Penelitian ini bertujuan meningkatkan kelarutan limbah minyak berat (HOW) di air dengan menambahkan bahan pencampur seperti sodium tripolifosfat (STPP), karboksimetil selulosa (CMC), pasir kuarsa dan batu apung. Parameter yang diukur meliputi kekeruhan, kadar TPH padat dan cair, pH, dan COD. Hasilnya menunjukkan STPP mampu meningkatkan kelarutan HOW di air dengan kadar TPH cair dan COD tert
PROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BERAT AKIBAT PENAMBAHAN BAHAN PENCAMPUR
1. .. ..<',
, ..
• •
VOLUME 12 NOMOR 1, April 2010 ISSN 1410-7333
2. JURNAl TANAH DAN UNGKUNGAN
/11l1li/0/Iii!18i10';0881181
Vol. 12 No.1, April 2010 ISSN 1410·7333
Penanggung Jawab/Person in Charge
Ketua Departemen IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB
Head a/Department a/Soil Sciences and Land Resource. Faculty 0/Agriculture,
Bogar Agricultural University
Editor Kepala I ChiefEditor
Iswandi Anas
Editor Pelaksana I Executive Editor
Sri Djuniwati
Dewan Editor I Editorial Board
Iskandar
Suria Darma Tarigan
Dwi Andreas Santosa
Kazuyuki Inubushi (Chiba University, Japan)
Shamshuddin lusop (UPM, Malaysia)
Editor Teknik I Managing Editor
Arief Hartono
Sekretariat I Secretariate
Elsa Morita
Departemen IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
J1. Meranti Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Indonesia
Telepon: 0251-8629360, Fax: 0251-8629358
E-mail: soilipb@indo.net.iddanjtI_soiIipb@yahoo.com
Rekening I Bank Account:
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
BRI Cabang Darmaga, Bogor 0595-01-000097-30-1
Jurnal Tanah dan Lingkungan (nama barn dari lurnaillmu Tanah dan Lingkungan), dengan ISSN 1410-7333
diterbitkan dua kali setahun yaitu pada bulan April dan Oktober oleh Departemen IImu Tanah dan
Sumberdaya Lahan (nama barn dari Departemen Tanah), FakuItas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jurnal
Tanah dan Lingkungan menyajikan artikel mengenai hasil penelitian dan ulasan tentang perkembangan
mutakhir dalam bidang iImu tanah, air, dan ilmu lingkungan sebagai bahan kajian utama. Setiap naskah yang
dikirim ke Jurnal Tanah dan Lingkungan, akan ditelaah oleh penelaah (reviewer) yang sesuai dengan
bidangnya. Nama penelaah dicantumkan pada terbitan No.2 dari setiap volume.
Harga LanggananlSubscriplion Rate:
PribadilPersonal Rp 40000 per tahun (yearly)
Institusillnstitution Rp 60 000 per tahun (yearly)
Harga belum termasuk ongkos kirim (Excluding postage)
Gambar sampul (cover photograph): Bantaran Sungai Cikarang Bekasi Laut, Desa Muara Bakti, Kec. Babelan, Kab.
Bekasi (The River Banks of Cikarang Bekasi Laut River, Muara Bakti Village,
Babelan District, Bekasi Regency) (Alfandi)
3. PEDOMAN PENULISAN
Jurnai Tanah dan Lingkungan merupakan media
yang mcnyajibn artikel 1l1engenai hasil penelitian dan
telaah perkel1lbangan mutakhir dalam bidang ilmu
tanah. air. dan ilmu lingkungan sebagai bahan kajian
utama.
Tiga ekscmplar D3skah (tennasuk yang asli) dan
diskct dikirimkan kcpada:
Sckrctariat Jurnal Tanah dan Lingkungan
Departcmen IImu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
JI. Meranti Lt 5 Wing 12,
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Tl:lp. 0251-8629360; 422047; Fax: 0251-8629358;
E-muil: soilpMI indo.nctid atau jtl-soilipb@yahoo.com
Naskah bcrupa naskah asli yang belu1l1 pernah
dipublikasikan dan diketik pada kertas ukuran A4 (21.0
x 29.7 cmj dcngan jarak ketikan 2 spasi, dengan huruf
Time's Nel" Roman 12 point. pada satu sisi dan
maksimum 15 halaman termasuk gambar dan tabel.
larak ketikan dari tcpi kiri 3.0 cm. kanan. atas. dan
bawah kert<ls masing-masing 2.5 em. Naskah ditulis
dalam bahasa Indonesia atau Inggris.
