5. Miris sekali melihat
perkembangan anak-anak
indonesia dewasa ini.
Sekarang sudah jarang
sekali ditemukan anak-
anak bermain permainan
tradisional. iyaa ga bu
ibu? Padahal dulu zaman
nya kita bermain seru ya..
9. Video 2
Apa tanggapan ibu-ibu setelah menonton
cuplikan video tadi?
Apa jadinya jika ini terjadi pada keluarga kita?
10. Namun yang menjadi
perhatian adalah apabila anak
umur 3 tahun bahkan bayi
pun sudah mengenal gadget,
dan andalannya adalah
menangis jika tidak diberikan
gadget, bikin bingung yaa.
Akhirnya diperbolehkanlah
anak-anak menggunakan
gadget.
Anak zaman sekarang
mainnya gadget, saya
tidak mengatakan
salah, boleh saja asal
dengan pengawasan
orang tua, karena
zaman sudah
berkembang dan
teknologi semakin
canggih.
11.
12.
Batasi penggunaannya
Bersikap tegas dengan membatasi anak menggunakan gadget.
Berikan batasan kepada anak saat bermain gadget, misalnya
boleh bermain gadget 1 jam dalam sehari, yakni setelah makan
siang. Selanjutnya, gadget harus diberikan kepada Ibu untuk
disimpan.
Pantau anak saat melakukan aktivitasnya
Kecanduan si Kecil dengan gadget membuatnya susah
berkonsentrasi saat melakukan aktivitasnya, seperti makan dan
belajar. Makan yang sedianya bisa dilakukan dalam 10 menit
jadi molor menjadi 1 jam lebih karena dilakukan sambil
bermain gadget. Ingatkan untuk belajar dan mengerjakan tugas-
tugasnya atau menghabiskan makannya terlebih dahulu baru
boleh bermain.
tips bijak..
13.
Mengalihkan perhatian
Alihkan perhatiannya dengan mengajaknya membuat
kerajinan tangan dan mainan dari kardus bekas yang
unik atau membantu Anda membuat kue di dapur.
Aktivitas ini dapat membuat anak senang dan
melupakan gadget-nya.
Menjauhkan gadget dari jangkauan anak
Jauhkan gadget dari jangkauan anak. Jika anak sudah
memiliki gadget sendiri, ada baiknya Anda yang
menyimpan, sehingga tidak mudah dipakainya bermain
semaunya. Simpan gadget di tempat aman yang tidak
diketahui anak sehingga tidak mudah diambil dan
dipakai bermain.
tips bijak..
14.
Berdiskusi dengan anak
Ibu memang sudah sepatutnya mengajak anak
berdiskusi. Terlebih, jika kecanduan gadget yang dialami
anak sudah merembet pada prestasi sekolah yang
menurun. Berikan penjelasan kepada anak untuk tidak
terus-terusan bermain gadget. Kemudian paparkan
dampak yang dialaminya, seperti nilai sekolahnya yang
turun, mengantuk saat di sekolah, dan sebagainya.
Selanjutnya, dengarkan pula pendapat anak. Anda dan
anak bisa membuat kesepakatan, seperti boleh
bermain gadget di hari libur.
tips bijak..
15. Usia berapakah idealnya anak
bermain gadget?
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di Tenplay, Bill Gates
menegaskan bahwa anak seharusnya TIDAK dibolehkan memiliki
ponsel pintar atau gadget sebelum usianya 14 tahun.
Pakar parenting dan ahli teknologi mengamini ucapan Bill Gates.
Karena penelitian juga telah membuktikan bahwa membiarkan anak
menyentuh teknologi terlalu dini bisa berdampak buruk pada anak.
16. Usia berapakah idealnya anak
bermain gadget?
Berikut ini adalah sederet aturan terkait penggunaan teknologi, yang
diterapkan Bill Gates dan sang istri pada anak-anak mereka.
Melarang anak mereka memiliki ponsel sebelum berusia 14 tahun
Membatasi screen time, sehingga mereka punya waktu lebih
banyak untuk dihabiskan bersama keluarga
Tidak dibolehkan membawa ponsel pada saat makan
Menentukan jam berlaku untuk melihat televisi dan ponsel setiap
hari sehingga anak-anak bisa pergi tidur lebih awal dibanding anak
lain.
17. Dikutip dari Mobile Device Usage Among Young Kids pada
Studi Asia Tenggara November 2014 yang ditugaskan oleh
Samsung Kidstime dengan responden sebanyak 2500 orang
tua di Singapura, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina,
memaparkan :
18. 1. 98% dari orang tua di Asia Tenggara izinkan anak untuk
menggunakan gadget. Anak usia 3-5 tahun
menggunakan gadget untuk game (25% vs 29%) dan
unutk pendidikan (26% vs 27%). Dan penggunaan gadget
dari usia 6 sampai 8 tahun menggunakan gadget lebih
banyak untuk game (29% vs 37%) dan kurang untuk
pendidikan (20% vs 22%).
