Seni budaya lokal yang Islami di Indonesia berupa arsitektur masjid dan makam, ukiran, kaligrafi, tari, musik, pertunjukan wayang, dan sastra seperti hikayat, babad, dan suluk. Tradisi Islam di Nusantara seperti halal bihalal, kupatan, dugderan, sekaten, kerobok maulid, dan grebeg besar merupakan perpaduan antara ajaran Islam dan adat lokal.
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
Sejarah Tradisi Islam Nusantara (materi kelas 9)
1. SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA
A. SENI BUDAYA LOKAL YANG ISLAMI
1. Pengertian Seni Budaya Lokal yang Islami
Seni budaya lokal yang Islami adalah segala bentuk kesenian yang berasal
dan berkembang di daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran Islam.
Adapun bentuk-bentuk kesenian Islam itu bisa berupa teks, musik,
perupaan benda, dan lain-lain. Seni atau kesenian termasuk bagian dari
kebudayaan. Kebudayaan manusia bisa berwujud perilaku manusia, tutur
bahasa, perlengkapan hidup manusia, dan organisasi masyarakat.
2. Macam-Macam Seni Budaya Lokal yang Islami.
a. Seni arsirtektur
Kehadiran Islam telah mendorong lahirnya ciptaan-ciptaan baru dalam
seni bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Islam,
misalnya bangunan masjid sebagai pusat beribadah dan berkumpulnya
umat Islam. Masjid di Aceh, Demak, Kudus, dan di daerah lain di
Nusantara merupakan kekayaan seni arsitektur yang terus berkembang
sampai sekarang. Disampingitu, seni arsitektur juga tampak dalam
makam-makam para raja kerajaan Islam di Nusantara.
b. Seni ukir
Seni ukir yang dimaksud adalah berupa seni ukir hias untuk
memeperindah masjiddi bagian mimbar dan bangunan makam di
bagian jirat, nnisan-nisannya, cungkupnya, dan tiang-tiang
cungkupnya. Seni ukir hias itu antara lain berupa daun-daun, bunga-
bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan dan ukiran
kaligrafi.
PETA KONSEP
Seni Budaya Lokal
Yang Islami
Tradisi dan Adat
Budaya di
Nusantara
Seni Budaya Lokal
Memberikan Apresiasi
terhadap Seni Budaya
Nusantara
2. c. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah dnegan merangkaikan huruf-huruf
Arab atau ayat suci Al-Qur’an, Hadis, asma Allah SWT, shalawat,
maupun kata-kata hikmah sesuai dengan bentuk yang diingninkan.
Kaligrafi sebagai motif hiasan dapat dijumpai di masjid-masjid kuno,
seperti ukir-ukiran yang terdapat pada masjid di Jepara. Tidak hanya
masjid kuno, masjid-masjid sekarang juga banyak dijumpai tulisan
kaligrafi, baik di mimbar , dinding, maupun pada bagian luar masjid.
d. Seni tari
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk-bentuk tarian yang
berkaitan dengan bacaan shalawat. Misalnya pada seni rebana diikuti
dengan tarian zipin, bacaan shalawat dengan menggunakan lagu-lagu
tertentu.
e. Seni musik/suara
Dalam kebudayaan Islam juga mengenal seni musik berupa rebana,
hadrah, qasidah, nasyid dan gambusyang melantunkan lagu-lagu
dengan syair yang Islami. Kita juga mengenal grup/kelompok nasyid
dan qasidah seperti Bimbo, Nidaria, Raihan, Snada, dan sebagainya.
f. Seni pertunjukan
Berupa pagelaran wayang kulit yang nerupakan perpaduan
kebudayaan Jawa dengan undur keislaman. Bagi orang jawa,wayanag
bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan karena sarat
dengan pesan-pesan moral yang menjadi filsafat hidup orang jawa.
g. Seni sastra
Seni sastra yang b erkembang pada zam Islam umumnya berkembang
di daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa. Ditinjau
dari corak dan isinya, kesusastraan zamn Islam dibagi menjadi
beberapa jennis, meskipun pembagian itu tidak dapat dilakukan secara
tegas sebab sering terjadi suatu naskah dapat dimasukkan ke dalam
dua golongan sekaligus. Jenis-jenis karya sastar zaman Islam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Hikayat
Hikayat dalah cerita atau dongeng yang biasanya penuh dengan
keajaiban dan keanehan. Tidak jarang hikayat berpangkal pada
tokoh-tokoh sejarah atau peristiwa yang benar-benar terjadi.
