merupakan langkah awal yang dilakukan petani untuk memperoleh keuntungan, sehingga apabila ingin memperoleh keuntungan yang maksimal maka kegiatan usahatani yang dijalankan juga harus optimal. 2.1.4. Konsepsi Padi Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan dan termasuk salah satu makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman padi tergolong tanaman semusim yang termasuk ke dalam familia Gramineae. Ciri-ciri tanaman padi secara umum adalah akarnya serabut, batangnya sangat pendek, strukturnya terbentuk dari sekumpulan pelepah daun yang saling menopang dan berbentuk panjang seperti batang, pelepahnya tegak, berbentuk seperti lanset di bagian daunnya, jenis daunnya yaitu daun sempurna, tergolong jenis daun sejajar, berwarna hijau muda sampai tua, memiliki urat, ditutupi oleh rambut-rambut pendek serta renggang berwarna kuning keemasan, tergolong jenis bunga majemuk, jenis malainya bercabang-cabang, bunganya menyatu menjadi floret, berada di panikula atau spilet yang duduk, tipe buahnya yaitu berupa bukir atau kariopsis yang berarti susah dibedakan anatar buah dan bijinya, bentuknya nyaris bulat bahkan lonjong, berukuran 3-15 mm, ditutupi oleh palea dan lemna atau biasanya dikenal dengan sekam, memiliki struktur yang dominan yaitu berupa endospermium yang biasa dikonsumsi oleh manusia (Aksi Agraris Kanisius, 2005). Padi merupakan tanaman pangan yang berupa rumput berumpun dan berasal dari dua benua yaitu benua Asia dan benua Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman komoditi padi sendiri sudah dilakukan sejak tahun 3.000 SM di Zhejiang, Tiongkok. Padi merupakan tanaman yang istimewa karena kemampuan adapatasinya yang hampir bisa di semua lingkungan, mulai dari dataran rendah
  • 29. 14 Universitas Sriwijaya hingga dataran tinggi (2000 mdpl), dari daerah basah (rawa-rawa) hingga daerah kering dan berpasir, dari daerah tropis hingga subtropis, juga dari daerah subur hingga daerah marjinal atau cekaman (Zahasfana, 2017). Padi sendiri merupakan salah satu komoditas pertanian yang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia sebagai makanan pokok mereka, bahkan sebagian besar penduduk tersebut juga memperoleh pendapatan pokok dari berusahatani tanaman padi ini. Donggulo (2017) menyatakan bahwa padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi di Indonesia, yang mana beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan sumber karbohidrat lainnya. Oleh karena itu, keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam pemenuhan asupan karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi yang dapat mengenyangkan. Sekitar kurang lebih 90% tanaman padi dikonsumsi untuk makanan pokok sehari-hari oleh penduduk Indonesia. Pembudidayaan tanaman padi dilakukan dengan melalui proses yang cukup panjang, berbulan-bulan lamanya, dan membutuhkan modal atau biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Proses budidaya untuk semua jenis padi itu sama. Menurut semua informan baik itu seorang petani, penggarap, penggiling, dan buruh tani mereka semua ternyata memiliki pengetahuan yang sama tentang cara budidaya tanaman padi, dimana tahapannya meliputi persiapan lahan, pemilihan benih, penyemaian benih, penanaman padi, pemeliharaan padi serta panen padi (Gunawan, 2018). Sedangkan menurut Aksi Agraris Kanisius (2005), sistem pembudidayaan padi sawah lebih dahulu dikenal dibanding pembudidayaan padi laading. Selain itu kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan padi antara lain: pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Tanaman padi digolongkan sebagai komoditas utama dan tanaman pangan yang penting di Indonesia karena menopang pangan masyarakatnya, dan juga berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan terhadap pangan utama yang semakin meningkat setiap tahunnya dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembanganya industri pangan dan pakan.
  • 30. 15 Universitas Sriwijaya 2.1.5. Konsepsi Tenaga Kerja Menurut Soetriono (2006) tenaga kerja (man power) adalah kelompok penduduk usia kerja, dimana ia mampu dan sanggup bekerja atau melakukan kegiatan ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan Suratiyah (2015) mendefinisikan tenaga kerja sebagai salah satu unsur penentu, khusunya pada usahatani dibidang pertanian yang sangat bergantung pada musim, tenaga kerja yang langka menyebabkan mundurnya waktu tanam yang kemudian berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu sendiri, produktivitas dan kualitas produk, khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Baik usahatani keluarga maupun perusahaan dibidang pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat ditangani oleh teknologi untuk menghemat tenaga (tenaga kerja mekanik). Hal ini dikarenakan, selain harga teknologi tersebut yang mahal terdapat juga beberapa hal tertentu yang penggunaannya tidak dapat digantikan selain tenaga kerja manusia. Sumber utama tenaga kerja adalah penduduk dengan pertimbangan kelayakan bekerja menurut umurnya. Penduduk yang layak menjadi tenaga kerja dilihat dari umurnya sebagai penduduk usia kerja. Tenaga kerja yang pantas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produksi sumberdaya manusia, hal ini biasanya sering disebut dengan man power. Di Indonesia, untuk batas umur yang layak bekerja adalah 10 tahun. Namun di beberapa negara yang sudah maju, batas umur yang layak bekerja lebih tinggi yaitu 15-65 tahun. Kelayakan dalam bekerja dapat terbentuk dari tradisi turun-temurun. Sedangkan di negara berkembang, batas bawah ini relatif lebih muda daripada negara maju (Sumarsono, 2003). Tenaga kerja pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dengan tenaga kerja di bidang lain (non pertanian). Karakteristik tenaga kerja dibidang pertanian memiliki ciri-ciri antara lain: keperluan tenaga kerja pertanian tidak sama dan tidak merata, penyerapan tenaga kerjanya sangat terbatas, tidak mudah dirasionalkan, distandarkan dan dispesialisasikan, serta bervariasi dan terkadang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik tersebut memerlukan sistem manajerial tertentu yang harus dipahami untuk meningkatkan usahatani itu sendiri, terutama di Indonesia sistem manajerial dalam usahatani
  • 31. 16 Universitas Sriwijaya umumnya masih sangat sederhana. Selain lahan, modal dan pengelolaannya, tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi yang kedua. Tenaga kerja sebagai faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam jumlah yang cukup dalam proses produksi, tidak hanya dilihat dari jumlah tersedianya tenaga kerja akan tetapi kualitasnya juga perlu diperhatikan (Yuniawan, 2012). Terkadang tenaga kerja sebagai faktor produksi utama, menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani disini bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga sebagai tulang punggung keluarganya atau sebagai sumber tenaga kerja utama dalam usahataninya. Terdapat jenis tenaga kerja lain selain tenaga kerja manusia yaitu tenaga kerja ternak dan mekanik. Tingkat keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh faktor produksi tenaga kerja. Petani dalam menjalankan usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaganya, tetapi juga bertindak sebagai seorang pemimpin (manajer) dalam usahataninya yang mengorganisasi produksi secara keseluruhan. Selanjutnya, untuk kualitas tenaga kerja ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani (Kawengian et al., 2019). Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Menurut Mubyarto (1985) menyatakan bahwa ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai istri, dan anak-anak petani telah berumur 12 tahun sudah bisa dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga ini biasanya adalah sumbangan ataupun kontribusi keluarga dalam kegiatan pertanian secara keseluruhan, dan biasanya tidak pernah dinilai dalam uang sebagai upah. Tenaga kerja keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang sudah berumur dewasa ini disebut juga tenaga kerja keluarga inti, dimana pembagian tugas dan kewajibannya berdasarkan status dan peranannya di dalam keluarga tersebut. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga petani dan biasanya menggunakan sistem upah. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga ini sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya waktu kerja, kecakapan, dan umur tenaga kerja. Jenis tenaga kerja dari luar keluarga dapat berupa tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan tergantung dengan kebutuhan, namun khusus untuk kegiatan penggarapan sawah biasanya
  • 32. 17 Universitas Sriwijaya tenaga kerja diatur dan digunakan secara borongan. 2.1.6. Konsepsi Curahan Tenaga Kerja Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dalam berusahatani yang diukur dengan satuan hari kerja (HKP), baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Sedangkan curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya di pabrik, di rumah atau pekerjaan sambilan. Dalam setiap minggu, lamanya bekerja untuk setiap orang berbeda-beda tergantung pada keadaan tenaga kerja tersebut. Ada yang bekerja di pabrik dan di rumah saja, tetapi ada juga yang bekerja sambilan selain bekerja di pabrik dan dirumah. Alasan yang dominan terkait hal ini adalah karena ekonomi, yang mana dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari atau untuk menambah sumber penghasilan. Selain itu, tanggungan keluarga juga menjadi salah satu alasan kenapa seorang tenaga kerja melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan utama. Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap alokasi waktu seseorang dalam bekerja, diantaranya: keadaan sosial ekonomi keluarga, tingkat upah, pemilihan aset tingkat produktif, karakteristik setiap anggota keluarga yang dicirikan oleh faktor usia, tingkat pendidikan, dan keahlian yang dimiliki anggota keluarga lain. Dengan bertambahnya pendapatan, cenderung akan mengurangi jam kerja (income effect), dengan meningkatnya status ekonomi (peningkatan pendapatan) cenderung akan meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak menikmati atau menghabiskan waktu senggangnya. Untuk keperluan tersebut, mereka artinya telah mengurangi jam kerjanya (Sumarsono, 2003). Curahan tenaga kerja adalah waktu yang digunakan atau dihabiskan oleh tenaga kerja dalam suatu kegiatan atau usaha. Menurut Soekartawi (2002) dalam Tatipikilawan (2012) konversi tenaga kerja laki-laki dewasa (umur lebih dari 15 tahun) adalah sebesar 1 HKP, wanita dewasa (umur lebih dari 15 tahun) adalah sebesar 0,8 HKP dan anak-anak (kurang dari 15 tahun) adalah sebesar 0,5 HKP dengan rata-rata jam kerjanya adalah 8 jam perhari. Pada penelitian ini variabel harian kerja pria dan wanita diukur berdasarkan besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi dengan satuan HOK.
  • 33. 18 Universitas Sriwijaya Pendapat lain menyatakan, curahan kerja adalah jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan di dalam dan luar rumah tangga yang diukur dalam satuan waktu atau jam. Sedangkan jumlah curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk setiap kegiatan usahatani padi sawah secara keseluruhan yang dihitung berdasarkan perhitungan hari orang kerja setara pria (HOK). Produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan dalam suatu kegiatan, hal tersebut berarti semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka waktu kerja yang dicurahkan akan lebih lama. Curahan jam kerja usahatani keluarga dan curahan jam kerja luar keluarga (upahan) adalah waktu yang digunakan secara langsung dalam pengelolaan usahatani padi sawahnya selama satu kali musim tanam (Kawengian et al., 2019). Penelitian Suratiyah (2015) menjelaskan bahwa, curahan tenaga kerja pada usahatani sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor alam yaitu iklim, curah hujan, tingkat kesuburan, dan jenis topografi, 2) Faktor jenis lahan yaitu sawah, tegal, dan pekarangan, serta 3) Luas, letak, dan penyebarannya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan kesibukan tenaga kerja. Curahan waktu yang digunakan oleh petani secara produktif baik dalam kegiatan usahatani padi maupun kegiatan usahatani lainnya disebut dengan alokasi waktu kerja. Dari waktu yang tersedia, terdapat tiga kemungkinan alokasi waktu seseorang bekerja, yaitu: (1) bekerja di rumah; (2) bekerja di luar rumah; (3) waktu istirahat. Dari ketiga alokasi tersebut menghasilkan tiga macam komoditi, yaitu hasil kerja di rumah diantaranya memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Hasil kerja di luar rumah dapat berupa upah yang dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan hidupnya, dan utilitas yang diperoleh dari waktu istiahat (Zahasfana, 2017). 2.1.7. Konsepsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Tenaga Kerja Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja, antara lain usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan, dan jumlah tanggungan. Konsepsi terhadap faktor-faktor tersebut menurut Novita (2012)
  • 34. 19 Universitas Sriwijaya adalah sebagai berikut. a. Usia Tingkat usia merupakan usia petani yang dihitung sejak ia lahir sampai waktu tertentu. Usia petani merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi curahan tenaga kerja petani dalam mengelola usahataninya. Semakin muda petani biasanya akan semakin semangat untuk bekerja dan lebih cepat dalam menyelesaikan kegiatan usahataninya. Meskipun pada akhirnya para petani yang semakin bertambah usia produktivitasnya semakin. b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka diharapkan pola pikir petani menjadi lebih kritis, tanggap terhadap kemajuan teknologi, juga dapat meningkatkan mutu kerja dan produktivitasnya. Tingkat pendidikan petani juga dapat mencerminkan pengetahuannya tentang cara berfikir dan bertindak yang rasional. Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tentunya akan mempengaruhi curahan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan usahatani, dan juga akan mampu mengambil dan menangkap kesempatan ekonomi yang lebih baik di lingkungannya. c. Pengalaman Kerja Pengalaman kerja merupakan lamanya rentang waktu yang telah dijalani petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Pengalaman kerja petani dihitung sejak ia mulai melakukan kegiatan usahataninya sampai dengan waktu tertentu. Pengalaman akan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam curahan tenaga kerja dalam menyelesaikan kegiatan usahataninya. Semakin lama tingkat pengalamannya maka curahan waktu yang dibutuhkan akan semakin sedikit. Sebaliknya, semakin sedikit pengalamannya maka curahan tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak.