Naskah dislIslln dcngan urutan sebagai berikut:
a. Judul dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk
artikcl dalal1l bahasa Indonesia. dan judul dalam
bahasa lnggris lllltuk artikel berbahasa Inggris
b. Nama ICllgkap pcnulis (tanpa gelar)
c. Nama lcl1lbaga dall alamat lengkap dari masing
masing penu Iis
d. Nama pCllulis korcspondensi dilengkapi dengan
nomoI' tclcpon (juga HP). fax. dan e-mail
e. Abstract dulam bahasa Inggris (tidak lebih dad 250
kala)
f Kala kunei (k(,l' ll'ordl') maksimum lima kata
g. Pcndahuluan (/l1imlillctiol1)
h. Bahan dan Metodc (Material< and Methods')
i. Hasil dan Pcmbahasan (Rrsliits and Discllssion)
j. Kesimpulan (Conclusion)
k. Ucapan tcrima kasih (Acknowledgements)
I. Daftar pustaka (References)
Abstract disajikan secara singkat dan jelas, berisi
tujuan, melode dan hasil penelitian. Untuk naskah
dalam bentuk tclaah tentang perkembangan mutakhir
dalam bidang ilmu tanah, air dan ilmu lingkungan
sebagai bahan kajian utama, maka Abstract tidak perlu
dan format tulisan diserahkan pada penulis namun
aturan penulisan yang lain harus tetap diikuti.
Tabel dibnat dengan bentuk terbuka (tanpa garis
vertikal) dan dibcri Judul yang singkat. ludul, isi dan
keterangan lSI tabel diketik dengan huruf Times New
Roman uk.'.1ran humf 10 poillf. Keterangan mengenai isi
tabeL bila diperlukan, dicanturnkan sebagai catatan kaki
di bawah tabel dengan diberi nomor yang diikuti kurung
tulup dan diketik sebagai superscript. Tabel dan
Gambar (peta, ilustrasi, grafik) harus asH (bukan hasil
fotokopi), dan dibuat pada halaman terpisah
menggunakan tinta tahan air atau dicetak dengan printer
laser. Ketebalan garis 0.20-0.25 mm. Foto hitam-putih
dicetak pada kertas mengkilap (gIOS3y), ukuran kartupos
dan memiliki kontras yang baik. Biaya cetak gambar
berwarna dibebankan kepada penulis.
Satuan mengikuti satuan internasional (gram, meter
dll) dan desimal ditulis menggunakan titik.
Rujukan pustaka dalam tubuh tulisan ditulis
menggunakan sistem nama dan tahun, misalnya Brady
(1990) atau (Brady, 1990); Steel dan Torrie (1980) atau
(Steel dan Torric, 1980). Bila penulis tiga orang atau
lebih, ditulis et al. sepcrti Bohn et at. (1979) atau (Bohn
et al., 1979). Contoh kutipan sckunder: Jenny (1931
dalam Stevenson, 1982) atau (Jenny, 1931 dalam
Stevenson, 1982). Daftar pustaka disusun menurut abjad
nama-tahun.
Buku:
Brady. N.e. 1990. The Nature and Properties of Soils.
10lh
ed. Macmillan Pub!. Com., New York. 520
pp.
lurnal:
Chang, A.e.. T.e. Granato, and AL. Page. 1992. A
methodology for establishing phytotoxicity criteria
for chromium, copper, nickel. and zinc in
agricultural land application of municipal sewage
sludges. J. Environ. Qual., 21 :521-536.
Prosiding:
Blum, W.E.H. 1993. Soil protection concept of the
Council of Europe and integrated soil research. In
H.J.P. Eijsackers and T. Hammers (eds.).
