Monumen kosmologis dibangun di Nusantara menurut gambaran alam semesta atau kosmologi Hindu-Buddha. Candi dibangun untuk melambangkan gunung suci dan tatanan alam semesta, serta berperan sebagai sarana ritual dan pernyataan politik pemerintahan."
3. MONUMEN
KOSMOLOGIS
DI ALAM
NUSANTARA
Manusia menyelerasakan keberadaan
dirinya dan lingkungannya dengan alam
semesta di antaranya melalui
pembuatan monumen-monumen
menurut gambaran alam raya atau
kosmologi. Pada masa kejayaan agama
Hindu Buddha di Nusantara, khususnya
di Jawa, banyak Candi didirikan semula
dengan pengaruh arsitektur India yang
sangat kuat yang kemudian berangsur-
angsur menemukan jati dirinya.
Monumen yang semula mencitrakan
suatu gunung kahyangan belakangan
menjadi penanda bagi bentang alam
bergunung di Jawa.
CandiCetho, JawaTengah (foto: Bedjos)
4. HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
Arsitektur masa Hindu Buddha yang paling dikenal
adalah Candi walaupun merupakan istilah yang
kurang tepat. Candi berasal dari kata Candika Grha
yang berarti tempat persemayaman istri Siwa
(Candika) sebagai Dewi Kematian.
Sebutan ini dipergunakan di masa kini tidak hanya
untuk bangunan penyimpanan abu jenazah (seperti
Candi jago dan Candi Jawi) tapi untuk semua
bangunan batu dan bata dari masa Hindu Buddha
khususnya di Jawa .
Sebelum berkembang dengan langgam khas
Nusantara, Arsitektur Candi pada masa awal sangat
mirip dengan arsitektur kuil Hindu India Selatan,
bandingkan
• Kuil Mahabhalipuram di Madras, India (atas)
• Candi Dieng dan Gedongsongo di JawaTengah,
Bawah
Candi berperan sebagai:
• PERLAMBANGALAM SEMESTA
• SARANA RITUAL
• PERNYATAAN POLITIS
CANDI
5. Candi sebagai
Lambang Semesta
Candi dibangun sebagai monumen yang
menggambarkan keteraturan di muka bumi
sebagai cerminan dari tatanan alam raya.
Dalam kosmologi (ilmu sentang susunan
semesta) Hindu jagad raya digambarkan
sebagai benua denganGunu ng Meru di
tengahnya yang dihuni para dewa dangan
manusia berkediaman di kaki gunung. Benua
ini dikelilingi oleh serangkaian samudra dan
benua lainnya.
Karenanya candi sering diungkapkan sebagai
kelompok bangunan dengan struktur
menjulang di tengahnya dan kanal air di
sekelilingnya.
TEMPLES AS COSMIC SYMBOLS
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
6. Secara vertikal Semesta juga
digambarkan terbagi menjadi
• Dunia Atas (Svarloga) tempat
persemayaman para dewa
• DuniaTengah (Bhuvarloka) tempat
manusia tinggal
• Dunia Bawah (Bhurloka) tempat
kekuatan negatif berada.
Para penari yang menhiasi istana Siwa yang
digambarkan di candi Prambanan (bawah)
SVARLOKA
BHUVARLOKA
BHURLOKA
TEMPLES AS COSMIC SYMBOLS
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
8. PRAMBANAN:THE HEAVENLY ABODE
Prambanan dibuat untuk menggambarkan Kailash,
kahyangan di puncak gunung Meru tempat persemayaman
Shiva yang dilengkapi antara lain dengan:
• Astadhikpalaka (para dewa penjaga mata angin)
• Tandhava (para penari kahyangan)
• Para binatang dan dewa (gana, Mahakala & Nandisvara)
penjaga kahyangan
• Nandi (lembu tunggangan Shiva) yang diiring Surya dan
Chandra
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS TEMPLES AS COSMIC SYMBOLS
9. Candi sebagai
Sarana Ritual
Meskipun tak banyak yang diketahui
tentang tatacara ritual di Candi tapi dua
prosesi ritual yang paling lazim adalah:
• Pemercikan air suci pada objek utama,
terutama lingga sebagai perwujudan
Siwa.
