Dokumen tersebut merupakan laporan pengamatan perilaku anak-anak usia 4-10 tahun dalam menonton televisi atau bermain game. Laporan tersebut menganalisis waktu yang dihabiskan untuk menonton TV atau bermain game, program favorit, lokasi menonton, respon anak, dan aktivitas lain yang dilakukan bersamaan. Berdasarkan pengamatan tersebut, dianjurkan strategi parental education dan healthy media untuk membatasi pengaruh negatif media terhadap perke
1. Psikologi Komunikasi
Analisis Psikologis tentang Perkembangan Anak-
Anak dan Televisi
Tanggal pengumpulan : 26 Desember 2013
Kelompok :
1. Neffi Nurinapraja 071211531002
2. Natalia D 071211531018
3. Radyastuti 071211531019
4. Nurul Fitryah 071211532009
5. Cassia Eunice 071211533049
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SEMESTER GENAP 2012/2013
2. PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Tugas Analisis :
Amati perilaku anak-anak usia 4-10 tahun dalam menonton televisi atau bermain
game, minimal 4 anak dengan usia yang bervariasi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu di
analisis :
1. Berapa jam per hari waktu yang dibutuhkan untuk menonton televisi atau bermain
game?
2. Apa saja yang paling sering ditonton / dimainkan ? Dengan siapa mereka menonton
televisi / bermain game?
3. Dimana mereka menonton televisi atau bermain game? (di kamar, ruang keluarga,
ruang tamu, warnet, tempat lain)
4. Bagaimana respon mereka ketika menyaksikan suatu program? Sebutkan program
apa!
5. Adakah kegiatan lain yang dilakukan bersamaan dengan menonton televisi /
bermmain game?
6. Solusi apa yang tepat menurut kelompok Anda untuk mengatasi hal tersebut? ( lihat
Television and Child Development ). Analisis berdasarkan bacaan ( rujukan )
7. Sertakan tanggal, jam, serta dimana dilakukan pengamatan.
3. Pengamatan ke-1
Nama subyek : Ahmad Romi Affandy
Umur subyek : 4 tahun
Tanggal pengamatan/Jam : 19 Desember 2013/ pukul 07.00-21.00 WIB
Lokasi pengamatan : Rumah Romi, JL. Genteng Sidomukti No. 39
1. Waktu yang dihabiskan untuk menonton TV sebanyak 8 jam per hari
2. Acara TV yang ditonton adalah Cartoon Networks, Disney channel, serta Upin Ipin
yang ditonton dengan Ibu dan kakak
3. Kegiatan menonton TV dilakukan di kamar dan kemudian pindah di ruang keluarga
4. Pada saat menonton TV, subyek tidak terlalu fokus pada acara yang ditonton. Hanya
saja pada saat program Upin ipin, subyek sering menirukan dialek bahasa melayu,
Malaysia serta sering menirukan tarian dan nyanyian yang ada saat menonton Disney
channel.
5. Ada, saat menonton TV subyek juga bermain dengan mobil-mobilannya yang
terkadang juga dilakukan sambil makan, sehingga subyek tidak fokus menonton TV
dan lebih sering beraktifitas lainnya.
6. Analisis dan Solusi :
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, strategi yang tepat untuk
digunakan terkait dengan perkembangan anak-anak dan televisi adalah Parent
Strategies and Education. Orang tua yang dalam kasus ini adalah seorang ibu sebagai
pihak yang menemani subyek saat menonton televisi, diharapkan ikut aktif dalam
menonton program-program televisi yang dilihat oleh anaknya. Dimana setiap
program yang di tonton harus di diskusikan secara bersama dengan subyek (anak)
untuk mengetahui sudut pandang, kesukaaan, serta nilai-nilai yang di tangkap oleh
subyek saat sedang menonton televisi. Sebab dalam program-program yang ditonton
oleh subyek, terdapat beberapa adegan kekerasaan serta bahasa-bahasa yang tidak
sesuai penggunaannya dan tidak baik apabila didengar oleh subyek. Contohnya adalah
adegan perkelahian dalam program Ben10 (Cartoon Networks) serta kata-kata hinaan
dan kasar seperti ‘bodoh’. Selain itu, orang tua juga dituntut untuk dapat menerapkan
model Healthy Media terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu seperti pemberian
batasan waktu menonton dan pemilihan program-program televisi berkualitas
sebagaimana yang disarankan oleh Dr. Spock – sebagai bagian penting dari
4. perkembangan kesehatan anak-anak. Hal ini ditujukan untuk membentuk sikap
disiplin dalam diri orang tua yang diharapkan mampu dicontoh oleh subyek yakni
anaknya, agar terhindar dari pengaruh negatif media televisi. Contohnya, orang tua
menerapkan jam tidur siang, bermain, dan makan secara teratur dan disiplin.
