SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
69
PENGARUH LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE TERHADAP MORTALITAS,
DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN PATIN (Pangasius
hypophthalmus Sauvage)
Effect of Linear Alkylbenzene Sulfonate on Mortality, Hatching Rate of Eggs and
Abnormality of Catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Larvae
E. Supriono, L. Lisnawati dan D. Djokosetiyanto
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
Linear alkylbenzene sulfonate (LAS) surfactant in the water can affecting fish in all developmental stages.
This study was aimed to observe the effect of LAS on mortality, hatching rate of eggs, and abnormality of
patin catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) larvae. Fertilized eggs were incubated in water containing
LAS at the dosages of 0.0, 0.5, 1.5, 3.0, 9.0, and 18.0 mg/L. Eggs mortality was observed every 6 hours until
larvae hatched (24 hours). The results of study showed that the exposure of 18.0 mg LAS per liter water could
put to death all the fertilized eggs and larvae be abnormal. The exposure of LAS at concentration of 9.0 mg/L
could kill 98% of eggs and hatching rate was only 2%. The abnormality in larvae was bending in the body and
tails.
Keywords: patin catfish, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS, abnormality
ABSTRAK
Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang masuk ke dalam perairan sangat berpengaruh
terhadap ikan dari stadia awal hidup ikan sampai dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
LAS terhadap mortalitas, daya tetas telur dan abnormalitas larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus
Sauvage). Telur ikan patin yang telah dibuahi di rendam dalam air yang mengandung LAS dengan konsentrasi
0,0; 0,5; 1,5; 3,0; 9,0 dan 18,0 mg/L. Mortalitas telur dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi LAS sebesar 18,0 mg/L dapat mengakibatkan mortalitas telur dan
abnormalitas pada larva secara total. Konsentrasi LAS sebesar 9,0 mg/L dapat mematikan telur hingga 98%
dan hanya menghasilkan daya tetas sebanyak 2%. Abnormalitas pada larva berupa pembengkokan pada tubuh
dan ekor.
Kata kunci: ikan patin, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS dan abnormalitas
PENDAHULUAN
Kualitas perairan tawar di Indonesia baik
sungai maupun danau semakin lama semakin
menurun akibat akumulasi bahan-bahan
pencemar termasuk surfaktan deterjen yang
dihasilkan dari limbah rumah tangga.
Kandungan surfaktan di dalam deterjen
adalah sebesar 15 – 25% dan merupakan
salah satu surfaktan anionik yang terbuat dari
rantai panjang atom karbon dan dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (Sherman et
al., 1989). Surfaktan Linier Alkylbenzene
Sulfonate (LAS) lebih berbahaya pada stadia
perkembangan awal hidup ikan rainbow trout
daripada stadia hidup yang lain selama uji
toksisitas akut (Marchetti dalam Abel,1974).
Telur dan larva dari ikan penghasil minyak
ikan akan lebih sensitif terhadap deterjen dari
pada ikan dewasa (Swedmark et al. dalam
Abel, 1974). Hokanson dan Smith (1971)
dalam Abel (1974) menemukan bahwa
Lepomis Macrohirus pada stadia penyerapan
kuning telur paling sensitif terhadap LAS.
Informasi mengenai pengaruh surfaktan,
khususnya LAS terhadap perkembangan
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 69–78 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
70
awal hidup ikan relatif sedikit (Supriyono et
al., 1998). Oleh karena itu, dibutuhkan
informasi tentang pengaruh surfaktan LAS
terhadap perkembangan awal hidup ikan
termasuk ikan patin yang telah banyak
berkembang.
BAHAN & METODE
Penelitian Pendahuluan
Penelitian dilakukan pada bulan Januari
2000 di laboratorium Lingkungan, Jurusan
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, IPB. Untuk mencari
konsentrasi Bahan surfaktan yang akan
digunakan, dilakukan penelitian pendahuluan
dengan menggunakan metode bioassay
statis. Larva ikan patin (Pangasius
hypophthalmus sauvage) yang berumur
kurang dari 1 minggu dipelihara dalam
konsentrasi surfaktan Sodium n-
dodecylbenzene Sulfonate (C12LAS) 0,0; 0,5;
1,0; 5,0; 9,0 dan 21,0 mg/L. Pengamatan
terhadap kematian ikan dilakukan setiap 2
jam selama 12 jam dan setiap 12 jam pada
jam berikutnya sampai jamke-96.
Pembuatan Kurva standar dan Uji
Kestabilan Surfaktan
Pembuatan kurva standar dengan metode
MBAS (APHA, 1975) dilakukan untuk
mencari hubungan antara absorban yang
terukur dengan konsentrasi surfaktan LAS.
Konsentrasi surfaktan yang digakan adalah
0,2; 1,0; 1,8; 2,6 dan 4,0 mg/L. Sedangkan
uji kestabilan surfaktan dilakukan untuk
megetahui peluruhan LAS sebagai dasar
waktu penggantian air. Konsentrasi surfaktan
yang digunakan dalam uji kestabilan adalah