19. 2. Anak-anak cenderung menggunakan gadget dari 1 jam
per duduk. Sementara banyak orang tua dalam
penelitian ini mengizinkan gadget digunakan anak-anak
mereka, kebanyakan dari mereka juga percaya dalam
melatih batas dan batasan untuk menyaring waktu.
20. 3. 67% orang tua di SEA membiarkan anak-anak mereka
menggunakan gadget, 18% hanya dalam keadaan
tertentu dengan pengawasan orangtua, 14% anak-
anaknya bahkan sudah memiki gadget sendiri.
21. Video 3
Orang tua adalah pengguna utama.
Orang tua adalah aktor dan faktor utama.
Lantas siapa yang akan mengawasi anak-anak?
23. SAYANGI ANAK-ANAK KITA! PAHAMI MEREKA!
Psikolog dan Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman berbagi tujuh
cara mengasuh anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar
hubungan antara orangtua dan anak tetap terjaga.
1. Tanggung Jawab Penuh
Ketika bicara mengenai pola asuh anak, peran seorang ibu seringkali
dianggap hal paling utama. Padahal menurut Elly, sosok ayah dalam
mendidik anak tak kalah penting. Di era digital seperti sekarang ini,
ayah dan ibu harus memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama
bertanggungjawab atas jiwa, tubuh, pikiran, keimanan, kesejahteraan
anak secara utuh. Masih banyak orangtua muda masa kini yang
melepaskan anak-anaknya secara total di tangan orang ketiga, entah
mertua atau pembantu. Namun jika hal ini terpaksa dilakukan, maka
perlu dicek kembali bagaimana sejarah dari orang yang Anda rekrut
untuk menjaga buah hati.
24. SAYANGI ANAK-ANAK KITA! PAHAMI MEREKA!
2. Kedekatan
Perlu adanya kedekatan antara ayah dan anak, juga ibu ke anak.
Kedekatan ini bukan hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, melainkan
jiwa ke jiwa. Artinya, Anda dan pasangan tak bisa hanya sering
memeluk sang anak namun juga harus dekat secara emosional.
"Banyak anak yang tidak dapat hal itu dari kecil sehingga jiwanya
hampa"
3. Harus Jelas Tujuan Pengasuhan
"Dari riset yang saya lakukan untuk ibu 25-45 tahun, bekerja tak bekerja,
ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah. Mereka tidak
punya tujuan pengasuhan. Mereka tidak tahu anak ini mau di bawa ke
mana?"
Elly menyarankan agar orangtua mulai merumuskan tujuan pengasuhan
sejak anak dilahirkan. Perlu membuat kesepakatan bersama suami,
prioritas apa saja yang diberikan kepada anak dan bagaimana cara
pendekatannya.
25. SAYANGI ANAK-ANAK KITA! PAHAMI MEREKA!
4. Berbicara Baik-baik
Orangtua harus belajar berbicara baik-baik dengan anak. Tidak boleh
membohongi, lupa membahas keunikan anak, dan juga perlu membaca
bahasa tubuh, serta mau mendengar perasaan anak.
"Menyalahkan, memerintah, mencap, membandingkan, komunikasi
seperti ini akan membuat anak merasa tak berharga, tak terbiasa
memilih dan tak bisa mengambil keputusan."
5. Mengajarkan Agama
Menjadi kewajiban orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tentang
agama. Pendidikan tentang agama perlu ditanam sejak sedini mungkin.
Dalam hal ini, mengajarkan agama tak hanya terbatas ia bisa membaca
Al-Qur'an misalnya, bisa berpuasa atau pergi ke gereja. Orangtua perlu
menanamkan secara emosional agar anak menyukai aktivitas itu.
26. SAYANGI ANAK-ANAK KITA! PAHAMI MEREKA!
6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas
Kebanyakan orangtua malu membicarakan masalah seks dengan anak dan
cenderung menghindarinya. Menurut Elly, pembicaraan justru perlu dimulai
sejak dini dengan bahasa yang mengikuti usianya.
"Kalau sudah keluar air mani, sudah menstruasi, itu artinya mereka sudah
aktif secara seksual dan sudah telat untuk menanamkan tentang
pemahaman seks. Ya jadi suka-sukanya anak, dia bebas melakukan berbagai
macam hal “
7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital
Bukan berarti Anda harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun
mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki
batasan untuk itu. Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak
melihat situs yang tidak diinginkan.
"Ajarkan mereka untuk menahan pandangan, menjaga kemaluan. Karena jika
otakmu rusak, kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Jika kita tidak
membicarakan, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap." tuturnya.
28. Ada 14 permintaan anak yang mungkin tidak
pernah mereka ucapkan:
1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau
orang lain.
4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu
anggap aku anak kecil.
6. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.
7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.
29. Lanjutan..
8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa
yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tapi berilah
penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu
kau bentak-bentak aku setiap hari.
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku.
Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di kehidupanku
dan masa depanku.
14. Berilah aku pendidikan agama, agar lepas tanggung jawabmu kelak, dan
sebagai anak shaleh kita akan saling tarik menarik ke Surga