SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
1
1. PENDAHULUAN1
1.1. Latar Belakang2
Perairan Indonesia kaya akan sumber daya pakan alaminya yang disebabkan3
situasi dan kondisi perairan Indonesia yang masih cenderung baik. Dibalik perairan4
yang baik tersebut terdapat bermancam-macam faktor pendukung salah satunya dari5
pakan alami dari golongan phytoplankton kemudian zooplankton yang membuat6
perairan menjadi kaya akan manfaat untuk kelangsungan hidup organisme akuatik.7
Produsen utama diperairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme kunsumen8
adalah zooplankton, larva ikan, ikan dewasa, udang, kepiting dan lain sebagainya9
(Muhtadi dkk., 2016). Pakan alami merupakan pakan yang berupa organisme air10
yang mengambang mengikuti arus dan diperuntukan untuk ikan serta merupakan11
produsen primer atau level makanan dibawah ikan dalam rantai makanan (Dani dkk.,12
2005).13
Adanya pakan alami di perairan memberikan keuntungan besar bagi setiap14
makhluk hidup di perairan terutama bagi ikan-ikan yang masih dalam fase larva15
ataupun benih yang membutuhkan makanan yang berukuran lebih kecil dari16
tubuhnya serta memiliki kandungan protein yang cukup untuk mendukung17
kelangsungan hidup larva/benih ikan. Menurut Erlania dkk., (2010) umumnya18
diperairan ada pakan alami yang berupa organisme renik seperti; Phytoplankton,19
zooplankton, benthos, maupun organisme tingkat rendah lainnya seperti, tubifex,20
siput, larva serangga air dan lain-lain. Pakan alami sangat diperlukan sebagai sumber21
makanan utama/tambahan dalam suatu usaha budidaya perairan (Dani dkk., 2005).22
23
2
Menurut Habibi (2015), pakan alami mempunyai kandungan gizi yang24
lengkap, mudah dicerna dalam saluran pencernaan karena isi selnya padat dan25
mempunyai dinding sel yang tipis, tidak menyebabkan penurunan kualitas air dan26
dapat meningkatkan daya tahan biota air terhadap penyakit maupun perubahan27
kualitas air, kemudian cepat dalam berkembangbiak dan pergerakannya lambat28
sehingga mudah ditangkap oleh biota air. Berdasarkan keuntungan yang dimiliki29
pakan alami yang telah dijabarkan di atas maka melalui literature review ini30
diharapkan mampu menambah informasi dan pengetahuan penulis maupun31
pembaca.32
1.2. Tujuan dan Kegunaan33
Tujuan penulisan literature review ialah untuk mengkaji pemanfaatan pakan34
alami dalam budidaya akuakultur. Kegunaannya adalah untuk menambah wawasan35
mengenai pemanfaatan pakan alami dalam budidaya akuakultur kemudian dapat36
menjadi bahan dasar acuan dalam penelitian nantinya.37
2. DESKRIPSI PAKAN ALAMI38
Secara umum pakan alami merupakan makanan hidup yang berasal dari dua39
golongan besar yaitu Phytoplankton dan Zooplankton dan kemudian di manfaatkan40
bagi udang, larva, benih dan ikan. Fitoplankton dan zooplankton merupakan sumber41
karbohidrat, lemak dan protein dengan susunan asam amino yang lengkap serta42
mineral yang baik bagi larva, benih ikan, udang atau hewan akuatik lainnya. Pakan43
alami sangat berperan penting dalam rantai makanan ekosistem di perairan karena44
merupakan makanan awal ataupun makanan utama (Pamungkas dan Khasani, 2006).45
Pakan alami mampu berkembang biak di perairan yang sesuai dengan daya46
toleransi hidupnya. Misalnya plankton dapat dikembangbiakkan secara massal pada47
lingkungan yang terkendali sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Secara umum ada48
3
beberapa jenis pakan alami yang dapat dikembang biakkan secara massal antara lain49
yaitu infusoria, daphnia, diatomae, chlorella, tetraselmis, rotifer, artemia, dan50
cacing tubifex (Pamungkas dan Khasani, 2006). Kategori pakan alami dapat dilihat51
dibeberapa komponen berikut yaitu dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan lebar52
bukaan mulut ikan, mudah diproduksi secara massal, kandungan sumber nutrisinya53
yang cukup tinggi, isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah54
dicerna oleh ikan, kemudian cepat berkembang biak dan memiliki toleransi yang55
cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediannya, tidak56
mengeluarkan senyawa beracun dan gerakan menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu57
aktif sehingga mudah ditangkap oleh ikan (Pamungkas dan Khasani, 2006).58
Memperoleh pakan alami dapat dilakukan kultur murni dengan media isolasi59
ataupun buatan media isolasi yaitu dengan menggunakan media air laut ataupun air60
tawar yang sesuai dengan toleransi hidupnya. Sedangkan media buatan yaitu dengan61
menggunakan larutan kimia tertentu. Kultur murni untuk mengembang biakkan paka62
alami dilakukan di laboratorium atau tempat khusus produksi yang kemudian63
ditumbuh kembangkan di kolam atau perairan lainnya.64
Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama65
yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang66
berukuran kecil seperti Spirulina, Chorella, sedangkan yang termasuk dalam67
zooplankton adalah semua organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya68
renik. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya69
mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan renangnya sangat terbatas70
hingga keberadaannya sangat ditentukan gerakan arus (Priambodo dalam Riyana,71
2017).72
4
3. PERKEMBANGAN BUDIDAYA PAKAN ALAMI73
Pakan alami telah lama diusahakan dalam budidaya sub sektor perikanan. Di74
jepang, pakan alami telah dibudidayakan sejak tahun 1950. Indonesia sendiri, pakan75
alami telah lama juga dimanfaatkan untuk makanan benih ikan terutama untuk ikan76
hias. Makanan alami tersebut diambil dari alam atau perairan umum. Sejalan dengan77
perkembangan pembenihan udang, pada tahun 1975 berkembang yang namanya78
pembudidayaan pakan alami, diawali dengan kegiatan budidaya fitoplankton. Studi79
awal yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian jenis pakan alami bagi larva ikan80
adalah dengan cara mempelajari kebiasaan makan larva ikan tersebut di perairan81
melalui identifikasi isi lambung larva (Pamungkas dan Khasani, 2006).82
Usaha budidaya pakan alami dapat dibagi atas dua kelompok besar, yakni83
penyediaan organisme pakan alami yang selektif untuk usaha pembenihan84
ikan/udang dan pembesaran ikan hias. Kemudian ada pula penyediaan organisme85
pakan alami non selektif dengan cara pemupukan lahan dan perairan seperti86
penyediaan pakan dalam budidaya pembesaran ikan/udang di tambak, kolam dan87
keramba. Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi bagi fitoplankton dan88
zooplankton yang akan disajikan sebagai jasad pakan dalam system pembenihan89
intensif yaitu sebagai berikut; ukuran tubuhnya sesuai dengan bukaan mulut90
organisme yang dibudidayakan kemudian kondisi pakan alami yang sehat.91
4. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI (PLANKTON)92
4.1. Phytoplankton93
Salah seorang ahli kelautan dari amerika, menyebutkan lingkungan laut itu94
pada hakekatnya merupakan hutan yang tak tampak atau invisible forest. Hal itu di95
sebabkan tumbuhan laut di sekitar kita itu semuanya berukuran renik, tak kasat mata96
dan disebut sebagai Phytoplankton. Phytoplankton merupakan jasad renik kelompok97
5
nabati yang memiliki kemampuan berfotosintesis sehingga disebut sebagai produsen98
primer dalam perairan. Phytoplankton memiliki sifat yang cenderung pasif di air99
atau pergerakannya lambat dan sangat dipengaruhi oleh arus air (Pamungkas dan100
Khasani, 2006).101
Phytoplankton merupakan pakan alami yang sangat dibutuhkan bagi ikan102
konsumsi dan ikan hias. Bagi para pengusaha ikan air laut kebutuhan akan103
phytoplankton sangat diperlukan karena dalam usaha pembenihan ika air laut104
membutuhkan pakan alami dari kelompok phytoplankton. Selain itu dalam kultur105
phytoplankton hanya membutuhkan waktu yang singkat karena phytoplankton106
mempunyai siklus hidup yang sangat singkat hanya dalam hitungan hari. Hingga107
saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan108
phytoplankton dalam kultur pakan alami. Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur109
dapat ditandai dengan adanya pertambahan besar ukuran sel atau bertambahnya110
kepadatan populasi (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).111
Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan adanya112
pertambahan besar ukuran sel atau bertambahnya kepadatan populasi dan untuk113
mengetahui pertumbuhan phytoplankton dalam kultur pakan alami dapat dilihat dari114
stadia perkembangbiakan phytoplankton yang dapat dikelompokkan menjadi empat115
fase yaitu fase istirahat, fase eksponensial, fase stationer dan fase kematian. Ada116
juga beberapa ahli planktonologi membagi siklus pertumbuhan microalgae menjadi117
lima fase meliputi fase lag, fase eksponensial, fase penurunan kecepatan118
pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).119
120
121
6
4.1.1 Jenis-jenis Phytoplankton122
Jenis-jenis pakan alami sangat beragam, bisa terdapat ratusan spesies dalam123
per liter air laut sedangkan kepadatannya bisa mencapai ribuan hingga jutaan sel124
atau individu per liter air laut (Erlania dkk., 2010). Ada beberapa pakan alami dari125
golongan phytoplankton yang umum diketahui oleh para pembudidaya yaitu;126
a. Chlorella sp.127
Menurut Irfiansyah (2015), Chlorella sp dapat diklasifikasikan yaitu Divisi128
Chlorophyta, Kelas Chlorophyceae, Ordo Chlorococcales, Family Oocystaceae,129
Genus Chlorella, Spesies C. vulgaris dan C. pyrenoidosa130
131
Gambar 2-1. Morfologi Chlorella sp. (Irfiansyah, 2015)132
Chlorella sp. termasuk dalam golongan phytoplankton, Chlorella sp. juga133
merupakan ganggang hujau bersel tunggal dan berukuran mikroskopis. Chlorella sp.134
memiliki tubuh berbentuk bulat (Gambar 2-1) seperti bola ataupun bulat telur dan135
diameter selnya berukuran 3-8 mikrometer (Irfiansyah, 2015). Chlorella sp.136
memiliki protoplasma yang berbentuk cawan dan tidak mempunyai flagella sehingga137
tidak dapat bergerak aktif, dinding selnya terdiri dari selulosa dan pectin, setiap138
selnya terdapat sebuah inti sel dan satu kloroplas, protoplasma sel Chlorella sp.139
7
diliputi oleh suatu membrane yang sangat selektif terhadap apa saja yang memasuki140
sel (Kumar dan Singh dalam Irfiansyah, 2015).141
Habitat Chlorella sp. hidupnya ada dua macam, yaitu Chlorella yang hidup di142
air tawar dan Chlorella yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air143
laut adalah C. minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. Virginica. Sedangkan144
Chlorella yang hidup di air tawar belum diidentifikasi spesiesnya sehingga untuk145
Chlorella air tawar cukup menuliskan Chlorella sp. Chlorella hidup pada tempat-146
tempat yang mengandung unsur hara seperti N, P, K dan unsur mikro lainnya147
(karbon, Nitrogen, fosfor, sulfur dan lain-lain), Chlorella juga hidup pada tempat-148
tempat yang cenderung basah/berair .149
Budidaya Chlorella sangat dibutuhkan untuk keperluan makanan zooplankton150
seperti rotifer dan dapnia yang nantinya akan dipergunakan untuk pakan ikan151
konsumsi seperti benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan ikan komet152
(Carassus auratus) dari golongan ikan hias. Beberapa tahapan yang harus dilakukan153
dalam membudidayakan chlorella diantaranya adalah menyiapkan peralatan dan154
media budidaya, menyiapkan bibit chlorella tersebut dan melakukan pemeliharaan155
serta pemanenan (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).156
Jika ingin memulai dan melakukan pembudidayaan chlorella yang baik dan157
benar semisal dalam pembudidayaan chlorella sekala massal maka kita dapat158
menggunakan wadah berupa bak fiber atau sejenisnya ataupun bak beton dengan159
bentuk bulat/persegi, volume wadah untuk pembudidayaan chlorella secara massal160
berkisar antara 500 l hingga 200 ton dengan kedalaman air minimal pada wadah161
budidaya adalah 40 cm. Hal itu dilakukan agar suhu dalam wadah tidak terlalu tinggi162
pada siang hari dan tidak terlalu rendah/dingin pada malam hari, untuk sekala massal163
biasanya wadah ditempatkan di luar ruangan dan mendapat cukup cahaya matahari164
8
(Jusadi, 2003). Air yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan jalan165
penyaringan (pembersihan air secara fisik) atau yang biasa disebut dengan filterisasi,166
hal itu dilakukan agar dapat mencegah masuknya zooplankton melalui air yang akan167
memakan fitoplankton.168
Setelah air disaring secara fisik air juga harus disanitasi untuk mematikan169
fitoplankton lain dan telur-telur zooplankton yang lolos saringan. Sanitasi dapat170
dilakukan dengan menggunakan chlorine dengan dosis 30 ppm (30 g/ton air).171
Umumnya bak budidaya diisi air sebanyak 85-90% dari kapasitas. Selama budidaya172
chlorella dilakukan, aerasi perlu diberikan agar terjadi pencampuran air, sehingga173
semua sel chlorella bisa mendaptkan pupuk yang diperlukan. Aerasi berguna untuk174
menghindari stratifikasi suhu air, dan memberikan kesempatan terjadinya pertukaran175
gas, dimana udara adalah sebagai sumber gas CO2 untuk keperluan fotosintesis176
chlorella dan sekaligus untuk mencegah naiknya pH air (Jusadi, 2003). Umumnya177
fitoplankton dapat mentolerir pH air 7-9 dan optimum pada pH 8,2 – 8,7.178
Berdasarkan hasil penelitian kurangnya ketersedian cahaya sangat179
mempengaruhi pertumbuhan populasi Chlorella sp. berdasarkan hasil penelitian,180
puncak populasi tertinggi pada budidaya Chlorella sp. dengan perlakuan pemberian181
cahaya yang efektif dalam sehari (24 jam) terjadi pada perlakuan 16 jam terang, 8182
jam gelap yaitu dengan jumlah 11.970.000 sel/ml pada hari ke 11. Hal ini juga183
didukung oleh adanya suhu dan pH yang mana pada media pemeliharaan berkisar184
24°-26°C, kisaran suhu tersebut masih sesuai dengan kisaran optimum nilai suhu185
bagi kultur Chlorella sp. kemudian nilai pH selama penelitian berlangsung sebesar186
7,54-8,62 dan kisaran pH tersebut dalam kisaran yang baik untuk kultur Chlorella187
sp. (Utami dkk., 2012).188
9
Nilai kualitas air dalam kondisi yang optimum untuk mendukung pertumbuhan189
Chlorella sp. yaitu seperti nitrat pada berkisaran 0,9-3,5 mg/l, kemudian fosfat190
berkisaran 0.72-5,51 mg/l, dan nilai salinitas yang optimum ada pada kisaran 15-35191
ppt (Aprilliyanti dkk., 2016).192
b. Skeletonema sp.193
Skeletonema sp. memiliki kisaran geografis yang luas, baik pada perairan194
beriklim sedang maupun tropis, sebagian besar diatom sangat peka terhadap195
perubahan kadar garam dalam air dan kehidupan berbagai jenis fitoplankton196
termasuk Skeletonema sp. tergantung pada salinitas perairan (Armanda dalam197
Wisudyawati, 2014).198
Menurut Hoek dalam Wisudyawati (2014), klasifikasi dari Skeletonema sp.199
yaitu sebagai berikut; Filum Heterokontophyta, Kelas Bacillariphyceae, Ordo200
Centrales, Genus Skeletonema dan Spesies Skeletonema sp.201
.202
Gambar 2-2. Morfologi Skeletonema sp. (Wisudyawati, 2014)203
Skeletonema sp. memiliki diameter sel berukuran 4 - 12 µm (Gambar 2-2),204
terdapat fultoportula tertutup dengan rongga kecil yang sering terlihat di bagian205
pangkal dan membentuk untaian memanjang mulai dari bagian rongga menuju206
bagian akhir, masing-masing bagian tersebut berhubungan dengan dua bagian tubuh207
10
menyerupai katup yang berkaitan (Naik dalam Wisudyawati, 2014). Skeletonema sp.208
ditandai dengan sel silinder dengan bentuk cincin perifer tubular, fultoportula, yang209
tegak lurus menuju katup, berhubungan dengan katup yang berkaitan untuk210
membentuk koloni memanjang (Zingone dalam Wisudyawati, 2014).211
Siklus hidup Skeletonema sp. secara normal bereproduksi secara aseksual,212
yaitu dengan cara pembelahan sel, pembelahan sel yang terjadi berulang-ulang ini213
akan mengakibatkan ukuran sel menjadi lebih kecil secara berangsung-angsun214
hingga generasi tertentu, apabilah ukuran sel telah menjadi 7 mikron, secara215
reproduksi tidak lagi secara aseksual tetapi berganti menjadi seksual dengan216
pembentukan auxsopora (Angkotasan, 2016). Mula-mula epiteka dan hipoteka217
ditinggalkan dan menghasilkan auxsopora tersebut. Auxsopora akan membangun218
epiteka dan hipotaka baru dan tubuh menjadi sel yang ukurannya membesar,219
kemudian melakukan pembelahan sel sehingga membentuk rantai (Angkotasan,220
2016).221
Menurut Rohmimohtarto dan Juwana dalam Angkotasan (2016), umumnya222
Skeletonema sp. berkembangbiak dengan pembelahan sel. Cara ini memberikan hasil223
yang bagus dalam mengembangkan populasi melalui dua jalan yang berbeda yaitu:224
cara ini mendorong dalam jumlah besar yang cepat jika kondisi untuk tumbuh dan225
ukuran terbesar yang dicapai sel tunggal sebagai bagian dari populasi terus226
berkurang oleh setiap pembelahan berikutnya. Pembudidayaan Skeletonema sp.227
diperuntukan untuk kebutuhan pakan dari pakan alami dari golongan zooplankton228
seperti Artemia sp., Daphnia, Moina sp. dan beberapa pakan alami lainnya (Junda229
dkk., 2015).230
Jika ingin mendapatkan hasil kultur Skeletonema sp. yang berkualitas baik,231