0,0; 0,1; 1,0 dan 5,0 mg/L dengan
pengukuran sampel setiap 24 jam
menggunakan metode MBAS (APHA, 1975).
Uji Toksisitas LAS
Uji toksisitas yang dinyatakan dengan
LC50 dilakukan menggunakan telur ikan patin
yang telah dibuahi. Konsentrasi surfaktan
LAS yag digunakan adalah 0,0; 0,5; 1,5; 3,0;
9,0 dan 18,0 mg/L yang diperoleh dari
penelitian pendahuluan. Mortalitas telur
dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam)
dan dilakukan pengamatan fisik
menggunakan mikroskop. Parameter yang
diamati selama penelitian antara lain kualitas
air , daya tetas telur, persentase abnormalitas
telur, persentase mortalitas telur dan analisis
probit.
HASIL & PEMBAHASAN
Kandungan oksigen terlarut pada
beberapa konsentrasi Linier Alkylbenzene
Sulfonate (LAS) sebelum ganti air sedikit
lebih rendah akibat penggunaan air baru yang
telah diaerasi untuk menggantinya. Nilai
oksigen terlarut pada beberapa konsentrasi
LAS berkisar antara 5,71 – 6,29 mg/l dan
masih berada dalam kisaran layak untuk
kehidupan ikan sesuai pernyataan Boyd
(1982) yang menganjurkan agar oksigen
terlarut tidak kurang dari 5,0 mg/l untuk
kehidupan ikan.
Kisaran pH yang cocok untuk kehidupan
ikan jambal siam adalah 6,5 – 8,0 (Arifin dan
Tupang, 1983 dalam Surjoto, 1992).
Peningkatan konsentrasi surfaktan LAS
sampai 18,0 mg/L pada media pemeliharaan
ikan patin menghasilkan nilai pH antara 6,47
– 7,40 dan termasuk dalam kisaran normal
untuk pemeliharaan ikan patin. Nilai pH
sebelum penggatian air semakin meningkat
dengan meningkatnya konsentrasi surfaktan
LAS yang disebabkan oleh penambahan hasil
penguraian berupa ion Na+
yang bersifat
basa. Hal yang dapat mempengaruhi nilai pH
antara lain buangan-buangan industri dan
rumah tangga (Baker, 1976 dalam Wilujeng,
1995). Nilai pH sesudah penggantian air
relatif lebih tinggi dibandingkan sebelum
ganti air akibat penggunaan air baru yang
tinggi kandungan oksigennya .
Toksisitas surfaktan deterjen telah
banyak dilaporkan dapat meningkatkan,
menurunkan atau tidak berpengaruh terhadap
kenaikan kesadahan (Abel, 1974). Kisaran
nilai kesadahan yang diperoleh dari
peningkatan konsentrasi surfaktan LAS
sampai 18,0 mg/L adalah 20,02 – 44,04mg/l
CaCO3 dan termasuk dalam kesadahan
rendah (soft). Nilai kesadahan 0 – 75 mg/l
CaCO3 termasuk ke dalam kriteria kesadahan
rendah (Sawyer dan McCarty, 1967 dalam
71
Hariyadi et al., 1992). Rendahnya nilai
kesadahan sebelum ganti air dibandingkan
setelah penggantian air adalah akibat ion Ca,
Mg, dan Fe telah diikat oleh surfaktan,
sedangkan penggantian dengan air baru
belum terjadi pengikatan ion-ion tersebut
oleh surfaktan sehingga nilai kesadahan tidak
berubah.
0
1
2
3
4
5
6
7
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Oksigenterlarut(%)
Sebelum ganti air Sesudah ganti air
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan oksigen
terlarut
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
NilaipH
Sebelum ganti air Sesudah ganti air
Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan nilai pH
72
0
10
20
30
40
50
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Kesadahan(mg/LCaCO3)
Sebelum ganti air Sesudah ganti air
Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan nilai kesadahan
0
5
10
15
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Alkalinitas(mg/LCaCO3)
Sebelum ganti air Sesudah ganti air
Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan
alkalinitas
73
0
5
10
15
20
25
30
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Suhu(o
C)
Sebelum ganti air Sesudah ganti air
Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan suhu
Tabel 1. Kualitas fisika-kimia air media uji selama uji toksisitas akut surfaktan Linear
Alkylbenzene Sulfonate (LAS) terhadap telur ikan patin(Pangasius hypophthalmus
Sauvage)
Parameter Ket
Konsentrasi LAS (mg/L)
Nilai kritis
0 0,5 1,5 3,0 9,0 18,0
DO*)
K 6,01-6,29 6,00-6,15 6,02-6,10 6,04-6,10 6,03-6,22 5,71-6,03 2,0
(Pescod, 1973)Ie 3,04 3,02 3,20 3,03 3,04 2,90
pH*)
K 6,47-7,35 6,78-7,36 6,97-7,38 7,07-7,39 7,13-7,40 7,10-7,38 5,0
(Pescod, 1973)Ie 1.34 1,39 1,42 1,43 1,44 1,43
Kesadahan*)
K
20,02-
28,03
20,02-
28,03
20,02-
36,04
32,03-
44,04
36,04-
44,04
32,03-
44,04 15
(Swingle,1969)
Ie 1,47 1,47 1,62 2,34 2,54 2,34
Alkalinitas*)
K
8,00-
10,01
12,01 12,01
10,01-
12,01
12,01
10,01-
14,01 5,0
(Boyd, 1988)
Ie 1,70 2,40 2,40 2,10 2,40 2,21
Suhu**)
K 27,5-28,5 28,0-28,5 27,5-28,0 28,0-28,5 27,5-28,0 28,0-28,5 30
(Pescod, 1973)Ie 0,39 0,94 0,92 0,94 0,92 0,94
Keterangan; K : Kisaran Ie : Indeks mutu lingkungan
* : Parameter dengan nilai kritis batas bawah (Ie>1: baik; Ie=1: cukup; Ie<1: tidak baik)
** : Parameter dengan nilai kritis batas bawah (Ie>1: baik; Ie=1: cukup; Ie<1: tidak baik)
74
y = 4.4972 + 0.2772x
R2
= 0.9821
0
2
4
6
8
10
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Mortalitastelur(Probitunit)
Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan persentase
probit mortalitas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage)
Alkalinitas merupakan gambaran
kapasitas air untuk menetralkan asam atau
sebagai kapasitas penyangga terhadap
perubahan pH perairan. Nilai alkalinitas
selama penelitian berkisar antara 8,00 –
14,01 mg/l CaCO3 dan masih berada dalam
kisaran layak untuk kehidupan ikan. Boyd
(1988) menyatakan bahwa alkalinitas di
perairan berkisar antara 5 hingga ratusan
mg.l CaCO3.
Suhu air berpengaruh terhadap awal
perkembangan telur ikan. Suhu air yang
terlalu rendah mengakibatkan perlambatan
produksi enzim sehingga memperlambat
penetasan telur, sedangkan jika terlalu tinggi
akan mengakibatkan penetasan prematur
embrio muda yang kebanyakan tidak mampu
hidup (Waynorovich dan Horvath, 1980).
Suhu air selama penelitian berkisar antara
27,5 – 28,5°C dan sesuai untuk kehidupan
telur yang berkisar antara 28 – 29°C
(Waynorovich dan Horvath, 1980).
Tembaga (Cu) merupakan logam berat
yang dijumpai pada perairan alami dan
merupakan unsur esensial bagi tumbuhan dan
hewan. Kadar tembaga yang terukur pada
media pemeliharaa sebesar 0.045 µg/ml.
Sedangkan Besi (Fe) ditemukan dalam
bentuk kation ferro (Fe2+
) dan ferri (Fe3+
)
sebesar 0,077 µg/ml dan termasuk dalam
kisaran aman untuk kehidupan ikan. Kadar
timbal (Pb) yang ditemukan dalam bentuk
terlarut dan tersuspensi pada perairan yang
juga masih berada dalam kisaran aman untuk
kehidupan ikan yaitu sebesar 0,540 µg/ml.
Kelarutan timbal pada perairan lunak (soft
water) sekitar 0,5 mg/l sedangkan pada
perairan sadah (hard water) sekitar 0,003
mg/l (Effendi, 2000). Berdasarkan kriteria
Yoazhi-Qi (1980) dalam Suwarno (1987),
kualitas air, logam berat dan indeks mutu
lingkungan air (Ie) selama uji toksisitas akut
termasuk dalam kategori baik untuk
mendukung kehidupan organisme akuatik
(Tabel 1).
Untuk mengetahui toksistas akut bahan
uji, dilakukan analisis probit dengan
menetukan nilai LC50-24 jam. Hubungan
antara konsentrasi LAS dengan derajat
mortalitas hewan uji selama waktu dedah 24
jam yaitu:
Y = 4,497 + 0,277X
Keterangan;
Y: Persentase probit mortalitas telur ikan
patin
X: Konsentrasi LAS (mg/L)
75
Berdasarkan analisis probit didapatkan nilai
LC50-24 jam sebesar 1,8 mg/L
Peningkatan konsentrasi surfaktan LAS
menyebabkan peningkatan mortalitas telur
ikan. Peningkatan sebesar 18,0 mg/l
mengakibatkan mortalitas mencapai 100%
dengan jumlah mortalitas terbesar terjadi
pada jam ke-6. Sedangkan pada konsentrasi
LAS 9,0 mg/l , jumlah mortalitas terbesar
terjadi pada pengamatan jam ke-24. Hal ini
menunjukkan bahwa surfaktan LAS pada
konsentrasi 18,0 mg/l merupakan konsentrasi
yang mematikan bagi telur ikan, namun
masih dapat bertahan pada konsentrasi 9,0
mg/l walaupun hanya 2% yang menetas.
Pengamatan secara visual didasarkan pada
warna dan kecerahan telur. Telur ikan yang
mati akan mudah dikenali karena
kecerahannya hilang sehingga warnanya jadi
memutih dan keruh (Sumantadinata, 1983).
Meningkatnya mortalitas telur akibat
meningkatnya konsentrasi surfaktan LAS
disebabkan surfaktan LAS yang bersifat
toksik. Menurut Sherman et.al., (1989)
deterjen LAS dalam bentuk phenol
merupakan suatu bahan kimia yang bersifat
toksik ketika terurai dan dapat
membahayakan ikan.
Surfaktan yang terkandung di dalam air
dapat menurunkan tegangan permukaan
membran telur sehingga memudahkan
surfaktan masuk dan melakukan penetrasi ke
dalam telur yang akan menghambat beberapa
sistem enzim dan akan menekan aktivitas
respirasi. Akibat terhambatnya aktivitas
respirasi adalah terganggunya proses
pengambilan oksigen yang dilakukan oleh
telur sehingga telur kekurangan oksigen yang
berakibat kematian. Pada kondisi air tidak
mengalir, kekurangan oksigen dapat menjadi
salah satu sebab kematian telur
(Woynorovich dan Horvath, 1980). Selain
itu, waldichut (1979) dalam Connell dan
Miller (1995) menyatakan bahwa suatu
toksikan (bahan racun) terhadap telur akan
menyebabkan kerusakan gen,
ketidaknormalan kromosom, kerusakan
membrane telur, kegagalan pernapasan, dan
toksisitas langsung terhadap embrio telur.
Peristiwa penetasan telur terjadi bila
embrio telah menjadi lebih panjang daripada
lingkaran kuning telur dan telah terbentuk
sirip perut (Balinsky, 1948 dalam
Sumantadinata, 1983). Penetasan terjadi
dengan cara pelembutan chorion oleh suatu
enzim atau substansi kimia lainnya hasil
sekresi kelenjar endoterm. Penetasan juga
dapat juga disebabkan oleh gerakan-gerakan
larva akibat peningkatan suhu, intensitas
cahaya atau pengurangan tekanan oksigen
(Blaxter, 1969 dalam Sumantadinata, 1983).
Pemberian surfaktan LAS dengan
konsentrasi berbeda akan berpengaruh
terhadap daya tetas telur hewan uji. Surfaktan
