Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan, meliputi pengertian dan ruang lingkup sarana prasarana pendidikan, pengadaan sarana prasarana, inventarisasi, penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana. Proses pengelolaan sarana prasarana penting untuk mendukung proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Konsep dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan
1. KONSEP DASAR PENGELOLAAN
SARANA PRASARANA PENDIDIKAN
06/01/2014 AFID BURHANUDDIN 3 KOMENTAR
Sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat menunjang proses kegiatan dalam
organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan atau sekolah. Akan tetapi
yang lebih penting adalah proses pengelolaan atau manajemen dari sarana prasarana itu sendiri.
Proses pengelolaan tersebut dapat berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu proses
kegiatan. “Bagi sebuah organisasi, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat
menentukan kelancaran kinerja organisasi yang bersangkutan” (Arikunto 2008:2). Karena
proses pengelolaan sarana prasarana sangat penting dan berpengaruh, maka memahami tentang
konsep dasar pengelolaan sarana prasarana dengan baik akan membantu memperluas wawasan
tentang bagaimana berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana
prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mencapai tujuan dari
organisasi itu sendiri.
Pengertian dan Ruang Lingkup PENGELOLAAN Sarana PRASARANA Pendidikan
Sarana merupakan perlengkapan yang sifatnya dapat digunakan secara langsung. Dalam konsep
dasar pengelolaan sarana prasarana pendidikan, sarana berarti perlengkapan yang mendukung
dan berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Sementara prasarana adalah fasilitas
pokok yang sifatnya mempunyai masa pakai yang cukup lama yang mana dalam konsep dasar
pengelolaan sarana prasarana pendidikan, prasarana berarti fasilitas pokok yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sarana prasarana pendidikan di sini dapat digambarkan seperti
sebuah ruang kelas, di dalamnya terdapat guru, siswa, papan tulis, meja, kursi, LCD/Projector,
dsb. Maka kelas, meja, dan kursi di sini adalah fasilitas pokok yang disebut prasarana pendidikan
yang diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Karena diperlukan maka prasarana
pendidikan harus ada sebelum suatu proses pembelajaran di mulai. Sementara papan tulis dan
LCD/Projector, merupakan perlengkapan atau sarana pendidikan yang mendukung proses
pembelajaran. Di sinilah guru dan siswa harus bekerjasama menjaga dan mengelola agar sarana
prasarana dapat berfungsi dengan baik sehingga memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Sarana prasarana yang dikelola dengan baik akan memudahkan guru dalam mengajar dan juga
menambah kenyamanan siswa dalam belajar. Manajemen sarana prasarana pendidikan
merupakan suatu proses pengelolaan sarana prasarana di sekolah supaya berfungsi dengan baik
sehingga antara guru dan siswa, keduanya dapat saling menjalankan tugasnya dengan baik pula
dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Sd/Mi),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts), Dan
2. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Sma/Ma) pasal 2 BAB II, disebutkan bahwa
standard sarana dan prasarana ini mencakup:
1) kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta
perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
2) kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-
ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Juga disebutkan bahwa sebuah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki
prasarana sebagai berikut:
SD/MI SMP/MTS SMA/MA
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. tempat beribadah,
7. ruang UKS,
8. jamban,
9. gudang,
10. ruang sirkulasi,
11. tempat
bermain/berolahraga.
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium
IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. ruang tata usaha,
7. tempat beribadah,
8. ruang konseling,
9. ruang UKS,
10. ruang organisasi
kesiswaan,
11. jamban,
12. gudang,
13. ruang sirkulasi,
14. tempat
bermain/berolahraga.
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium
biologi,
4. ruang laboratorium
fisika,
5. ruang laboratorium
kimia,
6. ruang laboratorium
komputer,
7. ruang laboratorium
bahasa,
8. ruang pimpinan,
9. ruang guru,
10. ruang tata usaha,
11. tempat beribadah,
12. ruang konseling,
13. ruang UKS,
14. ruang organisasi
kesiswaan,
15. jamban,
16. gudang,
17. ruang sirkulasi,
18. tempat
bermain/berolahraga.