• Pradaksina atau berjalan mengelilingi
bangunan utama searah jaurum jam.
Lingga Shiwa dan cerat untuk menyalurkan
air suci serta selasar keliling untuk
Pradakshina di Candi Sambisari,
Yogyakarta
TEMPLES AS RITUAL DEVICES
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
10. HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
BOROBUDUR: STAGES OF
ENLIGHTENMENT
Borobudur adalah lambang sekaligus sarana
untuk mencapai Pencerahan.
Sarana ini diungkapkan melalui tataran-
tataran bangunan dengan relief yang
menuturkan kisah mencapai pencerahan.
TEMPLES AS RITUAL DEVICES
11. KAMADHATU
berupa landasan yang memijak ke
tanah yang menggambarkan
manusia yang masih diliputi hawa
nafsu yang menjadi penghalang
untuk mencapai kesempurnaan.
RUPADHATU
Berupa lorong-lorong berundak
dengan relief yang menuturkan
kisah upaya mencapai
pencerahan yang
menggambarkan tataran manusia
yang sudah terbebas dari hawa
nafsu tapi masih terikat dengan
wujud dan rupa.
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS TEMPLES AS RITUAL DEVICES
12. ARUPADHATU
berupa lantai melingkar tanpa pembatas dengan jajaran stupa
berlugang dengan arca Boddhisattva di dalamnya yang
menggambarkan tataran tertinggi ketika makhluk telah
mencapai pencerahan yang telah terbebas dari nafsu dan rupa.
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS TEMPLES AS RITUAL DEVICES
13. A
D
B
C
A | Siwa Mahadewa (raja)
B | Maharsi Agastya
(pendeta)
C | Ganesha (panglima)
D | Durga (permaisuri)
PRAMBANAN:THE IMPERIAL PANTHEON
Dewa-dewa utama (Shiva-Brahma-Vishnu) disemayamkan
di garbhagriha di tiga bangunan utama kompleks
Prambanan.
Di Candi utama, Shiva sebagai Mahadeva dikelilingi oleh
para pengikutnya yang menggambarkan “pemerintahan”
kahyangan sekaligus pemerintahan kerajaan di muka bumi
sebagai cerminan kahyangan.
A B C D
HINDU-BUDDHIST MONUMENTS TEMPLES AS POLITICAL STATEMENTS
14. HINDU-BUDDHIST MONUMENTS
PRAMBANAN:
IMPERIAL MONUMENT
Prambanan yang terdiri atas lebih
dari 250 bangunan
menggambarkan pola
pemerintahan sentralistis
kerajaan Mataram yang
mendirikannya.
Masing-masing bangunan
pengiring (Candi Perwara)
dipersembahkan oleh penguasa
lokal dan bangunan utama
didirikan oleh penguasa pusat.
TEMPLES AS POLITICAL STATEMENTS
15. HINDU-BUDDHIST MONUMENTS LATER HINDUTEMPLES
Candi-candi di masa akhir kejayaan Hindu-Buddha menunjukkan
karakter local yang kuat. Dibangun di lereng gunung, Candi-
candi tersebut bukan digambarkan sebagai gunung kosmis tapi
sebagai teras berundak dan gapura yang mengantarkan kita ke
gunung nyata di belakangnya.
Candi Palah Panataran dan
Candi Kendalisodo di antara
seratusan candi di lereng
Gunung Penanggungan.
18. CINA
PERSIA
GUJARAT
Kedatangan Islam di Nusantara tanpa ekspedisi militer
menjadikan catatan sejarah tentang masa awal ini tidak
jel;as. Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskannya
• Langsung dari Arabia
• Dari Arabia melalui Persia
• Dari Arabia melalui Gujarat (India)
• Dari Arabia melalui Cina
THE ARRIVAL IN SOUTHEAST ASIA
ISLAM
19. Makam Fatimah binti Maimun
Leran, Gresik
Makam Sultan Malik al-Saleh
Samudra Pasai, 1297
Makam Maulana Malik Ibrahim
Gresik
Bukti fisik tertus tentang kedatangan Islam di Nusantara adalah nisan
Fatimah binti Maimun di Gresik yang meninggal pada tahun 1011. Namun
tidak jelas siapakah tokoh ini dan apakah di benar-benar tinggal di Jawa
atau hanya batu nisannya saja yang sampai.