Integrated Soil Research: A Basis for Proper
Protection. Kluwer Acad. Pub!., Dordecht, Boston,
London. p. 37-47.
Informasi dari internet:
Phyllosphere. 2000. 7th International Symposium on the
Microbiology of Areal Plant Surfaces, Berkeley,
California, USA: August 3-8, 2000.
(diakses 15
Maret 200 I).
Tulisan yang ditulis tidak menurut Tatacara Penulisan
lurnal Tanah dan Lingkungan, tidak akan diproses lebih
lanjut.
4. I
..;;;;111 dan Lingkullgan,Vol. 12 No.1, April 2010: 31-35 ISSN 1410-7333
PROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BERAT AKIBAT PENAMBAHAN BAHAN
PENCAMPUR
The Solubility Profile of Heavy Oil Waste Resulted by Mixing Agent Addition
Charlena11, Iswandi Anas21, Zainal Alim Mas'ud11, Ahmad Syahreja11,
Niken Dyah Wanodyantill
Departemen Kimia FMIPA IPB, Gedung Fakultas Peternakan Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor 16880
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Jl Meranti Kampus IPB Darmaga
Bogor 16880
ABSTRACT
iiealY Oil Waste (HOW) is on o/the most important petroellm waste. In the recent years. many contamination ofsoif
In' H(HV hm'e heen reported. Bioremediatiol1 is one ofthe alternatil'e technology to clean the HOW contaminated
L' il is CI1viromentaflr ji'iend~v, etrectil-e, efficient and low cost. The contaminaled soil is diluted in water to form
'1. /lolt'ever, the solubili(J' ofHOW ill lrater is l'el}' low. To increase HOW solubility in IrateI', addition of/our mixing
'. ere tested l1ame~v: Sodium Tripolyphosphate (STPP), Carhoxymethyl ceflulose (CA1C), quart sand and pumice stone.
. illl characteristics ofHOW were solid TPH was 17 water content was 1.96% and Cu and Hg content was 1.49
"iid 3.33 pph, respectively. The parameters determined were turbidity, solid TPH, liquid TPH pH and COD. The results
; that (1) the highest tllrhidi(v was in the STPP addition; (2) the lowest solid TPH was in the addition ofpumice stone;
highest liquid TPH was in the STPP addition;(4) the pH varied ji'OIn 3.6 to 7.9: (5) the ghigest COD was in the
,1/ ofSTPP. From these results it can be concfuded that the best mixing agent to increase the solubility ofHOW in soil
- ;·.as STPP.
rd~.· heavy oil waste (HOW), mixing agents, solubility ofHOW
PENDAHUJ.,UAN
1inyak bumi merupakan sumber daya a1am yang
_:~lpat diperbaharui yang penting di Indonesia. Minyak
-_. ,cbagai sumber energi banyak dimanfaatkan berbagai
:.. ' '~i Penambangan minyak bumi dan industri minyak
-:- ~l? lain memberikan nilai positif bagi perekonomian
;2~ Juga menimbulkan efek negatif bagi lingkungan.
~, :ll?gatif yang ditimbu1kan berupa limbah. Limbah
~ ...:~ bumi dapat berupa tumpahan, ceceran, atau
o-.;:,>n dari minyak bumi maupun produk-produknya,
.•.:k bekas pakai, minyak apkir dan minyak yang
,.~:.,jung dalam limbah dari suatu kegiatan industri
. :' .,'1 rumah tangga (Udiharto, 1996). Salah satu limbah
:" ,iihasilkan berbentuk cairan kental berwarna hitam
.~:' aitu limbah minyak berat atau Heavy Oil Waste
=., I
:danya Iimbah minyak berat dapat mencemari
; ... :-,:;an karena merupakan limbah minyak bumi yang
:-o:.:'1dung hidrokarbon aromatik dan berantai panjang
_ "angat berbahaya bagi lingkungan sekitamya.
- .- ,:katnya frekuensi pencemaran akan mengancam
··,>.han lingkungan. Bila hal ini tidak ditanggulangi,
::: ,;ktu singkat laju pencemaran akan tidak terkendali.
