SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
1
KETERAMPILAN BERJALAN UNTUK PENDAKI GUNUNG
Oleh Rahmat Rukmantara
PENDAHULUAN
Pendakian gunung merupakan salah satu aktivitas pilihan para petualang yang menyukai
tantangan medan mendaki dan menurun. Variasi jalan setapak yang dilalui menjadi keasyikan
tersendiri selain tentunya menikmati panorama alam pegunungan dan udara sejuk yang bersih.
Namun demikian, petualangan tidak lagi menjadi asyik dan seru saat perjalanan terganggu oleh
kondisi tubuh yang mulai kepayahan atau bahkan mengalami cidera. Mungkin bisa jadi
perjalanan itu menjadi perjalanan terburuk yang pernah kita alami. Salah satu penyebab utama
kejadian ini adalah karena keterampilan berjalan kita yang sangat buruk.
Karena itu, menjadi sangat penting bagi pegiat aktivitas ini apa pun tujuannya baik sekedar
berpetualang atau untuk berolahraga, memiliki keterampilan berjalan di medan mendaki dan
menurun. Membuat perjalanan menjadi lebih aman, nyaman, dan seru. Mudah-mudahan
tulisan ringkas ini dapat membantu kita semua sebagai pendaki dalam peningkatan wawasan
keterampilan berjalan sehingga dapat menjadi panduan untuk dipraktikan dalam setiap
aktivitas pendakian gunung berikutnya.
PENGENALAN MEDAN PENDAKIAN GUNUNG
Banyak variasi medan pendakian yang dapat kita lalui. Sehingga perlu kita samakan persepsi
kita tentang beberapa pengertiannya. Beberapa pakar membaginya secara definisi yang
dihubungkan dengkan teknis pendakiannya. Salah satunya Schurman (pakar mountaineering
2
dan juga seorang spesialis dalam strength and conditioning) dalam bukunya yang berjudul The
Outdoor Athlete (2009) membaginya menjadi dua “nontechnical terrain” dan “technical
terrain.” Medan non teknis dapat ditempuh dengan aktivitas hiking, trekking, dan backpacking
(terkadang scrambling, berjalan mendaki dengan sedikit bantuan tangan) sehingga cukup jelas
maksudnya bahwa medan tersebut dapat kita lalui tanpa harus melakukan teknis tertentu yang
biasanya dihubungkan dengan aktivitas panjat tebing (rock climbing). Artinya medan non teknis
dapat kita tempuh tanpa bantuan alat-alat panjat. Sementara medan teknis hanya dapat
ditempuh dengan aktivitas mountaineering yang memerlukan proteksi tali pengaman dan alat-
alat panjat lainnya.
Tulisan ini hanya mengupas keterampilan berjalan dalam pendakian di medan non teknis.
Termasuk di dalamnya aktivitas hiking, trekking, dan backpacking. Sementara scrambling dan
mountaineering akan dibahas dalam tulisan lain untuk lebih memudahkan.
HIKING, TREKKING, BACKPACKING
Istilah hiking, trekking, atau backpacking sudah sering kita dengar dan terasa tidak asing.
Namun ada baiknya kita lihat kembali pengertiannya. Schurman mendefinisikannya sebagai
berikut, bahwa hiking adalah aktivitas sehari dalam beberapa jam saja melalui medan mendaki
yang tidak terlalu tinggi dan tidak rata. Biasanya untuk tingkatan basic jarak yang dapat
ditempuh mulai dari 5 km hingga 13 km jalan berpasir, tanah atau lumpur di atas ketinggian
sekitar 457m dpl. Kemudian untuk selanjutnya (intermediate hike) biasanya jarak yang
ditempuh sekitar 13 km hingga 22.5 km dengan medan ketinggian sekitar 457 – 1067m dpl.
Sementara yang lebih dari itu (advance hike) melakukan perjalanan dengan jarak tempuh
3
sekitar 22.5 km hingga 48 km dengan ketinggian lebih dari 1067m dpl. Biasanya tas pundak
yang dibawa dalam aktivitas hiking dari basic hingga advance berkisar 4.5 kg hingga 9 kg untuk
minuman dan snack.
Pengertian trekking adalah serangkaian harian aktivitas hiking yang simultan bermalam di
penginapan lokal (huts) atau tenda/shelter. Bawaan yang kita bawa biasanya untuk makan
utama, snack, kamera, air, jaket dan pakaian sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sementara
perlengkapan tidur termasuk tenda, pakaian cadangan, bahan bakar, dan lain-lain dibawakan
oleh pengangkut barang/porter. Trekking lebih banyak memakan biaya dibanding hiking dan
membutuhkan endurance yang lebih dengan masa pemulihan (recovery) yang lebih minim.
Backpacking yang dimaksud adalah aktivitas perjalanan menginap beberapa hari bahkan
berminggu-minggu yang mengharuskan pegiatnya membawa sendiri segala kebutuhannya
selama perjalanannya. Biasanya perjalanannya melintasi beberapa desa hingga daerah terpencil
(remote backcountry).
Untuk selanjutnya tulisan ini pun tidak mengupas segala keterampilan yang terkait dengan
backpacking ini. Karena aktivitas ini memiliki keunikan tersendiri yang cukup menarik untuk
dikupas secara detail.
KETERAMPILAN BERJALAN DI MEDAN PEGUNUNGAN (HIKING-TREKKING SKILLS)
Dalam aktivitas pendakian gunung yang di dalamnya terdapat berbagai unsur gerak (berjalan
mendatar, berjalan mendaki, melompat, mendaki dengan bantuan tangan untuk keseimbangan
4
dengan memegang pohon/batu begitu pula sebaliknya ketika menuruni bukit, dan sebagainya)
sehingga dapat dikatakan sangat terbuka (memungkinkan banyak gerakan yang harus
dilakukan). Gerakan tersebut bisa dilakukan hingga ratusan kali bahkan lebih hingga berjam-
jam. Sehingga diperlukan pula berbagai aktivitas pemulihan termasuk di dalamnya pemulihan
nutrisi (makan dan minum) yang berkesinambungan agar tubuh tetap memiliki energy untuk