  • 35. 20 Universitas Sriwijaya d. Luas Lahan Garapan Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap usahatani. Semakin luas lahan yang digarap maka curahan tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin besar, sehingga luas lahan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. e. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orang yang menjadi tanggung jawab petani dalam menghidupi anggota keluarganya yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 60 tahun. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja petani, karena semakin banyak tanggungan keluarga maka curahan waktu yang dibutuhkan juga semakin besar, sehingga jumlah tanggungan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani.
  • 36. 21 Universitas Sriwijaya 2.2. Model Pendekatan Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan secara diagramatik, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini. Keterangan: Gambar 2.1. Model Pendekatan Penelitian Desa Soak Batok Petani Lahan Rawa Lebak Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak Curahan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga - Pengolahan Lahan - Pengadaan Benih dan Penyemaian - Penanaman - Pemeliharaan - Panen - Pasca Panen - Usia (Tahun) - Tingkat Pendidikan (Tahun) - Pengalaman Kerja (Tahun) - Luas Lahan Garapan (Hektar) - Jumlah Tanggungan (Orang) : Terdiri dari : Dipengaruhi : Mempunyai : Terdapat Pria Mesin Wanita
  • 37. 22 Universitas Sriwijaya 2.3. Hipotesis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Guntur et al., (2016), menyatakan bahwa Desa Huta Gurgur II merupakan salah satu desa penghasil padi di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir, dimana petaninya dalam kehidupan sehari-hari membudidayakan tanaman padi selalu menerapkan cara tradisional yang disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lokal yang dilakukan petani padi sawah di Desa Huta Gurgur II adalah membuat si gabe ni taon, yaitu mensyukuri kegiatan yang kita lakukan berjalan lancar dan kita tetap sehat. Kearifan lokal tanaman padi yang dijalani petani dilakukan dari kegiatan pembukaan lahan hingga ke pemasaran. Kearifan lokal yang ada di Desa Huta Gurgur II sebanyak 77 kearifan lokal, diantaranya 25 kearifan lokal petani padi yang dahulu, 52 kearifan lokal yang dahulu ada sampai sekarang masih dilakukan, dan kearifan lokal yang sekarang tidak ada. Keuntungan petani tersebut mempertahankan kearifan lokal sampai sekarang adalah lebih mempererat tali persaudaraan sesama masyarakat, dan tetap membangkitkan budaya batak agar tidak hilang akibat masuknya budaya barat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2020), diperoleh hasil bahwa kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang masih diterapkan oleh petani hingga saat ini terdiri dari tiga kegiatan pengelolaan lahan rawa lebak, yaitu pengelolaan tanaman padi di lahan rawa lebak, pengelolaan ternak berupa kerbau, dan pengelolaan ikan di lahan rawa. Pengelolaan tanaman padi di lahan rawa lebak Desa Bangsal, terdiri atas tujuh tahapan, diantaranya: pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen hingga pasca panen. Sabiningrum (2010), dalam penelitiannya mengenai curahan kerja dan pendapatan keluarga petani Salak Pondoh di Desa Bangunkerto. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan sektor formal dan informal, namun pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja dan status pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
  • 38. 23 Universitas Sriwijaya usia, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata oleh variabel penjelas. Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh usia, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh modal awal. Berdasarkan penelitian Rosalina (2017) menyatakan bahwa wanita tani memegang peranan penting dalam keterlibatannya pada kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi padi sawah. Kegiatan yang dilakukan wanita tani dipengaruhi oleh curahan waktu kerja yang tergantung pada faktor sosial ekonomi dan keadaan keluarganya, seperti tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengalaman. Lalu berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel independen maka variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel curahan waktu kerja wanita tani pada usahatani padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah tanggungan keluarga semakin sedikit, upah semakin meningkat, dan luas lahan yang digarap semakin luas maka curahan waktu kerja wanita tani mengalami peningkatan. Dan apabila wanita tani berstatus belum menikah atau janda cenderung memiliki curahan waktu kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tani yang menikah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga masih terdapat kearifan lokal yang diterapkan dalam usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani di Desa Soak Batok mulai dari kegiatan pengolahan lahan, pengadaan dan penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, panen hingga pasca panennya. 2. Diduga faktor usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan, dan jumlah tanggungan berpengaruh secara simultan terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok
  • 39. 24 Universitas Sriwijaya 1.4. Batasan Operasional Adapun batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 2. Responden dalam penelitian adalah petani padi rawa lebak dangkal/pematang dan tengahan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. 3. Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan tradisional yang sangat bergantung dengan potensi sumberdaya alam lahan rawa lebak yang dipahami oleh masyarakat setempat terkait pengelolaan tanaman padinya. 4. Kearifan lokal dalam usahatani padi rawa lebak meliputi pengolahan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen sampai dengan pasca panen. 5. Usahatani padi rawa lebak adalah kegiatan membudidayakan dan mengembangkan padi di lahan rawa lebak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari komoditas tersebut. 6. Tenaga kerja adalah orang ataupun mesin yang digunakan untuk melaksanakan kerja dalam proses usahatani padi rawa lebak. 7. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia dan mesin dalam usahatani padi yang diukur dengan satuan hari orang kerja (HOK/Ha/Thn) dan disetarakan dengan satuan hari kerja pria (HKP). 8. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam keluarga atau anggota keluarga petani, yaitu kepala keluarga beserta istri dan anak. 9. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku. 10. Komposisi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga adalah tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja mesin. 11. Tenaga kerja pria adalah tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak yang berjenis kelamin pria dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur diatas 15 tahun (HKP).