Penanggulangan pencemaran dari penambangan
bumi dapat dilakukan secara fisik, kimia, atau
biologi. Penanggulangan secara fisik dan kimia
membutuhkan waktu relatif singkat, tetapi metode ini
menyebabkan permasalahan lingkungan lainnya seperti
pembakaran dan penimbunan (landjilling). Penanggulangan
secara biologi merupakan salah satu alternatif teknologi
ramah lingkungan, efektif, efisien, dan ekonomis.
Proses bioremediasi dengan bios/ury adalah salah
satu cara untuk meremediasi Iimbah minyak berat dari
lingkungan, dimana pada teknik ini limbah minyak berat
harus didispersi terlebih dahulu ke dalam air sehingga
bakteri dapat mendegradasi. Akan tetapi karena limbah
minyak berat sulit larut dalam air maka diperlukan bahan
pencampur untuk mempermudah dispersi ke dalam air.
Biodegradasi limbah minyak berat di lingkungan air terjadi
pada bagian antarmuka lapisan air dan limbah minyak bumi
berat. Biodegradasi akan lebih cepat terjadi bila limbah
minyak berat berada dalam bentuk terdispersi di dalam air.
Kondisi ini akan memudahkan bakteri untuk mendegradasi.
Dalam penelitian ini digunakan bahan pendispersi Sodium
Tripolifosfat (STPP), Karboksimetil Selulosa (CMC), pasir
kuarsa dan batu apung.
Penelitian ini bertujuan membuat kondisi limbah
minyak berat tidak lengket dan mudah terdispersi dalam
air dengan penambahan bahan pencampur.
5. ?rl,~l Kt'lanttan Limball Minyak Bernt (Char/ena)
BAHAN DAN METODE
Sampel Heavy Oil Waste (HOW) yang telah
dikeringudarakan selama 2 hari, digiling, dan ditetapkan
Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) padat awaL Kadar air
dengan metoda gravimetri. dan kadar logam dengan
metoda spektrofotometri. Campuran sampel HOW, air dan
bahan pencampur dianalisis kadar TPH padat dan TPH
cair, kekeruhan dengan turbidimeter, pH dengan
indikator pH universal dan kadar COD.
Pengukuran TPH Padat (US EPA 1998)
Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri.
10 gram sampel dioven pada suhu 40°C selama 10 menit
dan dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah
dibuat tersebut dimasukan dalam sokslet dan diekstrak
dengan pelarut n-heksana selama 4 jam. Ekstrak yang
diperoleh dihilangkan aimya dengan Na2S04 anhidrat
kemudian dihilangkan lemaklgrease dengan silika gel.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan
rotavapor hingga kering. Labu yang telah kering
dipanaskan dalam oven pada SUhll 70°C selama 10 menit
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
%TPH (g g.1) hobol x 100%... I)
bobol sampf/ aim/
Pengukuran TPH Cair (US EPA 1999)
Padatan atall cairan HOW sebanyak 50 ml
dimaSllkkan ke dalam Erlenmeyer ditambah 50 ml heksana.
Kemudian dikocok dalam corong pisah selama I jam dan
diambil fase organiknya. Fase organik ditambah Na2S04
anhidrat. Erlenmeyer dan batu didih sebeillmnya ditimbang
dan fase organik dan Na2S04 anhidrat disaring dan
dmasllkkan ke dalam Erlenmeyer yang sudah ditimbang.
Kemudian diuapkan dan dipanaskan ke dalam oven ±I jam.
Setelah itu didinginkan dalam desikator ±30 menit dan
ditimbang (minyak dan lemak). Selanjutnya, minyak dan
lcmak ditambah 50 ml heksana dan silika gel berlebih,
sebelumnya Erlenmeyer dan batu didih ditimbang. Sampel
minyak. lemak. heksana dan silika gel disaring dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang slldah ditimbang.
Kemudian diuapkan dan dipanaskan ke dalam oven ±1 jam.