bergerak. Sehingga ada baiknya kita melihat aktivitas ini dari sudut pandang kebutuhan fisik
dalam bergerak dari ilmu biomekanik dalam olahraga (sport biomechanics) dan juga kebutuhan
fisik dalam memelihara kesinambungan energinya seperti yang dikaji dalam ilmu fisiologi
olahraga (sport physiology).
Prinsip utama studi analisa gerak manusia dalam berolahraga oleh ilmu biomekanik olahraga
adalah membantu peningkatan performa seorang atlit saat beraktivitas dalam cabang olahraga
yang ia geluti sekaligus mengurangi kemungkinan cidera yang dapat terjadi (Roger Bartlett,
Introduction to Sports Biomechanics, 2007). Sehingga dalam biomekanika olahraga, gerakan-
gerakan tubuh kita itu akan selalu dikaitkan dengan tenaga yang dikeluarkan dan juga usaha
yang dibutuhkan. Sehingga terciptalah gerakan yang paling efisien untuk dapat memunculkan
performa yang optimum sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkan.
Dalam pendakian gunung, walau sangat terbuka untuk berbagai gerakan, namun yang paling
mendominasi adalah gerakan berjalan. Baik itu mendaki maupun menurun. Ini dilakukan bisa
berjam-jam dengan ribuan langkah. Sehingga untuk memelihara kesinambungan gerakan jalan
kita maka hal yang paling penting kita lakukan adalah berjalanlah seefisien mungkin. Banyak
5
cara yang dapat kita lakukan dengan prinsip berjalan seefisien mungkin. Antara lain sebagai
berikut;
(1) Dengan berjalan zig-zag (seperti mengikuti alur air ketika bergerak) sehingga naturalisasi
gerakan berjalan kita masih dapat dipertahankan dan tidak memaksan otot-otot
berjalan kita bekerja terlalu keras.
(2) Menapaklah dengan telapak kaki yang penuh di setiap tanjakan/step sehingga
pembagian tenaga yang dibebani pada otot kaki kita tidak terpusat pada salah satu otot
saja. Analoginya adalah sama halnya dengan berjalan jinjit di lantai datar yang dapat
membebani otot betis kita sehingga kalau ini sering dilakukan akan terjadi cidera (over
use syndrome).
(3) Berjalanlah dengan langkah yang tidak terlalu lebar seperti langkah anak kecil (baby
step) sehingga beban otot kita tidak terbebani secara maksimum untuk setiap
langkahnya.
(4) Berjalan dengan fokus pada gerakan tubuh kita khususnya kaki agar tetap dapat berjalan
normal/natural. Sehingga terhindar dari langkah yang tidak beraturan, tergelincir, atau
tersandung yang bila ini kerap terjadi akan sangat melelahkan.
Hal tersebut di atas adalah bagian yang sangat penting yang harus kita biasakan dan kita latih
saat kita berjalan di medan pendakian kita. Walau mungkin ada hal yang juga penting perlu
ditambahkan biasanya terkait dengan pola istirahat kita, waktu bergerak, prilaku saat istirahat
dan lain-lain yang akan dibahas dalam fisiology pendakian gunung khususnya saat pemulihan
(recovery).
6
Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa banyak pendaki yang sangat terobsesi dengan
pencapaian target berdiri di puncak gunung tanpa diimbangi dengan persiapan performa dalam
bergerak turun. Hal ini dapat terjadi karena anggapan misi utama seorang pendaki adalah
sampai di puncak. Padahal itu adalah bagian yang harus dicapai tetapi the ultimate goal kita
adalah kembali pulang dengan berbagai cerita pengalaman yang seru dan mengasyikan. Karena
itu, bergerak menuruni gunung juga harusnya menjadi perhatian penting kita.
Bergerak menuruni bukit secara biomekanika adalah hal yang lebih berat dibandingkan saat kita
mendaki. Karena beban gravitasi ditambah dengan gerakan kita yang searah dengan itu
(menurun) akan menghasikan dorongan yang lebih. Ini akan terasa dampaknya saat kita
menapakan satu kaki kita dibawah dan langsung menerima energi balik dari permukaan bumi
sebesar beban tubuh kita (beserta yang melekat di dalamnya) ditambah kecepatan gerakan
turun kita dan juga gravitasi. Ini yang membuat lutut kita mudah cidera karena otot-otot kita
tidak terlatih atau dipersiapkan untuk itu. Sehingga kembali kepada prinsip efisiensi dalam
bergerak, maka kita sangat dianjurkan untuk melakukan gerakan turun seefisien mungkin. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
(1) Jaga naturalisasi gerakan turun kita dengan memilih step terdekat untuk menghindari
tumbukan yang kuat. Bergeraklah seperti arus air mengalir saat turun.
(2) Jangan terlalu sering membebani salah satu kaki kita karena kebiasaan gerak kita
(kecendrungan melangkah awal dengan kaki kita yang lebih kuat). Berjalanlah turun
dengan beban pada kaki secara bergantian.
7
(3) Ketika mendapati step yang terjal turuni step itu dengan memiringkan badan sehingga
telapak kaki kita bergerak hampir 90° ke arah sisi dalamnya.
(4) Bila memungkinkan carilah kesempatan kepada tangan untuk membantu pengurangan
beban tumbukan pada kaki (mungkin dengan memegang tongkat, atau dahan pohon,
batu, dsb).
(5) Bila terdapat step yang cukup terjal sebaiknya kita menuruninya dengan membalikan
tubuh kita sehingga berhadapan dengan jalur medan terjal tersebut. (seolah-olah
berjalan mundur atau menyerupai kebalikan ketika kita bergerak naik dengan bantuan
tangan).
Selain hal-hal tersebut yang harus diperhatikan terkait dengan biomekanika gerak dalam
pendakian gunung, maka yang tidak kalah pentingnya adalah hal-hal yang terkait dengan
fisiologi pendakiannya.