LAS pada kadar yang tidak mematikan dapat
mempercepat penetasan telur ikan patin
namun larva yang dihasilkan tidak normal.
Daya tetas telur pada konsentrasi surfaktan
LAS 9,0 mg/l tercatat hanya sebesar 2% dan
semua larva yang dihasilkan abnormal. Larva
abnormal diindikaasikan dengan ukuran
tubuhnya yang lebih kecil (premature), ujung
ekor melengkung dan tubuh bengkok yang
memungkinkan larva tidak berumur panjang
terbukti larva mengalami kematian setelah 12
jam. Abnormalitas telur ikan meliputi
hancurnya kuning telur, perubahan bentuk
morfologi; seperti peberubahan bentuk,
rusaknya somit pada stadia terbentuknya 11
somit dan terbentuknya mata serta
pembentukan somit yang tidak sempurna.
Dengan semakin tingginya konsentrasi LAS
persentase abnormalitas telur ikan uji juga
semakin tinggi dengan tingkat abnormalitas
terbesar terjadi pada konsentrasi LAS 18,0
mg/l sebesar 100% dan persentase abnormal
terkecil LAS 0,5 mg/l yaitu sebesar 17,4%.
Abnormalitas telur ikan disebabkan oleh
masuknya toksiksitas surfaktan melewati
membran telur yang menyebabkan
ketidaknormalan kromosom, kerusakan gen
dan terhambatnya sifat-sifat enzim dalam
rangka perkembangan embrio sehingga kerja
enzim-enzim terganggu dan bekerja tidak
sempurna. menyatakan Pada konsentrasi
tertentu kandungan surfaktan dalam deterjen
dapat mendenaturasi protein, sehingga akan
merusak beberapa system enzim dan hormon
(Abel, 1974),) termasuk enzim dan hormon
yang terlibat dalam proses pembentukkan
telur (Klein, 1962. Telur-telur yang
mengalami abnormalitas tidak akan hidup
lama karena setelah beberapa jam telur-telur
76
9.7
47
52
59.7
98 100
0
20
40
60
80
100
0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0
Konsentrasi LAS (mg/L)
Mortalitastelur(%)
Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan persentase
mortalitas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage)
90.3
53
48
40.3
2 0
0
20
40
60
80
100
0 0.5 1.5 3 9 18
Konsentrasi LAS (mg/L)
Derajatpenetasan(%)
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan derajat
penetasan telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage)
77
0
17.4
33.9
44.9
72.8
100
0
20
40
60
80
100
0 0.5 1.5 3 9 18
Konsentrasi LAS (mg/L)
Abnormalitastelur(%)
Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan Abnormalitas
telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage)
y = 4.1098e-0.0237x
R2
= 0.9861
0
1
2
3
4
5
0 12 24 36 48 60 72 84
Waktu peluruhan (Jam)
KonsentrasiLAS(mg/L)
Gambar 9. Hubungan antara waktu peluruhan dengan konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS)
78
tadi akan mati karena enzim-enzim tersebut
akan berhenti bekerja akibat pengaruh
surfaktan.
Persamaan peluruhan LAS dari data yang
doperleh adalah;
y = 4,1098e-0,0237x
Keterangan; y : konsentrasi LAS
e : epsilon (2,72)
x : waktu peluruhan (jam)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat
diketahui waktu yang dibutuhkan untuk
meluruh sebagian surfaktan LAS. Pada jam
ke-12, surfaktan LAS yang tersisa adalah
69,95% dari total konsentrasinya sehingga
digunakan sebagai dasar untuk penggantian
air yaitu setiap 12 jam untuk menjaga
kestabilan konsentrasi surfaktan LAS
tersebut.
KESIMPULAN
Pengaruh akut surfaktan Linier
Alkylbenzene Sulfonate (LAS) menyebabkan
mortalitas, keabnormalan telur dan larva
serta penurunan daya tetas telur ikan patin
(Pangasius hypophthalmus Sauvage). Nilai
LC50 – 24 jam surfaktan LAS terhadap telur
ikan patin adalah sebesar 1,8 mg/l, namun
sudah mulai berpengaruh terhadap
mortalitasnya pada konsentrasi 0,5 mg/l dan
bersifat mematikan pada konsentrasi 9,0
mg/l.
DAFTAR PUSTAKA
Abel, P.D. 1974. Toxicity of synthetic
detergent to fish dan aquatic
invertebrates. J. Fish biology, 6: 279 –
298 p.
APHA. 1975. Standard Methods for The
Examination of Water and Wastewater.
14th
ed. Washington. USA.
Boyd, C.E.1982. Water Quality Management
For Pond Fish Culture. E. S. P. Co. New
York. 318p.
Connell, D. W. dan Miller, G. J. 1995. Kimia
dan ekotoksikologi Lingkungan
Pencemaran. UI – Press. Jakarta. pp. 330
– 366
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Bogor.
Klein, L. 1962. River Pollution II. Causes
and Effect. Buttherworths, London. 547p.
Sherman, A. and Sharon J. Sherman. 1989.
Chemistry and Our Changing World.
Second Edition. Middlesex Country
College Edison. New Jersey.
S, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan
Peliharaan di Indonesia. Qastra Hudaya.
Bogor.
Supriyono, E., Takashima, F., Strussmana,
C.A. 1998. Toxity of LAS to Juvenile
Kuruma Shirmp (Penaeus Japonicus) : A
Histopathological Study on Acute and
Subcronic Levels. The Journal of Tokyo
University. Japan.
Woynarovich, E. and L. Horvath. 1980. The
Artificial Propagation of Warmwater
Finfishes. Manual For Extension. FAO
Fisheries Technical Paper No. 201.
Rome. 182p.