maka dibutuhkan beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan kultur,232
11
faktor-faktornya ialah cahaya dengan kisaran yang baik yaitu 500-12000 lux apa bila233
lebih dari 12000 lux maka pertumbuhannya akan menurun, kemudian dari segi234
kualitas air seperti salinitas yang bisa ditolenransi oleh Skeletonema sp. yaitu235
berkisar 15-34 ppt dan optimalnya adalah 25-29 ppt, kemudian suhu yang236
optimalnya yaitu 25-27°C, pH yang optimum untuk pertumbuhan Skeletonema sp.237
berkisar 7-8 dan oksigen terlarut (DO) berkisar 1-5 mg/l (Wisudyawati, 2014).238
Aerasi sebagai pemasukan udara CO2 dan O2, kemudian Nutrient yang239
dibutuhkan oleh Skeletonema sp. terbagi atas dua kelompok yaitu makro nutrien dan240
mikro nutrient. Makro nutrien yaitu kelompok yang dibutuhkan dalam jumlah yang241
cukup besar seperti nitrogen, fosfat, dan silikat sedangkan mikro nutrien adalah242
kelompok nutrient yang dibutuhkan dalam kadar kecil yang biasanya terdiri dari243
bahan organic dan an-organic (Angkotasan, 2016).244
4.1.2 Kandungan Nutrisi245
Secara umum plankton memiliki nutrisi yang baik, dengan memiliki nutrisi246
yang baik tersebut maka dapat mempercepat laju pertumbuhan ikan, udang dan247
organisme lain yang dibudidayakan karena zat tersebut akan dipergunakan untuk248
menghasilkan energy dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Secara umum zat-zat249
nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral250
(Handajani, 2008).251
Kandungan nutrisi yang dimiliki oleh Chlorella sp yang terdapat didalam252
selnya yaitu berkisar 51-58% dan terdiri dari berbagai macam asam lemak esensial253
sebagai nutrisi yang baik bagi larva ikan (Suminto dan Chilmawati, 2014).254
Kemudian memiliki kandungan minyak sebesar 28-32%, karbohidrat 12-17%, lemak255
14-22%, dan asam nukleat 4-5% (Mufidah dkk., 2017).256
12
Sedangkan Skeletonema sp. adalah salah satu fitoplankton yang berkadar257
protein tinggi, kurang lebih berkisar 50% dan memiliki kandungan yang dapat258
memacu pertumbuhan (growth factor) yang sangat bagus bagi ikan maupun udang259
(Sutikno dalam Wisudyawati, 2014). Kandungan nutrisi Skeletonema sp.260
mengandung protein 51,77%, lemak 20,02%, abu 5,20% dan karbohidrat 16,585%261
(Wisudyawati, 2014).262
4.1.3 Perkembangan Produksi Phytoplankton263
Bagi para pengusaha ikan air laut kebutuhan akan phytoplankton sangat264
diperlukan karena dalam usaha pembenihan ikan air laut membutuhkan yang265
namanya pakan alami dari kelompok phytoplankton. Ikan-ikan yang membutuhkan266
pakan alami terdiri dari ikan konsumsi dan ikan hias. Semisal pada pembenihan ikan267
air tawar, bagi para pengusaha tidak membutuhkan yang namanya kultur268
phytoplankton secara khusus. Secara umum membudidayakan phytoplankton tidak269
terlalu sulit dikarenakan phytoplankton akan tumbuh subur dalam kolam budidaya270
jika banyak terdapat unsur hara di kolam tersebut yang menjadi sumber nutriennya.271
Selain itu, phytoplankton membutuhkan waktu yang tidak lama untuk tumbuh272
karena phytoplankton mempunyai siklus hidup yang sangat singkat dalam hitungan273
beberapa hari saja (Uschita dkk., 2015).274
4.2 Zooplankton275
Zooplankton yaitu organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan276
air dan berupa jasad hewani, plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya277
sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (phytoplankton). Kecilnya278
ukuran plankton tidaklah mengandung arti bahwa mereka adalah organisme yang279
kurang penting, mereka merupakan sumber makanan bagi ikan komersial yang280
penting yang hidup di perairan. Kelangsungan hidup ikan bergantung pada jumlah281
13
plankton yang ada di dalam perairan secara alami. Oleh karena itu agar dapat282
membudidayakan pakan alami sebagai makanan utama ikan, kita harus terlebih283
dahulu mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami yang terdapat pada perairan284
(Uschita dkk., 2015).285
Zooplankton adalah kelompok jasad renik hewani yang secara umum mampu286
bergerak aktif, meskipun pengaruh arus masih dominan, dalam sistem rantai287
makanan di ekosistem perairan zooplankton memegang peranan sebagai konsumen288
tingkat pertama yaitu dengan memakan fitoplankton, sementara larva ikan sebagai289
konsumen baik dalam produksi primer (Pamungkas dan Khasani, 2006).290
4.2.1 Jenis-Jenis Zooplankton291
a. Daphnia sp.292
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami293
kolam-kolam, sawah dan perairan umumnya yang banyak mengandung bahan294
organic, sebagai organisme air daphnia dapat hidup diperairan yang berkualitas295
cenderung baik. Beberapa factor ekologi perairan yang berpengaruh terhadap296
perkembangbiakan daphnia antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dan pH (Bahan297
Ajar Siswa K13, 2013).298
Menurut Pangkey (2009), Daphnia dapat diklasifikasikan yaitu sebagai299
berikut; Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Subfilum Crustacea, Klas300
Branchiopoda, Famili Daphniidae, Subgenus Daphnia dan Spesis Daphnia.301
14
302
Gambar 2-3. Morfologi Daphnia (Pankey, 2009)303
Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering304
juga disebut sebagai kutu air (Gambar 2-3). Disebut demikian karena cara bergerak305
yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang lebih306
400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang307
ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan308
untuk larva ikan (Pankey, 2009). Terdapat berbagai macam ukuran Daphnia,309
tergantung pada spesisnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran sedikit310
lebih besar dari Artemia yang baru menetas; dan dua kali lebih besar dari ukuran311
rata-rata rotifer dewasa. Daphnia yang baru menetas berukuran dua kali lebih besar312
dari Moina. Biasanya Daphnia berukuran 0,1 – 3 mm (Pankey, 2009).313
Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan314
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara315
aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur316
sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina317
dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai318
Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina319
akan memulai bertelur setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4 – 22 butir.320
15
Pada kondisi buruk jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi.321
Telur-telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-322
faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan, kandungan323
oksigen yang rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur yang rendah324
(Pankey, 2009).325
Jika ingin melakukan pengkulturan daphnia sp. yang baik untuk nantinya326
dapat diaplikasikan kepada ikan budidaya air tawar maka, terlebih dahulu327
memikirkan penggunaan pupuk yang alternatif sehingga minim akan biyaya328
pengeluaran produksi serta dengan penggunaan dosis yang sesuai sebagai media329
untuk kultur daphnia sp. Kemudian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,330
saran yang dapat disampaikan adalah pemberian kombinasi fermentasi 25% kotoran331
burung puyuh, 25% ampas tahu dan 50% roti afkir merupakan dosis yang dianjurkan332
dalam pola pertumbuhan, biomassa, dan produksi Daphnia sp., sebagai pakan alami333
untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulusanhidupan larva atau benih ikan dalam334
usaha pembenihan (Wibisono, 2016).335
Kualitas air yang baik untuk mendukung pertumbuhan Daphnia sp. yaitu pada336
kisaran nilai pH yang optimum berkisar 7,0-8,2, kemudian nilai oksigen terlarut337
(DO) minimal 3,5 mg/l dan jika pada konsentrasi di bawah 1 mg/l dapat338
mengakibatkan kematian bagi Daphnia sp. kemudian Daphnia sp. dapat bertumbuh339
dan berkembang biak pada kisaran nilai suhu 24-28°C dan jika terjadi penurunan340
atau kenaikan diluar dari kisaran tersebut, Daphnia sp akan cenderung pada kondisi341
dorman atau berhenti bertumbuh, dalam pembudidayaan secara massal Daphnia sp.342
akan tumbuahn secara optimal pada suhu 25°C (Darmawan, 2013). Daphnia sp.343
dapat tumbuh secara optimum pada kisaran salinitas 31-35 ppt.344
16
Daphnia sp sering dimanfaatkan sebagai pakan hidup ikan konsumsi semisal345
untuk kultur larva ikan air tawar (beberapa spesis ikan carb) dan juga beberapa jenis346
ikan hias (guppy, sword tail, black molly, platy, koi carp, dsb), biasa juga347
dimanfaatkan sebagai pakan hidup dari larva lobster air tawar, kemudian bisa juga di348
manfaatkan sebagai bahan uji toksisitas, sebagai pembersih lingkungan tercemar dan349
sebagai bahan baku penghasil kitin (Pangkey, 2009).350
b. Artemia sp.351
Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang352
sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan udang dan ikan. Artemia sp. termasuk353
dalam kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda yang berkerabat dekat354
dengan zooplankton lain seperti kopepoda dan Daphnia (kutu air). Menurut Puspa355
(2017), Artemia sp. dapat diklasifikasikan yaitu sebagai berikut; Filum Arthropoda,356
Kelas Crustacea, Ordo Anostraca, Famili Artemiidae, Genus Artemia dan Spesies357
Artemia sp.358
359
Gambar 2-4. Morfologi Artemia sp. (Puspa, 2017)360
Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm, terdapat tangkai mata yang361
terlihat jelas pada kedua sisi bagian kepala, dan antenna yang berfungsi sebagai362
17
sensori (Gambar 2-4). Artemia jantan dewasa antena berubah menjadi alat penjepit363
(muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada364
Artemia sp. betina dewasa antena akan mengalami penyusutan. Kista Artemia yang365
ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva366
Artemia yang baru menetas dikenal dengan naupli. Naupli dalam fase367
pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan368
merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo dalam Puspa, 2004).369
Artemia sp. adalah udang renik yang tergolong dalam udang primitif,370
Artemia sp. merupakan zooplankton yang hidup secara planktonic diperairan371
berkadar garam tinggi yakni berkisar antara 15-300 ppt. Artemia sp. sebagai372
plankton tidak dapat mempertahankan diri dari pemangsanya sebab tidak373
mempunyai alat ataupun cara untuk membela diri (Mudjiman dalam Puspa, 2017).374
Artemia sp. hidup di danau air asin yang ada di seluruh dunia. Artemia toleran375
terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh376
garam. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat fluktuasi,377
tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi (Rostini dalam Puspa,378
2017). Artemia sp. biasa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pakan buatan379
maupun sebagai pakan hidup untuk larva/benih ikan-ikan konsumsi salah satunya380
pada pembenihan ikan kakap putih (Latec calcarifer) dan ikan-ikan konsumsi381
lainnya.382
Sebelum melakukan pengkulturan artemia sp. maka terlebih dahulu383
memilikirkan jenis pakan apa yang paling baik untuk dapat menunjang kebutuhan384
dan kelangsungan hidup artemia sp. Berdasarkan hasil penelitian yang telah385
dilakukan, pemberian pakan alami yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang386
nyata terhadap kelangsungan hidup artemia sp. hasil penelitian menunjukan dengan387
18
memberikan kepadatan 50% Chaetoceros : 50% Nannochloropsis dan juga388
pemberian pakan 100% Nannochloropsis pada pemeliharaan Artemia sp. dapat389
menghasilakn pertambahan panjang dan kelangsungan hidup yang tinggi dimana390
rata-rata pertambahan panjang selama 9 hari dapat mencapai 7,75 mm (Sukariani391
dkk., 2016).392
Kualitas air yang optimum untuk mendukung pertumbuhan Artemia sp. yaitu393
misalkan salinitas berada pada kisaran 31-36 ppt, namun Artemia sp. tetap bisa394
hidup secara optimum pada kisaran salinitas 5-300‰ sehingga inilah yang dapat395
menyebabkan Artemia sp. tidak mempunyai pesaing makanan bila hidup pada396
kondisi salinitas tinggi. Kemudian kisaran suhu yang optimum yaitu berkisar 25-397
30°C, Artemia sp. tidak dapat bertahan hidup dibawah 6°C atau diatas 35°C,398
kemudian nilai drajat keasaman (pH) yang optimum yaitu 7, bila pH di bawah 7399
maka kehidupan Artemia sp. akan terganggu. kemudian kisaran nilai oksigen terlarut400
(DO) yang optimum yaitu 5-61 ppm (Sukariani dkk., 2016).401
c. Moina sp.402
Menurut Mudjiman dalam Riyana (2017), klasifikasi dari Moina sp. yaitu403
sebagai berikut; Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Subphylum Crustacea,404
Class Branchiopoda, Ordo Cladocera, Family Moinidae, Genus Moina dan Spesies405
Moina sp.406
19
407
Gambar 2-5. Morfologi Moina sp. (Riyana, 2017)408
Ciri-ciri morfologi Moina sp. adalah berbentuk pipih bening dan tembus409
pandang (Gambar 2-5). Bentuk tubuh Moina membulat dengan garis tengah 0.9 –410
1.8 mm dan berwarna kemerah-merahan, sedangkan bagian perut terdapat 10 silia411
dan di bagian punggungnya ditumbuhi rambut-rambut kasar perkembang biakannya412
secara sexual dan parthenogenesis, bentuk tubuhnya bulat, segmen badan tidak413
terlihat (Riyana, 2017).414
Moina sp. merupakan makanan alami yang potensial bagi larva atau benih415
ikan air tawar, karena nilai gizinya tinggi, mudah dicerna dan mempunyai daya416
reproduksi yang tinggi, yaitu cepat berkembang biak dan mudah dikembangkan serta417
memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Organisme pakan alami ini418
merupakan zooplankton air tawar, dapat hidup di sungai, rawa-rawa dan air419
tergenang (Mudjiman dalam Riyana, 2017).420
Pada bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang421
pertama disebut antena pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang422
mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan423
lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut424
20
(Lingga dalam Riyana, 2017). Moina sp. merupakan organisme yang bersifat425
planktonik dan bergerak aktif dengan alat geraknya yaitu kaki renang. Moina sp.426
mempunyai ukuran 500-1000 mikron dan mempunyai bentuk ekor yang lebih427
panjang (Djarijah dalam Riyana, 2017).428
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kelimpahan Moina sp. yang di429
sebabkan oleh perlakuan uji yang telah dilakukan yaitu dengan pemberian tepung430
ikan, tepung kedelai dan dedak yang berdeda sehingga hasil yang diperoleh dapat431
berpengaruh terdadap kelimpahan Moina sp. Menurut Febriyanto dkk., (2016),432
perlakuan yang tepat dalam perkembangan kelimpahan Moina sp. selama 9 hari433
penelitian adalah dengan pemberian tepung ikan (0,15 g) + tepung kedelai (0,15 g) +434
dedak (0,3). Kemudian puncak kelimpahan Moina sp. terjadi pada hari ke 5 dengan435
rata-rata kelimpahan pada masing-masing perlakukan selama penelitian yaitu pada436
dosis 0,4 g/L sebesar 126 ind/L, pada dosis 0,6 g/L sebesar 142 ind/L, pada 0,8 g/L437
sebesar 122 ind/L dan pada 1 g/L sebesar 93 ind/L. kualitas air yang optimum dalam438
mendukung pertumbuhan dan sintasan Moina sp. menunjukan pada kisaran pH439
sebesar 7,01-8,29, Oksigen terlarut (DO) sebesar 4,21-6,80 mg/L, suhu air 26,9-440
28,9°C dan Nh3 sebesar 0,023-0,21 mg/L (Febriyanto dkk., 2016). Kisaran salinitas441
kultur intermediate Moina sp. yaitu 31-32 ppt dan kultur massalnya pada wadah442
fiberglass atau beton berkisar 32-33 ppt (Cahyaningsih, 2016).443
Moina sp. dikultur untuk diberikan kepada larva ikan-ikan konsumsi di444
sebabkan Moina sp. memiliki nilai gizi yang baik bagi larva ikan semisal Moina sp.445
memiliki kandungan protein 37,38%, lemak 13,29%, serat kasar 0,00%, abu 11,00%446
dan kadar air sebesar 99,60% dan biasa Moina sp. ini di manfaatkan sebagai pakan447
hidup bagi larva ikan baung (Hemibagrus nemurus) (Dewi dkk., 2019).448
21
Menurut Dewi dkk., (2019) Moina sp. biasa dijadikan pakan hidup oleh para449
pembudidaya ikan air tawar contohnya pada pembudidayaan larva ikan Gurame450
(Osphronemus goramy), larva ikan baung (Hemibagrus nemurus), larva ikan lele451
(Clarias gariepinus). dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya yang dibudidayakan.452
d. Rotifer453
Filum rotifer dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta dengan 1500454
spesies, kemudian Bdelloidea dengan 350 spesies, dan terakhir yaitu Brachionidea455
yang saat ini hanya 2 spesies yang baru dikenali dari kelas Seisonidea. Memproduksi456
rotifer sebagai pakan alami tidak semudah memproduksi pakan alami Artemia,457
dalam produksi intensif rotifera untuk skala besar itu cukup sulit dilakukan karena458
memerlukan tempat yang cukup luas dan penanganannya harus terkontrol dengan459
baik (Erlania dkk., 2010).460
Menurut Tsany (2016), (Brachionus plicatilis) memiliki klasifikasi sebagai461
berikut; Phylum Avertebrata, Kelas Aschelmintes, Sub klas Rotaria, Ordo Eurotaria,462
Family Brachionidae, Sub family Brachioninae, Genus Brachionus dan463
Species Brachionus plicatilis.464
465
Gambar 2-6. Morfologi Brachionus (Brachionus plicatilis) (Redjeki, 2000)466
22