Burhanuddin dalam slide sharenya menyebutkan bahwa ruang lingkup sarana prasarana
dapat ditinjau dari tiga sudut, yaitu:
a) Ditinjau dari habis tidaknya,
3. b) Ditinjau dari bergerak tidaknya serta,
c) Ditinjau dari hubungan dengan proses pembelajaran.
Berikut bagan yang menjelaskan tentang ruang lingkup sarana prasarana menurut Burhanuddin.
Bagan 1.2
Secara umum ketiga pengelompokan ini berfungsi untuk mempermudah inventarisasi. Secara
khusus pengelompokan berdasarkan habis tidaknya dipakai, berfungsi membantu dalam hal
pengadaan sarana prasarana. Sementara ditinjau dari hubungan dengan proses pembelajaran, ada
sarana yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran (misalnya alat pelajaran, alat
peraga dan media pendidikan) dan ada pula prasarana yang tidak berhubungan langsung dengan
proses pembelajaran (misalnya bangunan sekolah, meja guru, perabot kantor tata usaha, kamar
kecil, dan sebagainya). Pengelompokan berdasarkan hubungannya dengan proses pendidikan ini
digunakan untuk mempermudah dalam hal penggunaan serta pemeliharaan sarana prasarana.
Secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan
pelayanan secara profesional di bidang sarana prasarana pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Agar program pendidikan bisa
tercapai dengan baik ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana prasarana pendidikan di sekolah harus selalu
dalam kondisi siap pakai bilamana akan di dayagunakan untuk pencapaian tujuan proses
belajar mengajar.
2. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana prasarana pendidikan di sekolah harus
dilakukan melalui perencanaan yang seksama dan pemakaiannya juga harus dengan hati-hati
sehingga mengurangi pemborosan.
3. Prinsip administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan petunjuk teknis yang
diberlakukan oleh yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan di
sekolah harus di serahkan kepada personel sekolah yang mampu bertanggungjawab. Apabila
4. melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya maka perlu adanya konsep tugas
dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.
5. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah harus
diwujudkan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.
PENGADAAN SARANA PRASARANA
Dalam pengadaan sarana alat pelajaran yang perlu diperhatikan adalah waktu, yaitu kapan waktu
yang tepat untuk membeli alat pelajaran yang dibutuhkan. Waktu sangat berpengaruh terhadap
pengadaan alat. Hal ini berkaitan dengan manajemen pembiayaan. Dalam manajemen
pembiayaan diketahui bahwa prosedur pengajuan anggaran tidak dapat diajukan sewaktu-waktu
melainkan sudah ada ketentuan tersendiri yang mengatur oleh sebab itu perencanaan pengadaan
alat pelajaran haruslah terperinci dengan baik menyesuaikan peraturan dalam manajemen
pembiayaan.
Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran, berikut tahap-tahap yang terlebih
dahulu harus diperhatikan:
1. Guru-guru bidang studi mengadakan analisis terhadap materi pelajaran yang membutuhkan
media dalam penyampaiannya. Dari analisis ini dapat di daftar media apa saja yang
dibutuhkan.
2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui daya beli atau daya
pembuatan, maka diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang
pengadaannya mendesak. Kebutuhan lain dapat dipenuhi di lain kesempatan.
3. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang telah ada perlu
ditinjau kembali lalu di re-inventarisasi. Alat yang perlu diubah atau diperbaiki disendirikan
untuk diserahkan kepada orang yang akan memperbaiki.
4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran atau media yang masih dapat dimanfaatkan
dengan baik, baik yang memerlukan reparasi maupun yang tidak.
5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan sebuah
perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin maupun dana non
rutin. Jika suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah dan sko-nya sudah
keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan macam alat atau media yang
sudah dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yang disetujui.
6. Menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan
ini sebaiknya mngingat beberapa hal: keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran, dan
sebagainya dan tidak hanya satu orang.
Dalam perencanaan perlengkapan dan perabot sekolah. Depdiknas mengelompokannya menjadi
barang-barang yang habis dipakai barang-barang yang tak habis dipakai. Untuk perencanaannya
adalah sebagai berikut (Depdiknas,1980):
a) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:
5. 1. Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan
sekolah tiap bulan.
2. Menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan.
3. Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan dan kemudian
menjadi rencana tahunan.
b) Barang tak habis pakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:
1. Menganalisis dan menyusun keperluan perlengkapan sesuai dengan rencana kegiatan sekolah
serta memperhatikan perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan perlengkapan
yang masih ada dan masih dapat dipakai.
2. Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang
telah dilakuakan
3. Menetapkan skala prioritas menurut dan yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun
rencana pengadaan tahunan.
INVENTARISASI, PENGGUNAAN, DAN PEMELIHARAAN SARANA
PRASARANA Bagan1.3
Bagan di atas merupakan bagan tentang cara inventarisasi sarana prasarana sekolah.
Inventarisasi, penggunaan, dan pemeliharaan sarana prasarana adalah tiga hal yang saling
berhubungan. Sebelum sarana prasarana digunakan telah dilakukan inventarisasi begitu pula
setelah penggunaan sarana prasarana juga dilakukan inventarisasi sebagai bahan laporan.
Laporan tersebut dapat dijadikan gambaran tentang apakah sarana prasarana tersebut terpelihara
dengan baik atau tidak. Inventarisasi bisa dilakukan dengan mengelompokkan fasilitas terlebih
dahulu ke dalam beberapa kelompok berdasarkan hubungannya dengan proses pembelajaran,
yaitu mana yang termasuk berhubungan langsung dengan proses pembelajaran, dan mana yang
tidak.
Berikut contoh kolom-kolom dalam buku inventaris
Tabel 2.1.
No Nama Alat Ukuran Jumlah
Jumlah
sekarang ket
1
2
Gelas ukuran
100 cc
10 cc
10 buah
25 buah
8 buah
15 buah
Pecah oleh siswa
6. Volume ppi
pet
Hilang pada
waktu pameran
Dan berikut salah satu contoh kartu inventarisasi untuk alat.
Nama alat : Gelas Ukuran
Ukuran : 100 cc
Harga satuan : Rp 1.750,-
Tabel 3.1.
Tanggal Jumlah Rusak Tambahan Keterangan
5-09-2005 6 buah – – Dibeli dari Toko Merah
9-09-2005 5 buah 1 buah –
Dipecahkan siswa kelas
II
16-09-2005 8 buah – 3 buah Sumbangan dari BP3
20-09-2005 10 buah – 2 buah
Sumbangan dari pabrik
“alco”
Inventarisasi yang dilakukan sebelum sarana digunakan, dilakukan beriringan dengan pemberian
identitas pada masing-masing fasilitas yaitu dengan menempelkan nomor kode inventaris
tertentu sesuai jenis fasilitas. Selain itu yang harus dan sangat perlu dilakukan setelah proses
inventarisasi dan pencatatan ke dalam buku daftar inventaris adalah proses pengadaan tempat
penyimpanan alat-alat atau media berupa ruangan, almari tertutup, almari terbuka serta sekat-
sekatnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan supaya fasilitas tersebut mempunyai tempat
permanen untuk berlindung, selain itu memudahkan proses berjalannya inventarisasi baik di awal
maupun di akhir.
7. Untuk pemeliharaan prasarana ruang, setiap ruang perlu ditempel hal-hal berikut:
1. Jadwal pemakaian lokal (jika diberlakukan kelas berjalan).
2. Daftar petugas piket.
3. Acara kegiatan, misalnya praktikum, demonstrasi dan lain-lain.
4. Peraturan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya:
a) Cara mengeluarkan alat dari rak
b) Aturan membersihkan setelah menggunakan
c) Membuang bekas bahan yang telah digunakan dan lain sebagainya.
1. Catatan khusus meliputi keterangan- keterangan yang perlu, misalnya:
1. Preparat di almari A digunakan kelompok A
2. Kipas angin kiri dan depan jangan dihidupkan karena sulit dimatikan, dan lain-lain
Siswa menghabiskan banyak waktunya di sekolah, karena itu lingkungan sekolah harus dapat
menimbulkan kecenderungan positif bagi siswa-siswanya. Secara fisik sarana prasarana harus
menjamin adanya kondisi yang higienis dan secara psikologis dapat menimbulkan minat belajar.