  • 40. 25 Universitas Sriwijaya 12. Tenaga kerja wanita adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang berjenis kelamin wanita dan memiliki umur produktif untuk bekerja atau berumur diatas 15 tahun (HKW). 13. Tenaga kerja mesin adalah tenaga kerja pada usahatani padi yang dilakukan oleh mesin (mekanik). 14. Mesin yang digunakan yaitu traktor pada tahap pengolahan lahan, dan ranteks/combine harvester/laser pada tahap panen. 15. Jam kerja standar yang digunakan adalah 8 jam. 16. Konversi tenaga kerja yang digunakan adalah 1 pria setara dengan 1 HKP, 1 wanita setara dengan 0,8 HKP, dan 1 mesin setara dengan 4 HKP. 17. Tingkat pendidikan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan jenjang pendidikan formal responden petani padi rawa lebak, yaitu jumlah tahun pendidikan yang ditempuh responden. Dimana SD dihitung 6 tahun, SMP dihitung 9 tahun, SMA dihitung 12 tahun, dst. 18. Usia petani merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan data sekunder dengan indiaktor usia atau umur responden petani padi rawa lebak (tahun). 19. Pengalaman kerja merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan lamanya responden petani padi rawa lebak bekerja sebagai petani (tahun). 20. Luas lahan garapan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan besarnya luas lahan garapan untuk usahatani padi rawa lebak yang diusahakan oleh responden petani padi rawa lebak (hektar). 21. Jumlah tanggungan merupakan faktor curahan tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden petani rawa lebak (orang).
  • 41. 26 Universitas Sriwijaya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Dengan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada bulan Januari 2022 sampai dengan bulan Februari 2022. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan Indralaya Utara khususnya di Desa Soak Batok memiliki mata pencaharian sebagai petani padi rawa lebak yang diteliti sesuai dengan topik bahasan yaitu kearifan lokal usahatani padi dan curahan tenaga kerja. 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (survey method). Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari petani dimana data tersebut mewakili daerah yang akan diteliti, metode ini dilakukan dengan cara berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara mendalam kepada responden di Desa Soak Batok dan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan yang digunakan sebagai bahan untuk pengumpulan data agar mendapatkan data dan informasi mengenai curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak. 3.3. Metode Penarikan Contoh Metode penarikan contoh dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) terhadap populasi petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. Metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) adalah pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi berdasarkan sumber informasi yang dianggap mewakili populasi petani padi rawa lebak, serta masyarakat yang mampu memberikan opini tentang kajian yang dilakukan. Jumlah penduduk Desa Soak Batok sekitar 1.992 jiwa yang mata
  • 42. 27 Universitas Sriwijaya pencahariannya sebanyak 90% merupakan seorang petani padi. Jumlah populasi petani rawa lebak di Desa Soak Batok sebanyak 385 orang. Untuk mengetahui jumlah sampel yang mewakili populasi maka digunakan rumus Slovin, yaitu rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti (Lestari, 2021). Dari perhitungan Slovin tersebut dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 15% diperoleh jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 39,84 atau dibulatkan menjadi 40 orang petani yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. Responden dipilih untuk menggali informasi mengenai curahan tenaga kerja dan kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara serta observasi. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab pada petani mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. pengambilan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung kepada petani menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu pada kuesioner. Sedangkan metode observasi digunakan untuk melakukan pengecekan langsung di lapangan (crosscheck) mengenai kesesuaian antara hasil wawancara dengan keadaan di lapangan. Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dari pihak- pihak tertentu. Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, hasil penelitian terdahulu, internet serta studi dokumentasi terkait dengan penelitian ini, juga dari beberapa lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. Selain itu data sekunder yang diambil juga berupa data dari berbagai tulisan seperti data statistik daerah Kecamatan Indralaya Utara dan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara mencari di internet, membaca buku, jurnal, mendatangi dinas serta mencari informasi lainnya mengenai penelitian melalui sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
  • 43. 28 Universitas Sriwijaya 3.5. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi untuk dianalisis secara sistematis dan dijelaskan secara deskriptif dengan bantuan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statisctical Package For Social Science) versi 25. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengidentifikasi kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak dari awal pengelolaan lahan, pengadaan benih dan penyemaian, penanaman, pemeliharaan, panen, sampai dengan pasca panen. Proses memperoleh data ini menggunakan analisis secara deskriptif berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden dan juga bertanya kepada key informan yang biasanya merupakan orang yang dituakan di desa tersebut. Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasekan berdasarkan jumlah responden. Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu menganalisis seberapa besar curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok dapat dijawab menggunakan rumus menurut Hernanto (1996) sebagai berikut: HKP = ΣTenaga Kerja x ΣJam Kerja x ΣHari Kerja x ΣJenis Tenaga Kerja Jam Kerja Standar Hernanto juga membuat angka konversi tenaga kerja, yaitu: 1 pria = 1 (HKP); 1 wanita = 0,8 (HKP) ; dan 1 mesin = 4 (HKP). Untuk jam kerja standar yang digunakan adalah 8 jam. Hal ini berdasarkan hasil data penelitian dimana petani cenderung bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB atau 8 jam sehari. Selain itu, berdasarkan keputusan Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) tahun 2021 mengenai ketentuan jam kerja bahwa yang diatur adalah sebatas waktu atau durasi kerja, yaitu 7 atau 8 jam seminggu dan dalam ketentuan ini tidak diatur kapan jam kerja dimulai dan selesai. Sehingga artinya, jam kerja yang digunakan petani di Desa Soak Batok masih sesuai aturan dan tentunya tidak melebihi batas jam kerja standar. Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu menganalisis pengaruh faktor- faktor yang mempengaruhi curahan tenaga kerja yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan dan jumlah tanggungan pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir
  • 44. 29 Universitas Sriwijaya yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, hubungan masing-masing variabel independen yang positif atau negatif, dan memprediksi nilai dari variabel independen. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen yaitu (usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, luas lahan garapan dan jumlah tanggungan) terhadap variabel dependen (curahan tenaga kerja). 3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Novita (2012) analisis regresi linier berganda tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: Mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis regresi linier berganda yang menjadi variabel dependen (Y) adalah curahan tenaga kerja. Sedangkan variabel independen (X), yaitu usia (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman kerja (X3), luas lahan garapan (X4), dan jumlah tanggungan (X5). Persamaan regresi linier berganda yang digunakan, yaitu: Y = b0 + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b5X5 Keterangan: Y = Curahan tenaga kerja (HOK) X1 = Usia (Tahun) X2 = Tingkat pendidikan (Tahun) X3 = Pengalaman kerja (Tahun) X4 = Luas lahan garapan (Ha) X5 = Jumlah tanggungan (Orang) b0 = Intersep atau konstanta regresi penaksir dari β0 b1 – b4 = Koefisien regresi penaksir dari β1 – β4 a. Uji Koefisien Determinasi (R2 ) Uji koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi (R2 ) mempunyai nilai antara 0 sampai 1 atau 1 > R > 0. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi (R2 ) suatu regresi atau semakin mendekati nilai
  • 45. 30 Universitas Sriwijaya 1 maka akan semakin baik regresinya. Sebaliknya, nilai koefisien determinasi (R2 ) suatu regresi yang semakin kecil akan membuat kesimpulan dari regresi tersebut tidak dipercaya. Umumnya nilai koefisien determinasi (R2 ) ditulis dalam bentuk persen. b. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan) Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen (X) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Y). Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Hipotesis: Ho : β1= β2 = β3 = β4 = β5 = 0 Ha : minimal salah satu βi ≠ 0 Kaidah keputusan: a) Apabila Fhitung < Ftabel (α = 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. b) Apabila Fhitung > Ftabel (α = 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. c. Uji t (Uji Regresi secara Individual) Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat kuat atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara terpisah terhadap variabel dependen. Adapun cara pengujiannya yaitu: a) Jika nilai signifikansi kurang dari tingkat kesalahan (0,05), berarti terdapat pengaruh yang nyata atau signifikan pada variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. b) Jika nilai signifikansi lebih dari tingkat kesalahan (0,05), berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata atau tidak signifikan pada variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
  • 46. 31 Universitas Sriwijaya Hipotesis: Ho : β1 = β2 = β3= β4 = β5 = 0 Ha : minimal salah satu βi ≠ 0 Kaidah keputusan: a) Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara individu variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. b) Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara individu variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 3.5.2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan model regresi yang diolah apakah terdapat penyimpangan data atau tidak pada model regresi tersebut. Uji asumsi klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas. Untuk Uji Autokolerasi tidak digunakan pada penelitian ini karena data yang digunakan bukan merupakan data time series. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen maupun variabel dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang distribusi datanya normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah model regresi berdistribusi normal atau tidak, yaitu: 1. Dengan uji statistik yaitu uji One Sample Kolmogorov Smirnov, dimana jika nilai sig > 0,05 maka distribusinya normal, dan jika nilai sig < 0,05 maka distribusinya tidak normal. 2. Dengan analisis grafik Normal P-Plot Test, dimana model regresi dikatakan berdistribusi normal jika titik-titik yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antara variabel independen yang satu dengan lainnya. Model
  • 47. 32 Universitas Sriwijaya regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel- variabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi maka dapat dilihat, sebagai berikut: 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel independen. Model regresi yang baik adalah ditandai dengan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, karena apabila terjadi gejala heteroskedastisitas maka akan berakibat keraguan atau ketidakakuratan model regresi. Ada dua cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu: 1. Dengan metode Glejser, dimana jika nilai sig < 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas 2. Analisis pada grafik scatterplots, dimana apabila penyebaran titik-titik data tidak ada pola yang jelas (bergelombang, melebar atau menyempit) pada gambar, titik-titinya tidak mengumpal pada satu tempat, atau titik-titiknya menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka artinya tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
  • 48. 33 Universitas Sriwijaya BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Soak Batok. Desa Soak Batok merupakan desa tersempit yang terletak di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Desa Soak Batok memiliki luas wilayah sebesar 225 Ha atau 2,25 km2 . Total jumlah penduduk Desa Soak Batok yaitu sebanyak 1.992 jiwa yang dibagi menjadi 4 dusun dan 6 RT, dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian 90% petani padi. Namun selain usahatani padi, beberapa petani juga melakukan budidaya ikan dan ternak. Desa Soak Batok sendiri berasal dari nama sungai kecil yang berada di wilayah tersebut. Sebelum bernama Soak Batok desa ini bernama Desa Bakung. Pada tahun 2003 Desa Bakung mengalami pemekaran wilayah yang menyebabkan terbentuknya nama Desa Soak Batok. 4.1.1. Letak dan Batas Wilayah Administratif Secara geografis letak wilayah Desa Soak Batok dapat dilihat pada Lampiran yaitu berada dekat Kota Palembang yang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan, kedekatan ini merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Ogan Ilir. Adapun secara administrasi, batas-batas wilayah Desa Soak Batok adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kertapati, Gandus dan Seberang Ulu 1 Kota Palembang  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Peninjau Kabupaten Ogan Komering Ulu  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubai, Kecamatan Gelumbang, Kecamatan Muara Belida Kabupaten Muara Enim  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jejawi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kecamatan Kayu Agung, Kecamatan Pedamaran
  • 49. 34 Universitas Sriwijaya 4.1.2. Keadaan Umum Penduduk Jumlah penduduk Desa Soak Batok yang tercatat hingga akhir tahun 2019 yaitu sebanyak 1.992 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 671 KK menurut data monografi desa. Adapun rincian mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang ada di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa 1. 2. Laki-laki Perempuan 1.024 968 Jumlah 1.992 Sumber: Badan Pusat Statistika Ogan Ilir, 2020 Mata Pencaharian penduduk di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir ada berbagai macam seperti petani, pedagang, ojek, berkebun, tukang kayu, buruh, dan pekerja swasta. Namun mayoritas mata pencaharian penduduk yang ada di desa ini adalah petani yaitu sebesar 90%, selebihnya penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, ojek, berkebun, tukang kayu, buruh dan pekerja swasta. Untuk Sarana Ekonomi yang ada di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara didapatkan dari hasil kegiatan bertani dan non usahatani (pedagang, ojek, tukang kayu, buruh dan pekerja swasta). Dalam segi ekonomi di Desa Soak Batok penduduknya termasuk dalam kategori sejahtera. 4.1.3. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana merupakan suatu hal penting yang harus ada di suatu desa guna menunjang kehidupan masyarakat yang tinggal di desa tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana di suatu desa, maka hal tersebut akan memudahkan masyarakatnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci.