Kemudian orang tua juga aktif dalam mendidik anaknya melalui kegiatan-kegiatan
positif lainnya seperti belajar membaca, menulis, ataupun mewarnai.
Upaya penghindaran anak-anak dari pengaruh buruk lainnya juga dapat
dilakukan melalui Media Literacy. Program yang mengajarakan anak-anak untuk
berpikir kritis dalam menonton program televisi ini juga dapat diterapkan oleh orang
tua di dalam rumah. Meskipun program ini kebanyakan digunakan dalam sistem
pembelajaran formal, program ini juga dapat diterapkan oleh para orang tua sebagai
pendidik di lingkungan keluarga dalam konteks yang informal dan santai. Orang tua
mengajarkan anaknya untuk menangkap pesan maupun mengevaluasi pesan yang
disampaikan oleh pihak media. Karena anak-anak dapat diajarkan untuk melihat
televisi lebih kritis baik melalui channel pendidikan formal maupun informal. (Kubey
dan Csikszentmihalyi, 1990).
Pengamatan ke-2
Nama subyek : Ghilman Zaki Affandy
Umur subyek : 9 tahun
Tanggal pengamatan/Jam : 19 Desember 2013/ pukul 07.00-21.00 WIB
Lokasi pengamatan : Rumah Zaki, JL Genteng Sidomukti No. 39
1. Waktu yang dihabiskan selama 6 jam per hari untuk menonton TV
2. Acara TV yang ditonton adalah Cartoon Networks, Disney channel, Upin Ipin, serta
Tukang Bubur Naik Haji yang ditonton dengan Ibu dan Tante
3. Kegiatan menonton TV dilakukan di kamar dan terkadang di ruang keluarga
4. Sama seperti adiknya, subyek juga sering menirukan dialek bahasa melayu – Malaysia
pada saat menonton Upin Ipin. Selain itu pada saat menonton Disney channel, subyek
sering menirukan tarian dan nyanyiannya. Bahkan untuk Tukang Bubur Naik Haji,
subyek menjadi hafal dengan nama-nama dan karakter tokoh yang memainkan
sinteron tersebut. Sehingga tak jarang subyek memberikan komentar atau memanggil
nama-nama pemainnya yang pada saat itu tengah muncul di TV
5. 5. Ada, karena subyek telah bersekolah dan duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar,
subyek menonton TV sambil belajar/mengerjakan PR, juga sesekali sambil makan,
sehingga jarang fokus menonton TV.
6. Analisis dan Solusi :
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, strategi yang tepat untuk digunakan
terkait dengan perkembangan anak-anak dan televisi adalah Parent Strategies and
Education. Orang tua yang dalam kasus ini adalah seorang ibu dan tante sebagai pihak
yang menemani subyek saat menonton televisi, diharapkan ikut aktif dalam menonton
program-program televisi yang dilihat oleh subyek. Dimana setiap program yang di
tonton harus di diskusikan secara bersama dengan subyek (anak) untuk mengetahui
sudut pandang, kesukaaan, serta nilai-nilai yang di tangkap oleh subyek saat sedang
menonton televisi. Sebab dalam program-program yang ditonton oleh subyek,
terdapat beberapa adegan kekerasaan serta bahasa-bahasa yang tidak sesuai
penggunaannya dan tidak baik apabila didengar oleh subyek. Selain itu, orang tua
juga dituntut untuk dapat menerapkan model Healthy Media terhadap dirinya sendiri
terlebih dahulu seperti pemberian batasan waktu menonton dan pemilihan program-
program televisi berkualitas sebagaimana yang disarankan oleh Dr. Spock – sebagai
bagian penting dari perkembangan kesehatan anak-anak. Hal ini ditujukan untuk
membentuk sikap disiplin dalam diri orang tua yang diharapkan mampu dicontoh oleh
subyek yakni anaknya, agar terhindar dari pengaruh negatif media televisi.
