SlideShare a Scribd company logo
1 of 183
Download to read offline
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2013
TENTANG
CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis, dengan menetapkan
penyebab penyakit, menunjang sistem kewaspadaan
dini, monitoring pengobatan, pemeliharaan kesehatan,
dan pencegahan timbulnya penyakit;
b. bahwa laboratorium klinik perlu diselenggarakan secara
bermutu untuk mendukung upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
657/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pengiriman dan
Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan
Muatan Informasinya;
5. Peraturan . . .
- 2 -
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring
Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging
dan Re-Emerging;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
835/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman
Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik
dan Imunologik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium
Klinik;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG CARA
PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan
pemulihan kesehatan.
2. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik adalah
pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan dan memantapkan mutu
hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
Pasal 2
Peraturan ini bertujuan untuk mengatur Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik sehingga dapat memberikan pelayanan dan
hasil yang bermutu serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 3 . . .
- 3 -
Pasal 3
(1) Setiap Laboratorium Klinik harus diselenggarakan secara baik dengan
memenuhi kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan,
spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan
pelaporan.
(2) Kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, spesimen,
metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ketentuan minimal
yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Laboratorium Klinik.
(3) Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, beberapa kriteria dapat
tidak terpenuhi oleh Laboratorium Klinik sepanjang tidak mengurangi
mutu dan keakuratan data hasil pemeriksaan laboratorium dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, ruang dan fasilitas,
peralatan, bahan, spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan,
pencatatan dan pelaporan tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Kesehatan ini.
Pasal 4
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Laboratorium Klinik
dilakukan oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan masyarakat sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
Pasal 5
(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
diarahkan untuk meningkatkan kinerja Laboratorium Klinik dalam
rangka menjamin mutu pelayanan kesehatan.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;
b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan
c. monitoring dan evaluasi.
(3) Dalam rangka pembinaan Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi
administratif berupa teguran lisan dan teguran tertulis.
Pasal 6 . . .
- 4 -
Pasal 6
Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Kesehatan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Juni 2013
1 Mei 2009
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Juni 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1216
- 5 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 43 TAHUN 2013
TENTANG CARA PENYELENGGARAAN
LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK
CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK
BAB I
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
A. ORGANISASI
Organisasi adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam suatu pola
koordinasi yang dipersatukan untuk mencapai suatu hasil yang telah
ditetapkan. Organisasi merupakan suatu sistem dengan struktur yang
teratur menggunakan semua sumber yang ada dalam suatu pekerjaan dan
menentukan mekanisme untuk menjalankannya melalui kerja sama dan
koordinasi. Laboratorium Klinik harus mempunyai struktur organisasi yang
terpampang serta terlihat dengan jelas.
1. Komponen Organisasi
Komponen dalam kelengkapan organisasi laboratorium disesuaikan
dengan pedoman pelayanan di masing-masing jenis dan jenjang
laboratorium, yaitu laboratorium yang mandiri atau laboratorium yang
terintegrasi, dan pada dasarnya mengikuti struktur organisasi masing-
masing laboratorium.
Laboratorium mandiri adalah Laboratorium Klinik yang pelayanannya
tidak terintegrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti
Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK), Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK), Laboratorium Klinik yang diselenggarakan oleh
swasta.
Laboratorium terintegrasi adalah Laboratorium Klinik yang
pelayanannya terintegrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, seperti laboratorium pada puskesmas, rumah sakit, atau
klinik.
Komponen Organisasi Laboratorium meliputi:
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah alat untuk memusatkan perhatian dan
daya pada pencapaian sasaran dan tujuan melalui pendekatan
yang teratur dan sesuai prosedur.
- 6 -
Struktur Organisasi menyediakan kerangka kerja untuk
menjabarkan kebijaksanaan dan rencana menjadi kegiatan
dengan memperhitungkan sejumlah tenaga atau pekerjaan terkait
dengan tujuan organisasi yang dapat dibagi secara sistematik
menjadi unit-unit.
Struktur pokok organisasi laboratorium, terdiri dari:
1) Jabatan Struktural
a) Kepala: memimpin dan memastikan semua kegiatan
selaras dengan kebijaksanaan organisasi.
b) Bidang/seksi-seksi: melaksanakan prosedur organisasi
dan bekerja sama antar bidang/seksi melalui koordinasi
dan pengawasan Kepala.
c) Tata usaha/administrasi: menjalankan sistem
pengaturan dokumen organisasi, baik ke dalam maupun
ke luar organisasi.
2) Jabatan Fungsional
Terdiri dari tenaga-tenaga teknis pelaksana kegiatan
laboratorium di luar jabatan struktural, yang melakukan
kegiatan sesuai kompetensinya.
b. Tata Kerja
Tata Kerja menggambarkan hubungan kerja melalui penetapan
garis kewenangan, tanggung jawab, komunikasi serta alur kerja
agar diperoleh fungsi yang optimal melalui koordinasi unit-unit
terkait.
Tata kerja organisasi berusaha membentuk struktur yang baik,
serta secara efisien dan efektif membuat pengelompokan dari
sumber daya manusia, sarana fisik, dan fungsi-fungsi yang terkait
agar tercapai keberhasilan sasaran dan tujuan.
Struktur organisasi berbentuk bagan yang memperlihatkan tata
hubungan kerja antar bagian dan garis kewenangan di antara
kepala/penanggung jawab laboratorium, petugas administrasi dan
pelaksana teknis.
2. Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dimaksudkan untuk membangun kerja sama
yang baik dan cara koordinasi agar menghindari pekerjaan yang sia-sia
dan menghindari situasi saling menghalangi.
- 7 -
Proses pengorganisasian meliputi:
a. Pengembangan Struktur Yang Baik–Tata Kerja
1) Penentuan fungsi-fungsi yang perlu dilaksanakan dengan
jenis perkerjaan yang perlu dicapai.
2) Pembagian pekerjaan yang perlu menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil yang dapat dilaksanakan oleh satu orang.
3) Perkiraan kebutuhan sumber daya manusia (jumlah dan
kualifikasi).
4) Perkiraan kebutuhan sarana (peralatan, bahan dan ruang).
5) Pengelompokan dan atau pengoordinasian fungsi-fungsi
termasuk sumber daya manusia dan sarana yang ada ke
dalam struktur organisasi.
b. Gambaran Hubungan Yang Baik–Interaksi
1) Penugasan pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas tertentu (tanggung jawab) dan keputusan yang tepat
untuk melakukan upaya dalam melaksanakan tugas tertentu
(wewenang).
2) Penugasan kegiatan pekerjaan yang spesifik (jabatan
fungsional).
Tenaga teknis pada setiap instalasi laboratorium pemerintah
termasuk ke dalam kelompok jabatan fungsional.
Jabatan fungsional merupakan tenaga teknis laboratorium
yang tidak termasuk dalam struktural.
Pranata laboratorium kesehatan merupakan tenaga non
struktural yang terbagi atas pranata laboratorium kesehatan
ahli (minimal S1 kesehatan) dan pranata laboratorium
kesehatan terampil (minimal lulusan SMAK/sederajat).
3) Gambaran penugasan ditulis dalam uraian tugas,
alur/mekanisme kerja.
B. MANAJEMEN
1. Visi dan Misi
Visi adalah ketentuan tertulis mengenai gambaran keadaan masa
depan yang diinginkan oleh Laboratorium Klinik tersebut. Ketentuan
tersebut dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan kurun waktu
tertentu.
Misi adalah upaya-upaya yang harus dilakukan agar visi yang
diinginkan terlaksana dengan hasil baik.
- 8 -
Setiap laboratorium harus mempunyai visi dan misi, petugas yang
bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memahami visi dan misi
laboratorium.
2. Informasi dan Alur Pelayanan
Informasi dan alur pelayanan menggambarkan hubungan kerja melalui
penetapan garis kewenangan dan tanggung jawab, komunikasi dan
alur kerja agar diperoleh fungsi yang optimal melalui unit-unit terkait
(koordinasi). Hal ini menjamin bahwa masing-masing petugas
memperoleh pengertian mengenai tugas dan fungsi yang diharapkan,
melengkapi mereka dengan mekanisme untuk mengerti dengan jelas
tanggung jawab mereka dan kepada siapa harus bertanggung jawab.
Pada umumnya sistem informasi laboratorium terdiri atas:
a. sistem informasi pelayanan;
b. sistem informasi kepegawaian;
c. sistem informasi keuangan/akuntansi;
d. sistem informasi logistik.
Pengertian alur pelayanan oleh pelaksana di laboratorium lebih
menunjukan kepada aspek pemeriksaan mulai dari pra analisis,
analisis dan pasca analisis, sedangkan oleh pemakai jasa adalah
ketepatan dan kecepatan hasil pemeriksaan.
3. Persyaratan Unsur-unsur Manajemen
Manajemen laboratorium harus bertanggung jawab atas perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi untuk perbaikan sistem
manajemen yang mencakup:
a. dukungan bagi semua petugas laboratorium dengan memberikan
kewenangan dan sumber daya yang sesuai untuk melaksanakan
tugas;
b. kebijakan dan prosedur untuk menjamin kerahasiaan hasil
laboratorium;
c. struktur organisasi dan struktur manajemen laboratorium serta
hubungannya dengan organisasi lain yang mempunyai kaitan
dengan laboratorium tersebut;
d. uraian tanggung jawab, kewenangan dan hubungan kerja yang
jelas dari tiap petugas;
e. pelatihan dan pengawasan dilakukan oleh petugas yang kompeten,
yang mengerti maksud, prosedur dan cara menilai hasil prosedur
pemeriksaan;
- 9 -
f. manajer teknis yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap proses dan penyediaan sumber daya yang diperlukan
untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan laboratorium;
g. manajer mutu yang bertanggung jawab dan memiliki kewenangan
untuk mengawasi persyaratan sistem mutu;
h. petugas pada laboratorium dengan organisasi sederhana dapat
melakukan tugas rangkap.
4. Tenaga
Pada dasarnya kegiatan Laboratorium Klinik harus dilakukan oleh
petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang
memadai, serta memperoleh/memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan di bidang yang menjadi tugas atau tanggung
jawabnya.
Setiap laboratorium harus menetapkan seorang atau sekelompok orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan pemantapan mutu dan keamanan kerja.
Pemenuhan kebutuhan jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga
Laboratorium Klinik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Manajemen Mutu
Suatu organisasi yang baik harus mempunyai sistem manajemen mutu
yaitu kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya yang bertujuan agar
mutu pemeriksaan dan sistem mutu secara keseluruhan berlangsung
dengan pengelolaan yang baik dan terkendali secara terus menerus.
Kebijakan, proses, program, prosedur dan instruksi harus
didokumentasikan (berupa dokumen tertulis yang disimpan dan
dipelihara sedemikian hingga mudah digunakan dan selalu terjaga
kemutakhirannya) dan dikomunikasikan kepada semua petugas yang
terkait. Manajemen harus memastikan melalui proses sosialisasi,
pelatihan, penyeliaan, pengawasan atau cara lain yang menjamin
bahwa dokumen itu dimengerti dan diterapkan oleh mereka yang
ditugaskan untuk menggunakannya.
Sistem manajemen mutu mencakup pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, pemantapan mutu internal, pemantapan mutu
eksternal, verifikasi, validasi, audit internal dan akreditasi.
- 10 -
6. Komunikasi
Komunikasi diartikan dengan hubungan antar pribadi dan antar unit
kerja baik antara tenaga laboratorium dengan sesamanya, dengan unit
kerja/instansi lain, pengguna jasa maupun mitra kerjanya.
a. Komunikasi Intern
1) Horisontal: tenaga laboratorium harus memiliki kesempatan
cukup untuk bertukar pikiran mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan pekerjaannya dengan sesama petugas
di ruang/seksi yang sama atau di ruang/seksi lain di
laboratorium yang sama.
2) Vertikal: sesuai hirarkinya, tenaga laboratorium harus
memiliki kesempatan berkonsultasi tentang pekerjaannya
dengan kepala seksi/subinstalasi/instalasi, kepala ruangan,
kepala laboratorium, kepala rumah sakit; sedangkan untuk
puskesmas dengan Kepala puskesmas.
b. Komunikasi ekstern
Sesuai dengan tugas dan wewenangnya, tenaga laboratorium
harus memiliki kesempatan bertukar pikiran dan informasi
dengan petugas lain yang terkait, seperti misalnya dengan dokter
ruangan, dokter puskesmas, petugas farmasi dan lain-lain
termasuk pemasok.
c. Komunikasi ekspertis/keahlian/konsultatif
Sesuai dengan wewenangnya, penanggung jawab laboratorium
harus dapat memberikan uraian keahlian (expertise) kepada
pemakai jasa pelayanan laboratorium (dokter, pasien maupun
pihak lain).
7. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium merupakan hal yang
sangat penting dalam pelayanan laboratorium dan harus direncanakan
dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Penanggung jawab
laboratorium perlu memantau dan menerapkan materi pelatihan
(monitoring pasca pelatihan).
Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium dapat dilakukan dalam
bentuk:
a. Formal
Yang dimaksud dengan diklat formal adalah pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan secara terencana dan terjadwal
oleh instansi resmi, berdasarkan penugasan oleh pejabat yang
- 11 -
berwenang. Keikutsertaan dibuktikan dengan diperolehnya
pernyataan tertulis (sertifikat) dari instansi penyelenggara.
b. Informal
Yang dimaksud dengan diklat informal adalah pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan secara tidak terjadwal oleh
instansi penyelenggara. Keikutsertaan dibuktikan dengan
pernyataan tertulis dari instansi penyelenggara, yang tidak
mempunyai dampak administratif.
c. Bimbingan teknis
Bimbingan teknis diberikan oleh tenaga laboratorium kepada
tenaga laboratorium lain yang memiliki kemampuan teknis di
bawah laboratorium pembimbing. Pelaksanaan dapat dilakukan
oleh laboratorium pembimbing sendiri atau oleh laboratorium lain
yang ditunjuk.
Pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan baik secara internal
maupun eksternal laboratorium. Tenaga laboratorium sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun mengikuti pendidikan/pelatihan
tambahan atau penyegar.
- 12 -
BAB II
RUANGAN DAN FASILITAS PENUNJANG
A. RUANGAN
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua
ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk:
1. ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang
pengambilan spesimen. Masing-masing sekurang-kurangnya
mempunyai luas 6 m2.
2. ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran
peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja
serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan
karyawan, sekurang-kurangnya mempunyai luas 15 m2.
3. untuk bank darah, pemeriksaan mikrobiologi dan molekuler sebaiknya
masing-masing memiliki ruangan terpisah.
4. ruang administrasi/pengolahan hasil sekurang-kurangnya mempunyai
luas 6 m2.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat
yang tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari
bahan yang kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan
binatang lainnya, lebar minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
4. jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna
terang dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air,
permukaan rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air
harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuanga
air limbah. Antara lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung
agar mudah dibersihkan.
- 13 -
7. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan
mudah dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen
elektronik harus tahan getaran.
B. FASILITAS PENUNJANG
Fasilitas penunjang secara umum meliputi:
1. tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
2. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
3. keselamatan dan keamanan kerja.
4. ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m2 yang disertai dengan
sistem pertukaran udara yang cukup.
5. penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000-1500 lux
untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal
dari kanan belakang petugas).
6. air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air
bersih yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya 20
liter/karyawan/hari.
7. listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil,
kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan
instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
8. tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan
laboratorium.
Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:
1. harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2. lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna
terang dan mudah dibersihkan.
3. pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau (water
seal).
4. letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
5. lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
6. kamar mandi/WC pria dan wanita harus terpisah.
7. kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar mandi/WC
pasien.
8. kamar mandi/WC pasien harus terletak di tempat yang mudah
terjangkau dan ada petunjuk arah.
- 14 -
9. harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
10. tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk.
- 15 -
BAB III
PERALATAN LABORATORIUM
A. DASAR PEMILIHAN
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu:
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen
dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air
yang ada, serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu
yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas
distribusi dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan
pula, apakah sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya
sistem tertutup lebih mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
a. alat tersebut mudah dioperasikan
b. alat memerlukan perawatan khusus
c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap
minggu atau hanya tiap bulan
6. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai reputasi yang baik
b. Memberikan fasilitas uji fungsi
c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain
mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
- 16 -
7. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang
dilakukan, termasuk di dalamnya biaya operasi alat.
8. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin
edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
B. PENGUJIAN PERALATAN BARU
Pengujian alat baru (dilakukan sebelum atau sesudah pembelian) atau yang
disebut juga sebagai uji fungsi. Tujuannya untuk mengenal kondisi alat,
yang mencakup: kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur, kesesuaian alat
dengan lingkungan dan hal-hal khusus yang diperlukan bagi penggunaan
secara rutin. Dari evaluasi ini dapat diketahui antara lain reprodusibilitas,
kelemahan alat, harga per tes, dan sebagainya.
C. PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction
manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut.
Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional
dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara
pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis
dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh
kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi
kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin untuk semua
jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan
keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan
waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya
perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang
diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
- 17 -
Contoh formulir pemeliharaan dapat dilihat di bawah ini.
FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PERALATAN
Alat :
Ruang :
Tanggal Tindakan
pemeliharaan
Kelainan yang
ditemukan
Nama dan Paraf
Petugas
Penanggung Jawab
( ....................... )
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan:
1. Persyaratan kecukupan peralatan
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan jenis layanan yang disediakan sekalipun
tidak digunakan secara rutin.
- 18 -
2. Persyaratan kemampuan alat
Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus
diperhatikan menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang
dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.
3. Penandaan peralatan
Setiap jenis peralatan harus diberi label, tanda atau identifikasi lain
yang khas.
4. Log alat
Setiap jenis alat yang digunakan harus memiliki catatan yang dipelihara
dan terkendali mencakup:
a. identitas alat.
b. nama pabrik, tipe identifikasi dan nomor seri atau identifikasi khas
lain.
c. orang yang dapat dihubungi (dari pihak pemasok).
d. tanggal penerimaan dan tanggal pemeliharaan.
e. lokasi (jika perlu).
f. kondisi ketika alat diterima (alat baru/bekas atau kondisi lain);
g. instruksi pabrik atau acuan yang dibuat.
h. rekaman kinerja alat yang memastikan alat layak digunakan.
i. pemeliharaan yang dilakukan/direncanakan untuk yang akan
datang.
j. kerusakan, malfungsi, modifikasi atau perbaikan alat.
k. tanggal perkiraan penggantian alat, jika mungkin.
5. Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas yang berwenang. Instruksi
penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini (mencakup pedoman
yang sesuai dan petunjuk penggunaan yang disediakan oleh pembuat
alat) harus tersedia bagi petugas laboratorium.
6. Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman, mencakup
keamanan listrik, alat penghenti darurat (emergency stop device) dan
penanganan yang aman oleh petugas yang berwenang. Semua harus
disesuaikan dengan spesifikasi atau instruksi pabrik termasuk
pembuangan limbah kimia, bahan radioaktif maupun biologis.
- 19 -
7. Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus
diberi label yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai
diperbaiki dan memenuhi kriteria yang ditentukan (pengujian dan
kalibrasi) untuk digunakan kembali. Laboratorium harus melakukan
tindakan yang memadai sebelum digunakan kembali.
8. Pemindahan alat
Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan, pemindahan,
penyimpanan dan penggunaan yang aman untuk mencegah
kontaminasi dan kerusakan alat.
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka
sebelum digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah
dicek dan berfungsi baik.
9. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium
harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor
koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan benar.
10. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan
acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga
terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang,
yang dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah.
Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian
adalah:
1. Alat Gelas
a. Tabung yang dipakai harus selalu bersih.
b. Untuk pemakaian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen
(sedapatnya netral) dan oksidan (hipoklorit) kemudian bilas dengan
aquades.
2. Blood cell counter
a. Bagian luar alat dilap setiap hari.
b. Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah
ada sumbatan atau tidak.
c. Periksa selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada
sumbatan atau tidak.
d. Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian.
e. Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.
- 20 -
3. Elisa set
a. Elisa Reader
1) Lakukan kalibrasi linearitas alat, stabilitas pembacaan dan
ketepatan pembacaan.
2) Kalibrasi dilakukan pada saat pertama kali alat dipakai,
penggantian lampu, dan secara periodik untuk memastikan
ketepatan pembacaan.
b. Elisa Washer
Lakukan kalibrasi volume dispenser, sisa yang tertinggal dalam
well (rest well) dan posisi well.
c. Incubator
Suhu yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi alat.
d. Heating block
Lakukan kalibrasi suhu heating block.
4. Flame photometer
a. Letakkan alat di tempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung atau sinar emisi yang konstan, bebas dari debu dan asap
rokok.
b. Hindari alat terkena/tercemar keringat, serbuk/serpihan saring,
sabun dan bahan mencuci lain.
c. Ikuti petunjuk operasional dari pabrik pembuat mengenai;
1) Pemilihan photocell dan panjang gelombang
2) Pengaturan lebar celah
3) Pemilihan bahan bakar dan tekanan udara atau tekanan
oksigen
4) Langkah-langkah untuk pemanasan alat, koreksi dari
pengganggu dan background nyala flame
5) Pencucian burner
6) Pengabuan/pemanasan sampel
7) Pengukuran intensitas emisi
5. Fotometer/Spectrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis
fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit
(tergantungjenis/merek alat), supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih , tidak lembab, dan tidak
berjamur.
- 21 -
e. Kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakkannya. Sisi yang
dilalui cahaya harus menghadap ke arah cahaya. Bagian tersebut
harus bersih, tidak ada bekas tangan, goresan ataupun embun.
Untuk menghindari hal tersebut pegang kuvet di ujung dekat
permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi
kuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus diinkubasi pada suhu
yang sesuai dengan suhu pemeriksaan.
i. Fotodetektor harus dijaga kebersihannya dengan cara
membersihkan permukaannya dengan alkohol 70%.
j. Amplifier/pengolah signal harus berfungsi dengan baik.
6. Inkubator
a. Bagian dalam inkubator dan rak harus dibersihkan secara teratur
dengan disinfektan.
b. Suhu dicatat setiap pagi hari untuk inkubator yang dinyalakan
terus menerus atau sebelum dan sesudah digunakan.
c. Suhu yang tertera pada alat perlu dikalibrasi secara rutin untuk
mengetahui keakuratannya.
7. Kamar Hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran
(jamur, partikel debu) pada pengamatan di bawah mikroskop akan
terlihat sebagai sel.
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar
hitung terlihat jelas dan lengkap.
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan
menyebabkan terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah
akan pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca
penutup berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah
maka volume dalam kamar hitung menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur
dalam posisi horisontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar
hitung yang tertutup kaca penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar
hitung atau sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi
kamar lain, atau kamar hitung tidak terisi penuh, maka pengisian
harus diulang.
- 22 -
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau
dengan air deterjen encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas
dengan air bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan
sikat.
8. Lemari es (refrigerator) dan freezer
a. Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium.
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang
lemari es masih longgar untuk aliran udara dan fasilitas
kebersihan kondensor.
c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya
udara dingin dari bagian pendingin.
d. Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
e. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
f. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang
dikalibrasi, misalnya 2°C-8°C, -20°C atau -76°C.
9. Gas Chromatography–Mass Spectrometry
a. Injektor
1) Bersihkan bagian dalam secara secara teratur
2) Periksa septum terhadap kebocoran dengan larutan berbusa
b. Kolom
1) Amati sambungan kolom dengan menggunakan larutan
sabun.
2) Periksa kepadatan isi kolom dengan pengukuran aliran udara
(flow rate) secara visual. Packed kolom mempunyai aliran
udara 10-25 ml/menit, sedangkan kapiler kolom mempunyai
aliran udara 1-2,5 ml/menit.
3) Kolom yang baru perlu dilakukan pra kondisi dengan cara:
a) Ujung keluaran tidak disambungkan pada detektor
b) Alirkan gas pembawa 30 ml/menit selama 30 menit
c) Naikkan suhu kolom sampai batas suhu maksimum dari
kolom yang bersangkutan selama 12-13 jam
c. Oven
Amati suhu kontrol pada waktu pemeriksaan
d. Gas
1) Periksa tekanan gas dan aliran udara pada waktu
pemeriksaan secara rutin. Perubahan aliran udara dapat
disebabkan oleh karena kebocoran.
- 23 -
2) Gas karier dimurnikan dari oksigen dan uap air dengan
menggunakan filter/gas uap.
3) Lakukan pemeriksaan gas dengan cara mengalirkan gas pada
tekanan maksimum setiap bulan. Bila ada bagian yang rusak
segera diganti.
e. Detektor
Lakukan pembersihan dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk
dari pabrik secara rutin.
10. Mikroskop
a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang
cukup cahaya dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan
penglihatan yang terang.
c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x
dulu, bila sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan
bila perlu dengan 100x. Untuk pembesar 100x gunakan minyak
imersi.
d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap
hari setelah selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak
imersi bersihkan dengan eter alkohol (lihat referensi).
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau
sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa
dapat lepas dari rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif,
karena kotoran akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh
berada pada satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer dan
mikrometemya sudah rusak.
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat
dengan cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan
silika gel.
11. Otoklaf (Autoclave)
a. Bagian bawah autoklaf harus terisi air bebas mineral sampai
setinggi penyangga.
b. Pastikan bahwa air akan cukup selama proses sterilisasi.
c. Pastikan autoklaf tertutup dan karet pengunci terpasang di
lekukannya.
- 24 -
d. Katup udara keluar harus terbuka.
e. Pastikan pemanas (elektrik, gas atau kerosene) hidup.
f. Pastikan katup pengaman terpasang selama pemanasan.
g. Pastikan proses selesai sebelum melepas tutup atau membuka.
h. Pastikan bahan yang disterilisasi cukup lama didiamkan sampai
dingin.
i. Catat suhu, tekanan dan waktu setiap digunakan.
12. Oven
a. Bagian dalam oven harus dibersihkan sekurang-kurangnya setiap
bulan.
b. Pintu oven baru boleh dibuka setelah suhu turun sampai 40°C.
c. Catat suhu dan waktu setiap digunakan.
13. Penangas air (Waterbath)
a. Ketinggian air perlu diperiksa tiap hari. Tinggi air dalam waterbath
harus lebih tinggi dari larutan yang akan di inkubasi.
b. Kebersihan dinding bagian dalam harus diperhatikan dengan
mengganti air setiap hari. Sebaiknya gunakan aquades.
c. Catat suhu setiap digunakan.
14. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya yaitu
pipet transfer yang dipakai untuk memindahkan sejumlah volume
cairan yang tetap dengan teliti, serta pipet ukur yang dipakai
untuk memindahkan berbagai volume tertentu yang diinginkan.
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh
dan tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan
dengan cara menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan
dahulu bagian luarnya dengan kertas tissue pada dinding
wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan dibiarkan
mengalir sendiri.
f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah
semua cairan dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet
dikeluarkan dengan ditiup memakai alat bantu pipet
h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
i. Pipet dengan volume kecil (1-500 ul) harus dibilas untuk
mengeluarkan sisa cairan yang menempel pada dinding bagian
dalam.
- 25 -
j. Pipet untuk pemeriksaan biakan harus steril.
k. Pipet yang telah dipakai untuk memipet larutan basa harus dibilas
dahulu dengan larutan yang bersifat asam dengan konsentrasi
rendah, sedangkan yang telah dipakai untuk memipet larutan
asam harus dibilas dengan larutan yang bersifat basa lemah,
kemudian direndam dalam aquades selama satu malam, kemudian
bilas lagi dengan aqudemineral.
l. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan
antiseptik, kemudian baru dicuci.
15. Pipet Semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena
pencucian tip pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip
pipet, juga pengeringan seringkali menyebabkan tip meramping
dan berubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan
baik di dalam rak pipet.
16. pH meter
a. Letak konektor pada pH meter untuk tempat elektroda harus
diperhatikan dengan baik, jangan sampai salah menghubungkan.
b. Pada saat menuang cairan kimia harus hati-hati, jangan sampai
tumpah ke pH meter, karena akan merusak komponen di
dalamnya.
c. Elektroda harus terendam dalam cairan.
17. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi
pelumas secara teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar.
18. Sentrifus
a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap
sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan,
kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler
sangat kecil.
d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus
ditutup pada salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya
darah.
- 26 -
e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang
sebelum senfrifus dijalankan.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada
maka tabung mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya
sentrifugal yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah.
Bantalan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang
diperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara
aneh.
l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi
dari keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar
telah berhenti.
19. Timbangan analitik/digital
a. Diletakkan pada meja datar, permanen, terhindar dari getaran dan
angin, tidak boleh digeser .
b. Periksalah selalu jarum petunjuk angka (angka menunjuk 0) setiap
kali akan menimbang (untuk timbangan analitik).
c. Gunakan selalu pinset untuk mengangkat anak timbangan.
d. Bahan yang akan ditimbang harus sesuai suhu kamar.
e. Bahan yang ditimbang tidak boleh tercecer sehingga
mempengaruhi hasil penimbangan.
f. Mengurangi atau menambah beban dilakukan pada saat
timbangan dalam keadaan istirahat.
g. Pintu kotak selalu tertutup pada waktu menimbang.
Contoh pemeliharaan berbagai peralatan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Pemeliharaan Peralatan
JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI
Fotometer - Periksa kebersihan kuvet (cuci
dengan air akuades, air
demineral atau air suling)
- Rendam kuvet dalam larutan
extran 5%
- Bersihkan fotodetektor
Tiap hari dan tiap
akan melakukan
analisis
Tiap minggu/hari
libur
Tiap hari
- 27 -
JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI
Inkubator Bersihkan bagian dalam dan rak
dengan disinfektan
Tiap bulan
Kamar hitung Bersihkan menurut cara yang
benar
Tiap kali selesai
dipakai
Lemari es/ Freezer Bersihkan dan defrost
Catat suhu
Tiap bulan
Tiap pagi & sore hari
Mikroskop Bersihkan lensa dengan kertas
lensa atau kain yang lembut
Tiap hari (selesai
bekerja)
Otoklaf/ Autoclave Bersihkan
Ganti air dalam otoklaf
Tiap bulan
Tiap minggu
Oven Bersihkan bagian dalam oven Tiap bulan
Penangas Air Bersihkan dinding bagian dalam
dan ganti air
Periksa ketinggian air
Periksa suhu
Tiap bulan
Tiap hari
Tiap pemakaian
pH Meter Bersihkan elektroda, bersihkan
flow cell elektroda, elektroda
harus terendam dalam cairan pH
netral, ganti membran elektroda,
ganti cairan pengisi elektroda
Sesuai petunjuk
pabrik
Pipet gelas Setelah dipakai direndam dalam
larutan antiseptik
Cuci
Tiap kali pakai
Rotator Bersihkan bagian luar
Kencangkan sekrup pada rangka
pengocok
minyaki mesin
Periksa ke-aus-an sikat dan
bagian berputar lain.
Seperlunya
Seperlunya
Seperlunya
Seperlunya
Sentrifus Bersihkan dinding dalam dengan
disinfektan (misal: alkohol)
Tiap hari atau tiap
kali tabung pecah
Spektrofoto
meter
Catat waktu pemakaian lampu
Periksa sumber cahaya (lampu)
Periksa kebersihan
monokromator
Tiap hari
Tiap hari
Tiap hari
Timbangan
Analitik/ digital
Bersihkan dari debu, ceceran zat
yang ditimbang
Tiap habis pakai
- 28 -
D. PEMECAHAN MASALAH (TROUBLESHOOTING) KERUSAKAN ALAT
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidak cocokan
hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang
mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan.
Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (troubleshooting).
Pemecahan masalah (troubleshooting) adalah proses atau kegiatan untuk
mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan,
dan memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Makin
canggih suatu alat, akan makin kompleks permasalahan yang mungkin
terjadi.
Contoh troubleshooting pada fotometer dapat dilihat pada tabel 2 di bawah
ini.
Tabel 2 . Contoh Troubleshooting pada fotometer
TANDA-TANDA PENYEBAB TINDAKAN
Data/hasil tidak
muncul
Jumlah sampel yang dihisap
kurang
Tambahkan sampel
Proses reaksi terlalu cepat Turunkan waktu
proses
Flow cell terkontaminasi Bersihkan dengan
larutan pembersih
Lampu halogen tidak efektif Ganti yang baru
Posisi lampu tidak tepat Betulkan posisinya
Temperatur flow cell ada
masalah
Periksa temperatur
Sampel lipemik Hasil diberi
keterangan
Sampel hemolitik Ditolak, ambil
sampel baru
Konsentrasi zat terlalu tinggi Encerkan sampel
Reagen tidak baik Konsultasikan
dengan pemasok
- 29 -
TANDA-TANDA PENYEBAB TINDAKAN
Sampel tidak
dapat dihisap
Katup penghisap tertutup Buka
Selang penghisap tidak
berfungsi
Ganti dengan yang
baru
Selang penghisap tidak
kencang (longgar)
Kencangkan
Sambungan selang longgar
atau lengket
Periksa bagian
dalam dan luar
selang, kencangkan
atau ganti dengan
yang baru
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan:
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan.
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan
atau hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
4. Tempelkan label bahwa alat rusak.
5. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus
seperti contoh formulir di bawah ini.
Contoh Formulir Pencatatan Perbaikan Alat
Alat : Inkubator
Merk/tipe/no seri :
Ruang :
Tgl. Suhu yang
diukur
Petugas Kondisi Jenis
kerusakan
Tindakan
Perbaikan
Tgl. service
(teknisi)
Penanggung jawab
(……………………)
- 30 -
F. KALIBRASI PERALATAN
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install
dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan
pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan peraturan
perundang-undangan sesuai instruksi pabrik.
Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas
laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau oleh
institusi yang berwenang.
Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik secara berkala harus
dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium
harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan
pencegahan sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua Instruksi pabrik
untuk penggunaan dan pemeliharaan alat harus sepenuhnya dipenuhi.
G. PENANGGUNG JAWAB ALAT
Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara
operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya, dan
biasanya digunakan oleh lebih dari 1 orang. Walaupun pihak distributor
alat menyediakan teknisi untuk perbaikan apabila terjadi kerusakan,
namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh pihak
laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui
kegiatan pemantauan dan mengusahakan perbaikan apabila terjadi
kerusakan.
- 31 -
BAB IV
BAHAN LABORATORIUM
Bahan laboratorium yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini
terdiri dari reagen, bahan standar, bahan kontrol, air dan media. Hal-hal
yang akan dibahas adalah mengenai macam/jenis, dasar pemilihan,
pengadaan dan penyimpanan.
A. MACAM/JENIS
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:
1) Reagen Tingkat Analitis (Analytical Reagent/AR)
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat
kimia yang mempunyai kemurnian sangat tinggi.
Kemurnian zat-zat tersebut dianalisis dan dicantumkan
pada botol/wadahnya.
Penggunaan bahan kimia AR pada laboratorium kesehatan
tidak dapat digantikan dengan zat kimia tingkat lain.
2) Zat Kimia Tingkat Lain
Zat kimia lain tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang
berbeda, yaitu:
a) tingkat kemurnian kimiawi (chemically pure grade).
beberapa bahan kimia organik berada pada tingkatan ini,
tetapi penggunaannya sebagai reagen laboratorium
kesehatan harus melewati tahap pengujian yang teliti
sebelum dipakai rutin. Tidak adanya zat-zat pengotor
pada satu lot tidak berarti lot-lot yang lain pada tingkat
ini cocok untuk analisis.
b) tingkat praktis (practical grade).
c) tingkat komersial (commercial grade).
merupakan kadar zat kimia yang bebas diperjual belikan
di pasaran misalnya, alkohol 70 %.
d) tingkat teknis (technical grade).
umumnya zat kimia dalam tingkatan ini digunakan di
industri-industri kimia.
- 32 -
Zat kimia yang digunakan di Laboratorium Klinik ialah zat
kimia tingkat analitis atau beberapa bahan kimia organik
pada tingkat kemurnian kimiawi yang telah melewati tahap
pengujian sebelum dipakai rutin. Ketiga jenis tingkatan zat
kimia lainnya tidak boleh digunakan sebagai reagen di
laboratorium kesehatan.
b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:
1) reagen buatan sendiri
2) reagen jadi (komersial)
reagen jadi adalah reagen yang dibuat oleh pabrik/produsen.
2. Bahan Standar
Bahan standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya
diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam
standar, yaitu:
a. Bahan standar Primer
Bahan standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya,
yang menjadi standar untuk semua zat lain. Bahan standar primer
umumnya mempunyai kemurnian > 99%, bahkan banyak yang
kemurniannya 99,9%. Kemurnian bahan standar primer dapat
dilihat pada sertifikat analisis (CoA=Certificate of Analysis)
tertelusur ke Standard Reference Material (SRM).
Syarat bahan standar primer:
1) stabil.
2) dapat dibakar sampai suhu 105-110°C tanpa perubahan
kimia, atau tidak meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau
mengalami reaksi kimia sampai suhu 120-130°C.
3) tidak higroskopis.
4) mempunyai komposisi yang jelas.
5) dapat disiapkan dengan kemurnian > 99,0%.
6) dapat dianalisis secara tepat.
7) mempunyai ekivalensi berat yang tinggi sehingga kesalahan
penimbangan berefek minimal terbadap konsentrasi larutan
standar.
Larutan standar primer merupakan larutan yang dibuat dari
bahan standar primer.
b. Bahan Standar sekunder
Bahan standar sekunder merupakan zat-zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan
terhadap bahan standar primer.
- 33 -
3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari.
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari
manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni
(tertelusur ke Standard Reference Material/SRM).
b. bentuk bahan kontrol
Menurut bentuk bahan kontrol ada bermacam-macam, yaitu
bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip.
Bahan kontrol bentuk padat bubuk atau bentuk strip harus
dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. cara Pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam
bentuk sudah jadi.
Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri, yaitu:
a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum
kumpulan (pooled sera). Pooled sera merupakan campuran dari
bahan sisa serum pasien yang sehari-hari dikirim ke
laboratorium.
Keuntungan dari serum kumpulan ini antara lain: mudah didapat;
murah; bahan berasal dari manusia; tidak perlu dilarutkan
(rekonstusi); dan laboratorium mengetahui asal bahan kontrol.
Kekurangannya memerlukan tambahan waktu dan tenaga untuk
membuatnya; harus membuat kumpulan khusus untuk enzim,
dll; cara penyimpanan mungkin sukar bila kondisi suhu -70°C
(deep freezer) tidak ada atau terlalu kecil; dan analisis stastitik
harus dikerjakan tiap 3 - 4 bulan.
Serum yang dipakai harus memenuhi syarat yaitu tidak boleh
ikterik atau hemolitik. Pembuatan dan pemeriksaan bahan kontrol
ini harus dilakukan hati-hati sesuai dengan pedoman keamanan
laboratorium, karena bahan ini belum tentu bebas dari HIV, HBV,
HCV dan lain-lain.
b. Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni sering disebut
sebagai larutan spikes.
c. Bahan kontrol yang dibuat dari lisat, disebut juga hemolisat.
d. Kuman kontrol yang dibuat dari strain murni kuman.
- 34 -
Adapun macam bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk sudah jadi
(komersial) adalah:
a. Bahan kontrol Unassayed
Bahan kontrol unassayed merupakan bahan kontrol yang tidak
mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur. Nilai rujukan dapat
diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuat kadar normal atau abnormal (abnormal tinggi atau
abnormal rendah). Kebaikan bahan kontrol jenis ini ialah lebih
tahan lama, bisa digunakan untuk semua tes, tidak perlu
membuat sendiri. Kekurangannya adalah kadang-kadang ada
variasi dari botol ke botol ditambah kesalahan pada rekonstitusi,
sering serum diambil dari hewan yang mungkin tidak sama
dengan serum manusia. Karena tidak mempunyai nilai rujukan
yang baku maka tidak dapat dipakai untuk kontrol akurasi.
Pemanfaatan bahan kontrol jenis ini untuk memantau ketelitian
pemeriksaan atau untuk melihat adanya perubahan akurasi. Uji
ketelitian dilakukan setiap hari pemeriksaan.
b. Bahan kontrol Assayed
Bahan kontrol assayed merupakan bahan kontrol yang diketahui
nilai rujukannya serta batas toleransi menurut metode
pemeriksaannya. Harga bahan kontrol ini lebih mahal
dibandingkan jenis unassayed. Bahan kontrol ini digunakan
untuk kontrol akurasi dan juga presisi.
Selain itu, bahan kontrol assayed digunakan untuk menilai alat
dan cara baru.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol suatu pemeriksaan,
bahan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki komposisi sama atau mirip dengan spesimen.
Misalnya untuk pemeriksaan urin digunakan bahan kontrol urin
atau zat yang menyerupai urin.
b. Komponen yang terkandung di dalam bahan kontrol harus stabil,
artinya selama masa penyimpanan bahan ini tidak boleh
mengalami perubahan.
c. Hendaknya disertai dengan sertifikat analisis yang dikeluarkan
oleh pabrik yang bersangkutan pada bahan kontrol jadi
(komersial).
- 35 -
4. Air
Air merupakan bahan termurah dari semua bahan yang digunakan di
laboratorium tetapi air merupakan bahan terpenting dan yang paling
sering digunakan, oleh karena itu kualitas air yang digunakan harus
memenuhi standar seperti halnya bahan lain yang digunakan dalam
analisis.
Laboratorium harus menetapkan tingkat kualitas air yang sesuai
dengan kebutuhan.
Berdasarkan tingkat kualitasnya, terdapat beberapa jenis air yaitu air
jenis 1, air jenis 2 dan air jenis 3. Spesifikasi masing-masing jenis air
dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Spesifikasi jenis-jenis air untuk laboratorium
SPESIFIKASI JENIS AIR
Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3
Kandungan Bakteri maks
(CFU/mL)
10 1000 -
Tahanan Listrik min (mega
ohm-cm)
10 10 10
Kandungan silikat maks.
(mg/L Si02)
0,05 0,1 1,0
pH 7,0 7,0 5,0-8,0
Bakteri dalam air dapat menginaktivasi reagen, dapat berperan dalam
jumlah total kontaminasi organik, atau mengubah sifat optis larutan.
Tahanan listrik menghasilkan ukuran non spesifik kandungan ion.
Silikat mempengaruhi pemeriksaan pada sebagian besar penentuan
enzim, analisis elektrolit dan logam berat.
5. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient)
yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
Supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media, perlu
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroba.
- 36 -
b. Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang
sesuai.
c. Tidak mengandung zat-zat penghambat
d. Harus steril.
Jenis media dapat digolongkan berdasarkan:
a. Susunan kimia
Berdasarkan susunan kimianya, terdapat berbagai jenis media
yaitu:
1) Media anorganik: media yang tersusun dari bahan-bahan
anorganik, misalnya silika gel.
2) Media organik: media yang tersusun dari bahan-bahan
organik.
3) Media sintetis: media buatan, dengan ramuan yang tertentu,
baik ready for use maupun ramuan sendiri.
4) Media non sintetis: media alamiah, misalnya media wortel,
media kentang dan lain-lain.
b. Konsistensi/kepadatan
Berdasarkan konsistensinya, terdapat berbagai jenis media yaitu:
1) Media cair (liquid medium), yaitu media bentuk cair (broths)
misalnya: air pepton, nutrient broth, Tarozzi dan lain-lain.
2) Media setengah padat (semi solid medium), misalnya: SIM
agar, Carry & Blair dan lain-lain.
3) Media padat (solid medium), yaitu media bentuk padat/beku
misalnya: media wortel, media kentang, media agar dan lain-
lain.
c. Fungsi
Berdasarkan fungsinya, terdapat berbagai jenis media yaitu:
1) Media transpor: perbenihan yang digunakan untuk
mengirimkan spesimen dari suatu tempat ke laboratorium.
Contoh : Carry and Blair untuk tinja/rectal swab Stuart,
Amies untuk usap nasofaring
2) Enrichment media: perbenihan yang digunakan untuk
memperbanyak bakteri, baik yang ada di dalam spesimen
maupun koloni-koloni yang kecil-kecil.
Contoh : Brain Heart Infusion broth untuk darah (aerob)
Thioglycolate broth untuk darah (anaerob)
3) Enrichment exclusive media: perbenihan yang dapat
memperbanyak segolongan bakteri sedangkan bakteri lainnya
dihambat atau tidak dapat tumbuh.
Contoh : Alcalis pepton water untuk Vibrio spp
Selenite broth untuk Salmonella spp
- 37 -
4) Exclusive media: perbenihan yang hanya dapat ditumbuhi
segolongan bakteri saja, sedangkan bakteri lainnya tidak
tumbuh dan dapat dibeda-bedakan koloni species satu
dengan lainnya.
Contoh : Blood Tellurite plate untuk difteri
Azide agar untuk Enterococcus spp
5) Media universal: perbenihan yang dapat ditumbuhi oleh
hampir semua jenis bakteri.
Contoh : Blood Agar, Brain Heart infusion agar, Tryptose soy
6) Selective media: perbenihan yang dapat digunakan untuk
membedakan golongan satu dengan lainnya. sehingga dapat
dipillih koloni-koloni bakteri yang dicarinya.
Contoh : Blood agar, Brain Heart infusion agar.
SS Agar untuk Salmonella Shigella.
7) Media identifikasi: perbenihan untuk 1 jenis ataupun untuk
menentukan jenis bakteri, biasanya digunakan beberapa jenis
media.
Contoh: Media gula-gula, Simon’s Citrat Agar
d. Cara pembuatan
Berdasarkan cara pembuatannya. terdapat 2 jenis media yaitu:
1) Media buatan sendiri
a) dari bahan dasar
b) dari media dehidrasi (dehydrated)
2) Media jadi (komersial)
B. DASAR PEMILIHAN
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di
Kementerian Kesehatan.
- 38 -
Selain hal-hal tersebut di atas untuk masing-masing bahan laboratorium
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Reagen
a. Untuk analisis di laboratorium harus dipilih reagen tingkat
analitis.
Beberapa zat organik dengan tingkat chemically pure harus diuji
untuk setiap lot sebelum dipakai dalam penggunaan rutin,
sedangkan zat kimia practical grade, commercial grade atau
technical grade tidak boleh digunakan di laboratorium.
b. Reagen yang sudah jadi (komersial) direkomendasikan sebagai
pilihan utama. Reagen buatan sendiri dipilih bila tidak tersedia
reagen jadi/komersial.
Keuntungan reagen buatan sendiri:
1) Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan baik
dalam transportasi maupun dalam penyimpanan dapat
dihindari.
2) Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.
3) Bila timbul masalah mengenai reagen dan standar,
pemecahannya lebih mudah sebab proses pembuatannya
diketahui.
4) Bila reagen terkontaminasi atau rusak tidak perlu menunggu
pengiriman reagen berikutnya.
5) Merupakan penghematan.
Kerugian reagen buatan sendiri
1) Sulit distandardisasi.
2) Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC).
3) Tidak dapat ditentukan stabilitasnya.
2. Bahan Standar
Bahan standar primer merupakan standar yang direkomendasi.
Digunakan dalam bentuk larutan untuk analisis.
3. Bahan Kontrol
Pemilihan bahan kontrol didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Spesimen yang akan diperiksa.
Apabila spesimen yang diperiksa berasal dari manusia maka lebih
baik menggunakan bahan kontrol yang berasal dari manusia,
karena beberapa zat dalam bahan kontrol yang berasal dari
binatang berbeda dengan bahan kontrol berasal dari manusia.
- 39 -
Sedangkan spesimen selain dari manusia, misalnya air dan lain-
lain hendaknya menggunakan bahan kontrol yang berasal dari
bahan kimia murni.
b. Penggunaan
1) Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni banyak
dipakai pada pemeriksaan kimia lingkungan selain itu
digunakan pula pada bidang kimia klinik dan urinalisis.
2) Pooled sera dan liofilisat banyak digunakan di bidang kimia
klinik dan imunoserologi.
3) Bahan kontrol assayed digunakan untuk uji ketepatan dan
ketelitian pemeriksaan, uji kualitas reagen, uji kualitas alat
dan uji kualitas metode pemeriksaan.
4) Bahan kontrol unassayed digunakan untuk uji ketelitian
suatu pemeriksaan.
5) Kuman kontrol digunakan untuk menguji mutu reagen/
media pada bidang mikrobiologi.
c. Stabilitas bahan kontrol
Umumnya bentuk padat bubuk (liofilisat) lebih stabil dan tahan
lama dari pada bentuk cair. Untuk memudahkan transportasi,
umumnya bentuk padat bubuk dibuat dalam bentuk strip.
Stabilitas bahan kontrol yang dibuat sendiri kurang terjamin,
selain itu juga mempunyai bahaya infeksi yang tinggi.
4. Air
Pemilihan jenis air didasarkan pada penggunaannya, yaitu:
a. Air Jenis 1/Air Suling/Aquades digunakan untuk:
Metode kultur jaringan atau sel; analisis kimia ultra-mikro;
analisis kimia yang khusus dan kritis dengan satuan pada tingkat
nanogram atau sub-nanogram bila diperlukan; penyiapan larutan
standar, uji enzim, uji ligand, uji mineral dan logam berat, reagen
tanpa pengawet dan uji kuantitatif metode imunofluoresen.
b. Air Jenis 2/Air Demineralisasi/Aquades digunakan untuk:
Sebagian besar metode pemeriksaan laboratorium kesehatan rutin,
penyiapan media mikrobiologi, pengecatan dan pewarnaan
histologi, pembuatan reagen yang akan disterilkan dan reagen
dengan zat pengawet.
c. Air Jenis 3/Air Bersih digunakan untuk:
Sebagian besar pemeriksaan kualitatif; pencucian alat gelas;
pemeriksaan laboratorium umum yang tidak memerlukan air jenis
1 atau 2.
- 40 -
Penggunaan
Air jenis 1
Air jenis 2
Air jenis 3
Digunakan untuk metode pemeriksaan yang
memerlukan pengganggu minimum dan ketepatan
serta ketelitian yang tinggi.
Digunakan untuk pemeriksaan laboratorium umum
yang tidak memerlukan air jenis 1, misalnya untuk
persiapan reagen, pewarnaan atau pengecatan.
Penyimpanan dan pengangkutan harus di
perhatikan kontaminasi minimum dari bahan kimia
dan mikroorganisme.
Digunakan untuk pencucian peralatan gelas dan
prosedur kualitatif tertentu misalnya pada urinalisa.
Pembuatan
Air jenis 1
Air jenis 2
Air jenis 3
Dibuat dengan destilasi atau deionisasi atau
reverse osmosis yang dilanjutkan dengan membran
filter 0,2 µm pore, dengan syarat resistivity
>10 mega ohm-cm pada 25°C.
Dibuat dengan cara destilasi atau deionisasi, dengan
syarat resistivity >1,0 mega ohm-cm pada suhu 25°C.
Dibuat dengan destilasi dengan syarat resistivity 0,1
mega ohm-cm pada suhu 25°C.
5. Media
Untuk pemilihan media yang akan dipergunakan harus
mempertimbangkan tujuan pemeriksaan, stabilitas, transportasi dan
nilai ekonomis.
C. PENGADAAN
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety
stock.
- 41 -
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi
jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan
datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu
dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan
yang sulit didapat.
D. PENYIMPANAN
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first
out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan
yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:
1. Reagen Buatan Sendiri
a. Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen
tertentu tidak boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena
dapat bereaksi.
- 42 -
b. Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan
khusus, misalnya:
c. Larutan berwarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.
d. Larutan yang tidak mengalami reaksi fotokimia di simpan dalam
botol plastik putih.
e. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna
coklat.
f. Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8°C) atau harus
beku disesuaikan dengan ketentuannya.
g. Harus dilakukan uji stabilitas dan uji homogenitas.
h. Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register,
expired date.
2. Reagen jadi (komersial)
a. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna
gelap.
d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang
berdekatan satu dengan lainnya.
e. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya.
f. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal
kadaluarsa, tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang
diambil dan jumlah reagen sisa serta paraf tenaga pemeriksa yang
menggunakan.
3. Dehidrated media
a. Media yang didehidratasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang
tak terbatas terutama bila penutup wadah telah dibuka.
b. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan
habis digunakan dalam 1-2 bulan.
c. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat.
d. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah.
e. Semua media dehidratasi harus disimpan di tempat gelap, sejuk
(suhu < 25°C) dan berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak
boleh ditempatkan di dekat autoklaf atau tempat pencucian
karena kelembaban dan suhu yang tinggi.
f. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut.
4. Media yang telah dilarutkan
a. Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas.
- 43 -
b. Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau
antibiotik harus disimpan di dalam lemari es.
c. Harus dijaga agar media tidak mengalami kekeringan. Untuk
media dalam cawan petri sebaiknya disimpan dalam kantong
plastik tertutup dan disimpan di dalam lemari es.
d. Harus diperhatikan batas lama penyimpanannya, yaitu:
1) Tabung dengan sumbat kapas : 1 minggu.
2) Tabung dengan sumbat longgar : 1 minggu.
3) Cawan petri (dalam bungkus plastik) : 3 minggu.
4) Botol dengan tutup ulir (screwcap) : 3 bulan.
5. Bahan-bahan Kimia yang Tidak Boleh Bercampur (incompatible)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi
berbahaya jika tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa
kebakaran dan atau ledakan. Beberapa contoh bahan kimia yang
incompatible dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4.
Bahan-bahan reaktif yang bila tercampur menimbulkan kebakaran
dan/atau ledakan
Bahan kimia Hindarkan kontak dengan
Ammonium nitrat
Asam asetat
Karbon aktif
Asam kromat
Cairan mudah terbakar
Hidrokarbon (butana,
benzena, terpentin,
benzin)
Kalium klorat/perklorat
Kalium permanganat
Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut
organik mudah terbakar, bubuk logam.
Asam kromat, asam nitrat, perklorat,
peroksida
Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit).
Asam asetat, gliserin, alkohol, bahan kimia
mudah terbakar.
Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen
peroksida, asam nitrat.
Fluor, klor, asam kromat, peroksida.
Asam sulfat dan asam lainnya
Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat
- 44 -
BAB V
SPESIMEN
A. MACAM
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa:
1. Serum
2. Plasma
3. Darah (Whole
Blood)
4. Urin
5. Tinja
6. Dahak
7. Pus
8. Sperma
9. Swab tenggorok
10. Swab rektum
11. Sekret
- Uretra
- Vagina
- Telinga
- Hidung
- Mata
12. Cairan pleura*
13. Cairan bronchus*
13. Cairan acites*
16. Cairan otak*
17. Bilasan lambung*
18. Sumsum tulang*
19. Kuku
20. Rambut
21. Kerokan kulit
22. Muntahan
* Pengambilan tidak dilaksanakan di laboratorium
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari spesimen manusia atau dapat
berupa bahan pemeriksaan bersumber lingkungan (non klinis) misalnya:
 sisa makanan;
 sisa bahan toksikologi;
 air, udara;
 makanan dan minuman; atau
 usap alat makan, alat masak, alat medis dan lain-lain.
B. PERSIAPAN
1. Persiapan Pasien Secara Umum
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan
basal:
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-
12 jam sebelum diambil darah (lihat tabel 5).
2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul
07.00 -09.00.
- 45 -
Tabel 5. Pemeriksaan yang perlu puasa
Jenis Pemeriksaan Waktu Puasa
Glukosa Puasa 10-12 jam
TTG (Tes Toleransi Glukosa) Puasa 10-12 jam
Glukosa kurva harian Puasa 10-12 jam
Trigliserida Puasa 12 jam
Asam Urat Puasa 10-12 jam
VMA Puasa 10-12 jam
Renin (PRA) Puasa 10-12 jam
Insulin Puasa 8 jam
C. Peptide Puasa 8 jam
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homocysteine Puasa 12 jam
Lp(a) Puasa 12 jam
PTH Intact Puasa 12 jam
Apo A1 Dianjurkan Puasa 12 jam
ApoB Dianjurkan Puasa 12 jam
b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil:
1) untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum
obat 24 jam sebelum pengambilan spesimen.
2) untuk pemeriksaan dengan spesimen urin, tidak minum
obat 72 jam sebelum pengambilan spesimen.
3) apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk
dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas
laboratorium.
Contoh: Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum
obat antidiabetes.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.
d. Memperhatikan posisi tubuh
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari perubahan
posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15
menit sebelum diambil darah.
e. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit
sepanjang hari)
Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan
waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH,
Renin, dan Aldosteron.
- 46 -
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
a. Diet
Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya:
1) Pemeriksaan gula darah dan trigliserida
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan
dan minuman (kecuali air putih tawar). Karena pengaruhnya
yang sangat besar, maka pada pemeriksaan gula darah
puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12 jam sebelum darah
diambil dan pada pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan
sekurang kurangnya 12 jam.
2) Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan
trace element Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak
langsung oleh makanan dan minuman karena makanan dan
minuman akan mempengaruhi reaksi dalam proses
pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar.
b. Obat-obat
Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya
akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat
tersebut.
Disamping itu pemberian obat secara intramuskular akan
menimbulkan jejas pada otot sehingga mengakibatkan enzim
yang dikandung oleh sel otot masuk ke dalam darah, yang
selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain
pemeriksaan Creatin kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).
Obat-obat yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi
pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi
JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI
Diuretik -Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat
dan enzim dalam darah akan
meningkat karena terjadi
hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
Hb, Hitung sel darah, Hematokrit, Elektrolit
- Pada urin akan terjadi pengenceran
Cafein Sama dengan diuretik
Thiazid - Glukosa darah
- Tes toleransi glukosa
- Ureum darah
- 47 -
JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI
Pil KB (Hormon) - LED
- Kadar hormon
Morfin Enzim hati (GOT, GPT)
Phenobarbital GGT
Efedrin Amphetamine dan metamphetamine
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Analisis kimia urin
Obat antidiabetika - Glukosa darah
- Glukosa urin
Kortikosteroid - Hitung eosinofil
- Tes toleransi glukosa
c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat
pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi
dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat
akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak, epinefrin,
gliserol bebas, aldosteron dan kortisol. Ditemukan peningkatan
kadar Hb pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjadi pada hitung leukosit, lipoprotein,
aktivitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan
logam berat.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan
lambat beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam
waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat
akibatnya berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat,
asam urat, dan terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat
berupa peningkatan aktifitas γ-glutamyltransferase, AST, ALT,
trigliserida, kortisol dan MCV (mean corpuscular volume) sel
darah merah.
e. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan
cairan tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah
dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat dan
perubahan kadar hormon.
- 48 -
Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara kadar
gula darah di arteri dan di vena serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas
CK, AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin.
f. Ketinggian/altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan
yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap
permukaan laut. Parameter tersebut adalah CRP, B2-globulin,
hematokrit, hemoglobin dan asam urat. Adaptasi terhadap
perubahan ketinggian daratan memerlukan waktu harian
hingga berminggu-minggu.
g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi:
1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan
akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah
pada tahap lebih lanjut.
2) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada
awal demam karena terjadi peningkatan metabolisme
lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dan
benda-benda keton karena penggunaan lemak yang
meningkat pada demam yang sudah lama.
3) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
4) Lebih mudah mendapatkan biakan positif.
5) Reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan
titer Widal.
h. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara
lain terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktivitas
enzim yang akan diukur, termasuk kadar Hb, hematokrit dan
produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadi pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat
lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serta enzim-enzim yang berasal dari otot.
- 49 -
i. Variasi circadian rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu
dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebut dengan variasi
circadian rhytme. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh
waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan
dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal),
siklus bulanan (menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal
yang terjadi antara lain:
1) Besi serum, kadar besi serum yang diambil pada sore hari
akan lebih tinggi daripada pagi hari.
2) Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada
pagi hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa
dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih
tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari.
3) Enzim, Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi
disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu
ke waktu.
4) Eosinofil, Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal,
jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai pagi
hari dibandingkan pada siang hari.
5) Kortisol, kadarnya lebih tinggi pada pagi hari
dibandingkan pada malam hari.
6) Kalium, pada pagi hari lebih tinggi daripada siang hari.
Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi
kadar zat dalam tubuh yang sifatnya bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya pada wanita karena terjadi
menstruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah
menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan
fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks.
Demikian pula pada saat ovulasi terjadi peningkatan kadar
aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
j. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam
darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada
neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total
dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai
dengan pertambahan umur.
- 50 -
k. Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah
daripada orang kulit putihnya. Demikian juga dengan aktivitas
CK. Keadaan serupa dijumpai pada ras bangsa lain seperti
perbedaan aktivitas amilase, kadar vitamin B12 dan
lipoprotein.
l. Jenis Kelamin (gender)
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Kadar besi serum dan kadar Hb berbeda pada wanita
dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna
lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat
gender lainnya adalah aktivitas CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif
lebih besar daripada wanita. Sebaliknya kadar hormon seks
wanita, prolaktin dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih
tinggi pada wanita daripada pria.
m. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan
wanita tersebut. Pada Kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10
kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35
kehamilan.
Volume urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormone
kelenjar tiroid, elektrolit, besi, dan ferritin, protein total dan
albumin, lemak, aktivitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi
serta laju endap darah.
Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena
induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport,
hemodilusi, volume tubuh yang meningkat, defisiensi relatif
karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase
akut.
3. Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan spesimen,
mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan
pasien. Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk
informed concern.
- 51 -
C. PENGAMBILAN
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat:
a. bersih.
b. kering.
c. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
d. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen.
e. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
f. pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus
menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang
bersifat invasif harus menggunakan peralatan yang steril dan
sekali pakai buang.
2. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
a. terbuat dari gelas atau plastik.
b. tidak bocor atau tidak merembes.
c. harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
d. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
e. bersih.
f. kering.
g. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
h. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
i. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak
atau terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu
digunakan botol berwarna coklat (inaktinis).
j. untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah
harus steril.
Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya
menggunakan wadah yang bermulut lebar.
3. Antikoagulan dan Pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku.
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar
analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan
jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
- 52 -
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
pengawet atau antikoagulan. Beberapa contoh penggunaan
antikoagulan/pengawet yang digunakan untuk spesimen dapat
dilihat pada tabel 7.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa.
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi
karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal.
Namun ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilan
spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan
fluktuasi harian, misalnya:
a. Demam tifoid
Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan pada
minggu I atau II sakit, sedangkan biakan urin atau tinja
dilakukan pada minggu II atau III.
b. Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan
penyembuhan.
c. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman.
Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika.
d. Pemeriksaan Gonorrhoe
Untuk menemukan kuman gonorrhoe, pengambilan sekret
uretra sebaiknya dilakukan 2 jam setelah buang air kecil yang
terakhir.
e. Pemeriksaan mikrofilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah,
pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada waktu malam
(antara jam 20-23).
f. Pemeriksaan tuberkulosis
Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun
tidur memungkinkan ditemukan kuman M tuberkulosis lebih
besar dibandingkan dengan dahak sewaktu.
g. Pemeriksaan narkoba
Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi morfin,ganja dan
lain-lain dipengaruhi oleh waktu /lama sejak mengonsumsi.
- 53 -
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu
lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta, misalnya:
a. Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena
umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah
arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan
tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha. Spesimen
darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari
manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian
tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang
dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti "cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak boleh di
lengan yang sedang terpasang infus.
b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil di tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan:
- mikrofilaria: sampel diambil dari darah kapiler (jari
tangan). atau darah vena dengan anti koagulan.
- gas darah: sampel berupa darah heparin yang diambil dari
pembuluh arteri.
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek
yang diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa
pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/pengawet
dan wadah yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan
stabilitasnya
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/
Pengawet
Wadah Stabilitas
Jenis Jumlah
HEMATOLOGI
Hematokrit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (6 jam)
LED Westergren Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (2 jam)
- 54 -
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/
Pengawet
Wadah Stabilitas
Jenis Jumlah
LED Wintrobe Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (2 jam)
Lekosit, hitung
jumlah
Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (2 jam)
Hemostatis
(PT, APTT)
Darah 5 ml Sitrat 3,8% dengan
perbandingan 1 : 9
P 20-25°C(4jam)
Retikulosit, hitung
jumlah
Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (6 jam)
Trombosit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5
mg/ml darah
G/P Suhu kamar (2 jam)
Masa pendarahan
dan masa
pembekuan
Darah 4 ml Segera diperiksa
KIMIA KLINIK
Gula darah Darah
Serum
2 ml
2 ml
NaF-Oksalat 4,5
mg/ml darah
G/P
G/P
20-25°C (3 hari)
4°C (7 hari)
-20°C (3 bulan)
2-8°C (12 jam)
Kolesterol Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari)
4°C (6 hari)
-20°C (6 bulan)
Bilirubin Serum 1 ml - G/P Segera mungkin
Amilase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari)
4°C (5 hari)
-20°C (7 hari)
Asam urat Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari)
4°C (5 hari)
-20°C (6 bulan)
Lipase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (24 jam)
4°C (5 hari)
-20°C (3 tahun)
Protein total Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari)
4°C (6 hari)
-20°C (10 hari)
Na, K, Cl Serum 1 ml - G/P 20-25°C (14 hari) 4°C
(14 hari)
- 55 -
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/
Pengawet
Wadah Stabilitas
Jenis Jumlah
Fosfatase alkali Serum 1 ml G/P 20-25°C (> 7 hari
aktivitas turun 1 %)
4°C (7 hari)
-20°C (7 hari)
Kalsium Serum 1 ml - G/P 20-25°C (10 hari)
4°C (10 hari)
Kreatinin Serum 1 ml - G/P 4°C (24 jam)
-20°C (8 bulan)
Y GIutamil
transferase
Serum 1 ml - G/P 20-25°C (7 hari)
4°C (7 hari)
20°C (7 hari)
GOT Serum 1 ml - G/P 20-25°C (> 3 hari
Aktivitas turun 10%)
4°C (>3 hari
Aktivitas turun 8%)
-20°C (7 hari)
GPT Serum 1 ml - G/P 20-25°C (> 3 hari
aktivitas turun 17%)
4°C (> 3 hari)
aktivitas turun 10%)
-20°C (7 hari)
SEROLOGI
Widal Serum 2ml G/P 2 -8°C (2 -3 hari),
Freezer compartment
(1 bulan),
Deep freezer -20°C
(6 bulan, tidak boleh
gelas)
Treponema,VDRL Serum 2ml - G/P
HBsAg Serum 2ml - G/P
Anti HBs Serum 2ml - G/P
Anti HIV Serum 2ml - G/P
TOKSIKOLOGI
Obat
Bahan Napza
Doping
Toksin
Pestisida
Logam Berat
Darah &
Urin
Darah
10ml
Urin
50 ml
Na sitrat 1% G tutup
ulir
Urin : Suhu kamar
(segera)
Air bersih Air 1000 ml Suhu kamar (segera)
- 56 -
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/
Pengawet
Wadah Stabilitas
Jenis Jumlah
URINALISA
Pemeriksaan
urin 24 Jam
Urin Toluen
2-5 ml/urin
G/P 4jam
24 jam
Protein,
penetapan
kuantitatif
Urin 5ml - P 20-25°C (4 hari)
Reduksi Urin 5ml - P 20-25°C
(secepatnya)
4°C (24 jam)
Urin rutin (pH, BJ,
protein, glukosa,
urobilinogen,
bilirubin, keton
Urin pagi 15ml G/P Suhu kamar (1 jam)
4-8°C (1 hari)
Sedimen Urin Urin pagi 10ml - G/P Suhu kamar (1 jam)
4-8°C
Kehamilan Urin pagi 5ml - G/P Suhu kamar (segera)
4-8°C (2 hari)
PARASITOLOGI
DAN
MIKROBIOLOGI
Malaria Darah
segar
2 tetes
kapiler
(tetes tebal-
tetes tipis)
- G Secepatnya
Mikrofilaria Darah
segar/
Darah
EDTA
2 tetes
kapiler
(tetes tebal)
Na2EDTA 1-1,5
mg/ml darah
G Secepatnya
Trichomonas Sekret
vagina
/uretra
Secukup
nya
- - Langsung dikerjakan
Candida Sekret
vagina
Secukup
nya
- - Langsung dikerjakan
Keterangan:
P : Plastik (polietilen atau sederajat)
G : Gelas
T : Tabung reaksi
Volume : untuk jenis pemeriksaan lebih dari satu volume spesimen
disesuaikan dengan kebutuhan.
- 57 -
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang
benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
Teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering
diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung
vakum)
1) Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan
pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih
lengan yang banyak melakukan aktivitas.
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4) Pilih bagian vena mediana cubiti
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya
dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah
terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
6) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum
menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara
jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum sehingga
darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil
masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit.
Selanjutnya lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan
kepalan tangan.
7) Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.
Apabila dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang
berbeda dan volume yang lebih banyak, digunakan
tabung vakum yang lain.
8) Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas
tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2
menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ±
15 menit.
9) Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang
lebih 5 kali agar bercampur dengan antikoagulan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena:
1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras
sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
- 58 -
3) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh,
sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam
tabung dan merusak sel darah merah.
4) Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.
b. Darah kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 %
dan biarkan sampai kering lagi.
2) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari
tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik
kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Pada daun telinga
tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan harus
cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan
menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup
darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah
bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
4) Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan
memakai segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya
boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:
1) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan
adanya gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi
(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti
atau cyanosis setempat.
2) Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus
diperas-peras keluar.
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja
darah itu diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas
kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet.
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5) Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat
bekerja.
c. Urin
1) Pada wanita
Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang
dilakukan oleh penderita sendiri, sebelumnya harus
- 59 -
diberikan penjelasan sebagai berikut:
a) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun
kemudian dikeringkan dengan handuk.
b) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan
satu tangan.
c) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril
dengan arah dari depan ke belakang.
d) Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa
steril yang lain,
e) Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin,
aliran urin yang pertama keluar dibuang. Aliran urin
selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
disediakan.
f) Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
g) Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
h) Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke
laboratorium.
2) Pada laki-laki
a) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b) Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang,
keluarkan urin, aliran yang pertama keluar dibuang,
aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan
tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran
urin habis.
c) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
3) Pada bayi dan anak-anak
a) Penderita sebelumnya diberi minum untuk
memudahkan buang air kecil.
b) Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan
di atas.
c) Pengambilan urin dilakukan dengan cara:
 Anak duduk di pangkuan perawat.
 Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin,
tampung urin dalam wadah atau kantung
plastik steril.
 Bayi dipasang kantung penampung urin pada
alat genital.
- 60 -
d. Urin Kateter
1) Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian
selang kateter yang terbuat dari karet (jangan bagian yang
terbuat dari plastik).
2) Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak
kurang lebih 10 ml.
3) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
4) Kirimkan segera ke laboratorium.
e. Urin aspirasi suprapubik
Urin aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung
kemih yang penuh.
1) Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan
Povidone Iodine 10%, kemudian bersihkan sisa povidone
iodine dengan kapas alkohol 70%.
2) Aspirasi urin tepat di titik suprapubik menggunakan
semprit.
3) Ambil urin sebanyak kurang lebih 20 ml dengan cara
aseptik (dilakukan oleh petugas yang berwenang).
4) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
5) Kirimkan segera ke laboratorium.
Catatan: untuk pemeriksaan narkoba urin pengambilan
sampel harus disaksikan oleh petugas sesuai jenis kelamin.
f. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan (tanpa bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan
sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari
rektum dengan cara colok dubur.
g. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan
yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan
ludah.
Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak,
pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau
diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk
berkumur dengan air.
2) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
- 61 -
Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali
kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang
kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam
wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan
tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml).
5) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
h. Sekret Uretra
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
2) Petugas mengenakan sarung tangan.
3) Bagi yang tidak disirkumsisi, preputium ditarik ke arah
pangkal.
4) Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCI
fisiologis steril, kemudian sekret dikeluarkan dengan
menekan atau mengurut uretra dari pangkal ke ujung.
5) Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau
sengkelit.
6) Apabila tidak ada sekret yang keluar atau terlalu sedikit,
masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampang
2 mm kedalam uretra sedalam kira-kira 2-3 cm sambil
diputar searah jarum jam, kemudian ditarik keluar.
7) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan
mikroskopik dan untuk biakan.
i. Sekret Endoservik
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan
2) Pasien berbaring telentang di atas kursi obstetrik dengan
kedua lutut diletakkan pada penyangganya.
3) Petugas mengenakan sarung tangan.
4) Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian
masukkan ke dalam vagina.
5) Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis
sedalam 2-3 cm, putar searah jarum jam dan diamkan
selama 5-10 detik supaya sekret terserap oleh kapas
kemudian keluarkan lidi kapas tanpa menyentuh
spekulum.
6) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan
mikroskopik dan untuk biakan.
- 62 -
7) Spekulum yang habis dipakai direndam dalam larutan
hipoklorit 0,1%.
8) Apabila selaput dara masih utuh, tidak dilakukan
pengambilan sekret endoservik.
j. Sekret vagina
Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan sekret
endoservik hanya dilakukan pada fornix posterior.
k. Swab rektum
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
2) Pasien dalam posisi menungging.
3) Petugas mengenakan sarung tangan.
4) Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam
saluran anal, putar beberapa detik untuk mendapatkan
sekret dari crypta di dalam lingkaran anal.
l. Swab orofaring
Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior faring.
m. Pus dari luka purulen/ulcus
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
2) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan NaCI fisiologis sebanyak 3 kali untuk
menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat yang
mengering.
3) Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari
pembungkusnya kemudian usapkan bagian kapasnya
pada luka/ulcus tanpa menyentuh bagian tepi luka/ulcus.
Lakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan 2 kapas
lidi.
4) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau
dapat pula dimasukkan ke dalam tabung media transpor.
5) Patahkan tangkai lidi yang berada di luar tabung.
6) Tutup tabung dengan erat.
7) Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan
gunakan surat pengantar ke laboratorium.
n. Pus dari abses
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
- 63 -
dilakukan.
2) Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10%
di atas abses atau bagian yang akan ditusuk/diinsisi.
Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol
70%.
3) Tusukkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan
eksudat atau pus.
4) Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
5) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas
steril.
6) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau
dapat pula dimasukkan ke dalam media transpor. Sisa
eksudat/pus pada semprit dapat dimasukkan dalam
wadah steril dan dikirim ke laboratorium.
7) Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam
larutan Natrium hipoklorit 0,1% selama 30 menit lalu
diautoklaf.
Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas
lidi steril usapkan bagian dasar abses.
Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau
dapat pula dimasukkan dalam media transpor.
o. Usap nasofaring
1) Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2) Petugas berdiri di samping penderita.
3) Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian
belakang kepala penderita.
4) Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi
tegak lurus.
Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung
sampai telinga.
Masukkan sampai menyentuh dinding belakang
nasofaring, kemudian tarik keluar.
5) Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau
langsung tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar
Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
p. Swab tenggorok
1) Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2) Penderita diminta membuka mulut.
3) Lidah ditekan dengan spatel lidah.
- 64 -
4) Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan
saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring,
5) Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil
lalu tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh
bagian mulut yang lain.
6) Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau
langsung tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar
Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang)
termasuk rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/keterangan klinik
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/pengawet yang digunakan
13. Nama pengambil spesimen
14. Informed concern
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium
harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan nomor Pasien
3. Jenis spesimen
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf
PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf

More Related Content

Similar to PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf

Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdfRyanHyde7
 
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratorium
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratoriumPertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratorium
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratoriumSuryanata Kesuma
 
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptx
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptxH2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptx
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptxRaymondSirait2
 
komite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitkomite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitFeinaRSKasihGroup
 
Standar Laboratorium Farmasi
Standar Laboratorium FarmasiStandar Laboratorium Farmasi
Standar Laboratorium FarmasiSainal Edi Kamal
 
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...miftahwaode
 
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4BoneTheofrida
 
Pedoman interpretasi data klinik 2011
Pedoman interpretasi data klinik 2011Pedoman interpretasi data klinik 2011
Pedoman interpretasi data klinik 2011Universitas Pancasila
 
Pedoman Interpretasi Data Klinik
Pedoman Interpretasi Data Klinik Pedoman Interpretasi Data Klinik
Pedoman Interpretasi Data Klinik Surya Amal
 
Pedoman interpretasi data klinik
Pedoman interpretasi data klinikPedoman interpretasi data klinik
Pedoman interpretasi data kliniksaninuraeni
 
Administrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsAdministrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsrovitra
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfwindyarlin
 
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratoriumhospital
 
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdf
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdfManajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdf
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdfSyarifahRahma2
 
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk Pangestu S
 

Similar to PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf (20)

Pedoman pelayanan spi
Pedoman pelayanan spiPedoman pelayanan spi
Pedoman pelayanan spi
 
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
 
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010.pdf
 
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratorium
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratoriumPertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratorium
Pertemuan 1 pengantar pengendalian mutu laboratorium
 
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptx
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptxH2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptx
H2 - Standar Akreditasi Klinik Bab I.pptx
 
komite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakitkomite_keperawatan rumah sakit
komite_keperawatan rumah sakit
 
MI. 4. MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).ppt
MI. 4.  MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).pptMI. 4.  MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).ppt
MI. 4. MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).ppt
 
MI. 4. MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).pdf
MI. 4.  MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).pdfMI. 4.  MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).pdf
MI. 4. MANAJEMEN SDM DI PUSKESMAS (1).pdf
 
Standar Laboratorium Farmasi
Standar Laboratorium FarmasiStandar Laboratorium Farmasi
Standar Laboratorium Farmasi
 
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...
Kebijakan Mutu di Laboratorium-dr Kalsum Komaryani, MPPM-Direktur Mutu dan Ak...
 
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
Sop manajemen-rumah-sakit-revisi-4
 
Pedoman interpretasi data klinik 2011
Pedoman interpretasi data klinik 2011Pedoman interpretasi data klinik 2011
Pedoman interpretasi data klinik 2011
 
Pedoman Interpretasi Data Klinik
Pedoman Interpretasi Data Klinik Pedoman Interpretasi Data Klinik
Pedoman Interpretasi Data Klinik
 
Pedoman interpretasi data klinik
Pedoman interpretasi data klinikPedoman interpretasi data klinik
Pedoman interpretasi data klinik
 
PROFIL PAK 2022.ppt
PROFIL PAK 2022.pptPROFIL PAK 2022.ppt
PROFIL PAK 2022.ppt
 
Administrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rsAdministrasi manajemen rs
Administrasi manajemen rs
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdf
 
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium
8.1.1.1. pedoman pemeriksaan laboratorium
 
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdf
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdfManajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdf
Manajemen Penggunaan Obat MPO dr Trijo.pdf
 
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
Standar pelayanan keperawatan. By. Pangestu Chaesar S. Dkk
 

Recently uploaded

MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025Fikriawan Hasli
 
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananriniaandayani
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptputrisari631
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanaji guru
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptretno12886
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptxAvivThea
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxMeilianiPuspitaSari
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxAndrewKen3
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxWulanEnggarAnaskaPut
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurDoddiKELAS7A
 

Recently uploaded (20)

MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 

PMK_No_43_ttg_Penyelenggaraan_Laboratorium_Klinik_Yang_Baik.pdf

  • 1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dengan menetapkan penyebab penyakit, menunjang sistem kewaspadaan dini, monitoring pengobatan, pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan timbulnya penyakit; b. bahwa laboratorium klinik perlu diselenggarakan secara bermutu untuk mendukung upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya; 5. Peraturan . . .
  • 2. - 2 - 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan Imunologik; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. 2. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik adalah pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan dan memantapkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium. 3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Pasal 2 Peraturan ini bertujuan untuk mengatur Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik sehingga dapat memberikan pelayanan dan hasil yang bermutu serta dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 3 . . .
  • 3. - 3 - Pasal 3 (1) Setiap Laboratorium Klinik harus diselenggarakan secara baik dengan memenuhi kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan. (2) Kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ketentuan minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Laboratorium Klinik. (3) Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, beberapa kriteria dapat tidak terpenuhi oleh Laboratorium Klinik sepanjang tidak mengurangi mutu dan keakuratan data hasil pemeriksaan laboratorium dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Kesehatan ini. Pasal 4 Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Laboratorium Klinik dilakukan oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Pasal 5 (1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diarahkan untuk meningkatkan kinerja Laboratorium Klinik dalam rangka menjamin mutu pelayanan kesehatan. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis; b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan c. monitoring dan evaluasi. (3) Dalam rangka pembinaan Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan dan teguran tertulis. Pasal 6 . . .
  • 4. - 4 - Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Kesehatan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Juni 2013 1 Mei 2009 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NAFSIAH MBOI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Juni 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1216
  • 5. - 5 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK CARA PENYELENGGARAAN LABORATORIUM KLINIK YANG BAIK BAB I ORGANISASI DAN MANAJEMEN A. ORGANISASI Organisasi adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam suatu pola koordinasi yang dipersatukan untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan. Organisasi merupakan suatu sistem dengan struktur yang teratur menggunakan semua sumber yang ada dalam suatu pekerjaan dan menentukan mekanisme untuk menjalankannya melalui kerja sama dan koordinasi. Laboratorium Klinik harus mempunyai struktur organisasi yang terpampang serta terlihat dengan jelas. 1. Komponen Organisasi Komponen dalam kelengkapan organisasi laboratorium disesuaikan dengan pedoman pelayanan di masing-masing jenis dan jenjang laboratorium, yaitu laboratorium yang mandiri atau laboratorium yang terintegrasi, dan pada dasarnya mengikuti struktur organisasi masing- masing laboratorium. Laboratorium mandiri adalah Laboratorium Klinik yang pelayanannya tidak terintegrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK), Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Laboratorium Klinik yang diselenggarakan oleh swasta. Laboratorium terintegrasi adalah Laboratorium Klinik yang pelayanannya terintegrasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, seperti laboratorium pada puskesmas, rumah sakit, atau klinik. Komponen Organisasi Laboratorium meliputi: a. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah alat untuk memusatkan perhatian dan daya pada pencapaian sasaran dan tujuan melalui pendekatan yang teratur dan sesuai prosedur.
  • 6. - 6 - Struktur Organisasi menyediakan kerangka kerja untuk menjabarkan kebijaksanaan dan rencana menjadi kegiatan dengan memperhitungkan sejumlah tenaga atau pekerjaan terkait dengan tujuan organisasi yang dapat dibagi secara sistematik menjadi unit-unit. Struktur pokok organisasi laboratorium, terdiri dari: 1) Jabatan Struktural a) Kepala: memimpin dan memastikan semua kegiatan selaras dengan kebijaksanaan organisasi. b) Bidang/seksi-seksi: melaksanakan prosedur organisasi dan bekerja sama antar bidang/seksi melalui koordinasi dan pengawasan Kepala. c) Tata usaha/administrasi: menjalankan sistem pengaturan dokumen organisasi, baik ke dalam maupun ke luar organisasi. 2) Jabatan Fungsional Terdiri dari tenaga-tenaga teknis pelaksana kegiatan laboratorium di luar jabatan struktural, yang melakukan kegiatan sesuai kompetensinya. b. Tata Kerja Tata Kerja menggambarkan hubungan kerja melalui penetapan garis kewenangan, tanggung jawab, komunikasi serta alur kerja agar diperoleh fungsi yang optimal melalui koordinasi unit-unit terkait. Tata kerja organisasi berusaha membentuk struktur yang baik, serta secara efisien dan efektif membuat pengelompokan dari sumber daya manusia, sarana fisik, dan fungsi-fungsi yang terkait agar tercapai keberhasilan sasaran dan tujuan. Struktur organisasi berbentuk bagan yang memperlihatkan tata hubungan kerja antar bagian dan garis kewenangan di antara kepala/penanggung jawab laboratorium, petugas administrasi dan pelaksana teknis. 2. Proses Pengorganisasian Proses pengorganisasian dimaksudkan untuk membangun kerja sama yang baik dan cara koordinasi agar menghindari pekerjaan yang sia-sia dan menghindari situasi saling menghalangi.
  • 7. - 7 - Proses pengorganisasian meliputi: a. Pengembangan Struktur Yang Baik–Tata Kerja 1) Penentuan fungsi-fungsi yang perlu dilaksanakan dengan jenis perkerjaan yang perlu dicapai. 2) Pembagian pekerjaan yang perlu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang dapat dilaksanakan oleh satu orang. 3) Perkiraan kebutuhan sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi). 4) Perkiraan kebutuhan sarana (peralatan, bahan dan ruang). 5) Pengelompokan dan atau pengoordinasian fungsi-fungsi termasuk sumber daya manusia dan sarana yang ada ke dalam struktur organisasi. b. Gambaran Hubungan Yang Baik–Interaksi 1) Penugasan pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas tertentu (tanggung jawab) dan keputusan yang tepat untuk melakukan upaya dalam melaksanakan tugas tertentu (wewenang). 2) Penugasan kegiatan pekerjaan yang spesifik (jabatan fungsional). Tenaga teknis pada setiap instalasi laboratorium pemerintah termasuk ke dalam kelompok jabatan fungsional. Jabatan fungsional merupakan tenaga teknis laboratorium yang tidak termasuk dalam struktural. Pranata laboratorium kesehatan merupakan tenaga non struktural yang terbagi atas pranata laboratorium kesehatan ahli (minimal S1 kesehatan) dan pranata laboratorium kesehatan terampil (minimal lulusan SMAK/sederajat). 3) Gambaran penugasan ditulis dalam uraian tugas, alur/mekanisme kerja. B. MANAJEMEN 1. Visi dan Misi Visi adalah ketentuan tertulis mengenai gambaran keadaan masa depan yang diinginkan oleh Laboratorium Klinik tersebut. Ketentuan tersebut dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan kurun waktu tertentu. Misi adalah upaya-upaya yang harus dilakukan agar visi yang diinginkan terlaksana dengan hasil baik.
  • 8. - 8 - Setiap laboratorium harus mempunyai visi dan misi, petugas yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memahami visi dan misi laboratorium. 2. Informasi dan Alur Pelayanan Informasi dan alur pelayanan menggambarkan hubungan kerja melalui penetapan garis kewenangan dan tanggung jawab, komunikasi dan alur kerja agar diperoleh fungsi yang optimal melalui unit-unit terkait (koordinasi). Hal ini menjamin bahwa masing-masing petugas memperoleh pengertian mengenai tugas dan fungsi yang diharapkan, melengkapi mereka dengan mekanisme untuk mengerti dengan jelas tanggung jawab mereka dan kepada siapa harus bertanggung jawab. Pada umumnya sistem informasi laboratorium terdiri atas: a. sistem informasi pelayanan; b. sistem informasi kepegawaian; c. sistem informasi keuangan/akuntansi; d. sistem informasi logistik. Pengertian alur pelayanan oleh pelaksana di laboratorium lebih menunjukan kepada aspek pemeriksaan mulai dari pra analisis, analisis dan pasca analisis, sedangkan oleh pemakai jasa adalah ketepatan dan kecepatan hasil pemeriksaan. 3. Persyaratan Unsur-unsur Manajemen Manajemen laboratorium harus bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi untuk perbaikan sistem manajemen yang mencakup: a. dukungan bagi semua petugas laboratorium dengan memberikan kewenangan dan sumber daya yang sesuai untuk melaksanakan tugas; b. kebijakan dan prosedur untuk menjamin kerahasiaan hasil laboratorium; c. struktur organisasi dan struktur manajemen laboratorium serta hubungannya dengan organisasi lain yang mempunyai kaitan dengan laboratorium tersebut; d. uraian tanggung jawab, kewenangan dan hubungan kerja yang jelas dari tiap petugas; e. pelatihan dan pengawasan dilakukan oleh petugas yang kompeten, yang mengerti maksud, prosedur dan cara menilai hasil prosedur pemeriksaan;
  • 9. - 9 - f. manajer teknis yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap proses dan penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan laboratorium; g. manajer mutu yang bertanggung jawab dan memiliki kewenangan untuk mengawasi persyaratan sistem mutu; h. petugas pada laboratorium dengan organisasi sederhana dapat melakukan tugas rangkap. 4. Tenaga Pada dasarnya kegiatan Laboratorium Klinik harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai, serta memperoleh/memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang menjadi tugas atau tanggung jawabnya. Setiap laboratorium harus menetapkan seorang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pemantapan mutu dan keamanan kerja. Pemenuhan kebutuhan jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga Laboratorium Klinik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Manajemen Mutu Suatu organisasi yang baik harus mempunyai sistem manajemen mutu yaitu kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya yang bertujuan agar mutu pemeriksaan dan sistem mutu secara keseluruhan berlangsung dengan pengelolaan yang baik dan terkendali secara terus menerus. Kebijakan, proses, program, prosedur dan instruksi harus didokumentasikan (berupa dokumen tertulis yang disimpan dan dipelihara sedemikian hingga mudah digunakan dan selalu terjaga kemutakhirannya) dan dikomunikasikan kepada semua petugas yang terkait. Manajemen harus memastikan melalui proses sosialisasi, pelatihan, penyeliaan, pengawasan atau cara lain yang menjamin bahwa dokumen itu dimengerti dan diterapkan oleh mereka yang ditugaskan untuk menggunakannya. Sistem manajemen mutu mencakup pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal, verifikasi, validasi, audit internal dan akreditasi.
  • 10. - 10 - 6. Komunikasi Komunikasi diartikan dengan hubungan antar pribadi dan antar unit kerja baik antara tenaga laboratorium dengan sesamanya, dengan unit kerja/instansi lain, pengguna jasa maupun mitra kerjanya. a. Komunikasi Intern 1) Horisontal: tenaga laboratorium harus memiliki kesempatan cukup untuk bertukar pikiran mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan pekerjaannya dengan sesama petugas di ruang/seksi yang sama atau di ruang/seksi lain di laboratorium yang sama. 2) Vertikal: sesuai hirarkinya, tenaga laboratorium harus memiliki kesempatan berkonsultasi tentang pekerjaannya dengan kepala seksi/subinstalasi/instalasi, kepala ruangan, kepala laboratorium, kepala rumah sakit; sedangkan untuk puskesmas dengan Kepala puskesmas. b. Komunikasi ekstern Sesuai dengan tugas dan wewenangnya, tenaga laboratorium harus memiliki kesempatan bertukar pikiran dan informasi dengan petugas lain yang terkait, seperti misalnya dengan dokter ruangan, dokter puskesmas, petugas farmasi dan lain-lain termasuk pemasok. c. Komunikasi ekspertis/keahlian/konsultatif Sesuai dengan wewenangnya, penanggung jawab laboratorium harus dapat memberikan uraian keahlian (expertise) kepada pemakai jasa pelayanan laboratorium (dokter, pasien maupun pihak lain). 7. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan laboratorium dan harus direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Penanggung jawab laboratorium perlu memantau dan menerapkan materi pelatihan (monitoring pasca pelatihan). Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium dapat dilakukan dalam bentuk: a. Formal Yang dimaksud dengan diklat formal adalah pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan secara terencana dan terjadwal oleh instansi resmi, berdasarkan penugasan oleh pejabat yang
  • 11. - 11 - berwenang. Keikutsertaan dibuktikan dengan diperolehnya pernyataan tertulis (sertifikat) dari instansi penyelenggara. b. Informal Yang dimaksud dengan diklat informal adalah pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan secara tidak terjadwal oleh instansi penyelenggara. Keikutsertaan dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari instansi penyelenggara, yang tidak mempunyai dampak administratif. c. Bimbingan teknis Bimbingan teknis diberikan oleh tenaga laboratorium kepada tenaga laboratorium lain yang memiliki kemampuan teknis di bawah laboratorium pembimbing. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh laboratorium pembimbing sendiri atau oleh laboratorium lain yang ditunjuk. Pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal laboratorium. Tenaga laboratorium sekurang- kurangnya sekali dalam setahun mengikuti pendidikan/pelatihan tambahan atau penyegar.
  • 12. - 12 - BAB II RUANGAN DAN FASILITAS PENUNJANG A. RUANGAN Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk: 1. ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan spesimen. Masing-masing sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m2. 2. ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya mempunyai luas 15 m2. 3. untuk bank darah, pemeriksaan mikrobiologi dan molekuler sebaiknya masing-masing memiliki ruangan terpisah. 4. ruang administrasi/pengolahan hasil sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m2. Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut: 1. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan. 2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat, warna terang dan mudah dibersihkan. 3. pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang lainnya, lebar minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m. 4. jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai. 5. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai. 6. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuanga air limbah. Antara lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
  • 13. - 13 - 7. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getaran. B. FASILITAS PENUNJANG Fasilitas penunjang secara umum meliputi: 1. tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan kebutuhan. 2. penampungan/pengolahan limbah laboratorium. 3. keselamatan dan keamanan kerja. 4. ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m2 yang disertai dengan sistem pertukaran udara yang cukup. 5. penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000-1500 lux untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan belakang petugas). 6. air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air bersih yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya 20 liter/karyawan/hari. 7. listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati. 8. tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium. Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut: 1. harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih. 2. lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. 3. pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau (water seal). 4. letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya. 5. lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar. 6. kamar mandi/WC pria dan wanita harus terpisah. 7. kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar mandi/WC pasien. 8. kamar mandi/WC pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan ada petunjuk arah.
  • 14. - 14 - 9. harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan. 10. tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
  • 15. - 15 - BAB III PERALATAN LABORATORIUM A. DASAR PEMILIHAN Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu: 1. Kebutuhan Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan. 2. Fasilitas yang tersedia Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air yang ada, serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan. 3. Tenaga yang ada Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli. 4. Reagen yang dibutuhkan Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula, apakah sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal dibandingkan dengan sistem terbuka. 5. Sistem alat Perlu mempertimbangkan antara lain: a. alat tersebut mudah dioperasikan b. alat memerlukan perawatan khusus c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap minggu atau hanya tiap bulan 6. Pemasok/Vendor Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Mempunyai reputasi yang baik b. Memberikan fasilitas uji fungsi c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting. d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat, pemeliharaan dan perbaikan sederhana. e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh. f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
  • 16. - 16 - 7. Nilai Ekonomis Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di dalamnya biaya operasi alat. 8. Terdaftar Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku. B. PENGUJIAN PERALATAN BARU Pengujian alat baru (dilakukan sebelum atau sesudah pembelian) atau yang disebut juga sebagai uji fungsi. Tujuannya untuk mengenal kondisi alat, yang mencakup: kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur, kesesuaian alat dengan lingkungan dan hal-hal khusus yang diperlukan bagi penggunaan secara rutin. Dari evaluasi ini dapat diketahui antara lain reprodusibilitas, kelemahan alat, harga per tes, dan sebagainya. C. PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
  • 17. - 17 - Contoh formulir pemeliharaan dapat dilihat di bawah ini. FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PERALATAN Alat : Ruang : Tanggal Tindakan pemeliharaan Kelainan yang ditemukan Nama dan Paraf Petugas Penanggung Jawab ( ....................... ) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan: 1. Persyaratan kecukupan peralatan Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan sesuai dengan jenis layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin.
  • 18. - 18 - 2. Persyaratan kemampuan alat Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus diperhatikan menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan. 3. Penandaan peralatan Setiap jenis peralatan harus diberi label, tanda atau identifikasi lain yang khas. 4. Log alat Setiap jenis alat yang digunakan harus memiliki catatan yang dipelihara dan terkendali mencakup: a. identitas alat. b. nama pabrik, tipe identifikasi dan nomor seri atau identifikasi khas lain. c. orang yang dapat dihubungi (dari pihak pemasok). d. tanggal penerimaan dan tanggal pemeliharaan. e. lokasi (jika perlu). f. kondisi ketika alat diterima (alat baru/bekas atau kondisi lain); g. instruksi pabrik atau acuan yang dibuat. h. rekaman kinerja alat yang memastikan alat layak digunakan. i. pemeliharaan yang dilakukan/direncanakan untuk yang akan datang. j. kerusakan, malfungsi, modifikasi atau perbaikan alat. k. tanggal perkiraan penggantian alat, jika mungkin. 5. Persyaratan pengoperasian alat Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas yang berwenang. Instruksi penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini (mencakup pedoman yang sesuai dan petunjuk penggunaan yang disediakan oleh pembuat alat) harus tersedia bagi petugas laboratorium. 6. Jaminan keamanan kerja alat Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman, mencakup keamanan listrik, alat penghenti darurat (emergency stop device) dan penanganan yang aman oleh petugas yang berwenang. Semua harus disesuaikan dengan spesifikasi atau instruksi pabrik termasuk pembuangan limbah kimia, bahan radioaktif maupun biologis.
  • 19. - 19 - 7. Penanganan terhadap alat yang rusak Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus diberi label yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki dan memenuhi kriteria yang ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk digunakan kembali. Laboratorium harus melakukan tindakan yang memadai sebelum digunakan kembali. 8. Pemindahan alat Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan, pemindahan, penyimpanan dan penggunaan yang aman untuk mencegah kontaminasi dan kerusakan alat. Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka sebelum digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah dicek dan berfungsi baik. 9. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi. Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan benar. 10. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang. Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang, yang dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah. Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian adalah: 1. Alat Gelas a. Tabung yang dipakai harus selalu bersih. b. Untuk pemakaian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen (sedapatnya netral) dan oksidan (hipoklorit) kemudian bilas dengan aquades. 2. Blood cell counter a. Bagian luar alat dilap setiap hari. b. Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada sumbatan atau tidak. c. Periksa selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada sumbatan atau tidak. d. Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian. e. Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.
  • 20. - 20 - 3. Elisa set a. Elisa Reader 1) Lakukan kalibrasi linearitas alat, stabilitas pembacaan dan ketepatan pembacaan. 2) Kalibrasi dilakukan pada saat pertama kali alat dipakai, penggantian lampu, dan secara periodik untuk memastikan ketepatan pembacaan. b. Elisa Washer Lakukan kalibrasi volume dispenser, sisa yang tertinggal dalam well (rest well) dan posisi well. c. Incubator Suhu yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi alat. d. Heating block Lakukan kalibrasi suhu heating block. 4. Flame photometer a. Letakkan alat di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung atau sinar emisi yang konstan, bebas dari debu dan asap rokok. b. Hindari alat terkena/tercemar keringat, serbuk/serpihan saring, sabun dan bahan mencuci lain. c. Ikuti petunjuk operasional dari pabrik pembuat mengenai; 1) Pemilihan photocell dan panjang gelombang 2) Pengaturan lebar celah 3) Pemilihan bahan bakar dan tekanan udara atau tekanan oksigen 4) Langkah-langkah untuk pemanasan alat, koreksi dari pengganggu dan background nyala flame 5) Pencucian burner 6) Pengabuan/pemanasan sampel 7) Pengukuran intensitas emisi 5. Fotometer/Spectrofotometer a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis fotometer. b. Tegangan listrik harus stabil. c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantungjenis/merek alat), supaya cahaya lampu menjadi stabil. d. Monokromator atau filter harus bersih , tidak lembab, dan tidak berjamur.
  • 21. - 21 - e. Kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakkannya. Sisi yang dilalui cahaya harus menghadap ke arah cahaya. Bagian tersebut harus bersih, tidak ada bekas tangan, goresan ataupun embun. Untuk menghindari hal tersebut pegang kuvet di ujung dekat permukaan. f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi kuvet. g. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet. h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus diinkubasi pada suhu yang sesuai dengan suhu pemeriksaan. i. Fotodetektor harus dijaga kebersihannya dengan cara membersihkan permukaannya dengan alkohol 70%. j. Amplifier/pengolah signal harus berfungsi dengan baik. 6. Inkubator a. Bagian dalam inkubator dan rak harus dibersihkan secara teratur dengan disinfektan. b. Suhu dicatat setiap pagi hari untuk inkubator yang dinyalakan terus menerus atau sebelum dan sesudah digunakan. c. Suhu yang tertera pada alat perlu dikalibrasi secara rutin untuk mengetahui keakuratannya. 7. Kamar Hitung a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran (jamur, partikel debu) pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat sebagai sel. b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung terlihat jelas dan lengkap. c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan menyebabkan terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah akan pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung menjadi berkurang. d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca penutup berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka volume dalam kamar hitung menjadi tidak tepat. e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur dalam posisi horisontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar hitung yang tertutup kaca penutup. f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau kamar hitung tidak terisi penuh, maka pengisian harus diulang.
  • 22. - 22 - g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau dengan air deterjen encer. h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas dengan air bersih. i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat. 8. Lemari es (refrigerator) dan freezer a. Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium. b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang lemari es masih longgar untuk aliran udara dan fasilitas kebersihan kondensor. c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya udara dingin dari bagian pendingin. d. Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup. e. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari. f. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misalnya 2°C-8°C, -20°C atau -76°C. 9. Gas Chromatography–Mass Spectrometry a. Injektor 1) Bersihkan bagian dalam secara secara teratur 2) Periksa septum terhadap kebocoran dengan larutan berbusa b. Kolom 1) Amati sambungan kolom dengan menggunakan larutan sabun. 2) Periksa kepadatan isi kolom dengan pengukuran aliran udara (flow rate) secara visual. Packed kolom mempunyai aliran udara 10-25 ml/menit, sedangkan kapiler kolom mempunyai aliran udara 1-2,5 ml/menit. 3) Kolom yang baru perlu dilakukan pra kondisi dengan cara: a) Ujung keluaran tidak disambungkan pada detektor b) Alirkan gas pembawa 30 ml/menit selama 30 menit c) Naikkan suhu kolom sampai batas suhu maksimum dari kolom yang bersangkutan selama 12-13 jam c. Oven Amati suhu kontrol pada waktu pemeriksaan d. Gas 1) Periksa tekanan gas dan aliran udara pada waktu pemeriksaan secara rutin. Perubahan aliran udara dapat disebabkan oleh karena kebocoran.
  • 23. - 23 - 2) Gas karier dimurnikan dari oksigen dan uap air dengan menggunakan filter/gas uap. 3) Lakukan pemeriksaan gas dengan cara mengalirkan gas pada tekanan maksimum setiap bulan. Bila ada bagian yang rusak segera diganti. e. Detektor Lakukan pembersihan dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk dari pabrik secara rutin. 10. Mikroskop a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin. b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang cukup cahaya dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan penglihatan yang terang. c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x dulu, bila sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan bila perlu dengan 100x. Untuk pembesar 100x gunakan minyak imersi. d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap hari setelah selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak imersi bersihkan dengan eter alkohol (lihat referensi). e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya. f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari. g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif, karena kotoran akan mudah masuk. h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia. i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada satu garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer dan mikrometemya sudah rusak. j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat dengan cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan silika gel. 11. Otoklaf (Autoclave) a. Bagian bawah autoklaf harus terisi air bebas mineral sampai setinggi penyangga. b. Pastikan bahwa air akan cukup selama proses sterilisasi. c. Pastikan autoklaf tertutup dan karet pengunci terpasang di lekukannya.
  • 24. - 24 - d. Katup udara keluar harus terbuka. e. Pastikan pemanas (elektrik, gas atau kerosene) hidup. f. Pastikan katup pengaman terpasang selama pemanasan. g. Pastikan proses selesai sebelum melepas tutup atau membuka. h. Pastikan bahan yang disterilisasi cukup lama didiamkan sampai dingin. i. Catat suhu, tekanan dan waktu setiap digunakan. 12. Oven a. Bagian dalam oven harus dibersihkan sekurang-kurangnya setiap bulan. b. Pintu oven baru boleh dibuka setelah suhu turun sampai 40°C. c. Catat suhu dan waktu setiap digunakan. 13. Penangas air (Waterbath) a. Ketinggian air perlu diperiksa tiap hari. Tinggi air dalam waterbath harus lebih tinggi dari larutan yang akan di inkubasi. b. Kebersihan dinding bagian dalam harus diperhatikan dengan mengganti air setiap hari. Sebaiknya gunakan aquades. c. Catat suhu setiap digunakan. 14. Pipet a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya yaitu pipet transfer yang dipakai untuk memindahkan sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti, serta pipet ukur yang dipakai untuk memindahkan berbagai volume tertentu yang diinginkan. b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan tidak retak. c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet. d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut. e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan cara menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya dengan kertas tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan dibiarkan mengalir sendiri. f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup. g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat bantu pipet h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup. i. Pipet dengan volume kecil (1-500 ul) harus dibilas untuk mengeluarkan sisa cairan yang menempel pada dinding bagian dalam.
  • 25. - 25 - j. Pipet untuk pemeriksaan biakan harus steril. k. Pipet yang telah dipakai untuk memipet larutan basa harus dibilas dahulu dengan larutan yang bersifat asam dengan konsentrasi rendah, sedangkan yang telah dipakai untuk memipet larutan asam harus dibilas dengan larutan yang bersifat basa lemah, kemudian direndam dalam aquades selama satu malam, kemudian bilas lagi dengan aqudemineral. l. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik, kemudian baru dicuci. 15. Pipet Semiotomatik a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena pencucian tip pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet, juga pengeringan seringkali menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan. b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya. c. Tip yang digunakan harus terpasang erat. d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak pipet. 16. pH meter a. Letak konektor pada pH meter untuk tempat elektroda harus diperhatikan dengan baik, jangan sampai salah menghubungkan. b. Pada saat menuang cairan kimia harus hati-hati, jangan sampai tumpah ke pH meter, karena akan merusak komponen di dalamnya. c. Elektroda harus terendam dalam cairan. 17. Rotator Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi pelumas secara teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar. 18. Sentrifus a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar. b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap sentrifus. c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan, kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat kecil. d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus ditutup pada salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya darah.
  • 26. - 26 - e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang sebelum senfrifus dijalankan. f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka tabung mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya sentrifugal yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah. Bantalan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung. g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang diperlukan. h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh. l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka. j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi dari keperluan. k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar telah berhenti. 19. Timbangan analitik/digital a. Diletakkan pada meja datar, permanen, terhindar dari getaran dan angin, tidak boleh digeser . b. Periksalah selalu jarum petunjuk angka (angka menunjuk 0) setiap kali akan menimbang (untuk timbangan analitik). c. Gunakan selalu pinset untuk mengangkat anak timbangan. d. Bahan yang akan ditimbang harus sesuai suhu kamar. e. Bahan yang ditimbang tidak boleh tercecer sehingga mempengaruhi hasil penimbangan. f. Mengurangi atau menambah beban dilakukan pada saat timbangan dalam keadaan istirahat. g. Pintu kotak selalu tertutup pada waktu menimbang. Contoh pemeliharaan berbagai peralatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pemeliharaan Peralatan JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI Fotometer - Periksa kebersihan kuvet (cuci dengan air akuades, air demineral atau air suling) - Rendam kuvet dalam larutan extran 5% - Bersihkan fotodetektor Tiap hari dan tiap akan melakukan analisis Tiap minggu/hari libur Tiap hari
  • 27. - 27 - JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI Inkubator Bersihkan bagian dalam dan rak dengan disinfektan Tiap bulan Kamar hitung Bersihkan menurut cara yang benar Tiap kali selesai dipakai Lemari es/ Freezer Bersihkan dan defrost Catat suhu Tiap bulan Tiap pagi & sore hari Mikroskop Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut Tiap hari (selesai bekerja) Otoklaf/ Autoclave Bersihkan Ganti air dalam otoklaf Tiap bulan Tiap minggu Oven Bersihkan bagian dalam oven Tiap bulan Penangas Air Bersihkan dinding bagian dalam dan ganti air Periksa ketinggian air Periksa suhu Tiap bulan Tiap hari Tiap pemakaian pH Meter Bersihkan elektroda, bersihkan flow cell elektroda, elektroda harus terendam dalam cairan pH netral, ganti membran elektroda, ganti cairan pengisi elektroda Sesuai petunjuk pabrik Pipet gelas Setelah dipakai direndam dalam larutan antiseptik Cuci Tiap kali pakai Rotator Bersihkan bagian luar Kencangkan sekrup pada rangka pengocok minyaki mesin Periksa ke-aus-an sikat dan bagian berputar lain. Seperlunya Seperlunya Seperlunya Seperlunya Sentrifus Bersihkan dinding dalam dengan disinfektan (misal: alkohol) Tiap hari atau tiap kali tabung pecah Spektrofoto meter Catat waktu pemakaian lampu Periksa sumber cahaya (lampu) Periksa kebersihan monokromator Tiap hari Tiap hari Tiap hari Timbangan Analitik/ digital Bersihkan dari debu, ceceran zat yang ditimbang Tiap habis pakai
  • 28. - 28 - D. PEMECAHAN MASALAH (TROUBLESHOOTING) KERUSAKAN ALAT Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidak cocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (troubleshooting). Pemecahan masalah (troubleshooting) adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi. Contoh troubleshooting pada fotometer dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 . Contoh Troubleshooting pada fotometer TANDA-TANDA PENYEBAB TINDAKAN Data/hasil tidak muncul Jumlah sampel yang dihisap kurang Tambahkan sampel Proses reaksi terlalu cepat Turunkan waktu proses Flow cell terkontaminasi Bersihkan dengan larutan pembersih Lampu halogen tidak efektif Ganti yang baru Posisi lampu tidak tepat Betulkan posisinya Temperatur flow cell ada masalah Periksa temperatur Sampel lipemik Hasil diberi keterangan Sampel hemolitik Ditolak, ambil sampel baru Konsentrasi zat terlalu tinggi Encerkan sampel Reagen tidak baik Konsultasikan dengan pemasok
  • 29. - 29 - TANDA-TANDA PENYEBAB TINDAKAN Sampel tidak dapat dihisap Katup penghisap tertutup Buka Selang penghisap tidak berfungsi Ganti dengan yang baru Selang penghisap tidak kencang (longgar) Kencangkan Sambungan selang longgar atau lengket Periksa bagian dalam dan luar selang, kencangkan atau ganti dengan yang baru Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan: 1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih. 2. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan permasalahan. 3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan atau hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut. 4. Tempelkan label bahwa alat rusak. 5. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus seperti contoh formulir di bawah ini. Contoh Formulir Pencatatan Perbaikan Alat Alat : Inkubator Merk/tipe/no seri : Ruang : Tgl. Suhu yang diukur Petugas Kondisi Jenis kerusakan Tindakan Perbaikan Tgl. service (teknisi) Penanggung jawab (……………………)
  • 30. - 30 - F. KALIBRASI PERALATAN Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau oleh institusi yang berwenang. Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan pencegahan sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua Instruksi pabrik untuk penggunaan dan pemeliharaan alat harus sepenuhnya dipenuhi. G. PENANGGUNG JAWAB ALAT Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya, dan biasanya digunakan oleh lebih dari 1 orang. Walaupun pihak distributor alat menyediakan teknisi untuk perbaikan apabila terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh pihak laboratorium. Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui kegiatan pemantauan dan mengusahakan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
  • 31. - 31 - BAB IV BAHAN LABORATORIUM Bahan laboratorium yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini terdiri dari reagen, bahan standar, bahan kontrol, air dan media. Hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai macam/jenis, dasar pemilihan, pengadaan dan penyimpanan. A. MACAM/JENIS 1. Reagen Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain. a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi: 1) Reagen Tingkat Analitis (Analytical Reagent/AR) Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurnian zat-zat tersebut dianalisis dan dicantumkan pada botol/wadahnya. Penggunaan bahan kimia AR pada laboratorium kesehatan tidak dapat digantikan dengan zat kimia tingkat lain. 2) Zat Kimia Tingkat Lain Zat kimia lain tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu: a) tingkat kemurnian kimiawi (chemically pure grade). beberapa bahan kimia organik berada pada tingkatan ini, tetapi penggunaannya sebagai reagen laboratorium kesehatan harus melewati tahap pengujian yang teliti sebelum dipakai rutin. Tidak adanya zat-zat pengotor pada satu lot tidak berarti lot-lot yang lain pada tingkat ini cocok untuk analisis. b) tingkat praktis (practical grade). c) tingkat komersial (commercial grade). merupakan kadar zat kimia yang bebas diperjual belikan di pasaran misalnya, alkohol 70 %. d) tingkat teknis (technical grade). umumnya zat kimia dalam tingkatan ini digunakan di industri-industri kimia.
  • 32. - 32 - Zat kimia yang digunakan di Laboratorium Klinik ialah zat kimia tingkat analitis atau beberapa bahan kimia organik pada tingkat kemurnian kimiawi yang telah melewati tahap pengujian sebelum dipakai rutin. Ketiga jenis tingkatan zat kimia lainnya tidak boleh digunakan sebagai reagen di laboratorium kesehatan. b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi: 1) reagen buatan sendiri 2) reagen jadi (komersial) reagen jadi adalah reagen yang dibuat oleh pabrik/produsen. 2. Bahan Standar Bahan standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar, yaitu: a. Bahan standar Primer Bahan standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang menjadi standar untuk semua zat lain. Bahan standar primer umumnya mempunyai kemurnian > 99%, bahkan banyak yang kemurniannya 99,9%. Kemurnian bahan standar primer dapat dilihat pada sertifikat analisis (CoA=Certificate of Analysis) tertelusur ke Standard Reference Material (SRM). Syarat bahan standar primer: 1) stabil. 2) dapat dibakar sampai suhu 105-110°C tanpa perubahan kimia, atau tidak meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau mengalami reaksi kimia sampai suhu 120-130°C. 3) tidak higroskopis. 4) mempunyai komposisi yang jelas. 5) dapat disiapkan dengan kemurnian > 99,0%. 6) dapat dianalisis secara tepat. 7) mempunyai ekivalensi berat yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan berefek minimal terbadap konsentrasi larutan standar. Larutan standar primer merupakan larutan yang dibuat dari bahan standar primer. b. Bahan Standar sekunder Bahan standar sekunder merupakan zat-zat yang konsentrasi dan kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan terhadap bahan standar primer.
  • 33. - 33 - 3. Bahan kontrol Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan: a. sumber bahan kontrol Ditinjau dari sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan bahan kimia murni (tertelusur ke Standard Reference Material/SRM). b. bentuk bahan kontrol Menurut bentuk bahan kontrol ada bermacam-macam, yaitu bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan kontrol bentuk padat bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan. c. cara Pembuatan Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk sudah jadi. Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri, yaitu: a. Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum kumpulan (pooled sera). Pooled sera merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien yang sehari-hari dikirim ke laboratorium. Keuntungan dari serum kumpulan ini antara lain: mudah didapat; murah; bahan berasal dari manusia; tidak perlu dilarutkan (rekonstusi); dan laboratorium mengetahui asal bahan kontrol. Kekurangannya memerlukan tambahan waktu dan tenaga untuk membuatnya; harus membuat kumpulan khusus untuk enzim, dll; cara penyimpanan mungkin sukar bila kondisi suhu -70°C (deep freezer) tidak ada atau terlalu kecil; dan analisis stastitik harus dikerjakan tiap 3 - 4 bulan. Serum yang dipakai harus memenuhi syarat yaitu tidak boleh ikterik atau hemolitik. Pembuatan dan pemeriksaan bahan kontrol ini harus dilakukan hati-hati sesuai dengan pedoman keamanan laboratorium, karena bahan ini belum tentu bebas dari HIV, HBV, HCV dan lain-lain. b. Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni sering disebut sebagai larutan spikes. c. Bahan kontrol yang dibuat dari lisat, disebut juga hemolisat. d. Kuman kontrol yang dibuat dari strain murni kuman.
  • 34. - 34 - Adapun macam bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk sudah jadi (komersial) adalah: a. Bahan kontrol Unassayed Bahan kontrol unassayed merupakan bahan kontrol yang tidak mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur. Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya dibuat kadar normal atau abnormal (abnormal tinggi atau abnormal rendah). Kebaikan bahan kontrol jenis ini ialah lebih tahan lama, bisa digunakan untuk semua tes, tidak perlu membuat sendiri. Kekurangannya adalah kadang-kadang ada variasi dari botol ke botol ditambah kesalahan pada rekonstitusi, sering serum diambil dari hewan yang mungkin tidak sama dengan serum manusia. Karena tidak mempunyai nilai rujukan yang baku maka tidak dapat dipakai untuk kontrol akurasi. Pemanfaatan bahan kontrol jenis ini untuk memantau ketelitian pemeriksaan atau untuk melihat adanya perubahan akurasi. Uji ketelitian dilakukan setiap hari pemeriksaan. b. Bahan kontrol Assayed Bahan kontrol assayed merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut metode pemeriksaannya. Harga bahan kontrol ini lebih mahal dibandingkan jenis unassayed. Bahan kontrol ini digunakan untuk kontrol akurasi dan juga presisi. Selain itu, bahan kontrol assayed digunakan untuk menilai alat dan cara baru. Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol suatu pemeriksaan, bahan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki komposisi sama atau mirip dengan spesimen. Misalnya untuk pemeriksaan urin digunakan bahan kontrol urin atau zat yang menyerupai urin. b. Komponen yang terkandung di dalam bahan kontrol harus stabil, artinya selama masa penyimpanan bahan ini tidak boleh mengalami perubahan. c. Hendaknya disertai dengan sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh pabrik yang bersangkutan pada bahan kontrol jadi (komersial).
  • 35. - 35 - 4. Air Air merupakan bahan termurah dari semua bahan yang digunakan di laboratorium tetapi air merupakan bahan terpenting dan yang paling sering digunakan, oleh karena itu kualitas air yang digunakan harus memenuhi standar seperti halnya bahan lain yang digunakan dalam analisis. Laboratorium harus menetapkan tingkat kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan tingkat kualitasnya, terdapat beberapa jenis air yaitu air jenis 1, air jenis 2 dan air jenis 3. Spesifikasi masing-masing jenis air dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Spesifikasi jenis-jenis air untuk laboratorium SPESIFIKASI JENIS AIR Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3 Kandungan Bakteri maks (CFU/mL) 10 1000 - Tahanan Listrik min (mega ohm-cm) 10 10 10 Kandungan silikat maks. (mg/L Si02) 0,05 0,1 1,0 pH 7,0 7,0 5,0-8,0 Bakteri dalam air dapat menginaktivasi reagen, dapat berperan dalam jumlah total kontaminasi organik, atau mengubah sifat optis larutan. Tahanan listrik menghasilkan ukuran non spesifik kandungan ion. Silikat mempengaruhi pemeriksaan pada sebagian besar penentuan enzim, analisis elektrolit dan logam berat. 5. Media Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media, perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba.
  • 36. - 36 - b. Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang sesuai. c. Tidak mengandung zat-zat penghambat d. Harus steril. Jenis media dapat digolongkan berdasarkan: a. Susunan kimia Berdasarkan susunan kimianya, terdapat berbagai jenis media yaitu: 1) Media anorganik: media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik, misalnya silika gel. 2) Media organik: media yang tersusun dari bahan-bahan organik. 3) Media sintetis: media buatan, dengan ramuan yang tertentu, baik ready for use maupun ramuan sendiri. 4) Media non sintetis: media alamiah, misalnya media wortel, media kentang dan lain-lain. b. Konsistensi/kepadatan Berdasarkan konsistensinya, terdapat berbagai jenis media yaitu: 1) Media cair (liquid medium), yaitu media bentuk cair (broths) misalnya: air pepton, nutrient broth, Tarozzi dan lain-lain. 2) Media setengah padat (semi solid medium), misalnya: SIM agar, Carry & Blair dan lain-lain. 3) Media padat (solid medium), yaitu media bentuk padat/beku misalnya: media wortel, media kentang, media agar dan lain- lain. c. Fungsi Berdasarkan fungsinya, terdapat berbagai jenis media yaitu: 1) Media transpor: perbenihan yang digunakan untuk mengirimkan spesimen dari suatu tempat ke laboratorium. Contoh : Carry and Blair untuk tinja/rectal swab Stuart, Amies untuk usap nasofaring 2) Enrichment media: perbenihan yang digunakan untuk memperbanyak bakteri, baik yang ada di dalam spesimen maupun koloni-koloni yang kecil-kecil. Contoh : Brain Heart Infusion broth untuk darah (aerob) Thioglycolate broth untuk darah (anaerob) 3) Enrichment exclusive media: perbenihan yang dapat memperbanyak segolongan bakteri sedangkan bakteri lainnya dihambat atau tidak dapat tumbuh. Contoh : Alcalis pepton water untuk Vibrio spp Selenite broth untuk Salmonella spp
  • 37. - 37 - 4) Exclusive media: perbenihan yang hanya dapat ditumbuhi segolongan bakteri saja, sedangkan bakteri lainnya tidak tumbuh dan dapat dibeda-bedakan koloni species satu dengan lainnya. Contoh : Blood Tellurite plate untuk difteri Azide agar untuk Enterococcus spp 5) Media universal: perbenihan yang dapat ditumbuhi oleh hampir semua jenis bakteri. Contoh : Blood Agar, Brain Heart infusion agar, Tryptose soy 6) Selective media: perbenihan yang dapat digunakan untuk membedakan golongan satu dengan lainnya. sehingga dapat dipillih koloni-koloni bakteri yang dicarinya. Contoh : Blood agar, Brain Heart infusion agar. SS Agar untuk Salmonella Shigella. 7) Media identifikasi: perbenihan untuk 1 jenis ataupun untuk menentukan jenis bakteri, biasanya digunakan beberapa jenis media. Contoh: Media gula-gula, Simon’s Citrat Agar d. Cara pembuatan Berdasarkan cara pembuatannya. terdapat 2 jenis media yaitu: 1) Media buatan sendiri a) dari bahan dasar b) dari media dehidrasi (dehydrated) 2) Media jadi (komersial) B. DASAR PEMILIHAN Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. kebutuhan. 2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. 3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk. 4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang. 5. volume atau isi kemasan. 6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai. 7. mudah diperoleh di pasaran. 8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis). 9. pemasok/vendor. 10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan. 11. pelayanan purna jual. 12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan.
  • 38. - 38 - Selain hal-hal tersebut di atas untuk masing-masing bahan laboratorium perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Reagen a. Untuk analisis di laboratorium harus dipilih reagen tingkat analitis. Beberapa zat organik dengan tingkat chemically pure harus diuji untuk setiap lot sebelum dipakai dalam penggunaan rutin, sedangkan zat kimia practical grade, commercial grade atau technical grade tidak boleh digunakan di laboratorium. b. Reagen yang sudah jadi (komersial) direkomendasikan sebagai pilihan utama. Reagen buatan sendiri dipilih bila tidak tersedia reagen jadi/komersial. Keuntungan reagen buatan sendiri: 1) Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan baik dalam transportasi maupun dalam penyimpanan dapat dihindari. 2) Penggunaan zat pengawet dapat dihindari. 3) Bila timbul masalah mengenai reagen dan standar, pemecahannya lebih mudah sebab proses pembuatannya diketahui. 4) Bila reagen terkontaminasi atau rusak tidak perlu menunggu pengiriman reagen berikutnya. 5) Merupakan penghematan. Kerugian reagen buatan sendiri 1) Sulit distandardisasi. 2) Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC). 3) Tidak dapat ditentukan stabilitasnya. 2. Bahan Standar Bahan standar primer merupakan standar yang direkomendasi. Digunakan dalam bentuk larutan untuk analisis. 3. Bahan Kontrol Pemilihan bahan kontrol didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Spesimen yang akan diperiksa. Apabila spesimen yang diperiksa berasal dari manusia maka lebih baik menggunakan bahan kontrol yang berasal dari manusia, karena beberapa zat dalam bahan kontrol yang berasal dari binatang berbeda dengan bahan kontrol berasal dari manusia.
  • 39. - 39 - Sedangkan spesimen selain dari manusia, misalnya air dan lain- lain hendaknya menggunakan bahan kontrol yang berasal dari bahan kimia murni. b. Penggunaan 1) Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni banyak dipakai pada pemeriksaan kimia lingkungan selain itu digunakan pula pada bidang kimia klinik dan urinalisis. 2) Pooled sera dan liofilisat banyak digunakan di bidang kimia klinik dan imunoserologi. 3) Bahan kontrol assayed digunakan untuk uji ketepatan dan ketelitian pemeriksaan, uji kualitas reagen, uji kualitas alat dan uji kualitas metode pemeriksaan. 4) Bahan kontrol unassayed digunakan untuk uji ketelitian suatu pemeriksaan. 5) Kuman kontrol digunakan untuk menguji mutu reagen/ media pada bidang mikrobiologi. c. Stabilitas bahan kontrol Umumnya bentuk padat bubuk (liofilisat) lebih stabil dan tahan lama dari pada bentuk cair. Untuk memudahkan transportasi, umumnya bentuk padat bubuk dibuat dalam bentuk strip. Stabilitas bahan kontrol yang dibuat sendiri kurang terjamin, selain itu juga mempunyai bahaya infeksi yang tinggi. 4. Air Pemilihan jenis air didasarkan pada penggunaannya, yaitu: a. Air Jenis 1/Air Suling/Aquades digunakan untuk: Metode kultur jaringan atau sel; analisis kimia ultra-mikro; analisis kimia yang khusus dan kritis dengan satuan pada tingkat nanogram atau sub-nanogram bila diperlukan; penyiapan larutan standar, uji enzim, uji ligand, uji mineral dan logam berat, reagen tanpa pengawet dan uji kuantitatif metode imunofluoresen. b. Air Jenis 2/Air Demineralisasi/Aquades digunakan untuk: Sebagian besar metode pemeriksaan laboratorium kesehatan rutin, penyiapan media mikrobiologi, pengecatan dan pewarnaan histologi, pembuatan reagen yang akan disterilkan dan reagen dengan zat pengawet. c. Air Jenis 3/Air Bersih digunakan untuk: Sebagian besar pemeriksaan kualitatif; pencucian alat gelas; pemeriksaan laboratorium umum yang tidak memerlukan air jenis 1 atau 2.
  • 40. - 40 - Penggunaan Air jenis 1 Air jenis 2 Air jenis 3 Digunakan untuk metode pemeriksaan yang memerlukan pengganggu minimum dan ketepatan serta ketelitian yang tinggi. Digunakan untuk pemeriksaan laboratorium umum yang tidak memerlukan air jenis 1, misalnya untuk persiapan reagen, pewarnaan atau pengecatan. Penyimpanan dan pengangkutan harus di perhatikan kontaminasi minimum dari bahan kimia dan mikroorganisme. Digunakan untuk pencucian peralatan gelas dan prosedur kualitatif tertentu misalnya pada urinalisa. Pembuatan Air jenis 1 Air jenis 2 Air jenis 3 Dibuat dengan destilasi atau deionisasi atau reverse osmosis yang dilanjutkan dengan membran filter 0,2 µm pore, dengan syarat resistivity >10 mega ohm-cm pada 25°C. Dibuat dengan cara destilasi atau deionisasi, dengan syarat resistivity >1,0 mega ohm-cm pada suhu 25°C. Dibuat dengan destilasi dengan syarat resistivity 0,1 mega ohm-cm pada suhu 25°C. 5. Media Untuk pemilihan media yang akan dipergunakan harus mempertimbangkan tujuan pemeriksaan, stabilitas, transportasi dan nilai ekonomis. C. PENGADAAN Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Tingkat persediaan Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
  • 41. - 41 - Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok. Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium. Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa. 2. Perkiraan jumlah kebutuhan Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time) Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat. D. PENYIMPANAN Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan: 1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah : a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu. b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out). Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama. 2. Tempat penyimpanan. 3. Suhu/kelembaban. 4. Sirkulasi udara. 5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur. Hal-hal khusus yang harus diperhatikan: 1. Reagen Buatan Sendiri a. Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat bereaksi.