  • 50. 35 Universitas Sriwijaya a. Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang penting guna memajukan tingkat kesadaran dan tingkat perekonomian masyarakat. Pendidikan terakhir penduduk di Desa Soak Batok sebagian besarnya adalah Sekolah Dasar (SD), meskipun ada beberapa penduduk yang tidak sekolah dan berpendidikan terakhir SMP dan SMA. Sarana pendidikan bagi penduduk Desa Soak Batok seperti PAUD/TK, SD dan SMP terletak di seberang sungai Keramasan. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Soak Batok dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut. Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Soak Batok No. Sarana Pendidikan Jumlah Unit 1. 2. 3. Pendidikan Usia Dini (PAUD) Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 1 1 Jumlah 4 Sumber: Data Primer, 2022 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Soak Batok memiliki 2 unit Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini yaitu PAUD Berlian dan PAUD Mutiara, 1 unit Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 11 Indralaya Utara, dan 1 unit Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP Negeri 4 Indralaya Utara. b. Kesehatan Kesehatan masyarakat itu sangat penting, sehingga sarana dan prasarana kesehatan merupakan suatu hal yang wajib ada dalam suatu desa guna membantu masyarakatnya dalam hal kesehatan. Adapun sarana dan prasarana kesehatan di Desa Soak Batok dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut. Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Soak Batok No. Sarana Kesehatan Jumlah Unit 1. 2. POSKESDES Posyandu 1 1 Jumlah 2 Sumber: Data Primer, 2022
  • 51. 36 Universitas Sriwijaya Sarana Kesehatan yang ada di Desa Soak Batok ini yaitu terdapat 1 Poskesdes dan Posyandu yang terletak di Dusun 2 Desa Soak Batok. Kebanyakan keluarga sudah memanfaatkan fasilitas POSKESDES yang ada di wilayah Dusun 2 Desa Soak Batok. Selain itu, di wilayah Dusun 2 Desa Soak Batok juga terdapat pelayanan posyandu yang bertempat di rumah Bidan Desa. Posyandu ini rutin dilakukan pada tanggal 5 setiap bulannya yang ditujukan kepada seluruh bayi, balita dan ibu hamil. Kondisi kesehatan sebagian besar penduduk di Desa Soak Batok dalam keadaan sehat, sedangkan kondisi lingkungan di Desa Soak Batok sedikit tidak terawat karena selama penelitian berlangsung terlihat di halaman rumah penduduk terdapat sampah-sampah, potongan dan serbuk kayu serta kotoran hewan yang dibiarkan berserakan di bawah rumah yang rata-rata rumahnya berbentuk rumah panggung. c. Tempat Ibadah Dilihat dari agama dan keyakinannya, masyarakat Desa Soak Batok sebagian besar atau sekitar 98% beragama Islam dan sebagian kecil lainnya beragama Kristen. Sistem keagamaan di Desa Soak Batok yang rutin dilakukan adalah pengajian antar desa yang biasa dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap malam jumat (IRMA). Pengajian Ikatan Remaja Masjid (IRMA) ini dikhususkan untuk remaja. Data Desa Soak Batok pada tahun 2020 menunjukkan bahwa Desa Soak Batok memiliki 5 Masjid yang terletak di dusun 1 ada 1 masjid, dusun 2 ada 2 masjid, dusun 3 ada 1 masjid, dan dusun 4 ada 1 masjid. d. Struktur Pemerintahan Struktur kepengurusan yang terdapat di Desa Soak Batok kurang lebih sama seperti struktur kepengurusan desa pada umumnya yaitu dimulai dari BPD (Badan Permusyawaratan Desa) yang berjumlah 8 anggota, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Pemerintah, Kaur Pembangunan, Kaur Kemasyarakatan, serta Kepala Dusun yang terdiri dari 4 Kepala Dusun yaitu Kepala Dusun 1, Kepala Dusun 2, Kepala Dusun 3, dan Kepala Dusun 4.
  • 52. 37 Universitas Sriwijaya 4.2. Karakteristik Responden Karakteristik petani merupakan penjelasan mengenai identitas petani dalam penelitian ini. Berdasarkan penjelasan dan uraian karakteristik petani inilah akan diketahui sejauh mana identitas petani yang menjadi sampel dalam penelitian. Identitas petani padi rawa lebak pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, status penduduk, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, pengalaman kerja dan jumlah tanggungan petani. Karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut. Tabel 4.4. Karakteristik Responden No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 10 30 25 75 2. Usia (Tahun) <30 31-50 >50 2 18 20 5 45 50 3. Status Penduduk Asli Pendatang 34 6 85 15 4. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA 6 30 3 1 15 75 8 2 5. Luas Lahan Garapan (Ha) 0,3-0,5 0,6-1,0 1,0-2,0 9 24 7 23 60 17 6. Pengalaman Kerja (Tahun) <10 10-30 >30 4 21 15 10 52 38 7. Jumlah Tanggungan (Orang) 0-3 4-6 31 9 78 22 Sumber: Data Primer (diolah), 2022 Berdasarkan Tabel 4.4. sebagian besar jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah perempuan dengan persentase sebesar 75%, sedangkan laki- laki hanya sebesar 25%. Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dalam kegiatan berusahatani. Banyaknya responden perempuan dalam penelitian ini dikarenakan pengambilan sampel dilakukan secara acak dimana di setiap rumah yang didatangi kebanyakan para laki-laki sedang tidak berada di rumah melainkan sedang bekerja di sawah ataupun diluar,
  • 53. 38 Universitas Sriwijaya sehingga yang dapat ditemui dan diwawancarai adalah responden perempuan yang merupakan istri dari petani laki-laki tersebut. Akan tetapi sebenarnya responden perempuan ini juga adalah petani padi rawa lebak, sedangkan petani laki-laki biasanya sudah memliki pekerjaan lain selain petani padi. Sehingga yang fokus bertani di sawah cenderung petani wanitanya. Selanjutnya adalah usia responden. Usia merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam kegiatan usahatani karena dapat berpengaruh terhadap tingkat kinerja petani. Dalam penelitian ini usia petani responden yang diambil cukup bervariasi, mulai dari umur 25 tahun sampai 70 tahun. Tingkat usia responden sangat mempengaruhi produktivitas dalam melakukan kegiatan usahataninya. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden paling banyak berada pada kelompok usia >50 tahun. Hal ini dapat dilihat dari persentasenya yang mencapai 50%. Sedangkan paling sedikit berada pada kelompok usia <30 tahun dengan persentase hanya 5%, dan pada kelompok usia 31-50 tahun presentase responden mencapai 45%. Dari data di atas dapat diketahui bahwa kelompok usia petani padi rawa lebak yang ada di Desa Soak Batok Kecamatan Indralaya Utara bervariasi yaitu berada dalam kelompok usia produktif dan non produktif. Kemudian untuk status penduduk responden, di Desa Soak Batok ini terdiri atas dua kelompok status penduduk yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang. Dari hasil Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian adalah penduduk asli Desa Soak Batok. Hal ini dapat dilihat berdasarkan persentasenya yang mencapai 85%. Sedangkan untuk penduduk pendatang hanya sebesar 15%. Penduduk pendatang ini biasanya merupakan penduduk yang berasal dari daerah lain dan memilih untuk menetap di Desa Soak Batok karena menikah dengan penduduk asli desa tersebut. Dari data responden diketahui bahwa penduduk pendatang tersebut ada yang berasal dari Jawa, Bangsal, Kijang, Meranjat, dan Bakung. Meskipun pendatang, tetapi mereka sudah cukup lama tinggal di Desa Soak Batok sehingga tak sedikit dari mereka sudah mengetahui adat istiadat dan kebiasaan yang ada di desa tersebut. Status penduduk ini secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
