2. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. B
• Umur : 58 tahun
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Rekam medik : 116550
• Tgl. Masuk : 14-11-2013
3. ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIS
• Pasien masuk UGD dengan keluhan utama nyeri
tulang belakang yang dialami sejak 1 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati.
Mual (-), muntah (-), nyeri menelan (+). BAB
biasa. Ada riwayat terkena parang pada jari kaki
kiri 10 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisis ditemukan luka pada jari
kaki kiri (+), hipertoni (+), trismus (+), perut
papan (+), epistotonus (+), kejang (-), suhu 36,8
C
9. Definisi
• Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang
diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh
badan
10. Etologi
• Clostridium tetani
• Bentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4-0,5 mm
• spora hidup diluar tubuh manusia, di tanah dan
mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.
• gram positif anaerob.
• Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanospasmin) kejang otot dan saraf
perifer setempat.
• Toksin ini labil pada pemanasan,
• pada suhu 65 C akan hancur dalam lima menit.
11. Gejala klinis
• Masa tunas 5 – 14 hari,
Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan
1.Trismus
2.Kaku kuduk sampai epistotonus
3.Ketegangan otot dinding perut
4.Kejang tonik
5.Risus sardonikus (grinning on face)
6.Kesukaran menelan, gelisah, nyeri anggota badan
7.Spasme
8.Asfiksia dan sianosis , Retensi urine
9.Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10.Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
13. Diagnosis
• Biasanya tidak sukar.
• Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot
yang khas terutama pada rahang sangat
membantu.
14. Diagnosis banding
1. Spasme yang disebabkan oleh striknin (racun semacam
pestisida) jarang spasme otot rahang tetapi didiagnosis
dengan pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
2. Kejang pada meningitis dapat dibedakan kelainan cairan
serebropinalis.
3. Pada rabies anamnesis gigitan anjing dan kucing disertai
gejala spasme laring dan faring yang terus menerus dengan
pleiositosis tetapi tanpa trismus.
4. Trismus dapat pula terjadi pada abses retrofaringeal, abses
gigi yang hebat, pembesaran getah bening leher.
15. Komplikasi
1.Spasme otot faring terkumpulnya air
liur (saliva) di dalam rongga mulut
aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia
aspirasi.
2.Asfiksia
3.Atelektaksis karena obstruksi sekret
4.Fraktur kompresi
16. Prognosis
• Dipengaruhi oleh beberapa faktor dan akan
buruk pada masa tunas yang pendek (kurang
dari 7 hari),
• usia yang sangat mudah (neonatus)
• usia lanjut,
• kejang yang tinggi,
• kenaikan suhu tubuh yang tinggi,
• pengobatan yang terlambat,
• period of onsed yang pendek (jarak antara
trismus dan timbulnya kejang)
• kompikasi spasme otot pernafasan dan
obstruksi saluran pernafasan.
17. Penatalaksanaan
a.Secara Umum
~ Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya.
~ Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan,
bila trismus, makanan diberi dengan sonde parenteral.
~ Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan
luar.
~ Oksigen, pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu.
~ Mengatur cairan dan elektrolit.
18. Penatalaksanaan
• b.Obat-obatan
• 1.Antitoksin
Immunoglobulin tetanus. Dosis terapi:
Dewasa: 3000-6000 IU hari pertama, diteruskan dengan dosis
3000 IU/hari.
Anak: 500-3000 IU
• 2.Anti kejang/Antikonvulsan
~ Fenobarbital (luminal)
~ Klorpromasin
~ Diazepam
20. Pencegahan
1.Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan pada
usia 2,4 dan 6 bulan.
Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya pada
umur 5-6 tahun.
Booster selanjutnya dianjurkan setiap 10 tahun.
2.Bila mendapat luka :
~ Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di
eksplorasi dan dicuci dengan H2O2.
~ Pemberian ATS 1500 IU secepatnya.
~ Tetanus toksoid sebagai booster bagi yang telah
mendapat imunisasi dasar.
~ Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg
BB/hari).