Surat Al Baqarah ayat 142-144 membahas tentang pengalihan kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Mekah. Ayat-ayat tersebut menjelaskan perintah Allah kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk menghadap ke arah Ka'bah ketika melaksanakan shalat. Peristiwa pengalihan kiblat ini terjadi di Masjid Qiblatain, Madinah.
1. Oleh Hestu Nugroho Warasto
NPM : 1306433481
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi
Mata Kuliah Kajian Tafsir Al Quran dan Hadis
Kajian Tafsir Surat Al
Baqarah Ayat
142,143,144
4. Ka’bah
Ka’bah bangunan suci berbentuk Kubus
terbuat dari batu terletak di dalam Masjid
Mekah ditutup dengan kiswah Baitul Atiq
(rumah bangunan kuno) Bait Allah Baitullah,
Baitul Haram panjang dinding sebelah utara
dan selatan ± 10 m; dan panjang dinding
timur dan barat ± 12m, tinggi ± 15m. pintu
pada dinding sebelah timur dan di sudut
tenggara terletak Hajar Aswad. Kabah
dibangun oleh Nabi Ibrahim dan puteranya
Ismail
5. Penjelasan tentang Ka’bah dalam
Surat Al baqarah ayat 127
و
ِتْيَبْال َنِم َدِعا َوَقْال ُميِهاَْربِإ ُعَف ْرَي ْذِإ ََ
ِم َّْلبَقَت َانَّب َر ُليِعاَمْسِإ َو
َكَّنِإ اَّن
ُميِلَعْال ُعيِمَّسال َتْنَأ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami
terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui".
6. Sejarah tentang Ka’bah
Pada masa Qusay bin Kilab kakek Nabi
Muhammad yang kelima berjasa memberi atap
Kabah dengan kayu dan membatasi tanah lapang
dikeliling Kabah.
Pada tahun gajah 571 tahun kelahiran Nabi
Muhammad datanglah Raja najasi bernama
Abrahah dari Habsyah bersama bala tentaranya
untuk menghancurkan Kabah nanum merekalah
yang hancur atas izin Allah.
Pada masa Khalifah Yazid bi Muawiyah yang
berpusat di kota Damaskus melakukan
penyerangan ke Mekah karena tidak mau
mengakui pemerintahannya.
7. Sejarah tentang Kabah
Kota Mekah di serang dan akibatnya
bangunan Kabah rusak berat dan
diperbaiki setelah wafatnya Khalifah Yazid
bin Muawiyah dan tentaranya mundur
oleh Abdullah bin Zubeir walikota Mekah.
Pada 62 H Abdullah bin Zubeir ditaklukkan
oleh Hajjaj bin Yusuf dan menguasai kota
Mekah kabah mulai dirombak dan
disetujui oleh Khalifah Abdul Malik bin
Marwan
8. Sejarah tentang Kabah
Turki Usmani masa Sultan Murad Khan
1039 H terjadi banjir besar di Mekah yang
mengakibatkan dinding-dinding Kabah
rusak dan banyak batu bangunan yang
runtuh oleh Amir Mekah Syarif Masud bin
Idris Kabah diperbaiki dan baru dapat
diselesaikan pada masa Amir Syarif
Abdullah bin Hasan bin Namir (1040 H).
9. Sejarah tentang Ka’bah
Pada masa Kerajaan Arab Saudi
Pemerintah mengadakan perluasan Mesjid
Al Haram setelah diadakan penyelidikan
atas bangunan Kabah ada keretakan
dinding dan atapnya dan perbaikannya
baru dapat diselesaikan pada 1377 H.
Kabah merupakan satu titik sebgai alat
untuk menyatukan arah umat Islam dalm
mengerjakan shalat dan sebagai lambang
persatuan umat
10. Sejarah tentang Ka’bah
Hingga sekarang sebagai pusat ibadah
Haji dan Umrah yang dilaksanakan setiap
tahunnya, berkumpulnya seluruh Umat
Islam di dunia.
14. Mesjid al Aqsa
menurut riwayat merupakan mesjid yang
disucikan oleh umat Islam yang didirikan
oleh Nabi Sulaiman.
Sahabat Al Barra meriwayatkan “ Kami
Shalat bersama Rasulullah saw,
menghadap Baitul Maqdis (di Palestina)
selama 16 bulan atau 17 bulan. Kemudian
setelah itu, Kiblat dialihkan ke arah Kabah
(di Mekah) HR Bukhari.
15. Peristiwa pengalihan Kiblat
Muhammad bin Habib Al Hasyimi menuturkan “
Rasullulah saw mengunjungi Ummu Basyar bin Al
Bara bin Ma’rur di daerah Bani Salamah.