FISIOLOGI DALAM AKTIVITAS HIKING ATAU TREKKING
Brian J. Sharkey dalam bukunya Sport Physiology for Coaches (2006) menuliskan bahwa fisiologi
merupakan ilmu yang mempelajari segala hal tentang tubuh kita dan fungsi-fungsinya. Sport
physiology memperhatikan efek-efek yang terjadi baik yang bersifat sesegera mungkin atau
jangka panjang pada latihan yang dilakukan pada otot-otot dan system tubuh. Jadi erat
hubungannya dengan peningkatan detak jantung, pernafasan, dan suhu tubuh saat latihan.
Semuanya akan terhubungkan dengan kesinambungan energi tubuh kita dalam bergerak.
8
Terkait dengan kesinambungan energi, setiap orang yang melakukan aktivitas olahraga, secara
sederhana dapat terbagi menjadi dua yaitu:
(1) Aktivitas Aerobik; adalah bentuk aktivitas yang mengharuskan tubuh menggunakan
oksigen sebagai bagian dari sistem energinya. Banyak orang menyebutnya juga dengan
latihan endurance. Misalnya berjalan kaki, jogging, bersepeda, senam aerobik, berenang
dan lain-lain. Biasanya waktu penggunaan system aerobic ini setelah beraktivitas lebih
dari 20 detik hingga waktu yang tak terhingga selagi bahan bakarnya tersedia
(karbohidrta, lemak dan protein).
(2) Aktivitas anaerobik; adalah bentuk aktivitas yang tidak memerlukan oksigen dalam
sistem produksi energi dalam tubuh. Biasanya dipakai dalam latihan kekuatan
maksimum dan juga sprint. Tenaga dari system an-aerobik ini dapat dipakai hanya tidak
lebih dari 20 detik saja dan berhubungan dengan Glukosa karbohidrat.
Pada aktivitas pendakian gunung. Secara keseluruhan sistem energi yang dipakai adalah aerobik
sehingga aktivitas ini bisa dikatakan sebagai aktivitas endurance. Mungkin sesekali tenaga
anerobik akan dipakai ketika kita mengerahkan tenaga maksimum saat menanjak secara
ekstrim dalam sekian detik. Sehingga cadangan glukosa karbohidrat kita yang nantinya
tersimpan dalam bentuk glikogen otot dan juga glukosa dalam darah tetap tersedia.
Sehubungan dengan teknik pendakian gunung terkait dengan kondisi fisiologi tubuh, maka
kesinambungan energi pada tubuh kita harus selalu dijaga. Untuk menjaga kesinambungan
tersebut maka teknik-teknik pendakian yang telah disebutkan pada pembahasan biomekanika
dalam pendakian gunung akan sangat relefan dengan pemeliharaan kesinambungan energi
9
pada pembahasan ini. Namun demikian, hal-hal penting yang harus kita perhatikan adalaha
sebagai berikut:
(1) Menjaga ritme pergerakan saat mendaki atau saat turun pada intensitas yang tidak
terlalu tinggi (kondisi aerobik). Dengan patokan sekitar 70% dari denyut nadi maksimum
per menit. Contoh: usia pendaki 40 tahun, denyut nadi terbaik saat bergerak dalam
perjalanan diusahakan tetap constant pada denyut: 70% x (220 – umur) = 70% x (220-
40)DN/mnt= 70% x 180 DN/mnt = 126 DN/mnt..
(2) Lakukan istirahat (recovery) yang cukup pada setiap kondisi pendakian atau saat
menurun dengan selalu berpatokan pada denyut nadi per menit. Istirahat dianggap
cukup bila denyut nadi kita sudah turun hingga posisi 60% DN maksimum
(3) Bila kita mendaki/menuruni medan terjal yang menyebabkan detak jantung terasa cepat
maka pergerakan hanya boleh dilakukan selama paling lama 20 detik. Setelah itu
lakukan recovery. Karena bila denyut nadi kita berada pada posisi mendekati maksimum
(80% hingga 90%) dalam waktu yang lebih dari 20 detik maka tubuh kita akan
memproduksi asam laktat sebagai hasil dari produksi energi anaerobic yang dapat
menyebabkan otot-otot menjadi kaku saat terjadi penumpukan
(4) Lakukan recovery tiga kali lamanya waktu usaha maksimal tersebut dengan berhenti
untuk mengambil nafas dan berjalan lambat hingga denyut kembali normal di posisi
aerobik (70%) atau kurang dari itu. Bila kita bergerak mendaki dalam kondisi denyut
maksimum selama 20 detik, beristirahatlah selama 60 detik.
(5) Siapkan selalu glukosa sederhana (gula jawa, madu, buah-buahn seperti pisang) pada
saat pendakian yang beritme cepat. Sementara untuk pendakian endurance yang
10
panjang kebutuhan akan karbohidrat dan lemak tubuh perlu selalu dijaga sehingga
snack setiap 3 jam menjadi penting (biscuit, atau cereal). Siapkan protein yang memadai
di makan malam kita tiga jam sebelum tidur untuk recovery jaringan otot yang rusak
karena gerakan-gerakan pendakian kita.
PENUTUPAN
Hiking dan trekking merupakan aktivitas petualangan yang sangat mengasyikan. Ini akan
menjadi seru apa bila kita dapat melakukannya secara menyenangkan, nyaman, dan aman
(tanpa mengalami cidera). Penguasaan skills pergerakan dalam aktivitas ini menjadi sangat
penting begitu pula pemahaman tentang kecukupan asupan dan prilaku yang baik saaat
pemulihan (recovery). Sehingga realisasi keseruan pengalaman yang ingin dicapai dapat
diwujudkan.
11
Referensi
Brian J. Sharkey. Sport Physiology for Coaches. United State: Human Kinetics, 2006
Cardinale, Newton, Osaka. Strength and Conditioning: Biological Principles and Practical
Applications. West Sussex, UK: Willey-Blackwell, 2011
Courtney Schurman & Doug Schurman. The Outdoor Athlete. United State: Human Kinetics,
2006
M. Anwari Irawan. Glukosa & Metabolismen Energi. www.pssplab.com. Sports Science Brief:
Volume 01 (2007).
Roger Bartlett. Introduction to Sports Biomechanics: Analysing Human Movement Patterns.
New York: Routledge, 2007

