Rumah tradisional Bali dibangun berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali dan selalu dihiasi ukiran yang merepresentasikan manusia, binatang, dan alam lainnya. Arsitektur tradisional Bali dipengaruhi konsep-konsep dasar seperti orientasi kosmologi, keseimbangan kosmologi, dan hirarki ruang yang mempengaruhi tata nilai ruangnya.
2. Rumah Bali dibangun
sesuai dengan aturan
Asta Kosala Kosali,
bangunan atau
arsitektur tradisional
daerah Bali selalu
dipenuhi hiasan,
berupa ukiran,
peralatan serta
pemberian warna.
Ukiran maupun
pahatan yang
ditempatkan pada
bangunan tersebut
mengambil tiga
kehidupan di
bumi,yaitu manusia,
binatang dan
3. meliputi aspek-aspek yang biasa disebut
‘’Tri Hita Karana’’.
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga
penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita =
sejahtera, Karana = penyebab). Pada
hakikatnya Tri Hita Karana mengandung
pengertian tiga penyebab kesejahteraan
itu bersumber pada keharmonisan
hubungan antara:
Manusia dengan Tuhannya.
Manusia dengan alam lingkungannya.
Manusia dengan sesamanya.
Orang Bali sangat mementingkan arah
kemana rumahnya akan menghadap,
karena arah sangat penting artinya dalam
kepercayaan dan kehidupan suku Bali.
hal yang dianggap keramat atau suci
lainnya diletakkan ke arah gunung arah
ini disebut kaja.
hal yang tidak dianggap keramat atau
suci seperti pura dalem atau kuil yang
ada hubungannya dengan kuburan dan
4.
5. Struktur Rumah Bali
Sistem konstruksi pada arsitektur rumah tradisional Bali mempertimbangkan
konsep penting yang dinamakan tri angga, yaitu sebuah konsep hirarki dari
mulai nista, madya dan utama.
Bentuk segi empat dan segi empat panjang adalah bentuk yang paling
banyak digunakan sebagai bangunan induk rumah tinggalnya. Sebahagian
besar bentuk atap bangunannya menggunakan bentuk limasan dan beberapa
menggunakan bentuk atap pelana seperti untuk bangunan paon/dapur.
6. .
Struktur untuk bagian setiap bangunan
masing-masing yaitu :
Bale sakepat adalah bagian bangunan dengan tiang
penyangga berjumlah
empat buah, dengan konstruksi tiang kolom yang
disatukan dalam satu
puncak atap. Jadi tidak perlu pada bagian tersebut
terdapat kuda-kuda.
Bale sakenam adalah bagian bangunan dengan
tiang penyangga berjumlah
enam buah dalam deretan yang berukuran 2 x 3
meter/kolom.
Bale tiang sanga adalah sebuah bale dengan tiang
penyangganya berjumlah sembilan dan biasanya
dalam formasi 3 x 3.
Bale sakarolas atau bale gede adalah bale dengan
tiang penyangga yang berjumlah dua belas buah dan
8. Material Bangunan Bali
Materialnya terbuat dari
kayu cendana, menengen, cempaka,
kuanitandan majegau dipergunakan
pada bangunan -
suci (Sanggah/Merajan/Pura). Kayu ket
ewel,teger,ben-du,sentul
,sukun,seseh dan timbul dipergunakan
untuk bangunan bale pada rumah
tinggal. Sedangkan untuk bangunan
lumbung (jineng) dan dapur
(paon) mempergunakan kayu wangkal,
kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu.
Untuk Material Gapura dan kuil suci
biasanya menggunakan material dari
batu, batu bata, dan untuk jaman
sekarang banyak yang menggunakan
campuran semen.
10. Denah rumah bali
Pada dasar nya peletakan areanya
sama, seperti jineng (tempat padi).
Paon (dapur), dan tempat
suci,hanya perbedaannya dari
bentuk tanah dan sedikt banyak
nya bale,makin kaya keluarga
tersebut makin banyak balenya.