Menurut Redjeki (2000), ciri-ciri morfologi rotifera mempunyai kisaran467
ukuran tubuh antara 50-250 mikron (Gambar 2-6), dengan struktur yang sangat468
sederhana, ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama rotifera adalah469
terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini berbentuk bulat dan470
berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti roda, sehingga dinamakan471
rotifera.472
Brachionus termasuk salah satu genus yang sangat populer diantara sekian473
banyak jenis Rotifera (Gambar 2-6). Genus ini terdiri dari 34 spesies Rimper (2008).474
Menurut Tsany (2016), bahwa selain Brachionus plicatilis dikenal juga beberapa475
spesies dari genus Brachionus, antara lain: Brachionus pala, Brachionus punctatus,476
Brachionus abgularis, dan Brachionus moliis.477
Jika ingin menghasilkan rotifera dengan kualitas baik maka diharuskan untuk478
melakukan produksi dengan baik pula yaitu dengan melakukan proses pengontrolan479
rutin pada saat produksi. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi480
bakteri dan protozoa yang bersifat pathogen pada larva ikan yang akan481
menkonsumsi rotifer nantinya. Selain itu, rotifer sulit menghasilkan telur kista yang482
dapat diawetkan seperti Artemia, sehingga diperlukan juga sesuatu yang alternative483
dalam pemeliharaan dan penyimpanan agar kesulitan-kesuliatan tersebut dapat484
diatasi (Erlania dkk., 2010).485
Rotifer (Brachionus plicatilis) merupakan makanan alami dari golongan486
zooplankton yang berukuran 40-250 µm dan banyak digunakan untuk mendukung487
usaha pembenihan ikan, terutama pada stadia awal larva ikan dan binatang laut488
lainnya, rotifer memerlukan makanan yang baik untuk mendukung kelangsungan489
hidupnya maupun meningkatkan nilai gizinya, sedangkan kendala yang sering490
dihadapi dalam kultur rotifer adalah menurunya kandungan nilai nutrisi akibat491
23
pengaruh kurangnya kulitas dan kuantitas fitoplankton, metode kultur dan lama492
waktu kultur (Dhert dalam Budi dkk., 2011).493
Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan salah satu cara yang494
telah terbukti berhasil yaitu dengan melakukan pengkayaan. Pengkayaan495
(enrichment) dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi rotifer dan bahan yang496
sering digunakan dalam enrichment adalah vitamin, mineral, protein, HUFA dan497
pemakaian bakteri dalam kultur Brachionus sp. baik dengan bahan artificial maupun498
dengan fitoplankton (Budi dkk., 2011).499
Rotifer (Brachionus plicatilis) merupakan zooplankton yang sering digunakan500
sebagai pakan awal larva ikan laut seperti udang dan kepiting, rotifer pertama kali501
digunakan sebagai pakan larva pada ikan ayu (P altivelis), kemudian pada ikan fugu502
(Fugu rupbripes rubripes), udang (Penaeus monodon) dan red Seabream (Pagrus503
major), kemudian ikan Mugil cephalus, ikan turbot (Scophtalmus maximux) dan ikan504
sebelah (Paralichtys olevaceus) (Redjeki, 2000).505
Menurut Kaligis, (2015) menyatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk506
pertumbuhan rotifer adalah 20-30°C sedangkan pada saat reproduksi, suhu507
maksimum berkisar 30-34°C. kemudian salinitas 35 ppt merupakan salinitas yang508
optimal untuk pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) (Erlania dkk., 2010). pH509
perairan dipengaruhi oleh kosentrrasi karbondioksida (CO2) dan senyawa yang510
bersifat asam, kemudian rotifer (Brachionus plicatilis) membutuhkan pH untuk511
mendukung pertumbuhan dan reproduksi yaitu pada kisaran pH antara 7,5-8,0,512
Kemudian rotifer (Brachionus plicatilis) dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut513
(DO) sangat rendah yakni antara 0,1-1,0 mg/l, sedangkan kisaran oksigen terlarut514
(DO) yang optimumnya adalah 2,7 mg/l (Erlania dkk., 2010).515
24
4.2.2 Kandungan Nutrisi516
Kandungan nutrisi suatu bahan pakan harus cukup dan sesuai dengan517
kebutuhan ikan, disukai oleh ikan dan mudah dicerna kemudian jika dilihat dari nilai518
ekonominya, pakan yang dihasilkan mempunyai harga yang relative lebih murah519
sehingga dapat menekan biaya produksi pakan. Nilai nutrisi dari suatu makanan bagi520
ikan bergantung pada sejauh mana ikan tersebut mampu mencerna makanan tersebut521
(Muhtadi dkk., 2016).522
Kandungan nutrisi Daphnia bervariasi menurut umur dan tergantung pada523
makanan yang dimakan. Kandungan protein biasanya sekitar 50% dari berat kering.524
Pada Daphnia dewasa mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingan pada525
juvenile yaitu sekitar 20-27%; serta 4–6% pada juvenil. Pada beberapa spesis526
dijumpai mengandung protein sampai sebanyak 70%. Daphnia juga mengandung527
sejumlah enzim pencernaan seperti proteinase, peptidase, amilase, lipase dan528
selulase (berfungsi sebagai ekso-enzim pada pencernaan larva ikan) (Pankey, 2009).529
Artemia sp. memiliki kandungan nutrisi seperti protein berkisar 52,7%,530
karbohidrat berjumlah 15,4%, lemak berjumlah 4,8%, air berjumlah 10,3%, dan abu531
berjumlah 11,2% (Marihati dalam Puspa, 2017). Salah satu upaya meningkatan532
nutrisi Artemia sp. untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan ialah dengan533
melakukan pengkayaan pada Artemia sp. melalui pakannya.534
Selanjutnya kandungan gizi yang dimiliki oleh Moina sp. umumnya terdiri atas535
air, protein, lemak, serat kasar, dan abu. Moina sp. memiliki kandungan protein536
sebesar 37,38%, kadar air 99,60%, lemak 13,29% dan abu 11,00% (Mudjiman537
dalam Riyana, 2017).538
539
25
Nilai nutrisi makanan pada umumnya dilihat dari komposisi gizinya seperti540
kandungan protein, lemak, kadar air, serat kasar dan abu dan kemudian kandungan541
gizi yang dimiliki rotifera (Brachionus plicatilis) dari golongan plankton yaitu:542
kadar air 85,70%, protein: 8,60%, lemak: 4,50%, abu: 0,70% (Redjeki, 2000).543
4.2.3 Perkembangan Produksi Zooplankton544
Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara545
lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Kladosera (Moina sp.), Daphnia sp. dan Rotifera546
(Brachionus sp.). Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap547
dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relative kecil548
sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan. Sifatnya yang selalu bergerak549
aktif akan merangsang larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami bagi larva ikan550
dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan551
perkembangannya (Suminto dalam Riyana 2017).552
Budidaya daphnia untuk saat ini sudah mulai dibudidayakan secara massal553
dengan menggunakan wadah budidaya berupa bak ataupun kolam tanah, dengan554
membudidaya daphnia secara massal maka, dapat menyuplai ketersediaan daphnia555
pada setiap saat dengan jumlah yang banyak sesuai kebutuhan untuk pembenihan556
ikan konsumsi dan ikan hias. Membudidayakan daphnia secara massal maka wadah557
yang sangat tepat untuk digunakan adalah kolam yang mempunyai dasaran tanah.558
Hal ini dikarenakan dapnia sebagai zooplankton yang akan sangat membutuhkan559
pakan berasal dari phytoplankton atau mikroorganisme yang berasal dari proses560
dekomposer didalam kolam tersebut.561
562
563
564
26
5. MANFAAT/KEUNTUNGAN PAKAN ALAMI DALAM BIDANG565
AKUAKULTUR566
Secara umum ikan merupakan salah satu makanan penting bagi manusia,567
secara tidak langsung ikan yang kita makanpun bergantung pada pakan alami. Pakan568
alami akan digunakan sebagai pakan awal pada suatu usaha budidaya ataupun di569
alam Kandungan gizi pakan alami sangat dipengaruhi oleh media tempat hidupnya570
(Bahan Ajar Siswa K13, 2013). Berdasarkan manfaat dari pakan alami yang berupa571
plankton, bentos dan tumbuhan air yakni dapat menentukan baik/tidaknya suatu572
kualitas air pada suatu perairan (Muhtadi dkk., 2016).573
Pakan alami yang mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos574
mempunyai beberapa keuntungan yaitu: mengandung gizi yang lengkap dan mudah575
dicerna, tidak mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan benih atau576
benur, kemudian berbagai jenis pakan alami secara umum cocok untuk makanan577
berbagai tingkat umur larva benih atau benur, sifat pakan alami yang bergerak tetapi578
tidak begitu aktif, memungkinkan dan mempermudah benur atau benih untuk579
memangsanya dan produksi yang relative murah jika dikelola dengan baik. Sebagian580
besar ikan air tawar lebih menyukai pakan alami dari jenis zooplankton, sementara581
larva ikan laut memiliki kebiasaan mengkonsumsi ke duanya (Pamungkas dan582
Khasani, 2006).583
Keuntungan lain secara umum yang diperoleh dari pakan alami demi584
menunjang aktifitas pembudidayaan ikan ialah yang pertama dapat menjadi pakan585
hidup bagi ikan konsumsi maupun ikan hias dan juga sebagai pakan hidup larva586
lobster air tawar, kemudian dapat menjadi bahan uji toksisitas dalam perairan,587
kemudian dapat menjadi pembersih lingkungan perairan yang tercemar sehingga588
nantinya air tersebut dapat digunakan sebagai media untuk budidaya, kemudian ada589
27
lagi yaitu dapat menjadi bahan baku penghasil kitin, kemudian dapat menjadi “raw590
model” dalam mempelajari interaksi gen dan lingkungan dan terakhir dapat591
menghasilkan beberapa produk yang berbahan dasar dari pakan alami sebagai obat-592
obatan kesehatan dan sebagainya (Uschita dkk., 2015).593
6. SIMPULAN/SARAN594
6.1 Simpulan595
Berdasarkan pembahasan seminar pustaka (Literatur review) di atas dengan596
poin pembahasan tentang pakan alami maka penulis menarik sebuah simpulan yaitu597
sebagai berikut:598
1. Adanya pakan alami di perairan memberikan keuntungan besar bagi setiap599
makhluk hidup di perairan terutama bagi ikan-ikan yang masi dalam fase larva600
ataupun benih yang membutuhkan makanan yang berukuran lebih kecil dari601
tubuhnya serta memiliki kandungan protein yang cukup untuk mendukung602
kelansungan hidup larva/benih ikan (biota akuatik).603
2. Pakan alami yang mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos604
mempunyai beberapa keuntungan yaitu: mengandung gizi yang lengkap dan605
mudah dicerna, tidak mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan606
benih atau benur.607
3. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang berukuran kecil seperti Spirulina,608
Chorella, sedangkan yang termasuk dalam zooplankton adalah semua609
organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya renik. Zooplankton,610
disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau611
melayang dalam air.612
613
614
28
6.2 Saran615
Teruslah lakukan pengembangan terhadap pengelolaan pakan ikan, baik itu616
pakan alami maupun pakan buatan yang ramah lingkungan dan memiliki harga yang617
terjangkau demi tercapainya keberhasilan dalam usaha budidaya ikan, salah satu618
contohnya yakni tepung kepala udang yang digunakan sebagai pakan ikan.619
DAFTAR PUSTAKA620
Angkotasan. F. M. 2016. Teknik Kultur (Skeletonema costatum) Skala Intermedit di621
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Desa622
Mappakalompo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar,623
Sulawesi Selatan. Skripsi. Hal. 07-11.624
Aprilliyanti. S., Soeprobowati. R. T dan Yulianto. B. 2016. Hubungan625
Kemelimpahan Chlorella sp. dengan Kualitas Lingkungan Perairan626
pada Skala Semi Masal di BBBPBAP Jepara.627
Cahyaningsih. S. 2016. Metode Menyiapkan Pakan Alami (Live Feed) untuk Ikan628
Hias Laut. Book IMOS (Nusatic). Hal. 01-31.629
Buku Teks Bahan Ajar Siswa K13. 2013. Paket Keahlian: Budidaya Rumput Laut630
Produksi Pakan Alami. Buku. Hal.14-20.631
Budi. S., Zainuddin dan Aslamsyah. S. 2011. Peningkatan Kadar Nutrisi dan632
Pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) dengan pengkayaan633
(Bacillus sp.) pada Lama Pengkayaan Berbeda. Jurnal Akuakultur634
Indonesia. Vol. 10. No. 01. Hal. 67-74.635
Dani. P. N., Budiharjo. A dan Listyawati. S. 2005. Komposisi Pakan Buatan untuk636
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes637
(Puntius javanicus Blkr.) Jurnal BioSMART. Vol. 07. No. 02.638
Darmawan. J. 2013. Pertumbuhan Polulasi Daphnia sp. pada Media Budidaya639
dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo640
(Clarias gariapinus Burchell, 1822). Jurnal Berita Biologi. Vol. 13.641
No. 01.642
Dewi. A., Suminto dan Nugroho. A. R. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Alami643
Moina sp. denag Dosis yang Berbeda dalam Feeding Regime644
Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Baung645
(Hemibagrus nemurus). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol. 03 No.646
01. Hal. 17-26.647
Erlania., Widjaja. F dan Adiwilaga. M. E. 2010. Penyimpanan Rotifera Instan648
(Brachionus rotundiformis) pada Suhu yang Berbeda dengan649
Pemberian Pakan Mikroalga Konsentrat. Jurnal Akuakultur. Vol. 05.650
No. 02. Hal. 287-297.651
29
Febriyanto. A., Hasibuan. S dan Pamukas. A. N. 2016. Abudance Moina sp. Given652
The Mixed Fish Meal, Sofbean Meal and Bran With Different653
Concentration. Jurnal Aquaculture Department, University of Riau,654
Pekanbaru, Riau Province. Vol. 01. No. 01. Hal. 01-09.655
Habibi. Y. B. M. 2015. Teknik Produksi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) di Cv.656
Mentari Nusantara Desa Batokan Kecamatan Ngantru, Kabupaten657
Tulungagung, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Hal. 1-74.658
Handajani. H. 2008. Optimalisasi Substitusi Tepung Azolla Terfermentasi Pada659
Pakan Ikan untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal660
Akuati. Vol. 01. No. 01. Hal. 177-179.661
Irfiansyah. R. M. 2015. Teknik Kultur Chlorella sp. Skala Massal Untuk Pakan662
Rotifera sp. Dan Starter Tambak di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.663
Skripsi. Hal 03-07.664
Jusadi. D. 2003. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar.665
Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul : Budidaya Chlorella.666
Modul Budidaya chlorella. Hal 06-11.667
Junda. M., Kurnia. N dan Mis’am. Y. 2015. Pengaruh Pemberian Skeletonema668
costatum dengan Kepadatan Berbeda Terhadap Sintasan Artemia669
salina. Jurnal Bionature. Vol. 16. No. 01.670
Mufida. A., Agustono., Sudarno dan Nindarwi. D. D. 2017. Teknik Kultur Chlorella671
sp. Skala Laboratorium dan Intermediet Di Balai Perikanan Budidaya672
Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur. Journal Of Aquaculture673
and Fish Health. Vol. 07. No. 02. Hal. 50-55.674
Muhtadi. A., Yunasfi., Leidonald. R., Sandy. D. S., Junaidy. A dan Daulay. T. A.675
2016. Status Limnologis Danau Siombak, Medan, Sumatra Utara.676
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 01 No. 01. Hal677
39-55.678
Pamungkas. W dan Khasani. I. 2006. Peningkatan Nilai Pakan Alami Melalui679
Teknik Pengkayaan. Jurnal Media Akuakultur. Vol. 01. No. 02.680
Pangkey.H. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan.681
ISSN 1411-9234. Vol. 05. No. 03. Hal. 33-35.682
Puspa.K.T.M. 2017. Pemberian Artemia sp yang Diperkaya Tepung Ikan untuk683
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan684
Gabus (Channa striata). Skripsi. Hal. 07-08.685
Redjeki. S. 2000. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis). Jurnal Oceana. Vol.686
XXIV. No. 02. Hal 27-43.687
Rimper. R. J. 2008. Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotiferi Brachionus688
sp. Dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. Skripsi. Hal. 06-689
15.690
30
Riyana.S. 2017. Pemberian Moina sp. yang Diperkaya Tepung Ikan untuk691
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan692
Gabus Channa striata (Bloch, 1793). Skripsi. Hal. 07-09.693
Sukariani., Junaidi. M dan S Hari. D. B. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan694
Hidup Artemia sp. dengan Pemberian Pakan Alami yang Berbeda.695
Jurnal Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram. Hal.696
01-22.697
Tsany. N. R. M. 2016. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium698
Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries699
Research Station, Chonburi, Thailand. Skripsi. Hal. 04-07.700
Utami. P. N., MS Yuniarti dan Haetami. K. 2012. Pertumbuhan Chlorella sp. yang701
Dikultur pada Perioditas Cahaya yang Berbeda. Jurnal Perikanan702
dan Kelautan. Vol. 03. No. 03. Hal. 237-244.703
Uschita.S., Rinaldi. I., Zulfadhly., Haryati. S., Aziz. R. M., Pramata. K. M.,704
Amanda. M. L dan Wulandari. A. 2015. Keanekaragaman705
Planktonologi Rotifera dan Protozoa di Peraiaran Sungai. Jurnal706
Artikel Akuatik. Vol. 01. No. 01. Hal. 06-18.707
Wisudyawati. D. 2014. Studi Perbandingan Kemampuan Skeletonema sp. dan708
Chaetoceros sp. Sebagai Agen Bioremediasi (Fito-Akumulasi)709
Terhadap Logam Berat Timbal (Pb). Skripsi. Hal. 19-20.710
Wibisono. A. M., Hastuti. S dan Herawati. E. V. 2016. Produksi Daphnia sp. yang711
Dibudidayakan dengan Kombinasi Ampas Tahu dan Berbagai712
Kotoran Hewan dalam Pupuk Berbasis Roti Afkir yang Difermentasi.713
Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol. 06. No.714
03. Hal. 187-196.715