  • 54. 39 Universitas Sriwijaya responden mengenai tradisi atau adat istiadat yang ada di desa dalam berusahatani di lahan rawa lebak. Karakteristik responden selanjutnya adalah tingkat pendidikan. Responden dalam penelitian ini mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Mayoritas petani responden hanya mampu menempuh tingkat pendidikan Sekolah Dasar yang mana bagi para petani hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang cukup baik dalam hal pendidikan. Meskipun sudah ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama namun pendidikan Sekolah Dasar masih mendominasi untuk tingkat pendidikan yang ada di Desa Soak Batok. Penyebab utamanya adalah karena terkendala biaya dan kurang tersedianya sarana dan prasarana untuk bersekolah. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang paling dominan di Desa Soak Batok yaitu Sekolah Dasar (SD) yakni sebesar 75%. Sedangkan yang paling sedikit yaitu tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni hanya sebesar 2%. Untuk responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sekitar 8% dan sisanya sebanyak 15% adalah responden yang tidak menempuh pendidikan apapun. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Soak Batok ini menyebabkan masyarakatnya memilih untuk menjadi petani karet dan petani padi di lahan rawa lebak yang tersedia di desa tentunya dengan memanfaatkan pengetahuan lokal yang dimilikinya. Kemudian ada karakteristik responden lainnya yaitu luas lahan garapan. Luas lahan yang dimiliki responden sangat mempengaruhi hasil panen padi para petani. Luas lahan ini diukur dalam satuan hektar (Ha). Di Desa Soak Batok luas lahan yang dimiliki responden berkisar antara 0,3 Ha sampai dengan 2 Ha. Dari hasil Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan responden paling banyak berkisar antara 0,6-1,0 Ha. Hal ini dapat dilihat dari persentasenya yang mencapai 60%. Sedangkan untuk luas lahan 0,3-0,5 Ha ada sebanyak 23% responden, dan sisanya sebanyak 17% adalah responden yang memiliki luas lahan lebih dari 1 Ha. Untuk beberapa petani yang memiliki lahan sewa, petani biasanya lebih memilih untuk menyewa lahan hanya sebesar 2 sekat sampai 3 sekat yang setara dengan 0,6 Ha sampai 1 Ha. Biaya sewa untuk lahannya sendiri berbeda- beda tergantung dengan kesepakatan antara petani dan pemilik lahan. Namun
  • 55. 40 Universitas Sriwijaya biasanya biaya sewa tersebut dihitung berdasarkan hasil panen yang diperoleh petani dengan perbandingan 2 : 1 yaitu petani akan mendapatkan dua bagian, sedangkan pemilik lahan akan mendapatkan satu bagian. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebanyak 25% petani responden menyewa lahan dengan sistem bagi hasil berupa beras. Setelah luas lahan garapan, selanjutnya adalah pengalaman kerja. Pengalaman berusahatani merupakan jangka waktu yang telah dilalui oleh responden dalam melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman berusahatani ini akan mempengaruhi perilaku petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama petani melakukan kegiatan usahatani maka akan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh petani tersebut. Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa di Desa Soak Batok petani yang melakukan usahatani memiliki pengalaman bertani mulai dari 2 tahun sampai 60 tahun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan persentase yang ada, untuk petani yang mempunyai pengalaman bertani diatas 30 tahun ada sebesar 38%. Sedangkan yang paling sedikit adalah petani yang memiliki pengalaman bertani kurang dari 10 tahun yaitu sebesar 10%, dan sebanyak 52% responden adalah petani yang memiliki pengalaman bertani 10 sampai 30 tahun. Responden yang memiliki pengalaman bertani kurang dari 10 tahun ini dikarenakan masih muda dan baru menikah beberapa tahun, sehingga mereka juga belum lama dalam melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman berusahatani ini juga menentukan seberapa besar pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani dalam mengelola lahan rawa lebaknya. Terakhir yaitu jumlah tanggungan. Jumlah tanggungan merupakan seluruh orang yang tinggal dalam satu rumah. Tanggungan terdiri dari suami, istri, anak dan juga termasuk anggota keluarga lain yang masih tinggal dalam satu rumah dan menjadi tanggungan responden. Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan antara 0-3 orang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan persentasenya yaitu sebesar 78%. Sedangkan responden yang memiliki jumlah tanggungan 4-6 orang ada sebesar 22%. Responden yang memiliki jumlah tanggungan sedikit ini biasanya dikarenakan
  • 56. 41 Universitas Sriwijaya ada anaknya yang sudah menikah dan tinggal di rumah yang berbeda. Dan yang masih menjadi tanggungan biasanya adalah anak yang masih sekolah. 4.3. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak di Desa Soak Batok Desa soak batok merupakan salah satu desa yang memiliki lahan rawa lebak cukup luas yang dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakatnya untuk budidaya tanaman padi. Rata-rata luas lahan yang diusahakan oleh petani berkisar antara 0,3 Ha sampai dengan 2 Ha. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan 75% petani memiliki lahannya sendiri, sedangkan sisanya petani menyewa lahan tersebut dengan biaya sewa yaitu 2 : 1 dari hasil panen. Dimana petani akan mendapat 2 bagian dan pemilik lahan akan mendapat 1 bagian dari hasil panen. Dari hasil panen tersebut biasanya sebagian besar untuk dikonsumsi sendiri dan sebagiannya lagi terkadang dijualkan kepada tengkulak atau tetangga sekitar rumah. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 40 responden yang terpilih semuanya merupakan petani rawa lebak dangkal/pematang dan tengahan yang melakukan budidaya padi yang berasal dari dusun 2 dan dusun 3. Hal ini disebabkan karena memang di dusun tersebut mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian utama sebagai petani padi. Berdasarkan hasil penelitian, 85% masyarakat merupakan penduduk asli Desa Soak Batok, sedangkan 15% nya merupakan penduduk pendatang. Hal ini membuktikan bahwa petani yang ada di Desa Soak Batok ini sudah cukup lama tinggal di desa tersebut. Dari hasil penelitian, 90% petani sudah melakukan usahatani padi lebih dari 10 tahun. Tipe lahan rawa lebak di Desa Soak Batok ini adalah lebak dangkal dan lebak tengahan. Hal dijelaskan oleh beberapa responden dan juga diungkapkan langsung oleh salah satu ketua kelompok tani di Desa Soak Batok yaitu Pak Saipul, dimana kedalaman lebaknya mencapai 20 cm hingga 60 cm. Budidaya padi di Desa Soak Batok bagi petani yang mempunyai lahan di daerah lebak dangkal, mereka melakukan kegiatan usahatani sebanyak satu kali dalam setahun karena biasanya lahan di lebak dangkal akan kering setelah panen, sedangkan untuk petani yang memiliki lahan di daerah lebak tengahan (daerah lembah) mereka melakukan kegiatan usahataninya sebanyak dua kali dalam setahun karena
  • 57. 42 Universitas Sriwijaya lahan di lebak tengahan tidak sekering lahan di lebak dangkal. Pada lahan di lebak tengahan ini jika sewaktu-waktu mengalami kering maka petani akan memompa air dari sungai untuk irigasi pertaniannya. Petani di lebak dangkal biasanya akan mulai menyemai dan menanam padi pada bulan Maret hingga bulan April dengan masa tanam yaitu tiga bulan apabila menggunakan benih padi yang dibeli dan masa tanam enam bulan apabila petani menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya, sehingga pada bulan Juli hingga Agustus padi sudah dapat dipanen. Dan untuk petani di lebak tengahan, setelah panen petani akan mulai mengolah lahannya kembali untuk budidaya tanaman padi yang kedua kali. Namun dari hasil wawancara, untuk sekarang ini petani akan melihat kondisi lahan terlebih dahulu sebelum melakukan penyemaian, hal ini disebabkan karena cuaca yang tidak tentu dan sulit diprediksi. Apabila air pada bulan tersebut belum surut, maka petani akan menunda waktu tanamnya. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi gagal panen dan gabah yang dihasilkan akan bagus kualitasnya karena tidak tergenang oleh air. Sebagian besar petani di Desa Soak Batok masih menggunakan cara-cara tradisional atau masih menerapkan kearifan lokal dalam melakukan budidaya tanaman padinya yang telah turun-temurun dari nenek moyang terdahulu, meskipun sudah ada modernisasi dalam beberapa tahapan budidayanya. Selain untuk mempertahankan warisan nenek moyang, sulitnya biaya serta kurangnya relasi juga pengetahuan petani menjadi alasan mengapa sebagian besar petani di Desa Soak Batok masih menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan padi di lahan rawa lebaknya. Kearifan lokal dalam pengelolaan padi rawa lebak ini terdiri atas 7 tahapan yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut.