More Related Content

Similar to PENGARUH LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage)

PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinmuhlisun_azim
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...Repository Ipb
 
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropodaLaporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropodaPT. SASA
 
4 junal-henky-irawan
4 junal-henky-irawan4 junal-henky-irawan
4 junal-henky-irawanYou-lii Ssi
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas airBBAP takalar
 
Uji toksisitas limbah tahu
Uji  toksisitas limbah tahuUji  toksisitas limbah tahu
Uji toksisitas limbah tahuApapunituzar
 
Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Dewi Abiz
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirSabarudin saba
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015Fadila Mutmainnah
 
Jurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya DharmaJurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya DharmaMgs M Ilyas
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015Fadila Mutmainnah
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Komposisi plankton kulonprogo.2016
Komposisi plankton kulonprogo.2016Komposisi plankton kulonprogo.2016
Komposisi plankton kulonprogo.2016lisa ruliaty 631971
 

Similar to PENGARUH LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage) (20)

PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorin
 
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGEL...
 
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropodaLaporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
 
4 junal-henky-irawan
4 junal-henky-irawan4 junal-henky-irawan
4 junal-henky-irawan
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas air
 
Uji toksisitas limbah tahu
Uji  toksisitas limbah tahuUji  toksisitas limbah tahu
Uji toksisitas limbah tahu
 
Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1Erlanggaipbbab1
Erlanggaipbbab1
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
 
Jurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya DharmaJurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya Dharma
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Jurnal kepiting
Jurnal kepitingJurnal kepiting
Jurnal kepiting
 
Jurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia IndustriJurnal Kimia Industri
Jurnal Kimia Industri
 
Komposisi plankton kulonprogo.2016
Komposisi plankton kulonprogo.2016Komposisi plankton kulonprogo.2016
Komposisi plankton kulonprogo.2016
 
Nugroho, galih adi
Nugroho, galih adiNugroho, galih adi
Nugroho, galih adi
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanaji guru
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8RiniWulandari49
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxMas PauLs
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptretno12886
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxAmmar Ahmad
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)Ammar Ahmad
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakDianPermana63
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurDoddiKELAS7A
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...Kanaidi ken
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bSisiliaFil
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?AdePutraTunggali
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Fathan Emran
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxEkoPoerwantoe2
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptxAvivThea
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

PENGARUH LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage)