Peristiwa itu terjadi pada hari selasa pertengahan
bulan Syaban. Ketika waktu zhuhur tiba, beliau
bersama para sahabatnya melaksanakan shalat
zhuhur (qashar) dua rakaat ke arah Syam (letak
Baitul Maqdis). Kemudian turun perintah untuk
menghadap Kabah. Maka shaf (barisan dalam
shalat) jamaah yang berada dibelakang beliau
berputar untuk berbalik arah.
16. Karena peristiwa tersebut dinamai dengan
mesjid Al Qiblatain (yaitu memiliki dua
kiblah). Dalam riwayat Al waqidi,
persitiwa itu terjadi pada hari Senin
pertengahan bulan Rajab di awal bulan ke
-17 setelah berkiblat ke Baitul Maqdis.
Sedang menurut riwayat As Suddiy,
peralihan kiblat itu terjadi pada awal
bulan ke-18 setelah berkiblat ke Baitul
Maqdis.
18. Sejarah Mesjid Qiblatain
Masjid Qiblatain berada di Jalan Khalid bin Al Walid,
barat laut Kota Madinah. Letaknya di tepi jalan
menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana
Raja menuju ke jurusan Wadi Aqiq. Masjid ini ada di
atas bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah,
sekitar tujuh kilometer dari Masjib Nabawi. Masjid
tersebut awalnya bernama Masjid Bani Salamah
karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.
Namun, karena ada peristiwa yang sangat
bersejarah, yaitu turunnya wahyu untuk shalat
menghadap kiblat Masjidil Haram, nama masjid ini
diubah menjadi Qiblatain yang berarti dua kiblat.
Masjid tersebut menjadi saksi bisu pemindahan kiblat
tersebut.
20. Artinya: 142. Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan
berkata: apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari Kiblatnya
(Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?
Katakanlah: kepunyaan Allah Timur dan Barat; Dia yang member
petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki ke jalan yang lurus.
143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang mengetahui nasib jadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia. 144.
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.
21. Asbabun Nuzul
Sumber dalam penafsiran Al Baqarah ayat
142-144
Asbabun Nuzul melalui tafsir kontemporer
yaitu Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni,
Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran
Surat Al baqarah-An nas, Asbabun Nuzul
Latar Belakang Historis turunnya ayat-
ayat Al quran, dan Tafsir terdahulu dari
tafsir Jalalain.
22. Asbabun Nuzul
• bahwa untuk mengetahui tafsir suatu ayat Al
Qur an , tidak mungkin tanpa mengetahui latar
belakang peristiwanya dan kejadian turunnya.
Imam Al
Wahidi
• bahwa keterangan tentang kejadian turunnya
ayat merupakan jalan yang kuat untuk
memahami makna Alquran
Ibnu
Daqiequl Ied
• bahwa mengetahui asbab nuzul ayat,
menolong kita memahami makna ayat, karena
mengetahui kejadian turunnya itu memberikan
dasar untuk mengetahui penyebabnya.
Ibnu
Taimiyah
23. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman
Alquran Surat Al baqarah-An nas
Di kala Rasulullah SAW melakukan shalat menghadap ke
Baitul Maqdis, beliau sering menengadahkan mukanya ke
arah langit menunggu perintah dari Allah SWT
mengharapkan agar kiblat shalat dipindahkan kembali
menghadap Ka’bah atau Masjidil Haram sehingga turunlah
ayat ke 144 yang memerinthakan agar kiblat dalam
melaksanakan shalat kembali menghadap ke Masjidil
Haram sebagaimana semula. Sebagian kaum muslimin ada
yang berkata Inginlah rasanya kami mengetahui tentang
nasib orang-orang yang meninggal diantara kami sebelum
pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis kembali ke
Masjidil Haram. Dan bagaimana pula tentang shalat kami
sebelum pemindahan arah kiblat ketika kami melakukan
shalat menghadap Baitul Maqdis. Sehubungan dengan itu
Allah SWT menurunkan ayat ke 143
24. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman
Alquran Surat Al baqarah-An nas
yang ditegaskan menjelaskan bahwa Allah SWT tidak
akan menyia-yiakan sedikitpun iman mereka, mereka
yang telah melakukan peribadatan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada pada waktu itu.
