It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using 'Content here, content here', making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for 'lorem ipsum' will uncover many web sites still in their infancy. Various versions have evolved over the years, sometimes by accident, sometimes on purpose (injected humour and the like).
It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using 'Content here, content here', making it look like readable English. Many desktop publishing packages and web page editors now use Lorem Ipsum as their default model text, and a search for 'lorem ipsum' will uncover many web sites still in their infancy. Various versions have evolved over the years, sometimes by accident, sometimes on purpose (injected humour and the like).
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Makalah Sistem Pengembangan Kinerja Klinik Perawatmeida olivia
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, yang berdasarkan pada profesionalisme, IPTEK, aspek legal dan berlandaskan etika untuk mendukung sitem pelayanan kesehatan secara komprehensif, Departemen Kesehatan Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK). Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) adalah suatu Micro system dari macro system organisasi pelayanan kesehatan dan proses manajerial untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat dan bidan di rumah sakit dan puskesmas.
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) ini telah diperkenalkan di beberapa kabupaten di Indonesia karena telah mendapat dukungan pimpinan institusi maka SPMKK di terapkan. Oleh sebab itu, SPMKK perlu dipertahankan dan di kembangkan ke seluruh unit pelayanan kesehatan terutama dalam bidang keperawatan. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan menguraikan tentang kebijakan SPMKK, agar kita dapat menjadi perawat yang profesional.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
3. Standar dalam KMP
1. PERENCANAAN
2. TATA KELOLA ORGANISASI
3. MANAJEMEN SDM
4. MANAJEMEN SARPRAS
5. MANAJEMEN KEUANGAN
6. P3 KINERJA
7. PERAN DARI DINAS KESEHATAN
4. PENANGGUNG JAWAB KMP
O Sesuai dengan standar yang
diberlakukan, yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan KMP yaitu Kepala Tata
Usaha .
O Kemudian dibantu sarpras dalam
mengelola mfk dan pj jaringan dan
jejaring untuk tata kelola organisasi
5. 1. PERENCANAAN
O RENCANA PUSKESMAS
Yang dimaksud dengan perencanaan puskesmas ialah segala
kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan seperti
Visi dan Misi
Jenis-jenis layanan
Perencanaan 5 tahunan
RUK
RPK sampai dengan revisisi kegiatan yang dilakukan
O AKSES LAYANAN
Akses layanan adalah kesempatan masyarakat untuk memperoleh
layanan melalui petugas puskesmas yang ada di wilayahnya.ada 3
hal yang ditekankan dalam akses layanan yaitu;.
Akses informasi
Akses pelayanan
Kesempatan umpan balik seperti melakukan survei kepuasan
pasien
6. 2. TATA KELOLA ORGANISASI
O KEPUTUSAN KADIN
Segala sesuatu yang berkaitan dengan keputusan kepala dinas seperti struktur organisasi
O PENGENDALIAN DOKUMEN
Segala sesuatu yang berkaitan dengan dokumen diperlukan agar dokumen dapat digunakan sebagaimana mestinya baik sebagai acuan
kerja, bukti kegiatan, bahan evaluasi dan monitoring, serta mencegah penyalahgunaan melalui terkendalinya kerahasiaan doku- men, proses
perubahan, penerbitan, distribusi dan sirkulasi dokumen.
O JARINGAN DAN JEJARING
Sesuai dengan Permenkes 43 tahun 2019 tentang puskesmas jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa. 3. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Ada 4 hal yang ditekan kan yaitu
1. Indikator keberhasilan pembiinaan
2. Identifikasi jejaring dan jaringan puskesms
3. Pelaksanaan program pembinaan jaringan dan jejaring puskesmas
4. Evaluasi dan tindak lanjut puskemas
O SISTEM INFORMASI
O Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas itu sendiri, yaitu dengan ”Penilaian Kinerja
Puskesmas,” yang mencakup manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan dan tenaga, serta didukung dengan manajemen
sistem pencatatan dan pelaporan, disebut Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
O DILEMA ETIK(YANG SEBELUMNYA TIDAK ADA)
O Identifikasi adanya dilema etik dalam situasi tertentu yang melibatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Kumpulkan
informasi yang relevan terkait dengan dilema etik yang dialami. Isi formulir pelaporan dilema etik dengan lengkap dan akurat. Laporkan
dilema etik kepada atasan langsung atau koordinator etik di Puskesmas.
7. 3. MANAJEMEN SDM KESEHATAN
O KETERSEDIAAN SDM
O URAIAN TUGAS
O PENINGKATAN KOMPETENSI
O FILE KEPEGAWAIAN
O ORIENTASI PEGAWAI
O K3
8. 4. MANAJEMEN SARPRAS
O PROGRAM MFK
O KESELAMATAN DAN KEAMANAN
O MANAJEMEN LIMBAH
O MANAJEMEN BENCANA
O PENANGANAN KBAKARAN
O MANAJEMEN ALKES
O MANAJEMEN PRASARANA
O MANAJEMEN DIKLAT
9. 5. MANAJEMEN KEUANGAN
O Manajemen keuangan yang baik menjadi
prasyarat untuk menjalankan program-
program kesehatan dan memenuhi
persyaratan akreditasi. Puskesmas harus
memiliki sistem akuntansi yang baik dan
transparan, serta terpisah dengan
manajemen keuangan pribadi. Selain itu
dalam penilaian akreditasi juga
ditekankan REGULASI TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN
10. 6. P3(perencanaan,pelaksanaan
dan pengawasan) KINERJA
O manajemen perencanaan yang telah ditetapkan sebagai Rencana
Pelaksanaan Kegiatan, perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian agar target output dari setiap kegiatan dapat dicapai
secara optimal. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat
pencapaian target output yang ditemukan pada proses
pengawasan dan pengendalian, dapat segera diatasi melalui
penyesuaian perencanaan selanjutnya. Selain melalui forum
lokakarya mini, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
secara internal dapat dilaksanakan melalui kegiatan monitoring
rutin terhadap upaya yang dilakukan, dengan berpedoman pada
NSPK(Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) masing-masing
program. Hasil pengawasan dan pengendalian akan dinilai didalam
suatu proses penilaian kinerja Puskesmas, yang juga merupakan
instrument/tools untuk menilai pelaksanaan proses manajemen
Puskesmas secara keseluruhan.
Ada 3 hal yang ditekankan dalam P3 yaitu dilaksanakanya
O KINERJA DALAM P3
O LOKAKARYA MINI
O AUDIT INTERNAL DAN RTM
11. 7. PERAN DARI DINAS KESEHATAN
“Dalam rangka akreditasi dan mengawal mutu
pelayanan kesehatan di puskesmas, Dinas
Kesehatan menyiapkan regulasi atau kebijakan yang
akan menjadi acuan pelaksanaan manajemen dan
pelayanan puskesmas dengan bersumber dari regulasi
dari pusat (kementrian) sampai regulasi di daerah”,
Dalam pelaksanaanya dinas kesehatan melakukan
pembinaan sesuai dengan
SESUAI DENGAN TBCB(tim pembina claster binaan)
sehingga dalam pelaksanaanya dinas kesehatan
mengetahui mana clusternya yang harus dibina sesuai
dengan clusternya. Dimulai dari perencanaan sampai
melakukan evaluasi TBCB dapat mendapatkan laporan
atau datang langsung untuk melakukan pembinaan.