Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aset komunitas pertanian di Kelurahan Tunjung, Bangkalan menemukan bahwa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal finansial di kelurahan tersebut cukup untuk mendukung kegiatan pertanian. Petani di Tunjung memiliki pengetahuan yang baik meskipun pendidikan formal rendah, serta terdapat kelompok tani yang mendukung kerja sama antar petani.
Partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan produksi pana pana d...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangkalan
1. ANALISIS PENTAGON ASET KOMUNITAS PERTANIAN
KELURAHAN TUNJUNG, KABUPATEN BANGKALAN
Alkautsar Avizena
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
Email: alkautsar951.aa@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) sosiologi pertanian dan (2) aset komunitas di
Kelurahan Tunjung Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang
digunakan adalah data primer dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta data
sekunder dari hasil studi literatur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis
deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu aset komunitas yang terdapat di Kelurahan Tunjung, Kabupaten
Bangkalan cukup untuk memenuhi penghidupan petani dalam kegiatan sosiologi pertanian di
kelurahan ini. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa kelurahan ini memiliki SDA yang cukup untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya petani dimana petani disini ini juga memiliki kompetensi
yang cukup tinggi untuk mengolah SDA dan membangun sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pertanian. Bahkan juga terdapat kelompok tani sebagai perantara antara petani dengan
berbagai pihak untuk mendapatkan penghasilan dan hal lainnya. Meskipun begitu, masih perlu
ditingkatkan kembali agar kedepannya Kelurahan Tunjung menjadi lebih baik dan maju lagi di
bidang pertanian.
Kata Kunci: Aset komunitas, Komunitas pertanian, Pentagon aset
ABSTRACT
This study aims to analyze (1) agricultural sociology and (2) community assets in Tunjung
Village, Bangkalan Regency. This study uses a qualitative method. The data used are primary data
from interviews, observations, and documentation as well as secondary data from the results of
literature studies. The data obtained were analyzed using descriptive analysis techniques. The
results of this study are that the community assets in Tunjung Village, Bangkalan Regency are
sufficient to fulfill the livelihoods of farmers in agricultural sociology activities in this village. In detail it
can be explained that this kelurahan has sufficient natural resources to be utilized by the community,
especially farmers, where farmers here also have a high enough competency to process natural
resources and build facilities and infrastructure that support agricultural activities. There are even
farmer groups as intermediaries between farmers and various parties to get income and other things.
Even so, it still needs to be improved so that in the future Tunjung Village will become better and
advance in agriculture.
Keywords: Community assets, Agricultural community, Asset pentagon
PENDAHULUAN
Komunitas merupakan orang-orang yang hidup bersama di lokasi yang sama dan saling
berinteraksi karena memiliki kesamaan kepentingan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
hidup (Syahyuti, 2005). Komunitas pertanian merupakan bentuk pengorganisasian dan
mobilisasi modal manusia dan sosial untuk mencapai suatu tujuan. Komunitas pertanian
diharapkan memiliki hubungan asosiatif antara modal manusia dan sosial yang dikelola menjadi
kapasitas komunitas dalam pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan untuk
menjalankan sistem agribisnis (Maulana, 2013). Guna untuk memenuhi kebutuhan petani dalam
menjalankan kegiatan pertanian, petani dituntut mempertahankan atau memperbaiki kondisi
aset penghidupan/komunitasnya sendiri. Menurut Wijayanti et al (2016) aset penghidupan atau
aset komunitas merupakan kumpulan aset/modal yang digunakan untuk dapat melangsungkan
kehidupan yang terdiri dari 5 modal, yaitu modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik,
2. dan modal finansial. Kelima modal inilah yang kemudian disebut pentagon aset. Pentagon aset
sangat penting bagi suatu komunitas agar tercapai penghidupan yang berkelanjutan.