Oleh karena itu dalam penempelannya, papan-papan jadwal, daftar petugas piket dan lain
sebagainya harus memenuhi syarat keindahan, kebersihan, dan kejelasan sehingga tidak
menimbulkan pandangan buruk dari orang yang memandang terutama siswa, melainkan
menimbulkan minat belajar siswa. Pandangan yang buruk dapat menyebabkan suasana hati yang
buruk yang menghasilkan proses pembelajaran yang tidak optimal. Begitu pula sebaliknya,
pandangan yang baik dapat menarik perhatian siswa sehingga minat siswa dalam belajar akan
tumbuh seiring rasa bangga terhadap sekolahnya.
PENATAAN SARANA PRASARANA
Beberapa teknis yang berkenaan dengan bagaimana menata sarana prasarana pendidikan:
1. Dalam penataan ruang dan bangunan sekolah, ruang yang dibangun bagi suatu lembaga
pendidikan atau sekolah, hendaknya dipertimbangkan hubungan antara satu ruang dengan
ruang yang lainnya. Hubungan antara ruang-ruang yang dibutuhkan dengan pengaturan
letaknya tergantung kepada kurikulum yang berlaku dan hal ini akan memberikan pengaruh
terhadap penyusunan jadwal pelajaran.
2. Penataan perabot sekolah mencakup pengaturan barang-barang yang dipergunakan oleh
sekolah, sehingga menimbulkan kesan kontribusi yang baik pada kegiatan pendidikan. Dalam
mengatur perabot sekolah hendaknya diperhatikan macam dan bentuk perabot itu sendiri.
Apakah perabot tunggal atau ganda, individual atau klasikal, hal yang harus diperhatikan
dalam pengaturan perabot sekolah antara lain:
8. 1. Perbandingan antara luas lantai dan ukuran perabot yang akan dipakai dalam ruangan
tersebut
2. Kelonggaran jarak dan dinding kiri-kanan
3. Jarak satu perabot dengan perabot lainnya
4. Jarak deret perabot (meja-kursi) terdepan dengan papan tulis
5. Jarak deret perabot (meja-kursi) paling belakang dengan tembok batas
6. Arah menghadapnya perabot
7. Kesesuaian dan keseimbangan
8. Penataan perlengkapan Sekolah
Penataan perlengkapan sekolah mencakup perlengkapan di ruang kepala sekolah, ruang tata
usaha, ruang guru, dan kelas, ruang BP, ruang perpustakaan dan sebagainya. Ruang-ruang
tersebut perlengkapannya perlu ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang baik
kepada penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan menimbulkan perasaan
betah baik pada guru yang mengajar maupun pada siswa yang sedang belajar.
PENGHAPUSAN BARANG
Zaman semakin berkembang, dan sarana prasarana di sekolah turut terkena dampak dari
perkembangan tersebut. Sebagai contoh sarana yang berhubungan langsung dengan proses
pembelajaran, yaitu boardmarker. Saat ini boardmarkaer lebih banyak digunakan daripada kapur.
Hal ini karena boardmarker lebih nyaman digunakan dan lebih praktis. Selain itu bekas tulisan
boardmarker dapat dihapus dengan dengan mudah, bersih dan tanpa debu. Tulisan dapat dibaca
dan dipahami oleh siswa dengan mudah. Setelah dipertimbangkan sungguh-sungguh,
boardmarker memiliki keunggulan lebih dari kapur sehingga secara pelan-pelan kapur akan
semakin tidak digunakan atau terhapus. Di sini ada beberapa syarat barang-barang dapat dihapus
atau diganti dari daftar inventaris, yaitu:
1. Dalam keadaan rusak berat yang dipastikan sudah tidak dapat diperbaiki dan dipergunakan
lagi.
2. Kalau dapat diperbaiki, biaya yang dikeluarkan sangat besar atau hampir menyerupai
membeli barang baru yang menyebabkan pemborosan uang negara.