Setelah itu didinginkan dalam desikator ±30 menit dan
ditimbang (minyak).
bobot minyak (g)
x 100%......(2)
volume sampel (ml)
Kadar COD (SNI 2004)
Sampel dipipet sebanyak 10 ml ke dalam
Erlenmeyer, ditambah 0.2 gram HgS04 dan beberapa batu
didih. Kemudian ditambah 5 ml K2Cr207 0.25 N dan 15 ml
pereaksi asam sulfat-perak sulfat perlahan-lahan sambil
didinginkan dalam air pendingin. Erlenmeyer dihubungkan
dengan retluks di atas hoI plate selama 2 jam dan
didinginkan. Setelah itu didinginkan dan dibilas dengan
akuades hingga volume ±70 mL Kemudian didinginkar:
sampai temperatur kamar dan ditambah 3 tetes indikatof
ferroin. Setelah itu dititrasi dengan FAS 0.1 N sampal
berwama merah kecoklatan. Blanko dikerjakan sarna
seperti sampel dan hanya berisi akuades.
(Vblanko-Vsampel)xNFASx8000xq,
- - - - - - - - - - - -.....(31
Vsampel
Prosedur Penambahan Air dan Bahan Pencampur
Prosedur penambahan air dan bahan pencampur
dilakukan dengan 2 (dua) kali ulangan.
Penambahan Sodium Tripolifosfat (STPP)
Melalui rasio C:N:P (120:10:1) dihitung
perbandingan HOW dan STPP. Perbandingan yang
diperoleh II: I. HOW sebanyak 533 gram dan STPP
sebanyak 47 gram dicampur, kemudian dimasukkan ke
dalam ember plastik ditambah air sebanyak 2 liter dan
diaduk beberapa menit. Setelah itu dihitung TPH padat.
TPH calr, kekeruhan, pH dan COD.
Penambahan Karboksimetil Selulosa (CMC)
Perbandingan yang diperoleh 22: I. HOW sebanyak
555 gram dan CMC sebanyak 25 gram dicampur,
dimasukkan ke dalam ember plastik dan ditambah air
sebanyak 2 liter dan diaduk beberapa menit. Setelah itu
dihitung TPH padat, TPH cair, kekeruhan, pH dan COD.
Penambahan Pasir Kuarsa
Perbandingan HOW dan pasir kuarsa 8: I. HOW
sebanyak 516 gram dan pasir kuarsa 64 gram dicampur,
kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik ditambah air
sebanyak 2 liter dan diaduk beberapa menit. Setelah itu
dihitung TPH padat. TPH cair, kekeruhan, pH dan COD.
Penambaban Batu Apung
Batu apung dihaluskan terlebih dahulu.
Perbandingan HOW dan batu apung 5:1. HOW sebanyak
483 gram dan batu apung 97 gram dicampur, kemudian
dimasukkan ke dalarn ember plastik ditambah air sebanyak
2 liter dan diaduk beberapa menit. Setelah itu dihitung TPH
padat, TPH cair, kekeruhan, pH dan COD.
.HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencirian Awal Limbah Minyak Berat
Pengukuran TPH padat awal diperoleh hasil sebesar
17.2%. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai
parameter awal dan untuk menentukan bahan pencampur
limbah minyak berat yang diperlukan.
Rerata kadar air yang diperoleh sebesar 1.96%.
Artinya terdapat 1.96 gram air di dalam 100 gram sampel
limbah minyak berat. Penentuan kadar air limbah minyak
berat ini awalnya untuk mengetahui pencirian awal limbah,
6. ,Junlal Tannil dall Lingkungml, Vol. 12 No.1, April 2010: 31-35 ISSN 1410-7333
dengan pencirian awal ini dapat dijadikan rujukan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
Penentuan kadar logam digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak logam berat yang terkandung di dalamnya.