  • 42. - 42 - b. Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya: c. Larutan berwarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat. d. Larutan yang tidak mengalami reaksi fotokimia di simpan dalam botol plastik putih. e. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat. f. Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8°C) atau harus beku disesuaikan dengan ketentuannya. g. Harus dilakukan uji stabilitas dan uji homogenitas. h. Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register, expired date. 2. Reagen jadi (komersial) a. Tutuplah botol waktu penyimpanan. b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung. c. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap. d. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang berdekatan satu dengan lainnya. e. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan label tanda bahaya. f. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa serta paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan. 3. Dehidrated media a. Media yang didehidratasi tidak dapat disimpan untuk waktu yang tak terbatas terutama bila penutup wadah telah dibuka. b. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang akan habis digunakan dalam 1-2 bulan. c. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat. d. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah. e. Semua media dehidratasi harus disimpan di tempat gelap, sejuk (suhu < 25°C) dan berventilasi baik. Rak-rak penyimpanan tidak boleh ditempatkan di dekat autoklaf atau tempat pencucian karena kelembaban dan suhu yang tinggi. f. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut. 4. Media yang telah dilarutkan a. Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas.
  • 43. - 43 - b. Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus disimpan di dalam lemari es. c. Harus dijaga agar media tidak mengalami kekeringan. Untuk media dalam cawan petri sebaiknya disimpan dalam kantong plastik tertutup dan disimpan di dalam lemari es. d. Harus diperhatikan batas lama penyimpanannya, yaitu: 1) Tabung dengan sumbat kapas : 1 minggu. 2) Tabung dengan sumbat longgar : 1 minggu. 3) Cawan petri (dalam bungkus plastik) : 3 minggu. 4) Botol dengan tutup ulir (screwcap) : 3 bulan. 5. Bahan-bahan Kimia yang Tidak Boleh Bercampur (incompatible) Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi berbahaya jika tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa kebakaran dan atau ledakan. Beberapa contoh bahan kimia yang incompatible dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Bahan-bahan reaktif yang bila tercampur menimbulkan kebakaran dan/atau ledakan Bahan kimia Hindarkan kontak dengan Ammonium nitrat Asam asetat Karbon aktif Asam kromat Cairan mudah terbakar Hidrokarbon (butana, benzena, terpentin, benzin) Kalium klorat/perklorat Kalium permanganat Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut organik mudah terbakar, bubuk logam. Asam kromat, asam nitrat, perklorat, peroksida Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit). Asam asetat, gliserin, alkohol, bahan kimia mudah terbakar. Amonium nitrat, asam kromat, hidrogen peroksida, asam nitrat. Fluor, klor, asam kromat, peroksida. Asam sulfat dan asam lainnya Gliserin, etilen glikol, Asam sulfat
  • 44. - 44 - BAB V SPESIMEN A. MACAM Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa: 1. Serum 2. Plasma 3. Darah (Whole Blood) 4. Urin 5. Tinja 6. Dahak 7. Pus 8. Sperma 9. Swab tenggorok 10. Swab rektum 11. Sekret - Uretra - Vagina - Telinga - Hidung - Mata 12. Cairan pleura* 13. Cairan bronchus* 13. Cairan acites* 16. Cairan otak* 17. Bilasan lambung* 18. Sumsum tulang* 19. Kuku 20. Rambut 21. Kerokan kulit 22. Muntahan * Pengambilan tidak dilaksanakan di laboratorium Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari spesimen manusia atau dapat berupa bahan pemeriksaan bersumber lingkungan (non klinis) misalnya:  sisa makanan;  sisa bahan toksikologi;  air, udara;  makanan dan minuman; atau  usap alat makan, alat masak, alat medis dan lain-lain. B. PERSIAPAN 1. Persiapan Pasien Secara Umum a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal: 1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8- 12 jam sebelum diambil darah (lihat tabel 5). 2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -09.00.
  • 45. - 45 - Tabel 5. Pemeriksaan yang perlu puasa Jenis Pemeriksaan Waktu Puasa Glukosa Puasa 10-12 jam TTG (Tes Toleransi Glukosa) Puasa 10-12 jam Glukosa kurva harian Puasa 10-12 jam Trigliserida Puasa 12 jam Asam Urat Puasa 10-12 jam VMA Puasa 10-12 jam Renin (PRA) Puasa 10-12 jam Insulin Puasa 8 jam C. Peptide Puasa 8 jam Gastrin Puasa 12 jam Aldosteron Puasa 12 jam Homocysteine Puasa 12 jam Lp(a) Puasa 12 jam PTH Intact Puasa 12 jam Apo A1 Dianjurkan Puasa 12 jam ApoB Dianjurkan Puasa 12 jam b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil: 1) untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 24 jam sebelum pengambilan spesimen. 2) untuk pemeriksaan dengan spesimen urin, tidak minum obat 72 jam sebelum pengambilan spesimen. 3) apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas laboratorium. Contoh: Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum obat antidiabetes. c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil. d. Memperhatikan posisi tubuh Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil darah. e. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari) Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, Renin, dan Aldosteron.
  • 46. - 46 - 2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan a. Diet Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya: 1) Pemeriksaan gula darah dan trigliserida Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman (kecuali air putih tawar). Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan gula darah puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12 jam sebelum darah diambil dan pada pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan sekurang kurangnya 12 jam. 2) Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan trace element Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena makanan dan minuman akan mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar. b. Obat-obat Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intramuskular akan menimbulkan jejas pada otot sehingga mengakibatkan enzim yang dikandung oleh sel otot masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan Creatin kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH). Obat-obat yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Daftar obat dan pemeriksaan yang dipengaruhi JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI Diuretik -Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan Hb, Hitung sel darah, Hematokrit, Elektrolit - Pada urin akan terjadi pengenceran Cafein Sama dengan diuretik Thiazid - Glukosa darah - Tes toleransi glukosa - Ureum darah
  • 47. - 47 - JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI Pil KB (Hormon) - LED - Kadar hormon Morfin Enzim hati (GOT, GPT) Phenobarbital GGT Efedrin Amphetamine dan metamphetamine Asetosal Uji hemostasis Vitamin C Analisis kimia urin Obat antidiabetika - Glukosa darah - Glukosa urin Kortikosteroid - Hitung eosinofil - Tes toleransi glukosa c. Merokok Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol bebas, aldosteron dan kortisol. Ditemukan peningkatan kadar Hb pada perokok kronik. Perubahan lambat terjadi pada hitung leukosit, lipoprotein, aktivitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat. d. Alkohol Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat, dan terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas γ-glutamyltransferase, AST, ALT, trigliserida, kortisol dan MCV (mean corpuscular volume) sel darah merah. e. Aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan kadar hormon.
  • 48. - 48 - Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan di vena serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin. f. Ketinggian/altitude Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut adalah CRP, B2-globulin, hematokrit, hemoglobin dan asam urat. Adaptasi terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan waktu harian hingga berminggu-minggu. g. Demam Pada waktu demam akan terjadi: 1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah pada tahap lebih lanjut. 2) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam karena terjadi peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama. 3) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah. 4) Lebih mudah mendapatkan biakan positif. 5) Reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal. h. Trauma Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot.
  • 49. - 49 - i. Variasi circadian rythme Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rhytme. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan (menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal yang terjadi antara lain: 1) Besi serum, kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi daripada pagi hari. 2) Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari. 3) Enzim, Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu. 4) Eosinofil, Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai pagi hari dibandingkan pada siang hari. 5) Kortisol, kadarnya lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan pada malam hari. 6) Kalium, pada pagi hari lebih tinggi daripada siang hari. Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang sifatnya bulanan. Variasi siklus bulanan umumnya pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian pula pada saat ovulasi terjadi peningkatan kadar aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah. j. Umur Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
  • 50. - 50 - k. Ras Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya. Demikian juga dengan aktivitas CK. Keadaan serupa dijumpai pada ras bangsa lain seperti perbedaan aktivitas amilase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein. l. Jenis Kelamin (gender) Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat gender lainnya adalah aktivitas CK dan kreatinin. Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita. Sebaliknya kadar hormon seks wanita, prolaktin dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita daripada pria. m. Kehamilan Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada Kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormone kelenjar tiroid, elektrolit, besi, dan ferritin, protein total dan albumin, lemak, aktivitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi serta laju endap darah. Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport, hemodilusi, volume tubuh yang meningkat, defisiensi relatif karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut. 3. Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan spesimen, mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien. Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk informed concern.
  • 51. - 51 - C. PENGAMBILAN 1. Peralatan Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat: a. bersih. b. kering. c. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen. d. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen. e. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya. f. pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai buang. 2. Wadah Wadah spesimen harus memenuhi syarat: a. terbuat dari gelas atau plastik. b. tidak bocor atau tidak merembes. c. harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir. d. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen. e. bersih. f. kering. g. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen. h. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen. i. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (inaktinis). j. untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang bermulut lebar. 3. Antikoagulan dan Pengawet Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku. Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
  • 52. - 52 - Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan pengawet atau antikoagulan. Beberapa contoh penggunaan antikoagulan/pengawet yang digunakan untuk spesimen dapat dilihat pada tabel 7. Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa. 4. Waktu Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal. Namun ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya: a. Demam tifoid Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, sedangkan biakan urin atau tinja dilakukan pada minggu II atau III. b. Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan penyembuhan. c. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman. Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika. d. Pemeriksaan Gonorrhoe Untuk menemukan kuman gonorrhoe, pengambilan sekret uretra sebaiknya dilakukan 2 jam setelah buang air kecil yang terakhir. e. Pemeriksaan mikrofilaria Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah, pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada waktu malam (antara jam 20-23). f. Pemeriksaan tuberkulosis Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun tidur memungkinkan ditemukan kuman M tuberkulosis lebih besar dibandingkan dengan dahak sewaktu. g. Pemeriksaan narkoba Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi morfin,ganja dan lain-lain dipengaruhi oleh waktu /lama sejak mengonsumsi.
  • 53. - 53 - 5. Lokasi Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya: a. Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti "cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak boleh di lengan yang sedang terpasang infus. b. Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil di tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak. Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan: - mikrofilaria: sampel diambil dari darah kapiler (jari tangan). atau darah vena dengan anti koagulan. - gas darah: sampel berupa darah heparin yang diambil dari pembuluh arteri. 6. Volume Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/pengawet dan wadah yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan stabilitasnya Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/ Pengawet Wadah Stabilitas Jenis Jumlah HEMATOLOGI Hematokrit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (6 jam) LED Westergren Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (2 jam)
  • 54. - 54 - Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/ Pengawet Wadah Stabilitas Jenis Jumlah LED Wintrobe Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (2 jam) Lekosit, hitung jumlah Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (2 jam) Hemostatis (PT, APTT) Darah 5 ml Sitrat 3,8% dengan perbandingan 1 : 9 P 20-25°C(4jam) Retikulosit, hitung jumlah Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (6 jam) Trombosit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 mg/ml darah G/P Suhu kamar (2 jam) Masa pendarahan dan masa pembekuan Darah 4 ml Segera diperiksa KIMIA KLINIK Gula darah Darah Serum 2 ml 2 ml NaF-Oksalat 4,5 mg/ml darah G/P G/P 20-25°C (3 hari) 4°C (7 hari) -20°C (3 bulan) 2-8°C (12 jam) Kolesterol Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari) 4°C (6 hari) -20°C (6 bulan) Bilirubin Serum 1 ml - G/P Segera mungkin Amilase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari) 4°C (5 hari) -20°C (7 hari) Asam urat Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari) 4°C (5 hari) -20°C (6 bulan) Lipase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (24 jam) 4°C (5 hari) -20°C (3 tahun) Protein total Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari) 4°C (6 hari) -20°C (10 hari) Na, K, Cl Serum 1 ml - G/P 20-25°C (14 hari) 4°C (14 hari)
  • 55. - 55 - Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/ Pengawet Wadah Stabilitas Jenis Jumlah Fosfatase alkali Serum 1 ml G/P 20-25°C (> 7 hari aktivitas turun 1 %) 4°C (7 hari) -20°C (7 hari) Kalsium Serum 1 ml - G/P 20-25°C (10 hari) 4°C (10 hari) Kreatinin Serum 1 ml - G/P 4°C (24 jam) -20°C (8 bulan) Y GIutamil transferase Serum 1 ml - G/P 20-25°C (7 hari) 4°C (7 hari) 20°C (7 hari) GOT Serum 1 ml - G/P 20-25°C (> 3 hari Aktivitas turun 10%) 4°C (>3 hari Aktivitas turun 8%) -20°C (7 hari) GPT Serum 1 ml - G/P 20-25°C (> 3 hari aktivitas turun 17%) 4°C (> 3 hari) aktivitas turun 10%) -20°C (7 hari) SEROLOGI Widal Serum 2ml G/P 2 -8°C (2 -3 hari), Freezer compartment (1 bulan), Deep freezer -20°C (6 bulan, tidak boleh gelas) Treponema,VDRL Serum 2ml - G/P HBsAg Serum 2ml - G/P Anti HBs Serum 2ml - G/P Anti HIV Serum 2ml - G/P TOKSIKOLOGI Obat Bahan Napza Doping Toksin Pestisida Logam Berat Darah & Urin Darah 10ml Urin 50 ml Na sitrat 1% G tutup ulir Urin : Suhu kamar (segera) Air bersih Air 1000 ml Suhu kamar (segera)
  • 56. - 56 - Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan/ Pengawet Wadah Stabilitas Jenis Jumlah URINALISA Pemeriksaan urin 24 Jam Urin Toluen 2-5 ml/urin G/P 4jam 24 jam Protein, penetapan kuantitatif Urin 5ml - P 20-25°C (4 hari) Reduksi Urin 5ml - P 20-25°C (secepatnya) 4°C (24 jam) Urin rutin (pH, BJ, protein, glukosa, urobilinogen, bilirubin, keton Urin pagi 15ml G/P Suhu kamar (1 jam) 4-8°C (1 hari) Sedimen Urin Urin pagi 10ml - G/P Suhu kamar (1 jam) 4-8°C Kehamilan Urin pagi 5ml - G/P Suhu kamar (segera) 4-8°C (2 hari) PARASITOLOGI DAN MIKROBIOLOGI Malaria Darah segar 2 tetes kapiler (tetes tebal- tetes tipis) - G Secepatnya Mikrofilaria Darah segar/ Darah EDTA 2 tetes kapiler (tetes tebal) Na2EDTA 1-1,5 mg/ml darah G Secepatnya Trichomonas Sekret vagina /uretra Secukup nya - - Langsung dikerjakan Candida Sekret vagina Secukup nya - - Langsung dikerjakan Keterangan: P : Plastik (polietilen atau sederajat) G : Gelas T : Tabung reaksi Volume : untuk jenis pemeriksaan lebih dari satu volume spesimen disesuaikan dengan kebutuhan.
  • 57. - 57 - 7. Teknik Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa. a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum) 1) Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas. 2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan 3) Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku 4) Pilih bagian vena mediana cubiti 5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. 6) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan. 7) Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain. 8) Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit. 9) Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar bercampur dengan antikoagulan. Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena: 1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi. 2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
  • 58. - 58 - 3) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah. 4) Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis. b. Darah kapiler 1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan sampai kering lagi. 2) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. 3) Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan. 4) Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan. Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler: 1) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat. 2) Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar. 3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet. 4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan. 5) Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja. c. Urin 1) Pada wanita Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri, sebelumnya harus
  • 59. - 59 - diberikan penjelasan sebagai berikut: a) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan handuk. b) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan. c) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang. d) Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain, e) Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang pertama keluar dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah disediakan. f) Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. g) Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis. h) Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium. 2) Pada laki-laki a) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun. b) Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, aliran yang pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis. c) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium. 3) Pada bayi dan anak-anak a) Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil. b) Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan di atas. c) Pengambilan urin dilakukan dengan cara:  Anak duduk di pangkuan perawat.  Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin, tampung urin dalam wadah atau kantung plastik steril.  Bayi dipasang kantung penampung urin pada alat genital.
  • 60. - 60 - d. Urin Kateter 1) Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang kateter yang terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik). 2) Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang lebih 10 ml. 3) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat. 4) Kirimkan segera ke laboratorium. e. Urin aspirasi suprapubik Urin aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh. 1) Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone Iodine 10%, kemudian bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%. 2) Aspirasi urin tepat di titik suprapubik menggunakan semprit. 3) Ambil urin sebanyak kurang lebih 20 ml dengan cara aseptik (dilakukan oleh petugas yang berwenang). 4) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat. 5) Kirimkan segera ke laboratorium. Catatan: untuk pemeriksaan narkoba urin pengambilan sampel harus disaksikan oleh petugas sesuai jenis kelamin. f. Tinja Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur. g. Dahak Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat 200 mg. 1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. 2) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas. 3) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
  • 61. - 61 - Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar. 4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml). 5) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium. h. Sekret Uretra 1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan. 2) Petugas mengenakan sarung tangan. 3) Bagi yang tidak disirkumsisi, preputium ditarik ke arah pangkal. 4) Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCI fisiologis steril, kemudian sekret dikeluarkan dengan menekan atau mengurut uretra dari pangkal ke ujung. 5) Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit. 6) Apabila tidak ada sekret yang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampang 2 mm kedalam uretra sedalam kira-kira 2-3 cm sambil diputar searah jarum jam, kemudian ditarik keluar. 7) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan. i. Sekret Endoservik 1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan 2) Pasien berbaring telentang di atas kursi obstetrik dengan kedua lutut diletakkan pada penyangganya. 3) Petugas mengenakan sarung tangan. 4) Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian masukkan ke dalam vagina. 5) Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis sedalam 2-3 cm, putar searah jarum jam dan diamkan selama 5-10 detik supaya sekret terserap oleh kapas kemudian keluarkan lidi kapas tanpa menyentuh spekulum. 6) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan.
  • 62. - 62 - 7) Spekulum yang habis dipakai direndam dalam larutan hipoklorit 0,1%. 8) Apabila selaput dara masih utuh, tidak dilakukan pengambilan sekret endoservik. j. Sekret vagina Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan sekret endoservik hanya dilakukan pada fornix posterior. k. Swab rektum 1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan. 2) Pasien dalam posisi menungging. 3) Petugas mengenakan sarung tangan. 4) Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal, putar beberapa detik untuk mendapatkan sekret dari crypta di dalam lingkaran anal. l. Swab orofaring Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior faring. m. Pus dari luka purulen/ulcus 1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan. 2) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCI fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat yang mengering. 3) Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkusnya kemudian usapkan bagian kapasnya pada luka/ulcus tanpa menyentuh bagian tepi luka/ulcus. Lakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan 2 kapas lidi. 4) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula dimasukkan ke dalam tabung media transpor. 5) Patahkan tangkai lidi yang berada di luar tabung. 6) Tutup tabung dengan erat. 7) Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat pengantar ke laboratorium. n. Pus dari abses 1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
  • 63. - 63 - dilakukan. 2) Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10% di atas abses atau bagian yang akan ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%. 3) Tusukkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus. 4) Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril. 5) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril. 6) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula dimasukkan ke dalam media transpor. Sisa eksudat/pus pada semprit dapat dimasukkan dalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium. 7) Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan Natrium hipoklorit 0,1% selama 30 menit lalu diautoklaf. Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas lidi steril usapkan bagian dasar abses. Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula dimasukkan dalam media transpor. o. Usap nasofaring 1) Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku). 2) Petugas berdiri di samping penderita. 3) Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang kepala penderita. 4) Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung sampai telinga. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian tarik keluar. 5) Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan. p. Swab tenggorok 1) Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku). 2) Penderita diminta membuka mulut. 3) Lidah ditekan dengan spatel lidah.
  • 64. - 64 - 4) Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring, 5) Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain. 6) Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau langsung tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan. D. PEMBERIAN IDENTITAS Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap: 1. Tanggal permintaan 2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen 3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik. 4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon) 5. Nomor laboratorium 6. Diagnosis/keterangan klinik 7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian 8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta 9. Jenis spesimen 10. Lokasi pengambilan spesimen 11. Volume spesimen 12. Transpor media/pengawet yang digunakan 13. Nama pengambil spesimen 14. Informed concern Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus memuat: 1. Tanggal pengambilan spesimen 2. Nama dan nomor Pasien 3. Jenis spesimen