Grebeg Besar adalah upacara tradisional tahunan di Kota Demak yang meliputi berbagai ritual keagamaan dan budaya seperti ziarah makam, pasar malam, selamatan tumpeng, sholat Idul Adha, dan penjamasan pusaka untuk mengenang jasa para leluhur dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Upacara ini memberikan makna penting bagi pelestarian nilai-nilai budaya dan keagamaan masyarakat Demak.
1. Nama : Maulida Silva
NIM : 201633132
Kelas : 2C
BUDAYA GREBEG BESAR DI KOTA DEMAK
A. Pendahuluan
Kebudayaan dapat di pandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan
hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan
oleh anggota masyarakat lainnya ( R.Linton 1893-1953). Dengan demikian kebudayaan
atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun
nonmaterial.
Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai daerah dan mempunyai
banyak sekali suku, adat-istiadat, tradisi, bahasa atau yang disebut kebudayaan, tetapi setiap
kebudayaan mempunyai cirri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat iniversal. Dimana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri
yang sama bagi semua kebudayaan manusi tanpa membedakan factor ras, lingkungan alam,
atau pendidikan.
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan
terdiri atas pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem
kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan atau lazimnya disebut adat istiadat. Dalam
adat istiadat terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya
2. adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam
sistem budaya ini terbentuk unsure-unsur yang paling berkaitan satu dengan yang lainnya,
sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai
satu kesatuan.
Terciptanya atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi
antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia memiliki kemampuan daya antara
lain akal, inteligensia dan intuisi, perasaan emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan
adanya sumber daya manusia tersebut, maka nyatalah bahwa manusia menciptakan
kebudayaan
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat
mengembangkan kebudayaan. Budaya yang dikembangkan manusia akan berimplikasi
pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Seperti di kota demak yang setiap
tahunnya ada budaya yang biasa dinamakan “Grebeg Besar”
Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden
Fatah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran
agama Islam dipulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai
sekarang, yaitu Masjid Agung Demak.
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh
Wali Sanga, bahkan salah satu wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan
dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga.
Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam.
Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya
pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama
Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan
mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada.
3. Tradisi Grebeg Besar dilaksanakan setahun sekali untuk kepentingan dakwah
Islamiyah di masjid agung Demak yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah bersama dengan
datangnya peringatan Hari Raya Idul Adha (Qurban). Tradisi ini sangat di nanti masyarakat
tiap tahunnya. Maka kali ini akan dikaji tentang tradisi Grebeg Besar di Demak
B. Upacara Tradisi
Kata bahasa Jawa Garebeg, Grebeg, Gerbeg bermakna suara angin yang menderu.
Kata bahasa Jawa anggarebeg, mengandung arti menggiring raja, pembesar atau pengantin.
Grebeg juga bisa diartikan digiring, dikumpulkan, dan dikepung. Jadi Grebeg bisa berarti
dikumpulkan dalam suatu tempat untuk kepentingan khusus. Adapun Grebeg Besar
seremonial yang terkenal di Demak, Kata “Besar” adalah mengambil nama bulan yaitu
bulan Besar (Dzulhijjah). Maka makna Grebeg Besar adalah kumpulnya masyarakat Islam
pada bulan Besar, sekali dalam setahun yaitu untuk suatu kepentingan da’wah Islamiyah di
Masjid Agung Demak.
Prosesi Grebeg Besar Demak
o Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga
Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan
segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing
beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung
Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.
Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10
(sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.
o Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah
Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah
digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum
hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-
Sultan Demak dan Sunan Kalijaga.
4. Pasar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari
barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan,
makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan
/hiburan.
o Selamatan Tumpeng Sanga
Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul
Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng terebut
dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta
Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng
yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini
dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah
keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT. Acara selamatan
tersebut diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa.
Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi
bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga.
Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para
pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.
Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu
Selamatan Ancakan, selamatan terebut bertujuan untuk memohon berkah kepada
Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat
melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk
menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.
o Slolat Ied
Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan
melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah
tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan
raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut
5. Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan
dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.
o Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga
Setelah selesai Sholat Ied di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan
penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah
Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah
berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap
kali berdakwah.
Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai
berikut””agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan engkang Maha
Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise uku kukut, agemanku
jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam
dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan
iman dan taqwa Kepada allah SWT
Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana
sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan
“Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri.
Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan
Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak.
Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan
mengendarai kereta berkuda.
Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah
pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga
Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari
Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah
benar. Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut
mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi
6. melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk
menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati.
Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka
berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar Demak.
C. Konsepsi Tentang Upacara Tradisi Grebeg Besar
Grebeg Besar bagi masyarakat sebagai sarana upacara adat. Ritual Grebeg Besar
merupakan salah satu kesenian, sebagai media pelembegaan atau religi yang bertujuan
sebagai penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para leluhur berhubungan dengan
kegiatan syiar Islam yang dilakukan oleh walisongo terutama Sunan Kalijaga.Grebeg Besar
merupakan media hiburan rakyat yang murah meriah.
Tumpeng sangamerupakan simbol Wali yang berjumlah sembilan orang. Minyak
jamas merupakan bentuk simbol yang di gunakan untuk menyucikan pusaka peninggalan
Kanjeng Sunan. Minyak tersebut di campur dengan air. Air dalam kehidupan sehari-hari
berfungsi untuk membersihkan kotoran.air yang sakral dalam upacara ritual mempunyai
makna simbolis untuk mengungkapkan suatu gagasan, kegiatan yang bertujuan untuk
pembersih dosa, menyelamatkan dan membersihkan dari segala rintangan.