More Related Content

What's hot

Corak pergerakan dominan gimnastik (landing)
Corak pergerakan dominan gimnastik  (landing)Corak pergerakan dominan gimnastik  (landing)
Corak pergerakan dominan gimnastik (landing)
Ahmad Lili
 
Lokomotor dan bukan lokomotor
Lokomotor dan bukan lokomotorLokomotor dan bukan lokomotor
Lokomotor dan bukan lokomotor
Piong Yee Hsiang
 
Pengenalan kepada konsep pergerakan
Pengenalan kepada konsep pergerakanPengenalan kepada konsep pergerakan
Pengenalan kepada konsep pergerakan
firo HAR
 
Pergerakan Lokomotor & Bukan Lokomotor
Pergerakan  Lokomotor &  Bukan  LokomotorPergerakan  Lokomotor &  Bukan  Lokomotor
Pergerakan Lokomotor & Bukan Lokomotor
nurhusna
 
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatifTd10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
Jenry Saiparudin
 
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprintAnalisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
464035
 
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
Onie Gi
 
Pergerakan asas
Pergerakan asasPergerakan asas
Pergerakan asas
shahrul
 
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmaniJenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
Shafiq Al Jauhari
 
Gimnastik pendidikan
Gimnastik pendidikanGimnastik pendidikan
Gimnastik pendidikan
Afzan Razali
 
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan AsasEsemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
Syafiqah Mohamed Noor
 

What's hot (18)

Corak pergerakan dominan gimnastik (landing)
Corak pergerakan dominan gimnastik  (landing)Corak pergerakan dominan gimnastik  (landing)
Corak pergerakan dominan gimnastik (landing)
 
Lokomotor dan bukan lokomotor
Lokomotor dan bukan lokomotorLokomotor dan bukan lokomotor
Lokomotor dan bukan lokomotor
 
Atletik | Makalah
Atletik | MakalahAtletik | Makalah
Atletik | Makalah
 
Pendidikan Pergerakan
Pendidikan PergerakanPendidikan Pergerakan
Pendidikan Pergerakan
 
Teknik start
Teknik startTeknik start
Teknik start
 
Pengenalan kepada konsep pergerakan
Pengenalan kepada konsep pergerakanPengenalan kepada konsep pergerakan
Pengenalan kepada konsep pergerakan
 
Pergerakan Lokomotor & Bukan Lokomotor
Pergerakan  Lokomotor &  Bukan  LokomotorPergerakan  Lokomotor &  Bukan  Lokomotor
Pergerakan Lokomotor & Bukan Lokomotor
 
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatifTd10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
Td10003 kepentingan pergerakan asas dan manipulatif
 
Tahun 4
Tahun 4Tahun 4
Tahun 4
 
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprintAnalisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
 
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
Pengenalan kepadapendidikan pergerakan
 
Pergerakan asas
Pergerakan asasPergerakan asas
Pergerakan asas
 
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmaniJenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
Jenis pergerakan-asas-pendidikan-jasmani
 
Gimnastik pendidikan
Gimnastik pendidikanGimnastik pendidikan
Gimnastik pendidikan
 
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan AsasEsemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
Esemen Pendidikan Jasmani Pergerakan Asas
 
Pergerakan lokomotor 2015
Pergerakan lokomotor 2015Pergerakan lokomotor 2015
Pergerakan lokomotor 2015
 
Rangkuman OR
Rangkuman ORRangkuman OR
Rangkuman OR
 
Pergerakan Asas Perry
 Pergerakan Asas Perry Pergerakan Asas Perry
Pergerakan Asas Perry
 

Viewers also liked

Technical Trends_Study of Quantum
Technical Trends_Study of QuantumTechnical Trends_Study of Quantum
Technical Trends_Study of Quantum
Hardik Gohel
 
Día internacional de la mujer
Día internacional de la mujerDía internacional de la mujer
Día internacional de la mujer
ame
 
Trabajo de ecologia
Trabajo de ecologiaTrabajo de ecologia
Trabajo de ecologia
Francisco520
 

Viewers also liked (20)

Ada 1
Ada 1Ada 1
Ada 1
 
John Espino plantillas
John Espino plantillasJohn Espino plantillas
John Espino plantillas
 
Technical Trends_Study of Quantum
Technical Trends_Study of QuantumTechnical Trends_Study of Quantum
Technical Trends_Study of Quantum
 
Día internacional de la mujer
Día internacional de la mujerDía internacional de la mujer
Día internacional de la mujer
 
Como crear una cuenta en facebook
Como crear una cuenta en facebookComo crear una cuenta en facebook
Como crear una cuenta en facebook
 