Sedangkan orang berpikir secara picik dan tolol pada
saat itu” Apakah yang memalingkan kaum muslimin
dari kiblat mereka (Baitul Maqdis) yang selama ini
mereka menghadapnya sehingga mereka kembali
menghadap Masjidil Haram. Sehubungan dengan
perkataan mereka yang berada pada ketololan Allah
SWT menurunkan ayat ke 142 sebagai jawaban atas
perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil
Haram. (HR ibnu Ishak dari Ismail bin Abi Khalid dari
Abi Ishak dari Barra).
25. Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Barra bin Azib: Bahwa
sesungguhnya Nabi saw. Pertama kali tinggal di Madinah ia
tinggal di (rumah) paman-pamannya (Barra) dari sahabat Anshar
dan bahwasanya ia shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16
bulan, sedang ia sangat menginginkan kiblat (menghadap) ke
Baitullah, dan bahwasanya ia shalat pertama kali menghadap ke
Baitullah adalah shalat azhar bersama orang banyak, kemudian
keluarlah seorang laki-laki yang baru saja shalat bersamanya, lalu
ia lewat dihadapan jamaah masjid yang sedang ruku (shalat) ,
lalu laki-laki itu berkata: Aku bersaksi kepada Allah sungguh aku
baru saja selesai shalat bersama Nabi saw menghadap ke arah
Mekah, lalu mereka berputar menghadap ke Baitullah, sedang
orang yang meninggal sebelum dialihkannya ke kiblat ke
Baitullah, yaitu orang-orang yang terbunuh (dalam pertempuran),
kami tidak tahu apa yang kami katakan terhadap mereka itu.
Kemudian turunlah ayat dan Allah tidak akan menyia-yiakan
imanmu.
26. Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni
Dan Barra bin Azib: Bahwa sesungguhnya Rasulullah
saw. Pernah shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis
dan ia sering menengadah ke langit menanti
keputusan dari Allah swt, kemudian turunlah ayat
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit (QS 2:144). Lalu berkatalah
beberapa orang dari kaum muslimin: alangkah
senangnya kalau seandainya kita mengetahui tanda
orang yang telah meninggal di antara kita sebelum
dipindahkannya kiblat, dan bagaimana gerangan
shalat kami yang menghadap kearah Baitul Maqdis?
Kemudian turunlah ayat Dan tidaklah Allah akan
menyia-nyiakan imanmu
27. Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
turunnya ayat-ayat Al quran
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasullulah saw, shalat
menghadap Baitul Maqdis dan sering melihat ke langit menunggu
perintah Allah (mengharapkan qiblat diarahkan ke Kabah atau
Masjidil Haram) sehingga turunlah ayat tersebut diatas ayat 144
yang menunjukan kiblat ke Masjidil Haram. Sebagian Kaum
Muslimin berkata : inginlah kami ketahui tentang orang-orang
yang meninggal sebelum pemindahan qiblat (dari Batul Maqdis ke
Kabah) dan bagaimana pula tentang shalat kami sebelum ini,
ketika kami menghadap Baitul Maqdis? Maka turunlah ayat 143
yang menegaskan bahwa Allah tidak menyia-yiakan iman mereka
yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu. Orang yang
berpikiran kerdil dimasa itu berkata: “Apa pula yang
memalingkan mereka (Kaum Muslimin) dari Qiblat yang mereka
hadapi selama ini (dari Baitul Maqdis ke Kabah)? Maka turunlah
ayat lainnya lagi ayat142 sebagai penegasan bahwa Allah yang
menetapkan arah kiblat diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ismail
bin Abi Khalid, dari Abi Ishaq yang bersumber dari Al Barra.
Disamping itu ada sumber lain yang serupa dengan riwayat ini
28. Tafsir Jalalain
(Orang-orang yang bodoh, kurang akalnya, di antara
manusia) yakni orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin
akan mengatakan, (Apakah yang memalingkan mereka)
yakni Nabi saw. dan kaum mukminin (dari kiblat mereka
yang mereka pakai selama ini) maksudnya yang mereka
tuju di waktu salat, yaitu Baitul Maqdis. Menggunakan 'sin'
yang menunjukkan masa depan, merupakan pemberitaan
tentang peristiwa gaib. (Katakanlah, "Milik Allahlah timur
dan barat) maksudnya semua arah atau mata angin adalah
milik Allah belaka, sehingga jika Dia menyuruh kita
menghadap ke arah mana saja, maka tak ada yang akan
menentang-Nya. (Dia memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya) sesuai dengan petunjuk-Nya (ke
jalan yang lurus") yakni agama Islam. Termasuk dalam
golongan itu ialah kamu sendiri dan sebagai buktinya ialah
29. Tafsir Jalalain
143. (Demikian pula) sebagaimana Kami telah
membimbing kamu padanya. (Kami jadikan kamu) hai
Muhammad (sebagai umat yang pertengahan) artinya
sebagai umat yang adil dan pilihan, (agar kamu sekalian
menjadi saksi terhadap umat manusia) pada hari kiamat
bahwa rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah
kepada mereka (dan agar rasul menjadi saksi terhadap
kamu sekalian) bahwa ia telah menyampaikan risalahnya
kepadamu. (Dan tidaklah Kami jadikan kiblat) kamu
sekarang ini (menurut arah kiblatmu dulu) yaitu Kakbah
yang menjadi kiblatmu yang mula-mula. Di Mekah Nabi
saw. ketika salat menghadap ke sana dan tatkala ia hijrah
ke Madinah disuruhnya menghadap ke Baitulmakdis guna
mengambil hati orang-orang Yahudi.