  • 1. 69 PENGARUH LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS TELUR DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Effect of Linear Alkylbenzene Sulfonate on Mortality, Hatching Rate of Eggs and Abnormality of Catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Larvae E. Supriono, L. Lisnawati dan D. Djokosetiyanto Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 ABSTRACT Linear alkylbenzene sulfonate (LAS) surfactant in the water can affecting fish in all developmental stages. This study was aimed to observe the effect of LAS on mortality, hatching rate of eggs, and abnormality of patin catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) larvae. Fertilized eggs were incubated in water containing LAS at the dosages of 0.0, 0.5, 1.5, 3.0, 9.0, and 18.0 mg/L. Eggs mortality was observed every 6 hours until larvae hatched (24 hours). The results of study showed that the exposure of 18.0 mg LAS per liter water could put to death all the fertilized eggs and larvae be abnormal. The exposure of LAS at concentration of 9.0 mg/L could kill 98% of eggs and hatching rate was only 2%. The abnormality in larvae was bending in the body and tails. Keywords: patin catfish, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS, abnormality ABSTRAK Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang masuk ke dalam perairan sangat berpengaruh terhadap ikan dari stadia awal hidup ikan sampai dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh LAS terhadap mortalitas, daya tetas telur dan abnormalitas larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage). Telur ikan patin yang telah dibuahi di rendam dalam air yang mengandung LAS dengan konsentrasi 0,0; 0,5; 1,5; 3,0; 9,0 dan 18,0 mg/L. Mortalitas telur dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi LAS sebesar 18,0 mg/L dapat mengakibatkan mortalitas telur dan abnormalitas pada larva secara total. Konsentrasi LAS sebesar 9,0 mg/L dapat mematikan telur hingga 98% dan hanya menghasilkan daya tetas sebanyak 2%. Abnormalitas pada larva berupa pembengkokan pada tubuh dan ekor. Kata kunci: ikan patin, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS dan abnormalitas PENDAHULUAN Kualitas perairan tawar di Indonesia baik sungai maupun danau semakin lama semakin menurun akibat akumulasi bahan-bahan pencemar termasuk surfaktan deterjen yang dihasilkan dari limbah rumah tangga. Kandungan surfaktan di dalam deterjen adalah sebesar 15 – 25% dan merupakan salah satu surfaktan anionik yang terbuat dari rantai panjang atom karbon dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme (Sherman et al., 1989). Surfaktan Linier Alkylbenzene Sulfonate (LAS) lebih berbahaya pada stadia perkembangan awal hidup ikan rainbow trout daripada stadia hidup yang lain selama uji toksisitas akut (Marchetti dalam Abel,1974). Telur dan larva dari ikan penghasil minyak ikan akan lebih sensitif terhadap deterjen dari pada ikan dewasa (Swedmark et al. dalam Abel, 1974). Hokanson dan Smith (1971) dalam Abel (1974) menemukan bahwa Lepomis Macrohirus pada stadia penyerapan kuning telur paling sensitif terhadap LAS. Informasi mengenai pengaruh surfaktan, khususnya LAS terhadap perkembangan Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 69–78 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
  • 2. 70 awal hidup ikan relatif sedikit (Supriyono et al., 1998). Oleh karena itu, dibutuhkan informasi tentang pengaruh surfaktan LAS terhadap perkembangan awal hidup ikan termasuk ikan patin yang telah banyak berkembang. BAHAN & METODE Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2000 di laboratorium Lingkungan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Untuk mencari konsentrasi Bahan surfaktan yang akan digunakan, dilakukan penelitian pendahuluan dengan menggunakan metode bioassay statis. Larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus sauvage) yang berumur kurang dari 1 minggu dipelihara dalam konsentrasi surfaktan Sodium n- dodecylbenzene Sulfonate (C12LAS) 0,0; 0,5; 1,0; 5,0; 9,0 dan 21,0 mg/L. Pengamatan terhadap kematian ikan dilakukan setiap 2 jam selama 12 jam dan setiap 12 jam pada jam berikutnya sampai jamke-96. Pembuatan Kurva standar dan Uji Kestabilan Surfaktan Pembuatan kurva standar dengan metode MBAS (APHA, 1975) dilakukan untuk mencari hubungan antara absorban yang terukur dengan konsentrasi surfaktan LAS. Konsentrasi surfaktan yang digakan adalah 0,2; 1,0; 1,8; 2,6 dan 4,0 mg/L. Sedangkan uji kestabilan surfaktan dilakukan untuk megetahui peluruhan LAS sebagai dasar waktu penggantian air. Konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam uji kestabilan adalah 0,0; 0,1; 1,0 dan 5,0 mg/L dengan pengukuran sampel setiap 24 jam menggunakan metode MBAS (APHA, 1975). Uji Toksisitas LAS Uji toksisitas yang dinyatakan dengan LC50 dilakukan menggunakan telur ikan patin yang telah dibuahi. Konsentrasi surfaktan LAS yag digunakan adalah 0,0; 0,5; 1,5; 3,0; 9,0 dan 18,0 mg/L yang diperoleh dari penelitian pendahuluan. Mortalitas telur dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam) dan dilakukan pengamatan fisik menggunakan mikroskop. Parameter yang diamati selama penelitian antara lain kualitas air , daya tetas telur, persentase abnormalitas telur, persentase mortalitas telur dan analisis probit. HASIL & PEMBAHASAN Kandungan oksigen terlarut pada beberapa konsentrasi Linier Alkylbenzene Sulfonate (LAS) sebelum ganti air sedikit lebih rendah akibat penggunaan air baru yang telah diaerasi untuk menggantinya. Nilai oksigen terlarut pada beberapa konsentrasi LAS berkisar antara 5,71 – 6,29 mg/l dan masih berada dalam kisaran layak untuk kehidupan ikan sesuai pernyataan Boyd (1982) yang menganjurkan agar oksigen terlarut tidak kurang dari 5,0 mg/l untuk kehidupan ikan. Kisaran pH yang cocok untuk kehidupan ikan jambal siam adalah 6,5 – 8,0 (Arifin dan Tupang, 1983 dalam Surjoto, 1992). Peningkatan konsentrasi surfaktan LAS sampai 18,0 mg/L pada media pemeliharaan ikan patin menghasilkan nilai pH antara 6,47 – 7,40 dan termasuk dalam kisaran normal untuk pemeliharaan ikan patin. Nilai pH sebelum penggatian air semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi surfaktan LAS yang disebabkan oleh penambahan hasil penguraian berupa ion Na+ yang bersifat basa. Hal yang dapat mempengaruhi nilai pH antara lain buangan-buangan industri dan rumah tangga (Baker, 1976 dalam Wilujeng, 1995). Nilai pH sesudah penggantian air relatif lebih tinggi dibandingkan sebelum ganti air akibat penggunaan air baru yang tinggi kandungan oksigennya . Toksisitas surfaktan deterjen telah banyak dilaporkan dapat meningkatkan, menurunkan atau tidak berpengaruh terhadap kenaikan kesadahan (Abel, 1974). Kisaran nilai kesadahan yang diperoleh dari peningkatan konsentrasi surfaktan LAS sampai 18,0 mg/L adalah 20,02 – 44,04mg/l CaCO3 dan termasuk dalam kesadahan rendah (soft). Nilai kesadahan 0 – 75 mg/l CaCO3 termasuk ke dalam kriteria kesadahan rendah (Sawyer dan McCarty, 1967 dalam