Jika melebihi ambang maka diperlukan perlakuan untuk
mengurangi kandungan logam berat. Kandungan logam
berat yang melebihi ambang akan mengganggu proses
bioremediasi. Adanya kandungan logam berat baik dalam
lumpur minyak dan medium hasil bioremediasi akan
mempengaruhi penguraian bahan organik, karena akan
menghambat kerja enzim glukosidase, fosfatase, populasi
mikroorganisme serta aktivitas enzil11 lainnya (Rossiana,
2007). Sampel lil11bah minyak berat diduga memiliki
kandungan logam Pb, Cu, dan Hg. Setelah dianalisis
kandungan yang terdapat di dalam sampel lil11bah minyak
berat adalah Cu sebesar 1.49 ppm, Hg sebesar 3.33 ppb,
dan Pb diperoleh hasil yang negatif.
Pengaruh Penambahan Air dan Bahan Pencampur
Pengukuran TPH Padat
Parameter yang digunakan dalam proses
biodegradasi limbah minyak bumi adalah Total Petroleum
ffvdrocarbon (TPH). TPH menggambarkan jumlah
hidrokarbon dengan berbagai macam panjang rantainya
tanpa melihat jenisnya yaitu alisiklik, aromatik atau alifatik.
Menurut Kepmen LH No. 128 tahun 2003, TPH
awal sebelum proses bioremediasi adalah tidak lebih dad
15%, sedangkan nilai hasil akhir pengolahannya 10000 mg
kg'l atau 1%.
25 ]
r!UJ DnDD
BL HS HP HB He
BL= Blanko, HS=STTP, HP=Pasir Kuarsa, HB=Baru Apung, HC=CMC
Gambar 1. Pengaruh bahan pcncampur terhadap kadar TPH
padat dalam sampe
Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat terjadi
penurunan dibandingkan dengan blanko. Hal ini
memperlihatkan bahwa adanya pengaruh bahan pencampur
terhadap penurunan kadar TPH padat. Penurunan TPH
padat diharapkan dapat meningkatkan TPH cair, dengan
meningkatnya TPH cair akan memudahkan bakteri
mendegradasi limbah minyak berat. TPH padat terkecil
diperoleh pada limbah l11inyak berat dan batu apung (HB)
yaitu sebesar 13.5%. Hal ini disebabkan karena batu apung
mempunyai pori-pori dan memiliki kemampuan sebagai
adsorban secara fisik, sehingga ada sebagian minyak yang
tcrperangkap di dalamnya. Perbandingan dengan TPH padat
antara bahan pencampur CMC dan batu apung tidak terlalu
jauh, karena CMC yang terdiri atas selulosa juga memiliki
kel11ampuan sebagai adsorben (Chaplin, 2006).
Campuran sampel limbah minyak berat dan STPP
(HS) juga mengalami penurunan kadar TPH padatnya
dibandingkan blanko, namun hasilnya tidak paling rendah
sebesar 14.0%. Pada parameter yang lain STPP terbukti
sebagai pendispersi yang baik dengan nilai TPH cair yang
tinggi sebesar 0.26%, COD yang tinggi sebesar 759 mg Lot,
dan kekeruhan yang tinggi sebesar 452 NTU. Hal ini dapat
disebabkan karena tidak semua minyak dapat terdispersi
dalam air, karena limbah minyak berat (HOW) memiliki
kadar minyak yang cukup tinggi.
Sampel limbah minyak berat dan pasir kuarsa (HP)
mengalami penurunan kadar TPH padatnya dari blanko,
kadar TPH padatnya lebih tinggi dibandingkan yang
lainnya. Hal ini berhubungan dengan kadar TPH cairnya
yang paling rendah. Hal ini disebabkan struktur pasir kuarsa
yang berpori sehingga minyak dapat teradsorpsi secara fisik
ke dalam pasir kuarsa.
Pengukuran TPH Cair
Parameter TPH Caif dapat dijadikan tolok ukur juga
dalam degradasi limbah l11inyak berat. Adanya penambahan
bahan pencampur mengakibatkan partikel limbah minyak
berat terdispersi dalam air dan mengeluarkan minyak di
dalamnya. Semakin tinggi nilai TPH cair limbah minyak
berat menunjukkan semakin terdispersinya limbah minyak
berat ke dalam air, yang l11emudahkan bakteri untuk
mendegradasi.