アプリプロモーションのこれまでとこれから(2014/7/4)
アプリプロモーションのこれまでとこれから(2014/7/4)アプリプロモーションのこれまでとこれから(2014/7/4)
アプリプロモーションのこれまでとこれから(2014/7/4)
 
La organización de la mercadotecnia Wilson Alberto Martínez
La organización de la mercadotecnia Wilson Alberto MartínezLa organización de la mercadotecnia Wilson Alberto Martínez
La organización de la mercadotecnia Wilson Alberto Martínez
 
Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarKeterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar
 
Continuous Monitoring: Introduction & Considerations – Part 1 of 3
Continuous Monitoring: Introduction & Considerations – Part 1 of 3Continuous Monitoring: Introduction & Considerations – Part 1 of 3
Continuous Monitoring: Introduction & Considerations – Part 1 of 3
 
Yota PCRF - Policy Control Berlin 2014
Yota PCRF - Policy Control Berlin 2014 Yota PCRF - Policy Control Berlin 2014
Yota PCRF - Policy Control Berlin 2014
 
John Espino slideshare
John Espino slideshareJohn Espino slideshare
John Espino slideshare
 
Pulau seribu
Pulau seribuPulau seribu
Pulau seribu
 
Investigación de Área de interés
Investigación de Área de interés Investigación de Área de interés
Investigación de Área de interés
 
Unit 14 P3 M2 (Sustainability)
Unit 14 P3 M2 (Sustainability) Unit 14 P3 M2 (Sustainability)
Unit 14 P3 M2 (Sustainability)
 
CULTURA Y EDUCACIÓN
CULTURA Y EDUCACIÓNCULTURA Y EDUCACIÓN
CULTURA Y EDUCACIÓN
 
Child diabetesii computersnutr
Child diabetesii computersnutrChild diabetesii computersnutr
Child diabetesii computersnutr
 
Trabajo de ecologia
Trabajo de ecologiaTrabajo de ecologia
Trabajo de ecologia
 
Retention.ai uninstall intelligence platform
Retention.ai uninstall intelligence platformRetention.ai uninstall intelligence platform
Retention.ai uninstall intelligence platform
 
Ea p presentation agenda setting tw
Ea p presentation agenda setting twEa p presentation agenda setting tw
Ea p presentation agenda setting tw
 
Bao cao
Bao caoBao cao
Bao cao
 

Similar to Keterampilan berjalan untuk pendaki gunung

261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx
ObenRegar
 
Berenang Gaya Punggung
Berenang Gaya PunggungBerenang Gaya Punggung
Berenang Gaya Punggung
febbykania
 
Tugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjokTugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjok
Mila Putri
 

Similar to Keterampilan berjalan untuk pendaki gunung (20)

Buku Panduan Mendaki Gunung.pdf
Buku Panduan Mendaki Gunung.pdfBuku Panduan Mendaki Gunung.pdf
Buku Panduan Mendaki Gunung.pdf
 
PPT BILAD ATLETIK JALAN CEPAT.pptx
PPT BILAD ATLETIK JALAN CEPAT.pptxPPT BILAD ATLETIK JALAN CEPAT.pptx
PPT BILAD ATLETIK JALAN CEPAT.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx261635434-kliping-lompat-jauh.docx
261635434-kliping-lompat-jauh.docx
 
Makalah Lompat jauh
Makalah Lompat jauhMakalah Lompat jauh
Makalah Lompat jauh
 
Rangkuman Lompat Jauh
Rangkuman Lompat JauhRangkuman Lompat Jauh
Rangkuman Lompat Jauh
 
Makalah lompat jauh STIP KABUPATEN MUNA
Makalah lompat jauh STIP KABUPATEN MUNA Makalah lompat jauh STIP KABUPATEN MUNA
Makalah lompat jauh STIP KABUPATEN MUNA
 
Berenang Gaya Punggung
Berenang Gaya PunggungBerenang Gaya Punggung
Berenang Gaya Punggung
 
Kebugaran Jasmani
Kebugaran Jasmani Kebugaran Jasmani
Kebugaran Jasmani
 
Atletik
AtletikAtletik
Atletik
 
Makalah lompat jauh
Makalah lompat jauhMakalah lompat jauh
Makalah lompat jauh
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kelas3 semester1
Kelas3 semester1Kelas3 semester1
Kelas3 semester1
 
Tugas Uas Teknologi Pendidikan
Tugas Uas Teknologi Pendidikan Tugas Uas Teknologi Pendidikan
Tugas Uas Teknologi Pendidikan
 
Tugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjokTugas pengetahuan pjok
Tugas pengetahuan pjok
 
Makalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga LariMakalah Olahraga Lari
Makalah Olahraga Lari
 
Lompat jangkit
Lompat jangkitLompat jangkit
Lompat jangkit
 
Lompat jangkit
Lompat jangkitLompat jangkit
Lompat jangkit
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 