Nisan adalah budaya baru yang dikembangkan di Nusantara masa Islam.
Beberapa nisan awal menggunakan langgam dan bahan yang dijumpai di
Gujarat, India sehingga diduga Islam datang dari kawasan tersebut
EARLIEST EVIDENCE
ISLAM
20. Lambang Kerajaan Majapahit
(Surya Majapahit)
Makam MuslimTralaya
dengan Surya Majapahit dan
kaligrafi
Terbentuknya komunitas Muslim di Majapahit berlangsung berangsur
angsur dalam jangka waktu yang lama. DiTralaya di dekat kompleks
istana Majapahit ditemukan nisan dengan lambang kerajaan
Majapahit yang menunjukkan kedekatan orang yang dimakamkan
dengan keluarga raja namun dengan kaligrafi Islam di sebaliknya.
Nisan ini berangka tahun 1376, 1380, 1418, 1407, 1427, 1467, 1475,
1467, 1469, dan meloncat 1611.
INCREMENTAL & PEACEFUL
PENETRATION
ISLAM
21. UNGKAPAN SERUPA DI KERAGAMAN
NUSANTARA
Di tengah keragaman arsitektur
bangunan rumah kediaman di
Nusantara, arsitektur masjid di sebagian
besar kawasan ini memiliki ungkapan
bentuk yang serupa yang dicirikan oleh:
• beratap tumpang
• berdenah persegi
• berstruktur kayu
Masjid Indrapuri BandaAceh dan Masjid Sigi LamoTernate
DISTINCT MOSQUE ARCHITECTURE
ISLAM
23. Masjid Kraton Kadriah
Pontianak, Kalbar
Masjid Kyai Gede
Kotawaringin Barat,
Kalteng
Masjid Jami Sungai Jingah
Banjarmasin, Kalsel
Masjid BeratapTumpang di
Kalimantan
25. MasjidTuo Kampung Laut
Kelantan, Malaysia
Masjid Kampong Kling
Malaka, Malaysia
Bahkan sampai ke negri jiran, tipologi
masjid ini masih dirujuk.
26. Ketimbang merujuk pada arsitektur diTimurTengah dan India yang secara populer dianggap
sebagai “arsitektur Islam”, arsitektur masjid di Jawa yang kemudian berkembang sebagai arsitektur
masjid di Nusantara merujuk pada khasanah bangunan setempat. Relief Candi Sukuh di atas
menunjukkan bangunan suci dengan atap tumpang bersusun lima dan bangunan pertemuan
bertiang empat yang kemungkinan menjadi rujukan arsitektur masjid.
Bangunan Meru danWantilan di PuraTaman Ayun, Kerajaan Mengwi
LOCAL INSPIRATION OF MOSQUE FORM
ISLAM
27. Dibangun di kota Demak di pesisir utara JawaTengah, MasjidAgung Demak
menandai peralihan era dari Pra-Islam Majapahit ke era Islam Demak.
Sangat mungkin masjid ini adalah monumen Islam tertua diAsiaTenggara
yang masih dipergunakan hingga saat ini.
Masjid
Agung
Demak
DEMAK:THE PROTOYPE
ISLAM
28. DEMAK:THE PROTOYPE
ISLAM
Ruang dalam masjid dengan empat saka guru (tiang utama) yang
diatributkan pada para wali.
Lambang surya majapahit di atas muhrab dan hiasan motif kura-
kura di dalam mihrab.