03
025 '
~ 02
U C5
Io .
•BL HS HP HB He
BL= Blanko. HS=STTP. HP=Pasir Kuarsa, HB=Batu Apung, HC=CMC
Gambar 2. Pengaruh bahan pencampur terhadap kadar TPH cair
dalam sampel
Berdasarkan Gambar 2 di atas kadar TPH calr
mengalami peningkatan dad blanko, tetapi ada sampel yang
mengalami penurunan yaitu sampel limbah minyak berat
dan pasir kuarsa (HP). Hal ini dapat disebabkan pasir
kuarsa yang memiliki sifat sebagai adsorben yang
mengadsorbsi secara fisik dengan ikatan van der walls
sehingga lebih banyak minyak yang terjerap di dalam pasir
kuarsa dibandingkan minyak yang terdispersi dalam air.
Kadar TPH cair tertinggi sebesar 0.26% pada lil11bah
minyak berat dan STPP (HS). Hal ini disebabkan STPP
memiliki gugus fosfat yang memiliki kemampuan
mel11ecahkan partikel limbah minyak berat dalam air
sehingga dapat mendispersikan limbah minyak berat dalam
air (Rich, 2003). Limbah yang awalnya berbentuk
gumpalan-gumpalan kecil menjadi lunak seperti lumpur
7. --
Profil Kelarutan Limbalz Minyak Bernt (Charlenfl)
sehingga minyak yang terdapat di dalamnya dapat keluar ke
dalam air. Hal ini mempennudah bakteri untuk
mendegradasi.
Kadar TPH cair limbah minyak berat dan batu apung
(HB) lebih tinggi dari blanko. dengan kadar TPH padat
yang rendah akan diperoleh kadar TPH cair yang tinggi,
namun hasil TPH cair yang diperoleh tidak terlalu tinggi.
Hal ini disebabkan struktur batu apung yang memiliki pori
pori yang dapat mengadsorpsi minyak, sehingga minyak
yang keluar ke dalam air tidak banyak.
Kadar TPH cair limbah minyak berat dan CMC
(HC) lebih tinggi dari blanko. Hal ini sejalan dengan kadar
TPH padat yang menurun dari blanko. Hal ini disebabkan
kemampuan CMC untuk mengadsorpsi dan mendispersi.
Kadar COD
Nilai COD menggambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawL baik yang tahan urai secara biologis maupun yang
tidak tahan urai secara biologis (APHA, 1992). Kandungan
COD besar menunjukkan banyaknya kandungan bahan
organik.
8000
7000
....;;
6000
!
~
5000
4000
c 3000
0
0 2000
1000
0
"T=
BL HS HP HB He
BL= Blanko, HS=STIP. HP=Pasir Kuarsa. HB=Batu Apung, HC~CMC
Gambar 3. Pengaruh bahan pencampur terhadap kadar COD
dalam sampel
Dalam penelitian ini bahan pencampur yang
digunakan STPP dan CMC merupakan bahan organik
sehingga kadar COD-nya relatif kebih tinggi dibanding
yang lain. Kadar COD tertinggi pada Iimbah minyak berat
dan STPP sebesar 7,592 mg L,j. Faktor besamya COD
dipengaruhi oleh kelarutan. Kelarutan antara limbah
minyak bumi berat dan STPP (HS) dilihat dari
kekeruhannya, yang secara fisik terlihat paling keruh di
antara bahan pencampur lain.
Parameter COD ini digunakan untuk mengetahui
boleh atau tidaknya hasil pengelolaan Iimbah inl langsung
dibuang ke lingkungan. Nilai COD yang diperoleh berada
di atas ambang batas yang ditentukan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998
untuk limbah cair yaitu sebesar 100 mg L,j, sehingga perlu
adanya perlakuan tambahan untuk menurunkan nilai COD
tersebut sehingga dapat langsung dibuang ke Jingkungan
secara arnan.
Pengukuran pH
Parameter pH mempengaruhi pada aplikasi
selanjutnya pada bioremediasi. Hal ini disebabkan karena
bakteri dapat hidup dan berkembang pada kisaran pH 6 - 9,
seperti yang terlihat pada Gambar 4 dibawah ini.