More Related Content

What's hot

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Aguss Aja
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiSawargi Ppmkp
 
Fitoplankton di air payau dan laut
Fitoplankton di air payau dan lautFitoplankton di air payau dan laut
Fitoplankton di air payau dan lautichfar16
 
peran perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusiaperan perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusiaPT. SASA
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxWartonoTono5
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanshihatin
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udang
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udangKebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udang
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udangIbnu Sahidhir
 

What's hot (20)

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air Fisiologi hewan air
Fisiologi hewan air
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
 
BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya
BDPP_Pertemuan 4_komoditas  dalam budidayaBDPP_Pertemuan 4_komoditas  dalam budidaya
BDPP_Pertemuan 4_komoditas dalam budidaya
 
Fitoplankton
FitoplanktonFitoplankton
Fitoplankton
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Fitoplankton di air payau dan laut
Fitoplankton di air payau dan lautFitoplankton di air payau dan laut
Fitoplankton di air payau dan laut
 
peran perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusiaperan perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusia
 
domestikasi
domestikasidomestikasi
domestikasi
 
Biologi udang
Biologi udangBiologi udang
Biologi udang
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
PPT Nugget Ikan Tuna
PPT Nugget Ikan TunaPPT Nugget Ikan Tuna
PPT Nugget Ikan Tuna
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptx
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udang
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udangKebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udang
Kebijakan pengadaan dan peredaran pakan ikan dan udang
 
Potensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidayaPotensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidaya
 

Similar to Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur

HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...Repository Ipb
 
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadarappt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadaraCalypsoGaming
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sAngga Asc
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAERepository Ipb
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...Putra putra
 
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptx
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptxMateri 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptx
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptxHaryantoAsri1
 