Kelurahan Tunjung merupakan salah satu dari Kelurahan di Kecamatan Burneh,
Kabupaten Bangkalan. Kecamatan Burneh secara administratif dibagi menjadi 12
Desa/Kelurahan yang memiliki luas 66,10 Km2
dan berada diketinggian 10 m dari permukaan
laut. Kelurahan Tunjung sendiri memiliki luas wilayah 5,21 Km2
. Batas wilayah Kelurahan
Tunjung adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Arok; Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Tanah Merah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Burneh; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangkalan. Jumlah penduduk
Kecamatan Burneh tahun 2016 sebanyak 60.197 jiwa yang sebagian besar bekerja di bidang
pertanian. Komoditas unggulan Kecamatan Burneh berfokus pada komoditas pangan dengan
jumlah produksi padi mencapai 401.512 Ton pada tahun 2016. Kelurahan Tunjung sendiri
memiliki komoditas utama yaitu padi dan melati dengan produksi padi mencapai 3.364,20 Ton
pada tahun 2013 dan produksi melati mencapai 586,6 Ton yang terfokus di Kelurahan ini di
tahun yang sama (Tamami, 2015); (Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangkalan,
2017).
Fakta diatas menunjukkan bahwa di Kecamatan Burneh khususnya di Kelurahan Tunjung
berpotensi di bidang pertanian. Meskipun begitu, Kabupaten Bangkalan masih menjadi salah
satu daerah yang memiliki tingkat ketahanan pangan paling rendah di pulau Madura. Untuk itu,
pemerintah telah membuat kebijakan dengan menetapkan sebuah kawasan ekonomi khusus
yang lebih menekankan pada pengembagan kawasan berbasis pertanian (Agropolitan).
Kawasan ini berada di tiga kecamatan di Kabupaten Bangkalan yang dikenal dengan sebutan
kawasan Agropolitan SOBURBANG. Salah satu dari tiga wilayah itu adalah Kecamatan Burneh
yang terfokus di Kelurahan Tunjung (Tamami, 2015). Menanggapi permasalahan mengenai
Kabupaten Bangkalan yang memiliki tingkat ketahanan pangan rendah dan dengan
diterapkannya kebijakan kawasan agropolitan Soburbang yang berada di Kecamatan Burneh
khususnya di Kelurahan Tunjung tersebut, maka perlu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
kegiatan sosiologi pertanian yang telah berkembang di Kelurahan ini serta kondisi aset
komunitas yang berada di kelurahan ini terkait dengan bidang pertanian. Hal ini dilakukan
sebagai gambaan umum mengenai sosiologi pertanian dan pentagon aset di Kelurahan
Tunjung, Kabupaten Bangkalan.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan hasil survey.
Penelitian survey dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi secara faktual agar
dapat mendeskripsikan berbagai fenomena serta dapat menjelaskan hubungan, memprediksi,
dan mengevaluasi (Suwartono, 2014; dalam Susanto dan Sudrajat, 2017). Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan. Pemilihan
lokasi ini dikarenakan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer
berasal dari hasil wawancara mendalam, wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan terhadap tiga responden yang salah satunya merupakan ketua
Kelompok Tani Sekar Tanjung di Kelurahan Tunjung. Responden ini diharap dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini. Wawancara dilakkukan untuk
menilai dan menganalisis ketersediaan pentagon aset yaitu modal manusia, modal sosial,
modal alam, modal fisik, dan modal finansial di lokasi ini. Selain itu, data sekunder didapatkan
dari hasil studi literatur yang diterbitkan oleh lembaga penelitian dan pemerintah.
3. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan teknik analisis yang digunakan untuk memberikan gambaran berdasarkan data
yang telah dikumpulan dari jawaban narasumber. Analisis ini dilakukan dengan menafsirkan
dan membandingkan data yang telah didapat sesuai dengan tujuan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Modal Alam
Modal alam adalah modal berupa persediaan alam yang dapat mendukung dan memberi
manfaat bagi kehidupan masyarakat, meliputi sumber daya air, produktivitas lahan, dan jasa
lingkungan (Wijayanti et al, 2016). Produktifitas lahan di Kelurahan Tunjung cukup tinggi
terutama di komoditas unggulanya yaitu padi dan melati. Lahan persawahan yang terdapat di
kelurahan Tunjung ini memiliki cukup luas yang dikelola oleh petani di kelurahan ini sendiri.
Namun, ditemukan pula beberapa petani yang mengelola lahan yang sama. Hal ini dikarenakan
lahan sawah yang petani garap merupakan lahan yang diwariskan secara turun temurun
sehingga memungkinkan untuk petani yang bersaudara untuk mengelola lahan bersama-sama.