Contohnya, orang tua menerapkan jam tidur siang, bermain, dan makan secara teratur
dan disiplin. Kemudian orang tua juga aktif dalam mendidik anaknya melalui
kegiatan-kegiatan positif lainnya seperti belajar membaca, menulis, ataupun
mewarnai.
Salah satu program televisi yang menjadi hal penting dalam pengamatan kami
adalah kebiasaan subyek untuk menonton Tukang Bubur Naik Haji bersama ibu dan
tantenya. Kebiasaan menonton tersebut harus disertai dengan pengawasan dan
bimbingan penuh orang tua agar anak-anak tidak salah dalam menangkap pesan yang
disampaikan. Sebab dalam sinetron tersebut, banyak adegan-adegan yang mengarah
pada kekerasan dan penmgaruh buruk seperti salah satu contoh scene antara bos
Romla dan Kardun. Dimana dialog diantara keduanya selalu diwarnai dengan
pertengkaran dan penonjolan sifat-sifat Kardun yang selalu membantah apabila di
berikan saran atupun teguran. Pengaruh buruk ini juga dapat dihindari melalui
program Media Literacy.
6. Program yang mengajarakan anak-anak untuk berpikir kritis dalam menonton
program televisi ini juga dapat diterapkan oleh orang tua di dalam rumah. Orang tua
mengajarkan anaknya untuk menangkap pesan maupun mengevaluasi pesan yang
disampaikan oleh pihak media. Karena anak-anak dapat diajarkan untuk melihat
televisi lebih kritis baik melalui channel pendidikan formal maupun informal. (Kubey
dan Csikszentmihalyi, 1990). Namun agar lebih aman, orang tua sebaiknya tidak
membiarkan anaknya untuk melihat sinetron tersebut sampai batas umur tertentu
dimana dia sudah bisa membedakan mana kekerasan fiksi dan mana yang nyata.
Sebab, dalam program tersebut pihak stastiun televisi – RCTI juga telah memberikan
rating system berupa kode R-BO yang berarti Remaja-Bimbingan Orang tua juga
telah menjelaskan bahwa acara tersebut tidak cocok untuk di tonton oleh anak kecil.
Pengamatan ke-3
Nama subyek : Ariel James Hariyono
Umur subyek : 10 tahun
Tanggal pengamatan/Jam : 20 Desember 2013/ pukul 07.00-21.00 WIB
Lokasi pengamatan : Rumah Ariel, JL Royal Residence B15 No 87
1. Waktu yang dihabiskan untuk bermain game sebanyak 4 jam per hari (subyek tidak
senang menonton TV)
2. Game yang selalu dimainkan sendirian adalah Enemy Strike (game RPG tembak-
tembakan), Deer Hunter (game berburu), dan Hill Climb Racing (balap mobil)
3. Kegiatan bermain game ini dilakukan di kamar dan kemudian ataupun di ruang tamu
4. Pada saat bermain game, subyek terlihat sangat serius dan tidak dapat diganggu.
Terutama saat bermain Enemy Strike, subyek kerap meneriakkan kata-kata tembak
sebagai bentuk ekspresinya dalam bermain melawan musuh.
5. Tidak ada, karena pada saat bermain game subyek tidak dapat diganggu. Dan ketika
disuruh berhenti untuk makan atau mengerjakan tugas, subyek sangat susah di bujuk
hingga menangis saat tabletnya dipaksa ambil.
6. Analisis dan Solusi :
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, strategi yang tepat untuk
digunakan terkait dengan perkembangan anak-anak dan televisi adalah Parent
Strategies and Education. Orang tua diharapkan mampu bersikap tegas terhadap
subyek. Sebab dari hasil pengamatan, subyek terlalu ketergantungan pada fasilitas
7. tablet yang diberikan orang tua kepadanya. Terlihat dari susahnya subyek saat dibujuk
untuk bermain game. Terkadang subyek juga susah makan dan belajar karena terlalu
sibuk dalam bermain game.
