Dokumen ini membahas tentang tindak tutur asertif yang digunakan oleh penjual pakaian di pasar bitingan Kota Kudus. Peneliti melakukan observasi langsung di pasar tersebut dan mencatat berbagai tindak tutur asertif yang digunakan penjual, seperti menyakinkan pembeli, menanyakan keinginan pembeli, membenarkan informasi, dan menyangsikan pernyataan pembeli. Hasil penelitian menunjukkan ada 10 jenis
2. PENDAHULUA
N
Manusia dalam kehidupannya senantiasa
melakukan komunikasi.Bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat penting karena dengan
bahasa
orang
dapat
menerima
dan
menyampaikan segala pikiran, pengalaman,
pengetahuan,
harapan,
pesan-pesan,
dan
sebagainya.Bahasa adalah salah satu ciri yang
paling khas yang membedakannya dengan
makhluk-makhluk
lain
(Nababan,
1993:
1).Dengan bahasa juga manusia mengembangkan
pemikirannya.Karena pentingnya fungsi bahasa,
maka manusia tidak pernah terlepas dari
pemakaian bahasa.
3. LANDASAN
TEORI
Pragmatik merupakan telaah makna tuturan. Tuturan
yang
digunakan
sebagai
tindakan
dalam
berkomunikasi tidak terlepas dari pesan yang ingin
disampaikan kepada lawan bicara.
Tindak tutur merupakan suatu tindakan yang diikuti
oleh pengungkapan kata-kata atau kalimat, yang
didukung oleh ekspresi tertentu. Dalam tindak tutur,
satu bentuk ujaran dapat mempunyai lebih dari satu
fungsi dan di dalam komunikasi yang sebenarnya satu
fungsi ujaran dapat dinyatakan, dilayani atau
diutarakan dalam berbagai bentuk ujaran. Dalam
menyampaikan
maksut
tersebut
ada
yang
disampaikan dengan tindak tutur langsung dan ada
yang disampaikan dengan tindak tutur tidak langsung.
4.
Jenis tindakan yang berkaitan dengan
ujaran menjadi tiga yaitu:
1 Tindak lokusi (Lecutionary act), yaitu kaitan
suatu topik dengan satu keterangan dalam
suatu ungkapan, serupa dengan hubungan
‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan
penjelasan dalam sintaksis (Searly dalam
Lubis).
2
Tindak ilokusi (Illecitionary act), yaitu
pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji
pertanyaan dan sebagainya
5. 3 Tindak perlokusi (Perlocutionary act), yaitu hasil atau
efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada
pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi
pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak
hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk
tindakan atau perbuatan.Efek atau daya pengaruh
ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja
dikreasikan oleh penuturnya
tindak tutur asertif merupakan satu kategori
tindak ilokusi yang menuntut penutur terikat
pada kebenaran proposisi yang diungkapkan,
misalnya
:menyatakan,
memberitahu,
menyarankan,
membanggakan,
mengeluh,
menuntut, melaporkan. Scarle (dalam Tarigan
1986 : 48)
6. METODE
PENELITIAN
Observasi
Metode yang digunakan peneliti menggunakan metode
turun langsung ke lapangan atau observasi kegiatan
yang ada di pasar bitingan Kudus dengan
berkonsentrasi pada tindak tutur asertif penjual
pakaian. Sumber data penelitian ini menggunakan
penyimakan terhadap tindak tutur asertif penjual
pakaian di pasar bitingan Kudus. Peneliti mencatat
tindak tutur yang ada di pasar tersebut.
Kepustakaan
Peneliti menggunakan metode kepustakaan untuk
mencari referensi-referensi sebagai teori acuan dalam
penelitian
7. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Menyakinkan
Penjual pakaian ini menyakinkan pembeli untuk membeli
barang dagangannya. Seperti berikut ini:
Pn : “Model ngenten niki lagi laris sanget lho Pak. Kala
wingi wonten bakul Demak mendet kalih kodi, seminggu
pun kulakan malih”.
(“Model seperti ini laku sekali, kemarin ada pedagang
Demak mengambil dua kodi, baru seminggu sudah pesan
lagi”)
Menanyakan
Penjual dalam menanyakan ingin memperoleh sesuatu
keterangan dari pembeli tentang sesuatu yang belum
diketahuinya. Seperti berikut ini:
Pn : “Mangga, mangga ... badhe ngersakke menopo,
Mbakyu?”
(“Mari, mari ... mau mencari apa, Mbak?’), Dsb.
8.
Membenarkan
Penjual dalam membenarkan merupakan memastikan
sesuatu yang diketahui atau dilihat adalah benar adanya.
Seperti berikut ini:
Mt : “Niki nek sakodi angsal satus tho?”
(“Ini kalau satu kodi sapat seratus?”)
PN : “Saestu Pak”
(“Benar”)
Menyangsikan
Menyangsikan adalah meragukan sesuatu yang belum jelas
kebenarannya. Seperti berikut ini:
MT : “sepatu ngenten niki, teng Surabaya namung
selangkung lho Bu?”
(“sepatu seperti ini di Surabaya cuma dua puluh lima, Bu?”)
Pn : “Selawe?”
(“Dua puluh lima?”). dsb.
9. PENUTUP
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini antara lain:
Penjual pakaian di pasar bitingan sebagian
besar beretnis Jawa, walaupun ada juga yang
beretnis arab dan yang lain. Kebanyakan
bahasa yang digunakan penjual adalah bahasa
jawa, tetapi ada juga yang menggunakan
bahasa indonesia.
Tindak tutur asertif terdapat 10 macam tindak
tutur yang ada di pasar bitingan, yaitu: (1)
meyakinkan, (2) menanyakan, (3)
membenarkan, (4) menyangsikan, (5)
menegaskan, (6) memamerkan, (7)
memberitahu, (8) menyangkal, (9)
menyatakan, dan (10) membanggakan.