  • 3. 71 Hariyadi et al., 1992). Rendahnya nilai kesadahan sebelum ganti air dibandingkan setelah penggantian air adalah akibat ion Ca, Mg, dan Fe telah diikat oleh surfaktan, sedangkan penggantian dengan air baru belum terjadi pengikatan ion-ion tersebut oleh surfaktan sehingga nilai kesadahan tidak berubah. 0 1 2 3 4 5 6 7 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Oksigenterlarut(%) Sebelum ganti air Sesudah ganti air Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan oksigen terlarut 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) NilaipH Sebelum ganti air Sesudah ganti air Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan nilai pH
  • 4. 72 0 10 20 30 40 50 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Kesadahan(mg/LCaCO3) Sebelum ganti air Sesudah ganti air Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan nilai kesadahan 0 5 10 15 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Alkalinitas(mg/LCaCO3) Sebelum ganti air Sesudah ganti air Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan alkalinitas
  • 5. 73 0 5 10 15 20 25 30 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Suhu(o C) Sebelum ganti air Sesudah ganti air Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan suhu Tabel 1. Kualitas fisika-kimia air media uji selama uji toksisitas akut surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) terhadap telur ikan patin(Pangasius hypophthalmus Sauvage) Parameter Ket Konsentrasi LAS (mg/L) Nilai kritis 0 0,5 1,5 3,0 9,0 18,0 DO*) K 6,01-6,29 6,00-6,15 6,02-6,10 6,04-6,10 6,03-6,22 5,71-6,03 2,0 (Pescod, 1973)Ie 3,04 3,02 3,20 3,03 3,04 2,90 pH*) K 6,47-7,35 6,78-7,36 6,97-7,38 7,07-7,39 7,13-7,40 7,10-7,38 5,0 (Pescod, 1973)Ie 1.34 1,39 1,42 1,43 1,44 1,43 Kesadahan*) K 20,02- 28,03 20,02- 28,03 20,02- 36,04 32,03- 44,04 36,04- 44,04 32,03- 44,04 15 (Swingle,1969) Ie 1,47 1,47 1,62 2,34 2,54 2,34 Alkalinitas*) K 8,00- 10,01 12,01 12,01 10,01- 12,01 12,01 10,01- 14,01 5,0 (Boyd, 1988) Ie 1,70 2,40 2,40 2,10 2,40 2,21 Suhu**) K 27,5-28,5 28,0-28,5 27,5-28,0 28,0-28,5 27,5-28,0 28,0-28,5 30 (Pescod, 1973)Ie 0,39 0,94 0,92 0,94 0,92 0,94 Keterangan; K : Kisaran Ie : Indeks mutu lingkungan * : Parameter dengan nilai kritis batas bawah (Ie>1: baik; Ie=1: cukup; Ie<1: tidak baik) ** : Parameter dengan nilai kritis batas bawah (Ie>1: baik; Ie=1: cukup; Ie<1: tidak baik)
  • 6. 74 y = 4.4972 + 0.2772x R2 = 0.9821 0 2 4 6 8 10 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Mortalitastelur(Probitunit) Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan persentase probit mortalitas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan. Nilai alkalinitas selama penelitian berkisar antara 8,00 – 14,01 mg/l CaCO3 dan masih berada dalam kisaran layak untuk kehidupan ikan. Boyd (1988) menyatakan bahwa alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg.l CaCO3. Suhu air berpengaruh terhadap awal perkembangan telur ikan. Suhu air yang terlalu rendah mengakibatkan perlambatan produksi enzim sehingga memperlambat penetasan telur, sedangkan jika terlalu tinggi akan mengakibatkan penetasan prematur embrio muda yang kebanyakan tidak mampu hidup (Waynorovich dan Horvath, 1980). Suhu air selama penelitian berkisar antara 27,5 – 28,5°C dan sesuai untuk kehidupan telur yang berkisar antara 28 – 29°C (Waynorovich dan Horvath, 1980). Tembaga (Cu) merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan dan hewan. Kadar tembaga yang terukur pada media pemeliharaa sebesar 0.045 µg/ml. Sedangkan Besi (Fe) ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+ ) dan ferri (Fe3+ ) sebesar 0,077 µg/ml dan termasuk dalam kisaran aman untuk kehidupan ikan. Kadar timbal (Pb) yang ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi pada perairan yang juga masih berada dalam kisaran aman untuk kehidupan ikan yaitu sebesar 0,540 µg/ml. Kelarutan timbal pada perairan lunak (soft water) sekitar 0,5 mg/l sedangkan pada perairan sadah (hard water) sekitar 0,003 mg/l (Effendi, 2000). Berdasarkan kriteria Yoazhi-Qi (1980) dalam Suwarno (1987), kualitas air, logam berat dan indeks mutu lingkungan air (Ie) selama uji toksisitas akut termasuk dalam kategori baik untuk mendukung kehidupan organisme akuatik (Tabel 1). Untuk mengetahui toksistas akut bahan uji, dilakukan analisis probit dengan menetukan nilai LC50-24 jam. Hubungan antara konsentrasi LAS dengan derajat mortalitas hewan uji selama waktu dedah 24 jam yaitu: Y = 4,497 + 0,277X Keterangan; Y: Persentase probit mortalitas telur ikan patin X: Konsentrasi LAS (mg/L)
  • 7. 75 Berdasarkan analisis probit didapatkan nilai LC50-24 jam sebesar 1,8 mg/L Peningkatan konsentrasi surfaktan LAS menyebabkan peningkatan mortalitas telur ikan. Peningkatan sebesar 18,0 mg/l mengakibatkan mortalitas mencapai 100% dengan jumlah mortalitas terbesar terjadi pada jam ke-6. Sedangkan pada konsentrasi LAS 9,0 mg/l , jumlah mortalitas terbesar terjadi pada pengamatan jam ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa surfaktan LAS pada konsentrasi 18,0 mg/l merupakan konsentrasi yang mematikan bagi telur ikan, namun masih dapat bertahan pada konsentrasi 9,0 mg/l walaupun hanya 2% yang menetas. Pengamatan secara visual didasarkan pada warna dan kecerahan telur. Telur ikan yang mati akan mudah dikenali karena kecerahannya hilang sehingga warnanya jadi memutih dan keruh (Sumantadinata, 1983). Meningkatnya mortalitas telur akibat meningkatnya konsentrasi surfaktan LAS disebabkan surfaktan LAS yang bersifat toksik. Menurut Sherman et.al., (1989) deterjen LAS