30. Tafsir Jalalain
Ada 16 atau 17 bulan lamanya Nabi menghadap ke Baitulmakdis, lalu
kembali menghadap ke Kakbah (melainkan agar Kami ketahui) menurut
ilmu lahir (siapa yang mengikuti rasul) lalu membenarkannya (di antara
orang-orang yang membelot) artinya murtad dan kembali pada kekafiran
disebabkan keragu-raguan terhadap agama dan dugaan bahwa Nabi saw.
dalam kebimbangan menghadapi urusannya. Memang ada segolongan
orang yang murtad disebabkan ini. (Dan sungguh) 'in' berasal dari 'inna',
sedangkan isimnya dibuang dan pada mulanya berbunyi 'wa-innaha',
artinya 'dan sesungguhnya ia' (adalah ia) yakni pemindahan kiblat itu
(amat berat) amat sulit diterima manusia, (kecuali bagi orang-orang yang
diberi petunjuk oleh Allah) di antara mereka (dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan keimanan mereka) maksudnya salat mereka yang dulu
menghadap ke Baitul makdis, tetapi akan tetap memberi pahala kepada
mereka karenanya. Sebagaimana kita ketahui sebab turun ayat ini adalah
datangnya pertanyaan mengenai orang yang meninggal sebelum
pemindahan kiblat. (Sesungguhnya Allah terhadap manusia) yakni yang
beriman (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) sehingga Dia tidak akan
menyia-nyiakan amal perbuatan mereka. 'Ra`fah', artinya amat pengasih
dan didahulukan agar lebih tepat menemui sasaran.
31. Tafsir Jalalain
144. (Sungguh) menyatakan kepastian (telah Kami lihat
perpalingan) atau tengadah (wajahmu ke) arah (langit)
menunggu-nunggu kedatangan wahyu dan rindu menerima
perintah untuk menghadap Kabah. Sebabnya tidak lain karena ia
merupakan kiblat Nabi Ibrahim dan lebih menggugah untuk
masuk Islamnya orang-orang Arab (maka sungguh akan Kami
palingkan kamu) pindahkan kiblatmu (ke kiblat yang kamu ridai)
yang kamu sukai. (Maka palingkanlah mukamu) artinya
menghadaplah di waktu salat (ke arah Masjidilharam) yakni
Kakbah (dan di mana saja kamu berada) ditujukan kepada
seluruh umat (palingkanlah mukamu) dalam salat (ke arahnya!
Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Alkitab sama
mengetahui bahwa itu) maksudnya pemindahan kiblat ke arah
Kakbah (benar) tidak disangsikan lagi (dari Tuhan mereka)
karena di dalam kitab-kitab suci mereka dinyatakan bahwa di
antara ciri-ciri Nabi saw. ialah terjadinya pemindahan kiblat di
masanya. (Dan Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu
kerjakan) jika dengan ta, maka ditujukan kepada 'kamu' hai
orang-orang yang beriman, yang mematuhi segala perintah-Nya,
sebaliknya bila dengan ya, maka ditujukan kepada orang-orang
Yahudi yang menyangkal soal kiblat ini.
32. Kesimpulan
Penentuan arah kiblat pada hakikatnya
adalah menentukan posisi Kabah dari suatu
tempat di permukaan bumi, atau sebaliknya.
Dari penjelasan tersebut maka Kiblat umat
Islam diseluruh dunia yaitu Kabah.
Menghadap Kiblat adalah merupakan syarat
sahnya shalat, sehingga tidak sahnya shalat
seseorang tanpa menghadap kiblat, kecuali
shalat dalam keadaan khauf, shalat sunah di
atas kendaraan atau perahu, yang
diperkenankan menghadap ke arah mana
saja kendaraan itu menghadap