7 pipk budidaya
7 pipk budidaya7 pipk budidaya
7 pipk budidayaapriandrea
 
Terminologiplankton-ekologi perairan
Terminologiplankton-ekologi perairanTerminologiplankton-ekologi perairan
Terminologiplankton-ekologi perairanghaan Famfor
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam baharinisha althaf
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanAriez Jack
 
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 

Similar to Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur (20)

Ibu karya
Ibu karyaIbu karya
Ibu karya
 
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeu...
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadarappt bio ekologi dari moluska kerang anadara
ppt bio ekologi dari moluska kerang anadara
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptx
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptxMateri 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptx
Materi 11 Kebiasaan dan Cara Makan Pada ikan.pptx
 
7 pipk budidaya
7 pipk budidaya7 pipk budidaya
7 pipk budidaya
 
Terminologiplankton-ekologi perairan
Terminologiplankton-ekologi perairanTerminologiplankton-ekologi perairan
Terminologiplankton-ekologi perairan
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahari
 
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada IkanMakanan dan Pertumbuhan pada Ikan
Makanan dan Pertumbuhan pada Ikan
 
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 

Recently uploaded

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (7)

MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

Manfaat Pakan Alami dalam Bidang Akuakultur

  • 1. 1 1. PENDAHULUAN1 1.1. Latar Belakang2 Perairan Indonesia kaya akan sumber daya pakan alaminya yang disebabkan3 situasi dan kondisi perairan Indonesia yang masih cenderung baik. Dibalik perairan4 yang baik tersebut terdapat bermancam-macam faktor pendukung salah satunya dari5 pakan alami dari golongan phytoplankton kemudian zooplankton yang membuat6 perairan menjadi kaya akan manfaat untuk kelangsungan hidup organisme akuatik.7 Produsen utama diperairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme kunsumen8 adalah zooplankton, larva ikan, ikan dewasa, udang, kepiting dan lain sebagainya9 (Muhtadi dkk., 2016). Pakan alami merupakan pakan yang berupa organisme air10 yang mengambang mengikuti arus dan diperuntukan untuk ikan serta merupakan11 produsen primer atau level makanan dibawah ikan dalam rantai makanan (Dani dkk.,12 2005).13 Adanya pakan alami di perairan memberikan keuntungan besar bagi setiap14 makhluk hidup di perairan terutama bagi ikan-ikan yang masih dalam fase larva15 ataupun benih yang membutuhkan makanan yang berukuran lebih kecil dari16 tubuhnya serta memiliki kandungan protein yang cukup untuk mendukung17 kelangsungan hidup larva/benih ikan. Menurut Erlania dkk., (2010) umumnya18 diperairan ada pakan alami yang berupa organisme renik seperti; Phytoplankton,19 zooplankton, benthos, maupun organisme tingkat rendah lainnya seperti, tubifex,20 siput, larva serangga air dan lain-lain. Pakan alami sangat diperlukan sebagai sumber21 makanan utama/tambahan dalam suatu usaha budidaya perairan (Dani dkk., 2005).22 23
  • 2. 2 Menurut Habibi (2015), pakan alami mempunyai kandungan gizi yang24 lengkap, mudah dicerna dalam saluran pencernaan karena isi selnya padat dan25 mempunyai dinding sel yang tipis, tidak menyebabkan penurunan kualitas air dan26 dapat meningkatkan daya tahan biota air terhadap penyakit maupun perubahan27 kualitas air, kemudian cepat dalam berkembangbiak dan pergerakannya lambat28 sehingga mudah ditangkap oleh biota air. Berdasarkan keuntungan yang dimiliki29 pakan alami yang telah dijabarkan di atas maka melalui literature review ini30 diharapkan mampu menambah informasi dan pengetahuan penulis maupun31 pembaca.32 1.2. Tujuan dan Kegunaan33 Tujuan penulisan literature review ialah untuk mengkaji pemanfaatan pakan34 alami dalam budidaya akuakultur. Kegunaannya adalah untuk menambah wawasan35 mengenai pemanfaatan pakan alami dalam budidaya akuakultur kemudian dapat36 menjadi bahan dasar acuan dalam penelitian nantinya.37 2. DESKRIPSI PAKAN ALAMI38 Secara umum pakan alami merupakan makanan hidup yang berasal dari dua39 golongan besar yaitu Phytoplankton dan Zooplankton dan kemudian di manfaatkan40 bagi udang, larva, benih dan ikan. Fitoplankton dan zooplankton merupakan sumber41 karbohidrat, lemak dan protein dengan susunan asam amino yang lengkap serta42 mineral yang baik bagi larva, benih ikan, udang atau hewan akuatik lainnya. Pakan43 alami sangat berperan penting dalam rantai makanan ekosistem di perairan karena44 merupakan makanan awal ataupun makanan utama (Pamungkas dan Khasani, 2006).45 Pakan alami mampu berkembang biak di perairan yang sesuai dengan daya46 toleransi hidupnya. Misalnya plankton dapat dikembangbiakkan secara massal pada47 lingkungan yang terkendali sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Secara umum ada48
  • 3. 3 beberapa jenis pakan alami yang dapat dikembang biakkan secara massal antara lain49 yaitu infusoria, daphnia, diatomae, chlorella, tetraselmis, rotifer, artemia, dan50 cacing tubifex (Pamungkas dan Khasani, 2006). Kategori pakan alami dapat dilihat51 dibeberapa komponen berikut yaitu dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan lebar52 bukaan mulut ikan, mudah diproduksi secara massal, kandungan sumber nutrisinya53 yang cukup tinggi, isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah54 dicerna oleh ikan, kemudian cepat berkembang biak dan memiliki toleransi yang55 cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga lestari ketersediannya, tidak56 mengeluarkan senyawa beracun dan gerakan menarik bagi ikan tetapi tidak terlalu57 aktif sehingga mudah ditangkap oleh ikan (Pamungkas dan Khasani, 2006).58 Memperoleh pakan alami dapat dilakukan kultur murni dengan media isolasi59 ataupun buatan media isolasi yaitu dengan menggunakan media air laut ataupun air60 tawar yang sesuai dengan toleransi hidupnya. Sedangkan media buatan yaitu dengan61 menggunakan larutan kimia tertentu. Kultur murni untuk mengembang biakkan paka62 alami dilakukan di laboratorium atau tempat khusus produksi yang kemudian63 ditumbuh kembangkan di kolam atau perairan lainnya.64 Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama65 yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang66 berukuran kecil seperti Spirulina, Chorella, sedangkan yang termasuk dalam67 zooplankton adalah semua organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya68 renik. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya69 mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan renangnya sangat terbatas70 hingga keberadaannya sangat ditentukan gerakan arus (Priambodo dalam Riyana,71 2017).72
  • 4. 4 3. PERKEMBANGAN BUDIDAYA PAKAN ALAMI73 Pakan alami telah lama diusahakan dalam budidaya sub sektor perikanan. Di74 jepang, pakan alami telah dibudidayakan sejak tahun 1950. Indonesia sendiri, pakan75 alami telah lama juga dimanfaatkan untuk makanan benih ikan terutama untuk ikan76 hias. Makanan alami tersebut diambil dari alam atau perairan umum. Sejalan dengan77 perkembangan pembenihan udang, pada tahun 1975 berkembang yang namanya78 pembudidayaan pakan alami, diawali dengan kegiatan budidaya fitoplankton. Studi79 awal yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian jenis pakan alami bagi larva ikan80 adalah dengan cara mempelajari kebiasaan makan larva ikan tersebut di perairan81 melalui identifikasi isi lambung larva (Pamungkas dan Khasani, 2006).82 Usaha budidaya pakan alami dapat dibagi atas dua kelompok besar, yakni83 penyediaan organisme pakan alami yang selektif untuk usaha pembenihan84 ikan/udang dan pembesaran ikan hias. Kemudian ada pula penyediaan organisme85 pakan alami non selektif dengan cara pemupukan lahan dan perairan seperti86 penyediaan pakan dalam budidaya pembesaran ikan/udang di tambak, kolam dan87 keramba. Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi bagi fitoplankton dan88 zooplankton yang akan disajikan sebagai jasad pakan dalam system pembenihan89 intensif yaitu sebagai berikut; ukuran tubuhnya sesuai dengan bukaan mulut90 organisme yang dibudidayakan kemudian kondisi pakan alami yang sehat.91 4. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI (PLANKTON)92 4.1. Phytoplankton93 Salah seorang ahli kelautan dari amerika, menyebutkan lingkungan laut itu94 pada hakekatnya merupakan hutan yang tak tampak atau invisible forest. Hal itu di95 sebabkan tumbuhan laut di sekitar kita itu semuanya berukuran renik, tak kasat mata96 dan disebut sebagai Phytoplankton. Phytoplankton merupakan jasad renik kelompok97
  • 5. 5 nabati yang memiliki kemampuan berfotosintesis sehingga disebut sebagai produsen98 primer dalam perairan. Phytoplankton memiliki sifat yang cenderung pasif di air99 atau pergerakannya lambat dan sangat dipengaruhi oleh arus air (Pamungkas dan100 Khasani, 2006).101 Phytoplankton merupakan pakan alami yang sangat dibutuhkan bagi ikan102 konsumsi dan ikan hias. Bagi para pengusaha ikan air laut kebutuhan akan103 phytoplankton sangat diperlukan karena dalam usaha pembenihan ika air laut104 membutuhkan pakan alami dari kelompok phytoplankton. Selain itu dalam kultur105 phytoplankton hanya membutuhkan waktu yang singkat karena phytoplankton106 mempunyai siklus hidup yang sangat singkat hanya dalam hitungan hari. Hingga107 saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan108 phytoplankton dalam kultur pakan alami. Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur109 dapat ditandai dengan adanya pertambahan besar ukuran sel atau bertambahnya110 kepadatan populasi (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).111 Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan adanya112 pertambahan besar ukuran sel atau bertambahnya kepadatan populasi dan untuk113 mengetahui pertumbuhan phytoplankton dalam kultur pakan alami dapat dilihat dari114 stadia perkembangbiakan phytoplankton yang dapat dikelompokkan menjadi empat115 fase yaitu fase istirahat, fase eksponensial, fase stationer dan fase kematian. Ada116 juga beberapa ahli planktonologi membagi siklus pertumbuhan microalgae menjadi117 lima fase meliputi fase lag, fase eksponensial, fase penurunan kecepatan118 pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).119 120 121
  • 6. 6 4.1.1 Jenis-jenis Phytoplankton122 Jenis-jenis pakan alami sangat beragam, bisa terdapat ratusan spesies dalam123 per liter air laut sedangkan kepadatannya bisa mencapai ribuan hingga jutaan sel124 atau individu per liter air laut (Erlania dkk., 2010). Ada beberapa pakan alami dari125 golongan phytoplankton yang umum diketahui oleh para pembudidaya yaitu;126 a. Chlorella sp.127 Menurut Irfiansyah (2015), Chlorella sp dapat diklasifikasikan yaitu Divisi128 Chlorophyta, Kelas Chlorophyceae, Ordo Chlorococcales, Family Oocystaceae,129 Genus Chlorella, Spesies C. vulgaris dan C. pyrenoidosa130 131 Gambar 2-1. Morfologi Chlorella sp. (Irfiansyah, 2015)132 Chlorella sp. termasuk dalam golongan phytoplankton, Chlorella sp. juga133 merupakan ganggang hujau bersel tunggal dan berukuran mikroskopis. Chlorella sp.134 memiliki tubuh berbentuk bulat (Gambar 2-1) seperti bola ataupun bulat telur dan135 diameter selnya berukuran 3-8 mikrometer (Irfiansyah, 2015). Chlorella sp.136 memiliki protoplasma yang berbentuk cawan dan tidak mempunyai flagella sehingga137 tidak dapat bergerak aktif, dinding selnya terdiri dari selulosa dan pectin, setiap138 selnya terdapat sebuah inti sel dan satu kloroplas, protoplasma sel Chlorella sp.139
  • 7. 7 diliputi oleh suatu membrane yang sangat selektif terhadap apa saja yang memasuki140 sel (Kumar dan Singh dalam Irfiansyah, 2015).141 Habitat Chlorella sp. hidupnya ada dua macam, yaitu Chlorella yang hidup di142 air tawar dan Chlorella yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air143 laut adalah C. minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. Virginica. Sedangkan144 Chlorella yang hidup di air tawar belum diidentifikasi spesiesnya sehingga untuk145 Chlorella air tawar cukup menuliskan Chlorella sp. Chlorella hidup pada tempat-146 tempat yang mengandung unsur hara seperti N, P, K dan unsur mikro lainnya147 (karbon, Nitrogen, fosfor, sulfur dan lain-lain), Chlorella juga hidup pada tempat-148 tempat yang cenderung basah/berair .149 Budidaya Chlorella sangat dibutuhkan untuk keperluan makanan zooplankton150 seperti rotifer dan dapnia yang nantinya akan dipergunakan untuk pakan ikan151 konsumsi seperti benih ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan ikan komet152 (Carassus auratus) dari golongan ikan hias. Beberapa tahapan yang harus dilakukan153 dalam membudidayakan chlorella diantaranya adalah menyiapkan peralatan dan154 media budidaya, menyiapkan bibit chlorella tersebut dan melakukan pemeliharaan155 serta pemanenan (Bahan Ajar Siswa K13, 2013).156 Jika ingin memulai dan melakukan pembudidayaan chlorella yang baik dan157 benar semisal dalam pembudidayaan chlorella sekala massal maka kita dapat158 menggunakan wadah berupa bak fiber atau sejenisnya ataupun bak beton dengan159 bentuk bulat/persegi, volume wadah untuk pembudidayaan chlorella secara massal160 berkisar antara 500 l hingga 200 ton dengan kedalaman air minimal pada wadah161 budidaya adalah 40 cm. Hal itu dilakukan agar suhu dalam wadah tidak terlalu tinggi162 pada siang hari dan tidak terlalu rendah/dingin pada malam hari, untuk sekala massal163 biasanya wadah ditempatkan di luar ruangan dan mendapat cukup cahaya matahari164