2) Babad
3. Babad adalah dongeng yang sengaja diubah sebagai cerita
sejarah. Contohnya Bbad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad
Giyanti dan Babad Pakepung.
3) Suluk
Suluk adalah kitab-kitab yang menguraikan soal tasawuf. Kitab
suluk menarik karena sifatnya pantheisme, yaitu menjelasksan
tentang bersatunya manusia dnegan Tuhan (manunggaling
kawulo lan Gusti). Pujangga-pujangga kerajaan dan para wali
banyak menghasilkan karya-karya sastra jenis suluk ini, antara
lain sebagai berikut:
a) Sunan Bonang mengembangkan ilmu suluk dalam bentuk
puisi yang dibukukan dalam kitab Sunan Bonang.
b) Hamzah Fansuri menghasilkan karya sastra dalam
bentukpuisi yang bernafaskan keislaman, misalnya Syair
Perahu dan Syair dagang.
c) Syekh Yusuf, seorang ulama Makassar yang diangkat
sebgai pujangga di kerajaan Banten, berhasil menulis
beberapa buku tentang tasawuf.
B. TRADISI DAN ADAT BUDAYA DI NUSANTARA
Tradisi adalah adat kebiasaan yang sudah turun-temurun dan masih dijlankan
dalam kehidupan masyarakat. Tradisi Islam di Nusantara mermupakan
perpaduan antara ajaran agama Islam dan adat yang berada di Nusantara.
Tradisi Islam dijadikan sebagai sarana dakwah oleh para ulama pada masa itu,
dengan tidak menghapus secara total adat yang sudah ada. Sehingga tradisi
Islam di Nusantara bbukanlah ajaran Islam yang wajib diamalakan, melainkan
hanya sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam pada masa itu.
Berbagai macam adat yang berkembang di Nusantara, antara lain sebagai
berikut:
1. Halal Bihalal
Tradisi halal bihalal merupakan tradisi khas yang dilakukan bangsa
Indonesia. Halal bihalal dilakukan pada bulan Syawal setelah umat Islam
melaksanakan inadah puasa di bulan Ramadhan. Tujuannya untuk
menjalin tali silaturrahmi dan saling memaafkan.
2. Kupatan (Bakdo Kupat)
Di Pulau Jawa bahkan sudah berkembang ke daerah-daerah lain terdapat
tradisi kupatan. Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu
4. setelah Idul Fitri. Biasanya masyarakat berkumpul di suatu tempat seperti
mushala dan masjid untuk mengadakan selamatan dengan hidangan yang
didominasi kupat (ketupat).
3. Dugderan di Semarang
Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat
Semarang, Jawa Tenagh. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut
datangnya bulan puasa. Ritual dugderan dilaksanakan setelah shalat Asar
yang diawali dengan musyawarah untuk menentukan awal bulan
Ramadhan yang diikuti oleh para ulama. Hasil musyawarah itu kemudian
diumumkan kepada khalayak. Sebagai tanda dimulainya berpuasa
dilakukan pemukulan bedug. Dalam acara ini biasanya juga dipentaskan
tari jipin yang dibawakan oleh 100 penari dari Semarang.
4. Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta
Tradisi sekaten dilaksanakan setiap tahun di Karaton Surakarta Jawa
Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan dilestarikan
sebagai sarana untuk mengenang jasa-jasa perjuangan walisongo yang
telah berhasil menyebarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW di tanah
Jawa. Kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut konon diperingati oleh
para wali di Keraton Demak selama seminggu, dari tanggal 5-15 Rabiul
Awal. Peringatan yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali
disebut Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat
syahadat).
5. Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado
Di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya kawasan Keraton Kutai
Kartanegara juga diselenggarakan tradisi yang dinamakan dengan
Kerobok Maulid. Istilah Kerobok berasal dari Bhasa Kutai yang artinya
berkerubung atau berkerumun oleh orang banyak. Tradisi ini dilaksanakan
dalam rangka memperingati kelahoran Nabi Muhammad SAW, tanggal 12
Rabiul Awwal. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid
Jami’ Hasanuddin, Tenggarong.
6. Grebeg Besar di Demak
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun
dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan
pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari raya Idul
Adha atau Idul Kurban.
7. Tradisi Rabo Kasan di Bangka
5. Tradisi Rabo Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun,
tepatnya pada hari rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan
namanya, yakni Rabu Kasan berasal dari kata Rabu Pungkasan (terakhir).
Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di Bangka saja,
namun di daerah lain seperti di Bogor Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur.
Pada dasrnya maksud dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada
Allah SWT agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana).