3. Kata
Kata atau ayat merupakan satuan bahasa yang mempunyai
arti atau satu pengertian. Dalam bahasa Indonesia kata
adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan)
dalam suatu kalimat.
4. Kata Baku
Kata baku adalah kata-kata yang ejaan dan pelafalannya sudah sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia baku yang tertuang dalam KBBI dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).
Ciri ciri kata baku:
1. Biasanya digunakan dalam percakapan resmi
2. Ejaan sesuai dengan pedoman bahasa yang berlaku
3. Tidak mudah dipengaruhi oleh bahasa asing dan bahasa daerah
4. Tidak rancu
5. Memiliki tata bahasa yang baik dan benar
6. Tidak mengandung hiperkorek
7. Tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata yang berlebihan)
8. Pemakaian imbuhan bersifat eksplisit
Adapun kata baku dapat digunakan pada saat menulis surat dinas, menulis laporan,
menulis karya ilmiah, danmenulis perjanjian kerja sama.
5. Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kosakata yang ejaan dan pelafalannya tidak
sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Biasanya, kosakata tidak baku berasal dari
bahasa daerah atau dari kata baku dengan pelafalan yang tidak sesuai. Kata
tidak baku lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak dapat
digunakan dalam konteks formal.
Ciri-ciri kata tidak baku :
1. Ejaan tidak sesuai dengan pedoman bahasa yang berlaku
2. Mudah dipengaruhi oleh bahasa daerah atau bahasa asing
3. Digunakan dalam percakapan santai
4. Sering kali kalimatnya tidak lengkap, yaitu tidak memiliki subjek atau predikat
5. Bersifat ambigu sehingga sering terjadi salah penafsiran
6. Contoh Kata Baku dan Tidak Baku
Kata Baku
Kata Tidak
Baku
Aktif Aktip
Ambulans Ambulan
Andal Handal
Antre Antri
Apotek Apotik
Asas Azas
Astronaut Astronot
Kata Baku
Kata Tidak
Baku
Atlet Atlit
Bus Bis
Desain Disain
Diagnosis Diagnosa
Efektivitas Efektifitas
Ekstrem Ekstrim
Februari Pebruari
7. Diksi
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih
kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana.
Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah
sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang
cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu
berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya.
8. Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh
keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata
akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.
Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan
agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk
menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah.
9. Jenis-Jenis Diksi
Secara umum, diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu berdasarkan
maknanya dan berdasarkan leksikal.
1. Berdasarkan Maknanya
a. Makna denotatif, adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau
kalimat. Contohnya, Budi selalu “kerja keras” untuk mendapatkan hasil
terbaik.
b. Makna konotatif, adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan
sebenarnya. Contohnya, Mario adalah seorang “kutu buku”, ia tahu banyak
hal.
11. Syarat-Syarat dan Ketetapan Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat
mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan
menimbulkan salah paham.
Adapun syarat-syarat ketetapan pemilihan kata adalah :
1. Membedakan secara cermat konotasi dan denotasi
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :
• Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
• Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
12. 2. Membedakan dengan tepat kata yang hampir bersinonim
3. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
• Modern : canggih (secara subjektif)
• Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
4. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
• Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
• Koordinir seharusnya koordinasi.
5. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Pasangan yang salah Pasangan yang benar
Antara….dengan… Antara…dan…
Tidak…melainkan… Tidak…tetapi…
13. 6. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas
bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
• Kata umum : Melihat
• Kata khusus : Melotot, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi
7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh:
• Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
• Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar
angin,desas-desus.
8. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama, homofoni adalah kata yang mempunyai
pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.
Contoh :
• Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
• Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak lakilaki)
14. Unsur Serapan
Kata serapan adalah kata-kata yang diambil dari bahasa asing atau
bahasa daerah dan diintegrasikan ke dalam bahasa Indonesia. Kata
serapan sendiri sering dikenal dengan kata pungutan atau kata
adaptasi. Meskipun berasal dari bahasa asing atau daerah, kata
serapan tersebut telah menjadi bagian dalam bahasa Indonesia dan
dipakai luas oleh masyarakat umum dalam percakapan sehari-hari.