29. ALTERNATIVE FORMS OF MOSQUE
ISLAM
Pagoda-like mosque of Jepara
Temple-like mosque of Kudus
Hypostyle hall mosque of Cirebon
32. Cina di Nusantara terdiri atas berbagai suku
meskipun sebagian besar berasal dari Cina
Selatan. Mereka datang secara
bergelombang dalam jangka waktu yang
sangat lama.
Jauh sebelum para penjelajah Eropa tiba,
orang-orang Cina sudah b anyak yang
bermukim di Nusantara.
Mereka datang dengan motivasi dagang dan
keagamaan sejak abad ke-5 M. Jejak
permukiman permanen pertama dijumpai di
Sumatra dari abad ke-11.
Marco Polo mencatat adanya kota Cina
berbenteng pada abad ke-13.
Kebanyakan pedagang datang dari provinsi
Guangdong yang banyak berpengaruh pada
shophouses.
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES THE ARRIVAL OFTHE CHINEESE
33. CONFUSIANISM
• Social order and good government should be
based on strong family relationships.
• Respect for parents and elders helps to create
order in society.
• Education helps to improve both individuals
and society.
DAOISM
•The natural order—or the relationship
among all living things in the universe—
matters more than the social order.
• A universal force called the Dao (meaning “the
Way”) guides all things.
• Humans should learn to live simply and in
harmony with nature.
BUDDHISM
• People suffer because of emotional
attachments and their desire for worldly goods.
• People can stop suffering and achieve peace (or
nirvana) by not wanting.
•To achieve nirvana, people should follow the
Eightfold Path: right views, goals, speech,
actions, job, effort, concentration, and
meditation.
BUDDHISM
DAOISM
CONFU-
SIANISM
CHINESE
SYSTEM OF
BELIEFS
36. Shophouse in
Bogor
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES THE EMERGENCE OF SHOPHOUSES
• Further developmen of courtyard houses
• Urbanization and the deveopment of commercial
centers
• Colonial government settlement and tax policy
37. Tipologi Shophouse
• Bidang muka sempit
• Lahan memanjang ke belakang
• Dua atap pelana melengkung dengan
lubang cahaya dan courtyard di antara
keduanya
Variasi Shophouse
• Satu atau dua lantai
• Dengan atau tanpa arcade
• Dengan atau tanpa balkon
• Sangat adaptif terhadap elemen
dekoratif.
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES THE DEVELOPMENT OF SHOPHOUSES
38. Glodok, 1872 Ketandan, yogyakarta, 1892
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES THE DEVELOPMENT OF SHOPHOUSES
42. Rumah
Sembahyang
KeluargaTHE
SURABAYA
Papan nama yang terpasang
di atas pintu utama rumah
ini tertulis Rumah
Sembahyang KeluargaThe
GoanTjing, dikenal juga
dengan namaThe Sie Siauw
YangTjo Biauw. Namun, ada
juga sebagian masyarakat
yang menyebutnya dengan
RumahAbuThe.
Rumah ini didirikan pada
tahun 1884 olehThe Goan
Tjing.Ayahnya bernamaThe
Sing Koo dan ibunya
bernama Liem Gie Nio.
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES RELIGIOUS ARCHITECTURE
43. Klenteng Hok An Kio
SURABAYA
Para pedagangTionghoa datang dengan
membawa serta patung Makco atau Ma Co
Po, dewi pelindung para pelaut dan nelayan,
untuk disembahyangi di lokasi persinggahan
yang seadanya. Kemudian sebuah
perkumpulan Hok Kiau, yaitu Hok Kian Kiong
Tik Soe merasa iba dengan para awak kapal
tongkang atau jung yang sedang berisitirah
dibedeng yang seadanya.
Lalu, perkumpulan ini berinisiatif membangun
sebuah tempat yang layak bagi awak kapal
itu.
Pada tahun 1830 mulai dibangun klenteng
serta ruangan yang luas agar mereka bisa
beristirahat atau menginap dengan baik.
44. Klenteng HokTek Hian
SURABAYA
Bagian dari kawasan Pecian Kembang Jepun.
Sering dipergunakan untuk mementaskan
wayang potehi.