10
~JJ1DIll]BL HS HP HB He
BL= Blanko, HS=STTP, HP=Pasir Kuarsa. HB=Batu Apung, HC=CMC
Gambar 4. Pengaruh bahan pencampur terhadap kadar pH dalam
sampel
Berdasarkan Gambar 4 di atas pH yang diperoleh
pada kisaran 3.6 7.9. Kernpat bahan pencarnpur dapat
diaplikasikan pada penelitian biorernediasi. Jika pHnya
kurang dari kisaran diperlukan penambahan larutan basa
agar pHnya rneningkat.
Kekeruhan
Kekeruhan merupakan salah satu parameter yang
dapat menunjukkan rninyak dapat terdispersi ke dalarn air.
Limbah minyak berat yang terdispersi dalam air
rnenyebabkan kandungan minyak di dalarnnya keluar,
sehingga TPH cair menjadi meningkat dan memudahkan
bakteri untuk mendegradasi.
BL HS HP HB He
BL= Blanko, HS=STIP. HP=Pasir Kuarsa. HB=Batu Apung. HC=CMC
Gambar 5. Pengaruh bahan peneampur terhadap kekeruhan sampel
Berdasarkan grafik di atas kekeruhan tertinggi pada
limbah minyak berat dan STPP (HS) sebesar 452 NTU.
Kekeruhan mempengaruhi kadar COD juga, ketika
kekeruhannya tinggi, maka kadar COD-nya juga tinggi. Hal
ini dapat dilihat pada sampel limbah rninyak berat dan
STPP (HS) yang memiliki kekeruhan dan kadar COD
tertinggi.
8. Jurnal Tanait dan Ungkungall, Vol. 12 No.1, April 2010; 31-35 ISSN 1410-7333
KESIMPULAN
Limbah minyak berat (HOW) mengandung 17.2%
TPH. 1.96% air, Ll9 ppm Cu dan 3.33 ppb Hg, sedangkan
bahan pencampur terbaik dalam mendispersikan HOW
adalah STPP.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association 1992.
Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater. 18th
edition. Washington DC: APHA.
AWWA&WEF.
Chaplin, M., 2006. CMC. http://www.lsbu.ac.uk/water!hyp
cmc.html [21 Jun 2009].
[KLH]. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3
Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kawasan lndustri. Jakarta: Departemen Lingkungan
Hidup.
http://www.proxsis.comiperundanganiLH/doc/uu!JO
7-1998-00003.pdf[21 Jun 2009].
[KLH]. KeputusanMenteri Lingkungan Hidup Nomor 128
Tahun 2003 tentang Pengolahan Limbah secara
Biologis: Departemen Lingkungan Hidup.
http://www.proxis.comiperundanganlLH/doc/UU/Ke
pMLH 28 2003-Biotreat%20Migas.pdf [21 Jun
2009].
Rich. 2003. What is STPP?? http://ths.gardenweb.com!
fag/lists/laundry/200305360 1018823.html [24 jun
2009].
Rosianna. 2007. Fitoremediasi Iimbah cair dengan eceng
gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms) dan
limbah padat industri minyak bumi dengan sengon
(Paraserianthes falcataria 1. Nielsen) bermikoriza
[laporan penelitian]. Bandung: Fakultas Matematika
dan lImu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran.
Udiharto M. 1996. Bioremediasi minyak bumi dalam:
Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan
Lingkungall. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya,
Bogor. 24-28 Jun 1996. him 97-105.
[US EPA] United States Environmental Protection Agency.
1998. Method 1664, Revision A: n-Hexane
Extractable Material (HEM; Oil and Grease) and
Silica Gel Treated n-Hexane Extractable Material
(SGT-HEM: Non-polar Material) by Extraction and
Gravimetry. Washington DC: U.S.EPA.
[US EP A] United States Environmental Protection Agency.
1999. Method 9071B, n-Hexane Extractable
Material (HEM) for Sludge, Sediment, and, Solid
Samples. Washington DC: U.S.EPA.