Keterampilan berjalan untuk pendaki gunung

  • 1. 1 KETERAMPILAN BERJALAN UNTUK PENDAKI GUNUNG Oleh Rahmat Rukmantara PENDAHULUAN Pendakian gunung merupakan salah satu aktivitas pilihan para petualang yang menyukai tantangan medan mendaki dan menurun. Variasi jalan setapak yang dilalui menjadi keasyikan tersendiri selain tentunya menikmati panorama alam pegunungan dan udara sejuk yang bersih. Namun demikian, petualangan tidak lagi menjadi asyik dan seru saat perjalanan terganggu oleh kondisi tubuh yang mulai kepayahan atau bahkan mengalami cidera. Mungkin bisa jadi perjalanan itu menjadi perjalanan terburuk yang pernah kita alami. Salah satu penyebab utama kejadian ini adalah karena keterampilan berjalan kita yang sangat buruk. Karena itu, menjadi sangat penting bagi pegiat aktivitas ini apa pun tujuannya baik sekedar berpetualang atau untuk berolahraga, memiliki keterampilan berjalan di medan mendaki dan menurun. Membuat perjalanan menjadi lebih aman, nyaman, dan seru. Mudah-mudahan tulisan ringkas ini dapat membantu kita semua sebagai pendaki dalam peningkatan wawasan keterampilan berjalan sehingga dapat menjadi panduan untuk dipraktikan dalam setiap aktivitas pendakian gunung berikutnya. PENGENALAN MEDAN PENDAKIAN GUNUNG Banyak variasi medan pendakian yang dapat kita lalui. Sehingga perlu kita samakan persepsi kita tentang beberapa pengertiannya. Beberapa pakar membaginya secara definisi yang dihubungkan dengkan teknis pendakiannya. Salah satunya Schurman (pakar mountaineering
  • 2. 2 dan juga seorang spesialis dalam strength and conditioning) dalam bukunya yang berjudul The Outdoor Athlete (2009) membaginya menjadi dua “nontechnical terrain” dan “technical terrain.” Medan non teknis dapat ditempuh dengan aktivitas hiking, trekking, dan backpacking (terkadang scrambling, berjalan mendaki dengan sedikit bantuan tangan) sehingga cukup jelas maksudnya bahwa medan tersebut dapat kita lalui tanpa harus melakukan teknis tertentu yang biasanya dihubungkan dengan aktivitas panjat tebing (rock climbing). Artinya medan non teknis dapat kita tempuh tanpa bantuan alat-alat panjat. Sementara medan teknis hanya dapat ditempuh dengan aktivitas mountaineering yang memerlukan proteksi tali pengaman dan alat- alat panjat lainnya. Tulisan ini hanya mengupas keterampilan berjalan dalam pendakian di medan non teknis. Termasuk di dalamnya aktivitas hiking, trekking, dan backpacking. Sementara scrambling dan mountaineering akan dibahas dalam tulisan lain untuk lebih memudahkan. HIKING, TREKKING, BACKPACKING Istilah hiking, trekking, atau backpacking sudah sering kita dengar dan terasa tidak asing. Namun ada baiknya kita lihat kembali pengertiannya. Schurman mendefinisikannya sebagai berikut, bahwa hiking adalah aktivitas sehari dalam beberapa jam saja melalui medan mendaki yang tidak terlalu tinggi dan tidak rata. Biasanya untuk tingkatan basic jarak yang dapat ditempuh mulai dari 5 km hingga 13 km jalan berpasir, tanah atau lumpur di atas ketinggian sekitar 457m dpl. Kemudian untuk selanjutnya (intermediate hike) biasanya jarak yang ditempuh sekitar 13 km hingga 22.5 km dengan medan ketinggian sekitar 457 – 1067m dpl. Sementara yang lebih dari itu (advance hike) melakukan perjalanan dengan jarak tempuh
  • 3. 3 sekitar 22.5 km hingga 48 km dengan ketinggian lebih dari 1067m dpl. Biasanya tas pundak yang dibawa dalam aktivitas hiking dari basic hingga advance berkisar 4.5 kg hingga 9 kg untuk minuman dan snack. Pengertian trekking adalah serangkaian harian aktivitas hiking yang simultan bermalam di penginapan lokal (huts) atau tenda/shelter. Bawaan yang kita bawa biasanya untuk makan utama, snack, kamera, air, jaket dan pakaian sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sementara perlengkapan tidur termasuk tenda, pakaian cadangan, bahan bakar, dan lain-lain dibawakan oleh pengangkut barang/porter. Trekking lebih banyak memakan biaya dibanding hiking dan membutuhkan endurance yang lebih dengan masa pemulihan (recovery) yang lebih minim. Backpacking yang dimaksud adalah aktivitas perjalanan menginap beberapa hari bahkan berminggu-minggu yang mengharuskan pegiatnya membawa sendiri segala kebutuhannya selama perjalanannya. Biasanya perjalanannya melintasi beberapa desa hingga daerah terpencil (remote backcountry). Untuk selanjutnya tulisan ini pun tidak mengupas segala keterampilan yang terkait dengan backpacking ini. Karena aktivitas ini memiliki keunikan tersendiri yang cukup menarik untuk dikupas secara detail. KETERAMPILAN BERJALAN DI MEDAN PEGUNUNGAN (HIKING-TREKKING SKILLS) Dalam aktivitas pendakian gunung yang di dalamnya terdapat berbagai unsur gerak (berjalan mendatar, berjalan mendaki, melompat, mendaki dengan bantuan tangan untuk keseimbangan
  • 4. 4 dengan memegang pohon/batu begitu pula sebaliknya ketika menuruni bukit, dan sebagainya) sehingga dapat dikatakan sangat terbuka (memungkinkan banyak gerakan yang harus dilakukan). Gerakan tersebut bisa dilakukan hingga ratusan kali bahkan lebih hingga berjam- jam. Sehingga diperlukan pula berbagai aktivitas pemulihan termasuk di dalamnya pemulihan nutrisi (makan dan minum) yang berkesinambungan agar tubuh tetap memiliki energy untuk bergerak. Sehingga ada baiknya kita melihat aktivitas ini dari sudut pandang kebutuhan fisik dalam bergerak dari ilmu biomekanik dalam olahraga (sport biomechanics) dan juga kebutuhan fisik dalam memelihara kesinambungan energinya seperti yang dikaji dalam ilmu fisiologi olahraga (sport physiology). Prinsip utama studi analisa gerak manusia dalam berolahraga oleh ilmu biomekanik olahraga adalah membantu peningkatan performa seorang atlit saat beraktivitas dalam cabang olahraga yang ia geluti sekaligus mengurangi kemungkinan cidera yang dapat terjadi (Roger Bartlett, Introduction to Sports Biomechanics, 2007). Sehingga dalam biomekanika olahraga, gerakan- gerakan tubuh kita itu akan selalu dikaitkan dengan tenaga yang dikeluarkan dan juga usaha yang dibutuhkan. Sehingga terciptalah gerakan yang paling efisien untuk dapat memunculkan performa yang optimum sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkan. Dalam pendakian gunung, walau sangat terbuka untuk berbagai gerakan, namun yang paling mendominasi adalah gerakan berjalan. Baik itu mendaki maupun menurun. Ini dilakukan bisa berjam-jam dengan ribuan langkah. Sehingga untuk memelihara kesinambungan gerakan jalan kita maka hal yang paling penting kita lakukan adalah berjalanlah seefisien mungkin. Banyak
  • 5. 5 cara yang dapat kita lakukan dengan prinsip berjalan seefisien mungkin. Antara lain sebagai berikut; (1) Dengan berjalan zig-zag (seperti mengikuti alur air ketika bergerak) sehingga naturalisasi gerakan berjalan kita masih dapat dipertahankan dan tidak memaksan otot-otot berjalan kita bekerja terlalu keras. (2) Menapaklah dengan telapak kaki yang penuh di setiap tanjakan/step sehingga pembagian tenaga yang dibebani pada otot kaki kita tidak terpusat pada salah satu otot saja. Analoginya adalah sama halnya dengan berjalan jinjit di lantai datar yang dapat membebani otot betis kita sehingga kalau ini sering dilakukan akan terjadi cidera (over use syndrome). (3) Berjalanlah dengan langkah yang tidak terlalu lebar seperti langkah anak kecil (baby step) sehingga beban otot kita tidak terbebani secara maksimum untuk setiap langkahnya. (4) Berjalan dengan fokus pada gerakan tubuh kita khususnya kaki agar tetap dapat berjalan normal/natural. Sehingga terhindar dari langkah yang tidak beraturan, tergelincir, atau tersandung yang bila ini kerap terjadi akan sangat melelahkan. Hal tersebut di atas adalah bagian yang sangat penting yang harus kita biasakan dan kita latih saat kita berjalan di medan pendakian kita. Walau mungkin ada hal yang juga penting perlu ditambahkan biasanya terkait dengan pola istirahat kita, waktu bergerak, prilaku saat istirahat dan lain-lain yang akan dibahas dalam fisiology pendakian gunung khususnya saat pemulihan (recovery).
  • 6. 6 Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa banyak pendaki yang sangat terobsesi dengan pencapaian target berdiri di puncak gunung tanpa diimbangi dengan persiapan performa dalam bergerak turun. Hal ini dapat terjadi karena anggapan misi utama seorang pendaki adalah sampai di puncak. Padahal itu adalah bagian yang harus dicapai tetapi the ultimate goal kita adalah kembali pulang dengan berbagai cerita pengalaman yang seru dan mengasyikan. Karena itu, bergerak menuruni gunung juga harusnya menjadi perhatian penting kita. Bergerak menuruni bukit secara biomekanika adalah hal yang lebih berat dibandingkan saat kita mendaki. Karena beban gravitasi ditambah dengan gerakan kita yang searah dengan itu (menurun) akan menghasikan dorongan yang lebih. Ini akan terasa dampaknya saat kita menapakan satu kaki kita dibawah dan langsung menerima energi balik dari permukaan bumi sebesar beban tubuh kita (beserta yang melekat di dalamnya) ditambah kecepatan gerakan turun kita dan juga gravitasi. Ini yang membuat lutut kita mudah cidera karena otot-otot kita tidak terlatih atau dipersiapkan untuk itu. Sehingga kembali kepada prinsip efisiensi dalam bergerak, maka kita sangat dianjurkan untuk melakukan gerakan turun seefisien mungkin. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) Jaga naturalisasi gerakan turun kita dengan memilih step terdekat untuk menghindari tumbukan yang kuat. Bergeraklah seperti arus air mengalir saat turun. (2) Jangan terlalu sering membebani salah satu kaki kita karena kebiasaan gerak kita (kecendrungan melangkah awal dengan kaki kita yang lebih kuat). Berjalanlah turun dengan beban pada kaki secara bergantian.
  • 7. 7 (3) Ketika mendapati step yang terjal turuni step itu dengan memiringkan badan sehingga telapak kaki kita bergerak hampir 90° ke arah sisi dalamnya. (4) Bila memungkinkan carilah kesempatan kepada tangan untuk membantu pengurangan beban tumbukan pada kaki (mungkin dengan memegang tongkat, atau dahan pohon, batu, dsb). (5) Bila terdapat step yang cukup terjal sebaiknya kita menuruninya dengan membalikan tubuh kita sehingga berhadapan dengan jalur medan terjal tersebut. (seolah-olah berjalan mundur atau menyerupai kebalikan ketika kita bergerak naik dengan bantuan tangan). Selain hal-hal tersebut yang harus diperhatikan terkait dengan biomekanika gerak dalam pendakian gunung, maka yang tidak kalah pentingnya adalah hal-hal yang terkait dengan fisiologi pendakiannya. FISIOLOGI DALAM AKTIVITAS HIKING ATAU TREKKING Brian J. Sharkey dalam bukunya Sport Physiology for Coaches (2006) menuliskan bahwa fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari segala hal tentang tubuh kita dan fungsi-fungsinya. Sport physiology memperhatikan efek-efek yang terjadi baik yang bersifat sesegera mungkin atau jangka panjang pada latihan yang dilakukan pada otot-otot dan system tubuh. Jadi erat hubungannya dengan peningkatan detak jantung, pernafasan, dan suhu tubuh saat latihan. Semuanya akan terhubungkan dengan kesinambungan energi tubuh kita dalam bergerak.