  • 8. 8 (Jusadi, 2003). Air yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan jalan165 penyaringan (pembersihan air secara fisik) atau yang biasa disebut dengan filterisasi,166 hal itu dilakukan agar dapat mencegah masuknya zooplankton melalui air yang akan167 memakan fitoplankton.168 Setelah air disaring secara fisik air juga harus disanitasi untuk mematikan169 fitoplankton lain dan telur-telur zooplankton yang lolos saringan. Sanitasi dapat170 dilakukan dengan menggunakan chlorine dengan dosis 30 ppm (30 g/ton air).171 Umumnya bak budidaya diisi air sebanyak 85-90% dari kapasitas. Selama budidaya172 chlorella dilakukan, aerasi perlu diberikan agar terjadi pencampuran air, sehingga173 semua sel chlorella bisa mendaptkan pupuk yang diperlukan. Aerasi berguna untuk174 menghindari stratifikasi suhu air, dan memberikan kesempatan terjadinya pertukaran175 gas, dimana udara adalah sebagai sumber gas CO2 untuk keperluan fotosintesis176 chlorella dan sekaligus untuk mencegah naiknya pH air (Jusadi, 2003). Umumnya177 fitoplankton dapat mentolerir pH air 7-9 dan optimum pada pH 8,2 – 8,7.178 Berdasarkan hasil penelitian kurangnya ketersedian cahaya sangat179 mempengaruhi pertumbuhan populasi Chlorella sp. berdasarkan hasil penelitian,180 puncak populasi tertinggi pada budidaya Chlorella sp. dengan perlakuan pemberian181 cahaya yang efektif dalam sehari (24 jam) terjadi pada perlakuan 16 jam terang, 8182 jam gelap yaitu dengan jumlah 11.970.000 sel/ml pada hari ke 11. Hal ini juga183 didukung oleh adanya suhu dan pH yang mana pada media pemeliharaan berkisar184 24°-26°C, kisaran suhu tersebut masih sesuai dengan kisaran optimum nilai suhu185 bagi kultur Chlorella sp. kemudian nilai pH selama penelitian berlangsung sebesar186 7,54-8,62 dan kisaran pH tersebut dalam kisaran yang baik untuk kultur Chlorella187 sp. (Utami dkk., 2012).188
  • 9. 9 Nilai kualitas air dalam kondisi yang optimum untuk mendukung pertumbuhan189 Chlorella sp. yaitu seperti nitrat pada berkisaran 0,9-3,5 mg/l, kemudian fosfat190 berkisaran 0.72-5,51 mg/l, dan nilai salinitas yang optimum ada pada kisaran 15-35191 ppt (Aprilliyanti dkk., 2016).192 b. Skeletonema sp.193 Skeletonema sp. memiliki kisaran geografis yang luas, baik pada perairan194 beriklim sedang maupun tropis, sebagian besar diatom sangat peka terhadap195 perubahan kadar garam dalam air dan kehidupan berbagai jenis fitoplankton196 termasuk Skeletonema sp. tergantung pada salinitas perairan (Armanda dalam197 Wisudyawati, 2014).198 Menurut Hoek dalam Wisudyawati (2014), klasifikasi dari Skeletonema sp.199 yaitu sebagai berikut; Filum Heterokontophyta, Kelas Bacillariphyceae, Ordo200 Centrales, Genus Skeletonema dan Spesies Skeletonema sp.201 .202 Gambar 2-2. Morfologi Skeletonema sp. (Wisudyawati, 2014)203 Skeletonema sp. memiliki diameter sel berukuran 4 - 12 µm (Gambar 2-2),204 terdapat fultoportula tertutup dengan rongga kecil yang sering terlihat di bagian205 pangkal dan membentuk untaian memanjang mulai dari bagian rongga menuju206 bagian akhir, masing-masing bagian tersebut berhubungan dengan dua bagian tubuh207
  • 10. 10 menyerupai katup yang berkaitan (Naik dalam Wisudyawati, 2014). Skeletonema sp.208 ditandai dengan sel silinder dengan bentuk cincin perifer tubular, fultoportula, yang209 tegak lurus menuju katup, berhubungan dengan katup yang berkaitan untuk210 membentuk koloni memanjang (Zingone dalam Wisudyawati, 2014).211 Siklus hidup Skeletonema sp. secara normal bereproduksi secara aseksual,212 yaitu dengan cara pembelahan sel, pembelahan sel yang terjadi berulang-ulang ini213 akan mengakibatkan ukuran sel menjadi lebih kecil secara berangsung-angsun214 hingga generasi tertentu, apabilah ukuran sel telah menjadi 7 mikron, secara215 reproduksi tidak lagi secara aseksual tetapi berganti menjadi seksual dengan216 pembentukan auxsopora (Angkotasan, 2016). Mula-mula epiteka dan hipoteka217 ditinggalkan dan menghasilkan auxsopora tersebut. Auxsopora akan membangun218 epiteka dan hipotaka baru dan tubuh menjadi sel yang ukurannya membesar,219 kemudian melakukan pembelahan sel sehingga membentuk rantai (Angkotasan,220 2016).221 Menurut Rohmimohtarto dan Juwana dalam Angkotasan (2016), umumnya222 Skeletonema sp. berkembangbiak dengan pembelahan sel. Cara ini memberikan hasil223 yang bagus dalam mengembangkan populasi melalui dua jalan yang berbeda yaitu:224 cara ini mendorong dalam jumlah besar yang cepat jika kondisi untuk tumbuh dan225 ukuran terbesar yang dicapai sel tunggal sebagai bagian dari populasi terus226 berkurang oleh setiap pembelahan berikutnya. Pembudidayaan Skeletonema sp.227 diperuntukan untuk kebutuhan pakan dari pakan alami dari golongan zooplankton228 seperti Artemia sp., Daphnia, Moina sp. dan beberapa pakan alami lainnya (Junda229 dkk., 2015).230 Jika ingin mendapatkan hasil kultur Skeletonema sp. yang berkualitas baik,231 maka dibutuhkan beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan kultur,232
  • 11. 11 faktor-faktornya ialah cahaya dengan kisaran yang baik yaitu 500-12000 lux apa bila233 lebih dari 12000 lux maka pertumbuhannya akan menurun, kemudian dari segi234 kualitas air seperti salinitas yang bisa ditolenransi oleh Skeletonema sp. yaitu235 berkisar 15-34 ppt dan optimalnya adalah 25-29 ppt, kemudian suhu yang236 optimalnya yaitu 25-27°C, pH yang optimum untuk pertumbuhan Skeletonema sp.237 berkisar 7-8 dan oksigen terlarut (DO) berkisar 1-5 mg/l (Wisudyawati, 2014).238 Aerasi sebagai pemasukan udara CO2 dan O2, kemudian Nutrient yang239 dibutuhkan oleh Skeletonema sp. terbagi atas dua kelompok yaitu makro nutrien dan240 mikro nutrient. Makro nutrien yaitu kelompok yang dibutuhkan dalam jumlah yang241 cukup besar seperti nitrogen, fosfat, dan silikat sedangkan mikro nutrien adalah242 kelompok nutrient yang dibutuhkan dalam kadar kecil yang biasanya terdiri dari243 bahan organic dan an-organic (Angkotasan, 2016).244 4.1.2 Kandungan Nutrisi245 Secara umum plankton memiliki nutrisi yang baik, dengan memiliki nutrisi246 yang baik tersebut maka dapat mempercepat laju pertumbuhan ikan, udang dan247 organisme lain yang dibudidayakan karena zat tersebut akan dipergunakan untuk248 menghasilkan energy dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Secara umum zat-zat249 nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral250 (Handajani, 2008).251 Kandungan nutrisi yang dimiliki oleh Chlorella sp yang terdapat didalam252 selnya yaitu berkisar 51-58% dan terdiri dari berbagai macam asam lemak esensial253 sebagai nutrisi yang baik bagi larva ikan (Suminto dan Chilmawati, 2014).254 Kemudian memiliki kandungan minyak sebesar 28-32%, karbohidrat 12-17%, lemak255 14-22%, dan asam nukleat 4-5% (Mufidah dkk., 2017).256
  • 12. 12 Sedangkan Skeletonema sp. adalah salah satu fitoplankton yang berkadar257 protein tinggi, kurang lebih berkisar 50% dan memiliki kandungan yang dapat258 memacu pertumbuhan (growth factor) yang sangat bagus bagi ikan maupun udang259 (Sutikno dalam Wisudyawati, 2014). Kandungan nutrisi Skeletonema sp.260 mengandung protein 51,77%, lemak 20,02%, abu 5,20% dan karbohidrat 16,585%261 (Wisudyawati, 2014).262 4.1.3 Perkembangan Produksi Phytoplankton263 Bagi para pengusaha ikan air laut kebutuhan akan phytoplankton sangat264 diperlukan karena dalam usaha pembenihan ikan air laut membutuhkan yang265 namanya pakan alami dari kelompok phytoplankton. Ikan-ikan yang membutuhkan266 pakan alami terdiri dari ikan konsumsi dan ikan hias. Semisal pada pembenihan ikan267 air tawar, bagi para pengusaha tidak membutuhkan yang namanya kultur268 phytoplankton secara khusus. Secara umum membudidayakan phytoplankton tidak269 terlalu sulit dikarenakan phytoplankton akan tumbuh subur dalam kolam budidaya270 jika banyak terdapat unsur hara di kolam tersebut yang menjadi sumber nutriennya.271 Selain itu, phytoplankton membutuhkan waktu yang tidak lama untuk tumbuh272 karena phytoplankton mempunyai siklus hidup yang sangat singkat dalam hitungan273 beberapa hari saja (Uschita dkk., 2015).274 4.2 Zooplankton275 Zooplankton yaitu organisme air yang melayang-layang mengikuti pergerakan276 air dan berupa jasad hewani, plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya277 sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (phytoplankton). Kecilnya278 ukuran plankton tidaklah mengandung arti bahwa mereka adalah organisme yang279 kurang penting, mereka merupakan sumber makanan bagi ikan komersial yang280 penting yang hidup di perairan. Kelangsungan hidup ikan bergantung pada jumlah281
  • 13. 13 plankton yang ada di dalam perairan secara alami. Oleh karena itu agar dapat282 membudidayakan pakan alami sebagai makanan utama ikan, kita harus terlebih283 dahulu mengidentifikasi jenis-jenis pakan alami yang terdapat pada perairan284 (Uschita dkk., 2015).285 Zooplankton adalah kelompok jasad renik hewani yang secara umum mampu286 bergerak aktif, meskipun pengaruh arus masih dominan, dalam sistem rantai287 makanan di ekosistem perairan zooplankton memegang peranan sebagai konsumen288 tingkat pertama yaitu dengan memakan fitoplankton, sementara larva ikan sebagai289 konsumen baik dalam produksi primer (Pamungkas dan Khasani, 2006).290 4.2.1 Jenis-Jenis Zooplankton291 a. Daphnia sp.292 Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami293 kolam-kolam, sawah dan perairan umumnya yang banyak mengandung bahan294 organic, sebagai organisme air daphnia dapat hidup diperairan yang berkualitas295 cenderung baik. Beberapa factor ekologi perairan yang berpengaruh terhadap296 perkembangbiakan daphnia antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dan pH (Bahan297 Ajar Siswa K13, 2013).298 Menurut Pangkey (2009), Daphnia dapat diklasifikasikan yaitu sebagai299 berikut; Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Subfilum Crustacea, Klas300 Branchiopoda, Famili Daphniidae, Subgenus Daphnia dan Spesis Daphnia.301
  • 14. 14 302 Gambar 2-3. Morfologi Daphnia (Pankey, 2009)303 Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering304 juga disebut sebagai kutu air (Gambar 2-3). Disebut demikian karena cara bergerak305 yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang lebih306 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang307 ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan308 untuk larva ikan (Pankey, 2009). Terdapat berbagai macam ukuran Daphnia,309 tergantung pada spesisnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran sedikit310 lebih besar dari Artemia yang baru menetas; dan dua kali lebih besar dari ukuran311 rata-rata rotifer dewasa. Daphnia yang baru menetas berukuran dua kali lebih besar312 dari Moina. Biasanya Daphnia berukuran 0,1 – 3 mm (Pankey, 2009).313 Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan314 populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara315 aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur316 sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina317 dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai318 Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina319 akan memulai bertelur setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4 – 22 butir.320
  • 15. 15 Pada kondisi buruk jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi.321 Telur-telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-322 faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan, kandungan323 oksigen yang rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur yang rendah324 (Pankey, 2009).325 Jika ingin melakukan pengkulturan daphnia sp. yang baik untuk nantinya326 dapat diaplikasikan kepada ikan budidaya air tawar maka, terlebih dahulu327 memikirkan penggunaan pupuk yang alternatif sehingga minim akan biyaya328 pengeluaran produksi serta dengan penggunaan dosis yang sesuai sebagai media329 untuk kultur daphnia sp. Kemudian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,330 saran yang dapat disampaikan adalah pemberian kombinasi fermentasi 25% kotoran331 burung puyuh, 25% ampas tahu dan 50% roti afkir merupakan dosis yang dianjurkan332 dalam pola pertumbuhan, biomassa, dan produksi Daphnia sp., sebagai pakan alami333 untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulusanhidupan larva atau benih ikan dalam334 usaha pembenihan (Wibisono, 2016).335 Kualitas air yang baik untuk mendukung pertumbuhan Daphnia sp. yaitu pada336 kisaran nilai pH yang optimum berkisar 7,0-8,2, kemudian nilai oksigen terlarut337 (DO) minimal 3,5 mg/l dan jika pada konsentrasi di bawah 1 mg/l dapat338 mengakibatkan kematian bagi Daphnia sp. kemudian Daphnia sp. dapat bertumbuh339 dan berkembang biak pada kisaran nilai suhu 24-28°C dan jika terjadi penurunan340 atau kenaikan diluar dari kisaran tersebut, Daphnia sp akan cenderung pada kondisi341 dorman atau berhenti bertumbuh, dalam pembudidayaan secara massal Daphnia sp.342 akan tumbuahn secara optimal pada suhu 25°C (Darmawan, 2013). Daphnia sp.343 dapat tumbuh secara optimum pada kisaran salinitas 31-35 ppt.344