Mengelola lahan tentu saja membutuhkan persediaan air untuk menggenangi lahan.
Kelurahan Tunjung memiliki sungai, tetapi karena letak sungai yang terlalu curam dan airnya
yang tidak deras maka masyarakat tidak memanfaatkan sungai tersebut untuk pertanian. Untuk
itu, dibangunlah saluran irigasi untuk mengairi lahan persawahan.
Modal Manusia
Aset manusia merupakan aset yang utama dalam kehidupan karena manusia dapat
mengelola dan mengendalikan aset-aset lainnya dengan adanya pengetahuan dan ketrampilan
yang akan membuat aktivitas menjadi lebih mudah (Susanto dan Sudrajat, 2017). Dalam
penelitian ini, aset manusia dapat dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, keterampilan, dan
pengalaman. Berdasarkan pernyataan Pak Rofii selaku ketua Kelompok Tani di Kelurahan
Tunjung, kualitas petani di Kelurahan Tujung ini cukup tinggi.
Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar petani di Kelurahan Tunjung tidak
pernah bersekolah atau mendapat pendidikan. Hal ini dikarenakan petani sudah diajarkan untuk
membantu keluarga mengolah sawah sejak kecil. Berdasarkan tingkat pengalamannya, karena
telah berurusan dengan pertanian sejak kecil, petani di wilayah ini memiliki pengalaman yang
sangat banyak mengenai kegiatan pertanian baik yang dipelajari secara turun temurun maupun
yang dialaminya sendiri. Selain itu, jika dilihat dari pengetahuannya, meskipun tidak pernah
bersekolah namun dengan pengalaman yang mereka miliki membuat para petani memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi di bidang pertanian. Selain melalui pengalaman pribadi, petani
di Kelurahan Tunjung juga mendapat ilmu tambahan di bidang pertanian melalui penyuluhan
secara rutin oleh pemerintah melalui kelompok tani mengenai berbagai permasalahan di bidang
pertanian. Hal ini tentu saja akan membuat petani menjadi semakin terampil.
Tingkat kompetensi petani di Kelurahan Tunjung ini dapat dibuktikan dengan adanya
modernisasi pertanian yang diterapkan di kelurahan ini yaitu dengan penggunaan Alat Mesin
Pertanian (Alsintan). Penggunaan Alsintan ini sudah dilakukan oleh sebagian besar petani. Alat
Mesin Pertanian yang banyak digunakan petani adalah traktor tangan dan mesin perontok padi.
Meskipun dilakukan oleh sebagian petani, faktanya hanya ada beberapa orang saja yang
memiliki Alsintan sehingga Alsintan ini bisa dipinjamkan ke rekan sesama petani.
4. Modal Sosial
Modal sosial merupakan modal berupa sumber daya sosial yang dapat bermanfaat serta
digunakan masyarakat setempat untuk mencapai suatu tujuan kehidupan mereka. Sumber daya
sosial memiliki sifat sulit untuk diukur, tetapi dapat bermanfaat bagi masyarakat (Wijayanti et al,
2016). Dalam penelitian ini, aset sosial dapat dilihat dari adanya unsur organisasi gotong royong,
hubungan kekerabatan, masyarakat, dan jaringan sosial.
Di Kelurahan Tunjung ini, terdapat kelompok tani yang menaungi banyak petani di wilayah
ini, yaitu Kelompok Tani Sekar Tanjung yang diketuai Bapak Rofii. Berdasarkan pernyataan Pak
Rofii mengenai hubungan kekerabatan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hubungan
personal antar petani di Kelurahan Tunjung sangat akrab sekali. Hal ini dikarenakan petani di
wilayah ini mungkin ada yang memang bersaudara sehingga hubungan antar keduanya akrab.
Selain itu, para petani sudah bertani sejak lama oleh karena itu perlahan-lahan mereka menjadi
makin akrab satu sama lain. Dengan adanya kekerabatan inilah yang menjadikan petani
semakin akrab, petani di Kelurahan Tunjung sering kali mengadakan gotong royong untuk
mengolah lahan. Setiap musim tanam dan musim panen, para petani melalui kelompok tani
akan mengajak petani yang lain untuk bergotong royong untuk membajak sawah, memanen
padi, dan kegiatan lainnya.