Sudah seharusnya semua permainan yang dimainkan oleh subyek, harus
diketahui oleh orang tua, agar orang tua dapat memberikan pemahaman positif atas
game-game yang dimainkan serta mengontrol game-game apa saja yang boleh
dimainkan. Bila dilihat dari jenis game yang dimainkan subyek, semuanya
mengandung unsur kekerasan yang apabila tidak diawasi dan diberikan pengarahan
yang baik akan dapat membuat anak tersebut mendapatkan pengaruh buruk dalam
kehidupannya kelak. Anak-anak menjadi terbiasa dengan kekerasan. Sehingga perlu
dibuat beberapa strategi agar subyek tidak ketergantungan lagi pada tabletnya.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu berperan aktif
dalam mengawasi perkembangan anak-anak dengan cara memberikan aturan berupa
jadwal pemakaian tablet yang disesuaikan oleh jam belajar dan jam tidur subyek.
Selain itu, orang tua juga bisa menggantikan aktivitas bermain game subyek dengan
memberikan alternatif lain berupa permainan yang melibatkan sistem motorik.
Pengamatan ke-4
Nama subyek : Satria Yoghie Iswara
Umur subyek : 5 tahun
Tanggal pengamatan/Jam : 21 Desember 2013/ pukul 07.00-21.00 WIB
Lokasi pengamatan : Rumah Yoghie, JL Simo Mulyo Baru Blok 5C No 59
1. Waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi selama 5-6 jam per hari
2. Tayangan TV yang ditonton antara lain :
- Pagi hari :
Pukul 07.00 – 07.30 : Dino Dan (B Channel)
Pukul 07.30 – 09.00 : Animasi Spesial/Kartun; Upin Ipin (MNC TV)
- Sore hari :
Pukul 16.30 – 17.15 : Kartun Animasi Pororo (B Channel)
Pukul 17.45 – 18.30 : Timmy Time (B Channel)
Pukul 18.30 – 19.00 : Doong Doong (B Channel)
8. - Malam hari
Pukul 19.30 –21.00 : YKS (Trans TV)
3. Dalam menonton televisi tersebut, subyek jarang sendiri, biasanya ditemani oleh
kakaknya. Jika menonton YKS selalu bersama kakak, ibu, atau ayahnya. Sedangkan
ruangan yang dijadikan tempat menonton televisi adalah kamar kakak dan ruang
keluarga, namun lebih sering di kamar kakak karena sudah terbiasa dan letaknya di
lantai bawah.
4. Aktivitas yang dilakukan subyek sambil menonton TV adalah makan, minum susu,
tidur-tiduran, atau sedang bersiap ke sekolah (subyek masuk sekolah jam 9 pagi)
5. Dalam menonton semua siaran TV itu, subyek terlihat sangat antusias, apalagi saat
kartunnya sedang lucu-lucunya, subyek akan ikut tertawa dengan riangnya, bahkan
juga mengajak orang yang mendampinginya ikut tertawa.
6. Analisis dan Solusi :
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, subyek masih berada dalam
pengawasan yang cukup ketat dalam menonton acara televisi. Hal ini terlihat dari
rutinitas tidur siang yang selalu diterapkan saat pengamatan berlangsung, subyek
masih memiliki aktivitas positif lain yang sengaja diberikan agar subyek tidak
konsumtif pada televisi. Contohnya saja pada saat jam 1 siang sehabis pulang sekolah,
subyek diharuskan untuk tidur siang. Kemudian untuk setiap hari Senin dan Rabu,
subyek juga mengikuti kegiatan les badminton mulai dari jam 15.30-18.30 WIB.
Hanya saja, pada saat pengamatan subyek sedang tidak pada rutinitasnya les
badminton.
Namun meskipun terlihat berada dalam pengawasan yang cukup ketat, subyek
masih perlu mendapatkan bimbingan dalam setiap kegiatan menonton televisinya agar
tidak mendapatkan pengaruh negatif. Adapun metode yang dapat digunakan adalah
Parents Strategies and Education. Karena dalam metode ini orang tua menjalankan
fungsi parental guidance yakni menjaga dan mengawasi subyek dalam
mengkonsumsi media, bersikap selektif dalam memilih tayangan yang pantas bagi
subyek.