  • 8. 8 Terkait dengan kesinambungan energi, setiap orang yang melakukan aktivitas olahraga, secara sederhana dapat terbagi menjadi dua yaitu: (1) Aktivitas Aerobik; adalah bentuk aktivitas yang mengharuskan tubuh menggunakan oksigen sebagai bagian dari sistem energinya. Banyak orang menyebutnya juga dengan latihan endurance. Misalnya berjalan kaki, jogging, bersepeda, senam aerobik, berenang dan lain-lain. Biasanya waktu penggunaan system aerobic ini setelah beraktivitas lebih dari 20 detik hingga waktu yang tak terhingga selagi bahan bakarnya tersedia (karbohidrta, lemak dan protein). (2) Aktivitas anaerobik; adalah bentuk aktivitas yang tidak memerlukan oksigen dalam sistem produksi energi dalam tubuh. Biasanya dipakai dalam latihan kekuatan maksimum dan juga sprint. Tenaga dari system an-aerobik ini dapat dipakai hanya tidak lebih dari 20 detik saja dan berhubungan dengan Glukosa karbohidrat. Pada aktivitas pendakian gunung. Secara keseluruhan sistem energi yang dipakai adalah aerobik sehingga aktivitas ini bisa dikatakan sebagai aktivitas endurance. Mungkin sesekali tenaga anerobik akan dipakai ketika kita mengerahkan tenaga maksimum saat menanjak secara ekstrim dalam sekian detik. Sehingga cadangan glukosa karbohidrat kita yang nantinya tersimpan dalam bentuk glikogen otot dan juga glukosa dalam darah tetap tersedia. Sehubungan dengan teknik pendakian gunung terkait dengan kondisi fisiologi tubuh, maka kesinambungan energi pada tubuh kita harus selalu dijaga. Untuk menjaga kesinambungan tersebut maka teknik-teknik pendakian yang telah disebutkan pada pembahasan biomekanika dalam pendakian gunung akan sangat relefan dengan pemeliharaan kesinambungan energi
  • 9. 9 pada pembahasan ini. Namun demikian, hal-hal penting yang harus kita perhatikan adalaha sebagai berikut: (1) Menjaga ritme pergerakan saat mendaki atau saat turun pada intensitas yang tidak terlalu tinggi (kondisi aerobik). Dengan patokan sekitar 70% dari denyut nadi maksimum per menit. Contoh: usia pendaki 40 tahun, denyut nadi terbaik saat bergerak dalam perjalanan diusahakan tetap constant pada denyut: 70% x (220 – umur) = 70% x (220- 40)DN/mnt= 70% x 180 DN/mnt = 126 DN/mnt.. (2) Lakukan istirahat (recovery) yang cukup pada setiap kondisi pendakian atau saat menurun dengan selalu berpatokan pada denyut nadi per menit. Istirahat dianggap cukup bila denyut nadi kita sudah turun hingga posisi 60% DN maksimum (3) Bila kita mendaki/menuruni medan terjal yang menyebabkan detak jantung terasa cepat maka pergerakan hanya boleh dilakukan selama paling lama 20 detik. Setelah itu lakukan recovery. Karena bila denyut nadi kita berada pada posisi mendekati maksimum (80% hingga 90%) dalam waktu yang lebih dari 20 detik maka tubuh kita akan memproduksi asam laktat sebagai hasil dari produksi energi anaerobic yang dapat menyebabkan otot-otot menjadi kaku saat terjadi penumpukan (4) Lakukan recovery tiga kali lamanya waktu usaha maksimal tersebut dengan berhenti untuk mengambil nafas dan berjalan lambat hingga denyut kembali normal di posisi aerobik (70%) atau kurang dari itu. Bila kita bergerak mendaki dalam kondisi denyut maksimum selama 20 detik, beristirahatlah selama 60 detik. (5) Siapkan selalu glukosa sederhana (gula jawa, madu, buah-buahn seperti pisang) pada saat pendakian yang beritme cepat. Sementara untuk pendakian endurance yang
  • 10. 10 panjang kebutuhan akan karbohidrat dan lemak tubuh perlu selalu dijaga sehingga snack setiap 3 jam menjadi penting (biscuit, atau cereal). Siapkan protein yang memadai di makan malam kita tiga jam sebelum tidur untuk recovery jaringan otot yang rusak karena gerakan-gerakan pendakian kita. PENUTUPAN Hiking dan trekking merupakan aktivitas petualangan yang sangat mengasyikan. Ini akan menjadi seru apa bila kita dapat melakukannya secara menyenangkan, nyaman, dan aman (tanpa mengalami cidera). Penguasaan skills pergerakan dalam aktivitas ini menjadi sangat penting begitu pula pemahaman tentang kecukupan asupan dan prilaku yang baik saaat pemulihan (recovery). Sehingga realisasi keseruan pengalaman yang ingin dicapai dapat diwujudkan.
  • 11. 11 Referensi Brian J. Sharkey. Sport Physiology for Coaches. United State: Human Kinetics, 2006 Cardinale, Newton, Osaka. Strength and Conditioning: Biological Principles and Practical Applications. West Sussex, UK: Willey-Blackwell, 2011 Courtney Schurman & Doug Schurman. The Outdoor Athlete. United State: Human Kinetics, 2006 M. Anwari Irawan. Glukosa & Metabolismen Energi. www.pssplab.com. Sports Science Brief: Volume 01 (2007). Roger Bartlett. Introduction to Sports Biomechanics: Analysing Human Movement Patterns. New York: Routledge, 2007