Jaringan sosial yang dilakukan petani di Kelurahan Tunjung dilakukan melalui perantara
kelompok tani. Kelompok Tani di wilayah ini berfungsi sebagai perantara antara petani dengan
berbagai pihak seperti pedagang dan pemerintah. Hasil panen petani dijual melalui kelompok
tani ke para pedagang sehingga kegiatan jual beli menjadi terorganisir dengan baik. Meskipun
begitu, para petani juga boleh menjual hasil panennya secara langsung ke pedagang.
Kelompok tani juga menjadi perantara antara petani dengan pemerintah. Hal ini dilakukan
dengan adanya penyuluhan yang dilakukan pemerintah untuk mengedukasi petani setempat
mengenai berbagai permasalahan di bidang pertanian. Selain itu, para petani juga cukup sering
melaksanakan rapat rutin di bawah naungan kelompok tani untuk membahas mengenai
permasalahan pertanian yang terjadi pada saat itu.
Modal Fisik
Modal fisik merupakan modal berupa sarana dan prasarana serta fasilitas lain yang
dibangun dan dikembangkan untuk mendukung kehidupan masyarakat agar dalam
melaksanakan kegiatan menjadi lebih produktif (Susanto dan Sudrajat, 2017). Aset fisik yang
masuk dalam penelitian ini meliputi sarana dan prasarana, teknologi, dan peralatan kerja.
Sarana dan prasarana yang digunakan petani untuk mendukung aktivitas pertanian di
Kelurahan Tunjung ini salah satunya adalan jalan sebagai akses keluar masuk dari jalan utama
menuju ke area lahan persawahan masyarakat. Jalan ini dapat bermanfaat bagi petani karena
dengan adanya jalan ini berguna untuk mobilisasi komoditas pertanian hasil panen. Meskipun
begitu, karena sudah ada sejak lama, kondisi jalan ini menjadi tidak nyaman lagi. Kondisi jalan
sebagai akses ini sudah banyak yang hancur, meskipun tidak sampai keseluruhan. Jarak
antara lahan sawah dengan rumah-rumah petani kebanyakan jauh meskipun ada beberapa
petani yang bertempat tinggal dipinggir jalan akses ke lahan itu agar lebih dekat dan mudah
untuk mengurus lahan. Untuk itu banyak petani yang memiliki sepeda motor dan dengan itulah
mereka dapat pulang-pergi ke sawah dengan lebih cepat. Namun, dijumpai pula petani yang
masih menggunakan sepeda untuk kelahan. Beberapa petani juga memiliki mobil, seperti mobil
pick-up yang digunakan untuk mengangkut hasil panen. Untuk mengairi sawah, pemerintah
telah membangun saluran irigasi sekunder dan juga bendungan yang digunakan untuk
mengairi lahan persawahan. Biasanya petani juga menggunakan pompa untuk mengairi lahan
yang letaknya jauh dari saluran irigasi.
5. Peralatan pertanian yang digunakan para petani untuk mengelola lahan sebagian besar
sudah menggunakan teknologi yaitu Alat Mesin Pertanian (Alsintan), namun terdapat pula
kegiatan yang masih dilakukan secara manual. Petani di Kelurahan Tunjung ini dalam kegiatan
menanam padi, masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan tangan, belum
terdapat petani yang menggunakan teknologi seperti transplanter untuk menanam padi.
Sedangkan untuk beberapa kegiatan lainnya sudah menggunakan Alsintan. Alsintan yang
digunakan petani di wilayah ini antara lain traktor tangan, mesin perontok padi, dan sprayer.
Kepemilikan ketiga alat itu sebenarnya belum dimiliki oleh semua petani secara menyeluruh,
namun para petani dapat saling meminjam alat tersebut ke petani lain untuk mengolah lahan.
Biasanya, para petani menggunakan alat tersebut secara bersama-sama atau gotong royong.
Misalnya petani menggunakan mesin perontok padi pada saat panen karena pada itu para
petani bergotong royong untuk memanen padi.