Memuja dewa-dewiConfusian,Tao dan Buddha
45. Klenteng HokTik Bio/
Fuk Ming Liau
Gondomanan,Yogyakarta
Bagian Muka dan courtyard
di dalam
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES RELIGIOUS ARCHITECTURE
46. Klenteng Cu An Kiong, Lasem
Klenteng Thay Kak Sie, Semarang
Klenteng Pulau Kemaro, Palembang
ARCHITECTURE OF CHINESE
COMMUNITIES RELIGIOUS ARCHITECTURE
Klenteng Kwan Im Kiong, Pamekasan
47.
48.
49. LONG PERIOD OF COLONIZATION
MASA KOLONIAL
AWAL
(1600-1800)
Memperebutkan
kekuasaan di
Nusantara
MASA KOLONIAL
TENGAH
(1800-1910)
Kekuasaan Negara
Kolonial Hindia
Belanda
MASA KOLONIAL
AKHIR
(1910-1940)
Liberalisasi Ekonomi
dan Pengembangan
Gagasan tentang
Indonesia
PERALIHAN
MENUJU
KEDAULATAN
(1940-1950)
Kehancuran Negara
Kolonial dan
Pembentukan
Negara Indonesia
51. MASA KOLONIAL AWAL: MEMPEREBUTKAN KEKUASAAN
Monopoli perdagangan yang dipraktikkan oleh
VOC menimbulkan reaksi dari pribumi.
Konflik dengan penguasa-penguasa lokal
merebak di berbagai lokasi.
Arsitektur berkembang lebih sebagai instalasi
militer dan bangunan perdagangan
55. DAENDELS DAN LANGGAM INDISCH EMPIRE
Gubernur Jendral W.M. Daendels (18018-1811)
berkuasa atas mandat dari Republik Perancis
yang saat itu menguasai Belanda.
Pada tahun 1807 atas rekomendasi Kaisar
Napoleon Bonaparte dia ditugasi untuk
menguasai Indonesia dengan tugas utama
mempertahankannya dari serangan Inggris.
Daendels dikenal dengan kebijakannya yang
rasional namun sangat keras den berusaha
menjadikan wilayah Indonesia sebagai negri
jajahan yang dikelola secara sistematis.
Peninggalan fisik terpenting Daendels adalah
Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dan “Istana
Putih” di Lapangan Banteng yang
memopulerkan Langgam Indisch Empire
sebagai ungkapan kewibawaan Penguasa.
Langgam ini dikembangkan dari Neo-Klasik
atau Empire Style yang saat itu dipromosikan
oleh Kekaisaran Republik Perancis.
56. NEO KLASIK DAN KOLONIALISME
Neo Klasik adalah langgam yang
dikembangkan di Eropa terutama Perncis di
akhir masa Kerajaan, menjelang Revolusi
Perancis. Langgam ini menampilkan:
• arsitektur Klasi k yang berasal dari
PerdabanYunani dan Romawi (kolom,
pedimen, entablature dsb)
• rasionalitas geometri (proporsi, skala,
simetri dsb.).
Karena dianggap mewakili peradaban
Eropa yang unggul, langgam ini diterapkan
juga di negri-negri jajahan Eropa.
Istana PetitTrianon diVersailles (rancangan Jaques
Gabriel untuk Ratu Maria Antoinette)
Pusat Pemerintahan Negara BagianVirginia di
Amerika (rancangan PresidenThomas Jefferson)
57. LANGGAM
INDISCH
EMPIRE
ISTANA PUTIH DAENDELS
Daendels embentuk pusat pemerintahan
baru di Batavia di Kawasan Lapangan
Banteng dengan kompleks yang sangat
besar yang dikenal sebagai Istana Putih.
Kompleks besar ini menerapkan langgam
Indisch Empire yang merupakan modifikasi
dari Empire Style di Eropa dengan elemen-
elemen Klasik dan keteraturan geometri
yang kuat.