dalam bentuk phenol merupakan suatu bahan kimia yang bersifat toksik ketika terurai dan dapat membahayakan ikan. Surfaktan yang terkandung di dalam air dapat menurunkan tegangan permukaan membran telur sehingga memudahkan surfaktan masuk dan melakukan penetrasi ke dalam telur yang akan menghambat beberapa sistem enzim dan akan menekan aktivitas respirasi. Akibat terhambatnya aktivitas respirasi adalah terganggunya proses pengambilan oksigen yang dilakukan oleh telur sehingga telur kekurangan oksigen yang berakibat kematian. Pada kondisi air tidak mengalir, kekurangan oksigen dapat menjadi salah satu sebab kematian telur (Woynorovich dan Horvath, 1980). Selain itu, waldichut (1979) dalam Connell dan Miller (1995) menyatakan bahwa suatu toksikan (bahan racun) terhadap telur akan menyebabkan kerusakan gen, ketidaknormalan kromosom, kerusakan membrane telur, kegagalan pernapasan, dan toksisitas langsung terhadap embrio telur. Peristiwa penetasan telur terjadi bila embrio telah menjadi lebih panjang daripada lingkaran kuning telur dan telah terbentuk sirip perut (Balinsky, 1948 dalam Sumantadinata, 1983). Penetasan terjadi dengan cara pelembutan chorion oleh suatu enzim atau substansi kimia lainnya hasil sekresi kelenjar endoterm. Penetasan juga dapat juga disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat peningkatan suhu, intensitas cahaya atau pengurangan tekanan oksigen (Blaxter, 1969 dalam Sumantadinata, 1983). Pemberian surfaktan LAS dengan konsentrasi berbeda akan berpengaruh terhadap daya tetas telur hewan uji. Surfaktan LAS pada kadar yang tidak mematikan dapat mempercepat penetasan telur ikan patin namun larva yang dihasilkan tidak normal. Daya tetas telur pada konsentrasi surfaktan LAS 9,0 mg/l tercatat hanya sebesar 2% dan semua larva yang dihasilkan abnormal. Larva abnormal diindikaasikan dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil (premature), ujung ekor melengkung dan tubuh bengkok yang memungkinkan larva tidak berumur panjang terbukti larva mengalami kematian setelah 12 jam. Abnormalitas telur ikan meliputi hancurnya kuning telur, perubahan bentuk morfologi; seperti peberubahan bentuk, rusaknya somit pada stadia terbentuknya 11 somit dan terbentuknya mata serta pembentukan somit yang tidak sempurna. Dengan semakin tingginya konsentrasi LAS persentase abnormalitas telur ikan uji juga semakin tinggi dengan tingkat abnormalitas terbesar terjadi pada konsentrasi LAS 18,0 mg/l sebesar 100% dan persentase abnormal terkecil LAS 0,5 mg/l yaitu sebesar 17,4%. Abnormalitas telur ikan disebabkan oleh masuknya toksiksitas surfaktan melewati membran telur yang menyebabkan ketidaknormalan kromosom, kerusakan gen dan terhambatnya sifat-sifat enzim dalam rangka perkembangan embrio sehingga kerja enzim-enzim terganggu dan bekerja tidak sempurna. menyatakan Pada konsentrasi tertentu kandungan surfaktan dalam deterjen dapat mendenaturasi protein, sehingga akan merusak beberapa system enzim dan hormon (Abel, 1974),) termasuk enzim dan hormon yang terlibat dalam proses pembentukkan telur (Klein, 1962. Telur-telur yang mengalami abnormalitas tidak akan hidup lama karena setelah beberapa jam telur-telur
  • 8. 76 9.7 47 52 59.7 98 100 0 20 40 60 80 100 0.0 0.5 1.5 3.0 9.0 18.0 Konsentrasi LAS (mg/L) Mortalitastelur(%) Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan persentase mortalitas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage) 90.3 53 48 40.3 2 0 0 20 40 60 80 100 0 0.5 1.5 3 9 18 Konsentrasi LAS (mg/L) Derajatpenetasan(%) Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan derajat penetasan telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage)
  • 9. 77 0 17.4 33.9 44.9 72.8 100 0 20 40 60 80 100 0 0.5 1.5 3 9 18 Konsentrasi LAS (mg/L) Abnormalitastelur(%) Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dengan Abnormalitas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage) y = 4.1098e-0.0237x R2 = 0.9861 0 1 2 3 4 5 0 12 24 36 48 60 72 84 Waktu peluruhan (Jam) KonsentrasiLAS(mg/L) Gambar 9. Hubungan antara waktu peluruhan dengan konsentrasi Alkylbenzene Sulfonate (LAS)
  • 10. 78 tadi akan mati karena enzim-enzim tersebut akan berhenti bekerja akibat pengaruh surfaktan. Persamaan peluruhan LAS dari data yang doperleh adalah; y = 4,1098e-0,0237x Keterangan; y : konsentrasi LAS e : epsilon (2,72) x : waktu peluruhan (jam) Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk meluruh sebagian surfaktan LAS. Pada jam ke-12, surfaktan LAS yang tersisa adalah 69,95% dari total konsentrasinya sehingga digunakan sebagai dasar untuk penggantian air yaitu setiap 12 jam untuk menjaga kestabilan konsentrasi surfaktan LAS tersebut. KESIMPULAN Pengaruh akut surfaktan Linier Alkylbenzene Sulfonate (LAS) menyebabkan mortalitas, keabnormalan telur dan larva serta penurunan daya tetas telur ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage). Nilai LC50 – 24 jam surfaktan LAS terhadap telur ikan patin adalah sebesar 1,8 mg/l, namun sudah mulai berpengaruh terhadap mortalitasnya pada konsentrasi 0,5 mg/l dan bersifat mematikan pada konsentrasi 9,0 mg/l. DAFTAR PUSTAKA Abel, P.D. 1974. Toxicity of synthetic detergent to fish dan aquatic invertebrates. J. Fish biology, 6: 279 – 298 p. APHA. 1975. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 14th ed. Washington. USA. Boyd, C.E.1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. E. S. P. Co. New York. 318p. Connell, D. W. dan Miller, G. J. 1995. Kimia dan ekotoksikologi Lingkungan Pencemaran. UI – Press. Jakarta. pp. 330 – 366 Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Bogor. Klein, L. 1962. River Pollution II. Causes and Effect. Buttherworths, London. 547p. Sherman, A. and Sharon J. Sherman. 1989. Chemistry and Our Changing World. Second Edition. Middlesex Country College Edison. New Jersey. S, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Qastra Hudaya. Bogor. Supriyono, E., Takashima, F., Strussmana, C.A. 1998. Toxity of LAS to Juvenile Kuruma Shirmp (Penaeus Japonicus) : A Histopathological Study on Acute and Subcronic Levels. The Journal of Tokyo University. Japan. Woynarovich, E. and L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warmwater Finfishes. Manual For Extension. FAO Fisheries Technical Paper No. 201. Rome. 182p.