Modal Finansial
Modal finansial merupakan modal mengenai sumber pendapatan yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan kehidupannya, dalam hal ini untuk
kebutuhan sehari-hari dan pertanian (Wijayanti et al, 2016). Pendapatan petani di Kelurahan
Tunjung sebagian besar didapatkan dari hasil penjualan hasil panen ke pedagang atau
pengkulak. Penjualan hasil panen ini dapat dilakukan melalui kelompok tani, jadi hasil panen
akan dikumpulkan terlebih dahulu, lalu kemudian dijual. Selain itu, pendapatan petani juga
dapat berasal dari bantuan pemerintah. Berdasarkan keterangan narasumber, pemerintah
kerap kali memberi bantuan secara finansial kepada petani, namun hal tersebut biasanya
diserahkan terlebih dahulu ke kelompok tani lalu kemudian di bagikan ke para petani. Dari
kedua sumber pendapatan petani di Kelurahan Tunjung ini, tidak seluruhnya uang yang
didapatkan langsung dibagikan ke petani. Sebagian dari uang tersebut akan dimasukkan ke
dalam kas keuangan kelompok tani. Uang tersebut akan dipergunakan untuk kebutuhan petani
juga seperti jika petani ingin membeli alat pertanian, maka petani tersebut dalam menggunakan
uang di kas kelompok tani. Contoh lainnya adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan
sarana dan prasarana untuk kegiatan pertanian. Pendapatan petani di wilayah ini bisa
dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya petani yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dari hasil pendapatan ini.
KESIMPULAN
Pentagon aset yang meliputi Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Alam, Modal Fisik, dan
Modal Finansial di Kelurahan Tunjung ini dinilai baik. Hal ini dikarenakan di kelurahan ini kelima
aset tersebut cukup untuk memenuhi penghidupan masyarakat di wilayah ini khususnya yang
berprofesi sebagai petani. Kelurahan ini memiliki lahan persawahan dengan produktivitas yang
cukup tinggi meskipun terdapat hal masih belum dimanfaatkan secara penuh. Pembangunan
sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas pertanian seperti jalan dan saluran irigasi juga
telah terlaksana. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani di wilayah ini memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang baik mengenai bidang pertanian. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) untuk mengolah
sawah. Para petani juga tergabung dalam sebuah kelompok tani. Kelompok tani ini berperan
sebagai penghubung antara petani dan berbagai pihak untuk mendapat hal yang dapat
menunjang kehidupan petani seperti finansial dan pengetahuan. Secara finansial, petani di
Kelurahan Tunjung sudah cukup mandiri untuk memenuhi kebtuhan sehari-hari dan untuk
kebutuhan pertanian. Meskipun begitu, mungkin masih terdapat aset yang potensinya belum
6. dimaksimalkan. Sehingga perlu aadanya peningkatan dan pemaksimalan potensi dari aset
komunitas di Kelurahan Tunjung ini agar kedepannya dapat lebih baik dan lebih maju lagi di
bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bangkalan. (2017). Statistik Daerah
Bangkalan 2017. Bangkalan, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Bangkalan.
Maulana, I. (2013). Hubungan Antara Potensi Kompetensi Komunitas dengan Kapasitas
Komunitas Pada Kelompok Usaha Tani Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 24(3), 189-202.
Susanto, M. dan Sudrajat. (2017). Strategi Penghidupan Rumah Tangga Petani di Desa
Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Fakultas Geografi. Universitas
Gadjah Mada.
Syahyuti. (2005). Pembangunan Pertanian dengan Pendekatan Komunitas: Kasus
Rancangan Program Prima Tani. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 23(2), 102-115.
Tamami, N. D. B. (2015). Pemetaan Peran Stakeholder untuk Mewujudkan Ketahanan
Pangan di Kawasan Agropolitan Soburbang Kabupaten Bangkalan. Jurnal Pamator, 8(2),
133-146.
Wijayanti, R., Baiquni, M., & Harini, R. (2016). Strategi Penghidupan Berkelanjutan
Masyarakat Berbasis Aset di Sub DAS Pusur, DAS Bengawan Solo. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan, 4(2), 133-152.