58. LANGGAM
INDISCH
EMPIRE
ISTANA GUBERNUR JENDRAL
Istana Bogor
Dirintis oleh Gubernur
Jendral Baron van
Imhoff pada tahun
1744, selesai di masa
Raffles dan dibangun
ulang pada tahun
1850)
Istana
Merdeka
Dibangun di Medan
Merdeka (Alun-alun
Raja Koneningsplein
oleh Gubernur
Jenderal J.W. van
Lansberge tahun
1873)
72. arsitektur
modern
PERUBAHAN MENDASAR DI EROPA
PASCA PERANG DUNIA I
Obsesi tentang KEMAJUAN yang
didasari PEMIKIRAN RASIONAL
(objektif-universal), PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI dan TATA MASYARAKAT
BARU menjadikan Eropa ingin
merombak dasar-dasar peradaban
mereka untuk mengembangkan sesuatu
yang sama sekali BARU.
→Termasuk di dalamnya
ARSITEKTUR MODERN
73. MASA KOLONIAL AKHIR: ART DECO
ART DECO adalah langgam seni hias modern yang muncul di Eropa ada
awal tahun 1920-an, menyebar ke seluruh duni dan surut pada tahun
1940-an.
Langgam ini berkembang dari keinginan untuk membuat hiasan dengan
ESTETIKA MODERN yang terbebas dari ornamen-ornamen Eropa kuno
dan sesuai dengan kecenderungan produksi mesin industri. .
Pada tahun 1925 di Paris diselenggarakan Pameran dengan tajuk
L’EXHIBITON DES ARTS DECORATIVES ET MODENE INDUSTRIELLE .
Dari pameran inilah namaArt Deco muncul.
Langgam yang sangat populer ini memengaruhi bentuk berbagai benda,
mulai dari pencakar langit hingga benda-benda kecil buatan pabrik.
Langgam ini dicirikan oleh kekayaan hiasan/dekorasi/ornamentasi yang:
• Menggunakan berbagai variasi bentuk-bentuk geometris (segitiga,
lingkaran, persegi, zig-zag, strip, poligon dsb.)
• Menggunakan material industrial modern (alumunium, stainless
steel, plastik, beton dsb.)
• Cenderung menggunakan warna yang simpel dan mencolok.
Gedung pencakar langitChrysler di NewYork danArt Deco Furniture.
76. MASA KOLONIAL AKHIR: ART DECO
Perekonomian Bandung yang tumbuh pesat pada tahun
1930-an memicu perkembangan langgamArt Deco
terutama pada bangunan komersial yang sedang
“trendy” pada saat itu.
GedungTigaWarna dan Hotel Savoy Homann karya
Aalbers (atas) menunjukkan Strreamline Deco Salah satu
cabangArt Deco menekankan pada bentuk-bentuk yang
didominasi oleh garis lengkung tanpa sudut seperi
bentuk otomotif..
Hotel Grand Preanger karyaWolff Schoemaker
menunjukkanOrnamental Deco dengan kekayaan rinci
ragam hias.
77. MASA KOLONIAL AKHIR: DE STIJL
GERRITT. RIEDVELT
Red & Blue Chair
Schroeder House
(Utrecht, 1921)
Cover Majalah De Stijl
DE STIJL [the Style] adalah Gerakan Arsitektur Modern yang paling
penting yang berkembang di Belanda (1917-1931).
• Langgam universal (berlaku di seluruh dunia untuk segala sesuatu) dan
obejektif (tidak bergantung pada selera pribadi atau subjektivisme).
• Seni bentuk baru (Neoplastisisme) yang didasarkan pada elemen-
elemen murni geometris dan warna-warna primer yang dianggap
sebagai elemen yang paling mendasar
• Komposisi terbebas dari aturan penyusunan lama yang baku.
78. BANGUNAN KOMERSIAL
DENGAN LANGGAM DE STIJL
Bioskop Megaria, Jakarta
Bioskop Permata,Yogyakarta
Hotel Oranje/Yamato/Majapahit, Surabaya
83. Kantor Gubernur, Kantor Residen, dan Kantor Kepolisian
Karesidenan (1929-1931) Arsiteknya adalah Ir.W. Lemei, HA.
Breuning danWB Carmiggelt.