  • 58. 43 Universitas Sriwijaya Tabel 4.5. Kearifan Lokal Usahatani Padi Rawa Lebak No. Tahapan/ Proses Kearifan Lokal Deskripsi Proporsi (%) 1. Pengolahan Lahan √ Menggunakan sistem gotong royong sawo-sawoan* yang dilakukan oleh sekitar 10-25 orang dengan bantuan alat sederhana yaitu arit, cangkul dan parang. Kegiatan membersihkan lahan secara manual disebut dengan ngelulun* . 23 2. Pengadaan dan Penyemaian Benih √ Menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya dengan dua tahapan penyemaian yang disebut dengan merencam* . 83 3. Penanaman √ Menggunakan sistem pindah tanam yang disebut dengan nanjarkan* dan dilakukan secara manual dengan bantuan alat tunjam/penojoh/tokol* . 100 4. Pemeliharaan Tanaman √ Menggunakan orang-orangan sawah dan pengendalian hama secara mekanik dengan tangan dan bantuan bahan lain (asap, pewangi dan tali kaset), dan pembersihan gulma dengan alat tradisional arit dan parang. 35 5. Pemupukan - Membuat pupuk sendiri yang berasal dari kotoran hewan. 0 6. Panen √ Panen dilakukan dengan cara ngetam* menggunakan alat tradisonal arit dan tuai (ani-ani)* , alat tersebut dibuat sendiri oleh petani yang terbuat dari kayu, bambu dan silet. 37 7. Pasca Panen √ Langsung menjual sebagian hasil panen dalam bentuk gabah basah/beras kepada tengkulak, pasar atau tetangga sekitar. 30 Sumber: Data Primer (diolah), 2022 *)Keterangan: Sawo-sawoan = Kegiatan gotong royong ketika mengolah lahan Ngelulun = Kegiatan membersihkan lahan secara manual (tangan) Merencam = Penyemaian benih pertama selama 20 hari Nanjarkan = Kegiatan menanam padi Tunjam/penojoh/tokol = Alat bantu tradisional untuk menanam padi Ngetam = Kegiatan panen menggunakan alat tradisional Tuai (ani-ani) = Alat bantu tradisional untuk memanen padi Kearifan lokal pada usahatani padi rawa lebak di Desa Soak Batok disajikan pada Tabel 4.5. di atas, untuk penjelasan lebih detail mengenai kearifan lokal di
  • 59. 44 Universitas Sriwijaya setiap tahapan usahatani tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan merupakan tahap awal dalam proses budidaya padi di lahan rawa lebak. Di Desa Soak Batok terdapat kearifan lokal dalam pengolahan lahan rawa lebaknya yang dilakukan oleh petani yaitu dengan sistem gotong royong juga dengan bantuan alat sederhana seperti cangkul, arit dan parang. Sistem gotong royong ini dilakukan secara bergantian atau bergilir antar petani dan biasanya petani setempat menyebut sistem gotong royong ini dengan sebutan sawo-sawoan. Dimana misalnya ada petani yang ingin mengolah lahannya hari ini, maka petani lain akan ikut membantu dan apabila sudah selesai maka di lain hari petani yang dibantu tadi harus ikut membantu petani yang lain. Bagi petani yang tidak menyewa traktor dan sepenuhnya menggunakan sistem gotong royong sawo-sawoan ini, biasanya pengolahan lahan dilakukan oleh sekitar 10 sampai 25 orang. Selain untuk mempererat tali silaturahmi antar petani, sistem gotong royong ini juga dilakukan untuk menghemat biaya yang dikeluarkan dan kebiasaan ini tentunya sudah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dikarenakan ada beberapa petani yang sudah menggunakan mesin traktor untuk membajak lahannya dan memerlukan biaya tambahan untuk biaya sewa traktor tersebut. Untuk biaya sewa traktor sendiri biasanya berkisar antara Rp150.000 hingga Rp300.000 per sekat per hari. Mesin traktor sendiri digunakan sebanyak dua kali yaitu pada saat pengolahan lahan di awal dan pada saat akan melakukan penanaman. Maka dari itu untuk menghemat biaya yang dikeluarkan petani tetap mempertahankan kearifan lokal sistem gotong royong ini. Sebelum lahan diolah, baik menggunakan mesin traktor ataupun tidak biasanya rumput atau tanaman yang ada di lahan tersebut diracuni terlebih dahulu. Adapun kegiatan membersihkan lahan secara manual tersebut petani biasanya menyebutnya dengan istilah ngelulun. Berdasarkan hasil penelitian, 23% petani masih menerapkan sistem gotong royong sawo-sawoan dalam pengolahan lahannya dan sisanya 77% memilih menggunakan sistem upah dan sewa traktor. Biasanya petani yang menggunakan sistem upah dan sewa traktor ini merupakan petani yang memiliki cukup modal