  • 16. 16 Daphnia sp sering dimanfaatkan sebagai pakan hidup ikan konsumsi semisal345 untuk kultur larva ikan air tawar (beberapa spesis ikan carb) dan juga beberapa jenis346 ikan hias (guppy, sword tail, black molly, platy, koi carp, dsb), biasa juga347 dimanfaatkan sebagai pakan hidup dari larva lobster air tawar, kemudian bisa juga di348 manfaatkan sebagai bahan uji toksisitas, sebagai pembersih lingkungan tercemar dan349 sebagai bahan baku penghasil kitin (Pangkey, 2009).350 b. Artemia sp.351 Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang352 sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan udang dan ikan. Artemia sp. termasuk353 dalam kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda yang berkerabat dekat354 dengan zooplankton lain seperti kopepoda dan Daphnia (kutu air). Menurut Puspa355 (2017), Artemia sp. dapat diklasifikasikan yaitu sebagai berikut; Filum Arthropoda,356 Kelas Crustacea, Ordo Anostraca, Famili Artemiidae, Genus Artemia dan Spesies357 Artemia sp.358 359 Gambar 2-4. Morfologi Artemia sp. (Puspa, 2017)360 Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm, terdapat tangkai mata yang361 terlihat jelas pada kedua sisi bagian kepala, dan antenna yang berfungsi sebagai362
  • 17. 17 sensori (Gambar 2-4). Artemia jantan dewasa antena berubah menjadi alat penjepit363 (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada364 Artemia sp. betina dewasa antena akan mengalami penyusutan. Kista Artemia yang365 ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva366 Artemia yang baru menetas dikenal dengan naupli. Naupli dalam fase367 pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan368 merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo dalam Puspa, 2004).369 Artemia sp. adalah udang renik yang tergolong dalam udang primitif,370 Artemia sp. merupakan zooplankton yang hidup secara planktonic diperairan371 berkadar garam tinggi yakni berkisar antara 15-300 ppt. Artemia sp. sebagai372 plankton tidak dapat mempertahankan diri dari pemangsanya sebab tidak373 mempunyai alat ataupun cara untuk membela diri (Mudjiman dalam Puspa, 2017).374 Artemia sp. hidup di danau air asin yang ada di seluruh dunia. Artemia toleran375 terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh376 garam. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat fluktuasi,377 tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi (Rostini dalam Puspa,378 2017). Artemia sp. biasa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pakan buatan379 maupun sebagai pakan hidup untuk larva/benih ikan-ikan konsumsi salah satunya380 pada pembenihan ikan kakap putih (Latec calcarifer) dan ikan-ikan konsumsi381 lainnya.382 Sebelum melakukan pengkulturan artemia sp. maka terlebih dahulu383 memilikirkan jenis pakan apa yang paling baik untuk dapat menunjang kebutuhan384 dan kelangsungan hidup artemia sp. Berdasarkan hasil penelitian yang telah385 dilakukan, pemberian pakan alami yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang386 nyata terhadap kelangsungan hidup artemia sp. hasil penelitian menunjukan dengan387
  • 18. 18 memberikan kepadatan 50% Chaetoceros : 50% Nannochloropsis dan juga388 pemberian pakan 100% Nannochloropsis pada pemeliharaan Artemia sp. dapat389 menghasilakn pertambahan panjang dan kelangsungan hidup yang tinggi dimana390 rata-rata pertambahan panjang selama 9 hari dapat mencapai 7,75 mm (Sukariani391 dkk., 2016).392 Kualitas air yang optimum untuk mendukung pertumbuhan Artemia sp. yaitu393 misalkan salinitas berada pada kisaran 31-36 ppt, namun Artemia sp. tetap bisa394 hidup secara optimum pada kisaran salinitas 5-300‰ sehingga inilah yang dapat395 menyebabkan Artemia sp. tidak mempunyai pesaing makanan bila hidup pada396 kondisi salinitas tinggi. Kemudian kisaran suhu yang optimum yaitu berkisar 25-397 30°C, Artemia sp. tidak dapat bertahan hidup dibawah 6°C atau diatas 35°C,398 kemudian nilai drajat keasaman (pH) yang optimum yaitu 7, bila pH di bawah 7399 maka kehidupan Artemia sp. akan terganggu. kemudian kisaran nilai oksigen terlarut400 (DO) yang optimum yaitu 5-61 ppm (Sukariani dkk., 2016).401 c. Moina sp.402 Menurut Mudjiman dalam Riyana (2017), klasifikasi dari Moina sp. yaitu403 sebagai berikut; Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Subphylum Crustacea,404 Class Branchiopoda, Ordo Cladocera, Family Moinidae, Genus Moina dan Spesies405 Moina sp.406
  • 19. 19 407 Gambar 2-5. Morfologi Moina sp. (Riyana, 2017)408 Ciri-ciri morfologi Moina sp. adalah berbentuk pipih bening dan tembus409 pandang (Gambar 2-5). Bentuk tubuh Moina membulat dengan garis tengah 0.9 –410 1.8 mm dan berwarna kemerah-merahan, sedangkan bagian perut terdapat 10 silia411 dan di bagian punggungnya ditumbuhi rambut-rambut kasar perkembang biakannya412 secara sexual dan parthenogenesis, bentuk tubuhnya bulat, segmen badan tidak413 terlihat (Riyana, 2017).414 Moina sp. merupakan makanan alami yang potensial bagi larva atau benih415 ikan air tawar, karena nilai gizinya tinggi, mudah dicerna dan mempunyai daya416 reproduksi yang tinggi, yaitu cepat berkembang biak dan mudah dikembangkan serta417 memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Organisme pakan alami ini418 merupakan zooplankton air tawar, dapat hidup di sungai, rawa-rawa dan air419 tergenang (Mudjiman dalam Riyana, 2017).420 Pada bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang421 pertama disebut antena pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang422 mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan423 lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut424
  • 20. 20 (Lingga dalam Riyana, 2017). Moina sp. merupakan organisme yang bersifat425 planktonik dan bergerak aktif dengan alat geraknya yaitu kaki renang. Moina sp.426 mempunyai ukuran 500-1000 mikron dan mempunyai bentuk ekor yang lebih427 panjang (Djarijah dalam Riyana, 2017).428 Berdasarkan hasil penelitian mengenai kelimpahan Moina sp. yang di429 sebabkan oleh perlakuan uji yang telah dilakukan yaitu dengan pemberian tepung430 ikan, tepung kedelai dan dedak yang berdeda sehingga hasil yang diperoleh dapat431 berpengaruh terdadap kelimpahan Moina sp. Menurut Febriyanto dkk., (2016),432 perlakuan yang tepat dalam perkembangan kelimpahan Moina sp. selama 9 hari433 penelitian adalah dengan pemberian tepung ikan (0,15 g) + tepung kedelai (0,15 g) +434 dedak (0,3). Kemudian puncak kelimpahan Moina sp. terjadi pada hari ke 5 dengan435 rata-rata kelimpahan pada masing-masing perlakukan selama penelitian yaitu pada436 dosis 0,4 g/L sebesar 126 ind/L, pada dosis 0,6 g/L sebesar 142 ind/L, pada 0,8 g/L437 sebesar 122 ind/L dan pada 1 g/L sebesar 93 ind/L. kualitas air yang optimum dalam438 mendukung pertumbuhan dan sintasan Moina sp. menunjukan pada kisaran pH439 sebesar 7,01-8,29, Oksigen terlarut (DO) sebesar 4,21-6,80 mg/L, suhu air 26,9-440 28,9°C dan Nh3 sebesar 0,023-0,21 mg/L (Febriyanto dkk., 2016). Kisaran salinitas441 kultur intermediate Moina sp. yaitu 31-32 ppt dan kultur massalnya pada wadah442 fiberglass atau beton berkisar 32-33 ppt (Cahyaningsih, 2016).443 Moina sp. dikultur untuk diberikan kepada larva ikan-ikan konsumsi di444 sebabkan Moina sp. memiliki nilai gizi yang baik bagi larva ikan semisal Moina sp.445 memiliki kandungan protein 37,38%, lemak 13,29%, serat kasar 0,00%, abu 11,00%446 dan kadar air sebesar 99,60% dan biasa Moina sp. ini di manfaatkan sebagai pakan447 hidup bagi larva ikan baung (Hemibagrus nemurus) (Dewi dkk., 2019).448
  • 21. 21 Menurut Dewi dkk., (2019) Moina sp. biasa dijadikan pakan hidup oleh para449 pembudidaya ikan air tawar contohnya pada pembudidayaan larva ikan Gurame450 (Osphronemus goramy), larva ikan baung (Hemibagrus nemurus), larva ikan lele451 (Clarias gariepinus). dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya yang dibudidayakan.452 d. Rotifer453 Filum rotifer dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta dengan 1500454 spesies, kemudian Bdelloidea dengan 350 spesies, dan terakhir yaitu Brachionidea455 yang saat ini hanya 2 spesies yang baru dikenali dari kelas Seisonidea. Memproduksi456 rotifer sebagai pakan alami tidak semudah memproduksi pakan alami Artemia,457 dalam produksi intensif rotifera untuk skala besar itu cukup sulit dilakukan karena458 memerlukan tempat yang cukup luas dan penanganannya harus terkontrol dengan459 baik (Erlania dkk., 2010).460 Menurut Tsany (2016), (Brachionus plicatilis) memiliki klasifikasi sebagai461 berikut; Phylum Avertebrata, Kelas Aschelmintes, Sub klas Rotaria, Ordo Eurotaria,462 Family Brachionidae, Sub family Brachioninae, Genus Brachionus dan463 Species Brachionus plicatilis.464 465 Gambar 2-6. Morfologi Brachionus (Brachionus plicatilis) (Redjeki, 2000)466
  • 22. 22 Menurut Redjeki (2000), ciri-ciri morfologi rotifera mempunyai kisaran467 ukuran tubuh antara 50-250 mikron (Gambar 2-6), dengan struktur yang sangat468 sederhana, ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama rotifera adalah469 terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini berbentuk bulat dan470 berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti roda, sehingga dinamakan471 rotifera.472 Brachionus termasuk salah satu genus yang sangat populer diantara sekian473 banyak jenis Rotifera (Gambar 2-6). Genus ini terdiri dari 34 spesies Rimper (2008).474 Menurut Tsany (2016), bahwa selain Brachionus plicatilis dikenal juga beberapa475 spesies dari genus Brachionus, antara lain: Brachionus pala, Brachionus punctatus,476 Brachionus abgularis, dan Brachionus moliis.477 Jika ingin menghasilkan rotifera dengan kualitas baik maka diharuskan untuk478 melakukan produksi dengan baik pula yaitu dengan melakukan proses pengontrolan479 rutin pada saat produksi. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi480 bakteri dan protozoa yang bersifat pathogen pada larva ikan yang akan481 menkonsumsi rotifer nantinya. Selain itu, rotifer sulit menghasilkan telur kista yang482 dapat diawetkan seperti Artemia, sehingga diperlukan juga sesuatu yang alternative483 dalam pemeliharaan dan penyimpanan agar kesulitan-kesuliatan tersebut dapat484 diatasi (Erlania dkk., 2010).485 Rotifer (Brachionus plicatilis) merupakan makanan alami dari golongan486 zooplankton yang berukuran 40-250 µm dan banyak digunakan untuk mendukung487 usaha pembenihan ikan, terutama pada stadia awal larva ikan dan binatang laut488 lainnya, rotifer memerlukan makanan yang baik untuk mendukung kelangsungan489 hidupnya maupun meningkatkan nilai gizinya, sedangkan kendala yang sering490 dihadapi dalam kultur rotifer adalah menurunya kandungan nilai nutrisi akibat491
  • 23. 23 pengaruh kurangnya kulitas dan kuantitas fitoplankton, metode kultur dan lama492 waktu kultur (Dhert dalam Budi dkk., 2011).493 Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan salah satu cara yang494 telah terbukti berhasil yaitu dengan melakukan pengkayaan. Pengkayaan495 (enrichment) dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi rotifer dan bahan yang496 sering digunakan dalam enrichment adalah vitamin, mineral, protein, HUFA dan497 pemakaian bakteri dalam kultur Brachionus sp. baik dengan bahan artificial maupun498 dengan fitoplankton (Budi dkk., 2011).499 Rotifer (Brachionus plicatilis) merupakan zooplankton yang sering digunakan500 sebagai pakan awal larva ikan laut seperti udang dan kepiting, rotifer pertama kali501 digunakan sebagai pakan larva pada ikan ayu (P altivelis), kemudian pada ikan fugu502 (Fugu rupbripes rubripes), udang (Penaeus monodon) dan red Seabream (Pagrus503 major), kemudian ikan Mugil cephalus, ikan turbot (Scophtalmus maximux) dan ikan504 sebelah (Paralichtys olevaceus) (Redjeki, 2000).505 Menurut Kaligis, (2015) menyatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk506 pertumbuhan rotifer adalah 20-30°C sedangkan pada saat reproduksi, suhu507 maksimum berkisar 30-34°C. kemudian salinitas 35 ppt merupakan salinitas yang508 optimal untuk pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) (Erlania dkk., 2010). pH509 perairan dipengaruhi oleh kosentrrasi karbondioksida (CO2) dan senyawa yang510 bersifat asam, kemudian rotifer (Brachionus plicatilis) membutuhkan pH untuk511 mendukung pertumbuhan dan reproduksi yaitu pada kisaran pH antara 7,5-8,0,512 Kemudian rotifer (Brachionus plicatilis) dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut513 (DO) sangat rendah yakni antara 0,1-1,0 mg/l, sedangkan kisaran oksigen terlarut514 (DO) yang optimumnya adalah 2,7 mg/l (Erlania dkk., 2010).515