15. Fungsi Kata Serapan
Fungsi dari kata serapan ini adalah untuk memperkaya
ragam kata bahasa Indonesia, serta memberikan pengetahuan
lebih tentang bahasa asing kepada pemakai bahasa Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kata
serapan ini antara lain sebagai berikut.
1. Lebih cocok digunakan dalam arti konotasinya.
2. Kata serapan yang berasal dari bahasa asing lebih bercorak
internasional.
3. Kata serapan asing lebih mudah digunakan daripada
terjemahannya.
16. Jenis-Jenis Kata Serapan
Kata Serapan Bahasa Asal
1. Kata Serapan Dari Bahasa Daerah
Beberapa kosa kata dari berbagai daerah di Indonesia dapat dijadikan sebagai kata
serapan. Contoh :
Bahasa Jawa
Ampuh : Sakti
Langka : Jarang ada
Lugu : Polos
Bahasa Sunda
Nyeri : Sakit
Mending : Lumayan
Meriang : Sakit
Dialek khas Jakarta
Ceroboh : Tidak hati-hati
Genit : Bergaya
Cakep : Mempesona
Bahasa Minangkabau
Acuh : Peduli
Gigih : Tangguh
Bertele-tele : Melantur
17. 2. Kata Serapan Dari Bahasa Asing
Selain dari bahasa daerah, kata serapan bahasa Indonesia juga banyak berasal dari
bahasa asing seperti dari bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Portugis, bahasa Cina,
bahasa Belanda, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh kata serapan dari berbagai
bahasa asing tersebut.
Bahasa
Inggris
Bahasa Arab
Bahasa
Portugis
Bahasa Cina
Bahasa
Belanda
Aktor Abad Armada Bakiak Amatir
Bisnis Almanak Algojo Bakmi Akte
Detail Baligh Bangku Bakwan Bombardir
Ekspor Ilmu Dadu Cawan Coklat
Inovasi Lafal Dansa Ginseng Diet
18. Kata Serapan Berdasarkan Proses Penyerapan Kata
Penyerapan kata pada dasarnya melalui beberapa proses hingga akhirnya dapat menjadi kosa
kata sempurna menurut kaidah suatu bahasa. Adapun proses masukknya atau terserapnya
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia melalui 3 tahapan yaitu :
1. Adopsi : Adopsi adalah proses terserapnya kosa kata bahasa asing yang diambil oleh
pemakai karena memiliki makna yang sama namun tanpa merubah cara penulisan dan
pengucapannya atau dengan kata lain kata yang diambil sama persis dengan bentuk aslinya.
2. Adaptasi : Adaptasi adalah proses serapan bahasa asing yang digunakan pemakai karena
memiliki makna yang sama dengan bahasa Indonesia namun kata serapan tersebut telah
dirubah aturan dan kaidah penulisannya sesuai bahasa yang menyerap. Contoh :
Communication > Komunikasi, Guitar > Gitar, Glass > Gelas
3. Pungutan : Pungutan yaitu proses masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia yang
terjadi karena pemakai bahasa mengambil konsep yang ada pada bahasa sumber, lalu kata
serapan tersebut, padanan katanya dicairkan menurut ahasa Indonesia. Proses ini juga dapat
disebut dengan proses penerjemahan karena dalam penggunaannya bahasa yang diserap
memiliki makna asli dari bahasa asalnya. Contoh : Schedule = Jadwal, Background = Latar
Belakang
19. Proses Pembentukan Kata Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, dan Belanda. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas 3 golongan besar, yaitu:
1. Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Unsur pinjaman ini dapat dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
2. Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
3. Unsur yang sudah lama terserap dalam bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah
ejaannya.
20. Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
1. –al, eel, -aal (Belanda) menjadi –al,
contoh:
national menjadi nasional
rationeel, rational menjadi rasional
normal menjadi normal
2. ç - (Sanskerta) menjadi s-
contoh:
çabda menjadi sabda
çastra menjadi sastra
3. oe- (Yunani) menjadi e-
contoh:
oestrogen menjadi estrogen
oenology menjadi enologi
4. kh- (Arab) tetap kh-
contoh:
khusus tetap menjadi khusus
akhir tetap menjadi akhir
5. oo (Inggris) menjadi u
contoh:
cartoon menjadi kartun
proof menjadi pruf