11. Contoh Gambar Jineng ( Tempat
Padi )
•Contoh Gambar Jineng ( Tempat Padi ) Contoh Gambar Tempat Suci
12. Contoh Gambar Angkul –Angkul ( Pintu
Gerbang)
Contoh Gambar Aling-aling ( penghalang
pandangan kedalam)
•Contoh Gambar Paon (Dapur) Contoh Gambar Bale Pada Rumah Tradisional
Bali
13. Arah Mata Angin Konsep Dasar
1.Konsep hirarki ruang, Tri Loka
atau Tri Angga
2.Konsep orientasi kosmologi, Nawa
Sanga atau Sanga Mandala
3. Konsep keseimbangan kosmologi,
Manik Ring Cucupu
4.Konsep court, Open air
5.Konsep kejujuran bahan
bangunan
6.Konsep Dimensi tradisional Bali
yang didasarkan pada proporsi dan
skala manusia yang meliputi Astha,
Tapak, Tapak Ngandang, Musti,
Depa, Nyari, A Guli serta masih
banyak lagi yang lainnya.
Nawa Sanga adalah
konsep utama mendasar 9
mata angin yang menjadi
pedoman
bagi kehidupan keseharian
masyarakat tradisional Bali
dalam membuat rumah .
Seperti halnya dengan
mata angin yang biasa
seperrti arah utara –
selatan yang di sebut Kaja
– Kelod, dan timur–barat
yang biasa juga disebut
kangin – kaluh. Hal ini
sangat penting ini
disebabkan
arah orientasi orang Bali
terhadap Gunung Agung
dan arah terbit matahari
yang
Arsitektur tradisional Bali mempunyai
konsep-konsep dasar yang
mempengaruhi tata nilai ruangnya.
Konsep dasar tersebut adalah :
14. Ragam hias/ukiran yang dikenakan pada
bagian-bagian bangunan
dari jenis tumbuhan (Flora) antara lain:
1.keketusan yakni motif tumbuhan yang dibuat
dengan lengkungan-lengkungan serta bunga-bunga
besar dan daun-daun yang lebar.
2.kekarangan, suatu pahatan dengan motif suatu
karangan yang memyerupai tumbuhan lebat
dengan daun terurai ke bawah atau menyerupai
serumpun perdu.
3.pepatran, merupakan hiasan bermotif bunga-
bungaan. Biasanya ditempatkan pada bidang yang
sempit seperti tiang-tiang dan blandar.
dari jenis hewan (Fauna) antara lain:
1.hiasan karang bona berbentuk kepala raksasa
yang dilukiskan dari leher ke atas lobang pintu kori
Agung atau pada Bade wadah.
2.Hiasan karang sal berbentuk kepala kelelawar
bertanduk dengan gigi runcing pada rumah adat
bali.
15. Larangan Terhadap Adat
Rumah Bali
Di dalam menentukan atau memilih tata letak pekarangan rumah
pun menurut aturan tradisional Bali ada beberapa pantangan yang
harus diperhatikan yaitu:
Pekarangan rumah tidak boleh bersebelahan langsung ada
disebelah Timur atau Utara pura, bila tidak dibatasi dengan lorong
atau pekarangan lain seperti: sawah, ladang/sungai. Pantangan itu
disebut: Ngeluanin Pura.
Pekarangan rumah tidak boleh Numbak Rurung, atau Tusuk Sate.
Artinya jalan lurus langsung bertemu dengan pekarangan rumah.
Pekarangan rumah tidak boleh diapit oleh pekarangan/rumah
sebuah keluarga lain. Pantangan ini dinamakan: Karang
Kalingkuhan.
Pekarangan rumah tidak boleh dijatuhi oleh cucuran atap dari
rumah orang lain. Pantangan ini dinamakan: Karang Kalebon Amuk.
Pekarangan rumah sebuah keluarga tidak boleh berada sebelah-
menyebelah jalan umum dan berpapasan. Pantangan ini
dinamakan: Karang Negen.
Pekarangan rumah yang sudut Barat Dayanya bertemu dengan
sudut Timur Lautnyapekarangan rumah keluarga itu juga berada
sebelah-menyebelah jalan umum, ini tidak boleh. Pantangan ini
16. Pola Lingkungan atau
Perkampungan
Terbagi atas :
1. Aspek Sosial
2. Aspek Simbolik
3. Aspek Morpologis
4. Aspek Fungsional
KESIMPULAN
Arsitektur Tradisional Bali merupakan produk
tatanan budaya dan tradisi masyarakat Bali yang sudah ada
diyakini sejak kepindahan masyarakat Hindu Majapahit
akibat desakan budaya islam kerajaan Demak. Pengaruh
agama hindu yang menghormati semesta alam dan
lingkungan membawa tradisi dan penghormatan pada
arsitektur tradisional dimana material alam merupakan “zat
hidup” yang harus diperlakukan dengan baik.