  • 24. 24 4.2.2 Kandungan Nutrisi516 Kandungan nutrisi suatu bahan pakan harus cukup dan sesuai dengan517 kebutuhan ikan, disukai oleh ikan dan mudah dicerna kemudian jika dilihat dari nilai518 ekonominya, pakan yang dihasilkan mempunyai harga yang relative lebih murah519 sehingga dapat menekan biaya produksi pakan. Nilai nutrisi dari suatu makanan bagi520 ikan bergantung pada sejauh mana ikan tersebut mampu mencerna makanan tersebut521 (Muhtadi dkk., 2016).522 Kandungan nutrisi Daphnia bervariasi menurut umur dan tergantung pada523 makanan yang dimakan. Kandungan protein biasanya sekitar 50% dari berat kering.524 Pada Daphnia dewasa mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingan pada525 juvenile yaitu sekitar 20-27%; serta 4–6% pada juvenil. Pada beberapa spesis526 dijumpai mengandung protein sampai sebanyak 70%. Daphnia juga mengandung527 sejumlah enzim pencernaan seperti proteinase, peptidase, amilase, lipase dan528 selulase (berfungsi sebagai ekso-enzim pada pencernaan larva ikan) (Pankey, 2009).529 Artemia sp. memiliki kandungan nutrisi seperti protein berkisar 52,7%,530 karbohidrat berjumlah 15,4%, lemak berjumlah 4,8%, air berjumlah 10,3%, dan abu531 berjumlah 11,2% (Marihati dalam Puspa, 2017). Salah satu upaya meningkatan532 nutrisi Artemia sp. untuk memenuhi kebutuhan pakan larva ikan ialah dengan533 melakukan pengkayaan pada Artemia sp. melalui pakannya.534 Selanjutnya kandungan gizi yang dimiliki oleh Moina sp. umumnya terdiri atas535 air, protein, lemak, serat kasar, dan abu. Moina sp. memiliki kandungan protein536 sebesar 37,38%, kadar air 99,60%, lemak 13,29% dan abu 11,00% (Mudjiman537 dalam Riyana, 2017).538 539
  • 25. 25 Nilai nutrisi makanan pada umumnya dilihat dari komposisi gizinya seperti540 kandungan protein, lemak, kadar air, serat kasar dan abu dan kemudian kandungan541 gizi yang dimiliki rotifera (Brachionus plicatilis) dari golongan plankton yaitu:542 kadar air 85,70%, protein: 8,60%, lemak: 4,50%, abu: 0,70% (Redjeki, 2000).543 4.2.3 Perkembangan Produksi Zooplankton544 Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara545 lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Kladosera (Moina sp.), Daphnia sp. dan Rotifera546 (Brachionus sp.). Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap547 dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relative kecil548 sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan. Sifatnya yang selalu bergerak549 aktif akan merangsang larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami bagi larva ikan550 dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan551 perkembangannya (Suminto dalam Riyana 2017).552 Budidaya daphnia untuk saat ini sudah mulai dibudidayakan secara massal553 dengan menggunakan wadah budidaya berupa bak ataupun kolam tanah, dengan554 membudidaya daphnia secara massal maka, dapat menyuplai ketersediaan daphnia555 pada setiap saat dengan jumlah yang banyak sesuai kebutuhan untuk pembenihan556 ikan konsumsi dan ikan hias. Membudidayakan daphnia secara massal maka wadah557 yang sangat tepat untuk digunakan adalah kolam yang mempunyai dasaran tanah.558 Hal ini dikarenakan dapnia sebagai zooplankton yang akan sangat membutuhkan559 pakan berasal dari phytoplankton atau mikroorganisme yang berasal dari proses560 dekomposer didalam kolam tersebut.561 562 563 564
  • 26. 26 5. MANFAAT/KEUNTUNGAN PAKAN ALAMI DALAM BIDANG565 AKUAKULTUR566 Secara umum ikan merupakan salah satu makanan penting bagi manusia,567 secara tidak langsung ikan yang kita makanpun bergantung pada pakan alami. Pakan568 alami akan digunakan sebagai pakan awal pada suatu usaha budidaya ataupun di569 alam Kandungan gizi pakan alami sangat dipengaruhi oleh media tempat hidupnya570 (Bahan Ajar Siswa K13, 2013). Berdasarkan manfaat dari pakan alami yang berupa571 plankton, bentos dan tumbuhan air yakni dapat menentukan baik/tidaknya suatu572 kualitas air pada suatu perairan (Muhtadi dkk., 2016).573 Pakan alami yang mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos574 mempunyai beberapa keuntungan yaitu: mengandung gizi yang lengkap dan mudah575 dicerna, tidak mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan benih atau576 benur, kemudian berbagai jenis pakan alami secara umum cocok untuk makanan577 berbagai tingkat umur larva benih atau benur, sifat pakan alami yang bergerak tetapi578 tidak begitu aktif, memungkinkan dan mempermudah benur atau benih untuk579 memangsanya dan produksi yang relative murah jika dikelola dengan baik. Sebagian580 besar ikan air tawar lebih menyukai pakan alami dari jenis zooplankton, sementara581 larva ikan laut memiliki kebiasaan mengkonsumsi ke duanya (Pamungkas dan582 Khasani, 2006).583 Keuntungan lain secara umum yang diperoleh dari pakan alami demi584 menunjang aktifitas pembudidayaan ikan ialah yang pertama dapat menjadi pakan585 hidup bagi ikan konsumsi maupun ikan hias dan juga sebagai pakan hidup larva586 lobster air tawar, kemudian dapat menjadi bahan uji toksisitas dalam perairan,587 kemudian dapat menjadi pembersih lingkungan perairan yang tercemar sehingga588 nantinya air tersebut dapat digunakan sebagai media untuk budidaya, kemudian ada589
  • 27. 27 lagi yaitu dapat menjadi bahan baku penghasil kitin, kemudian dapat menjadi “raw590 model” dalam mempelajari interaksi gen dan lingkungan dan terakhir dapat591 menghasilkan beberapa produk yang berbahan dasar dari pakan alami sebagai obat-592 obatan kesehatan dan sebagainya (Uschita dkk., 2015).593 6. SIMPULAN/SARAN594 6.1 Simpulan595 Berdasarkan pembahasan seminar pustaka (Literatur review) di atas dengan596 poin pembahasan tentang pakan alami maka penulis menarik sebuah simpulan yaitu597 sebagai berikut:598 1. Adanya pakan alami di perairan memberikan keuntungan besar bagi setiap599 makhluk hidup di perairan terutama bagi ikan-ikan yang masi dalam fase larva600 ataupun benih yang membutuhkan makanan yang berukuran lebih kecil dari601 tubuhnya serta memiliki kandungan protein yang cukup untuk mendukung602 kelansungan hidup larva/benih ikan (biota akuatik).603 2. Pakan alami yang mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos604 mempunyai beberapa keuntungan yaitu: mengandung gizi yang lengkap dan605 mudah dicerna, tidak mencemari lingkungan perairan dan media pemeliharaan606 benih atau benur.607 3. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang berukuran kecil seperti Spirulina,608 Chorella, sedangkan yang termasuk dalam zooplankton adalah semua609 organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya renik. Zooplankton,610 disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau611 melayang dalam air.612 613 614
  • 28. 28 6.2 Saran615 Teruslah lakukan pengembangan terhadap pengelolaan pakan ikan, baik itu616 pakan alami maupun pakan buatan yang ramah lingkungan dan memiliki harga yang617 terjangkau demi tercapainya keberhasilan dalam usaha budidaya ikan, salah satu618 contohnya yakni tepung kepala udang yang digunakan sebagai pakan ikan.619 DAFTAR PUSTAKA620 Angkotasan. F. M. 2016. Teknik Kultur (Skeletonema costatum) Skala Intermedit di621 Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Desa622 Mappakalompo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar,623 Sulawesi Selatan. Skripsi. Hal. 07-11.624 Aprilliyanti. S., Soeprobowati. R. T dan Yulianto. B. 2016. Hubungan625 Kemelimpahan Chlorella sp. dengan Kualitas Lingkungan Perairan626 pada Skala Semi Masal di BBBPBAP Jepara.627 Cahyaningsih. S. 2016. Metode Menyiapkan Pakan Alami (Live Feed) untuk Ikan628 Hias Laut. Book IMOS (Nusatic). Hal. 01-31.629 Buku Teks Bahan Ajar Siswa K13. 2013. Paket Keahlian: Budidaya Rumput Laut630 Produksi Pakan Alami. Buku. Hal.14-20.631 Budi. S., Zainuddin dan Aslamsyah. S. 2011. Peningkatan Kadar Nutrisi dan632 Pertumbuhan rotifer (Brachionus plicatilis) dengan pengkayaan633 (Bacillus sp.) pada Lama Pengkayaan Berbeda. Jurnal Akuakultur634 Indonesia. Vol. 10. No. 01. Hal. 67-74.635 Dani. P. N., Budiharjo. A dan Listyawati. S. 2005. Komposisi Pakan Buatan untuk636 Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes637 (Puntius javanicus Blkr.) Jurnal BioSMART. Vol. 07. No. 02.638 Darmawan. J. 2013. Pertumbuhan Polulasi Daphnia sp. pada Media Budidaya639 dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo640 (Clarias gariapinus Burchell, 1822). Jurnal Berita Biologi. Vol. 13.641 No. 01.642 Dewi. A., Suminto dan Nugroho. A. R. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Alami643 Moina sp. denag Dosis yang Berbeda dalam Feeding Regime644 Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Baung645 (Hemibagrus nemurus). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol. 03 No.646 01. Hal. 17-26.647 Erlania., Widjaja. F dan Adiwilaga. M. E. 2010. Penyimpanan Rotifera Instan648 (Brachionus rotundiformis) pada Suhu yang Berbeda dengan649 Pemberian Pakan Mikroalga Konsentrat. Jurnal Akuakultur. Vol. 05.650 No. 02. Hal. 287-297.651
  • 29. 29 Febriyanto. A., Hasibuan. S dan Pamukas. A. N. 2016. Abudance Moina sp. Given652 The Mixed Fish Meal, Sofbean Meal and Bran With Different653 Concentration. Jurnal Aquaculture Department, University of Riau,654 Pekanbaru, Riau Province. Vol. 01. No. 01. Hal. 01-09.655 Habibi. Y. B. M. 2015. Teknik Produksi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) di Cv.656 Mentari Nusantara Desa Batokan Kecamatan Ngantru, Kabupaten657 Tulungagung, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Hal. 1-74.658 Handajani. H. 2008. Optimalisasi Substitusi Tepung Azolla Terfermentasi Pada659 Pakan Ikan untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal660 Akuati. Vol. 01. No. 01. Hal. 177-179.661 Irfiansyah. R. M. 2015. Teknik Kultur Chlorella sp. Skala Massal Untuk Pakan662 Rotifera sp. Dan Starter Tambak di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.663 Skripsi. Hal 03-07.664 Jusadi. D. 2003. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar.665 Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul : Budidaya Chlorella.666 Modul Budidaya chlorella. Hal 06-11.667 Junda. M., Kurnia. N dan Mis’am. Y. 2015. Pengaruh Pemberian Skeletonema668 costatum dengan Kepadatan Berbeda Terhadap Sintasan Artemia669 salina. Jurnal Bionature. Vol. 16. No. 01.670 Mufida. A., Agustono., Sudarno dan Nindarwi. D. D. 2017. Teknik Kultur Chlorella671 sp. Skala Laboratorium dan Intermediet Di Balai Perikanan Budidaya672 Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur. Journal Of Aquaculture673 and Fish Health. Vol. 07. No. 02. Hal. 50-55.674 Muhtadi. A., Yunasfi., Leidonald. R., Sandy. D. S., Junaidy. A dan Daulay. T. A.675 2016. Status Limnologis Danau Siombak, Medan, Sumatra Utara.676 Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 01 No. 01. Hal677 39-55.678 Pamungkas. W dan Khasani. I. 2006. Peningkatan Nilai Pakan Alami Melalui679 Teknik Pengkayaan. Jurnal Media Akuakultur. Vol. 01. No. 02.680 Pangkey.H. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan.681 ISSN 1411-9234. Vol. 05. No. 03. Hal. 33-35.682 Puspa.K.T.M. 2017. Pemberian Artemia sp yang Diperkaya Tepung Ikan untuk683 Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan684 Gabus (Channa striata). Skripsi. Hal. 07-08.685 Redjeki. S. 2000. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis). Jurnal Oceana. Vol.686 XXIV. No. 02. Hal 27-43.687 Rimper. R. J. 2008. Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotiferi Brachionus688 sp. Dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. Skripsi. Hal. 06-689 15.690
  • 30. 30 Riyana.S. 2017. Pemberian Moina sp. yang Diperkaya Tepung Ikan untuk691 Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan692 Gabus Channa striata (Bloch, 1793). Skripsi. Hal. 07-09.693 Sukariani., Junaidi. M dan S Hari. D. B. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan694 Hidup Artemia sp. dengan Pemberian Pakan Alami yang Berbeda.695 Jurnal Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram. Hal.696 01-22.697 Tsany. N. R. M. 2016. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium698 Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries699 Research Station, Chonburi, Thailand. Skripsi. Hal. 04-07.700 Utami. P. N., MS Yuniarti dan Haetami. K. 2012. Pertumbuhan Chlorella sp. yang701 Dikultur pada Perioditas Cahaya yang Berbeda. Jurnal Perikanan702 dan Kelautan. Vol. 03. No. 03. Hal. 237-244.703 Uschita.S., Rinaldi. I., Zulfadhly., Haryati. S., Aziz. R. M., Pramata. K. M.,704 Amanda. M. L dan Wulandari. A. 2015. Keanekaragaman705 Planktonologi Rotifera dan Protozoa di Peraiaran Sungai. Jurnal706 Artikel Akuatik. Vol. 01. No. 01. Hal. 06-18.707 Wisudyawati. D. 2014. Studi Perbandingan Kemampuan Skeletonema sp. dan708 Chaetoceros sp. Sebagai Agen Bioremediasi (Fito-Akumulasi)709 Terhadap Logam Berat Timbal (Pb). Skripsi. Hal. 19-20.710 Wibisono. A. M., Hastuti. S dan Herawati. E. V. 2016. Produksi Daphnia sp. yang711 Dibudidayakan dengan Kombinasi Ampas Tahu dan Berbagai712 Kotoran Hewan dalam Pupuk Berbasis Roti Afkir yang Difermentasi.713 Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol. 06. No.714 03. Hal. 187-196.715