Sering dikaitkan dengan Balai Kota Hilversum dengan arsitek
W. Dudok (1915)
90. Gedung Sate dibangun sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda yang
akan dipindahkan dari Batavia ke Bandung.
Meskipun bangunan ini berstrkutur rangka beton bertulang yang ramping,
penampilannya tetap masif seperti bangunan berdinding pemikul untuk
menegaskan karakter monumentalnya.
Gerber merancang komposisi bangunan ini sebagai blok memanjang
sebagaimana azimnya gedung perkantoran dan menerapkan elemen-
elemen tradisional secara parsial pada fasad dan selubungnya, antara lain:
atap tumpang, atap limasan, profil candi yang digabung dengan elemen dari
arsitektur Asia lainnya seperti plengkung dan pilar India serta konsol Cina.
ARSITEKTUR
MODERN
TRADISONAL
Gedung
Sate
H. J. Gerber,
Bandung, 1915
91. LANGGAM
MODERN
TRADISIONAL
Sejumlah arsitek menekuni kajian bangunan kuna dan
tradisional di Indonesia dengan berbagai penedekatan
(kesejarahan, teknik, simbolis, arkeologis, budaya dsb.)
dengan keyakinan bahwa kajian ini dapat membantu mereka
untuk menciptakan bangunan baru yang relevan dengan
kebutuhan masa kini dan sesuai dengan konteks sosial-budaya
setempat.
Kajian H. Maclaine-Pont tentang struktur bangunan Jawa yang diyakininya berasal
dari struktur tenda.
92.
93. ARSITEKTUR
MODERN
TRADISONAL
Aula ITB
H. Maclaine-Pont,
Bandung, 1920
Maclaine Pont merancang sepasang Aula Barat dan AulaTimur kampus
Technische Hoogeschool (sekarang ITB) dengan atap yang sangat
menonjol. Berbagai bentuk atap dari Nusantara bagian barat
(Minangkabau, Batak Karo, Jawa, Sunda dsb.) dilebur dalam gubahan
bentuk ini.
Komposisi yang berundak memungkinkan seluruh ruang dalam bangunan
besar ini mendapatkan cahaya matahari dengan baik.
Meskipun memiliki penampilan bentuk tradisional, bangunan ini memiliki
struktur kayu yang cangggih dengan busur parabolik yang terbuat dari
papan kayu yang ditumpuk untuk membentuk bentang lebar.
95. ARSITEKTUR
MODERN
TRADISONAL
Gedung
Pentas
Sobokarti
Thomas Karsten,
Semarang, 1928
Sekilas Gedung Pentas Sobokarti tampak seperti pendapa Jawa tradisonal
biasa yang dikelilingi oleh tembok rapat.Thomas Karsten menata ulang
elemen-elemen pendapa untuk menciptakan ruang yang melayani
hubungan sosial yang baru yakni pentas publik komersial.
Dia membuat atap bangunan ini memiliki atap yang bercelah sehingga
memungkinkan pencahayaan dan penghawaan alami yang merata.
Susunan tempat duduk di tepi dibuat berundak yang memungkinkan semua
penonton memiliki sudut pandang yang baik ke arah panggung.
Rangka bangunan sepenuhnya dari kayu dengan menambah perkuatan
sudut pada sambungan-sambungannya.
97. ARSITEKTUR
MODERN
TRADISONAL
RS Onder
de Bogen
JFL Ghijsels,
Yogyakarta, 1935
JFL Ghijsels merancang Rumah Sakit ini sebagai sekumpulan pavilyun
yang disusun mengelilingi halaman taman. Sang arsitek
mempertahankan skala bangunan tradisional sehingga Rumah Sakit
ini memiki kesan seperti perkampungan tradisional. Selasar lebar dan
terbuka yang mengelilingi dan menghubungkan pavilyun-pavilyun
tersebut memungkinkan pengguna bangunan ini untuk menikmati
taman sepanjang jalur sirkulasinya.
DI antara rancangan Ghijsels, bangunan ini memiliki karakter
tradisonal yang palin menonjol.