3. Penyusutan diluar kekuasaan pengurus barang misalnya biaya bahan kimia.
4. Tidak sesuai dengan kebutuhan masa kini, misalnya OHP dihanti dengan LCD/Projector.
5. Barang-barang yang jika disimpan lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.
6. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis yang baru sebuah konsep dapat
diselesaikan dalam waktu 5 hari, sementara dengan mesin tulis yang lama dan hampir rusak
sebuah konsep harus diselesaikan dalam waktu 10 hari.
7. Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam dan lain sebagainya.
Begitu pula sarana prasarana yang tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran,
yang berasal dari negara juga idak serta-merta dapat dihapus begitu saja melainkan ada tata cara
9. tertentu dalam melakukan penghapusan barang. Tahap-tahap penghapusan/penyingkiran barang
tersebut sebagai berikut:
a) Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan.
b) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan di tinjau dari segi nilai uang.
c) Membuat surat pemberitahuan kepada atasan.
d) Melaksanakan penghapusan dengan cara mengadakan lelangan, menghibahkan kepada
Badan Orang Lain, atau membakar dengan disaksikan oleh atasan.
e) Membuat berita acara pelaksanaan penghapusan.
PENUTUP
Manajemen sarana prasarana pendidikan merupakan suatu proses pengelolaan sarana prasarana
di sekolah supaya berfungsi dengan baik sehingga antara guru dan siswa, keduanya dapat saling
menjalankan tugasnya dengan baik pula dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Manajemen sarana prasarana merupakan suatu hal yang sangat penting karena berkaitan dengan
proses pembelajaran. Sukses tidaknya suatu pembelajaran tergantung bagaimana warga sekolah
memanajemen kekayaan yang dimiliki. Memahami tentang manajemen sarana prasarana dengan
baik dapat membantu menambah wawasan tentang bagaimana melakukan manajemen sarana
prasarana mulai dari merencanakan hingga mengevaluasi. Dalam pelaksanaan manajemen sarana
prasarana siswa seharusnya diajak berperan aktif dalam pendayagunaan sarana prasarana di
sekolah. Selain untuk mewujudkan pengelolaan sarana prasarana yang baik hal ini juga berfungsi
untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam kehidupan sekolah. Dengan adanya
kerajasama yang kompak antara kepala sekolah, guru dan juga siswa, manajemen sarana
prasarana dapat berjalan dengan baik, selain itu pemborosan dan hal-hal lain yang tidak
diharapkan misalnya, adanya sarana yang rusak sementara seharusnya masih memiliki masa
pakai yang lama, dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan.Yogyakarta: Aditya Media.
10. Burhanuddin, Afid. 2013. “Manajemen Sarana Prasarana
Pendidikan”, https://afidburhanuddin.wordpress.com/perkuliahan/manajemen-
pendidikan/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013.
___________________. 2013. “Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan”, https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/15/pengelolaan-sarana-dan-
prasarana-pendidikan. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Ri. No. 30 Tahun 1980: Peraturan Disiplin
Pns. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Sd/Mi), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah
(Sma/Ma), http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEg
QFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.pendidikan-
diy.go.id%2Ffile%2Fmendiknas%2F24.pdf&ei=f9PAUoeQFMmSrgfGp4DoAg&usg=AFQjCN
EecQiI6JmjrFkfW_m6TCk5k_KO8g&bvm=bv.58187178,d.bmk. Diakses pada tanggal 30
Desember 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 Tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan
Nonformal, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CD
gQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.paudni.kemdikbud.go.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2012%2F08%2FPermen-49-2007-ttg-standar-pengelolaan-pendidikan-
oleh-satuan-
PNF.pdf&ei=f9PAUoeQFMmSrgfGp4DoAg&usg=AFQjCNGG8LlVO4yQCGUVSH4q65fMVi
BGdA&bvm=bv.58187178,d.bmk. Diakses pada tanggal 30 Desember 2013.
Disusun oleh:
11. *) Santi Ika Rahayu, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris kelas B. Makalah disusun guna
memenuhi sebagian tugas individu pada mata kuliah Manajemen Pendidikan tahun akade
mik 2013/2014 dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.