Selain itu Nilai kegotong-royongan terlihat pada persiapan acara pengajian serta
tumpeng sembilan disiapkan oleh takmir masjid. Grebeg Besar merupakan acara ritual yang
penuh dengan aktivitas yang mengandung nilai-nilai solidaritas. Dalam berbagai atraksi
maupun pertunjukan yang mewarnai acara tersebut diperlukan rasa kesetiakawanan. Sifat-
sifat kesetiakawanan tersebut merupakan sifat yang penting dan berguna dalam kehidupan
manusia. Masyarakat berbaur menjadi satu saling mengenal sehingga menambah
terjalinnya rasa solidaritas antar sesama masyarakat.
7. Terkait dengan pelaksanaan Grebeg Besar dapat dilihat dari partisipasi semua pihak
yang ikut mendukung acara tersebut. Nilai kepemimpinan juga terkandung dalam acara
Grebeg Besar yang terungkap melalui kegiatan yang dipimpin oleh Bupati. Acara tersebut
terselenggara dengan baik serta himbauan dan wejangan kepada warga masyarakat
merupakan suatu bentuk pencerahan masyarakat agar dapat menjalankan kehidupan
kemasyarakatan dengan tentram dan damai. Nilai tanggungjawab melibatkan pelaku ritual
beserta semua warga masyarakat yang mengikuti acara Grebeg Besar.
Nilai etika yang lain juga terlihat pada acara ritual di Pendapa sewaktu lurah
Tamtama mengahadap Bupati untuk menerima perintah mengantar minyak Jamas. Lurah
Tamtama mengahadap Bupati dengan berjalan jongkok. Berjalan jongkok serta
menghaturkan sembah, tindakan tersebut menunjukkan rasa hormat seorang abdi dalem
kepada rajanya. Nilai etika selanjutnya terungkap dari cara berbicara pranata cara atau
pemandu acara dalam ritual tersebut menggunakan bahasa Jawa. Para undangan yang
datang saling berjabat tangan dan saling menyapa.
Nilai estetis terlihat pula dalam rangkaian acara Grebeg Besar. Sarana yang
digunakan sebagai pendukung upacara seperti tumpeng yang berjumlah sembilan buah,
sholawatan yang dilantunkan pada saat slametan tumpeng sanga. Iringan gamelan yang
dipertunjukan di Pendapa, tarian Bedaya yang ditarikan oleh sembilan penari. Grebeg Besar
mempunyai nilai estetis dikarenakan dalam acara tersebut begitu banyak pertunjukan yang
ditampilkan serta sarana yang digunakan. Pertunjukkan yang ditampilkan sangat menarik
perhatian masyarakat yang menyaksikannya.
D. Makna Upacara Tradisional bagi masyarakat
Makna Grebeg Besar adalah kumpulnya masyarakat islam pada bulan besar, sekali
dalam setahun yaitu untuk suatu kepentingan da’wah Islamiyah di Masjid Agung Demak.
Cerita tutur mewartakan bahwa dahulu kala para raja jawa selalu menyelenggarakan
8. selamatan kerajaan (bahasa jawa= wilujengan nagari) setiap tahun baru dan disebut
Rojowedo, artinya kitab suci raja atau kebajikan raja. Disebut pula, ada yang mengatakan
Rojomedo, artinya hewan korban kerajaan.
Tujuan selamatan kerajaan yang hakikatnya adalah suatu cara korban agar Tuhan
Yang Maha Kuasa memberikan perlindungan, keselamatan kepada raja dan kerajaan serta
raknyatnya.
Untuk menarik perhatian rakyat agar mau dating ke Masjid Besar, maka di
bunyikanlah gamelan yang di tempatkan di halaman masjid. Setelah berkumpul maka para
wali dapat berdakwah langsung dihadapan rakyat. Meski menyembunyikan gamelan ini
dilingkungan Masjid itu ada yang menghukumi makruh, namun dengan menggunakan asas
manfaat dan hikmah demi kelancaran syiar islam, maka sunan kalijaga dari ijtihadnya
berani menghukumi mubah atau boleh dikerjakan. Sultan Fatah pun akhirnya menyetujui
pelaksanaan gagasan Sunan Kalijaga.
Maka dari itu kita sebagai penerus bangsa ini, wajib melestarikan dan menjaga
tradisi ini dan tradisi-tradisi yang lainnya. Untuk itu diperingati dan dilaksanakan setiap
tahunnya agar masyrakat terbiasa dengan tradisi seperti ini. Dan cucu-cucu kita nantinya
masih bisa melihat tradisi Grebeg Besar
E. Penutup
Kebudayaan dapat di pandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan
hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan
oleh anggota masyarakat lainnya.
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan
terdiri atas pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem
kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan atau lazimnya disebut adat istiadat. Dalam
9. adat istiadat terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya
adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
Tradisi Grebeg Besar di Demak merupakan sebuah acara tradisional besar yang
menjadi salah satu cirri khas Demak. Yang berlangsung pada tanggal 10 Dzulhijjah. Tradisi
ini merupakan nilai kebudayaan yang berharga, dari tradisi ini juga dapat mengingatkan
masyarakat tentang perjuangan para wali dan tentunya kegagahan masa kerajaan Demak
terdahulu.
10. DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly. M et.al.2014.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta: Kencana
http://irma-oktavianingsih.blogspot.co.id/2013/12/paper-kearifan-lokal-kabupaten-
demak.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017.
https://mim130194spd17.blogspot.co.id/2015/05/kearifan-lokal-demak.html. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2017.
http://cahdueso.blogspot.co.id/2015/03/budaya-grebeg-besar-di-demak,html?m=1. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2017.